1
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menyusui adalah proses pemberian air susu ibu (ASI) kepada bayi sejak lahir
sampai berusia 2 tahun. Jika bayi diberikan ASI saja sampai usia 6 bulan tanpa
menambahkan dan mengganti dengan makanan atau minuman lainnya merupakan
proses menyusui eksklusif. Asi eksklusif dapat melindungi bayi dan anak terhadap
penyakit berbahaya dan mempererat ikatan kasih sayang (bonding) antara ibu dan
anak. Proses menyusui secara alami akan membuat bayi mendapatkan asupan gizi
yang cukup dan limpahan kasih sayang yang berguna untuk perkembangannya
(Hidayati, 2012).
Menurut Padilla (2014), masa nifas adalah masa sesudahnya persalinan
terhitung dari saat selesai persalinan sampai pulihnya kembali alat kandungan ke
keadaan sebelum hamil lamanya masa nifas kurang lebih 6 minggu. Pada nifas ini
terjadi perubahan – perubahan fisiologis maupun psikologis seperti perubahan laktasi
pengeluaran air susu ibu, perubahan system tubuh dan perubahan psikis lainnya.Cara
menyusui yang baik dan benar itu terjadi bukan hanya karena ibu masih mempunyai
anak pertama atau lebih dikenal dengan ibu primipara. Tetapi ternyata ibu multipara
yang sudah mempunyai anak lebih dari satu dan sudah mempunyai pengalaman juga
masih banyak yang belum tahu tentang cara menyusui yang baik dan benar dan
mereka sering salah memposisikan bayi. Teknik menyusui merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi produksi ASI, bila teknik menyusui tidak dengan baik dan
benar dapat menyebabkan puting lecet dan menjadikan ibu enggan menyusui dan bayi
akan jarang menyusu. Bila bayi jarang menyusu karena bayi enggan menyusu akan
berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruhpada rangsangan
produksi ASI selanjutnya. Namun seringkali ibu-ibu kurang mendapatkan informasi
tentang manfaat ASI dan tentang teknik menyusui yang baik dan benar (Maccari,
2011).
Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi
dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. Untuk mencapai
keberhasilan menyusui diperlukan pengetahuan mengenai teknik-teknik menyusui
yang benar. Indikator dalam proses menyusui yang efektif meliputi posisi ibu dan
bayi yang benar (body position), perlekatan bayi yang tepat (latch), keefektifan
2
hisapan bayi pada payudara (effective sucking). Teknik menyusui yang benar akan
mendorong keluarnya ASI secara maksimal sehingga keberhasilan menyusui bisa
tercapai (Evi Rinata , Tutik Rusdyati, 2016).
Praktek cara menyusui yang benar perlu diajarkan pada setiap ibu yang baru
saja melahirkan karena menyusui itu sendiri bukan suatu hal yang relaktif atau
instingtif, tetapi merupakan suatu proses. Proses belajar menyusui yang baik bukan
hanya untuk ibu yang baru pertama kali melahirkan, tetapi juga untuk ibu yang
pernah menyusu bayinya. Ini disebabkan setiap bayi yang baru lahir merupakan
individu tersendiri yang mempunyai spesifikasi tertentu. Dengan demikian ibu perlu
belajar berinteraksi dengan manusia baru, ini agar dapat sukses dalam memberikan
yang terbaik baginya (Padilla, 2014).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah tekhnik pemberian ASI?
2. Bagaimana posisi pemberian ASI?
3. Hal apa sajakah yang harus dihindari saat pemberian ASI?
4. Apa saja tanda-tanda bayi mendapat ASI yang cukup?
5. Bagaimana peran keluarga dan tenaga Kesehatan dalam pemberian ASI?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tekhnik pemberian ASI
2. Untuk mengetahui posisi pemberian ASI
3. Untuk mengetahui hal yang harus dihindari saat pemberian ASI
4. Untuk mengetahui tanda bayi mendapat ASI yang cukup
5. Untuk mengetahui peran keluarga dan tenaga kesehatan
3
BAB II
PEMBAHASAN
6
B. Posisi Pemberian ASI
1. Cradle Position
Cradle position adalah salah satu posisi menyusui yang paling umum,
terutama di minggu pertama setelah kelahiran bayi. Cradle hold dilakukan
dengan cara memangku bayi dengan tangan kanan untuk membuatnya
menyusu di payudara sebelah kanan dan perut bayi menempel dengan perut
ibu
2. Cross-Cradle Position
Posisi cross-cradle menggunakan lengan yang berlawanan untuk
menopang bayi, dengan bagian belakang kepala dan leher bayi dipegang
salah satu tangan Moms. Sementara, tangan lainnya digunakan untuk
menopang dan memposisikan payudara jika diperlukan
3. Foodball Hold Position
Posisi football hold merupakan posisi menyusui yang diberikan setelah
persalinan dengan sectio cesarean dan persalinan normal dengan episiotomi,
sehingga bayi tidak kontak dengan bekas luka
4. Laid Back Position
Laid back position dirasa sebagai posisi paling nyaman bagi ibu
menyusui. Pasalnya, posisi ini mengharuskan ibu menyandarkan tubuhnya
sesantai dan senyaman mungkin saat menyusui. Saat tubuh bersandar, posisi
perut bayi di bawah dada Anda dan kepala bayi sejajar dengan dada.
7
5. Side Lying Position
Side lying merupakan posisi menyusui dengan cara berbaring. Posisi ini bisa
dijadikan alternatif saat Anda tidak ingin menyusui sambil duduk. Posisi ini
juga cocok bagi ibu yang melahirkan secara caesar dan saat bayi terbangun
tengah malam.
8
atau tas tangan.
7. Football and
Football and cradle adalah posisi kedua tangan menghadap seorang
kanan atau kiri dari dada ibu. Pastikan tubuhnya menghadap ke arah samping
untuk memudahkan proses menyusui.
8. Front cross
Front cross adalah meletakkan anak pertama di sisi kanan dengan
posisi badan tepat di depan dada. Sedangkan bayi satunya dapat di letakkan
di payudara kiri hingga membentuk huruf X.
9. Upright latch
Upright latch adalah posisi bayi sedikit duduk di pangkuan atau
berbaring kemudian berikan mereka menghisap payudara dari sisi kanan dan
kiri secara tegak.
10. Tangled postion
Tangled postion yaitu tidur menghadap kanan atau kiri, sedangkan
anak menghisap kedua payudara. Angkat sedikit kepala bayi yang berada di
posisi atas atau untuk memudahkan proses menyusui
11
dalam perawatan bayi. Proses belajar tersebut dapat dilakukan sejak
kehamilan.
b) Meyakini bahwa setiap ibu dapat menyusui
c) Membina hubungan baik dengan pasangan (harmonis)
d) Memberikan motivasi kepada istri untuk tetap menyusui
e) Membantu pekerjaan istri sehingga lebih fokus untuk menyusui
f) Memastikan istri mendapatkan asupan gizi yang baik sehingga
produksi ASI lebih maksimal
g) Membantu istri untuk merawat bayi, misalnya mengganti popok atau
membawa bayi kepada ibunya untuk disusui
h) Memberikan dukungan saat istri menyusui, misalnya memberikan
pijatan pada punggung
i) Menemani jika istri terlihat kesepian dan menghibur jika istri terlihat
sedih
j) Melibatkan anggota keluarga lain dan lingkungan sekitar untuk
memberikan dukungan kepada istrinya selama menyusui.
Dukungan Anggota Keluarga Lain
12