Anda di halaman 1dari 12

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... i


BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 4
A. Tekhnik Pemberian ASI ............................................................................................ 7
B. Posisi Pemberian ASI ................................................................................................ 9
C. Hal Yang Harus Dihindari Saat Pemberian ASI ....................................................... 10
D. Tanda Bayi Mendapat ASI Yang cukup ................................................................... 10
E. Peran Keluarga Dan Tenaga Kesehatan .................................................................... 11
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 14
A. Kesimpulan ............................................................................................................... 14
B. Saran .......................................................................................................................... 14

1
BAB II
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menyusui adalah proses pemberian air susu ibu (ASI) kepada bayi sejak lahir
sampai berusia 2 tahun. Jika bayi diberikan ASI saja sampai usia 6 bulan tanpa
menambahkan dan mengganti dengan makanan atau minuman lainnya merupakan
proses menyusui eksklusif. Asi eksklusif dapat melindungi bayi dan anak terhadap
penyakit berbahaya dan mempererat ikatan kasih sayang (bonding) antara ibu dan
anak. Proses menyusui secara alami akan membuat bayi mendapatkan asupan gizi
yang cukup dan limpahan kasih sayang yang berguna untuk perkembangannya
(Hidayati, 2012).
Menurut Padilla (2014), masa nifas adalah masa sesudahnya persalinan
terhitung dari saat selesai persalinan sampai pulihnya kembali alat kandungan ke
keadaan sebelum hamil lamanya masa nifas kurang lebih 6 minggu. Pada nifas ini
terjadi perubahan – perubahan fisiologis maupun psikologis seperti perubahan laktasi
pengeluaran air susu ibu, perubahan system tubuh dan perubahan psikis lainnya.Cara
menyusui yang baik dan benar itu terjadi bukan hanya karena ibu masih mempunyai
anak pertama atau lebih dikenal dengan ibu primipara. Tetapi ternyata ibu multipara
yang sudah mempunyai anak lebih dari satu dan sudah mempunyai pengalaman juga
masih banyak yang belum tahu tentang cara menyusui yang baik dan benar dan
mereka sering salah memposisikan bayi. Teknik menyusui merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi produksi ASI, bila teknik menyusui tidak dengan baik dan
benar dapat menyebabkan puting lecet dan menjadikan ibu enggan menyusui dan bayi
akan jarang menyusu. Bila bayi jarang menyusu karena bayi enggan menyusu akan
berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruhpada rangsangan
produksi ASI selanjutnya. Namun seringkali ibu-ibu kurang mendapatkan informasi
tentang manfaat ASI dan tentang teknik menyusui yang baik dan benar (Maccari,
2011).
Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi
dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. Untuk mencapai
keberhasilan menyusui diperlukan pengetahuan mengenai teknik-teknik menyusui
yang benar. Indikator dalam proses menyusui yang efektif meliputi posisi ibu dan
bayi yang benar (body position), perlekatan bayi yang tepat (latch), keefektifan

2
hisapan bayi pada payudara (effective sucking). Teknik menyusui yang benar akan
mendorong keluarnya ASI secara maksimal sehingga keberhasilan menyusui bisa
tercapai (Evi Rinata , Tutik Rusdyati, 2016).
Praktek cara menyusui yang benar perlu diajarkan pada setiap ibu yang baru
saja melahirkan karena menyusui itu sendiri bukan suatu hal yang relaktif atau
instingtif, tetapi merupakan suatu proses. Proses belajar menyusui yang baik bukan
hanya untuk ibu yang baru pertama kali melahirkan, tetapi juga untuk ibu yang
pernah menyusu bayinya. Ini disebabkan setiap bayi yang baru lahir merupakan
individu tersendiri yang mempunyai spesifikasi tertentu. Dengan demikian ibu perlu
belajar berinteraksi dengan manusia baru, ini agar dapat sukses dalam memberikan
yang terbaik baginya (Padilla, 2014).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah tekhnik pemberian ASI?
2. Bagaimana posisi pemberian ASI?
3. Hal apa sajakah yang harus dihindari saat pemberian ASI?
4. Apa saja tanda-tanda bayi mendapat ASI yang cukup?
5. Bagaimana peran keluarga dan tenaga Kesehatan dalam pemberian ASI?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tekhnik pemberian ASI
2. Untuk mengetahui posisi pemberian ASI
3. Untuk mengetahui hal yang harus dihindari saat pemberian ASI
4. Untuk mengetahui tanda bayi mendapat ASI yang cukup
5. Untuk mengetahui peran keluarga dan tenaga kesehatan

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teknik Pemberian ASI


1. Posisi badan ibu dan bayi
a. Ibu duduk atau berbaring dengan santai
b. Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala
c. Badan bayi menghadap ke badan ibu
d. Rapatkan dada bayi dengan dada ibu, atau bagian bawah payudara ibu
e. Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu
f. Dengan posisi seperti ini, maka telinga bayi akan berada dalam satu garis
dengan leher dan lengan bayi.
g. Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan menyokong bokong bayi
dengan lengan ibu.
2. Tanda-tanda posisi menyusui yang benar
a. Kepala dan badan bayi berada dalam satu garis
b. Wajah bayi harus menghadap payudara, hidung berhadapan dengan puting
c. Ibu harus memeluk badan bayi dekat dengan badannya
d. Jika bayi baru lahir, ibu harus menyangga seluruh badan bayi, bukan hanya
kepala dan bahu.
3. Perlekatan mulut bayi ke payudara
a. Payudara di pegang dengan ibu jari di atas, dan jari yang lain menopang di
bagian bawah payudara (membentuk huruf C)
b. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut dengan cara menyentuh pipi
dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut dengan puting susu
c. Tunggu sampai bayi bereaksi dengan membuka lebar mulutnya dan
menjulurkan lidahnya
d. Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan menggerakkan bahu
belakang bayi
e. Posisi puting susu di atas bibir atas bayi dan berhadapan dengan hidung bayi.
Usahakan sebagian kalang payudara (bagian payudara yang berwarna gelap)
masuk ke mulut bayi
f. Setelah bayi menghisap dengan baik, payudara tidak perlu disangga lagi.
4. Tanda-tanda perlekatan bayi yang baik saat menyusui
4
a. Tubuh bagian depan bayi menempel pada tubuh ibu. Sebagian besar kalang
payudara (bagian payudara yang berwarna gelap) masuk ke dalam mulut
bayi, tidak hanya puting susu saja, dan lingkaran kalang payudara yang
masih terlihat, bagian atas lebih banyak dibandingkan bagian bawah
c. Dagu menyentuh payudara ibu
d. Mulut terbuka lebar
e. Hidung bayi mendekat dan kadang-kadang menyentuh payudara ibu
f. Bibir bawah bayi melengkung keluar
g. Bayi menghisap secara kuat dan dalam, secara perlahan dan kadang-kadang
disertai jeda (berhenti sesaat) yang menandakan di dalam mulutnya penuh
ASI, dan saat jeda tersebut merupakan kesempatan bagi bayi untuk menelan
ASI
h. Bayi puas dan tenang pada akhir menyusu
i. Puting susu tidak terasa sakit atau lecet
j. Ibu dapat mendengar suara bayi saat menelan ASI
5. Tanda-tanda perlekatan mulut bayi ke payudara tidak baik
a. Posisi bibir bayi lebih maju, seperti menghisap dengan sedotan
b. Pipi tampak cekung, karena tidak banyak bagian payudara yang mengisi
mulut
bayi
c. Terdengar bunyi klik pada saat menyusui
d. Tidak mendengar bayi menelan ASI
e. Mulut terlepas dari payudara kemudian mulut bergerak ke segala arah,
mencari-
cari puting susu dengan panik
f. Puting susu terasa sakit, dan rasa sakit tersebut berlanjut sampai beberapa
menit
setelahnya.
6. Cara melepaskan hisapan bayi Masukan jari kelingking ke mulut bayi dari sudut
mulut atau tekan dagu bayi ke bawah. Jangan menarik paksa ketika melepaskan
puting susu, karena dapat menyebabkan perlukaan.
7. Cara menyendawakan bayi
Manfaat menyendawakan bayi adalah untuk mengeluarkan udara yang
terisap pada waktu menyusui, dengan cara:
5
a. Duduk dan diayun
Dudukan bayi dengan posisi menyamping di pangkuan ibu, bayi bertumpu
pada salah satu tangan ibu, tangan yang satunya di punggung bayi kemudian
tepuk-tepuk atau usap perlahan punggung bayi hingga mengeluarkan
sendawa.
b. Menaruh bayi di pundak Gendong bayi dengan posisi tegak, sandarkan pada
pundak ibu, topang bagian punggung dan bokong bayi, kemudian tepuk-
tepuk atau usap perlahan punggung bayi hingga mengeluarkan sendawa.
c. Menaruh bayi di pangkuan Bayi ditidurkan tengkurap di pangkuan ibu,
kemudian di tepuk-tepuk atau usap perlahan punggung bayi hingga
mengeluarkan sendawa.

8. Tanda bayi puas setelah menyusui


a. Bayi tampak tenang, mengantuk atau tidur nyenyak
b. Bayi melepas sendiri puting susu ibunya
c. Bayi tampak tidak berminat lagi terhadap ASI

6
B. Posisi Pemberian ASI

1. Cradle Position
Cradle position adalah salah satu posisi menyusui yang paling umum,
terutama di minggu pertama setelah kelahiran bayi. Cradle hold dilakukan
dengan cara memangku bayi dengan tangan kanan untuk membuatnya
menyusu di payudara sebelah kanan dan perut bayi menempel dengan perut
ibu
2. Cross-Cradle Position
Posisi cross-cradle menggunakan lengan yang berlawanan untuk
menopang bayi, dengan bagian belakang kepala dan leher bayi dipegang
salah satu tangan Moms. Sementara, tangan lainnya digunakan untuk
menopang dan memposisikan payudara jika diperlukan
3. Foodball Hold Position
Posisi football hold merupakan posisi menyusui yang diberikan setelah
persalinan dengan sectio cesarean dan persalinan normal dengan episiotomi,
sehingga bayi tidak kontak dengan bekas luka
4. Laid Back Position
Laid back position dirasa sebagai posisi paling nyaman bagi ibu
menyusui. Pasalnya, posisi ini mengharuskan ibu menyandarkan tubuhnya
sesantai dan senyaman mungkin saat menyusui. Saat tubuh bersandar, posisi
perut bayi di bawah dada Anda dan kepala bayi sejajar dengan dada.

7
5. Side Lying Position
Side lying merupakan posisi menyusui dengan cara berbaring. Posisi ini bisa
dijadikan alternatif saat Anda tidak ingin menyusui sambil duduk. Posisi ini
juga cocok bagi ibu yang melahirkan secara caesar dan saat bayi terbangun
tengah malam.

6. Double clutch (football)


Yaitu tempatkan bayi di atas bantal di samping tubuh atau hampir di
bawah lengan. Kaki bayi dibiarkan mengarah ke belakang. Pastikan bahwa
bayi didkung lengan menggunakan bantal, sedangkan pantat si kecil
didukung menggunakan siku, seperti halnya Mama sedang memegang bola

8
atau tas tangan.
7. Football and
Football and cradle adalah posisi kedua tangan menghadap seorang
kanan atau kiri dari dada ibu. Pastikan tubuhnya menghadap ke arah samping
untuk memudahkan proses menyusui.
8. Front cross
Front cross adalah meletakkan anak pertama di sisi kanan dengan
posisi badan tepat di depan dada. Sedangkan bayi satunya dapat di letakkan
di payudara kiri hingga membentuk huruf X.
9. Upright latch
Upright latch adalah posisi bayi sedikit duduk di pangkuan atau
berbaring kemudian berikan mereka menghisap payudara dari sisi kanan dan
kiri secara tegak.
10. Tangled postion
Tangled postion yaitu tidur menghadap kanan atau kiri, sedangkan
anak menghisap kedua payudara. Angkat sedikit kepala bayi yang berada di
posisi atas atau untuk memudahkan proses menyusui

C. Hal Yang Harus Dihindari Saat Pemberian ASI


Proses pemberian air susu ibu (ASI) alias menyusui biasanya dimulai dengan
produksi hormon oksitosin dalam tubuh ibu setelah bayi lahir. Agar proses laktasi
berjalan dengan baik, ada beberapa hal yang harus dihindari ibu menyusui (busui)
saat memberikan ASI pada si kecil.
Ini perlu dilakukan agar si kecil mendapatkan pasokan nutrisi yang optimal
sekaligus agar busui terjaga kesehatannya. Berikut beberapa hal yang harus
dihindari saat menyusui
1. Hindari membiasakan bayi tertidur sambil mengisap puting. Ini dapat
menganggu waktu tidur keduanya. Padahal busui harus cukup tidur untuk
menjaga kesehatannya agar bisa merawat si kecil.
2. Beberapa ibu berpikir saat bayinya merasa lapar saat ia menangis atau
ngambek. Kondisi ini pula yang bisa memicu over feeding.
Padahal over feeding bisa menimbulkan masalah pencernaan seperti
gangguan buang air besar, gelisah hingga demam. Untuk mengatasinya,
9
ketahui pola menyusui bayi, sehingga tak perlu menunggu hingga ia
menangis atau rewel untuk melakukan laktasi.
3. Beberapa ibu berpikir produksi ASI akan meningkat jika makan lebih
banyak. Pernyataan tersebut memang benar, tapi makan terlalu banyak bisa
menyebabkan gejala yang tak diinginkan pada kesehatan ibu.
4. Sebaiknya busui tak menggunakan sabun untuk membersihkan puting serta
daerah ereola karena akan menyebabkannya luka dan pecah-pecah.
5. Busui yang baru mulai melakukan laktasi harus mencatat alergi makanan
yang mungkin dimilikinya.
Beberapa makanan dapat menimbulkan masalah karena menjadi pencetus
alergi adalah telur, produk gandum, kafein serta cokelat. Sementara itu
bawang dan timun bisa menimbulkan gas bagi beberapa bayi selain itu
makanan-makanan tadi juga bisa menimbulkan gejala kolik dan kembung.
6. Daging sapi dan unggas bisa mengandung zat kimia berbahaya yang bisa
terakumulasi di lemak mereka. Akan lebih baik bagi busui untuk
menghindari konsumsi makanan tersebut.
7. Hindari memberikan susu formula, air atau glukosa kecuali atas saran
medis.
8. Memberikan dot atau empeng selama menyusui akan menyebabkan bayi
mengalami bingung puting. Kondisi ini terjadi saat bayi kebingungan antara
puting ibu, empeng serta dot botol.
9. Jangan cepat beralih dari satu payudara ke payudara lainnya. Si kecil justru
hanya menghisap ASI yang encer ketimbang ASI yang kaya kandungan
nutrisi yang baru keluar setelah bayi menyusu selama beberapa lama.

D. Tanda Bayi Mendapat ASI Yang Cukup


1. Buang air kecil bayi 6-8 kali/24 jam³
2. Buang air besar bayi bewarna kekuningan "berbiji", frekuensi sering dan warna
menjadi lebih muda pada hari ke lima setelah kelahiran
3. Bayi tampak puas setelah minum ASI
4. Payudara terasa lembut dan kosong setelah menyusui
5. Motorik bayi berkembang dengan baik, ditandai dengan gerakan bayi aktif dan
perkembangan motoriknya sesuai dengan usianya
6. Warna kulit bayi merah, tidak kuning dan kulit terasa kenyal
10
7. Berat badan bayi dan tinggi badan bayi bertambah sesuai dengan grafik
pertumbuhan
8. Bayi terlihat puas dan tidur cukup

E. Peran Keluarga Dan Tenaga Kesehatan


 Dukungan Tenaga Kesehatan
Dukungan yang dapat diberikan oleh tenaga kesehatan agar ibu berhasil
menyusui bayinya secara eksklusif meliputi:
1. Memberikan informasi-informasi persiapan menyusui selama kehamilan
agar ibu termotivasi untuk memberikan ASI kepada bayinya. Keinginan
untuk memberikan ASI adalah faktor yang sangat penting terhadap
keberhasilan menyusui. informasi yang dapat diberikan oleh tenaga
kesehatan meliputi:
a) Proses menyusui
b) ASI eksklusif
c) Manfaat ASI
d) Gizi ibu hamil dan menyusui
e) Teknik menyusui yang benar, dan sebagainya.
2. b. Melaksanakan inisiasi menyusu dini segera setelah bayi lahir dan stabil
(dalam waktu < 30 menit setelah lahir)
3. c. Setelah bersalin, ibu dan bayi di rawat di ruangan yang sama. Kemudian
tenaga kesehatan membantu atau mengajarkan cara menyusui bayi.
 Dukungan Keluarga
Keluarga memiliki peranan penting terhadap keberhasilan ibu dalam
menyusui bayinya, karena keluarga adalah orang-orang terdekat yang selalu
berada di samping ibu.
1. Dukungan suami
Dukungan suami sangat menentukan keberhasilan menyusui. Dukungan
yang di berikan suami dapat berupa bantuan secara fisik maupun support
secara emosional. Beberapa hal yang harus dilakukan agar peran suami
dalam keberhasilan menyusui dan ASI eksklusif dapat optimal meliputi:
a) Belajar (mencari informasi) tentang perawatan dan pengasuhan bayi
termasuk tentang pemberian ASI serta meningkatkan kemampuan

11
dalam perawatan bayi. Proses belajar tersebut dapat dilakukan sejak
kehamilan.
b) Meyakini bahwa setiap ibu dapat menyusui
c) Membina hubungan baik dengan pasangan (harmonis)
d) Memberikan motivasi kepada istri untuk tetap menyusui
e) Membantu pekerjaan istri sehingga lebih fokus untuk menyusui
f) Memastikan istri mendapatkan asupan gizi yang baik sehingga
produksi ASI lebih maksimal
g) Membantu istri untuk merawat bayi, misalnya mengganti popok atau
membawa bayi kepada ibunya untuk disusui
h) Memberikan dukungan saat istri menyusui, misalnya memberikan
pijatan pada punggung
i) Menemani jika istri terlihat kesepian dan menghibur jika istri terlihat
sedih
j) Melibatkan anggota keluarga lain dan lingkungan sekitar untuk
memberikan dukungan kepada istrinya selama menyusui.
 Dukungan Anggota Keluarga Lain

Ketika menemukan masalah dalam menyusui, mayoritas ibu menyusui


akan meminta bantuan kepada keluarga atau teman dari pada datang ke tenaga
kesehatan. Pengalaman dalam menyusui yang dimiliki oleh keluraga, teman
atau lingkungan sekitar berkontribusi terhadap keinginan ibu untuk menyusui
dan pengambilan keputusan untuk terus menyusui bayinya. Ketika ibu
mendapatkan informasi yang benar tentang menyusui dari keluarga dan teman
sekitar, maka kemungkinan ibu dapat menyusui dengan baik dan berhasil
melaksanakan ASI eksklusif sangat besar, begitu pula sebaliknya.

12

Anda mungkin juga menyukai