Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan masa nifas. Seperti
melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data , menetapkan diagnosa dan
rencan tindakan serta melaksnakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah
komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama masa nifas dengan memberikan
asuhan secara profesional
Pada pemberian ASI sering terdapat masalah, baik pada teknik pemberian ibu dan
anatomi payudara ibu, serta kemampuan anak untuk menghisap dan anatomi orofaringeal
anak. Seringkali ketidakcukupan jumlah susu sering dinilai sebagai suatu masalah, sehingga
terjadi pemberhentian pemberian ASI. Seringkali juga wanita mengeluh karena luka pada
puting susu, dimana hal ini terjadi karena posisi dan perlekatan anak yang salah ketika
menyusui. Dalam keadaan normal, wanita secara fisiologis mampu untuk memproduksi susu
yang cukup. Kurangnya pengertian dan pengetahuan ibu tentang manfaat ASI dan menyusui
menyebabkan ibu – ibu mudah terpengaruh dan beralih kepada susu botol (susu formula).
Kesehatan/status gizi bayi/anak serta kelangsungan hidupnya akan lebih baik pada ibu- ibu
yang berpendidikan rendah. Hal ini karena seorang ibu yang berpendidikan tinggi akan
memiliki pengetahuan yang luas serta kemampuan untuk menerima informasi lebih tinggi.
Menyusui merupakan aktivitas yang sangat penting baik bagi ibu maupun bayinya. Dalam
proses menyusui terjadi hubungan yang erat dan dekat antara ibu dan anak. Tentunya kaum
ibu ingin dapat melaksanakan aktivitas menyusui dengan nyaman dan lancar. Namun
demikian, terkadang ada hal-hal yang mengganggu kenyamanan dalam menyusui. Masalah-
masalah yang sering dialami oleh ibu sehubungan dengan menyusui dan bagaimana
mengatasinya akan dipaparkan pada pembahasan kali ini.

1.2 Rumusan Masalah

1.      Apa itu ASI eksklusif ?

2.      bagaimana cara merawat payudara ?

3.      bagaimana cara menyusui yang benar?

4.      apa saja masalah dalam pemberian ASI ?

Asuhan pada ibu menyusui 1


1.3 Tujuan

1.      Untuk mengetahui Apa itu ASI eksklusif ?

2.     Untuk mengetahui bagaimana cara merawat payudara ?

3.      Untuk mengetahui bagaimana cara menyusui yang benar?

4.     Untuk mengetahui apa saja masalah dalam pemberian ASI ?

Asuhan pada ibu menyusui 2


BAB II

ISI

ASUHAN PADA IBU MENYUSUI

2.1 ASI Eksklusif

Yang dimaksud dengan ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan
dan minuman pendamping (termasuk air jeruk, madu, air gala), yang dimulai sejak
bayi baru lahir sampai dengan usia 6 bulan. Walaupun pada kenyataannya
kebanyakan dari ibu yang bekerja bermasalah dengan kebijakan ini karena hambatan
waktu, namun sebagai bidan harus berupaya untuk memberikan solusi dari hambatan
ini melalui beberapa langkah. (ari sulistyawati : 2009)

Pemberian ASI eksklusif ini tidak selamanya harus langsung dari payudara
ibunya. Ternyata, ASI yang ditampung dari payudara ibu dan ditunda pemberiannya
kepada bayi melalui metode penyimpanan yang benar relatif masih sama kualitasnya
dengan . ASI yang langsung dari payudara ibunya. (ari sulistyawati : 2009)

Komposisi ASI sampai dengan 6 bulan sudah cukup untuk memenuhi


kebutuhan gizi bayi, meskipun tanpa tambahan makanan atau produk minuman
pendamping. Kebijakan ini berdasarkan pada beberapa basil penelitian (evidenve
based) yang menemukan bahwa pemberian makanan pendamping ASI justru akan
menyebabkan pengurangan kapasitas lambung bayi dalam menampung asupan cairan
ASI sehingga pemenuhan ASI yang seharusnya dapat maksimal telah tergantikan oleh
makanan pendamping. (ari sulistyawati : 2009)

2.2 Cara Merawat Payudara

1. Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama bagian pating susu.
2. Menggunakan BH yang menyokong payudara.
3. Apabila pating susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang keluar di sekitar
paring setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dimulai dari puting
susu yang tidak lecet.
4. Apabila lecet sangat berat, dapat diistirahatkan selama 24jam. ASI dikeluarkan
dan diminumkan menggunakan sendok.

Asuhan pada ibu menyusui 3


5. Untuk menghilangkan nyeri, ibu dapat minum parasetamol 1 tablet setiap 4-6 jam.
6. Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI maka ibu dapat melakukan:
a. Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat
selama 5 menit.
b. Urut payudara dari arah Pangkal ke puting atau gunakan sisir untuk
mengurut payudara dengan arah "Z" menuju pating.
c. Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga puting susu
menjadi lunak.
d. Susukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila bayi tidak dapat mengisap seluruh
ASI, sisanya keluarkan dengan tangan.
e. Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui. (ari sulistyawati :
2009)

2.3 Cara Menyusui yang Benar

1. Posisi ibu dan bayi yang benar

a. Berbaring miring

Ini posisi yang amat baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau bila ibu
merasakan lelah atau nyeri. Ini biasanya dilakukan pada ibu menyusui yang
melahirkan melalui operasi sesar. Yang harus diwaspadai dari teknik ini adalah
pertahankan jalan nafas bayi agar tidak tertutup oleh payudara ibu. Oleh karena itu,
ibu harus selalu didampingi oleh orang lain ketika menyusui.

b. Duduk

Untuk posisi menyusui dengan duduk, ibu dapat memilih beberapa posisi tangan dan
bayi yang paling nyaman. Perhatikan beberapa gambar berikut:

2. Proses pelekatan bayi dengan ibu

Untuk mendapatkan pelekatan yang maksimal, penting untuk memberikan


topangan/sandaran pada punggung ibu dalam posisinya tegak lurus terhadap
pangkuannya. Ini mungkin dapat dilakukan dengan duduk bersila di atas tempat tidur,
di lantai atau di kursi.

Asuhan pada ibu menyusui 4


Dengan posisi berbaring miring atau duduk (punggung dan kaki ditopang), akan
membantu bentuk payudaranya dan memberikan ruang untuk menggerakkan bayinya
ke posisi yang baik.

Badan bayi harus dihadapkan ke arah badan ibu dan mulutnya berada di hadapan
puting susu ibu. Leher bayi harus sedikit ditengadahkan.

Bayi sebaiknya ditopang pada bahunya sehingga posisi kepala agak tengadah dapat
dipertahankan. Kepala dapat ditopang dengan jari-jari tangan yang terentang atau
pada lekukan siku ibunya. Mungkin akan membantu dengan membungkus bayi
sehingga tangannya berada di sisi badan. Bila mulut bayi disentuhkan dengan lembut
ke puting susu ibunya maka ia akan membuka mulutnya lebar-lebar (reflex rooting).
Pada saat mulut bayi terbuka, gerakkan dengan cepat ke arah payudara ibu.

Sasarannya adalah memposisikan bibir bawah paling sedikit 1,5 cm dari pangkal
puting susu. Bayi harus mengulum sebagian besar dari areola di dalam mulutnya,
bukan hanya ujung puting susunya saja. Hal ini akan memungkinkan bayi menarik
sebagian dari jaringan payudara masuk ke dalam mulutnya dengan lidah din rahang
bawah. Bila diposisikan dengan benar, bayi akan membentuk suatu pentil, jaringan
puting susu, dan payudara, serta sinus lactiferous sekarang akan berada dalam rongga
mulut bayi. Puting susu akan masuk sampai sejauh langit - langit lunak (velum
platinum) dam bersentuhan dengan langit-langit tersebut.

Sentuhan ini akan merangsang refleks penghisapan. Rahang bawah bayi menutup
pada jaringan payudara, ,penghisapan akan terjadi, dan puting susu ditangkap dengan
baik dalam rongga mulut, sementara lidah memberikan penekanan yang berulang-
ulang secara teratur sehingga ASI akan keluar dari duktus lactjferous.

Langkah-langkah dalam pelekatan/menyusui yang benar :

1. Keluarkan ASI sedikit untuk membersihkan puting susu sebelum menyusui


2. Pegang payudara dengan C hold di belakang areola
3. Hidung bayi dan puting susu ibu berhadapan
4. Sentuh pipi atau bibir bayi merangsang rooting reflect
5. Tunggu sampai mulut terbuka lebar dan lidah menjulur
6. Dekatkan bayi ke ibu dan arahkan puting susu ke arah atas menyusuri langit mulut
bayi.

Asuhan pada ibu menyusui 5


7. Puting susu,areola,dan sebagian besar gudang ASI tertangkap oleh mulut bayi
8. Posisi mulut dengan pelekatan yang benar
9. Jika bayi sudah dirasa cukup kenyang meka hentikan proses menyusui dengan
memasukkan kelingking ke dalam mulut bayi menyusuri langit-langit mulut bayi.
10. Kadang bayi akan tertidur sendiri sebelum proses menyusui di akhiri
(menunjukkan bayi menetek dengan puas ). (ari sulistyawati : 2009)

Tanda –tanda pelekatan yang benar, antara lain :

1. Tampak areola masuk sebanyak mungkin. Areola bagian atas lebih banyak terlihat
2. Mulut terbuka lebar
3. Bibir atas dan bawah terputar keluar
4. Dagu bayi menempel pada payudara
5. Gudang ASI termasuk dalam jaringan yang masuk
6. Jaringan payudara meregang sehingga membentuk “dot”yang panjang.
7. Puting susu sekitar 1/3-1/4 bagian “dot ” saja
8. Bayi menyusu pada payudara, bukan puting susu
9. Lidah bayi terjulur melewati gusi bawah (di bawah gudang ASI ), melingkari “ dot
” jaringan payudara. (ari sulistyawati : 2009)

Tanda-tanda pelekatan yang salah,antara lain :

1. Tampak sebagian besar kalang payudara/areola mamae berada di luar


2. Hanya puting susu atau disertai sedikit areola yang masuk mulut bayi
3. Seluruh atau sebagian besar gudang ASI berada di luar mulut bayi
4. Lidah tidak melewati gusi (berada di depan puting susu) atau lidah sedikit sekali
berada di bawah gudang ASI
5. Hanya puting susu yang menjadi “ dot ”
6. Bayi menyusu pada puting
7. Bibir memucu atau monyong
8. Bibir bawah terlipat ke dalam sehingga menghalangi pengeluaran ASI oleh lidah.
(ari sulistyawati : 2009)

Asuhan pada ibu menyusui 6


2.3 Masalah Dalam Menyusui

1. Pada masa antenatal

Puting yang kurang menguntungkan seperti ini sebenarnya tidak selalu


menjadi masalah. Secara umum, ibu tetap masih dapat menyusui bayinya dan
upaya selama antenatal umumnya kurang berfaedah, seperti memanipulasi puting
dengan perasat hoffman, menarik-narik puting, atau penggunaan breast shield dan
breast shell. Yang paling efisien untuk memperbaiki keadaan ini adalah isapan
lansung bayi yang kuat. Dalam hal ini, sebaiknya ibu tidak melakukan apa-apa,
tunggu saja sampai bayi lahir. Segera setelah bayi lahir, ibu dapat melakukan:

a. Skin to skin contact dan biarkan bayi mengisap sendiri mungkin


b. Biarkan bayi “mencari” puting susu, kemudian mengisapnya.
Bila perlu, coba berbagai posisi untuk mendapatkan keadaan puting yang
paling menguntungkan. Rangsang puting biar dapat “keluar” sebelum bayi
“mengambilnya”.
c. Apabila puting benar-benar tidak muncul, dapat “ditarik” dengan pompa puting
susu ( nipple paller) atau yang paling sederhana dengan modifikasi spuit injeksi
10 ml. Bagian ujung dekat jarum dipotong dan kemudian pendorong

Asuhan pada ibu menyusui 7


dimasukkan dari arah potongan tersebut. Cara penggunaan pompa puting susu
modifikasi ini adalah dengan menempelkan ujung pompa spuit modifikasi)
pada payudara sehingga puting berada di dalam pompa, kemudian tarik
perlahan sehingga terasa ada tahanan dan dipertahankan selama 30 detik
sampai 1 menit. Bila terasa sakit, tarikan dikendorkan. Prosedur ini diulang
terus hingga beberapa kali dalam sehari.
d. Jika tetap mengalami kesulitan, usahakan agar bayi tetap disusui dengan sedikit
penekanan pada aerola mamae dengan jari hingga terbentuk “dot” ketika
memasukkan puting susu ke dalam mulut bayi.
e. Bila terlalu penuh, ASI dapat diperas terlebih dahulu dan diberikan dengan
sendok atau cangkir, atau teteskan langsung ke mulut bayi. Bila perlu, lakukan
ini hingga 1-2 minggu.

2. Pada masa setelah persalinan dini


a. Puting susu lecet

Pada keadaan ini, seseorang ibu sering menghentika proses menyusui


karena putingnya sakit. Dalam hal ini, yang perlu dilakukan oleh ibu adalah
mengecek bagaimana perlekatan ibu dan bayi, serta mengecek apakah terdapat
infeksi candida (di mulut bsyi). Jila gejala berikut ditemui maka berikan
nistatin. Biasanya, kulit akan merah, berkilat, kadang gatal, terasa sakit yang
menetap, dan kulit kering bersisik (flaky). (ari sulistyawati : 2009)

Saat puting susu dalam keadaan lecet dan kadang retak-retak atau luka, ibu
dapat melakukan beberapa cara, antara lain:

1) Terus memberikan ASI pada bagian luka yang tidak begitu sakit.
2) Mengoles puting susu dengan ASI akhir (bind milk ), jangan sekali-kali
memberikan obat lain, seperti krim, salep, dan lain-lain.
3) Mengistirahatkan puting susu yang sakit untuk sementara waktu, kurang
lebih 1x24 jam dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar
2x24 jam.
4) Selama puting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan
tangan dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena akan nyeri.

Asuhan pada ibu menyusui 8


Kemudian berikan ASI kepada bayi dengan menggunakan sendok atai
pipet.
5) Cuci payudara sekali saja dalam sehari dan tidak dibenarkan menggunakan
sabun.

b. Payudara bengkak
Sebelumnya, kita perlu membedakan antara payudara penuh karena berisi
ASI dengan payudara bengkak. Pada payudara penuh, gejala yang dirasakan
pasien adalah rasa berat pada payudara, panas, dan keras, sedangkan pada
payudara bengkak, akan terlihat payudara udem, pasien merasakan sakit,
puting susu kencang, kulit mengkilat walau tidak merah, ASI tidak akan
keluar bila diperiksa atau diisap, dan badan demam setelah 24 jam. Hal ini
dapat terjadi karena beberapa hal, antara lain produksi ASI meningkat,
terlambat menyusukan dini, perkataan kurang baik, kurang sering
mengeluarkan ASI, atau karena ada pembatasan waktu menyusui. Untuk
mencegah supaya hal ini tidak terjadi, perli dilakukan beberapa hal, seperti
menyusui dini, pelekatan yang baik, dan menyusui on demand. Bayi harus
lebih sering disusui. Apabila terlalu tegang atau bayi tidak dapat menyusu,
sebaiknya ASI dikeluarkan dahulu agar ketegangan menurun.

Untuk merangsang refleks oksitosin, dapat dilakukan langkah-langkah berikut


ini:
1) Kompres panas untuk mengurangi rasa sakit.
2) Ibu harus rileks.
3) Dekatkan bayi kepada ibu agar ibu dapat memandangnya.
4) Pijat leher dan punggung belakang ( sejajar daerah payudar ).
Menggunakan ibu jari dengan teknik gerakan memutar searah jarum jam
kurang lebih selama 3 menit.
5) Belai dengan lembut kedua payudara menggunakan minyak pelumas.
6) Lakukan setimulasi pada kedua puting. Caranya, pegang puting dengan
dua jari pada arah yang berlawanan, kemudian putar puting dengan
lembut searah jarum jam.
7) Selanjutnya, kompres dengan air hangat dan dingin untuk mengurangi
udem.

Asuhan pada ibu menyusui 9


8) Pakai BH sesuai dengan ukuran dan bentuk payudara, yang dapat
menyangga payudara dengan baik.
9) Bila trrlalu saki, dapat diberikan obat analgesic parasetamol 500 mg.

c. Abses payudara (mastitis)

Mastitis adalah peradangan pada payudara. Ada 2 jenis mastitis, yaitu non-
infetive mastitis (hanya karena pembendungan ASI /milk stasis) dan infektive
mastitis (telah terinfeksi bakteri). Lecet pada puting dan trauma pada kulit juga
dapat mengundang infeksi bakteri. Gejala yang ditemukan adalah payudara
menjadi merah, bengkak, kadang disertai rasa nyeri dan panas, serta suhu
tubuh meningkat. Di bagian dalam terasa ada massa padat (lump) Dan di
bagian luarnya, kulit menjadi merah. Kejadian ni terjadi pada masa nifas 1-3
minggu setelah persaliana di akibatkan oleh sumbatan saluran asi yang
berlnjut.

Keadaan tersebut dapat di sebabkan beberapa hal, antara lain:

1. Kurangnya ASI yang di keluarkan atau di isap


2. Pengisapan yang tidak efektif
3. Kebiasaan menekan payudara dengan jari tau kerena tekanan baju
4. Pengeluaran ASI pada payudara yang besar, terutama pada bagian bawah
payudara yang mengantung

Asuhan pada ibu menyusui 10


Beberapa tindakan yang dapat di lakukan, antara lain:

1. Kompres hangat atau panas dan lakukan pemijatan


2. Rangsang oksitosin dengan pemijatan punggung dan kompres
3. Pemberin antibotik fluceloksacilin atau erythromycin selama 7-10 hari
4. Bila perlu istrhat total dan konsumsi obat untuk menghilanngkan radsa nyeri
5. Kalau sdah terjadi apses, sebainya payudara yabg sakit didak boleh di susukan
karena mungkin akan memerlukan tindakan bedah

3. pada masa setelah persalianan lanjut

a. syindrom ASI kurang

pada kenyataanya, asi sering tidak bener-benar kurang. Tanda-tanda


yang”mungkin saja” asi benar-benar kurang antara lain:

1. Bayi tidak puas setiap kali menyusu, menyusui dengan wktu yng sangat lama,
atau terkadang lebih cepat menyusu. Di kira produksi ASI kurang, padahal
karna bayi telah pandai menyusu
2. Bayi sering menangis atau menolak jika di susui
3. Tinja bayi keras, kering atau berwatna hijau
4. Payudara tidak membesar selama kehamilan ( keadaan yang jarang) bayi tidak
datang setalah bayi lahir.

Walaupun ada tanda-tanda tersebut, tapi tetep perlu di periksa apakah tanda-
tanda tersebut dapat di percaya. Tanda bahwa ASI benar-baenar kurang:

1. Berat bayi meningkat kurang dari rata-rata 500 gram perbulan


2. Berat badan setelah lahir dalam waktu dua minggu belum kembali
3. Ngompol rata-rata kurang dari 6 kali dalam 24 jam. Cairan uri pekat, berwarna
kuning.

Cara mengatasinya di sesuaikan dengan penyebab, terutama di cari


berdasarkan factor penyebeb berikut ini:

1. Factor tknik menyusui


Keadaan ini yang paling sering di jumpai,ntara lain karena masalah frekuensi,
pelekatan , penggunakan atau botol, dll.
2. Factor psikologis

Asuhan pada ibu menyusui 11


Ini juga sering terjadi. Biasanya ini erat kaitanya dengn perlekatan antara ibu
dan bayi atau karena ibu tidak dapat berkonsentrasi pada peranya sebagai ibu,
misalnya pada ibu yang berkarir susses.
3. Factor fisik ibu
Hal ini jarang di jumpai misalnya karena penggunaan alat kontra sepsi, hamil,
merokok, kurang gizi,dll.
4. Factor kondisi bayi
Hal ini sangat jarang di jumpai misalnya penyakit abnormalitas bayi.

Ibu dan bayi dapat saling membantu agar produksi ASI meningkat dan bayi
dapat terus memberikan isapan efektifnya.pada keadaan tertentu, ketika
produksi asi memeng sangat tidak memedai, perlu upaya yang lebih, misalnya
relaktasi dan bila perlu dapat di lakukan pemberian asi suplementer, yaitu
dengan menggunakan pipa nasugastrek atau pipa halas lainya yang di
tempelkan pada putimg untuk di hisap bayi dan ujung lainya di hubungakan
dengan asi atau susu formula.

b. Ibu yang bekerja

seringkali alasan pekerjaan membuat seorang ibu merasa kesulitan memberikn


sai secara eksklusif. Banyakdi antaranya disebabkan karena ketidaktahuan dan
kurangnya inat untuk menyusui bayinya. Sebenarnya ada beberapa cara yang
dapat di anjurkanpada ibu menyusui dan bekerja, di antaranya:

1. Susuilah bayi sebelum ibu berangkat kerja


2. Keluarkan asi dengan cara dip eras, kemudian simpan untuk persediaan di
rumah selama ibu bekerja
3. Pada saat ibu di rumah, sesering mungkin bayi di susui, dang anti
jadwalmenyusuinya sehingga banyak menyusu di malam hari.
4. Tingkatkan keterampilan mengeluarkan asi dan mengubah jadwal menyusui
sebaiknya telah dipraktikan sebulan sebelum ibu mulai kembali bekerja setelah
cuti
5. Minum dan makan makanan yang bergizi dan cukup selama bekerja dan
menyusui bayinya

c. peneluaran ASI

Asuhan pada ibu menyusui 12


keluarkan ASI sebanyak mungkin dan tamping di dalam cangkira atau gelas
yang bersih. Meskipun langkah ini terlihat sederhana, namun tidak ada
salahnya jika bidan memeberikan bimbingan tehnik memerah asi yang tepat.

Beberapa tehnik memerah asi:

1. Memerah asi dengan menggunakan tangan

Dalam hal ini, memerah asi denga teknik” marmed”. Bertagun-tahun lamanya,
para ibu telahmenggunakan teknik dari dokter Marmed yang mengutamakan
let dowen reflex untuk memeras asi. Banyak pula ibu menysui yang
menyatakan bahwa dengan teknik terebut produksi asi dapat meningkat. Ibu
menyusui yang sebelumnya memerah asi atau yang belum pernah memerah asi
akan mendapatkan hasil yang sempurna dengan teknik ini.

Jika kita perhatikan cara memerah asi dengan tangan, tampaknya sulita dari
yang di bayangkan. Dalam hal ini, tangan harus lebih cepat dari mata
sehingga banyak ibu yang merasa Bawah memeras ASI dengan tangan
sangatlah sulit, meskipun ibu telah belajar dari bacaan atau praktik langsung.
Memang ASI dapat diperah dengan mudah tanpa tehnik apapun, namun akan
merusak jaringan lemak pada payudara, membuat payudara menjadi lecet,
bahkan kulit payudara dapat menjadi memar atau memerah.

Memerah ASI dengan tehnik tersebut awalnya diciptakan oleh seorang ibu
yang harus mengeluarkan ASI-nya karena alasan medis. Awalnya ia kesulitan
mengeluarkan ASI dengan reflex (tidak sesuai dengan refleks keluarnya ASI
saat bayi menyusu). Hingga akhirnya ia menemukan satu metode memijat dan
menstimulasi agar refleks keluarnya ASI lebih optimal. Kunci sukses dari
tehnik ini adalah kombinasi dari cara memerah ASI dan cara memijat.

Jika tehnik ini dilakukan dengan efektif dan tepat maka seharusnya tidak akan
terjadi lagi masalah dalam produksi ASI atau cara mengeluarkan ASI. Tehnik
ini dapat dengan mudah dipelajari sesuai intruksi. Tentu saja, semakin sering
ibu melatih memerah dengan tehnik marmet ini maka ibu makin terbiasa dan
tidak akan menemui kendala.

Asuhan pada ibu menyusui 13


1. Letak ibu jari dan dua jari lainnya sekitar 1-1,5 cm dari areola. Usahakan
untuk mengikuti aturan tersebut sebagai panduan, apalagi ukuran dari areola
tiap wanita sangat bervariasi. Tempatkian ibu jari diatas areola pada posisi
jam 12 dan jari lainnya diposis jam 6. Perhatikan bahwa jari-jari tersebut
terletak di atas gudang ASI sehingga proses pengeluaran ASI dapat optimal.
Hindari melingkari jari pada areola. Posis jari seharusnya tidak berada di jam
12 dan jam 4.
2. Dorong kearah dada. Hindari meregangkan jari, bagi ibu yang payudaranya
besar angkat dan dorong ke arah dada.
3. Gulung menggunakan ibu jari dan jaari lainnya secara bersamaan.
4. Gerakkan ibu jari dan jari lainnya hingga menekan gudang ASI hingga
kosong, jika dilakukan dengan tepat maka ibu tidak akan kesakitan saat
memerah
Catatan: perhatikan posisi dari ibu jari dan jari-jari laainnya dengan baik. Arah
panah menunjukkan arah tekanan jari saat melakukan gerakan. Perhatikan
posisi jari berubah pada tiap gerakan mulai dari posisi push (jari terletak jauh
di belakang areola) hingga posisi roll (jari terletak di sekitar areola). Ulangi
secara teratur (rhythmically) hingga gudang ASI kosong. Posisikan jari secara
tepat, push (dorong), roll (gulung).
5. Putar ibu jari dan jari-jari lainnya ke titik gudang ASI lainnya. Demikan juga
saat memerah payudara lainnya, gunakan kedua tangan. Misalkan saat
memerah payudara kiri, gunakan tangan kiri. Juga saat memerah payudara
kanan, gunakan tangan kanan. Saat memerah ASI, jari-jari berputar seiring
jarum jam atau berlawana agar semua gudang ASI kosong. Pindahkan ibu jari
dan jari lainnya pada posis arah jam 6 dan jam 12, posis jam 11 dan jam 5, jam
2 dan jam 8, serta jam 3 dan jam 9.
Hindari gerakan-gerakan berikut:
1. Menekan/memencet payudara. Hal tersebut dapat melukai payudara
2. Menarik-narik puting. Hal inidapat merusak lapisan lemak pada aleora.
3. Menekan dan mendorong (seliding on) payudara. Hal ini dapat menyebabkan
kulit pada payudara memar atau memerah.
Cara mengeluarkan ASI dengan mudah
1. Pemijatan (massage)

Asuhan pada ibu menyusui 14


Pijatlah sel-sel produksi ASI dan saluran ASI mulai dari bagian atas payudara.
Dengan gerakan memutar, pijat payudara dengan menekannya kearah dada.
2. Penekanan (stroke)
Tekanlah daerah payudara dari bagian atas hingga sekitar puting dengan
tekanan lembut, dengan jari seperti menggelitik.
3. Mengguncang (shake)
Guncanglah payudara dengan arah memutar, gerakan gravitasi ini akan
membantu keluarnya ASI.
Prosedur berikut diutamakan bagi para ibu yang memberikan ASI eksklusif
dan bagi mereka yang ingin meningkatkan produksi ASI, serta menjaga agar
produksi ASI optimal.
1. Perahlah kedua payudara hingga ASI kosong dari gudang payudara
(ditandai dengan aliran ASI yang menurun).
2. Lakukan prosedur stimulasi refleks keluarnya ASI agar ASI mudah
dikeluarkan (massage, stroke, dan shake ) pada kedua payudara, prosedur
tersebut dapat dilakukan kapan pun.
3. Ulangi seluruh proses memerah ASI pada setiap payudara stimulasi refleks
keluarnya ASI sekali atau dua kali. Aliran ASI biasanya menurun pada dua
atau tiga kali. Ini artinya gudang ASI mongering.
Keseluruhan prosedur umumnya membutuhkan waktu sekitar 20-30 menit.
1. Perahlah tiap payudara selama 5-7 menit.
2. Pijat (massage), stroke, guncang (shake).
3. Perahlah lagi tiap payudara selama 3-5 menit.
4. Pijat (massage), stroke, guncang (shake).
5. Perahlah lagi tiap payudara selama 2-3 menit.
Catatan:
1. Jika suplai ASI terjaga, gunakan waktu semaksimal mungkin. Waktu tersebut
hanya sebagai patokan saja. Perhatikan aliran ASI dan ganti payudara lainnya
jika aliran ASI pada payudara tersebut sudah mulai menurun.
2. Jika ASI tidak keluar atau hanya sedikit ASI yang keluar, ikuti petunjuk
tersebut dengan periode waktu lebih singkat dan sering.

d. Penyimpanan ASI

Asuhan pada ibu menyusui 15


Penyimpanan ASI dapat dilakukan selama:

 4-8 jam dalam tempratur ruang (19-25oC), bila kolustrum (suhu awal)
masih bertahan selama 12 jam
 1-8 hari di lemari es (0-4oC)
 2 minggu sampai 4 bulan di freezer lemari es
 4 bulan dalam peti freezer

ASI tidak boleh dipanaskan atau di masak, hanya di hangatkan


dengan cara meredam gelas berisi ASI ke dalam air hagat.

1. Memerah ASI dengan menggunakan pompa


Dalam hal ini, ada 2 macam pompa ASI

a. Pompa ASI manual

1. Tipe terompet (squezze-bulb)


 Tidak dapat disterilkan bagian bola karetnya
 Tekanan negatif yang di hasilkan sukar di kontrol
 Tidak di anjurkan untuk memakai pompa jenis ini
2. Tipe silendris atau piston
 Semua bagian dapat di sterilkan
 Tekanan negatif yang di hasilkan dapat diatur

b. Pompa ASI listrik


Petunjuk pemakaian pompa ASI listrik:
1. Cuci bersih kedua tangan
2. Bersihkan payudara dengan kain yang lembab, jangan gunkan sabun atau
alkohol
3. Duduk dengan nyaman dan santai, jika perlu gunakan pijakan kaki.
4. Pijat payudara sebelum di pompa
5. Keluarkan dengan tangan beberapa tetes ASI yang menetes pertama, kemudian
di buang (untuk meminimalkan jumlahnya bakteri yang dapat mencemari ASI)

Asuhan pada ibu menyusui 16


6. Pegang corong pompa susu (breasbield) antara telunjuk dan jari tengah, serta
tekan dengan lembut, tatapi kuat di atas puting. Sementara itu, sangga
payudara sedikit dengan tangan yang sama.
7. Yalakan pmpa susu dan mulailah dengan tingkat isapan yang paling minimum
8. Coba dengan tingkatan isapan yang berbeda-beda, pilih tingkat isapan yang
bekerja terbaik dan paling nyaman

Membersihkan/mensterilkan:

1. Lepaskan selang dari breashield dan pisahkan botolnya


2. Lepaskan valve dari breashield dan memberan dari vulva
3. Masukkan bagian-bagian yang telah dilepas (tidak termasuk mesinnya) ke
dalam sterilizer,disbwasher, atau rebus dalam air mendidih 3 menit atau
autoklaf (134oC selama 3menit atau 125oC selama 15-20 menit).
4. Perhatikan , alat-alat tersebut tidak dapat di sterilkan dalam oven atau
microwave

4. Masalah menyususi pada keadaan khusus

Yang termasuk dalam “keadaan khusus” adalah ibu yang melahirkan dengan
bedah sesar, ibu yang menderita AIDS (HIV+), dan ibu yang menderita
hepatitis B.

a. Ibu yang melahirkan dengan bedah sesar


Pada ibu yang melahirkan bedah dengan pembiusan umum, tidak mungkin
dapat segera menyusui bayinya karana ibu belum sadar akibat pengaruh obat
biusnya. Jika ibu sudah sadar maka secepatnya bayi di susukan dengan
bantuan tenaga medis. Pada yang mengalami pembedahan tidak dengan
pembiusan umum, kontak dengan bayi melalui peroses menyusui dapat
sesegera mungkin dilakukan posisi berbaring miring dengan bahu dan kepala
di topang dengan bantal, sementara bayi di susukan di atur sedemikian ruapa
sehingga areola mamae dapat semuanya masuk ke dalam mulut bayi. Apabila
ibu sudah dapat duduk maka bayi dapat di sususi dengan posisi “memegang
bola”.
b. Ibu yang menderita AIDS (HIV+)

Asuhan pada ibu menyusui 17


AIDS pada anak-anak muncul bersama-sama dengan AIDS pada orang
dewasa. Pada orang dewasa, penularan umumnya melalui 3 cara, yaitu
hubungan seksual dengan penderita, penularan prentral melalui transfusi
darah, dan jarum suntik yang di pakai bersamam-sama dengan penderita,
sedangkan bagi perinatal, ibu yang menularkan kepada bayinya. Pada anak,
AIDS mempunyai hubungan yang sepesifik dengan faktor-faktor resiko
tertentu, seperti ibu yang kecanduan obat atau narkoba suntikan, anak yang
dilahirkan dari ibu yang menderita AIDS, anak yang mendapatkan transfusi
dari donor penderita.

Dugaan faktor menyusui sebagai penderita AIDS bagi bayi atau anak
dimulai dari adanya laporan dari beberapa negara, seperti Rwanda, Austeralia,
Prancis, Ameika Serikat, dan Zaire tentang ibu yang mendapat transfusi
seterah persalinan karna berbagai sebab, ternyata bayinya teriveksi oleh HIV
dapat di isolasi dari ASI.

Walaupun demikian, ada yang tidak sependafat bahwa ASI sebagai


media penular HIV karna laporan tersebut bukan merupakan satu-satunya
alasan yang dapat membuktikan hal tersebut.

Yang di pertnyakan sekarang adalah apakah di perbolehkan ibu yang


menderita AIDS menyusui bayinya? Adanya dugaan bahwa kemungkinan
virus AIDS dapat ditularkan melalui ASI menyebabkan centers for diseases
control (Amerika Serikat).

Melarang ibu yang menderita AIDS untuk menyusui bayinya, namun


sebaliknya, WHO membolehkan dengan berbagai pertimbangan. Pandangan
yang berbeda dari dua badan ini disebabkan oleh latar belakang yang berbeda
pula. Di beberapa belahan dunia, ASI mempunyai peranan yang sangat penting
untuk kesehatan, ekonomis, dan mengandung antiinfeksi, sementara pihak bagi
Amerika Serikat, masalah biaya dan tersedianya susu formula tidak menjadi
masalah sehingga pertimbangan keamanan lebih di utamakan. Ada pula yang
mempunyai pertimbangan untuk menyusui bayinya, yaitu bilamana penularan
sudah terjadi saat persalinan atau saat in utero, justru ASI akan melindungi
bayi dari infeksi lain yang menyertainya.

Asuhan pada ibu menyusui 18


Keputusan akhir mengenai boleh tidaknya ibu dengan AIDS untuk
menyusui bayinya diserahkan kebijakannya kepada masing – masing negara,
namun WHO menganjurkan untuk tetap disusui, terutama bagi negara – negara
berkembang. Bayi diberikan ASI ekslusif 6 bulan pertama. Dalam observasi
selama ini, penularan sebelum usia ini masih sangatlah rendah.

c. Ibu yang menderita hepatitis B

sampai saat ini pandangan boleh tidaknya seorang ibu dengan hepatitis
B menyusui anaknya didasarkan atas pertimbangan yang serupa dengan AIDS.
Menurut Americans Academy of Pediatricians, seorang ibu dengan HbsAg+
dapat menyusui bayinya setalah bayinya diberikan imunisasi hepatitis B.
Memang, HbsAg+ ditemukan juga didalam ASI, tetapi belum pernah
dilaporkan adanya penularan melalu ASI. Kolostrum ternyata juga tidak
mengandung virus hepatitis B. Pada penelitian terhadap penderita penyakit
hepatitis B, ternyata kadar HbsAg+ darah pada anak- anaknya tidak berbeda
bermakna dibandingkan dengan anak dari ibu yang tidak mengidap virus
hepatitis B. Selain itu, dalam ASI terdapat zat protektif, terutama limfosit yang
menghasilkan SigA dan interferon yang dapat membunuh kuman hepatitis B.

Program imunisasi global menganjurkan vaksinasi hepatitis B diberikan


segera setelah bayi lahir atau paling tidak dalam 24 jam setelah bayi lahir.
WHO menganjurkan pada ibu yang mengidap hepatitis B untuk tetap
memberikan ASI ekslusif, terutama bagi negara – negara yang berkembang.

5. Masalah menyusui pada bayi

a. Bayi sering menangis


“Menangis” merupakan salah satu cara komunikasi bayi dengan orang – orang
disekitarnya. Oleh karena itu, bila bayi sering menangis sebabnya tidak selalu
karena kekurangan ASI. Ada beberapa hal yang perlu ibu perhatikan bila
banyinya menangis:
1. Alasan bayi menangis, apakah karena laktasi belum berjalan baik atau
karena sebab lain, misalnya mengompol, merasa jemu, ingin digendong,
atau ingin disayang.

Asuhan pada ibu menyusui 19


2. Keadaan ini merukan hal biasa dan ibu tidak perlu terlalu cemas karena
kecemasan ibu dapat mengganggu proses laktasi itusendiri,akibatnya
produksi ASI akan berkurang.
3. Coba atasi dengan memeriksa pakaian bayi, mungkin perlu diganti karena
basah atau kotor.
4. Dapat juga dengan mengganti posisi bayi, misalnya posisi tengkurap
sambil ditepuk – tepuk pantatnya dengan lembut.
5. Mungkin bayi belum puas menyusu karena posisi tidak benar saat
menyusui, yang akibatnya ASI tidak sempurna keluar.
6. Bayi menangis mempunyai maksud untuk menarik perhatian, terutama
kepada ibu karena sesuatu hal. Oleh karena itu janganlah membiarkan
bayi menangis terlalu lama, di samping akan membuat ibu kesal dan
mengganggu proses laktasi.

Ada pula beberapa hal yang dapat mengubah “pola” bayi :


1. Kelaparan karena percepatan pertumbuhan: usia 2 minggu, 6 minggu, dan
3 bulan.
2. Makanan ibu: alergi terhadap susu sapi, kedelai, telur, dan kacang
3. Obat – obatan yang dikonsumsi ibu: kafein, kopi, teh, cola.
4. Terlalu banyak fore milk: kurang hind milk karena terlalu cepat
dipindahkan atau pancaran ASI terlalu kuat
5. Kolik: tak jelas penyebabnya mengapa ususnya “aktif”, biasanya
berkurang pada usia 3 bulan.
6. Bayi dengan banyak kebutuhannya

b. Bayi bingung puting


Bingung puting (nipple confusion) adalah suatu keadaan yang terjadi
karena bayi mendapat susu formula dalam botol yang berganti ganti dengan
menyusui pada ibu. Peristiwa ini terjadi karena mekanisme menyusu dengan
dot berbeda dengan menyusu pada ibu. Tanda – tanda bayi bingung puting :
1. Bayi menghisap puting seperti menghisap dot
2. Mengisap secara terputus – putus dan sebentar – bentar
3. Bayi menolak susu

Asuhan pada ibu menyusui 20


Untuk menghindari bayi bingung puting, ibu perlu memperhatikan
beberapa hal :
1. Jangan mudah mengganti ASI dengan susu formula tanpa indikasi yang
kuat.
2. Kalau terpaksa harus memberikan susu formula, berikan dengan sendok,
pipet, atau cangkir. Jangan sekali kali menggunakan botol dan dot atau
diberi kempeng.
c. Bayi prematur dan bayi kecil (berat badan rendah)
Bayi kecil, prematur, atau bayi dengan berat badan rendah mempunyai
masalah untuk menyusu karena refleks isapnya lemah. Oleh karena itu,bayi
kecil harus lebih sering dan cepat dilatih menyusu. Berikan ASI sesering
mungkin, walaupun waktu menyusunya pendek – pendek.
Untuk merangsang isapan bayi, sentulah langit – langit mulut bayi
dengan menggunakan jari tengah ibu yang bersih. Bila bayi masih di rawat di
RS, seringlah dijenguk sambil diberi sentuhan penuh kasih sayang atau bila
mungkin susuilah secara langsung. Sehubung dengan hal tersebut ada
beberapa hal yang perlu ibu perhatikan :
1. Bayi usia kehamilan 30 minggu dengan berat badan lahir < 1250
gram,biasanya diberikan cairan infuse selama 24 – 48 jam pertama.
Setelah itu, diberikan ASI yang diperas dan diberikan dengan
menggunakan pipa nasogastrik (NGT).
2. Usia 30 – 32 minggu dengan berat badan lahir 1250 – 1500 gram dapat
menerima ASI dari cangkir atau sendok (sekali atau dua kali), sementara
masih menerima juga makanan lewat pipa. Lama – kelamaan, makanan
lewat pipa dikurangi dan ASI makin ditingkatkan.
3. Usia 32 – 34 minggu dengan berat badan lahir 1500-1800 gram dapat
mulai menyusu langsung dari payudara, namun sangat diperlukan
ketelatenan dan kesabaran.
4. Usia > 34 minggu dengan berat badan lahir > 1800 gram, biasanya bias
mendapatkan semua kebutuhan dari payudara, walaupun kadang
tambahan ASI cangkir dapat masih dibutuhkan.
d. Bayi Kuning (ikterik)
“Kuning dini” terjadi pada bayi usia antara 2-10 hari. Bayi kuning lebih sering
terjadi dan lebih berat kasusnya pada bayi-bayi yang tidak mendapat cukup

Asuhan pada ibu menyusui 21


ASI. Warna kuning disebabkan kadar bilirubin yang tinggi dalam darah, yang
dapat terlihat pada kulit dan sclera. Untuk mencegah agar warna kuning tidak
lebih berat, bayi jelas membutuhkan lebih banyak ASI.
Dalam hal ini, yang harus dilakukan :
1. Segera memberikan ASI setelah bayi lahir.
2. Susui bayi sesering mungkin dan tanpa dibatasi
3. Bayi yang mendwapat ASI dikeluarkan, sebaiknya diberi tambahan
(dono).

e. Bayi Kembar
Ibu sangat perlu untuk diyakinkan bahwa alam sudah menyiapkan segala
sesuatunya untuk semua makhluk, sesuai kebutuhan pola pertumbuhan
masing-masing dan dapat memberikan makanan pertama bagi keturunannya
(ASI). Mula-mula, ibu dapat menyusui seorang demi seorang, tetapi
sebenarnya ibu dapat menyusui sekaligus berdua. Salah satu posisi yang
mudah adalah dengan posisi memegang bola. Jika menyusi bersama-sama,
bayi haruslah menyusu pada payudara secara bergantian, jangan menetap
hanya di satu payudara saja. Alasannya, selain memberikan variasi kepada
bayi, (tidak hanya menetap pada satu sisi sehingga nantinya tidak juling), juga
kemampuan menyusu maisng-masing bayi mungkin berbeda sehingga
memberikan kesempatan pada perangsangan putting susu untuk terjadi
seoptimal mungkin. Walaupun posisi memegang bola merupakan cara terbaik,
ibu sebaiknya mencoba posisi-posisi lainnya secara bergantian. Yang penting,
susuilah bayi lebih sering, dengan waktu penyusuan yang diinginkan oleh
masing-masing bayi umumnya 20 menit. Bila ada bayi yang harus dirawat di
RS, susuilah bayi yang dirumah dan peraslah ASI dari payudara lainnya untuk
bayi yang dirawat di RS. Ibu juga agar tidak terlalu kelelahan.

f. Bayi Sakit
Sebagian kecil bayi yang sakit dengan indikasi khusus, tidak diperbolehkan
mendapatkan makanan per oral, tetapi jika kondisi sudah memungkinkan,
sebaiknya sesegera mungkin ASI diberikan. Untuk penyakit-penyakit tertentu,
justru ASI diperbanyak, misalnya pada kasus diare, pneumonia, TBC dan lain-
lain.

Asuhan pada ibu menyusui 22


Bayi yang mendapat ASI sebenarnya jarang menderita mencret.
Normalnya, buang air besar bayi dengan ASI memang sampai 6 kali sehari,
faseesnya lembek dan warna kekuningan, tetapi ini bukanlah mencret. Bayi
mencret justru memerlukan cairan yang cukup untuk rehidrasi dan mungkin
memerlukan tata laksana khusus sesuai dengan kondisi anak. Oleh karena itu,
tidak ada alas an sama sekali untuk menghentikan ASI karena ASI terbukti
tidak merugikan bayi yang mencret, justru mempunyai keuntungan-
keuntungan pada anak yang mendapat ASI dan menderita diare, lama diarenya
akan lebih pendek dan lebih ringan dibandingkan dengan anak diare yang tidak
mendapat ASI.
Selain diare, bayi juga seringkali muntah-muntah. Muntah pada bayi
disebabkan oleh berbagai hal. Tata laksana khusus pun diperlukan, tergantung
pada latar belakang penyebabnya. Menyusui bukan konteradiksi untuk anak
muntah dan anak muntah dapat menerima ASI dengan baik. Susuilah bayi
dalam posisi duduk, sedikit-sedikit tapi sering. Sedangkan bayi seperti
biasanya, tetapi jangan menggoyang-goyangkan bayi karena dapat
menyebabkan muntah. Kalau ibu ingin menidurkan bayi, tidurkan dalam posisi
telungkup atau miring karena posisi telentang memungkinkan bayi tersedak
akibat muntah yang terjadi.

g. Bayi sumbing dan celah langit-langit (pallatum)


Pendapat bahwa bayi sumbing tidak dapat menyusu adalah tidak benar. Bila
sumbing pada langit-langit lunak (pallatum molle) atau sumbing pada langit-
langit keras (pallatum durum), bayi dengan posisi tertentu masih tetap dapat
menyusu.
Ibu harus tetap mencoba menyusui bayinya karena bayi dengan
kelainan seperti ini masih dapat menyusu. Keuntungan khusus untuk keadaan
ini adalah proses menyusi dapat melatih kekuatan toto rahang dan lidah
sehingga memperbaiki perkembangan anak untuk bicara. Selain itu, proses
menyusui juga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya otitis media (radang
telinga tengah), padahal bayi dengan palatoschisis mudah terkena radang ini.

Cara mudah menyusui yang dianjurkan :

1. Posisi bayi duduk

Asuhan pada ibu menyusui 23


2. Putting dan areola dipegang selagi menyusi. Hal tersebut sangat
membantu bayi untuk mendapatkan cukup ASI.
3. Ibu jari si ibu dapat dipakai sebagai penyumbat celah pada bibir bayi.
4. Bila bayi mempunyai sumbing pada bibir dan langit-langit, ASI
dikeluarkan dengan cara manual atau dengan pompa, kemudian berikan
dengan sendok, pipet, atau botol dengan dot yang panjang sehingga ASI
dapat masuk dengan sempurna. Dengan cara ini, bayi akan belajar
mengisap dan menelan ASI, menyesuaikan dengan irama pernapasannya

h. Bayi dengan lidah pendek (lingual frenulum)


Bayi pada kndisi ini akan sukar melaksanakan laktasi dengan sempurna karena
lidah tidak sanggup “memegang” putting dan areola dengan baik. Ibu dapat
membantu dengan menahan kedua bibir bayi segera setelah bayi dapat
“menangkap” puting dan areola dengan benar. Pertahankan kedudukan kedua
bibir bayi agar posisi tidak berubah-ubah. (ari sulistyawati : 2009)

Asuhan pada ibu menyusui 24


BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman

pendamping (termasuk air jeruk, madu, air gala), yang dimulai sejak bayi baru lahir

sampai dengan usia 6 bulan.

Merawat Payudara yakni Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama

bagian pating susu, Menggunakan BH yang menyokong payudara., Apabila pating

susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang keluar di sekitar paring setiap kali selesai

menyusui. Menyusui tetap dilakukan dimulai dari puting susu yang tidak lecet.

Cara Menyusui yang Benar yakni Posisi ibu dan bayi yang benar “ Duduk ”

Untuk posisi menyusui dengan duduk, ibu dapat memilih beberapa posisi tangan dan

bayi yang paling nyaman.

Masalah dalam pemberian asi Pada masa setelah persalinan dini “ Puting susu

lecet “ Pada keadaan ini, seseorang ibu sering menghentika proses menyusui karena

putingnya sakit. Dalam hal ini, yang perlu dilakukan oleh ibu adalah mengecek

bagaimana perlekatan ibu dan bayi, serta mengecek apakah terdapat infeksi candida

(di mulut bsyi). Jila gejala berikut ditemui maka berikan nistatin. Biasanya, kulit akan

merah, berkilat, kadang gatal, terasa sakit yang menetap, dan kulit kering bersisik

(flaky). (ari sulistyawati : 2009)

Asuhan pada ibu menyusui 25


DAFTAR PUSTAKA

Sulistyawati, Ari (2009), Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta.C.V
Andi Offset.

Asuhan pada ibu menyusui 26

Anda mungkin juga menyukai