PENDAHULUAN
ISI
Yang dimaksud dengan ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan
dan minuman pendamping (termasuk air jeruk, madu, air gala), yang dimulai sejak
bayi baru lahir sampai dengan usia 6 bulan. Walaupun pada kenyataannya
kebanyakan dari ibu yang bekerja bermasalah dengan kebijakan ini karena hambatan
waktu, namun sebagai bidan harus berupaya untuk memberikan solusi dari hambatan
ini melalui beberapa langkah. (ari sulistyawati : 2009)
Pemberian ASI eksklusif ini tidak selamanya harus langsung dari payudara
ibunya. Ternyata, ASI yang ditampung dari payudara ibu dan ditunda pemberiannya
kepada bayi melalui metode penyimpanan yang benar relatif masih sama kualitasnya
dengan . ASI yang langsung dari payudara ibunya. (ari sulistyawati : 2009)
1. Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama bagian pating susu.
2. Menggunakan BH yang menyokong payudara.
3. Apabila pating susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang keluar di sekitar
paring setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dimulai dari puting
susu yang tidak lecet.
4. Apabila lecet sangat berat, dapat diistirahatkan selama 24jam. ASI dikeluarkan
dan diminumkan menggunakan sendok.
a. Berbaring miring
Ini posisi yang amat baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau bila ibu
merasakan lelah atau nyeri. Ini biasanya dilakukan pada ibu menyusui yang
melahirkan melalui operasi sesar. Yang harus diwaspadai dari teknik ini adalah
pertahankan jalan nafas bayi agar tidak tertutup oleh payudara ibu. Oleh karena itu,
ibu harus selalu didampingi oleh orang lain ketika menyusui.
b. Duduk
Untuk posisi menyusui dengan duduk, ibu dapat memilih beberapa posisi tangan dan
bayi yang paling nyaman. Perhatikan beberapa gambar berikut:
Badan bayi harus dihadapkan ke arah badan ibu dan mulutnya berada di hadapan
puting susu ibu. Leher bayi harus sedikit ditengadahkan.
Bayi sebaiknya ditopang pada bahunya sehingga posisi kepala agak tengadah dapat
dipertahankan. Kepala dapat ditopang dengan jari-jari tangan yang terentang atau
pada lekukan siku ibunya. Mungkin akan membantu dengan membungkus bayi
sehingga tangannya berada di sisi badan. Bila mulut bayi disentuhkan dengan lembut
ke puting susu ibunya maka ia akan membuka mulutnya lebar-lebar (reflex rooting).
Pada saat mulut bayi terbuka, gerakkan dengan cepat ke arah payudara ibu.
Sasarannya adalah memposisikan bibir bawah paling sedikit 1,5 cm dari pangkal
puting susu. Bayi harus mengulum sebagian besar dari areola di dalam mulutnya,
bukan hanya ujung puting susunya saja. Hal ini akan memungkinkan bayi menarik
sebagian dari jaringan payudara masuk ke dalam mulutnya dengan lidah din rahang
bawah. Bila diposisikan dengan benar, bayi akan membentuk suatu pentil, jaringan
puting susu, dan payudara, serta sinus lactiferous sekarang akan berada dalam rongga
mulut bayi. Puting susu akan masuk sampai sejauh langit - langit lunak (velum
platinum) dam bersentuhan dengan langit-langit tersebut.
Sentuhan ini akan merangsang refleks penghisapan. Rahang bawah bayi menutup
pada jaringan payudara, ,penghisapan akan terjadi, dan puting susu ditangkap dengan
baik dalam rongga mulut, sementara lidah memberikan penekanan yang berulang-
ulang secara teratur sehingga ASI akan keluar dari duktus lactjferous.
1. Tampak areola masuk sebanyak mungkin. Areola bagian atas lebih banyak terlihat
2. Mulut terbuka lebar
3. Bibir atas dan bawah terputar keluar
4. Dagu bayi menempel pada payudara
5. Gudang ASI termasuk dalam jaringan yang masuk
6. Jaringan payudara meregang sehingga membentuk “dot”yang panjang.
7. Puting susu sekitar 1/3-1/4 bagian “dot ” saja
8. Bayi menyusu pada payudara, bukan puting susu
9. Lidah bayi terjulur melewati gusi bawah (di bawah gudang ASI ), melingkari “ dot
” jaringan payudara. (ari sulistyawati : 2009)
Saat puting susu dalam keadaan lecet dan kadang retak-retak atau luka, ibu
dapat melakukan beberapa cara, antara lain:
1) Terus memberikan ASI pada bagian luka yang tidak begitu sakit.
2) Mengoles puting susu dengan ASI akhir (bind milk ), jangan sekali-kali
memberikan obat lain, seperti krim, salep, dan lain-lain.
3) Mengistirahatkan puting susu yang sakit untuk sementara waktu, kurang
lebih 1x24 jam dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar
2x24 jam.
4) Selama puting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan
tangan dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena akan nyeri.
b. Payudara bengkak
Sebelumnya, kita perlu membedakan antara payudara penuh karena berisi
ASI dengan payudara bengkak. Pada payudara penuh, gejala yang dirasakan
pasien adalah rasa berat pada payudara, panas, dan keras, sedangkan pada
payudara bengkak, akan terlihat payudara udem, pasien merasakan sakit,
puting susu kencang, kulit mengkilat walau tidak merah, ASI tidak akan
keluar bila diperiksa atau diisap, dan badan demam setelah 24 jam. Hal ini
dapat terjadi karena beberapa hal, antara lain produksi ASI meningkat,
terlambat menyusukan dini, perkataan kurang baik, kurang sering
mengeluarkan ASI, atau karena ada pembatasan waktu menyusui. Untuk
mencegah supaya hal ini tidak terjadi, perli dilakukan beberapa hal, seperti
menyusui dini, pelekatan yang baik, dan menyusui on demand. Bayi harus
lebih sering disusui. Apabila terlalu tegang atau bayi tidak dapat menyusu,
sebaiknya ASI dikeluarkan dahulu agar ketegangan menurun.
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Ada 2 jenis mastitis, yaitu non-
infetive mastitis (hanya karena pembendungan ASI /milk stasis) dan infektive
mastitis (telah terinfeksi bakteri). Lecet pada puting dan trauma pada kulit juga
dapat mengundang infeksi bakteri. Gejala yang ditemukan adalah payudara
menjadi merah, bengkak, kadang disertai rasa nyeri dan panas, serta suhu
tubuh meningkat. Di bagian dalam terasa ada massa padat (lump) Dan di
bagian luarnya, kulit menjadi merah. Kejadian ni terjadi pada masa nifas 1-3
minggu setelah persaliana di akibatkan oleh sumbatan saluran asi yang
berlnjut.
1. Bayi tidak puas setiap kali menyusu, menyusui dengan wktu yng sangat lama,
atau terkadang lebih cepat menyusu. Di kira produksi ASI kurang, padahal
karna bayi telah pandai menyusu
2. Bayi sering menangis atau menolak jika di susui
3. Tinja bayi keras, kering atau berwatna hijau
4. Payudara tidak membesar selama kehamilan ( keadaan yang jarang) bayi tidak
datang setalah bayi lahir.
Walaupun ada tanda-tanda tersebut, tapi tetep perlu di periksa apakah tanda-
tanda tersebut dapat di percaya. Tanda bahwa ASI benar-baenar kurang:
Ibu dan bayi dapat saling membantu agar produksi ASI meningkat dan bayi
dapat terus memberikan isapan efektifnya.pada keadaan tertentu, ketika
produksi asi memeng sangat tidak memedai, perlu upaya yang lebih, misalnya
relaktasi dan bila perlu dapat di lakukan pemberian asi suplementer, yaitu
dengan menggunakan pipa nasugastrek atau pipa halas lainya yang di
tempelkan pada putimg untuk di hisap bayi dan ujung lainya di hubungakan
dengan asi atau susu formula.
c. peneluaran ASI
Dalam hal ini, memerah asi denga teknik” marmed”. Bertagun-tahun lamanya,
para ibu telahmenggunakan teknik dari dokter Marmed yang mengutamakan
let dowen reflex untuk memeras asi. Banyak pula ibu menysui yang
menyatakan bahwa dengan teknik terebut produksi asi dapat meningkat. Ibu
menyusui yang sebelumnya memerah asi atau yang belum pernah memerah asi
akan mendapatkan hasil yang sempurna dengan teknik ini.
Jika kita perhatikan cara memerah asi dengan tangan, tampaknya sulita dari
yang di bayangkan. Dalam hal ini, tangan harus lebih cepat dari mata
sehingga banyak ibu yang merasa Bawah memeras ASI dengan tangan
sangatlah sulit, meskipun ibu telah belajar dari bacaan atau praktik langsung.
Memang ASI dapat diperah dengan mudah tanpa tehnik apapun, namun akan
merusak jaringan lemak pada payudara, membuat payudara menjadi lecet,
bahkan kulit payudara dapat menjadi memar atau memerah.
Memerah ASI dengan tehnik tersebut awalnya diciptakan oleh seorang ibu
yang harus mengeluarkan ASI-nya karena alasan medis. Awalnya ia kesulitan
mengeluarkan ASI dengan reflex (tidak sesuai dengan refleks keluarnya ASI
saat bayi menyusu). Hingga akhirnya ia menemukan satu metode memijat dan
menstimulasi agar refleks keluarnya ASI lebih optimal. Kunci sukses dari
tehnik ini adalah kombinasi dari cara memerah ASI dan cara memijat.
Jika tehnik ini dilakukan dengan efektif dan tepat maka seharusnya tidak akan
terjadi lagi masalah dalam produksi ASI atau cara mengeluarkan ASI. Tehnik
ini dapat dengan mudah dipelajari sesuai intruksi. Tentu saja, semakin sering
ibu melatih memerah dengan tehnik marmet ini maka ibu makin terbiasa dan
tidak akan menemui kendala.
d. Penyimpanan ASI
4-8 jam dalam tempratur ruang (19-25oC), bila kolustrum (suhu awal)
masih bertahan selama 12 jam
1-8 hari di lemari es (0-4oC)
2 minggu sampai 4 bulan di freezer lemari es
4 bulan dalam peti freezer
Membersihkan/mensterilkan:
Yang termasuk dalam “keadaan khusus” adalah ibu yang melahirkan dengan
bedah sesar, ibu yang menderita AIDS (HIV+), dan ibu yang menderita
hepatitis B.
Dugaan faktor menyusui sebagai penderita AIDS bagi bayi atau anak
dimulai dari adanya laporan dari beberapa negara, seperti Rwanda, Austeralia,
Prancis, Ameika Serikat, dan Zaire tentang ibu yang mendapat transfusi
seterah persalinan karna berbagai sebab, ternyata bayinya teriveksi oleh HIV
dapat di isolasi dari ASI.
sampai saat ini pandangan boleh tidaknya seorang ibu dengan hepatitis
B menyusui anaknya didasarkan atas pertimbangan yang serupa dengan AIDS.
Menurut Americans Academy of Pediatricians, seorang ibu dengan HbsAg+
dapat menyusui bayinya setalah bayinya diberikan imunisasi hepatitis B.
Memang, HbsAg+ ditemukan juga didalam ASI, tetapi belum pernah
dilaporkan adanya penularan melalu ASI. Kolostrum ternyata juga tidak
mengandung virus hepatitis B. Pada penelitian terhadap penderita penyakit
hepatitis B, ternyata kadar HbsAg+ darah pada anak- anaknya tidak berbeda
bermakna dibandingkan dengan anak dari ibu yang tidak mengidap virus
hepatitis B. Selain itu, dalam ASI terdapat zat protektif, terutama limfosit yang
menghasilkan SigA dan interferon yang dapat membunuh kuman hepatitis B.
e. Bayi Kembar
Ibu sangat perlu untuk diyakinkan bahwa alam sudah menyiapkan segala
sesuatunya untuk semua makhluk, sesuai kebutuhan pola pertumbuhan
masing-masing dan dapat memberikan makanan pertama bagi keturunannya
(ASI). Mula-mula, ibu dapat menyusui seorang demi seorang, tetapi
sebenarnya ibu dapat menyusui sekaligus berdua. Salah satu posisi yang
mudah adalah dengan posisi memegang bola. Jika menyusi bersama-sama,
bayi haruslah menyusu pada payudara secara bergantian, jangan menetap
hanya di satu payudara saja. Alasannya, selain memberikan variasi kepada
bayi, (tidak hanya menetap pada satu sisi sehingga nantinya tidak juling), juga
kemampuan menyusu maisng-masing bayi mungkin berbeda sehingga
memberikan kesempatan pada perangsangan putting susu untuk terjadi
seoptimal mungkin. Walaupun posisi memegang bola merupakan cara terbaik,
ibu sebaiknya mencoba posisi-posisi lainnya secara bergantian. Yang penting,
susuilah bayi lebih sering, dengan waktu penyusuan yang diinginkan oleh
masing-masing bayi umumnya 20 menit. Bila ada bayi yang harus dirawat di
RS, susuilah bayi yang dirumah dan peraslah ASI dari payudara lainnya untuk
bayi yang dirawat di RS. Ibu juga agar tidak terlalu kelelahan.
f. Bayi Sakit
Sebagian kecil bayi yang sakit dengan indikasi khusus, tidak diperbolehkan
mendapatkan makanan per oral, tetapi jika kondisi sudah memungkinkan,
sebaiknya sesegera mungkin ASI diberikan. Untuk penyakit-penyakit tertentu,
justru ASI diperbanyak, misalnya pada kasus diare, pneumonia, TBC dan lain-
lain.
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
pendamping (termasuk air jeruk, madu, air gala), yang dimulai sejak bayi baru lahir
Merawat Payudara yakni Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama
susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang keluar di sekitar paring setiap kali selesai
menyusui. Menyusui tetap dilakukan dimulai dari puting susu yang tidak lecet.
Cara Menyusui yang Benar yakni Posisi ibu dan bayi yang benar “ Duduk ”
Untuk posisi menyusui dengan duduk, ibu dapat memilih beberapa posisi tangan dan
Masalah dalam pemberian asi Pada masa setelah persalinan dini “ Puting susu
lecet “ Pada keadaan ini, seseorang ibu sering menghentika proses menyusui karena
putingnya sakit. Dalam hal ini, yang perlu dilakukan oleh ibu adalah mengecek
bagaimana perlekatan ibu dan bayi, serta mengecek apakah terdapat infeksi candida
(di mulut bsyi). Jila gejala berikut ditemui maka berikan nistatin. Biasanya, kulit akan
merah, berkilat, kadang gatal, terasa sakit yang menetap, dan kulit kering bersisik
Sulistyawati, Ari (2009), Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta.C.V
Andi Offset.