Anda di halaman 1dari 29

Prosedur

Tindakan
Pada Ibu Post
Partum

Kelompok 5 / 2B

Krisnawati A.Per,M.MKes
Disusun Oleh :

1. Fieko Chandra Damara (P27820419051)

2. Nailul Mukarromah (P27820419061)

3. Naomi Grace Rubiyanti (P27820419062)

4. Nurul Setyo Asih (P27820419069)

5. Shinta Pratiwi (P27820419081)

6. Sintha Natalia Ramadhani (P27820419083)


PEMBAHASAAN MATERI

01 02 03 04
Bounding
Konseling
Cara Cara Attament
ASI
Pemberian ASI Menyimpan ASI
KONSELING ASI
“ Air Susu Ibu (ASI) merupakan larutan protein,
garam-garam organik, dan laktosa yang
dikeluarkan oleh kedua payudara setelah
terjadinya persalinan yang berbentuk emulsi, dan
merupakan asupan nutrisi bagi bayi.

PENGERTIAN ASI
KOMPOSISI ASI
Komposisi ASI Komponen ASI menurut Proverawati, dkk (2010), ASI dibedakan menjadi 3
kelompok dan tahap secara terpisah yaitu :

Kolostrum

Transitional milk (ASI peralihan)

Mature milk (ASI matang)


NILAI GIZI ASI

1. Lemak
Sumber kalori utama dalam ASI adalah lemak. Sekitar 50% kalori ASI berasal
dari lemak. Kadar lemak dalam ASI 3,5- 4,5%. Walaupun kadar lemak dalam
ASI tinggi, tetapi mudah diserap oleh bayi oleh karena trigliserida dalam ASI
lebih dulu dipecah menjadi asam lemak dan gliserol oleh enzim lipase yang
terdapat dalam ASI
2. Karbohidrat
Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa, yang kadarnya paling tinggi
dibanding susu mamalia lain (7g%). Laktosa mudah diurai menjadi glukosa dan
galaktosa. Dengan bantuan enzim lactase yang sudah ada dalam mukosa saluran
pencernaan sejak lahir.
NILAI GIZI ASI
3. Protein
Protein dalam susu adalah kasein dan whey. Kadar protein ASI adalah
whein 0,9%,60% diantaranya adalah whey, yang lebih mudah dicerna
dibanding kasein (protein utama susu sapi).
4. Garam dan mineral
Ginjal neonatus belum dapat mengkonsentrasikan air kemih dengan baik,
sehingga diperlukan susu dengan kadar garam dan mineral yang rendah.
ASI mengandung kadar garam dan mineral lebih rendah dibanding susu
sapi
5. Vitamin
ASI cukup mengandung vitamin yang diperlukan bayi. Vitamain K yang
berfungsi sebagai katalisator pada proses pembekuan darah terdapat dalam
ASI dengan jumlah yang cukup dan mudah diserap (Suradi dkk, 2003).
Manfaat ASI
• Manfaat ASI bagi bayi :
1. Kandungan zat gizi yang sangat sesuai untuk bayi, kandungan
nutrisi sangat lengkap mengandung zat gizi yang sangat sesuai
dengan kebutuhan bayi.
2. Mengandung zat protektif, bayi yang mendapat ASI lebih jarang
menderita penyakit, karena adanya zat protektif ASI. Zat tersebut
adalah laktobosilus bifidus, Laktoferin.
3. Mempunyai aspek psikologis yang menguntungkan, saat menyusui
kulit bayi akan menempel pada kulit ibu. Kontak kulit yang dini ini
akan sangat besar pengaruhnya pada perkembangan bayi kelak.
4. Menyebabkan pertumbuhan yang baik, bayi yang mendapatkan ASI
mempunyai kenaikan berat badan yang baik setelah lahir,
pertumbuhan setelah periode perinatal baik, dan mengurangi
kemungkinan obesitas.
• Manfaat ASI bagi Ibu

1. Membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan


pasca persalinan. Isapan bayi akan merangsang terbentuknya
oksitosin oleh kelenjar hipofisis
2. Menjarangkan kehamilan, menyusui secara murni (eksklusif) dapat
menjarangkan kehamilan
Cara
Pemberian
ASI
 Langkah-langkah dalam menyusui yang benar menurut Marliandiani dan Nyna (2015)
adalah sebagai berikut:
1. Mencuci kedua tangan sebelum menyusui.
2. Ibu dalam posisi sambil duduk maupun berbaring secara santai (apabila duduk akan
lebih baik ibu menggunakan kursi yang rendah supaya kaki ibu tidak menggantung
dan punggung ibu bersandar nyaman pada sandaran kursi)
3. Mempersilahkan dan membantu ibu melepas pakaian atas.
4. Sebelum menyusui membersihkan daerah putting payudara sampai aerola dengan
kapas yang sudah dibasahi dengan air hangat (DTT) lalu memencet puting untuk
mengeluarkan sedikit AS, kemudian dioleskan pada puting dan sekitar aerola payudara
(cara ini memiliki manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembapan puting susu).
5. Menjelaskan pada ibu mengenai teknik memegang bayinya:
a) Antara kepala maupun badan bayi ada pada satu garis
b) Perut bayi menempel dengan perut ibu, dan meletakkan satu tangan bayi
dibagian belakang badan ibu.
c) Muka bayi harus dihadapkan pada payudara, sedangkan hidung bayi
menghadap arah puting susu.
d) Ibu harus memegang bayinya berdekatan dengan ibu.
e) Untuk Bayi Baru Lahir (BBL), ibu hendaknya menopang badan bayi
bagian belakang, disamping kepala dan bahu.
6. Mengajarkankan pada ibu untuk memegang payudara dengan cara menopang
dengan menggunakan ibu jari di sebelah atas dan jari yang lain di bawah serta
hindari menekan puting susu dan aerolanya.
7. Mengajarkan kepada ibu merangsang mulut bayi agar terbuka dengan cara
menyentukan puting pada sudut mulut bayi
8. Ketika mulut bayi terbuka (menganjurkan ibu dengan segera mendekatkan
kepala bayi dengan cepat ke payudara ibu, kemudian memasukkan puting susu
beserta sebagian besar aerola masuk ke mulut bayi).
9. Setelah bayi mulai menghisap, anjurkan ibu untuk melepas tangan yang
menopang payudara
10. Menganjurkan ibu sering melihat bayinya selama bayi menyusu.
11. Mengajarkan pada ibu bagaimana melepas hisapan bayi menggunakan jari
kelingking, yaitu dengan memasukkannya jari kelingking ibu ke dalam mulut
bayi pada pinggir mulut atau dengan memberi penekanan pada dagu bayi ke
arah bawah.
Cara
Menyimpan
ASI
Cara menyimpan ASI hasil pompa atau perahan:
1. Simpan ASI dalam botol yang telah disterilkan terlebih dahulu.
2. Simpan ASI dalam botol yang tertutup rapat karena masih ada
peluang untuk berinteraksi dengan udara.
3. Jika terpaksa menggunakan botol plastik, pastikan plastiknya cukup
kuat (tidak meleleh jika direndam air panas karena bahaya bagi bayi).
4. Jangan memakai botol susu berwarna atau bergambar karena ada
kemungkinan catnya meleleh jika terkena panas.
5. Jangan campur ASI yang diperah sekarang dengan ASI yang diperas
sebelumnya. Untuk itu berilah botol dengan label kapan ASI diperah
(tanggal dan jam).
Cara menyimpan ASI hasil pompa atau perahan:
6. Jika dalam satu hari ibu memompa atau memerah ASI beberapa kali, bisa saja ASI
itu digabungkan dalam botol yang sama. Syaratnya, suhu tempat botol disimpan
stabil, antara 0-15°C. penggabungan hasil simpangan ini bisa dilakukan, asalkan
jangka waktu pemompaan/pemerahan pertama sampai dengan terakhir tidak lebih
dari 24 jam.
7. Segera simpan ASI di lemari es setelah diperah. ASI bisa bertahan sampai 8 hari
dalam suhu lemari es. Syaratnya ASI ditempatkan dalam ruangan terpisah dari
bahan makanan lain yang ada dilemari es tersebut. Jika lemari es tidak memiliki
rungan terpisah untuk menyimpan botol ASI hasil pompa, maka sebaiknya ASI
tersebut jangan disimpan lebih dari 3 × 24 jam.
8. Ibu juga dapat membuat ruangan terpisah dengan cara menempatkan botol ASI
dalam container plastik yang tentunya dibersihkan terlebih dahulu dengan baik.
Cara memberikan ASI yang sudah
didinginkan kepada bayi :
1. Dalam memberikan ASI beku untuk bayi, sebaiknya pindahkan terlebih dahulu ASI kelemari pendingin agar
mencair. Kemudian ASI diambil seperlunya (sesuai jumlah kebutuhan bayi sekali minum) supaya dihangatkan
jika akan diberikan kepada bayi.
2. Panaskan ASI dengan cara membiarkan botol ASI dalam kondisi masih tertutup dialiri hangat yang keluar dari
keran atau merendam botol di dalam baskom maupun mangkuk yang berisi air hangat.
3. Jangan sekali-kali memanaskan botol yang berisi ASI beku dengan cara mendidihkannya dalam panci,
menggunakan microwave, ataupun alat pemanas lainnya, kecuali yang memang didesain untuk memanaskan botol
berisi simpanan ASI.
4. Sesuaikan jumlah susu yang dipanaskan dengan kebiasaan seberapa banyak bayi meminum ASI. Ingat, susu yang
sudah dipanaskan tidak bisa disimpa lagi.
5. Saat memberikan ASI pada bayi, akan lebih baik jika menggunakan cangkir atau sendok, bukan dot. Hal ini
dimaksudkan agar saat ibu menyusui langsung, bayi tidak menolak menyusu.
6. Berikan ASI secara perlahan dan sabar agar bayi tidak tersedak hingga bayi mendapatkan ASI dalam jumlah yang
mencukupi. Jika memberikan ASI dalam cangkir, pastikan berikan dengan perlahan dan biarkan bayi berusaha
sendiri menghisap air susu itu. Berikan juga waktu istirahat sejenak saat bayi hendak minum sehingga hal ini bisa
meminimalisir kemungkinan ia tersedak.
 
Bounding
Attachment
Pengertian
Bounding Attachment

Bounding adalah ikatan antara ibu dan bayi dalam masa awal neonatus,
sedangkan attachment adalah sentuhan.

Bounding attachment adalah sebuah peningkatan hubungan


kasih sayang dengan ketertarikan batin antara orang tua dan
bayi. Hal ini merupakan proses dimana sebagai hasil dari suatu
interaksi terus-menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat
saling mencintai memberikan keduanya pemenuhan emosional
dan saling membutuhkan.
Faktor-Faktor Bounding Attachment

● Faktor-faktor yang mempengaruhi bounding attachment


antara lain:
1. Kesehatan emosional orang tua
2. Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan
untuk merawat anak
3. Dukungan sosial
4. Kedekatan orang tua dan anak
5. Kedekatan orang tua dan anak
Tahapan Bounding
Attachment

● Perkenalan (acquaintance) dengan melakukan kontak mata,


menyentuh, berbicara, dan mengeksplorasi segera setelah mengenal
bayinya.
● Bounding (keterikatan). Sejak bayi masih dalam kandungan
sebenarnya ikatan batin ini sudah terbentuk. Ikatan ini terjadi apabila
ada ketertarikan, respon dan kepuasan serta dapat dikembalikan
dengan interaksi yang terus menerus setelah bayi dilahirkan.
● Attachment, kasih sayang merupakan hasil dari interaksi saat ibu
hamil dan terus menerus konsisten antara orang tua dan bayi serta
makin menguat pada periode awal pascapartum.
Cara Melakukan Bounding
Attachment

Pemberian ASI Suara & Aroma


Ekslusif

Terdapat beberapa
cara untuk
Rawat Gabung Gaya Bahasa
membangun dan Kontak mata (Entrainmen)
bounding
attachment, antara
lain: Timbal Balik dan Bioritme & Kontak
Sinkroni dini
Prinsip dan Upaya Meningkatkan
Bounding Attachment
1. Dilakukan segera (menit pertama jam pertama)
2. Sentuhan orang tua pertama kali
3. Adanya ikatan yang baik dan sistematis berupa kedekatan orang tua ke anak
4. Kesehatan emosional orang tua
5. Terlibat pemberian dukungan dalam proses persalinan
6. Persiapan PNC (post natal care)sebelumnya
7. Adaptasi
8. Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk merawat anak
9. Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberikan
kehangatan ada bayi, menurunkan rasa sakit ibu, serta memberi rasa
nyaman.
10. Fasilitas untuk kontak lebih lama
Hambatan Bounding Attachment

Ada beberapa hal yang dapat menghambat proses bounding attachment, antara lain:

01 03

Bayi dengan risiko Kehadiran bayi yang


Kurangnya support Ibu dengan risiko
(premature, bayi tidak diinginkan
system (ibu sakit)
cacat fisik)

02 04
Tanda-tanda Bounding
Attachment Yang Baik

1. Memandang (ibu terlihat sangat gembira, bahagia,


tersenyum dan antusias dengan kehadiran bayinya)
2. Berkata (ibu berbicara langsung, menggunakan nama
bayinya, memperlihatkan reaksi, memuji bayinya, serta
membuat sebutan bagi bayi)
3. Melakukan sesuatu (mengulurkan tangan ingin memegang
bayinya, memeriksa bayinya, membuat kontak mata dengan
bayinya dan mencium.
Peran Perawat Dalam Mendukung
Terjadinya Bounding Attachment
1. Membantu menciptakan terjadinya ikatan antara ibu dan bayi dalam jam
pertama pasca kelahiran.
2. Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk memberikan respon
positif tentang bayinya, baik melalui sikap maupun ucapan dan tindakan.
3. Sewaktu pemeriksaan ANC, perawat selalu mengingatkan untuk
menyentuh dan meraba perutnya yang semakin membesar.
4. Perawat mendorong ibu untuk selalu mengajak janin berkomunikasi.
5. Perawat juga men-support ibu agar dapat meningkatkan kemampuan dan
keterampilannya dalam merawat anak, agar saat sesudah kelahiran nanti
ibu tidak merasa kecil hati karena tidak dapat merawat bayinya sendiri
dan tidak memiliki waktu yang seperti ibu inginkan.
Video Prosedur Tindakan
Pada Ibu Post Partum
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai