Anda di halaman 1dari 8

Kendala Ibu Dalam Menyusui

1. ASI belum keluar setelah anak Lahir


Tidak perlu sedih atau panik jika ASI belum keluar di saat bayi baru lahir. Bayi baru
lahir bisa bertahan tanpa makna dan minum selama 3 hari. Namun tetap harus di
pantau apakah bayi mengalami dehidrasi atau tidak.

Apa yang harus di lakukan jika ASI belum keluar, ibu tetap harus menyusui bayi
sering mungkin, karena reflek hisap bayilah yang bisa menstimulasi payudara ibu
agar menghasilkan ASI

2. Puting susu masuk ke dalam


Dengan kehamilan biasanya puting menjadi lentur - Namun kerap terjadi sampai
sesudah bersalin,puting belum juga menonjol keluar. Kondisi demikian banyak ibu
menggap hilang peluangnya untuk menyusui. Puting hanya kumpulan muara saluran
ASI dan tidak mengandung ASI. ASI disimpan di sinus laktiferus yang terletak di
daerah aerola mamae (mencakup area lingkaran hitam di sekitar puting). Untuk
mendapatkan ASI aerola mamae yang dimasukkan kedalam mulut bayi agar isapan
dan gerakan lidah dapat memerah ASI keluar.
Jika puting susu ibu belum menonjol keluar, jangan khawatir, bisa di stimulasi
menggunakan alat hisap puting atau stimulasi oleh bayi itu sendiri. Semakin sering di
stimulasi semakin baik.

3. Puting susu nyeri atau lecet


Disebabkan beberapa faktor
Faktor dominan adalah kesalahan posisi menyusui saat bayi hanya mengisap pada
puting. Puting yang lecet dapat mengakibatkan ibu merasa tersiksa saat menyusui
karena rasa sakit. Untuk mengobati lecet,gunakan cara alami yaitu dengan
mengoleskan sedikit ASI pada puting tersebut dan biarkan kering.

4. Saluran ASI tersumbat


Kelenjar air susu manusia memiliki 15-20 saluran ASI. Sumbatan juga dapat terjadi
karena ASI dalam saluran tersebut tidak segera dikeluarkan sehingga ada
pembengkakan. untuk mengatasinya menyusuilah dengan cara yang benar.
Sebaiknya ibu lebih sering menyusui dari payudara yang tersumbat, dan pijatlah
daerah tersumbat kearah puting agar ASI bisa keluar.

5. Radang payudara
Jika mendapatkan lecet di payudara, saluran payudara tersumbat, kemudian
pembengkakan payudara tidak segera di lakukan tindakan dengan baik yang bisa
berlanjut menjadi radang. Lakukan perawatan dan istirahat yang cukup

6. Abses payudara
Perawatan yang dilakukan sama dengan perawatan pada radang payudara selama
periode ibu sebaiknya menyusui dari payudara yang sehat

7. Merasa ASI kurang


Bayi sering menyusu karena ASI cepat dicerna sehingga perut cepat kosong.
Kecukupan ASI dapat dilihat dari kenaikan berat badan yang ditimbang secara
teratur. Cukup tidaknya ASI dapat dilihat dari berapa kali bayi buang air kecil. Bagi
bayi yang mendapatkan ASI eksklusif 6 kali BAK pertanda bayi cukip ASI
Namun ibu tidak perlu khawatir ASI kurang karena produksi ASI di dalna tubuh itu
berdasarkan kebutuhan bayi. Semakin sering bayi menyusu maka produksi ASI juga
akan semakin banyak sesuai dengan kebutuhan bayi. Ibu hanya perlu berfikir selalu
positif dan bahagia agar produksi ASI nya pun maksimal

8. Menyusui setelah operasi caesar


Banyak ibu yang mengalami SC merasa sulit menyusui karena nyeri jahitan pasca
operasi yang membuat kurang nyaman.
Untuk itu ibu perlu mencari posisi paling nyaman buat ibu menyusui bisa dengan
Cara letakkan bantal pada pangkuan ibu sebagai alas ibu menyusui

Manajemen ASI bagi ibu Bekerja

Banyak diantara kita yang ragu dengan manajemen ASI perah saat akan kembali bekerja.
Berbagai pertanyaan langsung muncul ketika cuti melahirkan hampir habis.

“Dapatkah saya menyusui bayi saat harus kembali bekerja? Bagaimana caranya agar anak
tetap bisa minum ASI saat ditinggal bekerja?” Pertanyaan ini sering dilontarkan para wanita
yang cuti melahirkannya tinggal menghitung hari.

Ibu bekerja bukanlah penghalang bagi seorang ibu untuk tetap bisa Menyusui atau
memberikan ASI kepada anaknya.
Bagi ibu menyusui yang bekerja, menyediakan pasokan ASI perah (ASIP) bisa menjadi
solusi untuk tetap bisa memberikan ASInya pada ananda tercinta. Tapi ini merupakan
tantangan tersendiri bagi ibu bekerja untuk mempersiapkan ASIP yang cukup bagi si bayi
selama di tinggal bekerja. Tidak sedikit ibu menyusui yang kewalahan mengatur persediaan
ASI, terutama saat baru melahirkan.
Tapi, bukan berarti tidak ada solusinya.

Apa saja yang perlu di persiapkan untuk memenuhi stok ASIP :


1. Menyiapkan peralatan tempur memerah ASI (pompa ASI atau bisa juga secara
manual)
Siapkan peralatan tempur memerah ASI seperti breast pump (pompa ASI), botol kaca atau
plastik ASIP yang BPA-free, media pemberian ASIP, freezer penyimpanan ASIP, sterilizer,
dan apron menyusui.

2. Belajar memerah ASI


Belajar memerah ASI sejak dini dan mulai memerah saat bayi sudah direct breastfeeding
dengan baik, sekira usia 1,5 bulan.
3. Hindari penggunaan Dot agar bayi tidak mengalami bingung puting disarankan
untuk menghindari penggunaan dot, apalagi dikenalkan sejak dini atau bayi baru
lahir. Ini bisa berisiko tinggi bayi bingung puting atau menolak menyusu langsung.

4. Mulai mempersiapkan ASIP sejak awal melahirkan


persiapkan stok ASIP sejak awal masa melahirkan, agar pada saat cuti melahirkan
kita sudah habis stok ASIP sudah aman buat bayi

5. Tetap lakukan Direct breastfeeding


Direct breastfeeding atau bayi menyusu langsung dengan posisi dan perlekatan yang baik.
Perlu di ingat, semakin sering bayi menyusu, maka semakin banyak ASI yang dihasilkan.

6. Konsultasi ke konselor Laktasi jika di perlukan


Saat konsultasi ke klinik laktasi, penting untuk mengajak Ayah, orang tua atau mertua , dan
pengasuh bayi, untuk belajar memberikan ASI perah dengan sendok atau pipet.

konsultasi ke klinik laktasi bisa di lakukan sekitar 1,5 - 2 bulan sebelum masuk kerja lagi. Di
klinik laktasi, ibu, Ayah, orang tua, serta pengasuh, akan diajarkan bagaimana manajemen
ASI perah dan cara penyimpanan.

Konselor laktasi juga akan memberikan panduan kebutuhan ASIP yang ditinggalkan untuk
bayi di rumah. Jadi saat kita bekerja lagi, tidak perlu mencemaskan stok persediaan ASIP.

Di klinik laktasi juga biasanya diajarkan cupfeeding trial atau cara pemberian ASIP ke bayi.
Bawa ASIP dan media selain dot, seperti cup feeder, soft cup feeder, sendok, dan pipet.

Setelah belajar di klinik laktasi, kita sebaiknya mulai uji coba di rumah. Disarankan agar
melakukan secara bertahap, yakni dalam jangka waktu 2 jam, 4 jam, 6 jam, hingga 8 jam,
dimulai 1 atau 1,5 bulan sebelum bekerja lagi.

Berikut manajemen waktu pemberian ASIP pada bayi:


Sebelum benar-benar meningkatkan bayi bekerja ibu bisa mulai pelan pelan melakukan role
play misalnya
- Minggu ke-5 sebelum ibu bekerja lagi, cobalah meninggalkan bayi selama 2 jam dalam
sehari. Sediakan ASIP sesuai kebutuhan bayi, lalu pengasuh mencatat berapa yang habis
dalam berapa menit, atau tidak habis. Amati juga bagaimana respons bayi.

- Minggu ke-4 sebelum bekerja, ibu bisa pergi selama 4 jam dalam sehari. Sediakan ASI
perah sesuai kebutuhan bayi, lalu pengasuh melakukan hal yang sama seperti poin
sebelumnya.

- Minggu ke-3 sebelum bekerja, cobalah pergi selama 6 jam dalam sehari. Lakukan hal yang
sama seperti sebelumnya.

- Minggu ke-2 sebelum bekerja, Bunda bisa pergi lebih lama yakni selama 8 jam sehari.
Lakukan panduan yang sama seperti sebelumnya.
- Saat 1 minggu sebelum bekerja lagi, Bunda ulangi meninggalkan bayi selama 8 jam sehari.
Lakukan juga panduan yang sama.

Kebutuhan ASIP sesuai berat badan bayi selama usia 0 - 6 bulan, kebutuhan cairan bayi
lahir cukup bulan di luar menyusu langsung ke payudara, yakni 150 ml dikalikan berat badan
(BB) bayi, dalam 24 jam.

Misal bayi usia 2 bulan dengan BB 5 kilogram (kg), maka kebutuhan ASI-nya: 150 ml x 5 =
750 ml dalam 24 jam. Jadi, kebutuhan dalam 1 jam sebanyak 31,25 ml. Sementara bayi
minum ASI perah per 2 jam sebanyak 62,5 ml (minimal).

Beri tambahan sekitar 20 ml dalam 1 botol karena bisa saja bayi minum lebih banyak.

Pumping di tempat kerja


Tantangan selanjutnya yakni saat Bunda mulai bekerja lagi dan harus pumping di tempat
kerja. Sebaiknya, Bunda sampaikan pada atasan dan rekan kerja bahwa ibu menyusui perlu
memerah payudara di sela-sela bekerja.

Perah setiap 2-3 jam. Disiplin dan konsisten, serta syukuri berapa pun hasilnya. Perah
setiap 2 jam jika ingin meningkatkan produksi ASI.

Ibu menyusui tidak disarankan memerah ASI dengan jarak lebih dari 4 jam. Ibu menyusui
akan berisiko mengalami payudara bengkak, saluran ASI tersumbat, hingga mastitis.

Jadi, tidak perlu menunggu payudara kencang dahulu baru diperah. Ini bertujuan menjaga
suplai ASI tetap terjaga dan bisa memenuhi kebutuhan bayi.

Selama masa pandemi Corona atau COVID-19, kita tentu harus ekstra menjaga kebersihan
dan kesehatan diri. Terutama di tempat kerja yang rentan terhadap risiko penularan virus
Corona.

MPASI

MPASI dikenal sebagai makanan pendamping ASI yang dapat diberikan saat anak berusia
enam bulan untuk menambah asupan kebutuhan gizi yang baik guna mendukung tumbuh
kembangnya termasuk kecerdasan anak.

Badan kesehatan dunia, WHO memberikan rekomendasi terhadap pemberian makan pada
bayi dan anak, yang tujuannya untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan
perkembangan otak, sistem imun, dan pencernaannya.

Namun dalam menyiapkan MPASI sesuai standar WHO, terdapat syarat dan aturan
pemberian MPASI sesuai dengan usia anak. Aturan ini juga penting agar anak mendapatkan
MPASI yang sesuai kebutuhan dengan metode yang tepat untuk usianya.

1. Rekomendasi WHO yang terdiri dari empat bagian sesuai usia anak
Sebelum membahas tentang MPASI Premium,kita perlu mengetahui rekomendasi WHO
terhadap pemberian makan pada bayi dan anak, rekomendasi ini bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan otak anak, sistem imun, dan pencernaannya.

Pertama yang bisa dilakukan supaya pertumbuhan otak anak kelak akan optimal adalah
dengan inisiasi menyusu dini pada waktu minimal satu jam segera setelah lahir

Kedua bayi disusui eksklusif selama enam bulan

Ketiga dilanjutkan dengan pemberian MPASI yang adekuat, tepat, atau aman

Keempat menyusui dilakukan sampai usia anak dua tahun atau lebih

2. MPASI premium
MPASI premium merupakan pemberian MPASI yang sesuai dengan standar WHO yang
diolah dengan makanan yang berkualitas. Terdapat dua macam jenis makanan
pendamping, yaitu makanan keluarga dan makanan yang disiapkan untuk kondisi tertentu..
Misalnya untuk bayi prematur dan berbagai kondisi kesehatan bayi.

Terdapat poin penting yang harus diingat yaitu MPASI Premium adalah MPASI yang
merupakan makanan keluarga. Jadi bukan makanan instan atau pabrikan. Maka, makanan
yang diberikan pada bayi usia enam bulan, dan selanjutnya itu adalah makanan yang akan
dimakan oleh keluarga.

3. Syarat untuk menyiapkan MPASI Premium


Terdapat beberapa syarat untuk menyiapkan MPASI Premium, yaitu tepat waktu, adekuat
atau tepat, aman dan higenis, serta diberikan secara responsif.

Tepat waktu: ibu dapat memberikan MPASI ketika ASI saja tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan bayi setelah enam bulan

Adekuat atau tepat: MPASI yang diberikan dapat memenuhi kebutuhan energi, protein, dan
mikronutrien anak

Aman dan higenis: Proses persiapan dan pembuatan MPASI menggunakan cara, bahan,
dan alat yang aman dan higienis

Diberikan secara responsif: MPASI diberikan secara konsisten sesuai dengan sinyal lapar
atau kenyang dari anak.

4. Pemberian MPASI yang tepat waktu setelah usia anak 6 bulan untuk memenuhi
kebutuhan energi bayi
Tepat waktu berarti ibu dapat memberikan MPASI setelah masa ASI eksklusif enam bulan.
Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan energi bayi yang meningkat, dan bukan
menggantikan proses menyusui.
Selama usia ASI ekslusif, artinya selama 6 bulan kehidupan bayi menyusui ASI dapat
memenuhi seluruh kebutuhan kalori yang dibutuhkan, kemudian sejak usia enam bulan
kebutuhan kalori bayi meningkat.

Setelah enam bulan pertama, komposisi atau kualitas ASI tetap sama namun bayi sudah
memiliki kebutuhan energi yang bertambah, sehingga itulah fungsi MPASI untuk
mendampingi pemenuhan kebutuhan kalori yang disertai pemberian ASI hingga usia anak
dua tahun.

5. Cara mengenali kesiapan bayi yang sudah dapat diberikan MPASI


Agar Mama dapat mengetahui kapan anak mulai bisa diberikan MPASI Premium, Mama
dapat memerhatikan tanda-tanda fisik yang mungkin sudah terlihat, seperti berikut ini:

Kontrol kepala: kepala tetap tegak dan stabil jika bayi didudukkan

Reflek tubuh: reflek menjulurkan lidah (extrusion reflex), serta reflek muntah (gag reflexnya)
sudah melemah

Selera makan meningkat: anak tampak lapar bahkan dengan frekuensi menyusui 8-10 kali
perhari

Tertarik atau ingin tahu apa yang orang lain makan: dengan mulai menatap piring makanan
atau mencoba meraih makanan yang sedang ibu suap

Tanda-tanda ini semua bisa dilihat ketika usia bayi sudah enam bulan. Jika memang usia
anak belum sampai enam bulan namun tanda-tanda fisiknya mungkin sudah terlihat, maka
sebaiknya ditunggu terlebih dahulu sampai usia enam bulan.

6. Poin penting yang perlu di ketahui sebelum memberikan atau memulai MPASI sesuai
standar WHO) yaitu sebagai berikut:

Usia: Perlu memerhatikan usia bayi yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu 6-9 bulan, 9-12
bulan, dan 12-24 bulan.

Frekuensi: yaitu frekuensi makan berapa kali dalam sehari sesuai dengan pembagian usia
sebelumnya

Jumlah: jumlah makanan yang takaran porsinya disesuaikan dengan pembagian usia bayi

Tekstur makanan: bagaimana tekstur makanan sesuai dengan usianya

Variasi makanan: keberagaman makanannya, untuk semua kelompok usia sama yaitu
variasinya disebut empat bintang yang terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan
mineral. Sehingga dalam satu porsi makanan harus terdapat empat variasi tersebut.

Responsif/aktif: pemberian makan secara aktif atau responsif, yaitu ibh perlu mengetahui
kapan waktu ketika anak lapar dan kenyang, sehingga ibu tidak berpatokan pada
makanannya harus habis, atau tidak memberikan makanan pada jam-jam tertentu. Perlunya
interaksi antara bayi dan ibu yang menyuapi anak.

Bersih: kebersihan tempat penyiapan MPASI, seperti tempat yang bersih, bahan yang
bersih, alat yang bersih, yang menyiapkan juga bersih. Alat juga bisa dibagi menjadi alat
untuk makanan mentah, alat untuk makanan matang, misal dari talenan, saringan, sehingga
tidak tercampur.

Pada persiapan MPASI ini alat-alat yang diperlukan juga tidak sulit, biasanya hanya
memerlukan pisau, talenan, saringan, ulekan, dan sendok. Tidak memerlukan alat elektronik
khusus, sebab MPASI yang diproses adalah makanan yang hari itu juga dimakan oleh
keluarga.

7. Aturan pemberian MPASI sesuai dengan usia anak

Setelah mengetahui syarat dan poin penting MPASI, kita perlu mengetahui aturan
pemberian MPASI sesuai usia anak. Aturan ini penting agar bayi yang mendapatkan MPASI
sesuai dengan kebutuhannya, serta metode yang sesuai dengan tumbuh kembang anak,
berikut panduannya:

0-6 bulan: pemberian asi secara eksklusif

6-9 bulan: makanan secara umum disaring

Frekuensi makan: adalah 2 kali makanan utama dan 1-2 kali makanan selingan
Jumlah: 1/3 mangkuk atau jumlah 125 ml
9-12 bulan: makanan secara umum dicincang,

Frekuensi makannya adalah 3 kali makanan utama dan 2 kali makanan selingan
Jumlah ½ mangkuk atau jumlah 250 ml
>12 bulan: makanan biasa atau makanan rumah yang dimasak bersamaan untuk anggota
keluarga lain,

Frekuensi 3-4 kali makanan utama dengan 2 kali makanan selingan.


Jumlah 1 mangkuk atau satu piring makan anak, lauk disajikan secara terpisah tidak lagi
dicampur

8. Pastikan membuat MPASI sesuai dengan tekstur yang disarankan yaitu kental dan tidak
encer
Pastikan ibu membuat MPASI sesuai dengan tekstur yang disarankan sesuai usia bayi,
dengan porsi yang cukup. MPASI yang tepat, memiliki tekstur yang lebih kental dan tidak
encer.

Kita dapat melihatnya dari sendok yang dimiringkan, makanan dengan tekstur yang tepat
adalah tidak langsung jatuh, namun jika makanan yang di atas sendok langsung meleleh
atau tumpah ke bawah maka tekstur MPASI terlalu encer.
Sebab jika tekstur makanan yang terlalu encer artinya mengandung lebih banyak air,
sementara air akan membuat anak lebih cepat kenyang namun tidak mempunyai nilai kalori
sehingga tidak menghasilkan banyak energi.

9. Manfaat yang didapatkan anak jika diberikan MPASI Premium sesuai dengan standar
WHO
Dengan memberikan MPASI sesuai dengan rekomendasi WHO ini, berarti sesuai dengan
Pedoman Gizi Seimbang yang merupakan acuan bagaimana ibu perlu memenuhi kebutuhan
makan anak yang bervariasi

Bila bayi usia 6-24 tahun diberikan MPASI sesuai dengan rekomendasi WHO ini, maka ia
sudah mampu makan atau mempunyai keterampilan makan, kecukupan makan, atau
kecukupan zat gizi, agar anak tumbuh kembang secara seimbang.

Ini juga merupakan sebuah keterampilan agar anak bisa makan dengan nyaman, aman, dan
sesuai dengan kebutuhan. Hal ini juga diharapkan anak tidak menjadi pemilih dalam
mengonsumsi makanan.

Selain itu diharapkan jika anak telah berusia satu tahun, ia dapat makan bersama dengan
anggota keluarganya di meja makan. Anak mampu mencerna makanan seperti orang
dewasa, dan sudah memiliki keterampilan makan yang mirip dengan kemampuan makan
keluarga.

Nah, itulah aturan dan syarat pemberian MPASI menurut WHO. Semoga semakin
memahami cara untuk memenuhi kebutuhan nutrisi si Kecil, ya.

Anda mungkin juga menyukai