Anda di halaman 1dari 15

2.

4 Cara pemberian ASI

Saat buah hati yang telah dinanti-


nanti selama sembilan bulan
lamanya lahir, kini saatnya Ibu
memasuki tahap menyusui. Akan
tetapi, bagi beberapa ibu masa kini
bisa terasa cukup menakutkan.
Mungkin Anda cemas bayi tidak bisa
menyusui dengan lancar atau khawatir
bila jumlah air susu ibu (ASI) tidak
begitu banyak. Sebenarnya, cara
menyusui bayi yang benar itu tidak
sulit untuk diterapkan baik saat bayi baru lahir maupun sudah berusia beberapa bulan.
memberikan ASI, termasuk ASI eksklusif. Pada dasarnya tidak sesulit yang mungkin ada di
bayangan Ibu. Pasalnya, begitu bayi lahir, ia sudah memiliki kemampuan untuk mengisap
susu dan makan secara mandiri.

Menyusui bisa dilakukan sejak bayi baru lahir atau dikenal dengan nama inisiasi
menyusui dini (IMD). Pemberian air susu ibu (ASI) sejak bayi baru lahir ini idealnya terus
dilanjutkan tanpa tambahan makanan dan minuman apapun alias ASI eksklusif, Ini karena ada
banyak manfaat ASI baik bagi bayi maupun ibu. Manfaat ASI untuk bayi di antaranya
memenuhi kebutuhan gizi, meningkatkan kecerdasan, menjaga sistem imun bayi, dan lainnya.

Sementara untuk ibu, manfaat ASI mencakup mempercepat penyembuhan


setelah melahirkan, mencegah ibu terserang penyakit, dan lain sebagainya. Di
samping manfaat, ada juga beragam mitos ibu menyusui dan tantangan menyusui.
Meski bayi dianjurkan menyusu ASI selama enam bulan, pemberian ASI campur susu
formula (sufor) juga bisa dilakukan tergantung kondisinya. Namun, bukan berarti
Anda bisa mencampurkan ASI dan sufor ke dalam satu botol yang sama. Anda bisa
memberikan ASI yang diselingi dengan sufor secara bergantian. Bila bayi
mendapatkan ASI eksklusif selama enam bulan, di bulan selanjutnya ia tetap bisa
memperoleh ASI dan sufor bersamaan dengan makanan pendamping ASI (MPASI)
bayi. Untuk bisa menyusui dengan benar, Anda dituntut agar bisa mempersiapkan
segalanya dengan baik. Bahkan, menerapkan menyusui dengan cara atau teknik yang
benar sebaiknya dilakukan sebelum Anda memulainya. Saat masih mengandung bayi,
sebenarnya Anda sudah mulai bisa mempersiapkan segala sesuatunya agar bisa
menyusu dengan lancar nantinya.

 Persiapan menyusu saat masa kehamilan

Persiapan jauh-jauh hari ini tentu sedikit banyak akan membantu diri Anda lebih
siap sehingga bisa menyusui dengan cara yang benar.

1) Banyak bertanya dan bertukar cerita mengenai cara yang benar dengan ibu
yang telah mulai menyusui bayinya lebih dahulu.

2) Banyak bertanya dengan dokter untuk mendapatkan jawaban mengenai


kebingungan seputar cara menyusui. Mencari banyak informasi dari buku,
internet, maupun beragam sumber terpercaya lainnya.

3) Diskusikan dengan dokter mengenai kondisi kesehatan tubuh Anda.


Terutama jika Anda pernah menjalani operasi, mengalami cedera, maupun
berbagai kondisi medis lainnya.

4) Bicarakan juga dengan dokter jika Anda mengalami depresi atau sedang
rutin minum suplemen maupun obat-obatan tertentu agar nantinya dapat
menyusui dengan cara yang benar.

5) Persiapkan beberapa hal yang sekiranya akan Anda butuhkan nantinya.


Persiapan bisa berupa bra menyusui, penutup menyusui (cover atau
nursing scarf), maupun bantal menyusui (nursing pillow).

6) Rutin melakukan teknik relaksasi.

 Persiapan sebelum mulai menyusu bayi

Setelah bayi baru lahir, ini saat yang tepat untuk menerapkan segala hal yang
sudah Anda pelajari tentang cara menyusui. Dengan begitu, Anda tidak merasa
kaget karena sedikit banyak sudah cukup memahami mengenai cara menyusui
yang benar. Sebaiknya jangan ada yang terlewatkan karena mempersiapkan
segala halnya dengan baik tepat bisa menjadi salah satu indikator keberhasilan
menyusui.
Berikut persiapan yang sebaiknya bisa dilakukan :

1) Dekatkan bayi Anda dan terapkan interaksi langsung antara kulit (skin to
skin contact) tepat setelah bayi lahir.

2) Usahakan untuk tidak memberikan botol dot maupun puting buatan


sampai bayi bisa menemukan dan menempel dengan mudah pada puting
payudara Anda.

3) Cari ruangan khusus menyusu atau sudut maupun ruangan yang tenang
bila Anda sedang berada di luar rumah.

4) Gunakan bra khusus untuk memudahkan Anda saat menyusui.

5) Gunakan pakaian yang dilengkapi celah di bagian kanan dan kiri pada
area dekat payudara untuk memudahkan proses menyusu.

6) Pilih dan sediakan jenis bantal menyusui yang sekiranya nyaman untuk
Anda gunakan sesuai dengan kebutuhan.

7) Siapkan penutup atau nursing scarf khususnya jika Anda hendak


menyusui bayi di luar rumah dengan cara yang benar.

Dokter maupun tim medis biasanya memang akan langsung meletakkan


bayi di atas perut Anda untuk melakukan inisiasi menyusui dini (IMD). Selain
bertujuan agar terjadi interaksi langsung antara kulit Anda dan bayi alias skin
to skin contact, prosedur IMD juga akan membantu bayi agar bisa mencari
puting payudara Anda dengan sendirinya.

 Cara pemberian ASI yang benar


Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, pemberian ASI dapat dimulai
langsung setelah proses melahirkan selesai atau IMD (Inisiasi Menyusui Dini).
Proses IMD mungkin memakan waktu yang tidak sebentar karena menunggu
sampai bayi menemukan puting ibu dengan sendirinya untuk mulai menyusu.
Dengan begitu, bayi bisa mulai segera menyusu langsung melalui payudara
setelah dilahirkan.v

Dokter dan tim medis juga tidak akan memberikan bayi air putih, susu
formula, maupun cairan lainnya. Terkecuali jika pemberian berbagai hal tersebut
memang diperlukan karena kondisi medis yang dialami bayi. Jika keseluruhan
proses IMD sudah dilakukan, artinya Ibu bisa menyusui bayi dengan langsung
menggendong dan mengarahkan bibir bayi pada puting payudara.

Cara atau teknik yang benar ini akan terus Ibu lakukan di sesi menyusui
selanjutnya dalam beberapa bulan ke depan, terutama selama masa pemberian
ASI eksklusif. Cara menyusui bayi yang baik dan benar bisa Anda lakukan
dengan menerapkan beberapa aturan, yakni:

 Menerapkan perlekatan
atau latch on sebelum
menyusui dengan cara yang
benar

Sebelum mulai menyusui,


penting untuk menempatkan
bayi pada posisi perlekatan
yang tepat (latch on). Latch
on bertujuan supaya tidak muncul rasa sakit atau tidak nyaman dan bayi bisa
menyusu dengan lancar. Ini karena posisi menyusui yang tepat antara mulut
bayi dengan puting payudara bisa menimbulkan rasa tidak nyaman yang
berujung pada nyeri dan sakit. Alhasil, timbullah berbagai masalah ibu
menyusui. Untuk melakukannya, berikut tahapan perlekatan saat menyusui
(latch on) yang tepat pada bayi:
1) Usahakan untuk menjaga posisi telinga, bahu, serta pinggul bayi.
Pastikan tubuhnya sejajar dengan tubuh Anda agar bayi bisa lebih
mudah menelan selama menyusu.
2) Usahakan agar posisi hidung bayi berhadapan langsung dengan puting
payudara Anda dan tidak tertekan sebagai upaya menyusui dengan cara
yang benar.
3) Pegang dagu bayi secara perlahan, kemudian bantu untuk membukanya
sembari bibir bayi mendekati payudara untuk mulai menyusui dengan
cara yang benar.
4) Arahkan puting payudara dan gesekkan atau sentuh perlahan bagian
bibir bayi dengan menggunakan puting payudara Anda.
5) Kemudian tunggu sampai bibir bayi terbuka lebar seolah sedang
menguap, sebagai pertanda telah siap untuk mengisap puting payudara,
seperti dijelaskan oleh American College of Obstetricians and
Gynecologists.
6) Bimbing bibir bayi menuju ke puting payudara, agar bayi bisa lebih
mudah untuk mengisapnya.
7) Usahakan bibir dan mulut bayi telah mengisap puting payudara Anda
saat menyusu.
8) Tarik puting dari mulut bayi dan ulangi lagi tahapannya dari awal, bila
bayi tidak bisa mengisapnya dengan tepat. Jika latch on tidak dilakukan
dengan benar, biasanya Anda akan merasa nyeri atau sakit pada puting.
Setelah perletakan (latch on) dilakukan dengan baik, kini bayi bisa
mulai menyusu.

 Tanda perlekatan menyusui sudah tepat

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), berikut ini tanda perlekatan
sudah benar dan tepat :

1) Dagu bayi menyentuh payudara ibu.


2) Bibir bawah bayi terpuntir keluar.
3) Mulut bayi terbuka lebar.
4) Areola bagian bawah lebih banyak yang masuk ke mulut bayi
dibanding bagian atas.
5) Bayi yang menyusu dengan baik akan mengisap dengan pelan,
berirama, tidak tergesa-gesa dan tidak terdengar bunyi berdecak. Pipi
bayi akan menggembung dan ibu tidak terasa sakit.

 Tahapan cara menyusui bayi yang benar

Ketika semua persiapan telah Anda lakukan dan paham mengenai cara latch
on, kini masuk ke saat utama untuk menyusui bayi yang benar. Secara
keseluruhan, berikut ini cara agar dapat menyusui dengan baik dan benar:

1) Bagi ibu, posisikan diri senyaman mungkin dan rilekskan diri Anda.
2) Setelah posisi ibu terasa nyaman, gendong dan pegang kepala bayi
dengan satu tangan sembari mempertahankan posisi payudara ibu
dengan tangan yang lainnya.
3) Kemudian dekatkan wajah bayi ke arah payudara ibu. Cara menyusui
yang benar bisa terlihat saat tubuh bayi menempel sepenuhnya dengan
tubuh ibu.
4) Beri rangsangan pada daerah bibir bawah bayi dengan menggunakan
puting susu ibu. Tujuannya agar mulut bayi terbuka lebar.
5) Biarkan bayi memasukkan areola (seluruh bagian gelap di sekitar
puting payudara ibu) ke dalam mulut bayi.
6) Bayi akan mulai menggunakan lidahnya untuk mengisap ASI. Ibu
tinggal mengikuti irama menyedot dan menelan yang dilakukan bayi.
7) Ketika ibu ingin menyudahi atau berpindah ke payudara yang lain,
letakkan satu jari ibu ke sudut bibir bayi supaya bayi melepaskan
isapannya.
8) Hindari melepaskan mulut bayi atau menggeser payudara Anda secara
tiba-tiba karena akan membuat bayi rewel dan sulit menyusu lagi
nantinya.
9) Biarkan bayi mengatur sendiri kecepatannya saat menyusu.
10) Perpindahan payudara saat menyusu bisa Anda lakukan ketika
payudara terasa lebih lunak setelah bayi menyusu. Ini karena ASI di
dalam payudara tersebut telah diminum oleh bayi sehingga terasa tidak
lagi penuh.
Ingat, tindakan menyusu secara bergantian dapat mencegah
payudara yang belum dikeluarkan ASI-nya menjadi nyeri karena penuh
terisi oleh ASI. Sebaliknya, menyusui dengan cara atau teknik yang
benar harus dilakukan dengan bergantian menggunakan kedua sisi
payudara.

 Cara yang benar untuk mengetahui bayi masih ingin menyusui

Biasanya, bayi tidak cukup menyusu hanya pada satu payudara. Jika masih
menunjukkan tanda lapar, bayi akan terlihat masih ingin menyusu. Untuk
memastikan dengan benar kalau bayi masih ingin menyusui, berbagai cara
yang dianjurkan adalah sebagai berikut:

1) Lakukan langkah yang sama seperti langkah-langkah sebelumnya. Beri


rangsangan pada daerah bibir bawah bayi dengan menggunakan puting
susu ibu.
2) Ketika bayi masih ingin menyusu, ia akan memasukkan areola ke
dalam mulutnya dan kembali mengisap. Sementara kalau sudah
kenyang, bayi akan berhenti dengan sendirinya.
3) Dalam menerapkan cara menyusui yang benar, biarkan bayi
menentukan seberapa lama akan menyusu sesuai dengan keinginan dan
kebutuhannya.
Bayi yang merasa telah cukup menyusu biasanya akan berhenti
atau tertidur dengan sendirinya. Di saat inilah Anda bisa melepaskan
puting susu dari mulut bayi. Ssemua cara menyusui bayi yang benar
tersebut berlaku sejak ia baru lahir sampai akhir masa menyusui.
Bahkan, ketika di situasi apa saja, misalnya saat sedang
menjalani liburan, cara menyusui bayi tersebut tetap bisa diterapkan.
Cara menyusui bayi yang benar tersebut juga berlaku bagi
Anda yang memiliki bayi kembar maupun dua anak sekaligus yang
masih menyusui (tandem nursing). Tandem nursing adalah proses
menyusui dua anak sekaligus yakni kakak dan adik dalam waktu yang
bersamaan.
Hal ini bisa terjadi karena jarak kehamilan cukup dekat
sehingga Anda sudah melahirkan sang adik meski masih menyusui
kakaknya. Jadi, tidak peduli sedang di rumah, saat liburan, memiliki
bayi kembar, bayi lahir caesar, maupun menyusui dua anak di usia
berbeda (tandem nursing), cara tersebut tetap bisa Anda terapkan.

2.5 Penyimpanan ASI

Kini semakin banyak ibu menyusui yang beraktivitas di luar rumah. Memerah
ASI pun menjadi pilihan agar asupan gizi anak tetap terpenuhi. Itu sebabnya penting
untuk mengetahui bagaimana penyimpanan ASI perah yang benar.

Ada berbagai pilihan tempat untuk menyimpan ASI perah, seperti botol kaca,
botol plastik dengan label bebas bahan berbahaya, ataupun kemasan plastik khusus
untuk ASI. Sebaiknya hindari menyimpan ASI perah dalam kemasan botol atau
plastik yang biasa digunakan untuk keperluan umum. Hal ini karena tempat
penyimpanan ASI turut memengaruhi kualitas ASI yang disimpan.

utin memompa ASI diyakini dapat melancarkan produksi ASI pada payudara Ibu.
Selanjutnya, hal yang perlu Ibu perhatikan, yakni cara menyimpan ASI perah yang
benar agar tetap awet dan tidak mudah basi sampai saatnya diminum si Kecil.
Bagaimana caranya?

 Cara menyimpan ASI yang


tepat
Ketika bayi sudah kenyang
menyusu atau belum jadwal
menyusunya, terkadang Ibu harus
mengeluarkan ASI dari payudara.
Entah karena payudara telah
penuh dan mengencang oleh ASI,
atau karena ada ASI yang menetes
keluar dari payudara. Setelah itu,
ASI harus disimpan dengan cara yang tepat supaya kualitasnya tetap terjaga sampai
diberikan kepada bayi. Nah, para Ibu perlu tahu seperti apa cara menyimpan ASI
agar selalu awet.

Sibuk bekerja maupun banyak melakukan aktivitas di luar rumah sebenarnya bukan
menjadi halangan untuk tetap memberikan ASI eksklusif. Bahkan, ketika ada
tantangan menyusui dan masalah ibu menyusui, Anda masih memungkinkan untuk
memberikan ASI. Hal ini tergantung kondisi yang Anda alami, termasuk mastitis atau
infeksi payudara. Bagaimana pun juga ada banyak manfaat ASI yang bisa diperoleh
oleh bayi maupun ibu.

Sebelum beranjak ke luar rumah, saat sedang senggang, maupun di sela-sela


kesibukan di kantor Anda bisa memerah ASI menggunakan alat pompa ASI.
Termasuk ketika Anda tidak punya waktu untuk menyusui bayi secara langsung di
posisi menyusui yang nyaman. Akan tetapi, jangan sepelekan cara menyimpan atau
penyimpanan ASI setelah dipompa. ASI merupakan makanan yang bersih dan steril
jika langsung diberikan dengan menyusui bayi. Itulah mengapa jika ASI bayi
dimasukkan ke dalam botol untuk disimpan, tentu kebersihan wadah penyimpanan
tersebut harus diperhatikan.

1) Pastikan tangan dan alat-alat penyimpan ASI sudah bersih


Sebelum memompa ASI dan menyimpannya, biasakan untuk selalu mencuci
tangan Ibu terlebih dahulu. Bukan itu saja, Ibu juga perlu memastikan semua
alat-alat yang digunakan untuk memompa dan menyimpan ASI sudah dalam
kondisi steril.

Pompa ASI juga harus dibersihkan sesaat setelah dipakai supaya tetap bersih. Ibu
bisa membersihkan semua bagian peralatan dengan air hangat dan sabun. Jangan
lupa dibilas sampai bersih dan dikeringkan. Baru setelah itu Ibu boleh menyimpan
kembali peralatan pompa dan penyimpan ASI si Kecil di tempatnya. Sebisa
mungkin, usahakan untuk selalu menjaga kebersihan semua benda yang bersentuhan
langsung ASI. Tujuannya untuk mencegah agar bakteri tidak mudah berkembang
biak di peralatan yang digunakan untuk memompa dan menyimpan ASI.

2) Gunakan wadah yang sesuai


Cara menyimpan ASI tidak boleh sembarangan, termasuk dalam menggunakan
wadah penampung ASI. Melansir dari Mayo Clinic, idealnya Ibu disarankan untuk
memakai wadah tertutup dan bebas dari bahan kimia BPA (bisphenol-A).

Ibu dapat menggunakan wadah dalam bentuk botol kaca atau kantung khusus
penyimpan ASI. Kantung penyimpan ASI biasanya dilengkapi dengan pelindung
ekstra agar tertutup rapat, sehingga memastikan ASI di dalamnya tidak mudah bocor
atau tumpah.

Hindari menyimpan ASI di dalam botol bekas pakai atau kantung plastik yang
seharusnya digunakan untuk menyimpan bermacam-macam kebutuhan rumah
tangga.

3) Pakai metode first in first out


Sebelum memasukkan botol atau kantung penyimpan ASI, jangan lupa untuk
memberikan label keterangan pada bagian depan wadah tersebut. Tuliskan tanggal
dan waktu Ibu menyimpan ASI agar tidak lupa.

Ibu harus menggunakan ASI yang sudah disimpan lebih lama dan mengeluarkannya
berurutan sesuai tanggal.

Cara menyimpan ASI yang satu ini dikenal dengan nama first in first out (FIFO).
Supaya lebih mudah, Ibu bisa meletakkan ASI yang sudah lama dipompa di bagian
depan, hingga di bagian belakang berisi ASI yang baru dipompa. Hal ini akan
memudahkan Ibu dalam pengambilan ASI yang paling lama disimpan.

4) Perhatikan suhu penyimpanan ASI


Selain wadah tempat ASI disimpan, cara menyimpan ASI lainnya yang tidak boleh
luput dari perhatian Ibu yakni mengenai suhu ruangan penyimpannya. Menyimpan
ASI di suhu yang tepat dapat membantu menjaga kualitas ASI senantiasa baik
sampai nantinya diberikan pada si kecil.

Berikut tempat yang biasanya dijadikan ruangan penyimpan ASI beserta suhu
simpan idealnya:

 Suhu kamar atau ruang, 25 derajat Celcius tahan selama sekitar 4 jam.
 Kulkas, 4-10 derajat Celcius atau kurang dari 4 derajat Celcius, tahan selama
5-8 hari.
 Freezer  dengan kulkas, suhu -10 ℃ ttahan selama 2-4 bulan untuk freezer dan
kulkas 2 pintu, serta 2 minggu untuk freezer dan kulkas 1 pintu.
 Freezer tanpa kulkas, 18 derajat Celcius atau di bawahnya, tahan selama 6-12
bulan.

Hanya saja perlu diingat, proses pembekuan ASI perah kemungkinan menghilangkan
beberapa zat yang penting untuk menghalau infeksi pada bayi. Semakin lama
penyimpanan ASI perah, baik didinginkan
maupun dibekukan, akan menghilangkan
kandungan vitamin C pada ASI. Meski
demikian, ASI perah yang sudah dibekukan
itu, nilai gizinya masih jauh lebih baik
dibandingkan susu formula.

Ibu juga bisa menyimpan ASI perah di


dalam cooler box selama bepergian jauh
bersama bayi. Namun, ASI yang disimpan di dalam cooler box  biasanya hanya
mampu bertahan selama sekitar 1 hari.

5) Hindari menggabungkan ASI perah baru ke dalam ASI beku


Meski sama-sama ASI perah, Ibu tidak dianjurkan untuk mencampurkan ASI yang
baru saja dipompa ke dalam ASI beku yang telah disimpan sebelumnya.

Lebih baik Ibu simpan ASI yang baru diperah ke dalam wadah baru dari berbeda
dari ASI yang sudah disimpan. Menyimpan ASI dengan cara ini akan membantu
menjaga kualitasnya agar tetap awet.

 Tips Mencairkan ASI Perah

ASI perah beku yang dicairkan kemungkinan akan mengalami perubahan pada warna, bau,
dan konsistensinya dibandingkan ASI segar. Oleh karena itu, wajar jika Bunda mendapati
ASI mengendap setelah disimpan di dalam kulkas. Kondisi ini normal dan cukup kocok
botol penyimpanan untuk mencampurnya lagi.
Sebagian bayi ada yang menolak ASI perah beku. Jika demikian, Bunda bisa mencoba
memperpendek masa simpan ASI atau menghangatkan ASI sebelum diberikan pada Si
Kecil.

 Untuk mencairkan ASI perah yang dibekukan, dapat menggunakan penghangat ASI
elektrik yang bisa digunakan di rumah
atau di mobil. Jika tidak tersedia,
maka Anda dapat menempatkan botol
penyimpan ASI perah ke dalam panci
atau mangkuk berisi air hangat.
Diamkan beberapa saat. Ingat, jangan
menaruh panci atau baskom tersebut di
atas kompor yang menyala.
 ASI perah yang dibekukan, sebaiknya tidak langsung dikeluarkan dalam suhu ruang.
Beberapa penelitian mengungkap perubahan suhu yang cepat dapat memengaruhi
kandungan antibodi dalam ASI yang bermanfaat bagi bayi. ASI perah beku
dari freezer dapat diletakkan terlebih dahulu di ruang pendingin pada kulkas,
kemudian hangatkan sebagaimana cara di atas.
 Jika ASI perah dibutuhkan segera, maka Anda dapat menempatkannya di bawah air
mengalir dengan suhu biasa. Lalu lanjutkan mengalirinya dengan air hangat. Jika
belum cukup hangat, tempatkan botol di dalam mangkuk berisi air hangat. Untuk
memeriksa apakah suhu ASI sudah sesuai untuk Si Kecil, teteskan ke pergelangan
tangan. Jika suhu sudah sesuai, ASI bisa langsung diberikan pada Si Kecil.
 Meski tampaknya mudah, hindari menghangatkan atau mencairkan ASI perah
menggunakan microwave. Alat ini dapat menciptakan bintik-bintik pada botol ASI
perah yang kemungkinan berbahaya bagi Si Kecil. Bintik ini muncul karena suhu
panas. Sekali lagi, perubahan susu yang terlalu cepat pada ASI perah bisa
menghilangkan kandungan antibodi yang dibutuhkan oleh bayi.

 Botol sebagai cara menyimpan ASI

Cara menyimpan ASI di dalam botol dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

1) Botol ASI Plastik


Meski berbahan dasar plastik, Anda tidak perlu khawatir mengenai keamanannya saat
digunakan. Botol plastik biasanya telah dirancang sedemikian rupa sehingga aman
untuk bayi. Jika Anda tidak ingin membeli botol ASI plastik yang mengandung bahan
kimia tertentu, coba pilih botol yang bebas dari BPA (bisphenol-A). BPA merupakan
jenis bahan kimia yang biasanya digunakan dalam pembuatan berbagai produk,
seperti wadah makanan atau minuman maupun produk kebersihan. Pilihan lainnya,
Anda bisa mencari botol dengan nomor daur ulang “5”, karena terbuat dari
polipropilen (PP atau polypropylene). Label PP atau nomor daur ulang 5 yang terletak
di bagian bawah botol merupakan pilihan bahan plastik yang baik. Bukan hanya
berlaku untuk menyimpan ASI, botol ini nantinya juga bisa digunakan saat menyusui
bayi. Sebagai wadah penyimpan air susu ibu, botol plastik memiliki beberapa
kekurangan dan kelebihan.

Berikut kelebihan dan kekurangan botol ASI plastik:

Kelebihan botol ASI plastik


 Ringan
 Kuat
 Tidak mudah pecah
 Harganya relatif murah
 Tersedia dalam berbagai ukuran berbeda

Kekurangan botol ASI plastic


 Tidak bisa dipakai untuk jangka waktu yang lama
 Tidak bisa direbus atau direndam di dalam air dengan suhu yang terlalu panas

2) Botol ASI Kaca


Jika ingin lebih memastikan botol ASI yang Anda pakai aman dan bebas dari BPA,
Anda bisa menggunakan bahan kaca. Ketimbang botol plastik, botol ASI kaca
memang jauh lebih berat
yang mungkin akan
menyulitkan bayi untuk
memegangnya saat menyusu.
Meski begitu, jangan
khawatir botol ASI kaca ini
akan mudah pecah. Sebagai
solusinya, Anda bisa memilih
botol dari bahan kaca yang
dilengkapi dengan penutup botol berbahan silikon. Silikon ini hadir dalam bentuk
yang sesuai dan pas dengan botol sehingga bisa membantu melindunginya agar tidak
mudah pecah.

Berikut kelebihan dan kekurangan botol ASI kaca:

Kelebihan botol ASI kaca


 Lebih tahan untuk digunakan dalam waktu lama dibandingkan dengan botol plastik

 Bebas dari bahan BPA

 Botol bisa direbus atau direndam di dalam air dengan suhu panas

Kekurangan botol ASI kaca


 Harganya relatif lebih mahal

 Mudah pecah jika terjatuh

 Lebih berat

 Hanya tersedia dalam ukuran tertentu


Adrian, Kevin. 2018. Penyimpanan ASI yang benar.
https://www.alodokter.com/penyimpanan-asi-perah-yang-benar. (tanggal
akses 23 september 2021 pukul 22: 00)

Ariani, Karinta. 2021. Cara memberi ASI yang tepat.


https://hellosehat.com/parenting/bayi/menyusui/apa-itu-menyusui/. (tanggal
akses 23 september 2021 pukul 22: 00)

Ariani, Karinta. 2021. Cara peyimpanan ASI yang baik dan benar.
https://hellosehat.com/parenting/bayi/menyusui/cara-menyimpan-asi/.
(tanggal akses 23 september 2021 pukul 22: 00)

Anda mungkin juga menyukai