i
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.Atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Keperawatan
Maternitas. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang
syafa’atnya kita nantikan.
Penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebanyak-banyaknya untuk Herawati
Jaya, S.Kep, Ns, M.Kepselaku dosen Mata Kuliah “Keperawatan Maternitas” yang telah
menyerahkan kepercayaannya kepada kami guna menyelesaikan tugas “Askep Mioma” ini
dengan tepat waktu.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung serta
membantu penyelesaian makalah. Harapannya, semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca..
Meskipun demikian, penulis terbuka pada kritik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan makalah.
Demikian yang dapat kami sampaikan.Akhir kata, semoga makalah Keperawatan
Anak sini dapat bermanfaat.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
1.1 Pengertian.....................................................................................................................4
1.3 Etiologi..........................................................................................................................5
1.8 Komplikasi....................................................................................................................9
1.10 Penatalaksanaan........................................................................................................10
2.1 Pengkajian...................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................25
iii
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Pengertian
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang berasal dari
otot polos dan jaringan ikat fibrous.Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau
uterine fibroid.Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak yang sering ditemukan pada
traktus genitalia wanita, terutama wanita sesudah produktif (menopouse). Mioma uteri jarang
ditemukan pada wanita usia produktif tetapi kerusakan reproduksi dapat berdampak karena
mioma uteri pada usia produktif berupa infertilitas, abortus spontan, persalinan prematur dan
malpresentasi (Aspiani, 2017).
Mioma uteri (Leiomioma, Fibromioma, Fibroid) adalah tumor jinak pada dinding rahim
wanita yang terdiri dari otot dan jaringan fibrosa.Ukurannya bervariasi, mulai dari yang tak
terlihat sampai sebesar buah semangka.Pembesaran mioma dapat menyebabkan nyeri yang
hebat.Tekanan atau perasaan berat di daerah panggul selama atau diantara siklus menstruasi
merupakan gejala dari nyeri (Nugroho & Utama, 2014).
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot polos diding uterus. Mioma
merupakan tumor uterus yang ditemukan pada 20-25% wanita diatas umur 35 tahun. ( Wim
de jong, 2015)
Ukuran normal dari mioma adalah 1-3 cm, dan ukuran abnormalnya berkisar 20 cm atau
1 milimeter
Uterus merupakan organ yang tebal, berotot, berbentuk seperti buah pir,sedikit gepeng
kearah muka belakang dan terletak di dalam cavum pelvis antararektum (posterior) dan
vesika urinaria (anterior). Dinding uterus terdiri dari otot polos dengan ukuran panjang uterus
sekitar 7-7,5 cm, lebar > 5,25 cm, dengantebal sekitar 1,25 cm. Berat uterus normal kurang
lebih 57 gram. Pada masa kehamilan uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama
4
dibawah pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang kadarnya meningkat. Pembesaran
ini pada dasarnya disebabkan oleh hipertrofi otot polos uterus diikuti serabut-serabut kolagen
yang ada menjadi higroskopik akibat meningkatnya kadar estrogensehingga uterus dapat
mengikuti pertumbuhan janin. Setelah menopause, uterus wanita nullipara maupun multipara,
akan mengalami atrofi dan kembali ke ukuran pada masa predolesen.
1.3 Etiologi
Mioma uteri yang berasal dari sel otot polos miometrium, menurut teori onkogenik maka
patogenesa mioma uteri dibagi menjadi 2 faktor yaitu insiator dan promotor.Faktor-faktor
yang menginisiasi pertumbuhan mioma uteri masih belum diketahui dengan pasti.Dari
penelitian menggunakan glucose-6-phospatase dihydrogenase diketahui bahwa mioma
berasal dari jaringan yang uniselular.Transformasi neoplastik dari miometrium menjadi
mioma melibatkan mutasi somatik dari miometrium normal dan interaksi kompleks dari
hormon steroid seks dan growth factor local.
Menurut Aspiani ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan faktor predisposisi
terjadinya mioma uteri.
1) Umur
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktif dan sekitar 40%-50%
pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri jarang ditemukan sebelum menarche (sebelum
mendapatkan haid).
5
2) Hormon Endogen (endogenous hormonal)
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi dari pada jaringan
miometrium normal.
3) Riwayat keluarga
Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri
mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan dengan wanita
tanpa garis keturunan penderita mioma uteri.
4) Makanan
Makanan di laporkan bahwah daging sapi, daging setengah matang (red meat), dan
daging babi meningkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran hijau menurunkan insiden
menurunkan mioma uteri.
5) Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar estrogen dalam
kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal ini mempercepat pembesaran
mioma uteri. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon
dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor progesteron, dan
faktor pertumbuhan epidermal.
6) Paritas
Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita multipara dibandingkan dengan wanita yang
mempunyai riwayat melahirkan 1 (satu) kali atau 2 (2) kali
6
7) Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang terjadinya reflikasi pada saat selsel yang mati diganti
oleh sel yang baru merupakan kesalahan genetika yang diturunkan dari orang tua. Kesalahan
ini biasanya mengakibatkan kanker pada usia dini. Jika seorang ibu mengidap kanker
payudara, tidak serta merta semua anak gandisnya akan mengalami hal yang sama, karena sel
yang mengalami kesalahan genetik harus mengalami kerusakan terlebih dahulu sebelum
berubah menjadi sel kanker. Secara internal, tidak dapat dicegah namun faktor eksternal
dapat dicegah.
8) Faktor eksternal
Faktor eksternal yang dapat merusak sel adalah virus, polusi udara, makanan, radiasi dan
berasala dari bahan kimia, baik bahan kimia yang ditam,bahkan pada makanan, ataupun
bahan makanan yang bersal dari polusi. Bahan kimia yang ditambahkan dalam makanan
seperti pengawet dan pewarna makanan cara memasak juga dapat mengubah makanan
menjadi senyawa kimia yang berbahaya.
Kuman yang hidup dalam makanan juga dapat menyebarkan racun, misalnya aflatoksin
pada kacang-kacangan, sangat erat hubungannya dengan kanker hati.Makin sering tubuh
terserang virus makin besar kemungkinan sel normal menjadi sel kanker. Proses detoksifikasi
yang dilakukan oleh tubuh, dalam prosesnya sering menghasilkan senyawa yang lebih
berbahaya bagi tubuh,yaitu senyawa yang bersifat radikal atau korsinogenik. Zat
korsinogenik dapat menyebabkan kerusakan pada sel.
1) Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarke.Sering kali, pertumbuhan tumor yang cepat selama
kehamilan terjadi dan dilakukan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada
7
saat menopouse dan oleh pengangkatan ovarium. Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan
dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas.Enzim hidrxydesidrogenase
mengungbah estradiol (sebuah estrogen kuat) menjadi estrogen (estrogen lemah).Aktivitas
enzim ini berkurang pada jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor
estrogen yang lebih banyak dari pada miometrium normal.
2) Progesteron
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang mempunyai
struktur dan aktivitas biologik serupa, yaitu HPL, terlihat pada periode ini dan memberi kesan
bahwa pertumbuhan yang cepat dari leimioma selama kehamilan mungkin merupakan hasil
dari aksi sinergistik antara HPL dan estrogen
8
Menurut (Anwar, 2011) Mioma diklasifikasikan berdasarkan lokasinya :
9
1.6 Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam miometrium dan lambat laun
membesar karena pertumbuhan itu miometrium mendesak menyusun semacam
pseudokapsula atau sampai semua mengelilingi tumor didalam uterus mungkin terdapat satu
mioma akan tetapi mioma biasanya banyak. Bila ada satu mioma yang tumbuh intramural
dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar dan konstipasi padat. Bila terletak pada
dinding depan uterus mioma dapat menonjol kedepan sehingga menekan dan mendorong
kandung kemih keatas sehingga sering menimbulkan keluhan miksi (Aspiani, 2017).
Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu putih, padat, berbatas
tegas dengan permukaan potongan memperlihatkan gambaran kumparan yang khas. Tumor
10
mungkin hanya satu, tetapi umumnya jamak dan tersebar di dalam uterus, dengan ukuran
berkisar dari benih kecil hingga neoplasma masif yang jauh lebih besar dari pada ukuran
uterusnya. Sebagian terbenam didalam miometrium, sementara yang lain terletak tepat di
bawah endometrium (submukosa) atau tepat dibawah serosa (subserosa). Terakhir
membentuk tangkai, bahkan kemudian melekat ke organ disekitarnya, dari mana tumor
tersebut mendapat pasokan darah dan kemudian membebaskan diri dari uterus untuk menjadi
leimioma “parasitik”.Neoplasma yang berukuran besar memperlihatkan fokus nekrosis
iskemik disertai daerah perdarahan dan perlunakan kistik, dan setelah menopause tumor
menjadi padat kolagenosa, bahkan mengalami kalsifikasi (Robbins, 2007).
Perdarahan menjadi manifestasi klinik utama pada mioma dan hal ini terjadi pada 30%
penderita.Bila terjadi secara kronis maka dapat terjadi anemia defisiensi zat besi dan bila
berlangsung lama dan dalam jumlah yang besar maka sulit untuk dikoreksi dengan
suplementasi zat besi.
2) Nyeri
Mioma tidak menyebabkan nyeri dalam pada uterus kecuali apabila kemudian terjadi
gangguan vaskuler. Nyeri lebih banyak terkait dengan proses degenerasi akibat oklusi
pembuluh darah, infeksi, torsi tangkai mioma atau kontraksi uterus sebagai upaya untuk
mengeluarkan mioma subrerosa dari kavum uteri.
3) Efek tekanan
11
Walaupun mioma dihubungkan dengan adanya desakan tekan, tetapi tidaklah mudah
untuk menghubungkan adanya penekanan organ dengan mioma. Bila ukuran tumor lebih
besar lagi, akan terjadi penekanan ureter, kandung kemih dan rektum (prawiroharjo 2011).
1.8 Komplikasi
1) Pertumbuhan leimiosarkoma
2) Torsi (putaran tangkai)
3) Nekrosis dan infeksi
1.9 Pemeriksaan Laboratorium
Menurut (Nurafif & Hardhi, 2013) pemerikasaan diagnostik mioma uteri meliputi :
1) Tes laboratorium
Hitung darah lengkap dan apusan darah : leukositosis dapat disebabkan oleh nekrosis
akibat torsi atau degenerasi.Menurunnya kadar hemoglobin dan hematokrit menunjukan
adanya kehilangan darah yang kronik.
12
1.10 Penatalaksanaan
Penanganan mioma uteri dilakukan tergantung pada umur, paritas, lokasi, dan ukuran
tumor. Oleh karena itu penanganan mioma uteri terbagi atas kelompok-kelompok berikut.
1) Penanganan konservatif dilakukan jika mioma yang kecil muncul pada pra dan post
menopause tanpa adanya gejala. Cara penanganan konsevatif adalah sebagai berikut.
a) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
b) Jika terjadi anemia kemungkinan Hb menurun.
c) Pemberian zat besi.
d) Penggunaan agonis GnRH (gonadotropin-releasing hormone) leuprolid asetat 3,75 mg
IM pada hari pertama sampai ketiga menstruasi setiap minggu, sebanyak tiga kali.
Obat ini mengakibatkan pengerutan tumor dan menghilangkan gejala. Obat ini
menekan sekresi gonodotropin dan menciptakan keadaan hipoestrogenik yang serupa
ditemukan pada periode postmenopause. Efek maksimum dalam mengurangi ukuran
tumor diobsevasi dalam 12 minggu.
2) Penanganan operatif, dilakukan bilah terjadi hal-hal berikut.
a) Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu.
b) Pertumbuhan tumor cepat.
c) Mioma subserosa bertangkai dan torsi.
d) Hiperminorea pada mioma submukosa.
e) Penekanan organ pada sekitarnya.
3) Jenis operasi yang dilakukan untuk mengatasi mioma uteri dapat berupa langkah-langkah
berikut.
a) Enuklesia mioma
Enuklesia mioma dilakukan pada penderita yang infertil yang masih menginginkan
anak, atau mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas.Enukleasi dilakukan jika
13
ada kemungkinan terjadinya karsinoma endometrium atau sarkoma uterus dan dihindari
pada masa kehamilan.Tindakan ini seharusnya dibatasi pada tumor dengan tangkai dan
tumor yang dengan mudah dijepit dan diikat. Bila miomektomi menyebabkan cacat yang
menembus atau sangat berdekatan dengan endometrium, maka kehamilan berikutnya
harus dilahirkan dengan seksio sesarea
b) Histeroktomi
Histerektomi dilakukan jika pasien tidak menginginkan anak lagi dan pada pasien yang
memiliki leimioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala.Kriteria ACOG untuk
histerektomi adalah sebagai berikut.
c) Penanganan radioterapi
Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient).
Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu.
Bukan jenis submukosa.
Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum.
Tidak dilakukan pada wanita muda karena dapat menyebabkan menopause.
1.11 Pengkajian Teoritis
Pengkajian merupakan isi tentang proses awal asuhan keperawatan yang memuat data dasar,
baik berupa data subjektif atau data objektif. Isi pengkajian yakni :
1) Identitas Pasien
Berisi nama pasien, tanggal lahir, nomor rekam medis, tanggal masuk RS. Dan
tanggal pengkajian.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Berisi catatan kesehatan dari pasien mulai dari timbulnya gejala pertama hingga
pasien mengalami masalah kesehatan dan dirawat di unit pelayanan kesehatan.
14
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Berisi riwayat masalah kesalahan yang pernah dialami oleh pasien sebelum dirawat
diunit pelayanan kesehatan.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Berisi riwayat kesehatan keluarga baik yang bersifat turunan (hereditas) ataupun tidak
dan berisi genogram keluarga.
5) Riwayat Psikososial
Berisi catatan kegiatan-kegiatan sosian yang pernah dilakukan oleh pasien.
6) Pemeriksaan fisik dengan metode Review Of System (ROS)
1.12 Diagnosa Keperawatan
15
1 Nyeri b/d Tujuan : Setelah dilakukan 1. Identifikasi lokasi,
terputusnya pengkajian selama 3x24 jam kualitas nyeri
kontunitas jaringan diharapkan nyeri hilang 2. Identifikasi skala nyeri
Kriteria Hasil : 3. Identifikasi respon nyeri
1. Pasien tidak meringis non verbal
lagi 4. Identifikasi faktor
2. TTV dalam rentan memperberat nyeri
normal 5. Monitor efek samping
TD : 120/80 mmHg pemberian analgetik
RR : 18x/ mnt 6. Berikan teknik
N : 80x/ mnt nonfarmakologis untuk
S : 37,5o C mngurangi nyeri
3. Skala nyeri 4 7. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
8. Fasilitasi istirahat dan
tidur
9. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
10. Kolaborasi pemberian
analgetik.
16
S : 37,5o C membantu pasien dalam
3. Skala nyeri 4 meningkatkan pergerakan
6. Fasilitasi melalkukan
pergerakan
7. Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
8. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (duduk
ditempat tidur.
3 Resiko Infeksi b/d Tujuan : Setelah dilakukan 1. Monitor tanda dan gejala
kulit pengkajian selama 3x24 jam infeksi
terpapar/terbuka diharapkan pasien mampu 2. Berikan perawatan kulit
melakukan pencegahan pada area bekas operasi
infeksi secara mandiri 3. Cuci tangan sebelum dan
Kriteria Hasil : sesudah kontak dengan
1. TTV dalam rentan pasien dan lingkungan
normal pasien
TD : 140/90 mmHg 4. Jelaskan tanda dan gejala
RR : 20x/ mnt infeksi
N : 85x/ mnt 5. Ajarkan cara mencuci
S : 37,5o C tangan dengan benar
2. Skala nyeri 8 6. Anjurkan meningkatkan
3. Luas luka operasi sudah asupan nutrisi
tertutup dan mengecil 7. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
8. Kolaborasi pemberian
imunisasi
17
18
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Pengkajian
a. Identitas Pasien
1) Nama : Ny. M
2) Umur : 47 tahun
3) Jenis Kelamin : Perempuan
4) Status Kawin : Menikah
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : SMA
7) Pekerjaan : IRT
8) Tanggal Masuk RS : 20 September 2021
9) Alamat : JL. Bunga Kenangan rt.03 rw.009
10) Tanggal Pengkajian : 21 September 2021
11) No. Rekam Medis : 273198
12) Diagnosa Medis : Mioma
b. Identitas Penanggung Jawab
1) Nama : Tn. W
2) Pekerjaan : Petani
3) Alamat : JL. Bunga Kenangan rt.03 rw.009
4) Hubungan : Suami
c. Riwayat Kesehatan
Riwayat Penyakit Sekarang
1) Keluhan Utama : Ny.M mengeluh nyeri pada perut bagian bawah setelah selesai operasi
mioma, dan nyeri dirasakan ketika bergerak sehingga menyebabkan pasien aktivitasnya
19
terganggu. Hasil pemeriksaan yang didapatkan perawat TD : 140/90 mmHg, S : 37,5 0C,
RR : 20x/mnt, N : 85x/mnt, dengan skala nyeri 8
2) Keluhan Saat Dikaji : Pasien tampak meringis karena nyeri, pasien tampak gelisah.
3) Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien menyangkal pernah dilakukan operasi
4) Riwayat Penyakit Keluarga : Pasien menyangkal adanya riwayat diabetes melitus,
Hipertensi, pendarahan yang sulit berhenti maupun riwayat trauma.
5) Riwayat Sosial : Pasien adalah ibu rumah tangga. Pola makan pasien sehari-hari baik
dan teratur. Pasien tidak memiliki kebiasaan minum alcohol dan meroko. Hubungan
pasien dengan keluarga dan lingkungan sekitar baik.
6) Riwayat Menarche : 11 tahum
7) Riwayat Menstruasi : Teratur tiap bulan (siklus haid 30hari) lama haid 4 hari,
disminore(-)
8) Riwayat Marital : Menikah 1 kali (Usia pernikahan 15 tahun)
9) Riwayat Obstetri : 1. Perempuan/14tahun/spontan/bidan/3500 gram
2. Perempuan/7tahun/spontan/bidan/3500 gram
HPT :-
HPL :-
a. Keadaan Umum
Keadaan klien compos mentis, pasien tampak meringis dan K/U lemah
b. Tanda-Tanda Vital
Suhu tubuh : 37,5 °C, Tekanan darah : 140/90mmHg, Nadi : 85x/menit
Pernafasan : 20x/menit, TB : 160 cm BB : 60 kg
20
a. Kepala dan Rambut
Inseksi : bentuk kepala oval, warna rambut hitam,
Palpasi : rambut terasa halus, kepala tidak ada benjolan dan pembengkakan
b. Wajah
Inspeksi : wajah simetris, tidak ada sianosis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
c. Mata
Inspeksi : kedua mata simetris kanan kiri, konjungtiva an-anemis, sclera an-
ikteri, pupil miosis jika terkena cahaya, tidak ada edema
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada bola mata
d. Mulut dan faring
Inspeksi : mulut bersih, tidak ada sianosis, mukosa bibir lembab, gusi tidak ada
pendarahan, tidak ada pembengkakan tonsil
e. Leher
Inspeksi : posisi trakea simetris
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, nadi carotis teraba dan tidak
menonjol
f. Pemeriksaan thoraks/dada
Inspeksi : dada simetris, retraksi dada normal
Palpasi : tidak ada kelainan pada tulang rusuk
Perkusi : tidak ditemukan penumpuk an cairan pada dada
Auskultasi : tidak ada suara nafas tambahan
g. Pemeriksaan paru
Palpasi : getaran suara teraba getaran yang sama
Perkusi : Resonan
Auskultasi : Tidak ada suara nafas tambahan
h. Pemeriksaan jantung
Palpasi : teraba detak jantung
Perkusi : tidak ada penumpukan cairan
Auskultasi : suara jantung normal Lub-Dub
i. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : terdapat bekas luka operasi dibawah perut
Palpasi : terdapat nyeri tekan pada bekas luka operasi
Perkusi : suara ketukan timpani
21
Auskultasi : suara peristaltic normal 5x/mnt
j. Pemeriksaan ektermitas atas
Inspeksi : kedua tangan simetris kanan kiri
Palpasi : tidak terdapat edema pada tangan
k. Pemeriksaan ektermitas bawah
Inspeksi : kedua kaki simetris kanan kiri
Palpasi : tidak terdapat edema pada kaki
BAK
22
2.3 Analisa Data
No Analisa Data Etiologi Masalah Keperawatan
1 DS : Post operasi Myoma uteri
- pasien mengeluh nyeri Nyeri
Terputusnya kontunitas
pada perut bagian bawah
jaringan kulit
setelah operasi
DO : Zat-zat neurotransmitter
(B, P, H )
- Pasien tampak meringis
- TTV Medula spinalis
TD : 140/90 mmHg
Sistem saraf pusat
RR : 20x/ mnt
N : 85x/ mnt Nyeri
o
S : 37,5 C
- Skala nyeri 8
- Terpasang IVFD RL
- Terapi inj obat ketorolac
10mg/ml
23
- K/U lemah
- Terpasang IVFD RL
3 DS : Post operasi Myoma uteri
- Pasien mengeluh nyeri Resiko Infeksi
Terputusnya kontunitas
pada perut bagian bawah
jaringan kulit
setelah operasi.
DO : Kulit terpapar/terbuka
- TTV
Tempat kuman berkembang
TD : 140/90 mmHg
RR : 20x/ mnt Resiko infeksi
N : 85x/ mnt
S : 37,5o C
- Skala nyeri 8
- Luas luka operasi 5m
- Terpasang IVFD RL
24
a. Intervensi Keperawatan
No DX. Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Nyeri b/d terputusnya Tujuan : Setelah dilakukan pengkajian selama 1. Identifikasi lokasi, kualitas nyeri
kontunitas jaringan 3x24 jam diharapkan nyeri hilang 2. Identifikasi skala nyeri
Kriteria Hasil : 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Pasien tidak meringis lagi 4. Identifikasi faktor memperberat nyeri
5. TTV dalam rentan normal 5. Monitor efek samping pemberian analgetik
TD : 120/80 mmHg 6. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mngurangi nyeri
RR : 18x/ mnt 7. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
N : 80x/ mnt 8. Fasilitasi istirahat dan tidur
S : 37,5o C 9. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
6. Skala nyeri 4 nyeri
10. Kolaborasi pemberian analgetik.
2 Perubahan pola Tujuan : Setelah dilakukan pengkajian selama 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
aktivias b/d imobilitas 3x24 jam diharapkan pasien aktivitas pasien 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
kembali normal 3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
Kriteria Hasil : memulai mobilisasi
4. Keadaan umum pasien baik 4. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
5. TTV dalam rentan normal 5. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
TD : 120/80 mmHg meningkatkan pergerakan
RR : 18x/ mnt 6. Fasilitasi melalkukan pergerakan
25
N : 80x/ mnt 7. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
S : 37,5o C 8. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
6. Skala nyeri 4 (duduk ditempat tidur.
3 Resiko Infeksi b/d Tujuan : Setelah dilakukan pengkajian selama 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
kulit terpapar/terbuka 3x24 jam diharapkan pasien mampu 2. Berikan perawatan kulit pada area bekas operasi
melakukan pencegahan infeksi secara mandiri 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
Kriteria Hasil : pasien dan lingkungan pasien
4. TTV dalam rentan normal 4. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
TD : 140/90 mmHg 5. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
RR : 20x/ mnt 6. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
N : 85x/ mnt 7. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
S : 37,5o C 8. Kolanrasi pemberian imunisasi
5. Skala nyeri 8
6. Luas luka operasi sudah tertutup dan
mengecil
26
No DX. Keperawatan Tanggal/Hari Implementasi Keperawatan Paraf
1 Nyeri b/d terputusnya Senin, 22 1. Mengidentifikasi lokasi, kualitas nyeri
kontunitas jaringan kulit September 2. Mengidentifikasi skala nyeri
2021 3. Mengidentifikasi respon nyeri non verbal
4. Mengidentifikasi faktor memperberat nyeri
5. Memonitor efek samping pemberian analgetik
6. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
7. Mengkontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
8. Memfasilitasi istirahat dan tidur
9. Berkolaborasi dalam pemberian analgetik.
2 Perubahan pola aktivias b/d Senin, 22 1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
imobilitas September 2. Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
2021 3. Memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai mobilisasi
4. Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
5. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan
6. Memfasilitasi melakukan pergerakan
7. Menganjurkan melakukan mobilisasi dini
8. Mengajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (duduk ditempat
tidur)
3 Resiko Infeksi b/d kulit Senin, 22 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi
terpapar/terbuka September 2. Memerikan perawatan kulit pada area bekas operasi
2021 3. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan
27
pasien
4. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi
5. Mengajarkan cara mencuci tangan dengan benar
6. Menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi
7. Menganjurkan meningkatkan asupan cairan
8. Berkolaborasi dalam pemberian imunisasi
a. Evaluasi Keperawatan
Hari/Tanggal DX.Keperawata Evaluasi Hari Ke-1 Evaluasi Hari Ke-2 Evaluasi Hari Ke-3
n
Nyeri b/d - S : pasien mengeluh nyeri - S : pasien mengeluh nyeri - S : pasien mengeluh nyeri
28
Senin, 22 terputusnya perut bagian bawah perut bagian bawah sedikit perut bagian bawah sedikit
September kontunitas - O : Pasien tampak meringis hilang hilang
2021 jaringan TTV - O : Pasien masih tampak - O : Pasien tidak meringis
TD : 140/90 mmHg meringis lagi
RR : 20x/ mnt TTV TTV
N : 85x/ mnt TD : 130/90 mmHg TD : 120/80 mmHg
S : 37,5o C RR : 20x/ mnt RR : 18x/ mnt
- Skala nyeri 8 N : 85x/ mnt N : 80x/ mnt
- Terpasang IVFD RL S : 37,5o C S : 37,2o C
- Terapi inj obat ketorolac 1x1 - Skala nyeri 6 - Skala nyeri 4
hri - Terpasang IVFD RL - Terpasang IVFD RL
- A : Maslaah belum teratasi - Terapi inj obat ketorolac 1x1 - Terapi inj obat ketorolac 1x1
- P : Intervensi dilanjutkan hr hr
dengan pemberian obat - A : Maslaah teratasi sebagian - A : Maslaah teratasi
analgetik ketorolac 30mg/ml - P : Intervensi dilanjutkan - P : Intervensi dihentikan
untuk mengurangi nyeri dengan pemberian kompres
dingin untuk meredakan nyeri
29
TD : 140/90 mmHg N : 85x/ mnt RR : 28x/ mnt
RR : 20x/ mnt S : 37,5o C N : 80x/ mnt
N : 85x/ mnt - Skala nyeri 6 S : 37,2o C
S : 37,5o C - K/U sedang - Skala nyeri 4
- Skala nyeri 8 - Terpasang IVFD RL - K/U baik
- K/U lemah - Terapi inj obat ketorolac 1x1 - Terpasang IVFD RL
- Terpasang IVFD RL hri - Terapi inj obat ketorolac 1x1
- Terapi inj obat ketorolac 1x1 - A : Maslaah teratasi sebagian hri
hri - P : Intervensi dilanjutkan - A : Maslaah teratasi
- A : Maslaah belum teratasi dengan mengajarkan - P : Intervensi dihentikan
P : Intervensi dilanjutkan mobilisasi sederhana dengan
menganjurkan mobilisasi dini duduk ditempat duduk
Rabu, 24 Resiko Infeksi b/d - S : Pasien mengeluh nyeri - S : Pasien mengatakan nyeri - S : Pasien mengatakan nyeri
September Penurunan respon pada perut bagian bawah pada perut bagian bawah pada perut bagian bawah
2021 imun setelah operasi. setelah operasi sedikit hilang. setelah operasi sudah hilang.
- O : TTV - O : TTV - O : TTV
TD : 140/90 mmHg TD : 130/90 mmHg TD : 120/80 mmHg
30
RR : 20x/ mnt RR : 20x/ mnt RR : 18x/ mnt
N : 85x/ mnt N : 85x/ mnt N : 80x/ mnt
S : 37,5o C S : 37,5o C S : 37,2o C
- Skala nyeri 8 - Skala nyeri 6 - Skala nyeri 4
- Luas luka operasi 5cm - Luas luka operasi 5cm - Luas luka operasi 5cm dan
- Terpasang IVFD RL - Terpasang IVFD RL sudah tertutupi
- Terapi inj obat ketorolac 1x1 - Terapi inj obat ketorolac 1x1 - Terpasang IVFD RL
hri hri - Terapi inj obat ketorolac 1x1
- A : Maslaah belum teratasi - A : Maslaah belum teratasi hri
P : Intervensi dilanjutkan sebagian - A : Maslaah teratasi
dengan memonitor tanda dan P : Intervensi dilanjutkan - P : Intervensi dihentikan
gejala infeksi dengan memberikan perawatan
pada kulit bekas luka operasi
31
32
33
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. DPP
PPNI. Jakarta
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. DPP
PPNI. Jakarta
34