Anda di halaman 1dari 29

Materi askeb nifas

9. membantu ibu menyusui.

Bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam menunjang pemberian ASI.


Peran bidan dapat membantu ibu untuk memberikan ASI dengan baik dan mencegah masalah-
masalah umum terjadi.

Peranan awal bidan dalam mendukung pemberian ASI adalah :

 Meyakinkan bahwa bayi memperoleh makanan yang mencukupi dari payudara ibunya.

 Membantu ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui bayinya sendiri.

Bidan dapat memberikan dukungan dalam pemberian ASI, dengan :

 Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama beberapa jam pertama.

 Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum
yang timbul.

 Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.Menempatkan bayi didekat ibu pada
kamar yang sama (rawat gabung).

 Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.

 Memberikan kolustrum dan ASI saja.Menghindari susu botol dan “dot empeng”.

Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama beberapa jam pertama

Bayi mulai meyusu sendiri segera setelah lahir sering disebut dengan inisiasi menyusu dini (early
initiation) atau permulaan menyusu dini. Hal ini merupakan peristiwa penting, dimana bayi dapat
melakukan kontak kulit langsung dengan ibunya dengan tujuan dapat memberikan kehangatan.

Selain itu, dapat membangkitkan hubungan/ ikatan antara ibu dan bayi. Pemberian ASI seawal
mungkin lebih baik, jika memungkinkan paling sedikit 30 menit setelah lahir.

Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum yang
timbul
Tujuan dari perawatan payudara untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya
saluran susu, sehingga pengeluaran ASI lancar.

Perawatan payudara dilakukan sedini mungkin, bahkan tidak menutup kemungkinan


perawatan payudara sebelum hamil sudah mulai dilakukan.

Sebelum menyentuh puting susu, pastikan tangan ibu selalu bersih dan cuci tangan sebelum
menyusui. Kebersihan payudara paling tidak dilakukan minimal satu kali dalam sehari, dan tidak
diperkenankan mengoleskan krim, minyak, alkohol ataupun sabun pada puting susunya.

Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI

Membantu ibu segera untuk menyusui bayinya setelah lahir sangatlah penting. Semakin sering bayi
menghisap puting susu ibu, maka pengeluaran ASI juga semakin lancar. Hal ini disebabkan, isapan
bayi akan memberikan rangsangan pada hipofisis untuk segera mengeluarkan hormon oksitosin yang
bekerja merangsang otot polos untuk memeras ASI.

Pemberian ASI tidak terlepas dengan teknik atau posisi ibu dalam menyusui.

Posisi menyusui dapat dilakukan dengan :

1. Posisi berbaring miring

2. Posisi dudukPosisi ibu tidur telentang

Posisi berbaring miring

Posisi ini baik dilakukan pada saat pertama kali atau ibu dalam keadaan lelah atau nyeri.

Posisi duduk
Pada saat pemberian ASI dengan posisi duduk dimaksudkan untuk memberikan topangan pada/
sandaran pada punggung ibu dalam posisi tegak lurus (90 derajat) terhadap pangkuannya. Posisi ini
dapat dilakukan dengan bersila di atas tempat tidur atau lantai, ataupun duduk di kursi.

Tidur telentang

Seperti halnya pada saat dilakukan inisiasi menyusu dini, maka posisi ini juga dapat dilakukan oleh
ibu. Posisi bayi berada di atas dada ibu diantara payudara ibu.

Tanda-tanda bayi bahwa telah berada pada posisi yang baik pada payudara antara lain:

1. Seluruh tubuhnya berdekatan dan terarah pada payudarah ibu.

2. Mulut dan dagu bayi berdekatan dengan payudara.

3. Areola tidak akan tampak jelas.

4. Bayi akan melakukan hisapan lamban dan dalam, dan menelan ASInya.

5. Bayi terlihat senang dan tenang.Ibu tidak akan merasa nyeri pada daerah payudaranya.

6. Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin

Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin

Pemberian ASI sebaiknya sesering mungkin tidak perlu dijadwal, bayi disusui sesuai dengan
keinginannya (on demand). Bayi dapat menentukan sendiri kebutuhannya. Bayi yang sehat dapat
mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung akan kosong dalam 2 jam.

Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh
pada rangsangan produksi berikutnya.

Memberikan kolustrum dan ASI saja

ASI dan kolustrum merupakan makanan yang terbaik untuk bayi. Kandungan dan komposisi ASI
sangat sesuai dengan kebutuhan bayi pada keadaan masing-masing. ASI dari ibu yang melahirkan
prematur sesuai dengan kebutuhan prematur dan juga sebaliknya ASI dari ibu yang melahirkan bayi
cukup bulan maka sesuai dengan kebutuhan bayi cukup bulan juga.
Menghindari susu botol dan “dot empeng”

Pemberian susu dengan botol dan kempengan dapat membuat bayi bingung puting dan menolak
menyusu atau hisapan bayi kurang baik. Hal ini disebabkan, mekanisme menghisap dari puting susu
ibu dengan botol jauh berbeda.

10. persiapan pasien pulang

Persiapan Pasien Pulang

1.Mengajari ibu tanda-tanda bahaya. Ajarkan ibu jika melihat hal-hal berikut atau perhatikan bila
ada sesuatu yang tidak beres, sehingga ibu perlu menemui seorang bidan dengan segera.a.

Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba (melebihi haid biasa atau jika
perdarahan tersebut membasahi lebih dari 2 pembalut dalam waktu setengah jam, b.

Pengeluaran cairan !aginal dengan bau busuk yang menyengat,

c.rasa nyeri diperut dibagian bawah atau punggung,

d.sakit kepala yang terus-menerus, nyeri epigastrik, atau masalah penglihatan,

e.Pembengkakan pada wajah dan tangan

f.demam, muntah, rasa sakit saat berkemih atau merasa tidak enak badan,

g.Payudara merah, panas, dan & atau sakit,

h.kehilangan selera makan untuk waktu yang lama

i.rasa sakit, warna merah, nyeri tekan, dan & atau pembengkakan pada kaki,

 j.Merasa sedih merasa tidak mampu mengurus diri sendiri dan bayinya,

k.Merasa sangat letih atau napas terengah-engah.

2. Mengajari ibu proses $isiologis masa

  pasca

 bersalin dan perilaku yang baik pada kondisidibawah ini
a.Pengeluran lokea setelah bersalin, rahim berusaha memulihkan keadaannya sendiridengan cara
membersihkan lapisan bagian luar dan membangun kembali lapisan barudari dalam. 'etika ia
menguras lapisan lama, kotoran tersebut akan keluar melalui !aginaseperti saat datang bulan.
karna dan konsistensi akan berubah seiring waktu. Jelaskan dan konsisistensi yang normal dari
lokea. #angat penting menjaga kebersihan, mengganti pembalut secara teratur, dan menjaga !
agina tetap kering dan bersih. 

b.nyeri kelahiran pada fundus. Mulas terjadi karena rahim berkontraksi agar ia dapatkeadaan
sebelum hamil.kelain itu, dipengaruhi oleh pemberian obat-obatan dan prosesmenyusui ada
berapa hal yang dapat ibu lakukan untuk mengatasi rasa nyeri, antara lain

a. cegah agar kandungan kemih tidak penuh.

b.berbaring telungkup dengan sebuah bantal dibawah perut.

c.mandi, duduk, berjalan-jalan, atau mengubah posisi.

d.minum parasetamol kira-kira satu jam sebelum menyusui.

e.pastikan ibu mengerti bahwa kontraksi ini sangat penting untuk


mengendalikan perdarahan.c.Perinium, !agina dan !ul!a akan sedikit memerah, bengkak, lecet,
dan nyeri, mungkin juga terluka. selain itu, terasa lebih lembut. biasanya akan hilang setelah 1-
2 minggu.tindakan mengurangi rasa nyeri ;

a.kompres es,

 b.rendam duduk,

c.latihan kegel

d.emoroid. hangat wajar terjadi hemoroid karena tekanan kepala dan upaya meneran.Ada


beberapa hal untuk mengurangi rasa nyeri ini , yaitu ;

a.rendam duduk,

 b.hindari duduk terlalu lama,cbanyak minum dan makan-makanan berserat,

d.  dapat menggunakan salep nupercainal,

e.uresis diaforesis. saat hamil, tubuh menyimpan cairan yang banyak. #etelah lahir,tubuh


membuangnya lewat

urine

 dan keringat. al ini terjadi pada minggu pertama  pasca bersalin. Anjurkan ibu untuk tidak
menghambat proses ini. tetap minum air putihyang banyak, hindari menahan berkemih, kenakan
pakaian yang menyerap keringat , dll.

f.bengkak dan pembesaran payudara. lakukan beberapa hal berikut :

A.kompres hangat payudara dengan kain atau handuk yang dihangatkan, atau mandi air hangat, 

b.jika bengkak, perah Asi secara manual sebelum memberikannya kepada bayi,

c.jika bayi sudah kenyang dan payudara masih penuh, perah susu secara manual,

d.gunakan bh/bra yang baik,
e.jika perlu, minum parasetamol untuk mengurangi rasa sakitg.hubungan seksual. dapat
dilakukan pada minggu ke-2 sampai minggu ke-4 jika
tidak ada perdarahan dan luka episiotomi sudah sembuh. ntuk mengurangi rasa nyeri,gunakan
lubrikasi. Penetrasi penis harus hati-hati

Discharge Planning (Perencanaan Pulang) merupakan komponen sistem perawatan berkelanjutan,


pelayanan yang diperlukan klien secara berkelanjutan dan bantuan untuk perawatan berlanjut pada
klien dan membantu keluarga menemukan jalan pemecahan masalah dengan baik, pada saat tepat
dan sumber yang tepat dengan harga yang terjangkau 

Tujuan utama adalah membantu klien dan keluarga untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
Discharge planning yang efektif juga menjamin perawatan yang berkelanjutan di saat keadaan yang
penuh dengan stress. 

A. Rencana pulang yang dimulai pada saat pasien masuk rumah sakit dan secara periodik
diperbaiki mencapai tahap akhir dan segera dilaksanakan, Periksa apakah pasien/orang
terdekat telah mendapat instruksi tertulis atau instruksi verbal tentang penanganan, obat-
obatan dan aktivitas yang boleh dilakukan di rumah. Tanda dan gejala yang menunjukkan
perlunya kontak yang terus-menerus dengan pelayanan kesehatan perlu ditinjau.

Hal-hal yang perlu diperhatikan

Meskipun pasien telah dipulangkan, penting bagi pasien dan keluarga mengetahui apa yang telah
dilaksanakan dan bagaimana mereka dapat meneruskan untuk meningkatkan status kesehatan
pasien. Selain itu, ringkasan pulang tersebut dapat disampaikan oleh perawat praktisi/perawat home
care dan mungkin dikirim ke dokter primer/dokter yang terlibat untuk dimasukkan dalam catatan
institusi untuk meningkatkan kesinambungan perawatan dengan kerja yang kontinu ke arah tujuan
dan pemantauan kebutuhan yang berubah (Doenges & Moorhouse: 126).

Discharge Planning harus disesuaikan dengan:

1. Kebutuhan klien, tersedianya tim kesehatan

2. Dimulai sejak awal masuk rumah sakit.

3. Disusun oleh tim.

Tahap-tahap Discharge Planning

1. Pengkajian
Pengkajian mencakup pengumpulan dan pengorganisasian data tentang klien. Ketika melakukan
pengkajian kepada klien, keluarga merupakan bagian dari unit perawatan. Klien dan keluarga harus
aktif dilibatkan dalam proses discharge agar transisi dari rumah sakit ke rumah dapat efektif.

Elemen penting dari pengkajian discharge planning adalah:

a. Data Kesehatan

b. Data Pribadi

c. Pemberi Perawatan

d. Lingkungan

e. Keuangan dan Pelayanan yang dapat mendukung

2. Diagnosa

Diagnosa keperawatan didasarkan pada pengkajian discharge planning, dikembangkan untuk


mengetahui kebutuhan klien dan keluarga. Keluarga sebagai unit perawatan memberi dampak
terhadap anggota keluarga yang membutuhkan perawatan. Adalah penting untuk menentukan
apakah masalah tersebut aktual atau potensial.

3. Perencanaaan: Hasil yang diharapkan

Menurut Luverne & Barbara, 1988, perencanaan pemulangan pasien membutuhkan identifikasi
kebutuhan spesifik klien. Kelompok perawat berfokus pada kebutuhan rencana pengajaran yang baik
untuk persiapan pulang klien, yang disingkat dengan METHOD, yaitu:

a. Medication (obat)

Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan setelah pulang.

b. Environment (Lingkungan)

Lingkungan tempat klien akan pulang dari rumah sakit sebaiknya aman. Pasien juga sebaiknya
memiliki fasilitas pelayanan yang dibutuhkan untuk kontinuitas perawatannya.

c. Treatrment (pengobatan)

Perawat harus memastikan bahwa pengobatan dapat berlanjut setelah klien pulang, yang dilakukan
oleh klien atau anggota keluarga. Jika hal ini tidak memungkinkan, perencanaan harus dibuat
sehingga seseorang dapat berkunjung ke rumah untuk memberikan keterampilan perawatan.

d. Health Teaching (Pengajaran Kesehatan)

Klien yang akan pulang sebaiknya diberitahu bagaimana mempertahankan kesehatan. Termasuk
tanda dan gejala yang mengindikasikan kebutuhan pearwatan kesehatan tambahan.
e. Outpatient referral

Klien sebaiknya mengenal pelayanan dari rumah sakit atau agen komunitas lain yang dapat
meningkatan perawatan yang kontinu.

f. Diet

Klien sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada dietnya. Ia sebaiknya mampu memilih diet
yang sesuai untuk dirinya. 

4. Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan rencana pengajaran dan referral. Seluruh pengajaran yang
diberikan harus didokumentasikan pada catatan perawat dan ringkasan pulang (Discharge
summary). Instruksi tertulis diberikan kepada klien. Demonstrasi ulang menjadi harus memuaskan.
Klien dan pemberi perawatan harus memiliki keterbukaan dan melakukannya dengan alat yang akan
digunakan di rumah.

Penyerahan home care dibuat sebelum klien pulang. Informasi tentang klien dan perawatannya
diberikan kepada agen tersebut. Seperti informasi tentang jenis pembedahan, pengobatan
(termasuk kebutuhan terapi cairan IV di rumah), status fisik dan mental klien, factor social yang
penting (misalnya kurangnya pemberi perawatan, atau tidak ada pemberi perawatan) dan
kebutuhan yang diharapkan oleh klien. Transportasi harus tersedia pada saat ini

5. Evaluasi

Evaluasi terhadap discharge planning adalah penting dalam membuat kerja proses discharge
planning. Perencanaan dan penyerahan harus diteliti dengan cermat untuk menjamin kualitas dan
pelayanan yang sesuai. Evaluasi berjalan terus-menerus dan membutuhkan revisi dan juga
perubahan.

Evaluasi lanjut dari proses pemulangan biasanya dilakukan seminggu setelah klien berada di rumah.
Ini dapat dilakukan melalui telepon, kuisioner atau kunjungan rumah (home visit).

Keberhasilan program rencana pemulangan tergantung pada enam variabel:

a. Derajat penyakit

b. Hasil yang diharapkan dari perawatan

c. Durasi perawatan yang dibutuhkan

d. Jenis-jenis pelayanan yang diperlukan

e. Komplikasi tambahan
f. Ketersediaan sumber-sumber

11.  ANTICIPATORY GUIDANCE

“ANTICIPATORY GUIDANCE” 

PENGERTIAN

 Adalah pemberian bimbingan kepada orang tua untuk mengantisipasi hal-hal yang terjadi pada setia
p tingkat pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anakME
MBESARKAN ANAK

BIMBINGAN PADA ORANG TUA BERDASARKAN TAHAP TUMBANG ANAK 

 A. TAHUN PERTAMA

1.Enam Bulan Pertama

 a.Memahami akan adanya proses penyesuaian orang tua dengan bayinya. 

b.Mengajarkan perawatan infant dan membantu orang tua untuk memahami sebagaiindividu yang 
mempunyai kebutuhan dan bagaimana bayi mengekspresikan apayang diinginkannya melalui menan
gis.

c.Menentramkan orang tua bahwa bayinya tidak akan menjadi manja dengan adanya perhatian yang 
penuh selama 4-6 bulan pertama.

d.Menganjurkan orang tua untuk memahami jadwal dalam memenuhi kebutuhan bayi

e.Membantu orang tua untuk memahami kebutuhan bayi terhadap stimulasilingkungan.

f.Menyokong kesenangan orang tua dalam melihat pertumbuhan dan perkembangan bayinya.

g. Menyiapkan orang tua akan kebutuhan bayinya tentang rasa aman.

h.Menyiapkan orang tua untuk memulai memberikan makanan padat.

2.Enam Bulan Kedua

 a.Menyiapka orang tua akan adanya ketakutan bayinya terhadap orang yang tidakdikenal 

b.Menganjurkan orang tua untuk menghindarkan perpisahan yang lama dengan bayinya
c.Membimbing orang tua untuk disiplin karena makin meningkatnya mobilitas bayi

d.Menganjurkan kontak mata daripada hukuman badan sebagai suatu disiplin

e.Menganjurkan orang tua untuk lebih banyak perhatian bila bayinya berkelakuan baik daripada keti
ka menangis

f.Mengajurkan orang tua untuk meninggalkan bayinya dengan pengganti ibu yangsesuai

g.Mendiskusikan persiapan penyapihan

h.Menggali perasaan orang tua tentang pola tidur bayi.

B. USIA TOODLER

1.Usia 12-18 bulan

 a.Menyiapkan orang tua untuk antisipasi adanya perubahan tingkah laku dari

toodler terutama negativism

 b.Mengkaji kebiasaan makan dan secara bertahap penyapihan dari botol serta peningkatan asupan 
makanan padatc. Menyediakan makanan selingan antara 2 waktu makan dengan rasa yangdisukaid. 
Mengkaji pola tidur malam, kebiasaan memakai botol yang merupakan penyebab utama gigi berluba
ng

e.Mencegah bahaya yang dapat terjadi di rumah

f.Perlu ketentuan-ketentuan/disiplin dengan lembut untuk meminimalkan negativism,tempertantru
m serta penekanan akan kebutuhan yang positif dan disiplin yangsesuai

g.Perlunya mainan yang dapat meningkatkan berbagai aspek perkembangan anak

2.Usia 18-24 bulan

 a.Menekankan pentingnya persahabatan dalam bermain 

b. Menggali kebutuhan untuk menyiapkan kehadiran adik baru

c. Menekankan kebutuhan akan pengawasan terhadap kesehatan gigi dankebiasaan-kebiasaan penc
etus gigi berlubang

d. Mendiskusikan metode disiplin yang ada

e. Mendiskusikan kesiapan psikis dan fisik anak untuk toilet training

f. Mendiskusikan berkembangnya rasa takut anak

g. Menyiapkan orang tua akan adanya tanda regresi pada waktu mengalamistress
 

h.Mengkaji kemampuan anak untuk berpisah dengan orang tua

i.Memberi kesempatan orang tua untuk mengekspresikan kelelahan, frustasi dankejengkelan dalam 
merawat anak usia toodler

3.Usia 24-36 bulan

 a.Mendiskusikan pentingnya meniru dan kebutuhan anak untuk dilibatkan dalamkegiatan.

 b. Mendiskusikan pendekatan yang dilakuakan dalm toilet training

c. Menekankan keunikan dari proses berfikir toodler terutama untuk bahasa yangdiungkapkan

d. Menekankan disiplin harus tetap terstruktur dengan benar dan nyata, hindarikebingungan dan sal
ah pengertian

e.Mendiskusikan adanya taman kanak-kanak atau play groupC. PRA SEKOLAH

1.Usia 3 tahun

 a.Menganjurkan orang tua untuk meningkatkan minat anak dalam hubungan yangluas 

b. Menekankan pentingnya batas-batas / peraturan-peraturan

c. Mengantisipasi perubahan perilaku agresif

d. Menganjurkan orang tua menawarkan anaknya alternative-alternatif pilihan pada saat anak bimba
ng

e.Perlunya perhatian ekstra

2.Usia 4 tahun

 a.Perilaku lebih agresif termasuk aktivitas motorik dan bahasa
 b. Menyiapkan meningkatnya rasa ingin tahu tentang seksual

c. Menekankan pentingnya batas-batas yang realistis

3.Usia 5 tahun

 a.Menyiapkan anak memasuki lingkungan sekolah

 b. Meyakinkan bahwa usia tersebut adalah periode tenang pada anak

D. USIA SEKOLAH

1.Usia 6 tahun

 a.Bantu orang tua memahami kebutuhan mendorong anak berinteraksi dengan teman 

b. Ajarkan pencegahan kecelakaan dan keamanan terutama naik sepeda

c. Siapkan orang tua akan peningkatan interst anak ke luar rumah

d. Dorong orang tua untuk respek terhadap kebutuhan anak akan privacy danmenyiapkan kamar tid
ur yang berbeda

2.Usia 7-10 tahun

 a.Menakankan untuk mendorong kebutuhan akan kemandirian

 b. Tertarik beraktifitas diluar rumah

c. Siapkan orang tua untuk perubahan pada wanita pubertas

3.Usia 11-12 tahun

 a.Bantu orang tua untuk menyiapkan anak tentang perubahan tubuh

 pubertas 
b. Anak wanita pertumbuhan cepat

c. Sex education yang adekuat dan informasi yang adekuat.

4.PENDIDIKAN KESEHATAN

Sekolah merupakan salah satu lembaga yang berperan dalam pembentukan perilaku siswa.

Pembentukan perilaku siswa selain dibentuk di sekolah, yang paling utama menentukan adalah

lingkungan keluarga, sebelum nantinya siswa akan berinteraksi dengan masyarakat. Pembentukan

perilaku pada dasarnya dapat dibentuk dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat di mana
siswa itu berada. Pendidikan yang diperoleh di sekolah diharapkan mampu mengubah perilaku
siswa.

Perilaku siswa tetapi resiko atau akibat. Misalnya, mencuci tangan dengan benar seharusnya

dilakukan sebelum atau makan supaya kuman-kuman yang ada ditangan ikut mati sehingga siswa

akan terhindar dari sakit perut. Adanya resiko yang ditimbulkan oleh perilaku yang tidak sehat,

beberapa sekolah mulai membuat jadwal rutin kegiatan massal, misalnya gerakan cuci tangan

bersama, menggosok gigi secara serentak di sekolah dasar.

Contoh lain dari perilaku tidak sehat siswa baik di sekolah dan masyarakat yang saat ini masih

dicari solusi untuk bisa dicegah adalah kebiasaan merokok dan kebiasaan mengkonsumsi narkotika,

psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Menurut WHO dalam Johana. E. Prawitasari (2012: 204) angka

kematian akibat penyakit yang disebabkan karena kebiasaan merokok di Indonesia 417.948

kematian pertahun, atau 1.172 kematian per hari. Jumlah perokok yang banyak menempatkan

Indonesia pada peringkat 3 di dunia, setelah Cina dan India.

Kebiasaan merokok ini tidak hanya dilakukan orang tua dan dewasa, tetapi sudah menjamur di

kalangan anak-anak dan remaja baik SD, SMP, dan SMA. Kebiasaaan tidak sehat yang masih banyak

ditemukan pada siswa dan kurangnya pemahaman siswa akan resiko sebagai akibat dari perilaku

tidak sehat, guru dalam pelaksanaaanya diharapakan mampu mengembangkan kemampuan dan

watak siswa sesuai dengan fungsi pendidikan nasional. Fungsi pendidikan nasional sesuai dengan

pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional dalam Abdullah Iid (2011: 60) “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”. Pembentukan perilaku siswa di sekolah dapat dilakukan melalui pembelajaran

pendidikan kesehatan sebagai bagian dari mata prlajaran penjasorkes yang mencakup materi-materi

kesehatan baik Kesehatan pribadi maupun kesehatan lingkungan. Membiasakan

diri untuk hidup sehat pada siswa memang tidak mudah, karena butuh niat dan kedisiplinan. Melalui

pendekatan perilaku (behaviorism) pendidikan kesehatan sebagai suatu proses perubahan tingkah

laku menuju sehat dengan penerapan penguatan bila melakukan hidup sehat.

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, di mana perubahan tersebut

bukan sekedar proses transfer materi atau teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula

seperangkat prosedur, akan tetapi perubahan tersebut terjadi karena adanya kesadaran dari

dalam individu, kelompok, atau masyarakat itu sendiri (Wahid Iqbal M&Nurul Chayatin, 2009: 9-10).

Sedangkan Menurut Erwin Setyo K (2012: 4-5) “Pendidikan kesehatan adalah proses membantu

seseorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat

keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang mempengaruhi kesehatan pribadinya

dan orang lain untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara kesehatannya dan

tidak hanya mengaitkan diri pada peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik saja, tetapi juga

meningkatkan atau memperbaiki lingkungan (baik fisik maupun non fisik) dalam rangka memelihara

dan meningkatkan kesehatan dengan penuh kesadaran”. Jadi Pendidikan kesehatan adalah proses

perubahan perilaku hidup sehat yang didasari atas kesadaran diri baik itu di dalam individu,

kelompok ataupun masyarakat untuk memlihara dan meningkatkan kesehatan. Proses

perubahan perilaku siswa di sekolah salah satunya diperoleh dari proses pembelajaran dalam

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.Pembelajaran yang dilaksanakan tentunya

memiliki tujuan, begitu juga pendidikan kesehatan. Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23

Tahun 1992 bahwa tujuan dari pendidikan kesehatan yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat

untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya

sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial, pendidikan kesehatan di semua program

kesehatan; baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayananan

kesehatan, maupun program kesehatan lainnya (Wahid Iqbal M&Nurul Chayatin, 2009: 9-10).

Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi. Dimensi pendidikan

kesehatan

tersebut antara lain dimensi sasaran pendidikan, dimensi tempat pelaksanaan dan aplikasinya, dan

dimensi tingkat pelayanan kesehatan. Dimensi sasaran pendidikan terdiri dari tiga dimensi yaitu
pendidikan kesehatan individu dengan sasaran individu, pendidikan kelompok dengan sasaran

kelompok, pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas. Sedangkan,

sasaran pendidikan kesehatan itu sendiri dibagi menjadi tiga, yaitu: 1). Sasaran primer (Primary

Target) yaitu sasaran langsung pada masyarakat berupa segala upaya pendidikan/promosi

kesehatan. 2). Sasaran sekunder (Secondary Target), lebih ditujukan pada tokoh masyarakat dengan

harapan dapat memberikan pendidikan kesehatan pada

masyarakatnya secara lebih luas. 3). Sasaran tersier (Tersiery Target), sasaran ditujukan pada

pembuat keputusan/penentu kebijakan baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah dengan tujuan

keputusan yang diambil dari kelompok ini akan berdampak kepada perilaku kelompok sasaran

sekunder yang kemudian pada kelompok primer. Dimensi tempat pelaksanaan dan aplikasinya

dapat dilihat berdasarkan tempat pelaksanaan sehingga dengan sendirinya sasaran pendidikan

kesehatan berbeda. Dimensi pendidikan kesehatan yang ketiga yaitu tingkat pelayanan kesehatan.

Tingkat pelayanan kesehatan meliputi peningkatan kesehatan (Health Promotion), Perlindungan

umum dan khusus ( General and Specific Protection), dan diagnosis dini dan pengobatan segera atau

adekuat (Early Diagnosis and Prompt Treatment) (Erwin Setyo K, 2012: 9).

Dimensi-dimensi dengan sasaran individu, kelompok dan masyarakat yang dapat dilakukan

dengan penyuluhan baik secara teori maupun praktik. Sasaran pendidikan kesehatan yang meliputi

seluruh lapisan masyarakat harus mampu mengubah masyarakatnya menjadi masyarakat sehat baik

secara fisik, psikis, sosial, dan ekonomi. Siswa sebagai bagian dari masyarakat yang tergolong

sasaran primer menjadi perhatian khusus agar perilaku sehat dapat tertanam sejak dini.

12. PENDIDIKAN KESEHATAN (health education)

Pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tingkah laku. Berbicara proses berarti

memerlukan waktu untuk mencapainya, meskipun ada beberapa yang dapat melakukan proses

tersebut secara instan atau cepat. Proses mendidik sebenarnya sudah dilakukan sejak kita masih

bayi dan akan berlanjut sampai tua. Oleh karena itu, muncul pepatah pendidikan sepanjang hayat.

Selama masih hidup maka selama itu pula manusia itu belajar. Lingkungan yang berperan pertama

dalam mendidik adalah keluarga terutama orang tua, tetapi tidak semua orang tua berhasil mendidik

anak untuk selalu bersikap dan bertingkah laku secara benar. Menurut Hergenhahn, B&Olson, H
(2008: 87) mengarahkan kehidupan anak adalah sulit, orang tua yang hendak mengarahkan anaknya

sebaiknya mengambil langkah-langkah sebagai

berikut 1). Memutuskan karakteristik personalitas yang diharapkan akan dimiliki oleh anak saat

dewasa nanti, 2). Mendefinisikan tujuan itu dalam term behaviorai, 3). Memberi penghargaan atau

imbalan (reward) untuk perilaku yang bersesuaian dengan tujuan, 4). Menciptakan konsistensi

dengan cara menata aspek-aspek utama dari lingkungan anak sedemikian rupa sehingga aspek

tersebut juga akan memberi imbalan (mendukung) perilaku yang

dianggap penting. Pendapat di atas sesuai dengan kenyataan di lapangan terutama yang

berhubungan dengan perilaku hidup sehat. Orang tua tidak semuanya

memahami pentingnya hidup sehat dan bagaimana cara hidup sehat yang benar. Misalnya, merokok

itu yang merupakan salah satu perilaku hidup yang tidak sehat, tetapi orang tua merokok di depan

anak-anaknya. Hal tersebut sudah tidak mendidik anak untuk beperilaku sehat, sehingga anak

mengikuti kebiasaan merokok orang tuanya tersebut. Apabila lingkungan keluarga kurang berperan

dalam pembentukan perilaku hidup sehat, maka sekolah yang harus bisa berperan untuk

menanamkan perilaku hidup sehat.Sekolah merupakan lingkungan selanjutnya

setelah keluarga adalah sekolah, dimana guru berperan untuk mendidik siswa agar tertanam

perilaku hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan jasmani kesehatan dan olahraga

dalam hal ini yang memuat materi tentang pendidikan kesehatan, baik

di tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Umum

(SMU). Materi pendidikan kesehatan mencakup kebersihan pribadi dan kebersihan lingkungan

(lingkungan fisik dan lingkungan sosial).Menurut Waryono (2013: 1-9) materi pendidikan

kesehatan untuk SD yaitu, pertama kebersihan atau kesehatan diri sendiri yang meliputi kebersihan

mulut dan gigi, kesehatan kulit, kebersihan kuku, kebersihan rambut, kebersihan hidung, kebersihan

telinga, kesehatan mata, memelihara pakaian yang bersih. Kedua, kesehatan lingkungan terdiri

dari kebersihan lingkungan rumah dan kebersihan lingkungan sekolah, dan materi pendidikan

kesehatan yang ketiga adalah makan makanan yang sehat.Penanaman perilaku hidup sehat dengan

melihat materi tersebut memang sudah ditanamkan sejak SD, tetapi masih banyak siswa yang belum

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pendidikan kesehatan untuk sekolah lanjutan

mengarah pada kesehatan reproduksi dan pola hidup sehat. Siswa SMP dan SMA hampir semuanya
sudah pubertas atau dewasa sehingga perlu mengetahui tentang mengapa perlu merawat kesehatan

reproduksi. Pola hidup sehat siswa ditekankan pada pola hidup tidak sehat seperti kebiasaan

merokok, menyalahgunaan NAPZA.Materi pada mata pelajaran pendidikan olahraga

dan kesehatan bukan satunya-satunya sarana yang ada di sekolah untuk mengubah perilaku siswa

untuk hidup bersih. Unit Kesehatan Sekolah (UKS) yang ada di sekolah sebaiknya dimanfaatkan,

karena tujuan dari didirikannya UKS sebagai wadah untuk meningkatkan kemampuan hidup peserta

didik di lingkungan sekolah. Sasaran dari UKS adalah siswa (SD/MI, SMP/MTS, SMA/Madrasah),

masyarakat sekolah dan orang tua wali atau komite sekolah.

UKS sebagai sarana di sekolah untuk membantu siswa dalam mengubah perilaku siswa, karena ruang

lingkup UKS ada tiga yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan

sehat. Jelas pada ruang lingkup UKS pendidikan

kesehatan sebagai bagian yang utama, karena dalam pendidikan kesehatan tersebut mencakup

kebersihan dan kesehatan pribadi yang bertujuan meningkatkan pengetahuan siswa mengenai

masalah kebersihan pribadi, kesehatan keluarga dan kesehatan masyarakat, merubah sikap mental

ke arah positif dengan mencintai kebersihan, berbuat dan mencintai perilaku hidup bersih dan sehat.

Tujuan terakhir yaitu meningkatkan keterampilan hidup bersih dan sehat untuk dirinya sendiri,

keluarga dan masyarakat. Memelihara kesehatan pribadi

mencakup bagaimana siswa mampu membiasakan hidup sehat. Membiasakan hidup sehat memang

butuh waktu.Waktu selama 12 tahun yaitu selama siswa sekolah dasar menempuh pembelajaran

selama enam tahun, selanjutnya tiga tahun di sekolah menengah pertama, dan tiga tahun di sekolah

menengah atas, seharusnya sudah mampu merubah kebiasaan hidup sehat siswa. Siswa SD, SMP,

dan.SMA sudah dibekali dengan pendidikan kesehatan, baik melalui mata pelajaran pedidikan

jasmani kesehatan dan olahraga, maupun kegiatan-kegiatan yang terkait dengan UKS. Perilaku siswa

untuk hidup sehat, dipengaruhi banyak faktor.Menurut Wahid Iqbal M& Nurul Chayatin. (2009:

366-369) perilaku untuk hidup sehat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor

internal antara lain keturunan dan motif. Keturunan atau genetik, perilaku seseorang yang berasal

dari keluarga, sedangkan motif adalah perubahan perilaku yang disebabkan karena ada unsur

dorongan atau motif tertentu. Perilaku seseorang biasanya dilandasi adanya motif untuk memenuhi

kebutuhan hidup. kebutuhan hidup dasar manusia antara lain: kebutuhan biologis, kebutuhan sosial,

kebutuhan rasa cinta, kebutuhan akan harga diri, dan kebutuhan akan aktualisasi diri.
Faktor eksternal yang mempengaruhi perubahan perilaku mencakup unsur-unsur antara lain,

pengetahuan, kepercayaan (keyakinan), sarana dan motivasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi

perubahan perilaku seseorang tersebut, menyebabkan timbulnya unsur-unsur dan dorongan

seseorang untuk berbuat sesuatu. Apabila pendidikan kesehatan diberikan secara benar akan

berdampak untuk jangka panjang siswa itu sendiri terutama

dalam keluarga dan bermasyarakat. Penanaman pendidikan kesehatan kepada

siswa dapat dilakukan melalui teori, praktik dan pengamatan selama di sekolah. Teori dilakukan saat

proses pembelajaran, praktik dapat dilaksanakan secara langsug dengan disisipkan saat

pembelajaran dan teori, sedangkan tidak langsung dapat dengan

cara pengamatan dari perilaku siswa di sekolah dalam melaksanakan perilaku hidup bersih dan

sehat. Guru sebaiknya memberikan pendidikan kesehatan tidak menunggu siswanya melakukan

kesalahan

atau melakukan tindakan negatif. Misalnya siswa melakukan kesalahan dengan merokok di sekolah,

guru baru memberikan teguran dan menjelaskan akibat negatif dari rokok. Hal tersebut sebaiknya

diminimalisir, dengan cara guru memberikan pemahaman dulu bahwa rokok itu berakibat negatif

terhadap tubuh. Hal tersebut merupakan salah satu kesalahan yang sering dilakukan guru.

Menurut E. Mulyasa, (2008: 20-30) tujuh kesalahan yang sering dilakukan pendidik atau guru dalam

pembelajaran antara lain:

1). mengambil jalan pintas dalam pembelajaran,

2). menunggu peserta didik berperilaku negatif,

3). menggunakan destructive discipline,

4). mengabaikan perbedaan peserta didik,

5). merasa paling pandai dan tahu,

6). tidak adil diskriminatif,

7). memaksa hak peserta.

Beberapa kesalahan tersebut sebaiknya menjadi intropeksi semua guru sehingga penanaman

perilaku hidup sehat pada siswa melalui pendidikan kesehatan dapat mengubah perilaku siswa yang
tadinya tidak sehat menjadi sehat. Hasil Penelitian Clark dan Peterson dalam Johana. E. Prawitasari

(2012: 10), mengemukakan bahwa guru akan mengambil keputusan penting dalam mengajar setiap

dua menit. Keputusan tersebut sangat penting karena berdampak signifikan pada pembelajaran,

perkembangan, dan pencapaian keberhasilan jangka panjang peserta didiknya. Hasil penelitian

tersebut memberikan masukan bahwa guru sebaiknya berperilaku yang mendidik siswanya untuk

senantiasa berperilaku hidup sehat. Cara penyampaian materi, dalam memberikan penyuluhan

kepada siswa dan cara bertingkah laku di sekolah maupun di masyarakat

juga harus sesuai dengan perilaku hidup sehat. Guru ada model di sekolah, siswa kadang menjadikan

guru sebagai contoh dalam siswa berperilaku. Perilaku, apabila sudah menjadi kebiasaan

memang kadang susah untuk diubah, tetapi masih dapat diubah, meskipun membutuhkan waktu

yang lama. Menurut Wahid Iqbal M& Nurul Chayatin. (2009: 365) perilaku seseorang dapat diubah

dengan cara sebagai berikut: (1) Cognitive dissonance, yaitu adanya suatu gangguan keseimbangan

tentang kemantapan pengertian yang sudah dimiliki oleh seseorang. Gangguan keseimbangan ini

dapat dilihat dari perbedaan pandangan antara sesuatu yang lama dan penemuan yang baru

misalnya penyebab suatu penyakit, sehingga menyebabkan perubahan sikap dan perilakunya; (2)

Perubahan perilaku menurut Kelman dalam Wahid Iqbal M& Nurul Chayatin. (2009: 365) ada tiga

cara yaitu;

(a) terpaksa (compliance), perubahan perilaku yang dikarenakan ada penyebab dan

reward, misalnya seseorang mengubah perilakunya karena akan

mendapatkan imbalan, pengakuan dari seseorang ataupun kelompok. perubahan perilaku karena

terpaksa ini tidak dapat bertahan lama,

(b) Peniruan (Identification), individu mengubah perilakunya karena ingin disamakan dengan

seseorang yang dikaguminya. Guru kadang dijadikan suatu model atau objek oleh siswa dalam

berperiaku sehari-hari, oleh karena itu guru harus menunjukkan sikap dan

perilaku yang baik agar siswa dapat berperilaku baik,

(c). menghayati manfaatnya (Internalization), perubahan perilaku yang mendasar sehingga sulit

untuk diubah karena sudah menjadi bagian dalam hidup seseorang. Pemahaman tentang perilaku

dan bahwa perilaku seseorang itu bisa diubah sebaiknya dimilki oleh setiap guru dan siswa itu

sendiri, bahkan setiap orang. Perilaku hidup sehat harus ditanamkan sedini mungkin.

Evaluasi
1. Tujuan asuhan kebidanan

1. Tujuan utama asuhan kebidanan untuk menyelamatkan ibu dan bayi (mengurangi kesakitan
dan kematian). Asuhan kebidanan berfokus pada : pencegahan, promosi kesehatan yang
bersifat holistik, diberikan dengan cara yang kreatif dan fleksibel, suportif, peduli;
bimbingan, monitor dan pendidikan berpusat pada perempuan; asuhan berkesinambungan,
sesuai keinginan dan tidak otoriter serta menghormati pilihan perempuan.

2. Keyakinan tentang kolaborasi dan kemitraan. Praktik kebidanan dilakukan dengan


menempatkan perempuan sebagai partner dengan pemahaman holistik terhadap
perempuan, sebagai salah satu kesatuan fisik, psikis, emosional,sosial, budaya, spiritual serta
pengalaman reproduksinya. Bidan memiliki otonomi penuh dalam praktiknya yang
berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.

3. Sebagai Profesi bidan mempunyai pandangan hidup Pancasila, seorang bidan menganut
filosofi yang mempunyai keyakinan didalam dirinya bahwa semua manusia adalah mahluk
bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual yang unik merupakan satu kesatuan jasmani dan rohani
yang utuh dan tidak ada individu yang sama.

4. Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang
aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan dan perbedaan kebudayaan. Setiap
individu berhak menentukan nasib sendiri dan mendapatkan informasi yang cukup dan
untuk berperan disegala aspek pemeliharaan kesehatan.

5. Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat, untuk itu maka setiap wanita usia
subur, ibu hamil, melahirkan dan bayinya berhak mendapatkan pelayanan yang berkualitas.

6. Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan keluarga, yang


membutuhkan persiapan sampai anak menginjak masa-masa remaja.

7. Keluarga-keluarga yang berada di suatu wilayah/daerah membentuk masyarakat kumpulan


dan masyarakat Indonesia terhimpun didalam satu kesatuan bangsa Indonesia. Manusia
terbentuk karena adanya interaksi antara manusia dan budaya dalam lingkungan yang
bersifat dinamis mempunyai tujuan dan nilai-nilai yang terorganisir.

2).Koloborasi

Kolaborasi tim Kesehatan merupakan hubungan kerja yang pastimemiliki tanggung jawab bersama

dengan penyedia layanan kesehatan laindalam pemberian dan penyedia asuhan

pada pasien (ANA, 1992 dalam Kozier,Fundamental Keperawatan). Kolaborasi

kesehatan juga merupakan aktivitas yang bertujuan untuk memperkuat

hubungan diantara profesi Kesehatan yang berbeda. Kolaborasi tim

kesehatan terdiri dari berbagai profesi kesehatan seperti dokter, perawat,

psikiater, ahli gizi, farmasi, pendidik di bidang kesehatan, dan pekerja sosial.

Tujuan utama dari kolaborasi tim kesehatan adalah memberikan

pelayanan yang tepat, oleh tim kesehatan yang tepat, di waktu yang

tepat, serta di tempat yang tepat.Elemen penting dalam kolaborasi tim kesehatan yaitu
keterampilan komunikasi yang efektif, saling menghargai, rasa percaya, dan

proses pembuatan keputusan (Kozier,2010). Konsep kolaborasi tim kesehatan

itu sendiri merupakan konsep hubungan kerjasama yang kompleks dan

membutuhkan pertukaran pengetahuan yang berorientasi pada pelayanan

kesehatan untuk pasien.

Menurut Family Health Teams (2005), terdapat 12 jenis kolaborasi tim,

yaitu perawatan reproduktif primer (misalnya, pre-natal, kebidanan, pasca

persalinan, dan perawatan bayi barulahir), perawatan kesehatan mental

primer, perawatan paliatif primer; in-home/fasilitas penggunaan yang

mendukung pelayanan, pelayanan koordinasi/care navigation, pendidikan

pasien dan pencegahan, pre-natal,kebidanan, pasca melahirkan, dan

perawatan bayi baru lahir, program penanganan penyakit kronis – diabetes,

penyakit jantung, obesitas, arthritis,asma, dan depresi, promosi kesehatan

dan pencegahan penyakit, kesehatanibu/anak, kesehatan kerja, kesehatan

lansia, pengobatan kecanduan,pelayanan rehabilitas, dan pengasuhan.

Kolaborasi tim Kesehatan sangatlah penting karena masing-

masing tenaga kesehatan memiliki pengetahuan, keterampilan,

kemampuan, keahlian, dan pengalaman yang berbeda. Dalam kolaborasi tim

kesehatan, mempunyai tujuan yang sama yaitu sebuah keselamatan untuk

pasien. Selain itu, kolaborasi tim kesehatan ini juga dapat meningkatkan

performa di berbagai aspek yang langsung berkaitan dengan sistem

pelayanan kesehatan. Semua tenaga kesehatan sudah dituntut untuk

memiliki kualifikasi yang baik pada bidangnya masing-masing sehingga

akan mampu mengurangi factor kesalahan manusia dalam memberikan


pelayanan kesehatan. Meningkatkan pengetahuan perawat dan dokter tentang pendekatan

yang berbeda dan persepsi tentang komunikasi perawat-dokter dan kolaborasi dapat menyebabkan

saling pengertian yang lebih baik dan hubungan yang lebih efektif kolaboratif.

Perawat juga harus mampu membangun keterampilan komunikasi dan

keterampilan dalam prakteknya sehingga dapat berfungsi secara efektif

dalam melakukan keperawatan dengan tim interprofessional lainnya,

mendorong komunikasi terbuka, serta menunjukkan rasa saling menghormati

serta dapat dilibatkan dalam pengambilan keputusan bersama untuk

mencapai perawatan yang berkualitas (American Association of Colleges of

Nursing (AACN), 2008; Cronenwett, etal., 2007; Cronenwett, et al., 2009).

Membangun dan mempertahankan kolaborasi tim

kesehatan juga akan sangat diperlukan agar dapat memberikan pelayanan

kesehatan kepada pasien secara optimal.Sistem pelayanan kesehatan di

Indonesia ialah suatu tatanan yang dapat menghimpun berbagai upaya

bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna tercapainya

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan

kesejahteraan umum seperti yang dimaksud dalam pembukaan UUD 1945.

Dalam sistem pelayanan kesehatan juga dapat mencakup pelayanan dokter, pelayanan

keperawatan dan pelayanan Kesehatan masyarakat. Dokter adalah orang yang

akan menajadi subsistem dari pelayanan kesehatan. Namun, Subsistem

pelayanan kesehatan tersebut juga masih memiliki tujuan masing-masing

dengan tidak meninggalkan tujuan umum dari pelayanan kesehatan.

Dalam pelayanan Kesehatan maka, akan terdapat tiga bentuk

pelayanan yaitu, primary health care, (pelayanan kesehatan tingkat pertama),

secondary health care (pelayanan kesehatan tingkat kedua), dan juga tertiary health care

(pelayanan kesehatan tingkat ketiga). Adapun Contoh kolaborasi tim

kesehatan pada tingkat primer atau strata satu adalah kolaborasi tim

kesehatan pada sebuah PUSKESMAS yang terdiri atas dokter umum, dokter gigi, perawat, dan bidan.

Maka dari itukolaborasi antar profesi sangat diperlukan untuk menunjang dan

memstikan kesehatan pasien akan lebih terjamin kedepannya.


3 .tindakan pengawasan

Dalam pelaksanaa tugas tersebut,  hal yang dilakukan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota
adalah :

1.      Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat
membentuk Tim/Panitia yang bertugas melakukan  pemantauan pelaksanaan praktik bidan di
wilayahnya.

2.       Tim/Panitia sebagaimana dimaksud  terdiri dari unsur pemerintah, Ikatan Bidan Indonesia dan


profesi kesehatan terkait lainnya.

3.      Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota  harus membuat pemetaan  tenaga bidan


praktik  mandiri dan bidan di desa serta  menetapkan dokter puskesmas terdekat untuk pelaksanaan
tugas supervise terhadap bidan di wilayah tersebut. 

3.4  Prinsip kegiatan  pembinaan dan pengawasan

Dalam kegiatan pembinaan dan  pengawasan, bidan wajib melakukan hal-hal sesuai dengan
ketentuan yang ada, hal tersebut berupa:

1.      Bidan wajib mengumpulkan sejumlah angka kredit yang besarnya ditetapkan oleh organisasi
profesi.

2.      Angka kredit sebagaimana dimaksud kan dikumpulkan dari angka kegiatan pendidikan dan
kegiatan  ilmiah dan  pengabdian masyarakat.

3.      Jenis dan besarnya angka kredit dari masing-masing unsur sebagaimana dimaksudkan


ditetapkan oleh organisasi profesi.

4.      Organisasi profesi mempunyai kewajiban membimbing dan  mendorong  para anggotanya


untuk dapat mencapai angka kredit yang ditentukan.

Pimpinan sarana kesehatan wajib melaporkan bidan yang melakukan praktik dan yang berhenti
melakukan praktik pada saran kesehatannya kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dengan tembusan kepada organisasi profesi.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau organisasi profesi terkait melakukan pembinaan


dan  pengawasan  terhadap bidan yang melakukan praktik diwilayahnya.  Kegiatan pembinaan dan
pengawasan tersebut dapat dilakukan melalui pemantauan yang hasilnya dibahas secara
periodik sekurang-kurangnya 1(satu) kali dalam 1(satu) tahun. Selama menjalankan praktiknya bidan
harus melakukan hal sesuai dengan wewenang dan ketentuaanya. 

Peringatan lisan atau tertulis sebagaimana dimaksud dapat diberikan paling banyak 3(tiga) kali dan
apabila peringatan tersebut tidak diindahkan, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat
mencabut SIPB Bidan yang bersangkutan. Sebelum Keputusan pencabutan SIPB ditetapkan,
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota terlebih dahulu mendengar pertimbangan dari Majelis
Disiplin Tenaga Kesehatan (MDTK) atau Majelis Pembinaan dan Pengawasan Etika Pelayanan Medis
(MP2EPM) sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Yaitu dengan ketentuan:

1)      Keputusan pencabutan SIPB disampaikan kepada bidan yang bersangkutan dalam waktu


selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari terhitung sejak keputusan ditetapkan.

2)      Dalam Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disebutkan lama pencabutan SIPB.

3)      Terhadap pencabutan SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diajukan keberatan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah Keputusan
diterima, apabila dalam waktu 14 (empat belas) hari tidak diajukan keberatan, maka keputusan
tersebut dinyatakan mempunyai kekuatan hukum tetap.

4)      Kepala Dinas Kesehatan Propinsi memutuskan ditingkat pertama dan terakhir semua keberatan
mengenai pencabutan SIPB.

5)      Sebelum prosedur keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditempuh, Pengadilan Tata
Usaha Negara tidak berwenang mengadili sengketa tersebut sesuai dengan maksud Pasal 48
Undang undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Pengadilan Tata Usaha Negara.

3.5  Tindakan terhadap pelanggaran dalam kegiatan pencatatan, pelaporan, pembinaan dan


pengawasan

Dalam kegiatan pencatatan, pelaporan, pembinaaan dan pengawasan praktik bidan tersebut,
Menteri, pemerintah daerah  provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten / kota dapat memberikan
tindakan administrative kepada bidan yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan
penyelenggaraan  praktik dalam  peraturan  ini. Tindakan  administrative sebagaimana dimaksud
berupa :

a.       Teguran lisan;

b.      Teguran tertulis;

c.       pencabutan SIKB / SIPB untuk sementara paling lama 1 (satu) tahun ; atau

d.       pencabutan SIKB / SIPB selamanya.

4.  Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan)

a.         Pengertian

Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan didalam bidang


kesehatan. Dilihat dari segi pendidikan, pendidikan kesehatan adalah suatu praktek
pendidikan. Oleh sebab itu konsep pendidikan kesehatan adalah konsep pendidikan yang
diaplikasikan pada bidang kesehatan. Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar
yang berarti di dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau
perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri individu,
kelompok atau masyarakat. Konsep ini berasal dari suatu asumsi bahwa manusia sebagai
makhluk sosial dalam kehidupannya untuk mencapai nilai-nilai hidup didalam masyarakat
selalu memerlukan bantuan orang lain yang mempunyai kelebihan (lebih dewasa, lebih
pandai, lebih mampu, lebih tahu dan sebaginya). Dalam mencapai tujuan tersebut, seorang
individu, kelompok atau masyarakat tidak lepas dari kegiatan belajar.

Penyuluhan kesehatan merupakan suatu proses belajar untuk mengembangkan pengertian


yang benar dan sikap yang positif dari individu atau kelompok kesehatan yang bersangkutan
mempunyai cara hidup sehat sebagian dari cara hidupnya sehari atas kesadaran dan
kemauannya sendiri.

b.        Tujuan Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan)

1)      Peserta didik dapat memiliki pengetahuan tentang ilmu kesehatan, termasuk cara
hidup sehat dan teratur.
2)      Peserta didik dapat memiliki nilai dan sikap yang positifterhadap prinsip hidup sehat.
3)      Peserta didik dapat memiliki keterampilan dalam melaksanakan hal yang berkaitan
dengan pemeliharaan, pertolongan, dan perawatan kesehatan.
4)      Peserta didik dapat memiliki kebiasaan dalam hidup sehari-hari yang sesuai dengan
syarat kesehatan.
5)      Peserta didik dapat memiliki kemampuan untukmenalarkan perilaku hidup sehat dalam
kehidupan sehari-hari.
6)      Peserta didik dapat memiliki pertumbuhan termasuk bertambahnya tinggi badan dan
berat badan yang seimbang.
7)      Peserta didik dapat mengerti dan menerapkan prinsip—prinsip pengutamaan
pencegahan penyakit dalam kaitannya dengan kesehatan dan keselamatan dalam kehidupan
sehari-hari.
8)      Peserta didik dapat memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk dan luar.
9)      Peserta didik dapat memiliki tingkat kesegaran jasmani dan derajat kesehatan yang
optimal serta mempunyai daya tahan tubuh yang baik terhadap penyakit

c.         Perencanaan Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan)

4. Perencanaan penyuluhan kesehatan meliputi :


5. 1)        Pengenalan lokasi penyuluhan

a)        Mengenal masyarakat


Sasaran program adalah masyarakat sehingga siapapun yang merencanakan program harus
mengenal masyarakat dalam segala segi kehidupannya. Dalam perencanaan ini, variabel
masyarakat yang perlu diketahui adalah jumlah penduduk, keadaan sosial budaya dan
ekonomi masyarakat, pola komunikasi di masyarakat, Sumber daya mencakup sumber daya
yang dimiliki masyarakat, sumber daya apa yang ada, sumber daya apa yang ada dan dapat
digunakan untuk pelaksanaan kegiatan penyuluhan, melibatkan petugas kesehatan dalam
melaksanakan penyuluhan bagi program bersangkutan, bagaimana pengalaman masyarakat
terhadap program- program sebelumnya.

b)        Mengenal wilayah,


Program dapat dilaksanakan dengan baik, jika perencana program mengetahui benar situasi
lapangan. Hal-hal yang perlu diketahui berhubungan dengan wilayah adalah lokasinya
(apakah terpencil, daerah datar atau pegunungan, dan jalur transportasi umum) dan sifatnya
(yaitu periode penghujan atau kemarau, daerah kering atau cukup air, daerah banjir, dan
daerah perbatasan).

2)        Menentukan prioritas


Prioritas dalam penyuluhan harus sejalan dengan prioritas masalah yang ditentukan oleh
program yang ditunjang. Penentuanprioritas didasarkan pada beratnya dampak dan masalah
tersebut sehingga perlu diprioritaskan penanggulangannya, pertimbangan politis, dan
sumber daya yang ada.

3)        Menentukan tujuan penyuluhan


Apa pun tujuan yang akan dipilih, hal terpenting adalah tujuan harus jelas, realistis (bisa
dicapai), dan dapat diukur. Jib program sekarang yang akan dikembangkan segi
penyuluhannya sudah berjalan beberapa lama, perlu diperhatikan seberapa jauh
penyuluhan waktu 1alu, tujuan penyuluhan waktu itu, apa kegiatan dan bagaimana hasil
penyuluhan waktu itu. Berdasarkan informasi tersebut, tentukan tujuan penyuluhan yang
akan dikembangkan sekarang.

4)      Menentukan sasaran penyuluhan


Sasaran program dan sasaran penyuluhan tidaklah selalu sama. Dalam penyuluhan, yang
dimaksud sasaran adalah individu atau kelompok yang akan diberi penyuluhan. Penentuan
kelompok sasaran menyangkut pula strategi.

5)      Menentukan isi penyuluhan


Isi harus dituangkan ke dalam bahasa yang mudah dipahami oleh sasaran, dapat
dilaksanakan oleh sasaran dengan sarana yang mereka miliki, atau terjangkau oleh sasaran.
Dalam menyusun isi penyuluhan, harus dikemukakan keuntungan jika sasaran melaksanakan
apa yang dianjurkan dalam penyuluhan tersebut dan perlu dipahami dasar-dasar
komunikasi.

6)      Menentukan metode penyuluhan yang akan digunakan


Metode atau cara bergantung pada aspek atau tujuan apa yang akan dicapai, apakah aspek
pengertian, sikap, atau keterampilan. Jika tujuan yang akan dicapai adalah aspek pengertian,
pesan cukup disampaikan dengan lisan atau disampaikan melalui tulisan. jika tujuan untuk
mengembangkan sikap positif, sasaran perlu menyaksikan kejadian tersebut, baik melihat
langsung, melalui film, slide, maupun foto.

7)      Memilih alat peraga atau media penyuluhan


Setelah menentukan metode, selanjutnya tentukan media apa yang akan digunakan untuk
menunjang pendekatan tadi, misalnya poster, leaflet, atau media lain.

8)      Menyusun rencana penilaian (evaluasi)

a)      Pastikan dalam tujuan yang telah dijabarkan sudah secara khusus dan jelas
mencantumkan waktu evaluasi, tempat pelaksanaan evaluasi, dan kelompok sasaran yang
akan dievaluasi.
b)      Apa jenis indikator atau kriteria yang akan dipakai dalam penilaian.
c)      Perlu dilihat kembali, apakah tujuan penyuluhan sudah sejalan dengan tujuan program.
d)     Kegiatan-kegiatan penyuluhan apa yang akan dievaluasi.
e)      Metode dan instrumen apa yang akan digunakan untuk evaluasi tersebut.
f)       Siapa yang akan melaksanakan evaluasi.
g)      Sarana-sarana apa (alat, biaya, tenaga, dan lain-lain) yang diperlukan untuk evaluasi,
dan tempat sarana tersebut diperoleh.
h)      Apakah terdapat fasilitas dan kesempatan untuk mempersiapkan tenaga-tenaga yang
akan melaksanakan evaluasi tersebut.
i)        Bagaimana rencana untuk memberikan umpan balik hasil evaluasi ini kepada para
pimpinan program.
9)      Menyusun rencana kerja atau rencana pelaksanaan
Setelah menetapkan pokok-pokok kegiatan penyuluhan termasuk waktu, tempat, dan
pelaksanaan, buat jadwal pelaksanaannya yang dicantumkan dalam suatu daftar.

Sedangkan menurut Herijulianti langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam perencanaan


penyuluhan adalah :

1)      Analisis situasi (wilayah, masalah dan keadaan masyarakat)


2)      Penentuan Prioritas Masalah, Prioritas masalah adalah urutan masalah dan masalah
yang dianggap paling penting sampai dengan urutan yang kurang penting. Penentuan
prioritas masalah dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode, antara lain
dengan cara pembobotan.
3)      Penentuan tujuan, mengubah perilaku masyarakat ke arah perilaku sehat sehingga
tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

4)      Penentuan Sasaran


Sasaran untuk penyuluhan secara umum dapat dibedakan menjadi:
a)      Masyarakat umum
b)      Masyarakat sekolah
c)      Kelompok masyarakat tertentu

5)      Penentuan Pesan, Pesan adalah informasi yang akan kita sampaikan kepada sasaran.

6)      Penentuan Metode, biasanya mengacu pada penentuan tujuan yang ingin kita capat,
apakah pengubahan pada tingkat kognitif, afektif, psikomotor.

7)      Penentuan Media, media merupakan sarana untuk menyampaikan pesan penyuluhan
PKG kepada sasaran sehingga mudah dimengeri oleh sasaran/pihak yang dituju seperti buku,
poster leaflet, dll

8)      Penentuan Rencana Penilaian


a)      Penentuan tujuan penilaian.
b)      Penentuan bagian apa dan program yang akan dinilal
c)      Penentuan tolak ukur yang akan digunakan untuk penilalan.
d)     Penentuan instrument apa yang akan digunakan.

9)      Rencana kegiatan, rencana kegiatan disebut juga rencana operasional atau plan of
action. Rencana kegiatan ini disusun berdasarkan langkah-langkah yang telah dikumpulkan
dan semua potensi serta sumber daya yang ada dan dan masalah-masalah yang telah
ditemukan.

d.        Strategi Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan)


Strategi dapat didefinisikan sebagai rencana umum tindakan yang dapat mencakup
beberapa aktivitas dan mempertimbangkan karakteristik populasi target. Strategi promosi
kesehatan yang efektif dapat dikategorikan sebagal berikut:

1)      Strategi komunikasi kesehatan menginformasikan dan memengaruhi keputusan


individu dan masyarakat yang meningkatkan kesehatan.

2)      Strategi kebijakan atau penegakan menghasilkan kebijakan yang dapat dilaksanakan
melalui pengaturan legislatif, lembaga peraturan, ataupun pengaturan organisasi. Kebijakan
itu dirancang untuk mendukung perbaikan lingkungan rumah, sekolah, maupun lingkungan
kerja.

3)      Strategi mobilisasi komunitas melibatkan pemberian bantuan kepada masyarakat


untuk mengidentifikasi dan mengambil tindakan terhadap permasalahan kesehatan bersama
dengan memanfaatkan pengambilan keputusan bersama dan mengikutsertakan metode
semacam pemberdayaan.
4)      Strategi layanan kesehatan meliputi pengujian, skrining, dan layanan atau pengobatan
khusus yang disediakan melalui komunitas atau lembaga kesehatan untuk meningkatkan,
memperbaiki hasil akhir kesehatan.
5)      Strategi teknologi melibatkan pembentukan atau modifikasi alat, struktur, sistem
perawatan, atau tipe layanan atau lingkungan.

Dengan mengetahui bahwa komunikasi kesehatan dilibatkan dalam setiap strategi promosi
kesehatan, kita perlu mempertimbangkan beberapa sudut pandang komunikasi kesehatan ketika
memilih suatu pendekatan.

Anda mungkin juga menyukai