Anda di halaman 1dari 12

1.

Konsep dasar menyusui dan manajemen laktasi


Pengertian Menyusui
Menyusui merupakan suatu proses alamiah manusia dalam mempertahankan dan
melanjutkan kelangsungan hidup keturunannya. Organ tubuh yang ada pada seorang wanita
menjadi sumber utama kehidupan untuk menghasilkan ASI yang merupakan sumber
makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan.
Perkembangan zaman membawa perubahan bagi kehidupan manusia, dengan bertambahnya
ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat membuat pengetahuan manusia
mengetahui pentingnya ASI bagi kehidupan bayi. Menyusui merupakan suatu pengetahuan
yang sudah ada sejak lama yang mempunyai peranan penting dalam mempertahankan
kehidupan manusia (Astuti, 2013).

Sedangkan menurut (Varney dkk, 2008) menyusui adalah cara yang optimal dalam
memberikan nutrisi dan mengasuh bayi, dan dengan penambahan makanan pelengkap pada
paruh kedua tahun pertama, kebutuhan nutrisi, imunologi, dan psikososial dapat terpenuhi
hingga tahun kedua dan tahun-tahun berikutnya.
Manfaat menyusui
Manfaat menyusui ternyata tidak hanya untuk bayi, tetapi juga bermanfaat bagi ibu. Adapun
manfaat yang diperoleh dengan menyusui untuk ibu menurut Sri Astuti (2015) adalah :
a) Menyusui membantu mempercepat pengembalian rahim ke bentuk semula dan
mengurangi perdarahan setelah kelahiran. Ini karena isapan bayi pada payudara
dilanjutkan melalui saraf ke kelenjar hipofise di otak yang mengeluarkan hormon
oksitosin. Oksitosin selain bekerja untuk mengkontraksikan saluran ASI pada kelenjar
air susu juga merangsang uterus untuk berkontraksi sehingga mempercepat proses
involusio uteri.
b) Menyusui secara teratur akan menurunkan berat badan secara bertahap karena
pengeluaran energi untuk ASI dan proses pembentukannya akan mempercepat seorang
ibu kehilangan lemak yang ditimbun selama kehamilan.
c) Bagi ibu, pemberian ASI mudah karena tersedia dalam keadaan segar dengan suhu
selalu siap jika diperlukan pada malam hari.
d) Mengurangi biaya pengeluaran karena ASI tidak perlu dibeli.
e) Menyusui dapat meningkatkan kedekatan antara ibu dan bayi. Bayi yang sering berada
dalam dekapan ibu karena menyusui akan merasakan kasih sayang ibunya. Bayi juga
akan merasa aman dan tentram, terutama karena masih dapat mendengar detak jantung
ibunya yang telah dikenal selama dalam kandungan. Perasaan terlindung ini akan
menjadi dasar perkembangan emosi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan
dasar spiritual yang baik.
f) Pemberian ASI secara eksklusif dapat menunda proses menstruasi dan ovulasi selama 20
sampai 30 minggu atau lebih karena isapan bayi merangsang hormon prolaktin yang
menghambat terjadinya ovulasi/pematangan telur sehingga menunda kesuburan.
g) Menyusui menurunkan resiko kanker ovarium dan kanker payudara pramenopause, serta
penyakit jantung pada ibu. Hasil penelitia (The Lancet Medical Journal, 2012)
menemukan bahwa resiko kanker payudara turun 4,3% pada ibu yang menyusui,
menyusui juga dapat menurunkan osteoporosis.
h) Wanita menyusui yang tidak memiliki riwayat diabetes gestasional akan kemungkinan
yang lebih kecil untuk mengalami diabetes tipe 2 di kemudian hari.
Mekanisme Menyusui
Reflek yang penting dalam mekanisme isapan bayi terbagi menjadi tiga menurut
Marliandiani (2015) yaitu:
a. Refleks Menangkap (Rooting Refleks) Timbul saat bayi baru lahir, pipi disentuh, dan
bayi akan menoleh kearah sentuhan. Bibir bayi dirangsang dengan puting susu, maka
bayiakan membuka mulut dan berusaha menangkap puting susu.
b. Refleks Menghisap (Sucking Refleks) Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi
tersentuh oleh puting. Agar puting mencapai palatum, maka sebagian besar areola harus
masuk kedalam mulut bayi. Dengan demikian, sinus laktiferus yang berada di bawah
areola tertekan antara gusi, lidah, dan palatum sehingga ASI keluar.
c. Refleks Menelan (Swallowing Refleks) Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh
ASI, maka bayi akan menelannya.

Manajemen laktasi
Manajemen laktasi merupakan segala daya upaya yang dilakukan untuk membantu ibu
mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini dilakukan terhadap ibu dalam
3 tahap,yaitu pada masa kehamilan(antenatal), sewaktu ibu dalam persalinan sampai
keluar rumah sakit (perinatal), dan pada masa menyusui selanjutnya sampai anak berumur
2 tahun(postnatal) (Perinasia, 2007, p.1).

Manajemen laktasi adalah suatu upaya yang dilakukan oleh ibu, ayah dan keluarga untuk
menunjang keberhasilan menyusui (Prasetyono, 2009, p.61) . Dan ruang lingkup
manajemen laktasi dimulai pada masa kehamilan,setelah persalinan,dan masa menyusui
bayi.

Periode Manajemen laktasi


a. Masa kehamilan (Antenatal) Hal yang perlu diperhatikan dalam menejemen laktasi
sebelum kelahiran adalah:
1) Ibu mencari informasi tentang keunggulan ASi, manfaat menyusui bagi ibu dan bayi,
serta dampak negative pemberian susu formula.
2) Ibu memeriksakan kesehatan tubuh pada saat kehamilan kondisi puting payudara,dan
memantau kenaikan berat badan saat hamil.
3) Ibu melakukan perawatan payudara sejak kehamilan berumur 6 bulan hingga ibu siap
untuk menyusui, ini bermaksut agar ibu mampu memproduksi dan memberikan ASI
yang mencukupi kebutuhan bayi.
4) Ibu senantiasa mencari informasi tentang gisi dan makanan tambahan sejak
kehamilan trimester ke-2.makanan tambahan saat hamil sebanyak 1 1/3 kali dari
makanan yang dikonsumsi sebelum hamil (Prasetyono, 2009, p.62).

b. Masa Persalinan (Perinatal) Hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen laktasi saat
kelahiran adalah :
1) Masa persaliinan merupakan masa yang paling penting dalam kehidupan bayi
selanjutnya,bayi harus menyusui yang baik dan benar baik posisi maupun cara
melekatkan bayi pada payudara ibu.
2) Membantu ibu kontak langsung dengan bayi selama 24 jam agar menyusui dapat
dilakukan tanpa jadwal.
3) Ibu nifas diberi kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) dalam waktu 2 minggu
setelah melahirkan (Prasetyono, 2009, p.62).

c. Masa Menyusui (Postnatal) Hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen laktasi
setelah kelahiran adalah:
1) Setelah bayi mendapatkan ASI pada minggu pertama kelahiran,ibu harus menyusui
bayi secara eksklusif selama 4 bulan pertama setelah bayi lahir dan saat itu bayi hanya
di beri ASI tanpa makanan tambahan.
2) Ibu mencari informasi yang tentang gisi makanan ketika masa menyusui agar bayi
tumbuh sehat.
3) Ibu harus cukup istirahat untuk menjaga kesehatannya dan menenangkan pikiran serta
menghindarkan diri dari kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak
terhambat.
4) Ibu selalu mengikuti petunjuk petugas kesehatan(merujuk posyandu atau puskesmas).
Bila ada masalah dalam proses menyusui.
5) Ibu tetap memperhatikan gisi/makanan anak,terutama pada bayi usia 4 bulan
(Prasetyono, 2009, p.63).

Manajemen laktasi pada ibu bekerja


Manajemen laktasi pada ibu bekerja adalah upaya yang dilakukan ibu mencapai
keberhasilan dalam menyusui bayinya khususnya pada ibu yang bekerja.
1. Teknik yang dianjurkan antara lain:
a. Sebelum berangkat kerja ibu tetap menyusui bayinya
b. ASI yang berlebihan dapat diperas atau di pompa,kemudian disimpan dilemari
pendingin untuk diberikan pada bayi saat ibu bekerja
c. Selama ibu bekerja ASi dapat diperas atau di pompa dan di simpan di lemari
pendingin di tempat kerja,atau diantar pulang.
d. Bayi dapat di titipkan ke tempat penitipan bayi apabila kantor atau instansi
menyediakan tempat.
e. Setelah ibu di rumah,perbanyak menyusui yaitu saat malam hari Perawat bayi
dapat membawa bayi ketempat ibu bekerja bila memungkinkan.
f. Ibu dianjurkan untuk istirahat, minum cukup,makan dengan gizi cukup untuk
menambah produksi ASI (Taufan, 2011, p.65).

2. ASI Perah ASI perah adalah ASI yang diambil dengan cara diperas dari payudara
untuk kemudian disimpan dan nantinya akan diberikan untuk bayi.
Cara memerah ASI dengan tangan/jari secara manual adalah:
a. Cara yang pertama ibu dianjurkan untuk mengambil sebuah mangkuk atau gelas
yang bersih dan diisi dengan air mendidih kedalamnya,lalu biarkan tertutup
selama beberapa menit,setelah itu ditiriskan.
b. Mencuci tangan ibu dengan air dan sabun
c. Ibu dianjurkan untuk duduk dan berdiri di tempat yang terang dan nyaman dan
dekatkan mangkok ke payudara ibu
d. Memegang payudara dengan meletakkan ibu jari diatas areola sampai putting
susu, dan jari telunjuk tepat di bawahnya.
e. Menekan dengan lembut payudara diantara ibu jari dan jari telunjuk ke belakang
kearah tulang dada
f. Diteruskan dengan menekan ibu jari dan jari telunjuk serta melepaskannya secara
bergantian,setelah dilakukan berulangulang ASI akan mulai mengalir.

3. Cara penyimpanan ASI ASI adalah cairan hidup,selain makanan ASI mengandung
zat anti infeksi,cara penyimpanan ASI perah akan menentukan kualitas antiinfeksi
dan makanan yang di kandungnya.
a. Anti infeksi yang terkandung dalam ASI membantu ASI tetap segar dalam
waktu yang lebih lama karena akan menghambat pertumbuhan bakteri jahat
dalam ASI perah yang disimpan.
b. Setelah di cairkan ASI harus habis dalam waktu 1 jam, dan sisa ASI tidak boleh
dimasukkan lagi dalam lemari es
c. Tulis jam, hari dan tanggal saat diperah
4. Lama Penyimpanan ASI
a. Dalam ruangan dengan suhu 27-32oC kolostrum dapat disimpan selama 12 jam
b. ASI bisa bertahan pada suhu ruangan atau di udara luar selama 6-8 jam
c. ASI bisa bertahan dalam termos es selama 24 jam
d. ASI dapat bertahan 6 bulan pada freezer (Roesli, 2005, p.83)
5. Cara memberikan ASI perah dengan gelas ataupun sendok adalah:
a. Pangku bayi dengan posisi setengah duduk di pangkuan ibu
b. Tempelkan tepi cangkir/sendok kecil berisi ASI perah,pada bibir bawah bayi
sehingga ASI menyentuh bibir bayi dan akan meminum dengan dorongan
lidahnya
c. Jangan menuangkan ASI kedalam mulut bayi,pegang saja cangkir atau sendok
diatas bibir bayi dan biarkan bayi meminumnya sendiri
d. Jika bayi merasa cukup kenyang ia akan menutup mulutnya.
6. Cara Memberikan ASI yang sudah didinginkan pada bayi
a. ASI dipanaskan dengan cara membiarkan botol di aliri air panas yang bukan
mendidih yang keluar dari keran.
b. Merendam botol di dalam baskom atau mangkok yang berisi air panas atau
bukan mendidih.
c. Ibu tidak boleh memanaskan botol dengan cara mendidihkannya dalam panci
atau alat pemanas lainnya kecuali menggunakan alat khusus untuk memanaskan
botol berisi simpanan ASI.
d. Susu yang sudah di panaskan tidak bisa di simpan lagi.

3. Manfaat pemberian ASI


ASI mempunyai banyak manfaat, diantaranya manfaat bagi ibu, keluarga dan Negara.
Manfaat tersebut adalah:
Manfaat bagi Ibu
 Aspek kesehatan ibu
Hisapan bayi pada payudara saat menyusu akan merangsang terbentuknya oksitosin
oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu dalam proses involusi uterus dan dapat
mencegah terjadinya perdarahan postpartum. Pencegahan terjadinya perdarahan
postpartum dapat mengurangi prevelensi anemia defisiensi besi. Angka kejadian
karsinoma mammae pada ibu menyusui lebih rendah dibanding tidak menyusui.
 Aspek Keluarga Berencana
Menyusui secara eksklusif dapat menjadi metode KB yang alami, karena proses
menyusui dapat menjarangkan kehamilan. Ditemukan rata-rata jarak kelahiran pada ibu
menyusui adalah 24 bulan, sedangkan yang tidak menyusui adalah 11 bulan. Hal
tersebut menunjukkan bahwa pemberian ASI Eksklusif dapat menjadi KB yang alami.
 Aspek Psikologis
Proses menyusui dapat memberikan pengaruh psikologis yang baik bagi ibu. Ibu yang
menyusui akan merasa bangga dan merasa diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua
manusia.

Manfaat ASI untuk Keluarga


 Aspek Ekonomi
Menyusui dengan ASI lebih hemat karena ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang
seharusnya digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan
lain. Selain itu, penghematan juga disebabkan karena bayi yang mendapat ASI lebih
jarang sakit sehingga mengurangi biaya pengobatan.
 Aspek Psikologis
Kebahagiaan keluarga semakin bertambah, karena kelahiran lebih jarang. Sehingga
suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.
 Aspek Kemudahan
Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja. Keluarga
tidak perlu menyiapkan air masak, botol, dan dot yang harus selalu dibersihkan dan juga
perlu meminta tolong kepada orang lain.

Manfaat ASI untuk Negara


 Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak
Beberapa riset epidemiologis menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dan anak dari
penyakit infeksi, misalnya diare, otitis media, dan infeksi saluran pernafasan akut
bagian bawah. Kejadian diare paling tinggi terdapat pada anak dibawah usia 2 tahun,
dengan penyebab rotavirus. Bayi yang diberi ASI ternyata juga terlindungi dari diare
karena shigela.
 Mengurangi Subsidi untuk Rumah Sakit
Subsidi untuk rumah sakit berkurang, karena rawat gabung akan mempersingkat
lamanya rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi nosocomial
serta mengurangi biaya yang diperlukan untuk perawatan anak sakit.
 Mengurangi devisa dalam pemberian susu formula
ASI yang di anggap sebagai kekayaan nasional, jika semua ibu memberikan ASI maka
dapat menghemat devisa yang seharusnya dipakai membeli susu formula.
 Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa
Anak yang mendapatkan ASI, tumbuh kembang secara optimal sehingga akan
menjamin kualitas generasi penerus bangsa.

7. Masalah meyusui pada masa nifas dini


a. Putting susu nyeri / lecet
Masalah yang tersering dalam menyusui adalah puting susu nyeri/lecet,sekitar 57%
dari ibu yang menyusui dilaporkan pernah menderita kelecetan pada putingnya.
Penyebab
1) Kebanyakan putting nyeri/lecet di sebabkan oleh kesalahan dalam teknik
menyusui, yaitu bayi tidak menyusu sampi kekalang payudara. Bila bayi
menyusu hanya pada putting susu, maka bayi akan mendapat ASI sedikit
karena gusi bayi tidak menekan pada daerah sinus laktiferus, sedangkan pada
ibu akan terjadi nyeri/ kelecetan pada putting susunya.
2) Selain itui pada putting yang lecet juga dapat di sebabkan oleh moniliasis pada
mulut bayi yang menular pada putting susu ibu.
3) Akibat dari pemakaian sabun, alcohol, krim, atau zat iritan lainnya untuk
mencuci putting susu.
4) Keadaan ini juga dapat terjadi pada bayi dengan tali lidah (frenulum lingue)
yang pendek, sehingga menyebabkan bayi sulit mengisap sampai kalang
payudara dan hisapan hanya pada putting saja.
5) Rasa nyeri itu juga dapat timbul apabila ibu menghentikan menyusui kurang
hati-hati.

Penatalaksanaan
1) Bayi harus disusukan terlebih dahulu pada puting yang normal yang lecetnya
lebih sedikit. Untuk menghindari tekanan local pada putting, maka posisi
menyusui harus sering dirubah. Untuk putting yang sakit dianjurkan
mengurangi frekuensi dan lamanya menyusui. Di samping itu kita harus yakin
bahwa teknik menyusui bayi adalah benar, yaitu bayi harus menyusu sampai
kekalang payudara. Untuk menghindari payudara yang bengkak, ASI
dikeluarkan dengan tangan/pompa, kemudian diberikan dengan sendok, gelas,
atau pipet.
2) Setiap kali habis menyusu bekas ASI tidak perlu di bersihkan, tetapi di angin-
anginkan sebentar agar kering dengan sendirinya. Karena bekas ASI berfungsi
sebagai pelembut putting dan sekaligus sebagai anti infeksi.
3) Jangan menggunakan sabun, alcohol atau zat iritan lainnya untuk
membersihkan putting susu.
4) Pada putting susu bias di bubuhkan minyak lanolin atau minyak kelapa yang
telah dimasak terlebih dahulu.
5) Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam), sehingga payudara tidak
sampai terlalu penuh dan bayi yang tidak begitu lapar akan menyusu tidak
terlalu rakus.
6) Periksalah apakah bayi tidak menderita moniliasis, yang dapat menyebabkan
lecet pada putting susu ibu. Kalau ditemukan gejala moniliasis, dapat diberikan
nistatin.

Pencegahan
1) Tidak membersihkan putting susu dengan sabun, alcohol, krim, atau zat-zat
iritan lainnya.
2) Sebaiknya untuk melepaskan putting dari hispan bayi pada saat bayi selesai
menyusu, tidak dengan memaksa menarik putting ,tetapi dengan menekan dagu
bayi atau dengan memasukkan jari kelingking yang bersih kemulut bayi.
3) Posisi menyusui harusbenar, yaitu bayi harusmenyusu sampai kekalang
payudara dan menggunakan kedua payudara.

b. Payudara Bengkak (Engorgement)


Penyebab
1) Pembengkakan payudara terjadi karna ASI tidak di susu dengan adekuat,
sehingga sisa ASI terkumpul pada system duktus yang mengakibatkan
terjadinya pembengkakan.
2) Payudara bengkak ini sering terjadi pada hari ketiga atau keempat sesudah ibu
melahirkan.
3) Statis pada pembuluh darah dan limfe akan mengakibatkan meningkatnya
tekanan intraduktal, yang akan mempengaruhi berbagai segmen pada payudara,
sehingga tekanan seluruh payudara meningkat, akibat payudara sering terasa
penuh, tegang serta nyeri. Kemudian di ikuti penurunan produksi ASI dan
penurunan reflex let down.
4) B.H yang ketat juga biasa menyebabkan segmental engorgement, demikian
pula putting yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan pada duktus.
Gejala
Payudara yang mengalami pembengkakan tersebut sangat sukar di susu oleh bayi
karena kalang payudara lebih menonjol, putting lebih datar dan sukar di hisap oleh
bayi. Bila keadaan sudah demikian, kulit pada payudara nampak lebih mengkilat,
ibu merasa demam dan payudara ibu terasa nyeri. Oleh karna itu sebelum disusukan
pada bayi, ASI harus diperas dengan tangan/ pompa terlebih dahulu agar payudara
lebih lunak, sehingga bayi lebih mudah menyusu.
Penatalaksanaan
1) Masase payudara dan ASI dip eras dengan tangan sebelum menyusui.
2) Kompres dingin untuk mengurangi statis pembuluh darah vena dan mengurangi
rasa nyeri. Bila di lakukan selang-seling dengan kompres panas, untuk
melancarkan aliran darah payudara.
3) Menyusui lebih sering dan lebih lama pada payudarah yang terkena untuk
melancarkan aliran ASI dan menurunkan tegangan payudara.

Pencegahan
5) Apabila memungkinkan, susukan bayi segera setelah lahir.
6) Susukan bayi tampa di jadwal.
7) Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi ASI melebihi
kebutuhan bayi.
8) Melakukan perawatan payudara pasca natal secara teratur.

c. Saluran susu tersumbat (obstructive duct)


Suatu keadaan dimana terjadi sumbatan pada satu atau lebih duktus laktiferus.
Penyebab:
1) Tekanan jari ibu pada waktu menyusui
2) Pemakaian BH yang ketat.
3) Komplikasi payudara yang bengkak,yaitu susu yng terkumpul tidak segera di
keluarkan sehinngga merupakan sumbatan.
Gejala
1) Pada wanita yang kurus berupa, benjolan yang terlihat dengan jelas dan ludak
pada perabaan.
2) Payudara pada daerah yang mengalami penyumbatan terasa nyeri dan bengkak
yang terlokalisir.
Penatalaksanaan
Saluran susu yang tersumbat ini harus di rawat sehinnga benarbenar sembuh,untuk
menghindari terjadinya radang payudara (mastitis).
1) Untuk mengurangi ras nyeri dan bengkak,dapat di lakukan masase serta
kompres panas dan dingin secara bergantian.
2) Ibu di anjurkan untuk mengeluarkan ASI dengan tangan atau dengan pompa
setiap kali setiap menyusui, bila payudara masi terasa penuh.
3) Ubah-ubah posisi menyusui untuk melancarkan aliran ASI.
Pencegahan
1) Perawatan payudara pasca natal secara teratur,untuk menghindari terjadinya
stasis aliran ASI.
2) Posisi menyusui yang diubah-ubah.
3) Mengenakan BH yang menyangga,bukan yang menekan.

d. Mastitis
Mastitis adalah radang pada payudara. Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3
minggu setelah persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran ASI yang
berkelanjutan.
Penyebab
1) Payudara bengkak yang tidak di susu secara adekuat, akhirnya terjadi mastitis.
2) Putting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya infeksi pada
payudara.
3) BH yang terlalu ketat.
4) Ibu yang diet jelek, kurang istirahat, anemia akan mudah terkena infeksi.
Gejala
1) Bengkak, nyeri seluruh payudara/nyeri local
2) Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya local
3) Payudara keras dan benjol-benjol (merongkol)
4) Demam dan rasa sakit umum.

Penatalaksanaan
1) Menyusui diteruskan, pertama bayi disusukan pada payudara yang terkena
selama dan sesering mungkin
2) Kompres air hangat/panas dan lakukan pemijatan pada payudara yang terkena
3) Ubalah posisi menyusui dari waktu-kewaktu yaitu dengan posisi tiduranm
duduk atau posisi memegang bola (foot ball position)
4) Istirahat yang cukup, makan makanan yang bergizi
5) Pakailah baju/BH yang menopang
6) Banyak minum sekitar 2 liter/hari
7) Biasanya dengan cara-cara seperti tersebut diatas biasanya peradangan akan
menghilang 48 jam, jarang sekali yang menjadi bases. Tetapi bila cara-cara
seperti tersebut diatas tidak ada perbaikan setelah 12 jam, maka diberikan
antibiotik dan analgetik (flucloxacillin atau erythromycin) 5-10 hari

e. Abses payudara
Breast abscess atau Abses payudara adalah akumulasi nanah pada jaringan
payudara. Hal ini biasanya disebabkan oleh infeksi pada payudara. Cedera dan
infeksi pada payudara dapat menghasilkan gejala yang sama dengan di bagian
tubuh lainnya, kecuali pada payudara, infeksi cenderung memusat dan
menghasilkan abses kecil. Hal ini dapat menyerupai kista.
Abses Payudara adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan kumpulan nanah
yang terbentuk di bawah kulit payudara sebagai akibat dari infeksi bakteri.
Penyebab
Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang umum ditemukan
pada kulit normal (staphylococcus aureus). Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu
menyusui. Bakteri masuk ke tubuh melalui kulit yang rusak, biasanya pada puting
susu yang rusak pada masa awal menyusui. Area yang terinfeksi akan terisi dengan
nanah.
Faktor risiko:
1. Diabetes mellitus
Selain diabetes dan obesitas yang merupakan faktor risiko utama, beberapa
faktor lain ternyata dapat meningkatkan risiko abses payudara.
2. Perokok berat
Salah satu faktor yang dimaksud adalah rokok, yang dapat meningkatkan risiko
abses payudara 6 kali lipat dibanding pada wanita yang tidak merokok. Selain
itu, rokok juga membuat peluang kekambuhan melonjak hingga 15 kali lipat.
3. Tindik di bagian puting susu (baru pertama kali diungkapkan)
Risiko untuk mengalami abses payudara pada wanita yang putingnya ditindik
cenderung meningkat pada kurun waktu hingga 7 tahun sejak tindik dibuat.
4. Infeksi setelah melahirkan
5. Anemia
6. Penggunaan obat steroid
7. Rendahnya sistem imun
8. Penanaman silicon
Tanda Gejala

1. Sakit pada payudara ibu tampak lebih parah.


2. Payudara lebih mengkilap dan berwarna merah.
3. Benjolan terasa lunak karena berisi nanah. Kadang-kadang keluar cairan nanah
melalui puting susu. Bakteri terbanyak penyebab nanah pada payudara adalah
STAFILOKOKUS AUREUS DAN SPESIES STREPTOKOKUS.
4. Pada lokasi payudara yang terkena akan tampak membengkak.Bengkak dengan
getah bening dibawah ketiak.
5. Nyeri dan teraba masa yang fluktuatif / ‘empuk
6. Sensasi rasa panas pada area yang terkena
7. Demam dan kedinginan, menggigil
8. Rasa sakit secara keseluruhan
9. Malaise, dan timbul limfadenopati pectoralis, axiller,  parasternalis, dan
subclavia.
Diagnosis
Untuk memastikan diagnosisnya perlu dilakukan aspairasi nanahmya. Differensial
diagnosisnya galactoele, fibroadenoma dan carcinoma.

Pencegahan

1. Perawatan Putting Susu Rata


Beberapa ibu memiliki puting susu yang rata dan membuat menyusui adalah
hal yang sulit atau tidak mungkin. Untuk memperbaiki hal ini, Hoffman’s
exercises dapat dimulai sejak 38 minggu kehamilan. Oles sedikit pelicin
(contoh Vaseline) pada areola. Dua ruas jari atau satu jari dan jempol
diletakkan sepanjang sisi puting susu dan kulit dengan lembut ditarik dengan
arah horizontal. Kemudian, gerakan ini di ulang dengan arah horizontal,
lakukan pada keduanya beebrapa kali. Jika latihan ini dilakukan beberapa kali
per hari, akan membantu mengeluarkan puting susu. Metode alternatif adalah
penarikan puting susu, digunakan pada lapisan khusus di dalam bra pada saat
kehamilan.
2. Puting susu dan payudara harus dibersihkan sebelum dan setelah menyusui.
3. Setelah menyusui, puting susu diolesi kembali dengan ASI dan biarkan kering
dengan sendirinya (dapat diberikan salep lanolin atau vitamin A dan D)
4. Hindari pakaian yang menyebabkan iritasi pada payudara
5. Menyusui secara bergantian payudara kiri dan kanan
6. Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran, kosongkan
payudara dengan cara memompanya
7. Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekan/luka
pada puting susu.
8. Minum banyak cairan
9. Menjaga kebersihan puting susu
10. Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui.

Penatalaksanaan

1. Teknik menyusui yang benar.


2. Kompres payudara dengan air hangat dan air dingin secara bergantian.
3. Meskipun dalam keadaan mastitis, harus sering menyusui bayinya.
4. Mulailah menyusui pada payudara yang sehat.
5. Hentikan menyusui pada payudara yang mengalami abses, tetapi ASI harus
tetap dikeluarkan.
6. Apabila abses bertambah parah dan mengeluarkan nanah, berikan antibiotik.
7. Rujuk apabila keadaan tidak membaik.

f. Kelainan anatomis pada putting susu (inverted, flat nipple)


Untuk mengetahui diagnose apakah putting ada kelainan atau tidak, yaitu dengan
cara menjepit kalang payudara antara ibu jari telunjuk dibelakang putting susu,
apabila putting susu menonjol maka putting tersebut adalah normal akan tetapi kalu
putting tidak menonjol itu berarti puting inverse/datar. Pada puting susu yang
mengalami kelainan seperti tersebut diatas, apabila sudah diketahui pada masa
kehamilan, maka harus dilakukan masase dengan teknik Hoffman secara teratur.
Dengan masase ini diharapkan putting akan lebih protaktil.

Apabila sampai melahirkan putting masih inverse/diketahui setelah bayi lahir maka:
1) Bila hanya satu putting yang terkena, maka bayi pertama-tama disusukan pada
putting susu normal karena dengan menyusukan pada putting yang normal
maka sebagian kebutuhan bayi akan terpenuhi, sehingga bayi akan mencoba
menyusu pada putting yang terkena, disamping itu juga mengurangi
kemungkinan lecetnya puting.
2) Kompres dingin pada putting yang terkena sebelum menyusui akan menambah
protaktilitas dari puting.

Anda mungkin juga menyukai