Sedangkan menurut (Varney dkk, 2008) menyusui adalah cara yang optimal dalam
memberikan nutrisi dan mengasuh bayi, dan dengan penambahan makanan pelengkap pada
paruh kedua tahun pertama, kebutuhan nutrisi, imunologi, dan psikososial dapat terpenuhi
hingga tahun kedua dan tahun-tahun berikutnya.
Manfaat menyusui
Manfaat menyusui ternyata tidak hanya untuk bayi, tetapi juga bermanfaat bagi ibu. Adapun
manfaat yang diperoleh dengan menyusui untuk ibu menurut Sri Astuti (2015) adalah :
a) Menyusui membantu mempercepat pengembalian rahim ke bentuk semula dan
mengurangi perdarahan setelah kelahiran. Ini karena isapan bayi pada payudara
dilanjutkan melalui saraf ke kelenjar hipofise di otak yang mengeluarkan hormon
oksitosin. Oksitosin selain bekerja untuk mengkontraksikan saluran ASI pada kelenjar
air susu juga merangsang uterus untuk berkontraksi sehingga mempercepat proses
involusio uteri.
b) Menyusui secara teratur akan menurunkan berat badan secara bertahap karena
pengeluaran energi untuk ASI dan proses pembentukannya akan mempercepat seorang
ibu kehilangan lemak yang ditimbun selama kehamilan.
c) Bagi ibu, pemberian ASI mudah karena tersedia dalam keadaan segar dengan suhu
selalu siap jika diperlukan pada malam hari.
d) Mengurangi biaya pengeluaran karena ASI tidak perlu dibeli.
e) Menyusui dapat meningkatkan kedekatan antara ibu dan bayi. Bayi yang sering berada
dalam dekapan ibu karena menyusui akan merasakan kasih sayang ibunya. Bayi juga
akan merasa aman dan tentram, terutama karena masih dapat mendengar detak jantung
ibunya yang telah dikenal selama dalam kandungan. Perasaan terlindung ini akan
menjadi dasar perkembangan emosi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan
dasar spiritual yang baik.
f) Pemberian ASI secara eksklusif dapat menunda proses menstruasi dan ovulasi selama 20
sampai 30 minggu atau lebih karena isapan bayi merangsang hormon prolaktin yang
menghambat terjadinya ovulasi/pematangan telur sehingga menunda kesuburan.
g) Menyusui menurunkan resiko kanker ovarium dan kanker payudara pramenopause, serta
penyakit jantung pada ibu. Hasil penelitia (The Lancet Medical Journal, 2012)
menemukan bahwa resiko kanker payudara turun 4,3% pada ibu yang menyusui,
menyusui juga dapat menurunkan osteoporosis.
h) Wanita menyusui yang tidak memiliki riwayat diabetes gestasional akan kemungkinan
yang lebih kecil untuk mengalami diabetes tipe 2 di kemudian hari.
Mekanisme Menyusui
Reflek yang penting dalam mekanisme isapan bayi terbagi menjadi tiga menurut
Marliandiani (2015) yaitu:
a. Refleks Menangkap (Rooting Refleks) Timbul saat bayi baru lahir, pipi disentuh, dan
bayi akan menoleh kearah sentuhan. Bibir bayi dirangsang dengan puting susu, maka
bayiakan membuka mulut dan berusaha menangkap puting susu.
b. Refleks Menghisap (Sucking Refleks) Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi
tersentuh oleh puting. Agar puting mencapai palatum, maka sebagian besar areola harus
masuk kedalam mulut bayi. Dengan demikian, sinus laktiferus yang berada di bawah
areola tertekan antara gusi, lidah, dan palatum sehingga ASI keluar.
c. Refleks Menelan (Swallowing Refleks) Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh
ASI, maka bayi akan menelannya.
Manajemen laktasi
Manajemen laktasi merupakan segala daya upaya yang dilakukan untuk membantu ibu
mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini dilakukan terhadap ibu dalam
3 tahap,yaitu pada masa kehamilan(antenatal), sewaktu ibu dalam persalinan sampai
keluar rumah sakit (perinatal), dan pada masa menyusui selanjutnya sampai anak berumur
2 tahun(postnatal) (Perinasia, 2007, p.1).
Manajemen laktasi adalah suatu upaya yang dilakukan oleh ibu, ayah dan keluarga untuk
menunjang keberhasilan menyusui (Prasetyono, 2009, p.61) . Dan ruang lingkup
manajemen laktasi dimulai pada masa kehamilan,setelah persalinan,dan masa menyusui
bayi.
b. Masa Persalinan (Perinatal) Hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen laktasi saat
kelahiran adalah :
1) Masa persaliinan merupakan masa yang paling penting dalam kehidupan bayi
selanjutnya,bayi harus menyusui yang baik dan benar baik posisi maupun cara
melekatkan bayi pada payudara ibu.
2) Membantu ibu kontak langsung dengan bayi selama 24 jam agar menyusui dapat
dilakukan tanpa jadwal.
3) Ibu nifas diberi kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) dalam waktu 2 minggu
setelah melahirkan (Prasetyono, 2009, p.62).
c. Masa Menyusui (Postnatal) Hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen laktasi
setelah kelahiran adalah:
1) Setelah bayi mendapatkan ASI pada minggu pertama kelahiran,ibu harus menyusui
bayi secara eksklusif selama 4 bulan pertama setelah bayi lahir dan saat itu bayi hanya
di beri ASI tanpa makanan tambahan.
2) Ibu mencari informasi yang tentang gisi makanan ketika masa menyusui agar bayi
tumbuh sehat.
3) Ibu harus cukup istirahat untuk menjaga kesehatannya dan menenangkan pikiran serta
menghindarkan diri dari kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak
terhambat.
4) Ibu selalu mengikuti petunjuk petugas kesehatan(merujuk posyandu atau puskesmas).
Bila ada masalah dalam proses menyusui.
5) Ibu tetap memperhatikan gisi/makanan anak,terutama pada bayi usia 4 bulan
(Prasetyono, 2009, p.63).
2. ASI Perah ASI perah adalah ASI yang diambil dengan cara diperas dari payudara
untuk kemudian disimpan dan nantinya akan diberikan untuk bayi.
Cara memerah ASI dengan tangan/jari secara manual adalah:
a. Cara yang pertama ibu dianjurkan untuk mengambil sebuah mangkuk atau gelas
yang bersih dan diisi dengan air mendidih kedalamnya,lalu biarkan tertutup
selama beberapa menit,setelah itu ditiriskan.
b. Mencuci tangan ibu dengan air dan sabun
c. Ibu dianjurkan untuk duduk dan berdiri di tempat yang terang dan nyaman dan
dekatkan mangkok ke payudara ibu
d. Memegang payudara dengan meletakkan ibu jari diatas areola sampai putting
susu, dan jari telunjuk tepat di bawahnya.
e. Menekan dengan lembut payudara diantara ibu jari dan jari telunjuk ke belakang
kearah tulang dada
f. Diteruskan dengan menekan ibu jari dan jari telunjuk serta melepaskannya secara
bergantian,setelah dilakukan berulangulang ASI akan mulai mengalir.
3. Cara penyimpanan ASI ASI adalah cairan hidup,selain makanan ASI mengandung
zat anti infeksi,cara penyimpanan ASI perah akan menentukan kualitas antiinfeksi
dan makanan yang di kandungnya.
a. Anti infeksi yang terkandung dalam ASI membantu ASI tetap segar dalam
waktu yang lebih lama karena akan menghambat pertumbuhan bakteri jahat
dalam ASI perah yang disimpan.
b. Setelah di cairkan ASI harus habis dalam waktu 1 jam, dan sisa ASI tidak boleh
dimasukkan lagi dalam lemari es
c. Tulis jam, hari dan tanggal saat diperah
4. Lama Penyimpanan ASI
a. Dalam ruangan dengan suhu 27-32oC kolostrum dapat disimpan selama 12 jam
b. ASI bisa bertahan pada suhu ruangan atau di udara luar selama 6-8 jam
c. ASI bisa bertahan dalam termos es selama 24 jam
d. ASI dapat bertahan 6 bulan pada freezer (Roesli, 2005, p.83)
5. Cara memberikan ASI perah dengan gelas ataupun sendok adalah:
a. Pangku bayi dengan posisi setengah duduk di pangkuan ibu
b. Tempelkan tepi cangkir/sendok kecil berisi ASI perah,pada bibir bawah bayi
sehingga ASI menyentuh bibir bayi dan akan meminum dengan dorongan
lidahnya
c. Jangan menuangkan ASI kedalam mulut bayi,pegang saja cangkir atau sendok
diatas bibir bayi dan biarkan bayi meminumnya sendiri
d. Jika bayi merasa cukup kenyang ia akan menutup mulutnya.
6. Cara Memberikan ASI yang sudah didinginkan pada bayi
a. ASI dipanaskan dengan cara membiarkan botol di aliri air panas yang bukan
mendidih yang keluar dari keran.
b. Merendam botol di dalam baskom atau mangkok yang berisi air panas atau
bukan mendidih.
c. Ibu tidak boleh memanaskan botol dengan cara mendidihkannya dalam panci
atau alat pemanas lainnya kecuali menggunakan alat khusus untuk memanaskan
botol berisi simpanan ASI.
d. Susu yang sudah di panaskan tidak bisa di simpan lagi.
Penatalaksanaan
1) Bayi harus disusukan terlebih dahulu pada puting yang normal yang lecetnya
lebih sedikit. Untuk menghindari tekanan local pada putting, maka posisi
menyusui harus sering dirubah. Untuk putting yang sakit dianjurkan
mengurangi frekuensi dan lamanya menyusui. Di samping itu kita harus yakin
bahwa teknik menyusui bayi adalah benar, yaitu bayi harus menyusu sampai
kekalang payudara. Untuk menghindari payudara yang bengkak, ASI
dikeluarkan dengan tangan/pompa, kemudian diberikan dengan sendok, gelas,
atau pipet.
2) Setiap kali habis menyusu bekas ASI tidak perlu di bersihkan, tetapi di angin-
anginkan sebentar agar kering dengan sendirinya. Karena bekas ASI berfungsi
sebagai pelembut putting dan sekaligus sebagai anti infeksi.
3) Jangan menggunakan sabun, alcohol atau zat iritan lainnya untuk
membersihkan putting susu.
4) Pada putting susu bias di bubuhkan minyak lanolin atau minyak kelapa yang
telah dimasak terlebih dahulu.
5) Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam), sehingga payudara tidak
sampai terlalu penuh dan bayi yang tidak begitu lapar akan menyusu tidak
terlalu rakus.
6) Periksalah apakah bayi tidak menderita moniliasis, yang dapat menyebabkan
lecet pada putting susu ibu. Kalau ditemukan gejala moniliasis, dapat diberikan
nistatin.
Pencegahan
1) Tidak membersihkan putting susu dengan sabun, alcohol, krim, atau zat-zat
iritan lainnya.
2) Sebaiknya untuk melepaskan putting dari hispan bayi pada saat bayi selesai
menyusu, tidak dengan memaksa menarik putting ,tetapi dengan menekan dagu
bayi atau dengan memasukkan jari kelingking yang bersih kemulut bayi.
3) Posisi menyusui harusbenar, yaitu bayi harusmenyusu sampai kekalang
payudara dan menggunakan kedua payudara.
Pencegahan
5) Apabila memungkinkan, susukan bayi segera setelah lahir.
6) Susukan bayi tampa di jadwal.
7) Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi ASI melebihi
kebutuhan bayi.
8) Melakukan perawatan payudara pasca natal secara teratur.
d. Mastitis
Mastitis adalah radang pada payudara. Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3
minggu setelah persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran ASI yang
berkelanjutan.
Penyebab
1) Payudara bengkak yang tidak di susu secara adekuat, akhirnya terjadi mastitis.
2) Putting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya infeksi pada
payudara.
3) BH yang terlalu ketat.
4) Ibu yang diet jelek, kurang istirahat, anemia akan mudah terkena infeksi.
Gejala
1) Bengkak, nyeri seluruh payudara/nyeri local
2) Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya local
3) Payudara keras dan benjol-benjol (merongkol)
4) Demam dan rasa sakit umum.
Penatalaksanaan
1) Menyusui diteruskan, pertama bayi disusukan pada payudara yang terkena
selama dan sesering mungkin
2) Kompres air hangat/panas dan lakukan pemijatan pada payudara yang terkena
3) Ubalah posisi menyusui dari waktu-kewaktu yaitu dengan posisi tiduranm
duduk atau posisi memegang bola (foot ball position)
4) Istirahat yang cukup, makan makanan yang bergizi
5) Pakailah baju/BH yang menopang
6) Banyak minum sekitar 2 liter/hari
7) Biasanya dengan cara-cara seperti tersebut diatas biasanya peradangan akan
menghilang 48 jam, jarang sekali yang menjadi bases. Tetapi bila cara-cara
seperti tersebut diatas tidak ada perbaikan setelah 12 jam, maka diberikan
antibiotik dan analgetik (flucloxacillin atau erythromycin) 5-10 hari
e. Abses payudara
Breast abscess atau Abses payudara adalah akumulasi nanah pada jaringan
payudara. Hal ini biasanya disebabkan oleh infeksi pada payudara. Cedera dan
infeksi pada payudara dapat menghasilkan gejala yang sama dengan di bagian
tubuh lainnya, kecuali pada payudara, infeksi cenderung memusat dan
menghasilkan abses kecil. Hal ini dapat menyerupai kista.
Abses Payudara adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan kumpulan nanah
yang terbentuk di bawah kulit payudara sebagai akibat dari infeksi bakteri.
Penyebab
Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang umum ditemukan
pada kulit normal (staphylococcus aureus). Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu
menyusui. Bakteri masuk ke tubuh melalui kulit yang rusak, biasanya pada puting
susu yang rusak pada masa awal menyusui. Area yang terinfeksi akan terisi dengan
nanah.
Faktor risiko:
1. Diabetes mellitus
Selain diabetes dan obesitas yang merupakan faktor risiko utama, beberapa
faktor lain ternyata dapat meningkatkan risiko abses payudara.
2. Perokok berat
Salah satu faktor yang dimaksud adalah rokok, yang dapat meningkatkan risiko
abses payudara 6 kali lipat dibanding pada wanita yang tidak merokok. Selain
itu, rokok juga membuat peluang kekambuhan melonjak hingga 15 kali lipat.
3. Tindik di bagian puting susu (baru pertama kali diungkapkan)
Risiko untuk mengalami abses payudara pada wanita yang putingnya ditindik
cenderung meningkat pada kurun waktu hingga 7 tahun sejak tindik dibuat.
4. Infeksi setelah melahirkan
5. Anemia
6. Penggunaan obat steroid
7. Rendahnya sistem imun
8. Penanaman silicon
Tanda Gejala
Pencegahan
Penatalaksanaan
Apabila sampai melahirkan putting masih inverse/diketahui setelah bayi lahir maka:
1) Bila hanya satu putting yang terkena, maka bayi pertama-tama disusukan pada
putting susu normal karena dengan menyusukan pada putting yang normal
maka sebagian kebutuhan bayi akan terpenuhi, sehingga bayi akan mencoba
menyusu pada putting yang terkena, disamping itu juga mengurangi
kemungkinan lecetnya puting.
2) Kompres dingin pada putting yang terkena sebelum menyusui akan menambah
protaktilitas dari puting.