Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH JURNAL

2.1 Tinjauan Pustaka Varney


Varney (1997) menjelaskan bahwa proses manajemen merupakan proses pemecahan
masalah yang ditemukan oleh perawat dan bidan pada awal tahun 1970, proses ini
memperkenalkan sebuah metode dengan pengorganisasian, perkiraan, tindakan-tindakan
dengan urutan yang logis dan menguntungkan baik bagi klien maupun bagi tenaga
kesehatan. Dalam text book kebidanan yang ditulisnya pada tahun 1981, proses
manajemen kebidanan diselesaikan dalam lima langkah. Namun setelah menggunakan
Varney tahun 1997 melihat ada beberapa hal penting yang harus disempurnakan sehingga
ditambah dua langkah lagi untuk menyempurnakan teori lima langkah tersebut. Proses
manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan dan setiap langkah
disempurnakan secara periodik, proses dimulai dari pengumpulan data dan berakhir
dengan evaluasi. Ketujuh kerangka tersebut Varney (1997) menjelaskan bahwa proses
manajemen merupakan proses pemecahan masalahyang ditemukan oleh perawat dan
bidan pada awal tahun 1970, proses ini memperkenalkan sebuah metode dengan
pengorganisasian, perkiraan, tindakan-tindakan dengan urutan yang logis dan
menguntungkan baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan.
Dalam text book kebidanan yang ditulisnya pada tahun 1981, proses manajemen
kebidanan diselesaikan dalam lima langkah. Namun setelah menggunakan Varney tahun
1997 melihat ada beberapa hal penting yang harus disempurnakan sehingga ditambah dua
langkah lagi untuk menyempurnakan teori lima langkah tersebut. Proses manajemen
kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan dan setiap langkah disempurnakan
secara periodik, proses dimulai dari pengumpulan data dan berakhir dengan evaluasi.
Ketujuh kerangka tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang dapat diaplikasikan
dalam situasi apapun. Adapun langkah tersebut adalah sebagai berikut :

Langkah 1. Pengumpulan data dasar


Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua datayang
diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap yaitu :

1. Riwayat kesehatan
2. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya
3. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
4. Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil studi Pada
langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi klien.

Langkah 2. Interpretasi data dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau masalah
dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data dasar yang telah
dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan diinterprestasikan sehingga
ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik, diagnosis kebidanan yang ditegakkan
oleh bidan dalam lingkup praktek kebidanan yang memenuhi standar nomenklatur
(tata nama) diagnosis kebidanan. Standar nomenklatur tersebut adalah :

1. Diakui dan telah disahkan oleh profesi


2. Berhubungan langsung dengan praktis kebidanan
3. Memiliki ciri khas kebidanan
4. Didukung oleh clinical judgement dalam praktik kebidanan
5. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan

Langkah 3. Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial

Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasi, langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil
mengamati klien, bidan diharapkan bersiap-siap bila diagnosis / masalah potensial ini
benar-benar terjadi.
Langkah 4. Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk


penanganan segera dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain
sesuai dengan kondisi klien.

Langkah 5. Merencanakan asuhan yang menyeluruh

Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh yang telah ditentukan
oleh langkah – langkah sebelumnya.Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen
terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana
asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa saja yang sudah teridentifikasidari
kondisi klien, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap klien tersebut
seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan konseling,
merujuk klien bila ada masalah sosial ekonomi kultural atau masalah psikologi, setiap
rencana asuhan harus disetujui olehkedua belah pihak (bidan dan klien) agar dapat
dilaksanakan dengan efektif.

Langkah 6. Melaksanakan perencanaan

Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh dari langkah kelima harus
dilaksanakan secara efesien dan aman, pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnyaoleh
bidan atau sebahagian dilakukan oleh bidan dan sebahagian lagi dilakukan oleh pasien.

Langkah 7. Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan
sebagaimana telah diidentifikasi dalam masalah dan diagnosis, rencana tersebut dapat
dianggap efektif bila benar – benar efektif dalam pelaksanaannya.
2.2 Tinjauan Pustaka SOAP/Dokumentasi
1. Defenisi dokumentasi Menurut Thomas (1994 cit. Mufdlillah, dkk, 2001)
Dokumentasi adalah catatan tentang interaksi antara tenaga kesehatan, pasien,
dan tim kesehatan tentang hasil pemeriksaan, prosedur tindakan pengobatan pada
pasien, pendidikan pasien dan respon pasien terhadap semua asuhan yang telah
diberikan (Muslihatun, 2009).Dokumentasi kebidanan adalah bukti pencatatan dan
pelaporan berdasarkan komunikasi tertulis yang akurat dan lengkap yang dimiliki oleh
bidan dalam melakukan asuhan kebidanan dan berguna untuk kepentingan klien, tim
kesehatan, serta kalangan bidan sendiri (Hidayat, 2009).
2. Tujuan Dokumentasi
Adapun tujuan dari dokumentasi kebidanan adalah sebagai sarana
komunikasi,sarana tanggung jawab dan tanggung gugat, informasi statistik, sarana
pendidikan, sumber data penelitian, jaminan kualitas pelayanan kesehatan, sumber
data,perencanaan asuhan kebidanan berkelanjutan.
3. Manfaat Dokumentasi
1. Ditinjau dari aspek administrasi, dokumentasi bermanfaat sebagai sebuah catatan,
karena berkas tersebut mengandung nilai identitas, tanggal masuk dan keluar serta
data askes.
2. Ditinjau dari aspek hukum, dokumentasi bermanfaat sebagai alat pembuktian yang
sah. Isi sebuah berkas menyangkut adanya jaminan kepastian hukum atas dasar
keadilan dalam rangka menegakkan hukum dan menyediakan bahan bukti selama
proses pengadilan berlangsung.
3. Ditinjau dari aspek pendidikan, suatu berkas catatan bermanfaat untuk mendukung
kegiatan pembelajaran. Isi dari berkas dokumentasi menyangkut data / informasi
tentang kronologis perkembangan pelayanan yang telah diberikan kepada pasien.
4. Ditinjau dari aspek penelitian, dokumentasi bermanfaat sebagai penyedian data
untuk keperluan penelitian. Data / informasi yang tercantum dalam sebuah berkas,
dapat dipergunakan untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan dibidang kesehatan.
5. Ditinjau dari aspek ekonomi, suatu berkas bermanfaat untuk mendokumentasikan
besarnya dana yang harus dikeluarkan, sehingga mengurangi terjadinya
pemborosan. Isi dari sebuah berkas dapat dijadikan bahan untuk menetapkan
pembayaran pelayanan di sebuah institusi pelayanan kesehatan. Tanpa adanya bukti
pencatatan sebuah tindakan, maka pembayaran atas tindakan tersebut tidak dapat
dipertanggungjawabkan.
6. Ditinjau dari aspek manajemen, catatan yang lengkap dan disimpan dengan baik
menunjukkan adanya manajemen data yang baik juga.
4. Aspek – aspek penting dalam dokumentasi
Menurut Depkes (2011), ada beberapa aspek penting dalam pendokumentasian
yaitu :
a. Tanggal dan waktu pada asuhan yang diberikan .
b. Identifikasi penolong persalinan.
c. Paraf atau tanda tangan (dari penolong persalinan) pada semua catatan.
d. Mencakup informasi yang berkaitan secara tepat, dicatat dengan jelas dan dapat
dibaca.
e. Suatu sistem untuk memelihara catatan pasien sehingga selalu siap tersedia
Kerahasiaan dokumen – dokumen medis.
5. Prinsip – prinsip dokumentasi
Dokumentasi yang efektif tergantung pada kegiatan pencatatan oleh individu,
peran, perilaku dan kemampuan individu serta hasil dari sebuah pendokumentasian
juga mempengaruhi keefektifan sebuah dokumentasi, asuhan kebidanan merupakan
suatu kegiatan yang saling berangkaian, setiap hari bidan mengenal, menganalisis,
merespon dan mencatatsecara bervariasi kebutuhan pasien, catatan pasien dapat
dipengaruhi oleh pendidikan dan pengalaman praktik bidan serta pengetahuan dan
kemampuan bidan dalam mendokumentasikan asuhan kebidanan (Muslihatun, 2009).
Menurut Carpenito (1991), ada tiga prinsip yang harus diperhatikan dalam
sebuah dokumentasi yaitu, keakuratan data, keringkasan dan kemudahan untuk dibaca.
Ditinjau dari segi tehnik pencatatan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
kegiatan pendokumentasian antara lain :
a. Menuliskan nama pasien pada setiap halaman catatan bidan.
b. Hendaknya tulisan mudah dibaca, sebaiknya tulisan menggunakan tinta
berwarna hitam atau biru, sehingga apabila hendak digandakan (difotokopi)
tulisan akan tampak jelas.
c. Dokumentasi segera dilaksanakan setelah dilakukan pengkajian pertama dan
selesai melakukan setiap langkah asuhan kebidanan.
d. Apabila memungkinkan kutip semua kalimat atau kata yang diungkapkan oleh
pasien.
e. Pastikan kebenaran dari setiap data yang akan ditulis .
f. Bedakan antara informasi yang objektif dan penafsiran .
g. Dokumentasikan dengan baik apabila terjadi perubahan kondisi pasien atau
muncul masalah baru, respon pasien terhadap tindakan yang diberikan bidan dan
respon pasien terhadap kegiatan konseling oleh bidan .
h. Hindari dokumentasi yang bersifat baku, karena setiap pasien adalah unik dan
mempunyai permasalahan yang berbeda .
i. Hindari penggunaan istilah yang tidak jelas dan pergunakan singkatan yang
sudah biasa dipakai dan dapat diterima .
j. Apabila terjadi kesalahan dalam penulisan maka tulisan yang salah tersebut
jangan dihapus, pada tulisan yang salah, coret satu kali kemudian tulis kata
“salah” diatasnya, serta bubuhkan paraf, selanjutnya tuliskan informasi yang
benar, validitasi data akan berkurang apabila dilakukan penghapusan informasi
k. Setiap kegiatan dokumentasi cantumkan waktu, tanggal dan jam serta tanda
tangan dan nama terang.
l. Bila pencatatan bersambung pada halaman berikutnya, bubuhkan tanda tangan
dan cantumkan kembali waktu pada bagian halaman berikutnya.

2.3 Tinjauan Pustaka Kasus

1. Pengertian Keluarga Berencana di Australia


Kegiatan keluarga berencana adalah yang melibatkan:
a. layanan keluarga berencana termasuk konseling tentang mengelola kesuburan,
menunda kehamilan, jarak kelahiran dll;
b. pelatihan tenaga kesehatan dalam praktik keluarga berencana;
c. menyediakan dan mendistribusikan persediaan alat kontrasepsi;
d. mengembangkan dan mendistribusikan informasi, materi pendidikan dan komunikasi
berkaitan dengan keluarga berencana;
e. penelitian dan pengembangan biomedis dan kontrasepsi;
f. keluarga berencana sebagai bagian dari konseling dan tes sukarela dan pencegahan
penularan layanan HIV dari ibu-ke-bayi; dan
g. pembangunan kapasitas untuk organisasi yang memberikan layanan keluarga
berencana.
2. Sejarah Kontrasepsi di Australia

Pil kontrasepsi oral mulai tersedia di Australia pada tahun 1961 dengan latar belakang
perubahan sosial dan politik yang besar. Namun, hingga tahun 1969, New South Wales
adalah satu-satunya negara bagian yang menawarkan layanan keluarga berencana melalui
Asosiasi Keluarga Berencana Australia. Dalam beberapa tahun berikutnya, asosiasi keluarga
berencana independen dibentuk di semua negara bagian lainnya. Queensland tetap relatif
konservatif, terutama tentang seksualitas. Pendidikan seksualitas di sekolah sangat
minim, kehamilan remaja di Queensland tertinggi di Australia, aborsi ilegal dan akses
kontrasepsi terbatas. Pernikahan biasanya merupakan prasyarat untuk konseling kontrasepsi .
Pada tahun 1970, Asosiasi Reformasi Hukum Aborsi cabang Queensland (kemudian
Children by Choice) dibentuk, dan bersama dengan Lobi Pemilihan Wanita cabang
Queensland mulai mengkampanyekan fasilitas keluarga berencana, pendidikan seks di
sekolah dan aborsi yang legal dan aman.

Dalam konteks ini, FPQ dibentuk setelah konferensi dua hari dengan sponsor
bersama Asosiasi Medis Australia dan Royal Australian College of General Practitioners .
Tujuannya adalah untuk menyediakan klinik dan fasilitas pelatihan, dan untuk membuat
informasi tersedia secara bebas. Klinik FPQ pertama dibuka di Fortitude Valley pada Maret
1972 dengan bantuan anggota sukarelawan. [ rujukan? ] Komite sukarela mendirikan layanan
di Cairns, Townsville, dan Rockhampton kemudian pada tahun 1972, dan di Gold Coast pada
tahun berikutnya. Pada tahun 1974, dengan dana yang disediakan oleh pemerintah
Persemakmuran, klinik dibuka di Ipswich dan Mount Gravatt. Pusat Toowoomba dan
Sunshine Coast masing-masing didirikan pada tahun 1986 dan 1989.
Saat ini FPQ bekerja di sembilan pusat regional yang berlokasi di Cairns, Townsville,
Rockhampton, Bundaberg, Sunshine Coast, Brisbane, Ipswich, Toowoomba, dan Gold
Coast. Dari situs-situs tersebut FPQ menyediakan berbagai layanan klinis, pendidikan,
pelatihan dan informasi di bidang kesehatan seksual dan reproduksi.

3. Keadaan penduduk di Australia


Menurut data World Bank tahun 2018, penduduk di Australia meningkat pesat sejak
tahun 1900-an hingga 2018 kemarin. Beberapa hal yang menjadi masalah dalam peningkatan
penduduk ini diketahui karena banyaknya pula kelompok masyarakat dan penduduk dari
negara lain yang mengungsi, berimigrasi dan menetap di negara Australia. Di antara para
pengungsi dan populasi imigran yang telah pindah dari daerah yang kurang berkembang ke
dalam konteks Barat yang lebih berkembang menganggap Australia adalah negara yang tepat
untuk menjadi tempat tinggal selanjutnya.
Namun pertambahan penduduk karena imigran tidaklah cukup, masih banyak kelompok
budaya yang terus mengalami kebutuhan kesehatan reproduksi yang belum terpenuhi pasca-
pemukiman kembali, termasuk rendahnya tingkat penggunaan kontrasepsi, dan peningkatan
risiko kehamilan yang tidak diinginkan, baik di kalangan penduduk asli Autsralia maupun
imigran.

4. Metode konstrasepsi yang digunakan oleh penduduk di Australia


Pada dasarnya metode kontrasepsi di Australia sama dengan negara Indonesia. perti IUD.
kondom. kontrasepsi hommonal dan sebagainya. Namun setelah berkonsultasi dengan dokter
sebelumnya banyak wanita di Austmilin menggunakan metode kontrasepsi berbasis
hormonal. Sementara beberapa yang lain menjelaskan bahwa mereka telah menemukan
metode yang cocok untuk mereka dan banyak menggambarkan pengalaman efek samping
yang merugikan dari penggunaan kontrasepsi hormonal. Ini menghalangi peserta untuk
mengejar lebih lanjut berbusis hormon metode dan mengarahkan mereka untuk mencoba
kondom sebagai alternatif yang lebih cocok.
Sebagian wanita justru mengalami tantangan dalam bernegosiasi penggunaan kondom
dengan suami mereka. Sementara beberapa peserta menganggap ini sebagai opsi yang cocok
dan bag beberapa yang lain itu adalah sumber pertengkaran di dalam hubungan mereka.
5. Program dan upaya dalam pelaksanaan KB di Australia
4.1 PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAN PROGRAM BANTUAN (FAMILIY
PLANNING & AID PROGRAM)
Pedoman program bantuan Australia untuk keluarga berencana mencerminkan
Konferensi Internasional Program Aksi Populasi dan Pembangunan (International
Conference on Population and Development), diadopsi oleh 179 pemerintah di Kairo pada
tahun 1994. Australia mendukung pendekatan komprehensif terhadap keluarga berencana
dan kesehatan reproduksi kegiatan berdasarkan pada prinsip-prinsip berikut :
a. Wanita dan pria harus bebas menentukan jumlah, jarak dan waktu anak-anak mereka dan
memiliki akses ke informasi dan sarana untuk melakukan pilihan ini.
b. Wanita dan pria harus mendapat akses untuk berbagai kemungkinan yang aman dan
efektifnya metode perencanaan serta harus berpartisipasi penuh dalam mengetahui
kebutuhan dalam pelayanan keluarga berencana mereka.
c. Kegiatan keluarga berencana harus non-diskriminatif dan tersedia untuk semua.
d. Bantuan Australia (Australia's assistant) harus bekerja aktif untuk meningkatkan kualitas
perawatan dalam keluarga berencana dan program kesehatan reproduksi dengan :
1) menyediakan berbagai layanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana yang
sama untuk wanita di negara-negara berkembang sebagaimana dilakukannya untuk
perempuan di Australia namun tetap sesuai dengan hukum nasional negara yang
bersangkutan;
2) melibatkan masyarakat dalam program perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan
mereka;
3) meningkatkan pilihan metode keluarga berencana yang tersedia;
4) meningkatkan keterampilan dan kompetensi penyedia layanan keluarga berencana
(tenaga kesehatan)
5) memberikan informasi yang akurat dan konseling yang bersifat privat untuk klien;
6) memberikan saran dan layanan tindak lanjut kepada klien;
7) memastikan layanan yang terjangkau, dapat diterima, dan dapat diakses; dan
8) membuat pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan menjadi prioritas utama,
dengan setiap upaya dibuat untuk meminimalkan kebutuhan akan aborsi.
5.2 AUSTRALIA FP2020 (Keluarga Berencana Australia di tahun 2020)
Australia membuat komitmen pada 2012 untuk membelanjakan tambahan AUD58 juta
selama lima tahun untuk keluarga berencana sebagai bagian dari investasi negara yang lebih
luas dalam kesehatan ibu, reproduksi, dan anak.
Sejak itu, Australia telah bekerja dengan para mitra untuk berkontribusi pada tujuan
Keluarga Berencana 2020 untuk memungkinkan 120 juta lebih perempuan dan anak
perempuan di negara-negara termiskin di dunia menggunakan kontrasepsi modern pada tahun
2020.
Ini termasuk mendanai program-program UNFPA di Pasifik dan di negara-negara
berkembang. Ditujukan untuk memperluas akses ke layanan kesehatan seksual dan
reproduksi, mengurangi kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan menyediakan obat-obatan
penting bagi perempuan dan anak-anak, program-program ini menyediakan layanan yang
menyelamatkan jiwa bagi perempuan dan anak-anak sambil memajukan pemberdayaan
perempuan dan kesetaraan gender.

6. Pelayanan Kontrasepsi di Australia

True memiliki empat jalur layanan:

 Layanan klinik, yang menyediakan layanan kesehatan reproduksi dan seksual ahli untuk
wanita sepanjang masa hidup

 Pendidikan dan pelatihan klinis, yang melatih dokter dan perawat

 Pendidikan masyarakat, yang memberikan pendidikan kepada sekolah, keluarga dan


kelompok masyarakat

 Layanan Pelecehan Seksual Cairns


Klinik

True melayani wanita dan pria dari segala usia, meskipun 97% klien kliniknya adalah
wanita. Klinik diposisikan sebagai layanan tingkat kedua, di mana praktik umum adalah
kesehatan primer dan rumah sakit adalah tingkat tersier. Dalam praktiknya, itu berarti klinik
membantu mengurangi daftar tunggu rumah sakit dengan menyediakan layanan di lingkungan
komunitas yang seharusnya dirujuk ke rumah sakit. Layanan yang diberikan mencakup
kesehatan reproduksi dan seksual secara menyeluruh dan klien dapat membuat janji temu secara
mandiri atau atas rujukan dari dokter umum atau rumah sakit. Setiap tahun, True memberikan
layanan kepada sekitar 20.000 klien di kliniknya.

Pendidikan dokter

Pelatihan dokter dan perawat merupakan bagian penting dari misi sosial True. Ketika FPQ
pertama kali dibentuk, itu karena kelangkaan dokter terlatih yang tertarik dengan kesehatan
wanita. Saat ini, setelah melatih ribuan dokter, True telah memfasilitasi lebih banyak dokter
terlatih untuk melayani masyarakat. Akibatnya, True kini menawarkan layanan yang lebih
kompleks, kurang berfokus pada layanan yang dapat disediakan oleh dokter umum.

Pendidikan masyarakat

True menawarkan pendidikan yang komprehensif untuk sekolah, keluarga dan kelompok
masyarakat. Pendidik memberikan informasi seksual untuk siswa sekolah dasar dan menengah,
siswa perguruan tinggi, orang tua dan keluarga, kelompok pemuda, penyandang cacat dan
pengasuh mereka, orang tua, orang-orang dari latar belakang yang tidak berbahasa Inggris,
Aborigin dan Kepulauan Selat Torres dan kelompok masyarakat lainnya. Setiap tahun, True
memberikan layanan kepada sekitar 30.000 orang melalui program pendidikannya.

True secara historis bertindak sebagai penerbit sumber terpercaya untuk sekolah dan kelompok
lain. Karya True di bidang keselamatan anak telah menghasilkan salah satu buku terlaris di
Australia, Everyone's Got a Bottom . Hal ini juga menyebabkan diterbitkannya kerangka Lampu
Lalu Lintas, yang digunakan secara luas di Australia dan internasional sebagai cara untuk
mengidentifikasi, memahami, dan merespons perilaku seksual anak dengan cepat. 

Anda mungkin juga menyukai