Anda di halaman 1dari 6

TUTOR MINGGU 2 BLOK 4B

TERMINOLOGI

1. Tirah baring

baring dalam istilah kedokteran adalah perawatan kedokteran yang membutuhkan berbaringnya pasien
di tempat tidur untuk jangka waktu yang berkesinambungan dan tidak melakukan tindakan diluar dari
berbaring. Biasanya dilakukan pada kondisi medis tertentu yang mengalami sakit parah, sekarat atau
memerlukan berbaring untuk menghindari komplikasi penyakit / kondisi tertentu yang lebih buruk. Tirah
baring biasanya diperuntukan untuk pasien yang mendapatkan perawatan di rumah atau di rumah sakit
jika tidak memungkinkan perawatan di rumah.

2. Inspekulo

Tirah baring dalam istilah kedokteran adalah perawatan kedokteran yang membutuhkan berbaringnya
pasien di tempat tidur untuk jangka waktu yang berkesinambungan dan tidak melakukan tindakan diluar
dari berbaring. Biasanya dilakukan pada kondisi medis tertentu yang mengalami sakit parah, sekarat
atau memerlukan berbaring untuk menghindari komplikasi penyakit / kondisi tertentu yang lebih buruk.
Tirah baring biasanya diperuntukan untuk pasien yang mendapatkan perawatan di rumah atau di rumah
sakit jika tidak memungkinkan perawatan di rumah.

3. Terapi ekspektatif

Tujuan terapi ekspektatif ialah agar janin tidak terlahir premature, penderita dirawat tanpa melakukan
pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara non-invasif. Pemantauan
klinis dilaksanakan secara ketat dan baik.

RUMUSAN MASALAH

Paragraf 1

1. Apa penyebab dari keluarnya darah pada jalan lahir pada ny. Revia dengan usia kehamilan 28 minggu?

Placenta previa adalah komplikasi kehamilan, yang ditandai dengan perdarahan melalui jalan lahir pada
trimester ketiga, akibat plasenta tertanam pada bagian rahim, dimana plasenta menutup serviks, baik
seluruhnya maupun sebagian dari jalan lahir. Plasenta, merupakan suatu jaringan yang menyediakan
oksigen dan nutrisi bagi pertumbuhan janin, serta membuang bahan-bahan hasil metabolisme janin.
Plasenta tertanam pada dinding rahim, dan dihubungkan dengan janin melalui tali pusat. Normalnya
plasenta terletak diatas maupun dibagian samping rahim. Namun pada plasenta previa, plasenta
terletak iatas maupun dibagian samping rahim. Namun pada plasenta previa, plasenta terletak dibawah
sehingga menutupi jalan lahir.
Pendarahan yang terjadi bervariasi, bisanya terjadi tanpa rasa sakit tapi tidak ada gejala lain. Plasenta
previa dapat menghambat persalinan akibat tertutupnya leher rahim oleh plasenta.

2. Perawatan tirah baring yang seperti apa yang dianjurkan pada ny. Revia?

bed rest total, ibu tidak diizinkan bekerja maupun melakukan pekerjaan rumah tangga. Dokter hanya
menganjurkan ibu untuk beristirahat total dengan tetap berada dalam posisi duduk dan berbaring. Pada
bed rest ini, ibu dapat membaca buku, menonton tv, atau mengobrol. Bahkan dalam beberapa kasus,
buang air besar atau air kecil juga harus dilakukan di kasur dengan menggunakan pispot. Dokter akan
mempertimbangkan kondisi kesehatan Anda dan kondisi janin sebelum menentukan jenis bed rest mana
yang Anda butuhkan.

3. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan inspekulo?

- Identifikasi meatus uretra, saat mengusap kelenjar skene identifikasi adanya inflamasi baik dari
vestibula pada sisi-sisi uretra maupun uretra itu sendiri, perhatikan warna, konsistensi dan baunya.
Observasi adanya ekskresi pada muara duktus kelenjar bartholini, perhatikan warna, konsistensi dan
baunya, juga perhatikan setiap eritema di muara duktus. Palpasi dan observasi harus dilakukan bilateral
karena setiap kelenjar terpisah. Perhatikan juga adanya bau pada genetalia. Observasi serviks untuk
warna, pertumbuha, nodul, massa, polip, lesi, erosi, ulserasi, posisi, hipertrofi, atrofi, udema, kista
nabotian, peradangan, ekskresi warna, jumlah, karakter, konsistensi dan bau, kerentanan perdarahan,
eversi, ektopi, ukuran dan bentuk mulut rahim, laserasi, serta adanya dilatasi. Inflamasi dan rabas, hal ini
merupakan tanda vaginitis. Vaginitis yang disebabkan trichomonas vaginalis juga menyebabkan petekie
merah. Vaginitis yang disebabkan kandidiasis (infeksi monilia) juga memperlihatkan bercak berwarna
keabuan atau keputihan atau plak, yang menempel pada dinding vagina dan dapatmengalami
perdarahan. Vaginitis berat menyebabkan kerentanan mukosa vagina. Kalau ada pengeluaran darah
pada vagina harus selalu dikaji untuk mengetahui sumbernya.
-. Identifikasi adanya tonus otot dinding vagina, buka labia dan amati dinding vagina anterior untuk
melihat dan melakukan palpasi adanya sistokel atau uretrokel. Uretrokel akan memperlihatkan ujung
distal dinding vagina anterior yang menonjol ke bawah masuk ke dalam vagina dan keluar ke arah
introitus. Amati apabila ada pengeluaran urine yang tidak disadari (inkontinensia urine).

4. Mengapa darah keluar dari ostium uteri ekternum?

5. Apa tujuan dilakukannya terapi ekspektatif oada ny. Revia?

Terapi ekspektatif (pasif) Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur, penderita
dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara
non invasif. Pemantauan klinis dilakukan secara ketat dan baik.

PARAGRAF 2
1. Apa penyebab bayi belum lahir padahal dari taksiran sudah lahir sejak 2 minggu yang lalu?

Ada beberapa risiko masalah kesehatan bayi yang lahir lewat dari waktu yang seharusnya, meliputi:

Bayi kesulitan bernapas.

Bayi mengalami keterlambatan perkembangan atau terhenti karena masalah plasenta.

Bayi mengalami penurunan cairan ketuban.

Bayi berada dalam bahaya karena perlambatan detak jantung dan masalah kesehatan lainnya.

Bayi berisiko menghirup feses pertamanya dalam kandungan (aspirasi mekonium).

Bayi berukuran lebih besar dari rata-rata saat lahir (makrosomia janin).

Cairan ketuban bayi sedikit (oligohidramnion) yang berisiko memengaruhi detak jantung bayi dan
menekan tali pusat saat kontraksi.

Kematian bayi pada saat lahir.

LO

1. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III (29 – 42 minggu)


a) Perdarahan Pervaginam

Dilihat dari SDKI tahun 2007 penyebab kematian ibu dikarenakan perdarahan (28%). Pada akhir
kehamilan perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak dan kadang-kadang tidak disertai
dengan rasa nyeri. Perdarahan semacam ini berarti plasenta previa. Plasenta previa adalah keadaan
dimana plasenta berimplantasi pada tempat yang abnormal yaitu segmen bawah rahim sehingga
menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri interna. Penyebab lain adalah solusio plasenta dimana
keadaan plasenta yang letaknya normal, terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir, biasanya
dihitung sejak kehamilan 28 minggu.

3. Komplikasi

Komplikasi mola:
a. Komplikasi non maligna5
- Perforasi Uterus
Selama kehamilan kadang-kadang terjadi perforasi uterus dan jika terjadi perforasi maka kuretase harus
dihentikan. Laparoskopi atau laparotomi harus dilakukan untuk mengetahui tempat terjadinya
perforasi.
- Perdarahan
Merupakan komplikasi yang terjadi sebelum, selama, dan bahkan setelah tindakan kuretase.Oleh
karena itu oksitosin intravena diberikan sebelum memulai tindakan untuk mengurangi terjadi
perdarahan.
- DIC
Faktor yang dilepaskan jaringan mola mempunyai aktivitas fibinolitik. Semua pasien diskrining untuk
melihat adanya koagulopati.

- Embolisme tropoblastik

Dapat menyebabkan insufisiensi pernapasan akut. Faktor risiko terbesar terjadi pada uterus yang lebih
besar dari yang diharapkan pada usia gestasi 16 minggu. Keadaan ini bisa fatal.
- Infeksi pada sevikal atau vaginal

Perforasi pada dinding uterus yang tipis selama evakuasi mola dapat menyebabkan penyebaran infeksi.
Ruptur uteri spontan bisa terjadi pada mola benigna dan mola maligna.
b. Komplikasi maligna
Mola invasif atau koriokarsinoma berkembang pada 20% kasus mola dan identifikasi pasien penting
untuk tindakan selanjutnya. Setelah mola komplit invasi uteri terjadi pada 15% pasien dan metastase
terjadi pada 4 pasien.

4. Pencegahan kelainan usia kehamilan

Kehamilan pstterm:

Melakukan Pengawasan Janin sebelum Kelahiran/Antenatal Surveillance


Wanita dengan usia kehamilan di atas 41 minggu harus melakukan pengawasan janin sebelum kelahiran.

Edukasi dan promosi kesehatan pada kehamilan postterm terutama bertujuan untuk mencegah
terjadinya kehamilan postterm. Pada wanita yang mengalami kehamilan postterm, edukasi juga penting
untuk membantu pasien menentukan preferensi pilihan terapi yang tepat sesuai kondisinya.
Pencegahan sebelum terjadinya kehamilan postterm merupakan langkah terbaik untuk menurunkan
prevalensi kejadian kehamilan postterm. Kunci dari pencegahan ini adalah pemeriksaan antenatal care.
Untuk itu, dokter perlu mengedukasi ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan antenatal care secara
teratur.

7. Epidemiologi

1. Kelainan usia kehamilan posterm


Epidemiologi kehamilan postterm di seluruh dunia adalah 5-10% dari total seluruh kehamilan sedangkan
di Indonesia angka kejadiannya sekitar 3.5-14% dari 358.000 kehamilan.

Global

Insiden terjadinya kehamilan postterm dari seluruh kehamilan keseluruhan sebesar 5-10%. Prevalensi
kehamilan postterm secara global berkisar antara 4-19%. Di Amerika Serikat, prevalensi kehamilan
postterm ini sebesar 6% dari sekitar 4 juta kelahiran per tahun.

2. Kehamilan ektopik

3.2 Epidemiologi
Frekuensi dari kehamilan ektopik dan kehamilan intrauteri dalam satu konsepsi yang spontan terjadi
dalam 1 dalam 30.000 atau kurang. Angka kehamilan ektopik per 1000 diagnosis konsepsi, kehamilan
atau kelahiran hidup telah dilaporkan berkisar antara 2,7 hingga 12,9. Angka kejadian kehamilan
ektopik dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Diantara faktor-faktor yang terlibat adalah
meningkatnya pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim, penyakit radang panggul, usia ibu yang lanjut,
pembedahan pada tuba, dan pengobatan infertilitas dengan terapi induksi superovulasi.

10. Klasifikasi kelainan usia kehamilan

Usia Kehamilan

Usia kehamilan dibagi menjadi tiga yaitu preterm, aterm, dan posterm ( Manuaba, 2010). Usia
kehamilan saat bayi dilahirkan cenderung mempengaruhi kejadian asfiksia, ibu yang melahirkan dengan
usia kehamilan preterm dan posterm lebih berpeluang melahirkan bayi asfiksia sebesar 2, 9 kali daripada
pada ibu yang usia kehamilannya aterm (Hartatik, 2013).
(1) Preterm
Preterm adalah kehamilan kurang dari 37 minggu (Manuaba, 2010). Pada bayi yang lahir preterm
(kurang bulan) organ- organ tubuhnya belum mature hal ini menyebabkan system pernapasan
khususnya paru- paru bayi belum bekerja secara optimal, surfaktan masih kurang sehingga ada
kemungkinan paru mengalami gangguan perkembangan, otot pernafasan masih lemah sehingga tangis
bayi premature terdengar lemah dan merintih akibatnya bayi bias mengalami asfiksia (manuaba, 2010).
Bayi yang lahir preterm memiliki resiko distress pernafasan 3 kali lebih besar ( Wiknjosastro, 2010).
(2) Aterm
Aterm adalah umur kehamilan 37 sampai 42 minggu. (Manuaba, 2010).
(3) Posterm
Posterm adalah kehamilan yang berlangsung selama lebih dari 42 minggu (manuaba, 2010). Bayi yang
dilahirkan oleh ibu dengan usia kehamilan melebihi 42 minggu kejadian asfiksia bias disebabkan karena
penuaan plasenta sehingga pemasokan makanan dan oksigen dari ibu ke janin menurun. Rendahnya
fungsi plasenta berkaitan dengan peningkatan kejadian gawat janin dengan risiko 3 kali ( Wiknjosastro,
2010). Insiden lewat waktu berkisar 3,4- 14% atau rata- rata 10% dari semua kehamilan (Saifuddin,
2012).Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 38 minggu.

Anda mungkin juga menyukai