Pada trimester pertama atau 12 minggu pertama kehamilan, perdarahan saat hamil
dialami oleh 2 dari 10 wanita hamil. Beberapa kondisi yang bisa memicu terjadinya hal
tersebut, yaitu:
Keguguran
Penyebab paling sering dari perdarahan saat hamil di trimester pertama adalah
keguguran. Sekitar 20-30 persen wanita yang mengalami perdarahan saat hamil di
trimester awal akan berakhir dengan keguguran. Selain perdarahan, gejala lain
keguguran adalah kram atau nyeri di perut bagian bawah dan keluarnya jaringan atau
gumpalan daging melalui vagina.
Perdarahan implantasi
Pada 6-12 hari pertama kehamilan, ibu hamil mungkin akan mengeluarkan bercak
darah. Munculnya bercak-bercak tersebut terjadi saat sel telur yang sudah dibuahi
menempel pada dinding rahim. Hal ini merupakan salah satu tanda kehamilan normal.
Dalam beberapa kasus, banyak wanita yang menyamakan kondisi ini dengan siklus
menstruasi biasa dan tidak menyadari bahwa dirinya sedang hamil.
Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopik juga bisa menjadi penyebab terjadinya perdarahan saat hamil.
Meski begitu, kondisi ini sangat jarang terjadi dan biasanya hanya menimpa sekitar 2
persen dari jumlah wanita hamil. Kehamilan ektopik sendiri terjadi ketika sel telur
yang sudah dibuahi menempel di tempat lain selain rahim, biasanya di tuba falopi.
Jika embrio terus berkembang, tuba falopi lama kelamaan berisiko pecah hingga
mengakibatkan perdarahan yang berbahaya. Selain perdarahan, kehamilan ektopik
biasanya juga disertai dengan kram di perut bagian bawah atau panggul, nyeri
menjalar hingga ke bahu, merasa tidak nyaman ketika BAB atau BAK, merasa lemas,
pingsan, serta penurunan hormon HCG (human chorionic gonadotropin).
Kehamilan mola
Kehamilan mola atau hamil anggur terjadi ketika jaringan yang seharusnya menjadi
janin, berkembang menjadi jaringan abnormal sehingga tidak terbentuk bakal janin.
Dalam kasus yang jarang terjadi, kehamilan mola dapat berubah menjadi kanker
ganas yang bisa menyebar ke seluruh bagian tubuh. Kendati demikian, penyebab
perdarahan saat hamil ini sangat jarang sekali terjadi.
Jika penyebab di atas terjadi ketika kehamilan baru menginjak usia trimester pertama,
maka beberapa kondisi di bawah ini bisa menyebabkan perdarahan saat hamil ketika usia
kehamilan memasuki trimester kedua dan ketiga.
Hubungan seksual
Perdarahan saat hamil bisa juga disebabkan oleh hubungan seksual antara ibu
hamil dan pasangan. Berhubungan seksual menyebabkan adanya perubahan pada
tekstur serviks atau rahim.
Solusio plasenta
Penyebab lain untuk perdarahan saat hamil di trimester lanjut adalah solusio
plasenta. Solusio plasenta sendiri merupakan kondisi serius di mana plasenta
mulai terlepas dari dinding rahim, baik sebelum ataupun selama proses persalinan.
Kondisi ini bisa terjadi meskipun tanpa menimbulkan perdarahan. Selain
perdarahan, gejala lainnya adalah nyeri punggung, nyeri perut, rahim yang terasa
sakit, hingga janin kekurangan oksigen.
Plasenta previa
Kondisi lain yang bisa menyebabkan perdarahan saat hamil adalah plasenta
previa. Kondisi ini dapat terjadi ketika plasenta melekat pada bagian bawah
rahim, di dekat mulut rahim, atau menutupi leher rahim sehingga jalan lahir
menjadi terhalang. Pilihan penanganan yang direkomendasikan untuk Ibu hamil
dengan kondisi ini adalah melahirkan dengan operasi caesar setelah usia janin
cukup bulan.
Bukaan lahir
Perdarahan saat hamil bisa juga diakibatkan oleh pembukaan saat wanita hendak
melahirkan. Hal ini mungkin akan terjadi selama beberapa hari sebelum kontraksi
mulai atau selama proses persalinan. Dalam beberapa kasus, perdarahan saat
hamil ini juga bisa menjadi tanda persalinan prematur
2. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor penyebab dan faktor resiko dari perdarahan
abnormal dan kelainan usia kehamilan
a. Preterm
Meskipun demikian ada beberapa faktor risikoyang diketahui
meningkatkan persalinan preterm yang dibagi dalam dua kriteria (Hole,
2001), yaitu:
1) Kriteria Mayor :
a.Kehamilan ganda
b.Hidramnion
c.Anomali uterus
d.Pembukaan serviks≥ 2 cm pada usia kehamilan > 32 minggu
e.Panjang serviks < 2,5 cm pada usia kehamilan > 32 minggu
(dengan TVS)
f.Riwayat abortus pada trimester II > 1x
g.Riwayat persalinan preterm sebelumnya
h.Operasi abdominal pada kehamilan preterm
i.Riwayat konisasi
j.Iritabilitas uterus
k.Penggunaan cocaine atau amfetamin
2) Kriteria Minor :
a.Penyakit-penyakit yang disertai demam
b.Riwayat perdarahan pervaginam setelah usia kehamilan 12
minggu
c.Riwayat pielonefritis
d.Merokok lebih dari 10 batang per hari
e.Riwayat abortus pada trimester II
f.Riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2x
b. Posterm
Dua faktor risiko umum yang diduga berhubungan dengan kehamilan postterm
adalah riwayat keturunan dengan kelahiran postterm dan ibu dengan obesitas.[1]
Faktor Genetik
Wanita yang lahir dengan riwayat kehamilan postterm akan memiliki risiko
kehamilan postterm yang lebih tinggi.[1]
Pada ibu dengan obesitas, risiko kelahiran postterm meningkat 1,4 kali pada usia
kehamilan di atas 41 minggu.[1] Ibu dengan BMI di atas rata-rata berhubungan
dengan kehamilan postterm dan meningkatkan tingkat induksi persalinan.[5]
Peningkatan berat badan sebelum hamil dan saat hamil akan meningkatkan risiko
kelahiran postterm.[1]
Beberapa faktor risiko lain yang berhubungan dengan kehamilan postterm adalah
sebagai berikut:
4. Mahasiswa mampu menjelaskan gejala klinis dari perdarahan abnormal dan kelainan usia
kehamilan
a. Kelainan usia preterm
Gejala Kelahiran Prematur
Gejala kelahiran prematur hampir serupa dengan gejala atau tanda mau melahirkan.
Untuk memastikan gejala tersebut tidak membahayakan ibu hamil dan janin, maka ibu
hamil dianjurkan untuk segera berkonsultasi dengan dokter atau berkunjung ke rumah
sakit terdekat. Gejalanya sebagai berikut:
e) bayi malas.
Kehamilan posterm
Menurut Kemenkes RI (2013) diagnosis kehamilan serotinussebagai berikut:
a. UltraSonoGrafi (USG)di trimester pertama (usia kehamilan antara 11-14
minggu) sebaiknya ditawarkan kepada semua ibu hamil untuk menentukan
usia kehamilan dengan tepat.
b. Bila terdapat perbedaan usia kehamilan lebih dari 5 hari berdasarkan perhitungan hari
pertama haid terakhir dan USG, trimester pertama, waktu taksiran kelahiran harus
disesuaikan berdasarkan hasil USG
c. Bila terdapat perbedaan usia kehamilan lebih dari 10 hari berdasarkan perhitungan
hari pertama haid terakhir dan USG, trimester kedua, waktu taksiran kelahiran harus
disesuaikan berdasarkan hasil USG
d. Ketika terdapat hasil USG trimester pertama dan kedua, usia kehamilan ditentukan
berdasarkan hasil USG yang paling awal
e. Jikatidakada USG, lakukan anamnesis yang baik untuk menentukan hari pertama
haidterakhir, waktu DJJ pertamaterdeteksi, danwaktu gerakan janin pertama
dirasakan.
7. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip pentalaksaan awal dan lanjutan dari perdarahan
abnormal dan kelainan usia kehamilan
Rujukan adalah pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau
masalah kesehatan yang timbul secara horisontal maupun vertikal, baik untuk
kegiatan pengiriman penderita, pendidikan maupun penelitian. Rujukan dapat
dibagi menjadi rujukan terencana (Rujukan Dini Berencana dan Rujukan Dalam
Rahim) dan Rujukan Tepat Waktu.32Perdarahan antepartum berdasarkan
kelompok faktor risiko merupakan kelompok faktor risiko III Ada Gawat Darurat
Obstetri (AGDO) yang dapat mengancam jiwa, sehingga harus segera dirujuk
tepat waktu (RTW) ke rumah sakit dalam upaya menyelamatkan ibu/bayi baru
lahir.