Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

NY.D UMUR 25 TAHUN P1A0 POST PARTUM HARI KE-2


DENGAN PUTING LECET
DI POLIKLINIK KANDUNGAN RSUD KOTA SALATIGA

Disusun oleh :
1. Siti Aisyah (NIM 2004219)
2. Inggrit Sari Tyasningrum (NIM 2004207)
3. Defni Nelvalia (NIM 2004197)

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


STIKES KARYAHUSADA
SEMARANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

Menyusui merupakan suatu cara yang tidak ada duanya dalam pemberian
makanan yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat serta
mempunyai pengaruh biologis dan kejiwaan pada sebagian ibu tidak memberikan ASI
eksklusif karena alasan ASInya tidak keluar atau hanya keluar sedikit sehingga tidak
memenuhi kebutuhan bayinya (Ummah, 2014). Kesulitan menyusui dapat
mengakibatkan kebutuhan ASI pada bayi tidak terpenuhi. Kesulitan yang terjadi
antara lain puting datar atau terbenam, puting lecet, payudara bengkak, saluran susu
tersumbat, mastitis dan abses pada payudara (Norazizah, 2013).
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Fisiologi Laktasi atau Proses Menyusui

Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian diantaranya, yaitu produksi


ASI dan pengeluaran ASI. Payudara mulai dibentuk sejak embrio berumur 18-19
minggu, dan baru selesai ketika mulai menstruasi, dengan terbentuknya hormon
estrogen dan progresteron yang berfungsi untuk maturasi alveoli. Sedangkan hormon
prolaktin adalah hormon yang berfungsi untuk produksi ASI, selain hormon lain
seperti insulin, tiroksin dan sebagainya (Maryunani, 2015).

Selama masa kehamilan, hormon prolaktin dari plasenta meningkat, tetapi ASI
biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada
hari kedua atau ketiga pasca persalinan, kadar estrogen dan progresteron turun
derastis, sehinggga pengaruh prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah mulai
terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini, terjadinya perangsangan puting
susu, terbentuklah prolaktin dan hipofisis, sehingga sekresi ASI lebih lancar
(Maryunani, 2015).

Terdapat dua refleks penting dalam proses laktasi yaitu refleks prolaktin dan
refleks aliran, yang timbul akibat perangsangan puting susu oleh hisapan bayi
(Maryunani, 2015)

1) Refleks prolaktin

Puting susu berisi banyak ujung saraf sensoris. Bila saraf tersebut
dirangsang, timbul implus yang menuju hipotalamus, yaitu selanjutnya ke
kelenjar hipofisis depan sehingga kelenjar ini mengeluarkan hormon prolaktin.
Hormon tersebut yang berperan dalam produksi ASI di tingkat alveoli. refleks
prolaktin muncul setelah menyusui dan menghasilkan susu untuk proses
menyusui berikutnya. Prolaktin lebih banyak dihasilakan pada malam hari dan
refleks prolaktin menekan ovulasi. Dengan demikian, mudah dipahami bahwa
makin sering rangsangan penyusuan, makin banyak ASI yang dihasilkan
2) Aliran ( Let Down Reflex).

Rangsangan puting susu tidak hanya diteruskan sampai ke kelenjar


hipofisis depan, tetapi juga ke kelenjar hipofisis bagian belakang yang
mengeluarkan hormon oksitosin. Hormon oksitosin berfungsi yaitu memacu
kontraksi otot polos yang ada di dinding alveolus dan dinding saluran,
sehingga ASI dipompa keluar. Makin sering menyusui, pengosongan alveolus
dan saluran makin baik sehingga kemungkinan terjadinya bendungan ASI
makin kecil, dan menyusui akan makin lancar. Saluran ASI yang mengalami
bendungan tidak hanya mengganggu dalam proses menyusui, tetapi juga
berakibat mudah terkena infeksi pada payudara.

Tiga refleks penting dalam mekanisme hisapan bayi yaitu refleks


menangkap (Rooting reflex), refleks menghisap dan refleks menelan yang
diuraikan sebagai berikut :

1) Refleks menangkap (rooting reflex)

Refleks menangkap timbul bila bayi baru lahir tersentuh pipinya, bayi
akan menoleh kearah sentuhan. Bila bibirnya dirangsang dengan papilla
mammae, maka bayi akan membuka mulut dan berusaha untuk menangkap
puting susu.

2) Refleks menghisap

Refleks menghisap timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh,


Biasanya oleh puting susu. Supaya puting mencapai bagian belakang palate,
maka sebagian besar areola harus tertangkap mulut bayi. Dengan demikian,
maka sinus laktiferus yang berada di bawah areola akan tertekan antara gusi,
lidah dan palate, sehingga ASI terperas keluar.

3) Refleks menelan

Bila mulut bayi terisi ASI, maka bayi akan menelannya.

B. Masalah- Masalah Dalam Menyusui

a. Masalah menyusui pada masa pasca persalinan dini


Pada masa pasca persalinan dini, kelainan yang sering terjadi antaranya: puting susu
datar atau terbenam, puting susu lecet, payudara bengkak (bendungan ASI), saluran susu
tersumbat dan mastitis atau abses menurut (Kumalasari, 2015) :

Puting susu lecet

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2013) masalah yang paling sering terjadi
pada ibu yang menyusui adalah puting susu nyeri/lecet. Keadaan seperti ini biasanya
terjadi karena posisi bayi sewaktu menyusu salah. Bayi hanya menghisap pada puting
karena aerola sebagian besar tidak masuk ke dalam mulut bayi. Hal ini juga dapat terjadi
pada akhir menyusui bila melepaskan hisapan bayi tidak benar. Juga dapat terjadi bila
sering membersihkan puting dengan alkohol atau sabun. Puting lecet ini dapat
menggagalkan upaya menyusui oleh karena ibu akan segan menyusui karena terasa sakit
dan tidak terjadi pengosongan payudara sehingga produksi ASI berkurang. Hal ini akan
memberikan dampak pada kebutuhan ASI eksklusif pada bayi tidak terpenuhi, sehingga
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada bayi ibu secara tidak langsung memberikan susu
formula yang memiliki rentan terserang penyakit. (Roesli, 2010).

Puting susu lecet (Abraded and or cracked nipple) akibat trauma pada puting susu saat
menyusui, selain itu dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah-celah. Retakan pada
puting susu bisa sembuh sendiri dalam waktu 48 jam. Pada keadaan ini seorang ibu sering
menghentikan proses menyusui karena putingnya sakit (Sulistyawati, 2009).

Puting susu dan areola terletak di bagian tengah setiap payudara. Puting susu warna
dan tekstur yang berbeda dari kulit di sekelilingnya. Warnanya bermacam-macam dari
yang merah muda pucat sampai hitam dan gelap selama masa kehamilan dan menyusui
(Anggraini, 2010).

Penyebab puting susu lecet, antara lain : posisi dan kelekatan bayi yang buruk pada
payudara, adanya pembengkakan sehingga pelekatan terganggu, penyebab fisiologis, misal
bayi dengan lidah pendek atau ankiloglosia (adanya malformasi yang membatasi
pergerakan lidah), palatum tinggi, atau ketidaksesuaian antara ukuranukuran puting ibu
dengan mulut bayi, menarik bayi dari payudara tanpa melonggarkan terkunci mulut bayi
pada payudara ibu, Penggunaan zat yang dapat memicu reaksi kulit misalnya sabun,
produk mandi yang diberi pengharum, spray antiseptik (Astutik, 2014).
Penatalaksanaan puting susu lecet mencakup:

 Perbaiki posisi menyusui, mulai menyusui dari payudara yang tidak


sakit
 Tetap mengeluarkan ASI dari payudara yang putingnya lecet
 Keluarkan sedikit ASI dan oleskan ke puting yang lecet dan biarkan
kering
 Gunakan Bra yang menyangga, dan bila terasa sangat sakit
 Boleh minum obat pengurang rasa sakit (IDAI, 2013).

b. Masalah menyusui dalam keadaan khusus

Menurut (taufan, nurrezki, desi, wilis, 2014) masalah menyusui dalam keadaan
khusus diantaranya:

1) Ibu melahirkan dengan seksio sesaria

Meskipun seorang ibu menjalani persalinan sesar tapi ada juga mempunyai
keinginan kuat untuk tetap ada juga yang mempunyai keinginan kuat untuk tetap
memberikan ASI pada bayinya. Namun demikian, ada beberapa keadaan yang dapat
memberikan ASI-nya.

2) Ibu sakit

Ibu sakit bukan merupakan alasan untuk berhenti menyusui. Melainkan


dengan tetap menyusui, karena ASI dapat melindungi bayi dari penyakit. Pada saat
ibu sakit diperlukan bantuan dari orang lain untuk merawat bayi dan rumah tangga.
Dengan harapan, ibu tetap mendapatkan istirahat yang cukup. Periksalah ke tenaga
kesehatan terdekat, untuk mendapat pengobatan yang tidak mempengaruhi ASI
maupun bayi.

3) Ibu penderita hepatitis dan ibu penderita HIV/AIDS

Perbedaan pandangan mengenai penularan penyakit HIV/AIDS atau hepatitis


melalui ASI dari ibu pederita kepada bayinya. Dari beberapa pendapat bahwa ibu
penderita HIV/AIDS atau hepatitis tidak diperkenankan untuk menyusui bayinya.
Namun demikian, menurut WHO ibu penderita HIV/ AIDS tetap dianjurkan
memberikan ASI kepada bayinya dengan berbagai pertimbangan diantaranya faktor
ekonomi, atau aspek kesehatan ibu.

4) Ibu penderita TBC paru

Ibu penderita TBC paru tetap dianjurkan untuk menyusui bayinya, karena
kuman TBC tidak ditularkan melalui ASI melainkan melalui udara. Ibu tetap
diberikan pengobatan TBC paru secara adekuat dan diajarkan cara pencegahan pada
bayi dengan menggunakan masker. Bayi diberikan INH sebagai profilaksis.
Pengobatan yang diberikan pada ibu dilakukan kurang lebih 3 bulan kemudian
dilakukan uji Mantoux pada bayi. Bila hasilnya negatif terapi INH dihentikan dan
imunisasi bayu dengan vaksinasi BCG.

5) Ibu penderita diabetes

Bayi tetap diberikan ASI, namun harus memperhatikan kadar gula darah ibu
atau kadar gula tetap dimonitor

6) Ibu yang memerlukan pengobatan

Ibu menyusui menghentikan pemberian ASI karena ibu mengkonsumsi obat-


obatan. Dengan alasan, obat-obatan yang ibu minum dapat mengganggu bayi dan
kadar ASI. Namun demikian, ada beberapa jenis obat-obatan tertentu yang sebaiknya
tidak diberikan pada ibu menyusui. Apabila ibu memerlukan obat, berikan obat yang
masa paruh obat pendek dan mempunyai resio ASI-plasma kecilatau dicari obat
alternatif yang tidak berakibat pada bayi maupun ASI.

7) Ibu hamil

Pada saat ibu masih menyusui, kadang hamil lagi. Dalam hal ini tidak
membahayakan bayi ibu maupun bayi, asalkan asupan gizi pada saat menyusui dan
hamil terpenuhi. Namun demikian, perlu dipertimbangkan adanya hal-hal yang dapat
dialami diantanya puting susu lecet, keletihan, ASI kurang, rasa ASI berubah dan
dapat terjadi kontraksi uterus dari isapan bayi.
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NY.D P1A0 POST PARTUM HARI KE-2
DENGAN PUTING LECET

DI POLIKLINIK KANDUNGAN RSUD KOTA SALATIGA

Tanggal 16 Oktober 2020 jam 09.30 WIB

I. PENGKAJIAN
A. DATA SUBYEKTIF
1. IDENTITAS
Identitas ibu Identitas suami
Nama :Ny. D Nama :Tn.Y
Umur : 25 tahun Umur :27 tahun
Agama : islam Agama :islam
Suku :jawa Suku :jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan :SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan :swasta
Alamat :jl. Imam bonjol 122 Salatiga
2. ALASAN DATANG
Ibu mengatakan ingin memeriksakan payudaranya
3. KELUHAN UTAMA
Ibu mengatakan puting payudara kanan lecet,terasa nyeri sejak 2 hari yang
lalu serta merasa badan panas dingin.
4. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat kesehatan dahulu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit jantung, asma, DM,
hipertensi, TBC, hepatitis, malaria dan PMS
b. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan badannya terasa demam
c. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan baik dari keluarga ibu dan keluarga suami tidak ada yang
mempunyai penyakit menurun.
5. RIWAYAT PERKAWINAN
Ibu mengatakan menikah 1 kali di usia 24 tahun, sudah menikah selama 1
tahun.
6. RIWAYAT OBSTETRI
a. Riwayat menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus menstruasi :28 hari
Lama menstruasi : 6 hari
Jumlah darah : 2 -3 kali ganti pembalut tiap hari
Sifat darah : cair
Gangguan : tidak ada
b. Riwayat hamil, persalinan dan nifas
i. Riwayat hamil ini
HPHT :7 januari 2020
HPL : 14 oktober 2020
Keluhan selama hamil : tidak ada keluhan
ANC : 10 kali dibidan dan dokter kandungan
Imunisasi TT : 2 kali saat usia kehamilan 4 dan 5 bulan
ii. Riwayat persalinan ini
Tempat persalinan : RSUD kota salatiga
Penolong : Dokter obsgyn
Tanggal/ jam persalinan : 14 oktober 2020 jam 07.00 WIB
Jenis persalinan : spontan
Penyulit dalam persalinan: tidak ada
Plasenta : lahir spontan, lengkap
Perineum : ada robekan dan dijahit
Perdarahan : tidak ada
Lama persalinan
Kala 1 : 5 jam
Kala 2 : 15 menit
Kala 3 : 10 menit
Kala 4 : 2 jam
Keadaan bayi :
BB/PB : 3300 gram/49 cm
Tidak ada cacat bawaan, dan bayi langsung menangis

7. RIWAYAT KB
Ibu mengatakan belum menggunakan KB apapun setelah persalinan ini, dan
sudah mempunyai rencana untuk menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulanan.
8. POLA PEMENUHAN KEBUTUHAN SEHARI-HARI
a. Pola nutrisi
 Sebelum hamil : makan 3 kali sehari (nasi,lauk, sayur dengan porsi
biasa) Minum air putih kurang lebih 5 gelas sehari.
 Selama hamil : makan 3 kali sehari (nasi, lauk, sayur dengan porsi
ditambah), minum air putih kurang lebih 7 gelas sehari.
 Setelah melahirkan : makan 3 kali sehari (nasi, lauk, sayur degan porsi
ditambah), minum air putih 7 gelas sehari.
b. Pola eliminasi
 Sebelum hamil : ibu mengatakan BAB 1 kali sehari, BAK 5-6 kali sehari
 Selama hamil : ibu mengatakan BAB 1 kali sehari, BAK 6-7 kali sehari
 Setelah melahirkan : ibu mengatakan BAB 1 kali sehari, BAK 5-6 kali
sehari.
c. Pola istirahat
 Sebelum hamil : ibu mengatakan tidur siang 1 jam, nyenyak. Tidur
malam 7 jam, nyenyak
 Selama hamil : ibu mengatakan tidur siang 1-2 jam, nyenyak. Tidur
malam 7 jam, kurang nyenyak.
 Setelah melahirkan : ibu mengatakan tidur siang 1-2 jam, kurang
nyenyak. Tidur malam 6 jam kurang nyenyak.
d. Pola aktivitas
 Sebelum dan selama hamil ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga
sendiri
 Setelah melahirkan banyak dibantu keluarga.
e. Pola personal hygiene
Sebelum, selama hamil dan setelah melahirkan ibu mengatakan mandi 2
kali sehari, sikat gigi 2-3 kali sehari, keramas 3 kali seminggu.
f. Pola seksual
 Sebelum hamil ibu mengatakan hubungan seksual 2 kali seminggu
 Selama hamil ibu mengatakan hubungan seksuak 1 kali seminggu
 Setelah meahirkan ibu mengatakan belum melakukan hubungan seksual.
9. RIWAYAT PSIKOSOSIOSPIRITUAL
a. Tanggapan ibu dan keluarga terhadap kehamilan ibu
Ibu mengatakan senang dengan kelahiran bayinya, keluarga juga
mendukung kelahiran bayinya.
b. Tingkat pengetahuan ibu terhadap keadaan sekarang
Ibu mengatakan cemas dengan puting susunya yang lecet.
c. Pengambilan keputusan dalam keluarga
Ibu mengatakan bila menghadapi masalah dibicarakan dengan suami
d. Ketaatan beribadah
Ibu mengtakan taat menjalankan ibadah solat 5 waktu
e. Lingkungan yang berpengaruh
Ibu mengatakan tinggal bersama suami dan dirumah tidak ada hewan
peliharaan.
f. Kondisi ekonomi
Ibu mengatakan keluarga dalam ekonomi menengah, setiap bulan ibu
dapat menabung.
B. DATA OBYEKTIF
1. Keadaan umum
a. Kesadaran : compos mentis
b. Tanda vital
Tensi : 120/70 mmHg Nadi : 80x/ menit
Suhu : 38°c RR : 24x/ menit
c. Tinggi badan : 156 cm
d. Berat badan : 56 kg
2. Pemeriksaan sistematis
a. Rambut : bersih, tidak ada ketombe.
b. Muka : tidak pucat, tidak oedema, tidak ada cloasma gravidarum.
c. Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterik.
d. Hidung : bersih, tidak ada sekret.
e. Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
f. Mulut, gigi dan gusi : bersih, gigi tidak ada caries, tidak ada stomatitis.
g. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada tumor, tidak
ada pembesaran kelenjar limfe.
h. Dada dan axilla :
 Mammae : simetris, tidak ada pembengkakan, tidak ada tumor,
areola hiperpygmentasi, puting susu kanan lecet, kolustrum sudah
leuar, ada nyeri tekan.
 Axilla : tidak ada benjolan dan nyeri
i. Extremitas
Tangan dan kaki tidak ada oedema, tidak ada varises.
3. Pemeriksaan ostretri
a. Abdomen
Tidak ada luka bekas operasi, kontraksi uterus keras, TFU 3 jari dibawah
pusat, kandung kemih kosong.
b. Ano genital
Vulva vagina tidak ada varises,tidak ada pembesaran kelenjar bartholini,
tidaka ada candiloma akuminata, lochea normal, luka perineum belum
kering.
4. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan laborat maupun pemeriksaan penunjang lain.

II. INTEPRETASI DATA


Tanggal 16 oktober 2020 jam 10.00 WIB
A. Diagnosa kebidanan
Ny. D P1A0 umur 25 tahun post partum hari ke-2 dengan puting lecet
1. Dasar data sebyektif
a. Ibu mengatakan ini persalinan yang pertama dan belum pernah
keguguran
b. Ibu mengatakan payudaranya terasa sakit, puting susu kanan lecet dan
nyeri, serta badan terasa panas dingin.
2. Dasar data obyektif
a. Suhu : 38 °c
b. Puting payudara kanan lecet.
B. Masalah
Ibu mengatakan merasa cemas dengan masa nifasnya karena payudaranya
nyeri, puting susu kanan lecet dan badan terasa panas dingin.
C. Kebutuhan
Beri dukungan moril pada ibu dan beri informasi pada ibu mengenai keadaan
masa nifasnya yang mengalami puting lecet.

III. DIAGNOSA POTENSIAL


Pembengkakan payudara (engorgement)

IV. ANTISIPASI TINDAKAN

Tidak ada

V. RENCANA TINDAKAN
Tanggal 16 0ktober 2020 jam 10.15 WIB
1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan
2. Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya dan mengosongkan payudara.
3. Ajarkan pada ibu cara menyusui yang benar.
4. Anjurkan ibu untukmenggunakan bra yang menyangga payudara tetapi tidak
terlalu sempit, jangan menggunakan payudara dengan kawat.
5. Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan payudara.
6. Anjurkan ibu untuk ikut istirahat saat bayinya tidur.
7. Beri terapi sesuai advis dokter.

VI. PELAKSANAAN TINDAKAN


Tanggal 16 oktober 2020 jam 10.20 WIB
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan
2. Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya dimulai dari payudara yang
tidak sakit, sebelumnya olesi puting dengan asi.
3. Mengajarkan pada ibu cara menyusui yang benar yaitu dengan cara
memastikan saat menyusu bayi menghisap sampai areola, tidak hanya di
puting saja.
4. Menganjurkan ibu untukmenggunakan bra yang menyangga payudara tetapi
tidak terlalu sempit, jangan menggunakan payudara dengan kawat.
5. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan payudara dengan cara rutin
membersikan payudara dan puting susu dengan air hangat, tidak perlu dengan
alkohol.
6. Menganjurkan ibu untuk ikut istirahat saat bayinya tidur.
7. Memberi terapi sesuai advis dokter yaitu paracetamol 3x500 mg atau bila
demam.

VII. EVALUASI
Tanggal 16 oktober 2020 jam 10.30 WIB
1. Ibu sudah mengetahui tentang hasil pemeriksaan.
2. Ibu bersedia untuk tetap menyusui bayinya, dan mengosongkan payudaranya
setelah menyusui.
3. Ibu sudah tahu cara menyusui yang benar.
4. Ibu bersedia memakai bra yang menyangga payudara namun tidak sempit dan
berkawat.
5. Ibu bersedia merawat payudara agar tetap bersig dan kering, terutama bagian
puting.
6. Ibu bersedia untuk istirahat cukup
7. Ibu bersedia minum obat yang diberikan doket, bila demam.
DATA PERKEMBANGAN I

Tanggal 17 oktober 2020 jam 08.00 WIB

S : data subyektif

1. Ibu mengatakan kecemasan berkurang.


2. Ibu mengatakan nyeri pada payudara berkurang namun puting susu kanan masih lecet
sedikit
3. Ibu mengatakan masih sedikit takut untuk menyusui bayinya.
4. Ibu mengatakan demam sudah berkurang.

O : data obyektif

1. Keadaan umum : baik


2. Kesadaran : compos mentis
3. Tanda vital
Tensi : 120/70 mmHg nadi : 76x/ menit
Suhu : 37, 3°c RR : 24 x/ menit
4. TFU 3 jari dibawah pusat, kontraksi keras
5. Puting payudara kanan masih terliht sedikit lecet.
A : assesment
Ny.D umur 25 tahun P1A0 post partum hari ke-3 dengan puting lecet.
P : planning
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan.
2. Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya dengan posisi menyusui yang benar.
3. Memberitahu ibu sebelum menyusui asi dioleskan keputing payudara agar tidak lecet.
4. Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup
5. Menganjurkan ibu untuk minum obat penurun panas jika demam.
DATA PERKEMBANGAN II

Tanggal 18 oktober 2020 jam 08.00 WIB

S : data subyektif

1. Ibu mengatakan sudah tidak cemas.


2. Ibu mengatakan sudah tidak nyeri pada payudara, dan puting sudah tidak lecet.
3. Ibu mengatakan asinya lancar, bayi menyusu kuat
4. Ibu mengatakan sudah tidak demam.

O : data obyektif

1. Keadaan umum : baik


2. Kesadaran : compos mentis
3. Tanda vital
Tensi : 120/80 mmHg nadi : 76x/ menit
Suhu : 36, 5°c RR : 24 x/ menit
4. TFU 3 jari dibawah pusat, kontraksi keras
5. Puting payudara kanan sudah tidak lecet.
A : assesment
Ny.D umur 25 tahun P1A0 post partum hari ke-4 dengan puting lecet.
P : planning
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan.
2. Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya dengan posisi menyusui yang benar.
3. Memberitahu ibu untuk tetap melakukan perawatan payudara.
4. Memberitahu ibu untuk memberikan asi eksklusif.
BAB IV

PEMBAHASAN

Perbandingan teori dengan kasus yang terjadi pada Ny. D tidak beda jauh,
kebanyakan ibu dengan puting lecet tidak mengalami demam hanya nyeri saja.tetapi
pada Ny.D terjadi demam.hal ini kemungkinan karena pengosongan payudara yang
kurang maksimal sehingga menyebabkan payudara penuh, bila tidak diatasi bisa
menyebabkan payudara bengkak, maka dari itu pada kasus nifas dengan puting lecet
kita bisa memberikan penkes kepada ibu tentang cara menyusui yang benar serta cara
perawatan payudara.
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah dilakukan asuhan kebidanan nifas kepada Ny.D tentang teknik
menyusui yang benar, dapat mengurangi terjadinya puting lecet.karena posisi
perlekatan mulut bayi terhadap puting ibu yang mencakup areola. Sehingga
memperlancar ASI ibu, ibu juga dapat memberikan ASI secara eksklusif kepada
bayinya.

B. SARAN
Makalah tentang asuhan kebidanan nifas dengan puting lecet ini masih jauh
dari kata sempurna, diharapkan kepada dosen pembimbing maupun pembaca agar
dapat memberi masukan berupa saran maupun kritik yang bersifat membangun.

Anda mungkin juga menyukai