Disusun oleh :
1. Siti Aisyah (NIM 2004219)
2. Inggrit Sari Tyasningrum (NIM 2004207)
3. Defni Nelvalia (NIM 2004197)
Menyusui merupakan suatu cara yang tidak ada duanya dalam pemberian
makanan yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat serta
mempunyai pengaruh biologis dan kejiwaan pada sebagian ibu tidak memberikan ASI
eksklusif karena alasan ASInya tidak keluar atau hanya keluar sedikit sehingga tidak
memenuhi kebutuhan bayinya (Ummah, 2014). Kesulitan menyusui dapat
mengakibatkan kebutuhan ASI pada bayi tidak terpenuhi. Kesulitan yang terjadi
antara lain puting datar atau terbenam, puting lecet, payudara bengkak, saluran susu
tersumbat, mastitis dan abses pada payudara (Norazizah, 2013).
BAB II
TINJAUAN TEORI
Selama masa kehamilan, hormon prolaktin dari plasenta meningkat, tetapi ASI
biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada
hari kedua atau ketiga pasca persalinan, kadar estrogen dan progresteron turun
derastis, sehinggga pengaruh prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah mulai
terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini, terjadinya perangsangan puting
susu, terbentuklah prolaktin dan hipofisis, sehingga sekresi ASI lebih lancar
(Maryunani, 2015).
Terdapat dua refleks penting dalam proses laktasi yaitu refleks prolaktin dan
refleks aliran, yang timbul akibat perangsangan puting susu oleh hisapan bayi
(Maryunani, 2015)
1) Refleks prolaktin
Puting susu berisi banyak ujung saraf sensoris. Bila saraf tersebut
dirangsang, timbul implus yang menuju hipotalamus, yaitu selanjutnya ke
kelenjar hipofisis depan sehingga kelenjar ini mengeluarkan hormon prolaktin.
Hormon tersebut yang berperan dalam produksi ASI di tingkat alveoli. refleks
prolaktin muncul setelah menyusui dan menghasilkan susu untuk proses
menyusui berikutnya. Prolaktin lebih banyak dihasilakan pada malam hari dan
refleks prolaktin menekan ovulasi. Dengan demikian, mudah dipahami bahwa
makin sering rangsangan penyusuan, makin banyak ASI yang dihasilkan
2) Aliran ( Let Down Reflex).
Refleks menangkap timbul bila bayi baru lahir tersentuh pipinya, bayi
akan menoleh kearah sentuhan. Bila bibirnya dirangsang dengan papilla
mammae, maka bayi akan membuka mulut dan berusaha untuk menangkap
puting susu.
2) Refleks menghisap
3) Refleks menelan
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2013) masalah yang paling sering terjadi
pada ibu yang menyusui adalah puting susu nyeri/lecet. Keadaan seperti ini biasanya
terjadi karena posisi bayi sewaktu menyusu salah. Bayi hanya menghisap pada puting
karena aerola sebagian besar tidak masuk ke dalam mulut bayi. Hal ini juga dapat terjadi
pada akhir menyusui bila melepaskan hisapan bayi tidak benar. Juga dapat terjadi bila
sering membersihkan puting dengan alkohol atau sabun. Puting lecet ini dapat
menggagalkan upaya menyusui oleh karena ibu akan segan menyusui karena terasa sakit
dan tidak terjadi pengosongan payudara sehingga produksi ASI berkurang. Hal ini akan
memberikan dampak pada kebutuhan ASI eksklusif pada bayi tidak terpenuhi, sehingga
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada bayi ibu secara tidak langsung memberikan susu
formula yang memiliki rentan terserang penyakit. (Roesli, 2010).
Puting susu lecet (Abraded and or cracked nipple) akibat trauma pada puting susu saat
menyusui, selain itu dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah-celah. Retakan pada
puting susu bisa sembuh sendiri dalam waktu 48 jam. Pada keadaan ini seorang ibu sering
menghentikan proses menyusui karena putingnya sakit (Sulistyawati, 2009).
Puting susu dan areola terletak di bagian tengah setiap payudara. Puting susu warna
dan tekstur yang berbeda dari kulit di sekelilingnya. Warnanya bermacam-macam dari
yang merah muda pucat sampai hitam dan gelap selama masa kehamilan dan menyusui
(Anggraini, 2010).
Penyebab puting susu lecet, antara lain : posisi dan kelekatan bayi yang buruk pada
payudara, adanya pembengkakan sehingga pelekatan terganggu, penyebab fisiologis, misal
bayi dengan lidah pendek atau ankiloglosia (adanya malformasi yang membatasi
pergerakan lidah), palatum tinggi, atau ketidaksesuaian antara ukuranukuran puting ibu
dengan mulut bayi, menarik bayi dari payudara tanpa melonggarkan terkunci mulut bayi
pada payudara ibu, Penggunaan zat yang dapat memicu reaksi kulit misalnya sabun,
produk mandi yang diberi pengharum, spray antiseptik (Astutik, 2014).
Penatalaksanaan puting susu lecet mencakup:
Menurut (taufan, nurrezki, desi, wilis, 2014) masalah menyusui dalam keadaan
khusus diantaranya:
Meskipun seorang ibu menjalani persalinan sesar tapi ada juga mempunyai
keinginan kuat untuk tetap ada juga yang mempunyai keinginan kuat untuk tetap
memberikan ASI pada bayinya. Namun demikian, ada beberapa keadaan yang dapat
memberikan ASI-nya.
2) Ibu sakit
Ibu penderita TBC paru tetap dianjurkan untuk menyusui bayinya, karena
kuman TBC tidak ditularkan melalui ASI melainkan melalui udara. Ibu tetap
diberikan pengobatan TBC paru secara adekuat dan diajarkan cara pencegahan pada
bayi dengan menggunakan masker. Bayi diberikan INH sebagai profilaksis.
Pengobatan yang diberikan pada ibu dilakukan kurang lebih 3 bulan kemudian
dilakukan uji Mantoux pada bayi. Bila hasilnya negatif terapi INH dihentikan dan
imunisasi bayu dengan vaksinasi BCG.
Bayi tetap diberikan ASI, namun harus memperhatikan kadar gula darah ibu
atau kadar gula tetap dimonitor
7) Ibu hamil
Pada saat ibu masih menyusui, kadang hamil lagi. Dalam hal ini tidak
membahayakan bayi ibu maupun bayi, asalkan asupan gizi pada saat menyusui dan
hamil terpenuhi. Namun demikian, perlu dipertimbangkan adanya hal-hal yang dapat
dialami diantanya puting susu lecet, keletihan, ASI kurang, rasa ASI berubah dan
dapat terjadi kontraksi uterus dari isapan bayi.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NY.D P1A0 POST PARTUM HARI KE-2
DENGAN PUTING LECET
I. PENGKAJIAN
A. DATA SUBYEKTIF
1. IDENTITAS
Identitas ibu Identitas suami
Nama :Ny. D Nama :Tn.Y
Umur : 25 tahun Umur :27 tahun
Agama : islam Agama :islam
Suku :jawa Suku :jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan :SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan :swasta
Alamat :jl. Imam bonjol 122 Salatiga
2. ALASAN DATANG
Ibu mengatakan ingin memeriksakan payudaranya
3. KELUHAN UTAMA
Ibu mengatakan puting payudara kanan lecet,terasa nyeri sejak 2 hari yang
lalu serta merasa badan panas dingin.
4. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat kesehatan dahulu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit jantung, asma, DM,
hipertensi, TBC, hepatitis, malaria dan PMS
b. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan badannya terasa demam
c. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan baik dari keluarga ibu dan keluarga suami tidak ada yang
mempunyai penyakit menurun.
5. RIWAYAT PERKAWINAN
Ibu mengatakan menikah 1 kali di usia 24 tahun, sudah menikah selama 1
tahun.
6. RIWAYAT OBSTETRI
a. Riwayat menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus menstruasi :28 hari
Lama menstruasi : 6 hari
Jumlah darah : 2 -3 kali ganti pembalut tiap hari
Sifat darah : cair
Gangguan : tidak ada
b. Riwayat hamil, persalinan dan nifas
i. Riwayat hamil ini
HPHT :7 januari 2020
HPL : 14 oktober 2020
Keluhan selama hamil : tidak ada keluhan
ANC : 10 kali dibidan dan dokter kandungan
Imunisasi TT : 2 kali saat usia kehamilan 4 dan 5 bulan
ii. Riwayat persalinan ini
Tempat persalinan : RSUD kota salatiga
Penolong : Dokter obsgyn
Tanggal/ jam persalinan : 14 oktober 2020 jam 07.00 WIB
Jenis persalinan : spontan
Penyulit dalam persalinan: tidak ada
Plasenta : lahir spontan, lengkap
Perineum : ada robekan dan dijahit
Perdarahan : tidak ada
Lama persalinan
Kala 1 : 5 jam
Kala 2 : 15 menit
Kala 3 : 10 menit
Kala 4 : 2 jam
Keadaan bayi :
BB/PB : 3300 gram/49 cm
Tidak ada cacat bawaan, dan bayi langsung menangis
7. RIWAYAT KB
Ibu mengatakan belum menggunakan KB apapun setelah persalinan ini, dan
sudah mempunyai rencana untuk menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulanan.
8. POLA PEMENUHAN KEBUTUHAN SEHARI-HARI
a. Pola nutrisi
Sebelum hamil : makan 3 kali sehari (nasi,lauk, sayur dengan porsi
biasa) Minum air putih kurang lebih 5 gelas sehari.
Selama hamil : makan 3 kali sehari (nasi, lauk, sayur dengan porsi
ditambah), minum air putih kurang lebih 7 gelas sehari.
Setelah melahirkan : makan 3 kali sehari (nasi, lauk, sayur degan porsi
ditambah), minum air putih 7 gelas sehari.
b. Pola eliminasi
Sebelum hamil : ibu mengatakan BAB 1 kali sehari, BAK 5-6 kali sehari
Selama hamil : ibu mengatakan BAB 1 kali sehari, BAK 6-7 kali sehari
Setelah melahirkan : ibu mengatakan BAB 1 kali sehari, BAK 5-6 kali
sehari.
c. Pola istirahat
Sebelum hamil : ibu mengatakan tidur siang 1 jam, nyenyak. Tidur
malam 7 jam, nyenyak
Selama hamil : ibu mengatakan tidur siang 1-2 jam, nyenyak. Tidur
malam 7 jam, kurang nyenyak.
Setelah melahirkan : ibu mengatakan tidur siang 1-2 jam, kurang
nyenyak. Tidur malam 6 jam kurang nyenyak.
d. Pola aktivitas
Sebelum dan selama hamil ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga
sendiri
Setelah melahirkan banyak dibantu keluarga.
e. Pola personal hygiene
Sebelum, selama hamil dan setelah melahirkan ibu mengatakan mandi 2
kali sehari, sikat gigi 2-3 kali sehari, keramas 3 kali seminggu.
f. Pola seksual
Sebelum hamil ibu mengatakan hubungan seksual 2 kali seminggu
Selama hamil ibu mengatakan hubungan seksuak 1 kali seminggu
Setelah meahirkan ibu mengatakan belum melakukan hubungan seksual.
9. RIWAYAT PSIKOSOSIOSPIRITUAL
a. Tanggapan ibu dan keluarga terhadap kehamilan ibu
Ibu mengatakan senang dengan kelahiran bayinya, keluarga juga
mendukung kelahiran bayinya.
b. Tingkat pengetahuan ibu terhadap keadaan sekarang
Ibu mengatakan cemas dengan puting susunya yang lecet.
c. Pengambilan keputusan dalam keluarga
Ibu mengatakan bila menghadapi masalah dibicarakan dengan suami
d. Ketaatan beribadah
Ibu mengtakan taat menjalankan ibadah solat 5 waktu
e. Lingkungan yang berpengaruh
Ibu mengatakan tinggal bersama suami dan dirumah tidak ada hewan
peliharaan.
f. Kondisi ekonomi
Ibu mengatakan keluarga dalam ekonomi menengah, setiap bulan ibu
dapat menabung.
B. DATA OBYEKTIF
1. Keadaan umum
a. Kesadaran : compos mentis
b. Tanda vital
Tensi : 120/70 mmHg Nadi : 80x/ menit
Suhu : 38°c RR : 24x/ menit
c. Tinggi badan : 156 cm
d. Berat badan : 56 kg
2. Pemeriksaan sistematis
a. Rambut : bersih, tidak ada ketombe.
b. Muka : tidak pucat, tidak oedema, tidak ada cloasma gravidarum.
c. Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterik.
d. Hidung : bersih, tidak ada sekret.
e. Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
f. Mulut, gigi dan gusi : bersih, gigi tidak ada caries, tidak ada stomatitis.
g. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada tumor, tidak
ada pembesaran kelenjar limfe.
h. Dada dan axilla :
Mammae : simetris, tidak ada pembengkakan, tidak ada tumor,
areola hiperpygmentasi, puting susu kanan lecet, kolustrum sudah
leuar, ada nyeri tekan.
Axilla : tidak ada benjolan dan nyeri
i. Extremitas
Tangan dan kaki tidak ada oedema, tidak ada varises.
3. Pemeriksaan ostretri
a. Abdomen
Tidak ada luka bekas operasi, kontraksi uterus keras, TFU 3 jari dibawah
pusat, kandung kemih kosong.
b. Ano genital
Vulva vagina tidak ada varises,tidak ada pembesaran kelenjar bartholini,
tidaka ada candiloma akuminata, lochea normal, luka perineum belum
kering.
4. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan laborat maupun pemeriksaan penunjang lain.
Tidak ada
V. RENCANA TINDAKAN
Tanggal 16 0ktober 2020 jam 10.15 WIB
1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan
2. Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya dan mengosongkan payudara.
3. Ajarkan pada ibu cara menyusui yang benar.
4. Anjurkan ibu untukmenggunakan bra yang menyangga payudara tetapi tidak
terlalu sempit, jangan menggunakan payudara dengan kawat.
5. Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan payudara.
6. Anjurkan ibu untuk ikut istirahat saat bayinya tidur.
7. Beri terapi sesuai advis dokter.
VII. EVALUASI
Tanggal 16 oktober 2020 jam 10.30 WIB
1. Ibu sudah mengetahui tentang hasil pemeriksaan.
2. Ibu bersedia untuk tetap menyusui bayinya, dan mengosongkan payudaranya
setelah menyusui.
3. Ibu sudah tahu cara menyusui yang benar.
4. Ibu bersedia memakai bra yang menyangga payudara namun tidak sempit dan
berkawat.
5. Ibu bersedia merawat payudara agar tetap bersig dan kering, terutama bagian
puting.
6. Ibu bersedia untuk istirahat cukup
7. Ibu bersedia minum obat yang diberikan doket, bila demam.
DATA PERKEMBANGAN I
S : data subyektif
O : data obyektif
S : data subyektif
O : data obyektif
PEMBAHASAN
Perbandingan teori dengan kasus yang terjadi pada Ny. D tidak beda jauh,
kebanyakan ibu dengan puting lecet tidak mengalami demam hanya nyeri saja.tetapi
pada Ny.D terjadi demam.hal ini kemungkinan karena pengosongan payudara yang
kurang maksimal sehingga menyebabkan payudara penuh, bila tidak diatasi bisa
menyebabkan payudara bengkak, maka dari itu pada kasus nifas dengan puting lecet
kita bisa memberikan penkes kepada ibu tentang cara menyusui yang benar serta cara
perawatan payudara.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah dilakukan asuhan kebidanan nifas kepada Ny.D tentang teknik
menyusui yang benar, dapat mengurangi terjadinya puting lecet.karena posisi
perlekatan mulut bayi terhadap puting ibu yang mencakup areola. Sehingga
memperlancar ASI ibu, ibu juga dapat memberikan ASI secara eksklusif kepada
bayinya.
B. SARAN
Makalah tentang asuhan kebidanan nifas dengan puting lecet ini masih jauh
dari kata sempurna, diharapkan kepada dosen pembimbing maupun pembaca agar
dapat memberi masukan berupa saran maupun kritik yang bersifat membangun.