Anda di halaman 1dari 36

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air Susu Ibu (ASI) merupakan zat yang sempurna untuk pertumbuhan bayi dan
dapat mempercepat perkembangan berat badan bayi. Selain itu, ASI mengandung zat
penolak/pencegah penyakit serta dapat memberikan kepuasan dan mendekatkan hati ibu
dan bayi sebagai sarana menjalin hubungan kasih sayang. Oleh karena itu World Health
Organization (WHO) / United Nations Children’s Fund (UNICEF) telah
merekomendasikan standar emas pemberian makan pada bayi yaitu menyusui bayi
secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan didahului dengan Inisiasi
Menyusui Dini (IMD) segera setelah lahir, mulai umur 6 bulan berikan Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI) dan teruskan menyusu hingga anak berumur 2 tahun
(Kemenkes, 2015).
Menurut WHO (2010), menyusui eksklusif dapat melindungi bayi dan anak
terhadap penyakit berbahaya dan mempererat ikatan kasih sayang (bonding) antara ibu
dan anak. Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian anak, United Nation
Children Found (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) merekomendasikan
agar anak sebaiknya disusui hanya ASI selama paling sedikit 6 bulan.
Menurut Data WHO 2019 Cakupan pemberian Asi Ekslusif di Dunia 36 %,
sedangkan target WHO yaitu 50 %. Kemenkes RI tahun 2021 Cakupan Asi Ekslusif
71,58 %. Data Dinas Kesehatan Propinsi Papua Barat Tahun 2021 Cakupan Asi
Ekslusif 58,77 %. Menurut Data Cakupan Asi Ekslusif pada Puskesmas Mariat tahun
2020 Cakupan Asi Ekslusif 36 %.
Adapun faktor - faktor penyebab rendahnya Cakupan Asi Eksklusif sangat di
pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu masalah dalam proses menyusu, faktor ekonomi,
dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar, sosial budaya. (Suciati, 2020).
Dari faktor penyebab di atas, salah satunya yaitu masalah dalam proses menyusu.
Menurut penelitian Fitriahadi ( 2016 ) Pijat Bayi adalah metode asuhan kebidanan pada
2

Neonatus, bayi, dan balita dengan melakukan massage secara lembut dan berurutan dari
wajah sampai ujung kaki, dimana dengan melakukan pemijatan bayi seluruh otot bayi
akan rileks, peredaran darah akan menjadi lancar dan tisur akan nyenyak. Selain itu
dengan pijat bayi akan meningkatkan frekuensi dan durasi menyusu sehingga bayi akan
merasa nyaman dan tenang saat menyusu.
Pada data Puskesmas Mariat Tahun 2020 cakupan Asi Ekslusif 36 % dari 318 bayi
yang di berikan Asi Ekslusif, sedangkan Target Nasional Kemenkes RI tahun 2021
cakupan Asi Ekslusif 71,58 %. Maka Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian degan
judul “ Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Durasi Menyusu pada Bayi Usia 0 – 12 Bulan di
Puskesmas Mariat “
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah
terdapat Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Durasi Menyusu pada Bayi Usia 0 – 12 Bulan
di Puskesmas Mariat ?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Durasi Menyusu pada Bayi Usia
0 – 12 Bulan di Puskesmas Mariat.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan
khususnya untuk kebidanan maternitas yang berkaitan dengan Efektifitas
Pijat Bayi Terhadap Durasi Menyusu pada Bayi Usia 0 – 12 Bulan di
Puskesmas Mariat.
1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Institusi
Hasil peneltian ini dapat dijadikan sebagai tambahan referensi
perpustakaan dan sebagai sumber bacaan tentang Efektifitas Pijat Bayi
Terhadap Durasi Menyusu pada Bayi Usia 0 – 12 Bulan Khususnya bagi
Poltekkes Kemenkes Sorong.
3

2. Bagi tenaga kesehatan


Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan bagi bidan
dalam rekomendasi tentang Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Durasi
Menyusu pada Bayi Usia 0 – 12 Bulan.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti
selanjutnya dalam menganalisis Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Durasi
Menyusu pada Bayi Usia 0 – 12 Bulan.
4

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Konsep Dasar Bayi
Bayi merupakan Anak dengan usia 0 – 12 bulan. Masa 0 – 12 bulan di
kategorikan sebagai Infant ( Rahmani, Hanifah, 2015 ).
2.1.2 Konsep Dasar ASI
2.1.2.1 Pengertian ASI
Air Susu Ibu adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa
dan garam – garam anorganik yang di sekresikan oleh kelenjar
mammae ibu, dan berguna sebagai makanan bayi (Maryunani, Anik, p.
40).
2.1.2.2 Produksi ASI
2.1.2.2.1 Refleks Prolaktin
Progesteron dan estrogen yang dihasilkan placenta
merangsang pertumbuhan kelenjar – kelenjar susu, sedangkan
progesterone juga merangsang pertumbuhan saluran (duktus)
kelenjar. Kedua hormone tersebut menekan prolactin (LTH),
Setelah placenta lahir maka produksi prolactin meningkat
sehingga merangsang laktasi (pembentukan ASI).
Pada waktu bayi menghisap payudara ibu, ibu menerima
rangsangan neurohormonal pada putting dan areola,
rangsangan ini melalui nervus vagus diteruskan ke
hypophysa lalu ke lobus anterior, lobus anterior akan
mengeluarkan hormone prolaktin yang masuk melalui
peredaran darah sampai pada kelenjar – kelenjar pembuat ASI
(sel acini) dan merangsang untuk memproduksi ASI.
5

2.1.2.2.2 Refleks Let Down


Hormon oksitosin diproduksi oleh bagian belakang kelenjar
hipofisis. Hormon tersebut dihasilkan bila ujung saraf
disekitar payudara dirangsang oleh hisapan. Oksitosin akan
dialirkan melalui darah menuju ke payudara yang akan
merangsang kontraksi otot di sekeliling alveoli (pabrik
ASI) dan memeras ASI keluar dari pabrik ke gudang ASI.
Hanya ASI di dalam gudang ASI yang dapat dikeluarkan
untuk bayi oleh ibunya. Oksitosin dibentuk cepat di banding
prolaktin. Keadaan ini menyebabkan ASI di payudara akan
mengalir untuk dihisap. Oksitosin sudah mulai bekerja saat
ibu berkeinginan menyusui (sebelum bayi menghisap). Jika
reflex oksitosin tidak bekerja dengan baik, maka bayi
mengalami kesulitan mendapatkan ASI. Payudara seolah –
olah telah berhenti memproduksi ASI, padahal payudara
tetap menghasilkan ASI namun tidak mengalir keluar.
Efek penting oksitosin lainnya adalah menyebabkan uterus
berkontraksi setelah melahirkan. Hal ini membantu
mengurangi perdarahan, walaupun kadang menyebabkan
nyeri. Dalam proses menyusui reflex pengeluaran oksitosin
ini disebut juga sebagai“ Letdown reflex atau love refleks “
reflex ini mengakibatkan mememancarnya ASI keluar, isapan
bayi akan merangsang putting susu dan areola yang dikirim
lobus posterior melalui nervus vagus, dari glandula pituitary
posterior dikeluarkan hormone oxytosin ke dalam peredaran
darah yang menyebabkan adanya kontraksi otot – otot
myoepitel dari saluran air susu, karena adanya kontraksi ini
maka ASI akan terperas ke arah ampula. Prosuksi Asi
meningkat sesudah 2-3 hari post partum, buah dada menjadi
besar,keras dan nyeri ini menunjukkan permulaan sekresi
6

ASI. Keadaan yang dapat meningkatkan produksi hormone


oksitosin:
a. Perasaan dan curahkan kasih kasih saying terhadap
bayinya
b. Celotehan atau tangisan bayi
c. Dukungan ayah dalam pengasuhan bayi, seperti
menggendong bayi ke ibu saat akan disusui atau
disendawakan, mengganti popok dan memandikan bayi,
bermain, mendendangkan bayi dan membantu pekerjaan
rumah tangga.
d. Pijat bayi
Sedangkan untuk beberapa keadaan yang dapat
mengurangi produksi hormone oksitosin:
a. Rasa cemas, sedih, marah, kesal atau bingung
b. Rasa cemas terhadap perubahan bentuk payudara dan
bentuk tubuhny, meninggalkan bayi karena harus bekerja,
dan ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi
c. Rasa sakit terutama saat menyusui (Rahayu, YP, dkk,
2012, p. 12 – 15).
2.1.2.2.3 Rooting Reflex atau Refleks Mencari
Bayi baru lahir bila disentuh pipinya akan menoleh ke arah
sentuhan. Bila bibirnya dirangsang atau disentuh, dia akan
membuka mulut dan berusaha mencari putting untuk
menyusu. Refleks ini sangat penting selama proses menyusui
karena bayi akan menggunakan refleks ini untuk memulai
menyusu.
2.1.2.2.4 Refleks Menghisap
Bayi sudah bisa menghisap sejak lahir. Semakin sering bayi
menghisap, produksi ASI pun akan semakin berlimpah.
7

Refleks ini akan terlihat bila ada sesuatu yang merangsang


langit – langit mulutnya, biasanya putting susu.
2.1.2.2.5 Refleks Menelan
Saat ada sesuatu yang masuk kedalam mulutnya, dalam hal
ini air susu, bayi sudah bisa menelannya (Riksani, Ria, 2012).
2.1.2.3 Frekuensi Menyusu Pada Bayi
Semakin sering bayi menyusu, produksi dan pengeluaran ASI akan
bertambah. Namun, ada hal yang berbeda dalam frekuensi menyusu
pada bayi cukup bulan dengan bayi lahir premature. Berbagai studi
mengatakan bahwa produksi ASI untuk bayi kurang bulan akan
optimal dengan pemompaan ASI yang akan dilakukan karena bayi
premature belum mampu menyusu langsung dari payudara ibu.
Sementara itu, pada bayi cukup bulan, frekuensi menyusui sekitar 10
kali perhari selama 2 minggu pertama setelah melahirkan karena
didukung dengan produksi ASI yang cukup. Dengan demikian, ibu
disarankan untuk menyusui bayi setidaknya 8 kali sehari pada bulan –
bulan pertama setelah melahirkan untuk menjamin produksi dan
pengeluaran ASI. Frekuensi menyusui ini berkaitan dengan
kemampuan stimulasi kedua hormon dalam kelenjar payudara, yakni
hormone prolaktin dan Oksitosin (Riksani, Ria, 2012).
Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan
menyusui bayi dilakukan disetiap saat bayi membutuhkan, karena
bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui
bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing,
kepanasan/kedinginan atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah
merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat
mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam
lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi
tidak memiliki pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian. Menyusui
yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi
8

sangat berpengaruh pada rangsangan produk ASI selanjutnya.


Dengan menyusui tanpa jadwal, sesuai kebutuhan bayi akan
mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja dianjurkan
agar lebih sering menyusui pada malam hari. Bila sering disusukan
pada malam hari akan memicu produksi ASI (Rahayu, YP, dkk,
2012).
Menurut Penelitian Fatimah (2014) dengan frekuensi pemberian ASI
yang baik yaitu 8-12 x/hari akan meningkatkan berat badan dan
mencegah kemungkinan terjadi masalah gangguan pertumbuhan dan
perkembangan pada bayi. Frekuensi menyusu pada bayi akan sangat
mempengaruhi fisik dan emosional bayi yang mana dengan frekuensi
menyusu akan meningkatkan kondisi yang tenang kepada bayi dan
berat badan bayi akan bertambah.

2.1.2.4 Posisi dan Cara Manyusu yang Baik


Beberapa posisi memungkinkan saat menyusui:
a. Menyusui sambil berbaring (memiringkan badan ke kiri atau ke
kanan). Usahakan agar payudara tidak menutupi bayi, terutama
bagian hidungnya.
b. Menyusui sambil duduk. Sebaiknya duduk sambil bersandar dan
letakkan bantal di pangkuan, agar tidak pegal memegang bayi
karena Bunda tidak perlu lagi menyangga badan bayi (Azz, City
Ardhillah, 2016).
Posisi tubuh ibu pada saat menyusui dan posisi tubuh bayi yang benar:
a. Posisi muka bayi menghadap ke payudara ibu (chin to breast)
b. Perut / dada bayi menempel perut / dada ibu (chest to chest)
c. Seluruh badan bayi menghadap ke badan ibu hingga telinga
bayi membentuk garis lurus dengan lengan bayi dan leher bayi
d. Seluruh punggung bayi tersanggah dengan baik
9

e. Ada kontak mata antara ibu dengan bayi


f. Pegang belakang bahu, jangan kepala bayi
g. Kepala terletak dilengan bukan didaerah siku (Rahayu, YP, dkk,
2012).
Beragam Posisi Menyusui:
a. Posisi Crandle Hold
Ini adalah posisi paling lazim digunakan. Tangan yang satu (kiri
atau kanan) menyangga tubuh bayi hingga ke bagian punggung.
Sementara tangan lainnya memegang payudara untuk
memastikan bayi menyusu dengan cara tepat dan payudara tidak
terlepas dari mulut bayi.
b. Posisi Cross Cradle Hold
Posisi ini berlawanan dengan posisi cradle hold.

c. Posisi Football Hold


Pada posisi ini, badan bayi berada di samping badan ibu. Ibu
memegang kepala bayi seperti memgang sebuah bola.
d. Posisi Lying Down atau Berbaring
Posisi ini juga sering ditemukan saat ibu menyusui, terutama jika
menyusui pada malam hari. Ibu menyusui bayi sambil berbaring,
posisi tubuh bayi dihadapkan kearah ibu.
Tanda Ibu telah Menyusui Bayi dengan Benar
Berikut ini merupakan tanda – tanda ibu telah menyusui bayi
dengan benar:
a. Mulut bayi terbuka lebar dan bibir terlipat keluar
b. Dagu dan hidungnya menempel pada payudara.
c. Bayi telah memasukkan sebanyak mungkin bagian areola ke
dalam mulutnya
d. Bayi menyusu dengan teratur dan mendalam, sebentar –
sebentar berhenti sesaat
10

e. Bayi menelan susu yang diminum secara teratur


f. Putting susu terasa nyaman setelah beberapa kali
pemberian susu pertama.
Tanda Ibu Belum Menyusui Bayi dengan Benar. Berikut ini
merupakan tanda – tanda ibu belum menyusui bayi dengan benar.
a. Kepala bayi tidak lurus dengan badannya
b. Bayi hanya menyusu pada putting, tidak menyusu pada areola
dengan putting susu masuk jauh ke dalam mulutnya
c. Bayi menyusu dengan ringan, cepat dan gugup, tidak
menyusu dengan sungguh – sungguh dan teratur
d. Pipinya berkerut ke arah dalam atau ibu mendengar suara “cik
– cik”.
e. Ibu tidak mendengar bayinya menelan secara teratur setelah
produksi susunya meningkat (Riksani, Ria, 2012).
2.1.2.5 Durasi Menyusu pada Bayi
Durasi menyusui berkaitan dengan adanya reflex prolaktin yang
merupakan h o r m o n e laktogenik yang penting untuk memulai dan
mempertahankan sekresi ASI. Stimulus isapan bayi akan mengirim
pesan ke hipotalamus yang merangsang hipofisis anterior untuk
melepas prolaktin, suatu hormon yang meningkatkan produksi ASI
oleh sel-sel alveolar kelenjar mamaria. Jumlah prolactin yang
disekresikan dan jumlah ASI yang diproduksi berkaitan dengan
besarnya stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas dan lama bayi
mengisap.
Menurut Arief (2009) dalam jurnal Purwani (2012) lama menyusui
bayi berbeda-beda sesuai dengan pola hisap bayi. Bayi sebaiknya
menyusu 10 menit pada payudara yang pertama, karena daya isap
masih kuat. Dan 20 menit pada payudara yang lain karena daya hisap
bayi mulai melemah. Selama periode baru lahir, waktu menyusui bayi
20-45 menit, durasi menyusui juga berpengaruh terhadap ejeksi ASI
11

saat menyusui, ketika bayi tidak dapat menyusu, stimulus untuk


produksi ASI sangat diperlukan.
Jika kegiatan menyusui berlangsung terlalu lama (lebih dari setengah
jam) atau terlalu pendek (kurang dari 4 menit), hal ini menunjukkan
kemungkinan adanya masalah pada perlekatan antara bayi dan I susu
ibu. Durasi yang baik saat menyusui menurut Sentra Laktasi Indonesia
sebaiknya 20-30 menit. Dengan durasi menyusui yang normal yaitu
ketika payudara sudah terasa kosong dan bayi terasa puas saat
menyusu akan mengurangi resiko terjadinya infeksi pada payudara
yaitu mastitis yang disebabkan oleh bendungan ASI.

2.1.2.6 Volume Produksi ASI


a. Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar – kelenjar
pembuat ASI mulai menghasilkan ASI.
b. Apabila tidak ada kelainan :
1) Hari pertama: sejak bayi lahir akan dapat menghasilkan 50-
100 ml sehari dari jumlah ini akan terus bertambah.
2) Bayi usia 2 minggu mencapai sekitar 400-450 ml, jumlah ini
akan tercapai bila bayi menyusu sampai 4-6 bulan pertama
3) Selama kurun waktu tersebut ASI mampu memenuhi
kebutuhan gizi bayi.
c. Dalam keadaan produksi ASI telah normal, volume susu
terbanyak yang dapat diperoleh adalah 5 menit
d. Pengisapan oleh bayi biasanya berlangsung selama 15-25 menit
e. Selama beberapa bulan berikutnya, bayi yang sehat akan
mengkonsumsi sekitar 700-800 ml/hari
f. Ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan volume air
susu yang diproduksi (Maryunani, 2012).
12

2.1.2.7 Manfaat Pemberian ASI


ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi. ASI tidak hanya
memberikan manfaat untuk bayi saja, melainkan untuk ibu.
a. Manfaat ASI untuk Bayi
1) Kualitas dan kuantitas nutrisi yang optimal, namun tidak
meningkatkan resiko kegemukan.
2) Antibodi tinggi sehingga anak lebih sehat
3) Tidak menimbulkan alergi dan menurunkan risiko kencing
manis
4) Menimbulkan efek psikologis untuk pertumbuhan
5) Mengurangi risiko karies gigi
6) Mengurangi risiko infeksi saluran pencernaan (muntah, diare)
7) Mengurangi risiko infeksi saluran pernapasan dan asma
8) Meningkatkan kecerdasan
9) Mudah di cerna, sesuai kemampuan pencernaan bayi
b. Manfaat ASI untuk Ibu
1) Isapan bayi merangsang terbentuknya oksitosin sehingga
meningkatkan kontraksi rahim
2) Mengurangi jumlah perdarahan nifas
3) Mengurangi risiko karsinoma mamae
4) Mempercepat pemulihan kondisi ibu nifas
5) Berat badan lebih cepat kembali normal
6) Metode KB paling aman, kadar prolactin meningkat sebagaian
akan menekan hormone FSH (Follicle Stimulating Hormone)
dan Ovulasi
7) Suatu kebanggan bagi ibu jika dapat menyusui dan merasa
menjadi wanita sempurna (Marliandiani, Yefi &, Nyna, 2015.)
13

2.1.2.8 Keunggulan dan Manfaat Menyusui


Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari dari beberapa
aspek:
a. Aspek gizi
Kolostrum mengandung zat kekebalan, terutama Ig A, untuk
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.
Begitu pentingnya bagi tubuh bayi, kolostrum harus di berikan
meskipun dalam jumlah sedikit.
b. Aspek Imunologik atau kekebalan Tubuh
Selain sudah terbukti bersih, ASI mengandung zat antiinfeksi
dan tentunya bebas dari kontaminasi. ASI mengandung zat
kekebalan karena terdapat vitamin C dan zat antiperadangan
sehingga dapat mencegah bayi mengalamiinfeksi, baik
disebabkan oleh jamur, virus, bakteri, atau parasite..
c. Aspek kesehatan Jangka Panjang
Manfaat lain ASI adalah menangkal alergi susu. Alergi tak
mengenal usia, termasuk pada bayi dan balita. Justru merekalah
yang paling rentan mengalami alergi, baik terhadap lingkungan
tidak sehat maupun terhadap makanan yang di konsumsi.
Kematangan saluran cerna pun sangat penting, bayi semakin
rentan karena saluran pencernaannya belum matang.
14

d. Aspek Psikologi
Ibu menyusui harus mempunyai pikiran dan sikap yang positif
tentang keberhasilannya menyusui. Salah satunya, ibu harus yakin
bahwa ASI-nya bisa mencukupi kebutuhan bayi. Rasa percaya diri
inilah yang akan mempengaruhi produksi ASI.Menyusui juga di
pengaruhi oleh emosi dan ikatan kasih saying antara ibu terhadap
bayi, ikatan emosional ini berpengaruh pada peningkatan produksi
oksitosin yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi dan
pengeluaran ASI.
e. Aspek kecerdasan
Manfaat lain pemberian ASI adalah meningkatnya kecerdasan bayi.
Interaksi ibu – bayi dan kandungan nilai gizi yang terdapat dalam
ASI sangat dibutuhkan dalam perkembangan system syaraf otak yang
nantinya akan meningkatkan kecerdasan bayi. Otak terdiri atas
sekitar 60% lemak dan sebagian besar di antaranya terdiri atas lemak
omega-3, termasuk DHA. Sebagian besar zat tersebut terdapat dalam
membrane sel dari neuron yang berada di otak. Kecerdasan otak
manusia ditentukan sejak dalam kandungan dan pada tahun – tahun
awal kehidupannya. DHA sangat berperan untuk perkembangan otak
bayi dan anak pada saat itu. Para ilmuwan menunjukkan bahwa ASI
menyumbang DHA dalam jumlah besar. Itu sebabnya menyusui
sangat mendorong peningkatan kecerdasan anak.
f. Aspek Neurologis atau Persyarafan
Dengan mengisap payudara, koordinasi syaraf menelan, mengisap
dan bernapas, yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih
sempurna. Seperti yang telah di paparkan sebelumnya, ASI
mengandung asam – asam lemak dalam jumlah cukup yang berperan
dalam proses myelinisasi, yaitu pembentukan selaput khusus dalam
saraf otak yang dapat mempercepat alur kerja saraf.
g. Aspek Ekonomis
Aspek lain yang turut menjadi salah satu manfaat pemberian ASI
adalah aspek penghematan secra ekonomi. Bagaiman tidak, dengan
pemberian ASI, orangtua tidak perlu mengeluarkan biaya untuk
15

membeli susu formula dan segala perlengkapannya hingga bayi


berusia 6 bulan. Jadi, dengan memberikan ASI, Anda pun akan
menghemat pengeluaran rumah tangga.
h. Aspek Kesehatan Ibu
Selain pada anak, pemberian ASI sangat bermanfaat bagi ibu. Selain
dapat diberikan dengan cra yang mudah dan murah, ASI dapat
mencegah pengecilan ukuran Rahim ke bentuk semula sebelum
hamil, menunda masa subur, mengurangi anemia, dan sebagainya.
Menyusui juga dapat menurunkan risiko terjadinya kanker payudara
dan kanker ovarium pada ibu di kemudian hari serta meningkatkan
kepadatan tulang sehingga mengurangi risiko patah tulang panggul.
i. Aspek Penundaan Kehamilan
Dengan memberikan ASI secara eksklusif, ibu sebetulnya dapat
menunda haid dan kehamilan. Dengan menyusui, Ibu sekaligus
menerapkan alat kontrasepsi alamiah. Kontrasepsi ini, secara umum,
dikenal sebagai Metode Amenore Laktasi (MAL) karena saat
menyusui terjadi peningkatan hormone prolaktin yang menekan
hormon estrogen. Hormon estrogen inilah yang menyebabkan ibu
haid dan membuat Rahim siap untuk kehamilan berikutnya (Riksani,
Ria, 2012).
2.1.3 Konsep Dasar Pijat
2.1.3.1 Pengertian Pijat
Pijat adalah terapi sentuh tertua yang dikenal manusia dan yang paling
popular. Pijat adalah seni perawatan kesehatan dan pengobatan yang
dipraktekkan sejak berabad – abad silam. Bahkan, diperkirakan ilmu ini
telah dikenal sejak awal manusia diciptakan ke dunia, mungkin karena pijat
berhubungan sangat erat dengan kehamilan dan proses kelahiran manusia
(Roesli, Utami, 2016).

2.1.3.2 Pengertian Pijat Bayi


Menurut penelitian Fitriahadi (2016) Pijat bayi adalah metode teknik dalam
asuhan kebidanan neonatus, bayi dan balita dengan melakukan massage
secara lembut dan berurutan sejak dari wajah sampai ujung kaki, dimana
16

dengan melakukan pemijatan bayi seluruh otot bayi akan relaks, peredaran
darah akan menjadi lancer dan tidur bayi akan nyenyak. Selain itu dengan
pijat bayi akan meningkatkan frekuensi dan durasi menyusu sehingga bayi
akan merasa nyaman dan tenang saat menyusu.
Dengan keteraturan bayi selama menyusu harapannya berat badan bayi akan
semakin bertambah dan asupan gizi pada bayi akan terpenuhi. Pijat bayi
merupakan budaya pengasuhan anak zaman kuno yang hingga kini masih di
lestarikan di seluruh dunia (Azz, City Ardhillah, 2016).

2.1.3.3 Manfaat Pijat Bayi

Penelitian medis terbaru telah membuktikan banyaknya manfaat pijat bayi.

Pada dasarnya, pijat bayi bermanfaat merangsang syaraf ea rah,

memperbaiki pola tidur, membantu pencernaan dan meningkatkan

ketenangan emosional, selain juga menyehatkan tubuh dan otot – ototnya.

Bayi yang dipijat dengan baik dan teratur dapat tumbuh lebih sehat dan

berkembang lebih baik (Azz, City Ardhillah, 2016).

Berikut ini beberapa hasil laporan penelitian para pakar mengenai manfaat
pijat bayi.
a. Meningkatkan berat badan
Penelitian dilakukan Prof. T. Field dan Scrafidi (1986 dan 1990)
menunjukkan bahwa pada 20 bayi premature (berat badan 1.280 dan
1.176 gram), yang dipijat 3x15 menit selama 10 hari, mengalami
kenaikan berat badan per hari 20% - 47% lebih banyak dari yang tidak
dipijat. Penelitian pada bayi cukup bulan yang berusia 1 – 3 bulan, yang
dipijat 15 menit, 2 kali seminggu selama 6 minggu didapatkan kenaiakan
berat badan yang lebih dari kontrol.
b. Meningkatkan Pertumbuhan.
Shanberg (1989) melakukan penelitian pada tikus dan menemukan
bahwa tanpa dilakukannya rangsangan raba/taktil pada tikus telah terjadi
penurunan hormon pertumbuhan.
17

c. Meningkatkan Daya Tahan Tubuh


Penelitian terhadap penderita HIV yang dpijat sebanyak 5 kali dalam
seminggu selama 1 bulan, menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah
dan toksisitas selpembunuh alami (natural killer cells). Hal tersebut
dapat mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi sekunder pada
penderita AIDS.
d. Meningkatkan Konsentrasi bayi dan membuat bayi tidur lebih lelap.
Umumnya, Bayi yang dipijat akan tertidur lebih lelap, Sedangkan pada
waktu bangun konsenterasinya akan lebih penuh. Di Touch Research
Institute, Amerika, dilakukan penelitian pada sekelompok anak dengan
pemberian soal matematika. Setelah itu, dilakukan pemijatan pada anak
– anak tersebut selama 2x15 menit setiap minggunya selama jangka
waktu 5 minggu. Selanjutnya pada anak – anak tersebut diberikan lagi
soal matematika lain. Ternyata, mereka hanya memerlukan waktu
penyelesaian setengah dari waktu yang dipergunakan untuk
menyelesaikan soal terdahulu, dan ternyata pula tingkat kesalahannya
hanya sebanyak 50% dari sebelum dipijat.
e. Membina ikatan kasih ea ra orang-tua dan anak (bonding)
Sentuhan dan pandangan kasih orang tua pada bayinya akan mengalirkan
kekuatan jalinan kasih di antara keduanya. Pada perkembangan anak,
sentuhan orang tua adalah dasar perkembang komunikasi yang akan
memupuk cinta kasih secara timbal balik. Semua ini akan menjadi
penentu bagi anak untuk secar potensial menjadi anak berbudi pekerti
baik yang percaya diri.
f. Meningkatkan Produksi ASI
Berdasarkan penelitian Cynthia Mersmann, ibu yang memijat bayinya
mampu memproduksi ASI perah lebih banyak dibandingkan kelompok
kontrol. Pada saat menyusui bayinya. Mereka meras kewalahan karena
ASI terus – menerus menetes dari payudara yang disusukan. Jadi, pijat
bayi dapat meningkatkan volume ASI peras sehingga periode waktu
pemberian ASI peras secara eksklusif dapat ditingkatkan, khususnya
oleh ibu – ibu karyawati (Roesli, Utami, 2016).
Efek Biokimia dan Fisik yang Positif. Efek biokimia yang positif dari
18

pijat, antara lain:


1) Menurunkan kadar hormone stress (cathecholamine), dan
2) Meningkatkan kadar serotonin.
Selain efek biokimia, pijatan memberikan efek fisik/klinis sebagai
berikut:
1) Meningkatkan jumlah dan sitotoksisitas dari sistem immunitas (sel
pembunuh alami).
2) Mengubah gelombang otak secara positif.
3) Memperbaiki sirkulasi darah dan pernapasan.
4) Merangsang fungsi pencernaan serta pembuangan.
5) Meningkatkan kenaikan berat badan .
6) Mengurangi depresi dan ketegangan.
7) Meningkatkan kesiagaan.
8) Membuat tidur lelap.
9) Mengurangi rasa sakit.
10) Mengurangi kembung dan kolik (sakit perut).
11) Meningkatkan hubungan batin antara orang tua dan bayinya
(bounding)
12) Meningkatkan volume air susu ibu (Roesli, Utami, 2016). Menurut
penelitian Mandriwati (2013) sentuhan pada kulit mudah dirasakan
oleh bayi karena kulit merupakan organ tubuh yang berfungsi
sebagai resptor terluas yang dimiliki manusia. Sensasi sentuh adalah
pemberian ASI secara Eksklusif dapat menjalin hubungan batin
berupa kasih saying dan interaksi yang positif antara ibu dan bayi.
Sejak dalam kandungan bayi telah merasakan belaian hangat dari
cairan ketuban. Ujung – ujung saraf yang terdapat pada permukaan
kulit dapat menerima rangsangan pijatan yang berasal dari sentuhan
halus jari – jari pemijat.
Pijatan pada bayi dapat merangsang reflek isap bayi menjadi lebih
kuat sehingga mampu meningkatkan produksi dan asupan ASI pada
bayi. Selain itu pijatan pada bayi juga berdampak pada pemenuhan
nutrisi untuk tumbuh kembang bayi secara optimal. Proses
pembentukan ASI dipengaruhi oleh glanula pituitaria anterior, yaitu
19

setelah menurunnya kadar hormone estrogen dan progesterone


akibat lepasnya plasenta. Selanjutnya terjadi peningkatan sirkulasi
darah ke buah dada, sehingga terbentuk air susu. Dengan
terbentuknya air susu, maka globulin, lemak, dan molekul – molekul
protein akan mendesak sel – sel asini pada buah dada sehingga
membengkak. Produksi hormon yang paling banyak adalah pada
malam hari. Hal ini dikarenakan pada malam hari tubuh sedang
beristirahat, sehingga dalam tubuh dapat bekerja dengan sempurna.
Untuk mengalirkan air susu ke saluran air susu (papilla mamme),
ada dua faktor yang berperan penting yaitu tekanan globuli dan
isapan bayi. Apabila bayi yang disusui maka isapan pada putting
susu merangsang syaraf – syaraf pada glandula pituitaria posterior
untuk mengeluarkan oksitosin. Oksitosin merangsang sell aba – laba
disekitar alveoli buah dada untuk berkontraksi dan mendorong air
susu masuk ke dalam pembuluh laktifer atau saluran air susu, yang
menyebab air susu menetes keluar. Semakin sering bayi disusukan
dan semakin kuat reflek isap bayi, maka pengeluaran air susu
semakin banyak.

2.1.3.4 Mekanisme Dasar Pemijatan Bayi


Mekanisme dasar dari pijat bayi belum banyak diketahui. Walaupun
demikian, saat ini para pakar sudah mempunyai beberapa teori tentang
mekanisme ini serta mulai menemukan jawabannya. Diajukan beberapa
mekanisme untuk menolong menerangkan mekanisme dasar pijat bayi,
antara lain: pengeluaran beta endorphin, aktivitas nervus vagus, dan
produksi serotonin.
a. Beta Endhorphin Mempengaruhi Mekanisme Pertumbuhan
Pijatan akan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Tahun 1989, Schanberg dari Duke University Medical School
melakukan penelitian pada bayi – bayi tikus. Pakar ini menemukan
bahwa jika hubungan taktil (jilatan – jilatan) ibu tikus ke bayinya
terganggu akan menyebabkan hal – hal berikut ini.
1. Penurunan enzim ODC (Ornithine Decarboxylase), suatu enzim
20

yang menjadi petunjuk peka bagi perumbuhan sel dan jaringan.


2. Penurunan pengeluaran hormone pertumbuhan.
3. Penurunan kepekaan ODC jaringan terhadap pemberian hormone
pertumbuhan.
Pengurangan sensai taktil akan meningkatkan pengeluaran suatu
neurochemical beta – endhorphine, yang akan mengurangi pembentukan
hormone pertumbuhan karena menurunnya jumlah dan aktivitas ODC
jaringan.
b. Aktivitas Nevus Vagus Mempengaruhi Mekanisme Penyerapan
Makanan
Penelitian Field dan Schanberg (1986) menunjukkan bahwa pada bayi
yang dipijat mengalami peningkatan tonus nervus vagus (saraf otak ke
– 10) yang akan menyebabkan peningkatan kadar enzim penyerapan
gastrin dan insulin. Dengan demikian, penyerapan makanan akan
menjadi lebih baik. Itu sebabnya mengapa berat badan bayi yang dipijat
meningkat lebih banyak daripada yang tidak dipijat.
c. Aktivitas Nervus vagus meningkatkan volume ASI
Penyerapan makanan menjadi lebih baik karena peningkatan aktivitas
nervus vagus menyebabkan bayi cepat lapar sehingga akan lebih sering
menyusu pada ibunya. Akibatnya, ASI akan lebih banyak diproduksi.
Seperti diketahui, ASI akan semakin banyak diproduksi jika semakin
banyak diminta. Selain itu, ibu yang memijat bayinya akan merasa lebih
tenang dan hal ini berdampak positif pada peningkatan volume ASI.
d. Produksi Serotoin meningkatkan daya tahan tubuh
Pemijatan akan meningkatkan aktivitas neurotrasmitter serotonin, yaitu
meningkatkan kapasitas sel reseptor yang berfungsi mengikat
glucocorticoid (adrenalin, suatu hormone stress ). Proses ini
menyebabkan terjadinya penurunan kadar hormon adrenalin ( hormone
stres). Penurunan kadar hormone stres ini akan meningkatkan daya
tahan tubuh, terutama IgM dan IgG.
e. Pijatan dapat mengubah gelombang otak
Pijat bayi akan membuat bayi tidur lelap dan meningkatkan kesiagaan
(alertness) atau konsentrasi. Hal ini disebabkan pijatan dapat mengubah
21

gelombang otak. Pengubahan ini terjadi dengan cara menurunkan


gelombang alpha dan meningkatkan gelombang beta serta tetha, yang
dapat dibuktikan dengan penggunaan EEG (electro enchephalogram)
(Roesli, Utami, 2016).

2.1.3.5 Sentuhan Ibu Akan membuat Bayi Merasa Nyaman


Sentuhan dan pijat pada bayi setelah kelahiran dapat membrikan jaminan
adanya kontak tubuh berkelanjutan yang dapat mempertahankan perasaan
aman pada bayi.
Pengaruh positif sentuhan pada proses tumbuh kembang anak telah lama
dikenal manusia. Kulit merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai
reseptor terluas yang dimiliki manusia. Sensasi sentuh’raba adalah indera
yang aktif berfungsi sejak dini. Oleh karena itu, sejak dalam kandungan,
janin telah dapat merasakan belaian hangat cairan ketuban.
Ujung – ujung saraf yang terdapat pada permukaan kulit akan bereaksi
terhadap sentuhan – sentuhan. Selanjutnya, mengirimkan pesan – pesan ke
otak melalui jaringan saraf yang berada di tulang belakang. Sentuhan juga
akan merangsang peredaran darah dan akan menambah energy gelombang
oksigen yang segar akan lebih banyak dikirim ke otak dan keseluruh tubuh
(Roesli, Utami, 2016).
2.1.3.6 Petunjuk Praktis Pemijatan Bayi
a. Kapan Pijat Bayi Dimulai
Pijat bayi dapat segera dimulai setelah bayi dilahirkan, sesuai keinginan
orang tua. Dengan lebih cepat mengawali pemijatan, bayi akan mendapat
keuntungan yang lebih besar. Apalagi jika pemijatan dapat dilakukan
setiap hari dari sejak kelahiran sampai berusia 6 – 7 bulan.
b. Waktu Terbaik Memijat Bayi
Pemijatan dapat dilakukan pada waktu – waktu berikut ini:
1. Pagi hari, pada saat orang tua dan anak siap untuk memulai hari
baru.
2. Malam hari, sebelum tidur. Ini sangat baik untuk membantu bayi
tidur lebih nyenyak.
22

b. Persiapan Sebelum Memijat


1. Tangan bersih dan hangat
2. Hindari agar kuku dan perhiasan tidak mengakibatkan goresan pada
kulit bayi
3. Ruang untuk memijat diupayakan hangat dan tidak pengap
4. Bayi sudah selesai makan atau sedang tidak lapar
5. Secara khusus menyediakan waktu untuk tidak diganggu minimum
selama 15 menit guna melakukan seluruh tahap – tahap pemijatan
6. Duduklah pada posisi yang nyaman dan tenang
7. Baringkanlah bayi di atas permukaan kain yang rata, lembut, dan
bersih
8. Siapkanlah handuk, popok, baju ganti, dan minyak bayi (baby
oil/lotion) (Roesli, Utami, 2016, p. 14).

2.1.3.7 Tehnik Memijat Bayi


Banyak dari orang tua yang merasa ragu untuk memijatkan bayinya.
Keraguan ini cukup beralasan karena di samping masih terlalu kecil, juga
tulang bayi belum cukup kuat untuk dilakukan pemijatan.
Keraguan ini hendaknya bias di tepis karena pijat bayi sangatlah berbeda
dengan pijat orang dewasa. Menurut para ahli di bidang tumbuh kembang
anak, pijat bayi dapat dilakukan melalui usapan halus tanpa tekanan, dan
dapat dimulai setelah bayi lahir sekalipun. Jadi, memijat bayi dapat di mulai
kapan saja sesuai keinginanan (Prasetyono, 2017).
Bayi akan mendapat keuntungan lebih besar bila pemijatan dilakukan
setiap hari sejak lahir sampai usia enam atau tujuh bulan. Sebaiknya
pemijatan dilakukan pagi hari sebelum mandi,atau bisa juga malam hari
sebelum bayi tidur, karena aktivitas bayi sepanjang hari yang cukup
melelahkan tentunya bayi juga perlu relaksasi agar otot- ototnya menjadi
kendur kembali, sehingga bayi dapat tidur lebih nyenyak dan tenang.
Tindakan pijatdi kurangi seiring dengan bertambahnya usia bayi. Sejak usia
enam bulan pijat dua hari sekali sudah memadai (Prasetyono, 2017).
Pemijatan dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa keahlian khusus.
Namun, harus di ingat bahwa yang di pijat adalah seorang bayi yang
23

tulangnya belum cukup kuat untuk dilakukan penekanan seperti dalam pijat
orang dewasa. Sebelum memijat, pastikan tangan anda bersih dan hangat.
Periksa kuku dan perhiasan untuk menghindari goresan pada kulit bayi
(Prasetyono, 2017).
Waktu yang digunakan dalam pemijatan tidak ada ketentuan baku.
Namun, berdasarkan pengalaman, paling lama pemijatan secara lengkap
dapat di lakukan sekitar 15 menit. Setelah selesai,segaralah bayi
dimandikan agar tubuhnya merasa segar dan bersih dari lumuran baby oil
(Prasetyono, 2017).
Pemijatan bisa dilakukan oleh siapapun, baik ayah, ibu, nenek, atau
anggota keluarga lain. Penelitian di Australia membuktikan, bayi yang di
pijat ayahnya berat bdannya cenderung naik dan hubungan dengan ayah
makin baik. Bahkan bayi yang di pijat sejak usia 4 minggu, ketika mencapai
usia 12 minggu, akan lebih responsive (Prasetyono, 2017).
Teknik memijat sangat mudah di pelajari oleh siapapun karena itu
untuk memberikan pijatan pada si kecil, tak selalu harus dengan bantuan
tukang pijat bayi. Anda pun bisa melakukan sendiri di rumah. Asal anda
memahami betul tata cara pemijatan serta bagian mana yang boleh di pijat
dan yang tidak boleh, maka manfaat pijatan dan yang tak boleh, maka
manfaat pijatan yang anada berikan bisa di rasakan secara maksimal oleh
bayi anda. Ada beberapa lokasi pada tubuh bayi yang di anjurkan untuk di
berikan pijatan, yaitu wajah, dada, perut, tangan dan kak, serta punggung.
Sebelum mulai memijat, lalukan beberapa langkah persiapan (Prasetyono,
2017 ) yaitu :
a. Mencuci tangan
b. Hindari kuku dan perhiasan yang menggores kulit bayi
c. Ruang untuk memijat usahakan hangat dan tidak pengap
d. Bayi selesai makan atau tidak berada dalam keadaan lapar
e. Usahakan tidak di ganggu dalam waktu lima belas menit untuk
melakukan proses pemijatan
f. Baringkan bayi di atas kain rata yang lembut dan bersih
g. Ibu/Ayah duduk dalam posisi nyaman
h. Sebelum memijat, mintalah izin kepada b ayi dengan cara membelai
24

wajahnya sambil mengajak bicara.

2.1.3.8 Tata Cara Memijat Bayi


Untuk mendapatkan manfaat yang optimal pemijatan bayi tak bisa dilakukan
secara sembarangan. Ada cara dan rambu-rambu yang mesti dipertahatikan
Suririnah (2009) dalam Prasetyono (2017).
a. Bayi Umur 0-1 bulan
Gerakan yang dilakukan lebih mendekati usapan usapan halus.Sebelum
ali pusat bayi lepas, sebaiknya tidak di lakukan pemijatan di daerah
perut.
b. Bayi Umur 1-3 bulan
Gerakan memijat dilakukan dengan halus disertai tekanan ringan dalam
waktu yang lebih singkat.
c. Bayi Umur 3 Bulan – Anak Umur 3 Tahun
Seluruh gerakan dilakukan dengan tekanan dan waktu yang makin
meningkat.Total waktu pemijatan disarankan sekitar 15 menit.
Lumurkan sesering mungkin minyak atau baby oil atau lotion yang
lembut sebelum dan selama pemijatan. Setelah itu, lalukan gerakan
pembukaanberupa sentuhan ringan di sepanjang sisi muka bayi atau
usaplah rambutnya. Gerakan pembuka ini untuk memberitahukan bahwa
waktu pemijatan akan segera dilakukan padanya
Setiap gerakan yang di berikan pada masing-masing teknik dapat di
ulang sebanyak lima sampai enam kali sesuai kebutuhan Eveline dan
Djamaluddin (2010).
d. Langakah langkah pemijatan bayi (Babycare Franchise Johnson Asia
Pasific,2012).
Pijatan Wajah
Teknik pemijatan di bawah ini dapat di lakukan dengan menyesuaikan
kebutuhan bayi masing masing orang tua harus senantiasa mencermati
tanda- tanda dan reaksi dari respon bayi yang di pijat.
1. Careless Love (Sentuhan Cinta)
Mengusap dengan rasa saying dimulai dari garis tengah wajah
kearah samping seperti membuka buku.
25

2. Relax (Pijatan daerah alis)


Pijat daerah di atas alis dari tengah ke samping menggunkan kedua
ibu jari
3. Circle Down ( Pijatan Memutar Membentuk Lingkaran)
Pijat mulai dari kedua sudut mata bagian dalam mulut melewati
pangkalhidung sampai tulang pipi seperti senyuman bayi. Pijat di
atas dagu mulai dari tengah ke samping menuju kea rah pipi.
4. Cute (Pijatan Daerah Belakang Telinga)
Akhiri pijatan wajah dengan gerakan lingkran kecil mulai dari daerah
di bawah telinga menuju dagu dengan menggunakan tiga jari.
Pijatan Dada
1. Butterfly (Pijatan Kupu-kupu)
Letakkan kedua telapak tangan di tengah dada bayi.Gerakkan kedua
telapak tangan ke atas samping di bwah leher kemudian ke samping
ke bawah dan kembali ke tengah tanpa mengangkat tangan,
menyerupai sayap kupu-kupu
2. Cross (Pijatan Menyilang)
Letakkan kedua telapak tangan di kedua sudut tulang rusuk
terbawah. Pijat menyilang dengan telapak tangan dari pinggang kea
rah bahu dan sebaliknya, bergantian kanan dan kiri.
Pijatan Tangan
1. Milking (Pijatan memerah)
Pegang lengan bayi dengan kedua telapak tangan seperti memegang
memukul softball (tangan kanan menggenggam lengan atas,tangan
kiri menggenggam lengan bawah)
Buat gerakan seperti memerah dengan menggerakkan tangan kanan
dan kiri pangkal lengan atas ke pergelangan tangan secara bergantian
dan berulang-ulang
2. Rolling (Pijatan Menggulung)
Gunakan kedua telapak tangan untuk membuat gerakan seperti
menggulung mulai dari pangkal lengan menuju pergelangan tangan
3. Squeezing (Pijatan Memeras)
Lakukan gerakan memutar dan memeras dengan lembut dari pangkal
26

paha ke pergelangan kaki dengan kedua tangan


4. Thum After Thumb (Pijatan telapak dan punggung tangan)
Pijat seluruh permukaan telapak tangan mulai dari pergelangan
tangan kearah jari-jari menggunakan ibu jari. Pijat seluruh
permukaan punggung tangan mulai dari pergelangan tangan kea rah
jari-jari menggunakan ibu jari.
5. Spiral (Pijatan memutar pada telapak tangan dan punggung tangan)
Pijat seluruh permukaan telapak tangan mulai dari pergelangan
tangan menuju pangkal jari dengan gerakan memutar menggunakan
ibu jari. Pijat seluruh permukaan punggung tangan mulai dari
pergelangan tangan menuju pangkal jari dengan gerakan memutar
menggunakan ibu jari.
6. Finger Snake (Pijatan pada Jari)
Goyang dan tarik lembut setiap jari tangan bayi
7. Relax (Gerakan Relaksasi)
a. Tangan disilangkan
Pegang pergelangan tangan bayi dan silangkan keduanya di
dada,luruskan kembali kedua tangan bayi ke samping, ulangi
gerakan ini beberapa kali
b. Diagonal tangan-kaki
Pertemukan ujung kaki kanan dan ujung kaki kanan dan ujung
kaki kiri bayi di atas tubuh bayi sehingga membentuk garis
diagonal.Tarik kembalikaki kanan dan tangan kanan dan tangan
kiri bayi ke posisi semula.Pertemukan ujung kaki kiri dan ujung
tangan kanan bayi di atas tubuh bayi sehingga membentuk garis
diagonal. Tarik kembali kaki kanan dan tangan kiri bayi ke
posisi semula. Lakukan gerakan ini secara berulang-ulang.
Pijatan Perut
1. Mengayuh
Letakkan telapak tangankanan di bawah tulang iga dan hati gerakkan
telapak tangan kanan ke bawah dengan tekanan lembut sampai di
bawah pusar Ulang dengan telapak tangan kiri secara bergantian
beberapa kali.
27

2. Bulan-Matahari
Pijat dengan telapak tangan kanan mulai dari perut kanan bawah bayi
ke atas menuju ke perut kiri bawah bayi ke atas,menuju ke perut kiri
bawah bayi searah jarum jam Lanjutkan pijatan dengan tangan kiri
dengan gerakan berputar,mulai perut sebelah kanan bawah bayi ke
atas mengikuti arah jarum jam, membentuk lingkaran penuh,gerakan
di ulang beberapa kali.
3. I Love You
I : Pijat dengan tiga ujung jari tangan, dari perut kiri atas bayi lurus
ke bawah seperti membentuk huruf I.
LOVE : Pijat dengan tiga ujung jari tangan, dari kanan atas ke
kiri atas perut bayi, kemudian ke bawah membentuk huruf L
terbalik.
YOU : Pijat dengan tiga ujung jari tangan, dari kanan atas
kemudianke perut kiri atas menuju bawah, membentuk huruf U
terbalik.
4. Walking Fingers (Pijatan Jari Berjalan)
Tekan seluruh bagian dinding perut dengan ujung jari
telunjuk,jari tengah, dan jari manis, bergantian berjalan dari
sebelah kanan ke kiri untuk mengeluarkan gelembung
gelembung udara
5. Relax (Gerakan Relaksasi)
Akhiri pijatan perut dengan mengangkat dan menekuk kedua kaki
bayi hingga bagian paha menyentuh perut, kemudian menekan
perlahan ea rah perut
Pijatan Kaki
1. Milking (Pijatan Memerah)
a. Pegang tungkai bayi dengan kedua telapak tangan
sepertimemegang pemukul softball (tangan kanan menggenggam
tungkai atas,tangan kiri menggenggam tungkai bawah)
28

b. Buat gerakan seperti memerah dengan menggerakkan


tangan kanan dan kiri kebawah dari pangkal paha ke tumit
secara bergantian dan berulang-ulang.
2. Squeezing (Pijatan Memeras)
Lakukan gerakan memutar dan memeras denganlembuat dari
pangkal paha ke pergelangan kaki dengan kedua tangan.
3. Thumb After Thumb (Pijatan telapak dan punggung kaki)
a. Pijat seluruh permukaan telapak kaki mulai dari tumit kea
rah jari-jari menggunakan kedua ibu jari
b. Pijat seluruh permukaan punggung kaki mulai dari tumit
kearah jari jari menggunakan ibu jari.
4. Spiral (Pijatan memutar pada telapak dan punggung kaki)
a. Pijat seluruh permukaan telapak kaki mulai dari
pergelangan kaki menuju pangkal jari dengan gerakan
memutar menggunakan ibu jari
b. Pijat seluruh permukaan punggung kaki mulai dari
pergelangan kakimenuju pangkal jari dengangerakan
memutar menggunakan ibu jari
5. Finger Shake (Pijatan pada Jari)

Goyangdan tarik lembut setiap jari kaki

6. Relax (Gerakan Relaksasi)

a. Menyilangkan kaki

Pegang kedua pergelangan kaki bayi, silangkan ke atas,


sehinggamata kaki kanan luar bertemu mata kaki kiri dalam.
Kembalikan posisi kaki pada posisi semula. Gerakan ini
dilakukan bergantian dan berulang

b. Menekuk Kaki bergantian

Pegang pergelangan kaki kanan dalam posisi kaki lurus,


kemudian tekuk kaki kanan perlahan kea rah perut.

c. Lakukan gerakan yang sama pada kaki kiri, ulang secara


bergantian beberapa kali.

Pijatan Punggung
29

1. Go Back Forward (Pijatan Maju Mundur)


a. Tengkurapkan bayi melintang di depan pemijat, dengan kepala
di sebelah kiri dan kaki di sebelah kanan pemijat
b. Posisi telapak tangan tegak lurus terhadap tulang punggung
bayi, lakukan gerakan maju mundur, menggunakan telapak
tangan di sepanjang punggung dari leher sampai ke pantatbayi.
2. Slip (Pijatan Meluncur)
Posisi telapak tangan tegak lurus terhadap tulang punggung bayi,
gerakkan telapak tangan lurus dari atas ke bawah, dari leher sampai
bokong
3. Mengayuh
Letakkan telapak tangan kanantegak lurus terhadap tulang belakang.
Gerakkan telapak tangan kanan ke bawah dengan tekanan lembut
sampaibokong / pantat
4. Spiral (Pijatan Melingkar)
Buat gerakan melingkar kecil di sepanjang otot punggung, mulai
dari bahu sampai bokong sebelah kiri dan kanan, dengan
menggunakan tiga jari
5. Menggaruk
Akhiri pijatan punggung dengan membuat beberapa kali belaian
memanjang dari leher menuju bokong dengan menggunakan ujung-
ujung jari.

2.1.4 Kerangka Teori

1. Durasi menyusu
Pijat Bayi
2. Pemberian ASI

Bagan 2.1.4 Kerangka Teori

2.1.5 Hipotesis / Pernyataan Penelitian


Ada pengaruh Pijat bayi terhadap Durasi menyusu pada bayi usia 0 – 12
Bulan di puskesmas Mariat.
BAB III
30

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Desain penelitian menurut jenis penelitiannya merupakan penelitian analitik dengan
menggunakan pendekatan cross sectional. Cross sectional yaitu dimana obyek penelitian
hanya diobservasi sekali dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel
objek pada saat pemeriksaan dengan cara pendekatan dan pengumpulan data sekaligus
pada satu saat. (Notoatmodjo,2010).
Penelitian ini untuk mencari Efektifitas Pijit Bayi Terhadap Durasi Menyusu Usia 0 –
12 Bulan Di Puskesmas Mariat.
3.2 Kerangka Konsep penelitian
Kerangka Konsep merupakan kerangka hubungan antara konsep – konsep atau
Variabel – variabel yang akan diamati atau diukur melalui penelitian yang akan
dilakukan (Notoatmodjo, 2010). Kerangka konsep merupakan model konseptual yang
berkaitan dengan bagaimana seseorang peneliti menysusun teori atau menghubungkan
secara logis beberapa factor yang dianggap penting untuk masalah,variabel yang akan
diteliti penulis adalah pijat bayi dan durasi menyusu pada bayi, dimana lokasi penelitian
akan dilaksanakan di Puskesmas Mariat
.
VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN

Durasi menyusu
Pijat Bayi pada bayi

Bagan 2.1.5 Kerangka Konsep


31

3.3 Variabel Penelitian


Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek,
organisasi, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2016 :68). Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen (variabel
bebas) dan variabel dependen (variabel terikat).
a. Variabel bebas (Independent Variable) Variabel yang sering disebut sebagai
variabel stimulus, prediktor, antecedent. Variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2016:68).
b. Variabel terikat ( Dependent Variable ) Variabel dependen atau terikat
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena
adanya variabel bebas (Sugiyono, 2016:68). Variabel terikat yang digunakan
dalam penelitian ini keputusan pembelian. Keputusan pembelian adalah
proses integrasi yang digunakan untuk mengkombinasi pengetahuan untuk
mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih salah satu
diantaranya. ( Peter dan Olson 2013:163)
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian
a. Populasi
Populasi adalah semua subjek/objek yang mempunyai kualitas dan
karakteritas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian disimpulkan (Sugiyono,2018). Dalam penelitian ini populasinya
adalah Bayi usia 0 – 12 Bulan yang masih menyusu pada ibunya di
Puskesmas Mariat.
b. Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang dipergunakan sebagai subjek penelitian
melalui sampling yang mewakili kriteria ( Nursalam,2015) Sampel dalam
penelitian ini Bayi usi 0 – 12 Bulan yang masih menyusu pada ibunya di
Puskemas Mariat.
32

Pada penelitian ini kriteria inklusinya adalah :


1. Bayi yang mendapat ASI
2. Orang Tua Bayi yang bersedia menjadi Responden

Pada penelitian ini kriteria ekslusinya adalah :

1. Bayi yang mengalami kelainan bawaan/cacat organ


2. Bayi dalam keadaan sakit
c. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel menggunakan metode Simplerandom
sampling. Simple random sampling adalah teknik pengambilan sampel dari
anggota populasi yang dilakukan secara acak.

3.5 Defenisi Operasional


Variabel Defenisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Pengukuran
Pijat Bayi Stimulasi berupa Mengunakan
serangkaian Kuisioner
sentuhan yang di
lakukan pada bayi,
untuk
meningkatkan
aktivitas saraf pada
bayi.
Durasi Lamanya bayi Menggunakan Lamanya
menyusu menyusu pada jam sebagai bayi
ibunya. penghitung durasi menyusu
menyusu bayi dengan
dengan satuan satuan
33

menit. menit.

Table 3.1 Tabel Defenisi Operasional

3.6 Tempat dan Waktu Penelitian


a. Tempat penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Puskesmas Mariat Kabupaten
Sorong.
b. Waktu penelitian:
Penelitian ini dilakukan mulai dari penyusunan proposal sampai penyusunan
laporan skripsi, di mulai pada bulan bulan April 2022.
3.7 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bagi peneliti yang digunakan untuk
mengumpulkan data atau informasi yang relevan dengan permasalahan penelitian.
Menurut Rully Indrawan (2017:112)
Kuesioner merupakan cara pengumpulan data dengan cara membuat atau
menyusun daftar pertanyaan secara rinci dan lengkap. Kuesioner diserahkan
kepada responden untuk dijawab secara bebas tanpa ada pengaruh dari peneliti.
Menurut Sugiyono (2019:142). Kuisioner ini di gunakan untuk mengetahui
Durasi Menyusu bayi sebelum dan sesudah di Pijit.
3.8 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengambilan data dalam penilitian menggunakan Wawancara yaitu
metode yang digunakan untuk mencari data primer dan merupakan metode yang
banyak dipakai dalam penelitian. Wawancara dilakukan ketika peneliti ingin
menggali lebih dalam mengenai sikap, keyakinan, perilaku atau pengalaman dari
responden. (Bastisan,Dkk,2018).
Wawancara dalam penelitian ini menggunakan panduan kuisioner untuk
memendapatkan data tentang pemberian ASI pada Bayi usia 0 – 12 Bulan.
34

3.9 Teknik Pengelolahan Data dan Analisa Data


a. Pengelolahan data
1) Editing
Merupakan kegiatan yang bertujuan untuk meneliti kembali apakah isian
pada lembar pada pengumpulan data (kuisioner) sudah cukup baik sebagai
upaya menjaga kualitas data agar dapat diproses lebih lanjut
(Hidayat,2012)
2) Coding
Coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi
angka atau bilangan. Setelah semua kuesioner diedit atau disunting
selanjutnya dilakukan pengkodean atau coding (Notoatmojo, 2012).
3) Entry
Entry adalah data yang telah dikode tersebut kemudian di masukkan
kedalam program komputer untuk selanjutnya akan diolah
(Sulistyaningrum,2009).
b. Analisa data
Analisa data dalam penelitian ini menggunakan teknik sebagai berikut:
1) Analisa Univarat
Analisa univarat digunakan untuk mendeskripsikan masing-masing
variabel, yaitu variabel bebas (pemakaian kontrasepsi hormonal) maupun
variabel terikat (keluhan perimenopause). Analisis ini berupa distribusi
frekuensi dan presentase dari setiap variabel. (Notoatmodjo, 2012)
2) Variabel Bivarat
Digunakan untuk menjelaskan hipotesis pengaruh antara variabel bebas
dengan variabel terikar melalui uji statistik dengan menggunakan uji Chi
kuadrat. Dasar pengambilan keputusan yang digunakan berdasarkan
probabilitas. Jika probabilitas <0.05 maka H0 ditolak (ada pengaruh)
(Singgih Susanto,2000).
Dengan mengambil keputusan sebagai berikut:
35

a. P value ≤0.05 : H1 diterima yang berarti ada pengaruh Pijit bayi


terhadap Durasi Menyusu di Puskesmas Mariat.
b. P value>0.005 : H1 ditolak yang berarti tidak ada pengaruh Pijat Bayi
terhadap Durasi Menyusu di Puskesmas Mariat.
3.10 Etika Penelitian
Dalam penelitian ini dapat rekomendasi dari Direktur Poltekes Kemenkes
Sorong, dan permintaan izin ke Puskesmas Mariat Kabupaten Sorong setelah
mendapat persetujuan barulah melakukan penelitian dengan menekankan aspek
etika yang meliputi:
a. Lembar persetujuan menjadi responden (Informed consent)
Lembar persetujuan akan diberikan kepada responden atau subjek sebelum
penelitian dilaksanakan dengan maksud supaya responden mengetahui tujuan
penelitian. Jika subjek bersedia diteliti harus menandatangani lembar
persetujuan tersebut, tetapi jika tidak bersedia maka penelitian harus tetap
menghormati hal responden (Notoatmojo,2012).
b. Tanpa nama
Peneliti tidak mencantumkan nama responden yang akan dijadikan sebagai
subjek penelitian untuk menjaga kerahasiaan identitas sebjek, tetapi peneliti
akan memberi tanda atau kode secara khusus (Notoatmojo,2012).
c. Kerahasiaan (Confideniality)
Peneliti senantiasa akan menjaga kerahasiaan dari data yang diperoleh dan
hanya disajikan kepada kelompok tertentu yang berhubungan dengan
penelitian sehingga rahasia subjek penelitian benar-benar terjamin. Metode
penelitian merupakan suatu cara dalam melakukan penelitian, metode yang
dipilih berhubungan erat dengan prosedur alat serta desain penelitian yang
digunakan. (Notoatmojo,2012).
36

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai