Anda di halaman 1dari 44

PENGARUH PIJAT BAYI TERHADAP DURASI MENYUSU

PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PKM

TELUKJAMBE TIMUR KARAWANG

Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas individu mata kuliah metode penelitian

Disusun Oleh :

Fika Dwi Sutianigtias

L0450462205588

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN POLITEKNIK

BHAKTI ASIH PURWAKARTA TAHUN 2023-2024


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air susu ibu (ASI) merupakan zat yang sempurna untuk

pertumbuhan bayi dan dapat mempercepat perkembangan berat badan

bayi. Menurut Maryunani (2015) air susu ibu adalah suatu emulsi lemak

dalam larutan protein, laktosa dan garam–garam anorganik yang

disekresikan oleh kelenjar mammae ibu dan dapat berguna sebagai

makanan bayi. Selain itu, ASI mengandung zat penolak / pencegah

penyakit serta dapat memberikan kepuasan dan mendekatkan hati ibu dan

bayi sebagai sarana menjalin hubungan kasih sayang. Oleh karena itu

World Health Organization (WHO) / United Nations Children’s Fund

(UNICEF) telah merekomendasikan standar emas pemberian makan pada

bayi yaitu menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur

6 bulan didahului dengan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) segera setelah

lahir, dan mulai umur 6 bulan diberikan makanan pendamping ASI (MP-

ASI) dan diteruskan menyusu hingga anak berumur 2 tahun (Kemenkes,

2015).

Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi di provinsi Jawa

Barat tahun 2019 sebanyak 63,35%. Cakupan pemberian ASI eksklusif

pada bayi mengalami peningkatan tahun 2020 menjadi 68,09% (Dinkes

Jabar, 2020). Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang menunjukkan

cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi tahun 2017 sebanyak 54%
Tahun 2018 cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi mengalami

peningkatan menjadi 59,2%. Target cakupan ASI eksklusif 0-6 bulan yaitu

47%, dengan demikian cakupan ASI eksklusif di kabupaten Karawang

telah memenuhi target. Hal ini dapat terjadi dikarenakan telah banyak

masyarakat yang memahami tentang pentingnya ASI eksklusif bagi bayi

sedangkan bayi mendapat MP-ASI secara dini sebanyak 20,2% (Dinkes

Kab Karawang, 2018).

Pijat bayi adalah sentuhan yang diberikan lewat kulit bayi sebagai

upaya untuk memberi rangsangan yang bermakna kasih sayang. Salah satu

manfaat dari pijat bayi adalah merangsang ujung – ujung saraf bayi yang

berhubungan dengan reflek hisap bayi menjadi kuat. Bayi Baru Lahir

hanya bisa dipijat di bagian kaki, telapak kaki, lengan dan telapak

tangannya. Pemijatan juga cukup dilakukan selama 3-5 menit saja.

Penelitian medis terbaru telah membuktikan banyaknya manfaat pijat bayi.

Pada dasarnya, pijat bayi bermanfaat merangsang saraf motorik,

memperbaiki pola tidur, membantu pencernaan dan meningkatkan

ketenangan emosional, selain itu juga menyehatkan tubuh dan otot –

ototnya. Bayi yang dipijat dengan baik dan teratur dapat tumbuh lebih

sehat dan berkembang lebih baik (Azz, City Ardhillah, 2016, p. 105).

Menurut Kelly (2008) dalam jurnal Fitriahadi (2016) dengan

diberikan pijat bayi aktivitas nervus vagus mempengaruhi mekanisme

penyerapan makanan pada bayi yang dipijat dan mengalami peningkatan

tonus nervus vagus yang akan menyebabkan peningkatan enzim

penyerapan gastrin dan insulin. Sehingga menyebabkan penyerapan


makanan menjadi lebih baik dan meningkatkan berat badan bayi. Aktivitas

nervus vagus meningkatkan volume ASI, penyerapan makanan menjadi

lebih baik karena peningkatan aktivitas nervus vagus menyebabkan bayi

cepat lapar dan akan lebih sering menyusu pada ibunya sehingga ASI akan

lebih banyak diproduksi.

Penelitian terkini oleh Nizar et al (2016) dalam jurnal Sari (2016)

yang menyatakan ada hubungan antara durasi menyusui dengan kejadian

gizi kurang, pernyataan Almatsier pada tahun 2011 menyatakan durasi

menyusui yang baik > 15 menit dan pernyataan ini juga didukung oleh

WHO pada tahun 2011 bahwa durasi menyusu penting untuk pertumbuhan

bayi agar bayi mendapatkan gizi yang sempurna dari ASI yang terdapat

dalam forcemilk (ASI awal) dan hindmilk (ASI akhir). Durasi yang lama

dalam menyusui akan mendapatkan gizi yang lengkap dari ASI karena

mendapat ASI yang awal sampai ASI akhir. Banyaknya bayi yang

mengalami berat badan tidak naik sebagian besar disebabkan oleh durasi

yang singkat, karena ASI yang didapat hanya ASI awal dan tidak sampai

ASI akhir sehingga bayi banyak yang tidak mendapat gizi yang optimal

sehingga banyak yang berat badannya tidak naik, jika kondisi ini

diteruskan maka akan berakibat buruk pada bayi dan beresiko mengalami

gizi kurang dan gizi buruk. Distribusi durasi menyusu bayi sebelum

dilakukan pijat bayi dengan durasi ˂5 menit lebih banyak 13 (86,6%)

dibanding durasi menyusu ≥5 menit sebanyak 2 (13,3%) sedangkan

distribusi yang sudah dilakukan pijat bayi dengan durasi ≥5 menit lebih
banyak 9 (60%) dibanding dengan durasi menyusu ˂5 menit 6 (40%)

(Fitriahadi, 2016)

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul pengaruh pijat bayi terhadap durasi

menyusu bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja PKM Telukjambe Timur

Karawang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini

adalah Apakah Pijat Bayi berpengaruh Terhadap durasi menyusu pada bayi di

PKM Telukjambe Timur Kabupaten Karawang Januari Tahun 2024?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk diketahui pengaruh pijat bayi terhadap durasi menyusu pada bayi

di PKM Telukjambe Timur Kabupaten Karawang Januari Tahun 2024

2. Tujuan Khusus

a) Diketahuinya durasi menyusu bayi pada kelompok kontrol hari ke

10 dan hari ke 20

b) Diketahuinya durasi menyusu bayi pada kelompok eksperimen hari

ke 10 dan hari ke 20

c) Diketahuinya pengaruh pijat bayi terhadap durasi menyusu bayi

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi peneliti

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti terutama tentang

metode Pijat bayi dalam meningkatkan durasi menyusu pada bayi.


2. Manfaat Praktek

a. Bagi Masyarakat

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan promosi kesehatan

mengenai arti pentingnya pemberian asi yang optimal dengan

dilakukan pijat bayi.

b. Bagi PKM Telukjambe

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu

pengetahuan yang berkaitan dengan pijat bayi dalam peningkatan

pemberian ASI.

c. Bagi ibu menyusui

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber pengetahuan untuk ibu

menyusui tentang manfaat dan pentingnya pemberian asi yang

optimal untuk tumbuh kembang bayi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Konsep Dasar Bayi

a. Pengertian Bayi

Bayi merupakan anak dengan usia 0-12 bulan. Masa 0-12 bulan

dikategorikan sebagai infant (Rahmania, Hanifah, 2015).

2. Konsep Dasar ASI

a. Pengertian ASI

Air susu ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,

laktosa dan garam-garam anorganik yang di sekresikan oleh kelenjar

mammae ibu, dan berguna sebagai makanan bayi (Maryunani, Anik,

p.40).

b. Produksi ASI

1) Refleks Prolaktin

Progesteron dan estrogen yang dihasilkan plasenta merangsang

pertumbuhan kelenjar-kelenjar susu, sedangkan progesteron juga

merangsang pertumbuhan saluran (duktus) kelenjar. Kedua hormon


tersebut menekan prolaktin, Setelah plasenta lahir maka produksi

prolaktin meningkat sehingga merangsang laktasi (pembentukan

ASI). Pada waktu bayi menghisap payudara ibu, ibu menerima

rangsangan neurohormonal pada puting dan areola, rangsangan ini

melalui nervus vagus diteruskan ke hipofisis lalu ke lobus anterior,

dari lobus anterior akan mengeluarkan hormon prolaktin yang masuk

melalui peredaran darah sampai pada kelenjar-kelenjar pembuat ASI

(sel acini) dan merangsang untuk memproduksi ASI.

2) Refleks Let Down

Hormon oksitosin diproduksi oleh bagian belakang kelenjar

hipofisis. Hormon tersebut dihasilkan bila ujung saraf di sekitar

payudara dirangsang oleh hisapan. Oksitosin akan dialirkan melalui

darah menuju ke payudara yang akan merangsang kontraksi otot di

sekeliling alveoli (pabrik ASI) dan memeras ASI keluar dari pabrik

ke gudang ASI. Hanya ASI di dalam gudang ASI yang dapat

dikeluarkan untuk bayi oleh ibunya.

Oksitosin dibentuk lebih cepat dibanding prolaktin. Keadaan ini

menyebabkan ASI di payudara akan mengalir untuk dihisap.

Oksitosin sudah mulai bekerja saat ibu berkeinginan menyusui

(sebelum bayi menghisap). Jika refleks oksitosin tidak bekerja

dengan baik, maka bayi mengalami kesulitan mendapatkan ASI.

Payudara seolah – olah telah berhenti memproduksi ASI, padahal

payudara tetap menghasilkan ASI namun tidak mengalir keluar.

Efek penting oksitosin lainnya adalah menyebabkan uterus


berkontraksi setelah melahirkan. Hal ini membantu mengurangi

perdarahan, walaupun kadang menyebabkan nyeri. Dalam proses

menyusui refleks pengeluaran oksitosin ini disebut juga sebagai“ Let

down refleks atau love refleks “ refleks ini mengakibatkan

mememancarnya ASI keluar, isapan bayi akan merangsang puting

susu dan areola yang dikirim lobus posterior melalui nervus vagus,

dari glandula pituitari posterior dikeluarkan hormon oksitosi ke

dalam peredaran darah yang menyebabkan adanya kontraksi otot –

otot mioepitel dari saluran air susu, karena adanya kontraksi ini maka

ASI akan terperas ke arah ampula. Produksi Asi meningkat sesudah

2-3 hari post partum, buah dada menjadi besar,keras dan nyeri ini

menunjukkan permulaan sekresi ASI. Keadaan yang dapat

meningkatkan produksi hormon oksitosin:

1. Perasaan dan curahkan kasih sayang terhadap bayinya

2. Celotehan atau tangisan bayi

3. Dukungan ayah dalam pengasuhan bayi, seperti menggendong

bayi ke ibu saat akan disusui atau disendawakan, mengganti

popok dan memandikan bayi, bermain, mendendangkan bayi dan

membantu pekerjaan rumah tangga.

4. Pijat bayi

Sedangkan untuk beberapa keadaan yang dapat mengurangi produksi

hormon oksitosin:

1. Rasa cemas, sedih, marah, kesal atau bingung

2. Rasa cemas terhadap perubahan bentuk payudara dan bentuk


tubuhnya, meninggalkan bayi karena harus bekerja, dan ASI tidak

mencukupi kebutuhan bayi.

3. Rasa sakit terutama saat menyusui (Rahayu, YP, dkk, 2012)

3) Rooting reflex atau Refleks Mencari

Bayi baru lahir bila disentuh pipinya akan menoleh ke arah sentuhan.

Bila bibirnya dirangsang atau disentuh, dia akan membuka mulut dan

berusaha mencari puting untuk menyusu. Refleks ini sangat penting

selama proses menyusui karena bayi akan menggunakan refleks ini

untuk memulai menyusu.

4) Refleks Menghisap

Bayi sudah bisa menghisap sejak lahir. Semakin sering bayi

menghisap, produksi ASI pun akan semakin berlimpah. Refleks ini

akan terlihat bila ada sesuatu yang merangsang langit – langit

mulutnya, biasanya puting susu.

5) Refleks Menelan

Saat ada sesuatu yang masuk kedalam mulutnya, dalam hal ini air

susu, bayi sudah bisa menelannya (Riksani, Ria, 2012).

B. Konsep Dasar Pijat Bayi

1. Pengertian Pijat

Pijat adalah terapi sentuh tertua yang dikenal manusia dan yang

paling popular. Pijat adalah seni perawatan kesehatan dan pengobatan yang

dipraktekkan sejak berabad – abad silam. Bahkan, diperkirakan ilmu ini

telah dikenal sejak awal manusia diciptakan ke dunia, mungkin karena pijat
berhubungan sangat erat dengan kehamilan dan proses kelahiran manusia

(Roesli, Utami, 2016). Menurut penelitian Fitriahadi (2016) pijat bayi

adalah metode teknik dalam asuhan kebidanan neonatus, bayi dan balita

dengan melakukan massage secara lembut dan berurutan sejak dari wajah

sampai ujung kaki, dimana dengan melakukan pemijatan bayi seluruh otot

bayi akan rileks, peredaran darah akan menjadi lancar dan tidur bayi akan

nyenyak. Selain itu dengan pijat bayi akan meningkatkan frekuensi dan

durasi menyusu sehingga bayi akan merasa nyaman dan tenang saat

menyusu. Dengan keteraturan bayi selama menyusu harapannya berat badan

bayi akan semakin bertambah dan asupan gizi pada bayi akan terpenuhi.

Pijat bayi merupakan budaya pengasuhan anak zaman kuno yang hingga

kini masih dilestarikan di seluruh dunia (Azz, City Ardhillah, 2016).

2. Manfaat Pijat bayi

Penelitian medis terbaru telah membuktikan banyaknya manfaat

pijat bayi. Pada dasarnya, pijat bayi bermanfaat merangsang syaraf motorik,

memperbaiki pola tidur, membantu pencernaan dan meningkatkan

ketenangan emosional, selain juga menyehatkan tubuh dan otot – ototnya.

Bayi yang dipijat dengan baik dan teratur dapat tumbuh lebih sehat dan

berkembang lebih baik (Azz, City Ardhillah, 2016). Berikut ini beberapa

hasil laporan penelitian para pakar mengenai manfaat pijat bayi.

1) Meningkatkan berat badan

Penelitian dilakukan Prof. T. Field dan Scrafidi (1986 dan 1990)

menunjukkan bahwa pada 20 bayi prematur (berat badan 1.280 dan 1.176

gram), yang dipijat 3x15 menit selama 10 hari, mengalami kenaikan


berat badan per hari 20% - 47% lebih banyak dari yang tidak dipijat.

Penelitian pada bayi cukup bulan yang berusia 1 – 3 bulan, yang dipijat

15 menit, 2 kali seminggu selama 6 minggu didapatkan kenaikan berat

badan yang lebih dari kontrol.

2) Meningkatkan Pertumbuhan

Shanberg (1989) melakukan penelitian pada tikus dan menemukan

bahwa tanpa dilakukannya rangsangan raba/taktil pada tikus telah terjadi

penurunan hormon pertumbuhan.

3) Meningkatkan Daya Tahan Tubuh

Penelitian terhadap penderita HIV yang dipijat sebanyak 5 kali dalam

seminggu selama 1 bulan, menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah

dan toksisitas sel pembunuh alami (natural killer cells). Hal tersebut

dapat mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi sekunder pada

penderita

AIDS.

4) Meningkatkan Konsentrasi bayi dan membuat bayi tidur lebih lelap.

Umumnya bayi yang dipijat akan tertidur lebih lelap, sedangkan pada

waktu bangun konsentrasinya akan lebih penuh. Di Touch Research

Institute, Amerika, dilakukan penelitian pada sekelompok anak dengan

pemberian soal matematika. Setelah itu, dilakukan pemijatan pada anak –

anak tersebut selama 2x15 menit setiap minggunya selama jangka waktu

5 minggu. Selanjutnya pada anak-anak tersebut diberikan lagi soal

matematika lain. Ternyata, mereka hanya memerlukan waktu

penyelesaian setengah dari waktu yang dipergunakan untuk


menyelesaikan soal terdahulu, dan ternyata pula tingkat kesalahannya

hanya sebanyak 50% dari sebelum dipijat.

5) Membina ikatan kasih sayang orang-tua dan anak (bonding)

Sentuhan dan pandangan kasih orang tua pada bayinya akan mengalirkan

kekuatan jalinan kasih di antara keduanya. Pada perkembangan anak,

sentuhan orang tua adalah dasar perkembang komunikasi yang akan

memupuk cinta kasih secara timbal balik. Semua ini akan menjadi

penentu bagi anak untuk secara potensial menjadi anak berbudi pekerti

baik yang percaya diri.

6) Meningkatkan Produksi ASI

Berdasarkan penelitian Cynthia Mersmann, ibu yang memijat bayinya

mampu memproduksi ASI perah lebih banyak dibandingkan kelompok

kontrol. Pada saat menyusui bayinya. Mereka merasa kewalahan karena

ASI nya terus – menerus menetes dari payudara yang disusukan. Jadi,

pijat bayi dapat meningkatkan volume ASI perah sehingga periode waktu

pemberian ASI perah secara eksklusif dapat ditingkatkan, khususnya oleh

ibu – ibu karyawati (Roesli, Utami, 2016, p. 7 – 8).

3. Mekanisme Dasar Pemijatan (Fisiologi Pijat Bayi)

Mekanisme dasar dari pijat bayi belum banyak diketahui walaupun

demikian, saat ini para pakar sudah mempunyai beberapa teori tentang

mekanisme ini serta mulai menemukan jawabannya. Diajukan beberapa

mekanisme untuk menerangkan mekanisme dasar pijat bayi, antara lain:

pengeluaran beta endorphin, aktivitas nervus vagus, dan produksi

serotonin.
1) Beta Endorphin Mempengaruhi Mekanisme Pertumbuhan

Pijatan akan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak

tahun 1989, Schanberg dari Duke University Medical School

melakukan penelitian pada bayi – bayi tikus. Pakar ini menemukan

bahwa jika hubungan taktil (jilatan – jilatan) ibu tikus ke bayinya

terganggu akan menyebabkan hal – hal berikut ini.

a. Penurunan enzim ODC (Ornithine Decarboxylase), suatu enzim

yang menjadi petunjuk peka bagi pertumbuhan sel dan jaringan.

b. Penurunan pengeluaran hormon pertumbuhan.

c. Penurunan kepekaan ODC jaringan terhadap pemberian hormon

pertumbuhan.

Pengurangan sensasi taktil akan meningkatkan pengeluaran suatu

neurochemical beta – endorphin, yang akan mengurangi

pembentukan hormon pertumbuhan karena menurunnya jumlah dan

aktivitas ODC jaringan.

2) Aktivitas Nervus Vagus

a. Mempengaruhi Mekanisme Penyerapan Makanan

Penelitian Field dan Schanberg (1986) menunjukkan bahwa pada

bayi yang dipijat mengalami peningkatan tonus nervus vagus (saraf

otak ke – 10) yang akan menyebabkan peningkatan kadar enzim

penyerapan gastrin dan insulin. Dengan demikian, penyerapan

makanan akan menjadi lebih baik. Itu sebabnya mengapa berat

badan bayi yang dipijat meningkat lebih banyak daripada yang


tidak dipijat.

b. Meningkatkan volume ASI

Penyerapan makanan menjadi lebih baik karena peningkatan

aktivitas nervus vagus menyebabkan bayi cepat lapar sehingga

akan lebih sering menyusu pada ibunya. Akibatnya, ASI akan lebih

banyak diproduksi. Seperti diketahui, ASI akan semakin banyak

diproduksi jika semakin banyak diminta. Selain itu, ibu yang

memijat bayinya akan merasa lebih tenang dan hal ini berdampak

positif pada peningkatan volume ASI,

3) Produksi Serotonin meningkatkan daya tahan tubuh

a. Pemijatan akan meningkatkan aktivitas neurotransmitter serotonin,

yaitu meningkatkan kapasitas sel reseptor yang berfungsi mengikat

glucocorticoid (adrenalin, suatu hormon stres). Proses ini

menyebabkan terjadinya penurunan kadar hormon adrenalin

(hormone stress). Penurunan kadar hormon stres ini akan

meningkatkan daya tahan tubuh, terutama IgM dan IgG.

b. Pijatan dapat mengubah gelombang otak

Pijat bayi akan membuat bayi tidur lelap dan meningkatkan

kesiagaan (alertness) atau konsentrasi. Hal ini disebabkan pijatan

dapat mengubah gelombang otak. Pengubahan ini terjadi dengan

cara menurunkan gelombang alpha dan meningkatkan gelombang

beta serta theta, yang dapat dibuktikan dengan penggunaan EEG

(electroencephalogram) (Roesli, Utami, 2016).


4. Petunjuk Pemijatan Bayi

Kapan Pijat Bayi Dimulai

Banyak dari orang tua yang merasa ragu untuk memijatkan

bayinya. Keraguan ini cukup beralasan karena di samping masih terlalu

kecil, juga tulang bayi belum cukup kuat untuk dilakukan pemijatan.

Keraguan ini hendaknya bisa di tepis karena pijat bayi sangatlah berbeda

dengan pijat orang dewasa. Menurut para ahli di bidang tumbuh kembang

anak, pijat bayi dapat dilakukan melalui usapan halus tanpa tekanan, dan

dapat dimulai setelah bayi lahir sekalipun. Jadi, memijat bayi dapat di

mulai kapan saja sesuai keinginan (Prasetyono, 2017).

Bayi akan mendapat keuntungan lebih besar bila pemijatan

dilakukan setiap hari sejak lahir sampai usia enam atau tujuh bulan.

Sebaiknya pemijatan dilakukan pagi hari sebelum mandi, atau bisa juga

malam hari sebelum bayi tidur, karena aktivitas bayi sepanjang hari yang

cukup melelahkan tentunya bayi juga perlu relaksasi agar otot- ototnya

menjadi kendur kembali, sehingga bayi dapat tidur lebih nyenyak dan

tenang. Tindakan pijat di kurangi seiring dengan bertambahnya usia bayi.

Sejak usia enam bulan pijat dua hari sekali sudah memadai (Prasetyono,

2017).

Pemijatan dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa keahlian khusus.

Namun, harus di ingat bahwa yang di pijat adalah seorang bayi yang

tulangnya belum cukup kuat untuk dilakukan penekanan seperti dalam

pijat orang dewasa. Sebelum memijat, pastikan tangan anda bersih dan

hangat. Periksa kuku dan perhiasan untuk menghindari goresan pada kulit
bayi (Prasetyono, 2017).Waktu yang digunakan dalam pemijatan tidak ada

ketentuan baku. Namun, berdasarkan pengalaman, paling lama pemijatan

secara lengkap dapat dilakukan sekitar 15 menit. Setelah selesai, segeralah

bayi dimandikan agar tubuhnya merasa segar dan bersih dari lumuran

baby oil (Prasetyono, 2017).

Pemijatan bisa dilakukan oleh siapapun, baik ayah, ibu, nenek, atau

anggota keluarga lain. Penelitian di Australia membuktikan, bayi yang di

pijat ayahnya berat badannya cenderung naik dan hubungan dengan ayah

makin baik. Bahkan bayi yang di pijat sejak usia 4 minggu, ketika

mencapai usia 12 minggu, akan lebih responsive (Prasetyono, 2017).

5. Tehnik Memijat Bayi

Teknik memijat sangat mudah di pelajari oleh siapapun karena itu

untuk memberikan pijatan pada si kecil, tak selalu harus dengan bantuan

tukang pijat bayi. Anda pun bisa melakukan sendiri di rumah. Asal anda

memahami betul tata cara pemijatan serta bagian mana yang boleh di pijat

dan yang tidak boleh, maka manfaat pijatan dan yang tak boleh, maka

manfaat pijatan yang anda berikan bisa dirasakan secara maksimal oleh

bayi anda. Ada beberapa lokasi pada tubuh bayi yang dianjurkan untuk

diberikan pijatan, yaitu wajah, dada, perut, tangan dan kaki, serta

punggung. Sebelum mulai memijat, lakukan beberapa langkah persiapan

(Prasetyono, 2017 ) yaitu :

a. Mencuci tangan

b. Hindari kuku dan perhiasan yang menggores kulit bayi


c. Ruang untuk memijat usahakan hangat dan tidak pengap

d. Bayi selesai makan atau tidak berada dalam keadaan lapar

e. Usahakan tidak diganggu dalam waktu lima belas menit untuk

melakukan proses pemijatan

f. Baringkan bayi di atas kain rata yang lembut dan bersih

g. Ibu/Ayah duduk dalam posisi nyaman

h. Sebelum memijat, mintalah izin kepada bayi dengan cara membelai

wajahnya sambil mengajak bicara.

6. Tata Cara Memijat si Kecil

Untuk mendapatkan manfaat yang optimal pemijatan bayi tak bisa

dilakukan secara sembarangan. Ada cara dan rambu-rambu yang mesti

diperhatikan Suririnah (2009) dalam Prasetyono (2017).

1) Bayi Umur 0-1 bulan

Gerakan yang dilakukan lebih mendekati usapan usapan halus.

Sebelum tali pusat bayi lepas, sebaiknya tidak dilakukan pemijatan di

daerah perut.

2) Bayi Umur 1-3 bulan

Gerakan memijat dilakukan dengan halus disertai tekanan ringan

dalam waktu yang lebih singkat.

3) Bayi Umur 3 Bulan – Anak Umur 3 Tahun

Seluruh gerakan dilakukan dengan tekanan dan waktu yang makin

meningkat. Total waktu pemijatan disarankan sekitar 15 menit.


Lumurkan sesering mungkin minyak atau baby oil atau lotion yang

lembut sebelum dan selama pemijatan. Setelah itu, lakukan gerakan

pembukaan berupa sentuhan ringan di sepanjang sisi muka bayi atau

usaplah rambutnya. Gerakan pembuka ini untuk memberitahukan

bahwa waktu pemijatan akan segera dilakukan padanya. Setiap

gerakan yang diberikan pada masing-masing teknik dapat di ulang

sebanyak lima sampai enam kali sesuai kebutuhan Eveline dan

Djamaluddin (2010;83).

C. Teori Durasi Menyusu

Menurut Bobak (2004) dalam jurnal Purwani (2012) Durasi menyusui

berkaitan dengan adanya refleks prolaktin yang merupakan hormon laktogenik

yang penting untuk memulai dan mempertahankan sekresi ASI. Stimulus

isapan bayi akan mengirim pesan ke hipotalamus yang merangsang hipofisis

anterior untuk melepas prolaktin, suatu hormon yang meningkatkan produksi

ASI oleh sel-sel alveolar kelenjar mamae. Jumlah prolaktin yang disekresikan

dan jumlah ASI yang diproduksi berkaitan dengan besarnya stimulus isapan,

yaitu frekuensi, intensitas dan lama bayi mengisap.

Menurut Arief (2009) dalam jurnal Purwani (2012) lama menyusui bayi

berbeda-beda sesuai dengan pola hisap bayi. Bayi sebaiknya menyusu 10

menit pada payudara yang pertama, karena daya isap masih kuat. Dan 20

menit pada payudara yang lain karena daya hisap bayi mulai melemah. Selama

periode baru lahir, waktu menyusui bayi 20-45 menit, durasi menyusui juga

berpengaruh terhadap ejeksi ASI saat menyusui, ketika bayi tidak dapat

menyusu, stimulus untuk produksi ASI sangat diperlukan. Jika kegiatan


menyusui berlangsung terlalu lama (lebih dari setengah jam) atau terlalu

pendek (kurang dari 4 menit), hal ini menunjukkan kemungkinan adanya

masalah pada perlekatan antara bayi dan puting susu ibu. Durasi yang baik

saat menyusui menurut Sentra Laktasi Indonesia sebaiknya 20-30 menit.

Dengan durasi menyusui yang normal yaitu ketika payudara sudah terasa

kosong dan bayi terasa puas saat menyusu akan mengurangi resiko terjadinya

infeksi pada payudara yaitu mastitis yang disebabkan oleh bendungan ASI.

BAB III

KERANGKA TEORI DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Teori

Bayi 0-6 bulan

Isapan putting
susu
Pijat Bayi

Hipotalamus

- Rangsangan Ujung syaraf


otak
- Hasilkan beta endhorpi Hipofisis bagian
- Aktifkan Nervus vagus belakang
- Meningkatkan enzim
gastrin dan insulin

Hormon oksitosin
B. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel Operasional

Kerangka Konsep merupakan kerangka hubungan antara konsep – konsep

atau Variabel – variabel yang akan diamati atau diukur melalui penelitian

yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2010). Kerangka konsep merupakan

model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seorang peneliti

menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang

dianggap penting untuk masalah,variabel yang akan diteliti penulis

adalah pijat bayi dan durasi menyusu pada bayi, dimana lokasi penelitian

akan dilaksanakan di PKM Telukjambe Timur di Kabupaten Karawang

bulan Desember 2023 – Januari 2024

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN

PIJAT BAYI DURASI MENYUSU BAYI

Bagan 2.4 Kerangka Konsep


2. Definisi Operasional

Variab Defenisi Alat ukur Hasil Ukur Skala

el
Pengukuran

Pijat Bayi Stimulasi Menggunaka Nominal

berupa n SOP pijat Dilakuka

serangkaian bayi, yang n Tidak

sentuhan yang dilakukan di dilakuka

dilakukan pada pagi hari n

bayi, untuk

meningkatkan

aktivitas saraf

pada bayi.

Durasi Lamanya Menggunak Rerata Rasio

Menyu bayi an Jam lamanya

su menyusu sebagai bayi

pada ibunya, penghitung menyusu

durasi dengan

menyusu satuan

bayi,dengan menit

satuan

menit
C. Hipotesis

Adapun hipotesis dari penelitian tersebut adalah : “Ada pengaruh Pijat

bayi terhadap durasi menyusu bayi”

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental kuasi, dengan

rancangan waktu dengan kelompok pembanding (Control time series

design). pada desain ini ada kelompok pembanding (kontrol). Rancangan

ini lebih memungkinkan adanya kontrol terhadap validitas internal

sehingga keuntungan dari rancangan ini adanya validitas internal yang

tinggi (Notoadmodjo,2012)

Validitas internal berhubungan dengan ketepatan mengidentifikasi

perubahan variabel keluaran atau hasil eksperimen, hanya sebagai akibat

dari adanya perlakuan. Artinya seberapa jauh perubahan yang terjadi pada

variabel dependen tersebut sebagai pengaruh dari adanya perlakuan

(Riyanto,2017).
Rancangan bentuk desain ini desain rangkian waktu dengan

kelompok pembanding (Control Time Series Design), adalah sebagai

Kelompok eksperimen

Kelompok kontrol Pretest Posttes

berikut (Riyanto,2017)

Bagan 3.1 Desain Penelitian

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di PKM Telukjambe Jalan Jalitri,

Pinayungan, Telukjambe Timur Karawang Jawa Barat Januari 2024

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan Januari 2024

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek / subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono,

2016: 80).
Populasi pada penelitian ini adalah bayi yang berumur 0-6 bulan di PKM

Telukjambe pada bulan Januari 2024. Berdasarkan data yang diperoleh

dari survei awal jumlah bayi di bulan Januari berjumlah 76 orang.

2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah sebagian dari populasi bayi yaitu bayi

berusia 0-6 bulan di PKM Telukjambe Timur di Kabupaten Karawang

tahun 2024 berjumlah 30. Masing-masing kelompok yaitu kelompok

dilakukan pijat bayi dan kelompok yang tidak dilakukan pijat bayi.

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive

sampling, dimana pengambilan sampel didasarkan pada kriteria yang

sudah diketahui sebelumnya.

a. Kriteria Inklusi

1. Ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan

2. tidak mendapat susu formula

2. Keadaan bayi sehat

3. Alamat Domisili sekitar wilayah PKM

4. Ibu bersedia menjadi responden

b. Kriteria Eksklusi

1. Ibu yang mempunyai bayi yang usianya tidak terdaftar

2. Bayi dalam keadaan sakit

3. Bayi yang tidak di beri ASI

D. Alat ukur / Instrumen dan Bahan Penelitian


Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner dan jam sebagai

alat untuk mengukur durasi menyusu selama 10 menit.

E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis data

a. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari kuesioner Tindakan

dan jam sebagai alat untuk mengetahui durasi menyusu bayi sebelum

dan sesudah diberi perlakuan.

b. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini berasal dari data bayi yang

berdomisili di sekitar PKM Telukjambe

2. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan cara

pengisian kuisioner yang telah dipersiapkan oleh peneliti.

F. Prosedur Penelitian

Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti mengikuti prosedur

pengumpulan data sebagai berikut :

1. Prosedur Administratif

Pengumpulan data dilakukan setelah mendapat surat ijin untuk melakukan

penelitian dari Institusi Poltekkes Bhakti Asih Purwakarta , peneliti

mendatangi lokasi penelitian yaitu di PKM Telukjambe Timur di

Kabupaten Karawang pada bulan Januari 2024.


a) Melakukan sosialisasi rencana – rencana penelitian pada Ka. Pus dan

pegawai PKM Telukjambe. Peneliti menjelaskan tujuan penelitian,

manfaat penelitian, manfaat serta prosedur penelitian.

2. Pemilihan pengumpulan data

Peneliti mengambil sampel sesuai dengan kriteria sampel yang telah

ditetapkan.

3. Pelaksanaan

a) Peneliti mengidentifikasi responden yang memiliki kriteria sampel

yang telah ditetapkan

b) Kemudian peneliti menjelaskan tentang tujuan penelitian, manfaat

penelitian, hak untuk menolak berpartisipasi tanpa pengaruh orang

lain serta jaminan rahasia dan privasi

c) Peneliti memberikan kesempatan kepada calon responden (ibu/ayah

bayi) untuk bertanya tentang hal yang belum jelas mengenai

penelitian yang akan dilakukan

d) Peneliti kemudian menawarkan responden penelitian dengan

menandatangani lembar persetujuan menjadi responden (informed

consent).

e) Penelitian dilakukan selama satu bulan, setelah itu peneliti

melakukan analisa data dan pengolahan data menggunakan teknik

komputerisasi.

G. Pengelolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan data
Menurut Siregar (2013, p. 86) pengolahan data meliputi kegiatan sebagai

berikut:

a. Editing

Proses pengecekan atau memeriksa data yang telah berhasil

dikumpulkan dari lapangan, karena ada kemungkinan data yang telah

masuk tidak memenuhi syarat atau tidak dibutuhkan.

b. Coding

Kegiatan pemberian kode tertentu pada tiap-tiap data yang termasuk

kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk

angka-angka atau huruf untuk membedakan antara data atau identitas

data yang akan dianalisis.

c. Tabulasi

Proses penempatan data ke dalam bentuk tabel yang telah diberi kode

dengan kebutuhan analisis.

2. Analisa Data

Analisis data ini untuk menguji hipotesis penelitian yaitu untuk

mengetahui pengaruh pijat bayi terhadap durasi menyusu. Perbedaan hasil

durasi menyusu ini dengan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

Setelah dilakukan uji persyaratan analisis data dan diketahui data

berdistribusi normal sehingga data tersebut merupakan jenis statistik

parametris. Jadi, analisis data menggunakan program SPSS dapat

dilakukan dengan metode independent sample t test untuk menguji

perbedaan durasi menyusu pada bayi. Metode paired sample t test


digunakan untuk menguji efektivitas penerapan pijat bayi yang digunakan

sebagai penilaian durasi menyusu terhadap bayi. Teknik analisis

digunakan untuk menguji apakah skor rerata kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen memiliki perbedaan yang signifikan. Syarat data

bersifat signifikan apabila nilai signifikansi lebih kecil dari taraf

signifikansi 5%. Seluruh perhitungan uji-t dilakukan dengan menggunakan

SPSS versi 20.

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pijat bayi

terhadap durasi menyusu pada bayi usia 0-6 bulan. Subyek penelitian ini

adalah 30 bayi dari dua kelompok, yaitu 15 bayi yang tidak di pijat dan

15 bayi yang di pijat. Data dalam penelitian ini meliputi data skor pretest

dan skor Posttest hasil pijat bayi dari kelompok kontrol maupun

kelompok eksperimen. Data dalam penelitian ini juga disertai hasil

observasi dalam pelaksanaan pijat bayi. Sehingga dapat diketahui adanya

pengaruh pijat bayi terhadap durasi menyusu pada bayi 0-6 bulan.

1) Deskripsi Data Hasil Penelitian

Deskripsi data berfungsi untuk menggambarkan data yang telah


diperoleh dari sumber data di lapangan. Data yang sudah diperoleh,

disajikan dalam bentuk tabel, harga mean, modus, median, simpangan

baku atau standar deviasi, nilai tertinggi dan nilai terendah. Data tersebut

kemudian dianalisis guna menjawab hipotesis. Berikut uraian dari hasil

analisis data dan pembahasan hasil penelitian.

a. Hasil Pretest

Pretest dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

kelompok kontrol durasi menyusu hari ke 10 dan durasi menyusu hari

ke 20 sebelum diberi perlakuan. Pelaksanaan pretest dalam penelitian

ini yaitu kelompok kontrol hari ke 10 dan hari ke 20. Penelitian ini

juga disertai hasil observasi. Berikut uraian data hasil pretest masing-

masing kelompok.

Kelompok Kontrol

Data nilai pretest pada kelompok kontrol hari ke 10 ini diperoleh


nilai tertinggi sebesar 4 dan nilai terendah sebesar 2 dengan nilai rata-
rata (mean) sebesar 5,133. Modus sebesar 5 dan median sebesar 5
serta standar deviasi sebesar 1,355. Perhitungan distribusi data secara
lengkap dapat dilihat pada lampiran. Rangkuman distribusi frekuensi
hasil nilai pretest pada kelompok kontrol hari ke 10 dan hari ke 20
dapat di lihat pada tabel.

Tabel 5.1 Distribusi Durasi Menyusu Bayi pada Kelompok Kontrol pada hari ke-10
dan hari ke- 20 di PKM Telukjambe Timur Tahun 2023
No Durasi menyusu hari ke 10 hari ke 20
dalam Menit

1 3 2 2
2 4 3 3
3 5 4 4
4 6 3 3
5 7 3 3
6 8 0 0
7 9 0 0
8 10 0 0
TOTAL 15 15

b. Hasil Posttest

Posttest penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan

durasi menyusu setelah dilakukan pijat bayi. Pelaksanaan posttest

kelompok kontrol yang tidak diberikan pijat dan kelompok eksperimen

yang sudah menerapkan pijat bayi yang dikembangkan sebagai

penelitian. Hasil posttest diperoleh dari hasil bayi yang diberikan pijat

bayi sehingga akan diketahui seberapa besar pengaruh durasi menyusu

pada bayi yang telah mendapat perlakuan pijat bayi.

Kelompok Eksperimen

Data nilai pretest pada kelompok kontrol ini diperoleh nilai

tertinggi sebesar 6 dan nilai terendah sebesar 2 dengan nilai rata-rata

(mean) sebesar 5,133. Modus sebesar 5 dan median sebesar 8 serta

standar deviasi sebesar 1,355. Perhitungan distribusi data secara

lengkap dapat dilihat pada lampiran. Rangkuman distribusi frekuensi

hasil nilai pretest pada kelompok eksperimen dapat dilihat pada tabel.

Tabel 5.2 Distribusi Durasi Menyusu Bayi pada Kelompok Eksperimen pada hari
ke- 10 dan hari ke-20 di PKM Telukjambe Timur Tahun 2023
No Durasi meyusu hari ke 10 hari ke 20
dalam menit
1 3 2 0
2 4 3 0
3 5 4 0
4 6 3 2
5 7 3 3
6 8 0 3
7 9 0 6
8 10 0 1
TOTAL 15 15

c. Perbandingan Data Skor Kelompok Kontrol dan Kelompok

Eksperimen

Perbandingan data skor berikut untuk mempermudah dalam

membandingkan antara skor tertinggi, skor terendah, mean, median,

mode, dan standar deviasi dari kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol. Perbandingan data tersebut disajikan secara lengkap, baik

pretest maupun posttest hasil penilaian pengaruh pijat bayi terhadap

durasi menyusu pada bayi,

Tabel 5.3 Perbandingan Skor Pretest dan Posttest pijat bayi terhadap durasi
menyusu

Skor Skor Standar


Data N Mean Median Mode
tertinggi Terendah Deviasi
Pretest
15 6 3 4,533 5 5 1,060
(kontrol)
Pretest
15 7 3 5,133 5 5 1,356
(eksperimen)
Posttest
15 6 3 4,800 5 5 1,014
(kontrol)
Posttest
15 10 6 8,066 8 9 1,233
(eksperimen)

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dibandingkan antara nilai pretest dan

posttest hasil pijat bayi yang diperoleh kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen. Nilai pretest kelompok kontrol diperoleh nilai tertinggi 6 dan

nilai terendah 3, sedangkan nilai posttest diperoleh nilai tertinggi 6 dan

nilai terendah 3. Nilai pretest kelas eksperimen diperoleh nilai tertinggi 7


dan nilai terendah 3, sedangkan hasil posttest diperoleh nilai tertinggi 10

dan nilai terendah 6.

Nilai pretest kelompok kontrol diperoleh rata-rata 4,533,

sedangkan nilai posttest diperoleh rata-rata 4,800. Pada kelas eksperimen

nilai rata-rata mengalami peningkatan dimana nilai pretest diperoleh

rata-rata 5,133 dan nilai posttest diperoleh rata-rata 8,066.

2. Uji Persyaratan Analisis

Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji

persyaratan data yang terdiri dari uji normalitas sebaran data dan uji

homogenitas varian. Pengujian persyaratan analisis ini bertujuan untuk

menentukan jenis statistik yang akan digunakan untuk analisis data. Hasil

uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varian dijelaskan sebagai

berikut.

a. Uji Normalitas Sebaran Data

Data uji normalitas diperoleh dari hasil pretest dan hasil posttest

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Menggunakan bantuan

program SPSS versi 20, dengan membaca nilai Sig. (2- tailed)

menggunakan metode Kolmogorov-Smirov sehingga dapat

menunjukan sebaran data tersebut berdistribusi normal atau tidak.

Syarat data berdistribusi normal apabila nilai Sig. (2-tailed) yang

diperoleh dari hasil perhitungan lebih besar dari tingkat alpha 5%

atau Sig. (2-tailed) > 0,05. Berikut hasil uji normalitas sebaran data

pretest dan posttest pada kelompok kontrol maupun kelompok

eksperimen.
Tabel 5.4 Hasil Uji Normalitas Sebaran Data Nilai Kelompok Kontrol dan Kelompok
Eksperimen

Data Asymp. Sig (2-tailed) Keterangan


Pretest Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05 =
0,095
Kelompok Kontrol Normal
Posttest Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05 =
0,016
Kelompok Kontrol Normal
Pretest Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05 =
0,200
Kelompok Eksperimen Normal
Posttest Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05 =
0,017
Kelompok Eksperimen Normal

Hasil uji normalitas sebaran data pretest kelompok kontrol

diketahui bahwa data tersebut memiliki Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,095.

Dengan demikian, Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05 maka

dapat disimpulkan data pretest kelompok kontrol berdistribusi normal.

Hasil perhitungan normalitas sebaran data posttest kelompok kontrol

diketahui bahwa data tersebut memiliki Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,016.

Dengan demikian, Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05 maka

dapat disimpulkan bahwa data posttest kelas kontrol berdistribusi

normal.

Hasil uji normalitas sebaran data pretest kelompok eksperimen

diketahui bahwa data tersebut memiliki Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,200.

Dengan demikian, Asymp. Sig (2-tailed) lebih besar dari 0,05 maka

dapat disimpulkan data pretest kelompok eksperimen berdistribusi

normal. Hasil perhitungan normalitas sebaran data posttest kelompok

eksperimen diketahui bahwa data tersebut memiliki Asymp. Sig. (2-

tailed) = 0,017. Dengan demikian, Asymp. Sig (2-tailed) lebih besar


dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data posttest kelas

eksperimen berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas Varian

Setelah dilakukan uji normalitas sebaran data, kemudian

dilakukan uji homogenitas varian. Syarat data dikatakan homogen jika

nilai signifikansi hitung lebih besar dari taraf signifikansi 5% atau

(nilai Sig. > 0,05). Berikut hasil uji homogenitas varian data pretest

dan posttest pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen

dibantu program SPSS versi 20.

1) Uji Homogenitas Varian Data Pretest


Rangkuman hasil uji homogenitas varian data pretest durasi

menyusu.

Tabel 5.4 Hasil Uji Homogenitas Varian Data Pretest Durasi Menyusu
Test of Homogeneity of Variances
Nilai Pretest
Levene Statistic df1 df2 Sig.
0,122 1 28 0,730

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa hasil uji homogenitas

menggunakan metode levene statistic diperoleh angka signifikansi

sebesar 0,730. Maka dapat disimpulkan bahwa hasil pretest

dikatakan homogen karena nilai Sig. sebesar 0,730 > taraf

signifikansi 0,05.

2) Uji Homogenitas Varian Data Posttest

Rangkuman hasil uji homogenitas varian data posttest durasi

menyusu disajikan sebagai berikut.

Tabel 5.5 Hasil Uji Homogenitas Varian Data Posttest Durasi Menyusu
Test of Homogeneity of Variances
Nilai Posttest
Levene Statistic df1 df2 Sig.
0,062 1 28 0,804

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa hasil uji homogenitas

menggunakan metode levene statistic diperoleh nilai signifikansi

sebesar 0,804 Maka dapat disimpulkan bahwa hasil posttest

dikatakan homogen karena nilai Sig. sebesar 0,804 > taraf

signifikansi 0,05.

3. Analisis Data
a. Uji-t Skor Pretest Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen

Hasil analisis statistik deskriptif skor pretest pada kelompok

kontrol dan kelompok eksperimen yang meliputi jumlah subjek (N),

jumlah skor total (∑X), mean, mode (Mo), dan median (Mdn)

disajikan dalam tabel pada halaman berikut.

Tabel 5.6 Perbandingan Data Statistik Skor Pretest Kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen
Data N ∑X M Mo Mdn
Pretest Kel.Kontrol 15 67,995 4,533 5 5
Pretest Kel.Eksperimen 15 76,995 5,133 5 5

Keterangan : N = Jumlah subjek


∑X = Jumlah skor kel.kontrol dan kel.eksperimen

M = Mean (rerata)
Mo = Mode
Mdn = Median
Hasil skor pretest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen

dapat dilihat pada skor rerata masing-masing kelompok. Skor rerata

pretest kelompok kontrol sebesar 4,533 sedangkan skor rerata pretest

kelompok eksperimen sebesar 5,133. Skor rerata pretest kedua

kelompok tersebut tidak berbeda secara signifikan. Dapat

disimpulkan bahwa kedua kelompok tidak berbeda jauh atau setara.

Data skor pretest kedua kelompok dianalisis menggunakan teknik

perbandingan rata-rata independent sample t test untuk mengetahui

ada tidaknya perbedaan kemampuan kedua kelompok sebelum diberi

perlakuan. Hasil independent sample t test data pretest kelompok

kontrol dan eksperimen disajikan dalam tabel pada halaman berikut.

Tabel 5.7 Hasil Uji-t Skor Pretest Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen

Data thitung df Sig. (2-tailed) Keterangan

Sig. (2-tailed) >0,05 (tidak ada


Pretest -2,256 14 0,041
perbedaan yang signifikan)

Berdasarkan tabel 5.7 di atas dapat diketahui besarnya t hitung

adalah -2,256 dengan df = 14. Diketahui nilai Sig. (2-tailed) 0,041 >

0,05. Dengan demikian, hasil uji-t tersebut menunjukan tidak terdapat

perbedaan kemampuan antar kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan. Dengan kata lain keadaan awal kedua kelompok tersebut

sama.

b. Uji-t Skor Posttest Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen

Hasil analisis statistik deskriptif skor posttest durasi menyusu

pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang meliputi


jumlah subjek (N), jumlah skor total (∑X), mean, mode (Mo), dan

median (Mdn) disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 5.8 Perbandingan Data Statistik Skor Posttest Kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen

Data N ∑X M Mo Mdn
Posttest Kel.Kontrol 15 72,0 4,800 5 5
Posttest Kel.Eksperimen 15 120,9 8,066 5 8

Keterangan : N = Jumlah subjek


∑X = Jumlah skor kel.kontrol dan kel.eksperimen

M = Mean (rerata)
Mo = Mode
Mdn =Median
Hasil skor posttest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen

dapat dilihat pada skor rerata masing-masing kelompok. Skor rerata

posttest kelompok kontrol sebesar 4,800 sedangkan skor rerata posttest

kelompok eksperimen sebesar 8,066. Skor rerata posttest kedua

kelompok tersebut berbeda secara signifikan.

Untuk menguji tingkat signifikansi data skor posttest kedua

kelompok maka dapat dianalisis menggunakan teknik perbandingan

rerata independent sample t test. Hasil independent sample t test data

skor posttest durasi menyusu kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen adalah sebagai berikut.

Tabel 5.9 Hasil Uji-t Skor Posttest Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen

Data Thitung Df Sig. (2-tailed) Keterangan


Sig. (2-tailed) <0,05 (ada
Posttest -24,819 14 0,000
perbedaan yang signifikan)

Berdasarkan tabel 5.9 di atas dapat diketahui besarnya thitung

adalah -24,819 dengan df = 14. Diketahui nilai Sig. (2-tailed) 0,000 <
0,05. Dengan demikian, hasil uji-t tersebut menunjukan terdapat

perbedaan kemampuan yang signifikan antara kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen.

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PKM Telukjambe Timur Karawang.

Populasi dalam penelitian ini adalah bayi yang berusia 0-6 bulan

berjumlah 76. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 bayi berusia 0-6

bulan yang terbagi dalam dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen. Pengambilan sampel menggunakan teknik

sampling purposive yaitu Teknik pemilihan sampel berdasarkan

pertimbangan tertentu. Pertimbangan pemilihan sampel berdasarkan

kesamaan nilai rata-rata durasi menyusu pada masing-masing kelompok

sama.

Berdasarkan Analisa data tersebut diperoleh kelompok kontrol y

ang tidak mendapat perlakuan pijat bayi dan kelompok eksperimen yang

mendapat perlakukan dengan menerapkan pijat bayi. Tujuan dilakukan

penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan durasi menyusu pada

bayi setelah dilakukan pijat bayi. Kedua aspek tersebut akan dijelaskan

sebagai berikut.

B. Perbedaan Hasil Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini adalah diawali dengan pretest. Pretest

bertujuan untuk mengetahui kemampuan durasi menyusu untuk

mengetahui kedua kelompok memiliki kemampuan yang sama sebelum

diberi perlakuan. Hasil skor pretest kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen dapat dilihat dari skor rata-rata masing-masing kelompok.

Hasil skor pretest kelompok kontrol sebesar 67,995 dan skor pretest

kelompok eksperimen sebesar 76,995. Setelah diketahui skor pretest

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen tidak ditemukan adanya

perbedaan yang signifikan, kemudian masing-masing kelompok diberi

perlakukan yang berbeda. Pada kelompok kontrol tidak dipijat, sedangkan

untuk kelompok eksperimen yang diberikan pijat bayi

Setelah kedua kelompok mendapat perlakuan yang berbeda


kemudian dilakukan tes akhir atau posttest tersebut sama pada saat

pengambilan data hasil pretest sebelumnya. Hasil skor posttest pada

kelompok kontrol sebesar 72,00 sedangkan skor posttest

kelompok eksperimen sebesar 120,9. Berdasarkan analisis hasil uji-t

skor posttest antar kelompok diperoleh thitung sebesar -24,819 dengan df

atau derajat kebebasan = 14 dan diperoleh Sig. (2-tailed) sebesar 0,000

pada taraf signifikansi 0,05. Nilai Sig. (2-tailed) lebih kecil dari taraf

signifikansi 0,05 atau (0,000 < 0,05). Sehingga dapat disimpulkan

bahwa dengan dilakukakn pijat bayi mempengaruhi durasi menyusu pada

bayi usia 0-6 bulan.

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terhadap 30 responden

serta pembahasan yang mengacu pada tujuan dan hipotesis penelitian

tentang pengaruh pijat bayi terhadap durasi menyusu pada bayi usia 0-6

bulan yang di laksanakan pada bulan januari Tahun 2024, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:

1. Sebelum dilakukan pijat bayi didapatkan sebagian besar nilai pretest

dan posttest dalam durasi menyusu yang diperoleh dari kelompok

kontrol. Nilai pretest durasi menyusu pada kelompok kontrol

diperoleh nilai tertinggi 6 menit dan nilai terendah 3

menit, sedangkan nilai posttest diperoleh nilai tertinggi 6 dan nilai

terendah 3

2. Setelah dilakukan pijat bayi didapatkan sebagian besar nilai pretest

dan posttest dalam durasi menyusu yang diperoleh dari kelompok

eksperimen. Nilai pretest kelas eksperimen diperoleh nilai tertinggi 7

menit dan nilai terendah 3 menit, sedangkan hasil posttest diperoleh

nilai tertinggi 10 menit dan nilai terendah 6 menit.

3. .Berdasarkan Hasil Analisis uji-t data pretest dan posttest pijat bayi

kelompok eksperimen diperoleh thitung sebesar -24,819 dengan df = 14

dan Sig. (2-tailed) = 0,000. Nilai Sig. (2-tailed) lebih kecil dari taraf

signifikansi 0,05 atau (0,000 < 0,05). Hasil uji-t tersebut menunjukan

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol

dan kelompok eksperimen

B. Saran

1. Bagi ibu yang mempunyai bayi

Diharapkan dapat mempraktekkan pijat bayi sebagai upaya peningkatan

dalam menyusu

2. Bagi Institusi Pendidikan Polteknik Bakti Asih Purwakarta


Diharapkan penelitian ini dapat menambah literatur perpustakaan dalam

pendidikan kebidanan serta sebagai bahan pembelajaran untuk

meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam menguasai teknik-teknik

pijatan pada bayi.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut tentang Pengaruh Pijat

Bayi terhadap durasi menyusu dengan jumlah sampel yang lebih banyak

dan menggunakan variabel-variabel lain yang belum dibahas dalam

penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai