Anda di halaman 1dari 7

EFEKTIVITAS PIJAT

OKSITOSIN
 PENDAHULUAN
Bayi merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap gangguan kesehatan maupun
serangan penyakit. Kesehatan bayi dan balita harus dipantau untuk memastikan kesehatan
mereka selalu dalam kondisi optimal. Pelayanan kesehatan bayi termasuk salah satu dari
beberapa indikator yang bisa menjadi ukuran keberhasilan upaya peningkatan kesehatan bayi
dan balita. Salah satu upaya yang diterapkan adalah dengan pemberian air susu ibu (ASI)
sedini mungkin dengan cara inisiasi menyusu dini (IMD) dan ASI eksklusif. Bayi yang
mendapat ASI Eksklusif morbiditas dan mortalitasnya jauh lebih rendah dibandingkan
dengan bayi yang tidak mendapat ASI Eksklusif. Menurut WHO, di dunia terdapat1-1,5 juta
bayi meninggal setiap tahunnya karena tidak mendapat ASI Eksklusif (Perera, et al. 2012). 1

Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 menunjukkan Angka
Kematian Neonatal (AKN) sebesar 15 per 1.000 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi
(AKB) 24 per 1.000 kelahiran hidup, dan Angka Kematian Balita (AKBA) 32 per 1.000
kelahiran hidup. Faktor utama tingginya angka kematian tersebut dikarenakan rendahnya
pemberian ASI Ekslusif maka bayi lebih rentan terkena berbagai penyakit yang
meningkatkan morbiditas dan mortalitas. (Depkes, 2017). 5

Upaya peningkatan pemberian ASI telah disepakati secara global, WHO dan UNICEF dalam
Deklarasi Innocenti dan Konferensi Puncak untuk anak menetapkan bahwa untuk mencapai
status kesehatan ibu dan anak yang optimal, semua wanita harus dapat memberikan ASI saja
sampai bayi berusia 4 sampai 6 bulan, memberikan makanan pendamping ASI (MPASI)
tepat pada waktunya dan terus memberikan ASI sampai anak berusia 2 tahun. Sejalan dengan
WHO, menteri kesehatan melalui Kepmenkes RI No. 450/MENKES/IV/2004 menetapkan
perpanjangan pemberian ASI secara eksklusif dari 4 bulan menjadi 6 bulan (Grainer, T.,
2014). 1
 ASI
ASI merupakan makanan yang bergizi sehingga tidak memerlukan tambahan komposisi.Di
samping itu, ASI mudah dicerna oleh bayi dan langsung terserap. Diperkirakan 80% dari
jumlah ibu yang melahirkan ternyata mampu menghasilkan air susu dalam jumlah yang
cukup untuk keperluan bayinya secara penuh tanpa makanan tambahan selama enam bulan
pertama. Bahkan ibu yang gizinya kurang baik pun sering dapat menghasilkan ASI cukup
tanpa makanan tambahan selama tiga bulan pertama (Grainer, T., 2014). 4

Manfaat memberikan Air Susu Ibu (ASI) bagi ibu tidak hanya menjalin kasih sayang, tetapi
dapat mengurangi perdarahan setelah melahirkan, mempercepat pemulihan kesehatan ibu,
menunda kehamilan, mengurangi risiko terkena kanker payudara dan merupakan
kebahagiaan tersendiri bagi ibu. ASI merupakan salah satu makanan yang sempurna
danterbaik bagi bayi karena mengandung unsur-unsur gizi yang dibutuhkan oleh bayi untuk
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal (Lawrence, Ruth A & Lawrence, Robert M.,
2016). 2

 PENGELUARAN ASI
Pengeluaran ASI merupakan suatu proses pelepasan hormon oksitosin untuk mengalirkan air
susu yang sudah diproduksi melalui saluran dalam payudara. Pada sebagian ibu pengeluaran
ASI bisa terjadi dari masa kehamilan dan sebagian lainnya terjadi setelah persalinan.
Permasalahan pengeluaran ASI dini akan memberikan dampak pada kesehatan dan
kehidupan bayi selanjutnya (Isnaini dan Diyanti, 2015). 1

Pengeluaran ASI ini terjadi karena sel otot halus di sekitar kelenjar payudara mengerut
sehingga memeras ASI untuk keluar. ASI dapat keluar dari payudara akibat adanya otot –
otot yang mengerut yang dapat distimulasi oleh suatu hormon yang dinamakan oksitoksin.
Melalui rang- sangan pemijatan payudara atau rangsang-an pada tulang belakang akan
merileksasi ketegangan dan menghilangkan stress, dibantu dengan hisapan bayi pada puting
susu segera setelah bayi lahir dengan keadaan bayi normal, neurotransmitter akan
merangsang medulla oblongata mengirim pesan ke hypothalamus di hypofise posterior untuk
mengeluarkan oksitosin sehingga menyebabkan payudara mengeluarkan air susunya
(Rahayuningsih, T., et al, 2016). 2

Masalah pemberian ASI eksklusif terjadi pada sistem kesehatan ibu dan bayi, puting susu
lecet atau sakit, pembengkakan payudara, produksi ASI tidak mencukupi, social budaya di
masyarakat, kurangnya dukungan menyusui dari keluarga dan penyedia layanan kesehatan,
periode cuti melahirkan yang singkat, kesulitan yang terkait dengan kombinasi antara
pemberian ASI dan tanggung jawab ibu lainnya dan tekanan emosional (Diji, Abigail KA, et
al. 2016). 1

Usaha untuk merangsang hormon prolactin (Produksi ASI) dan oksitosin (Pengeluaran ASI)
pada ibu setelah melahirkan selain memeras ASI dapat dilakukan perawatan payudara yang
mempunyai tujuan antara lain: menjaga kebersihan payudara sehingga terhindar dari infeksi,
mengenyalkan puting susu supaya tidak mudah lecet, menonjolkan puting susu, menjaga
bentuk payudara agar tetap bagus, mencegah terjadinya penyumbatan. Solusi lain dalam
mengatasi produksi ASI pada hari-hari pertama postpartum yaitu dengan pijat oksitosin.
(Rahayuningsih, Mudigdo, & Murti, 2016). 5

 PIJAT OKSITOSIN
Pijat Oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI.
Pijatan ini berfungsi meningkatkan hormon oksitosin yang dapat menenangkan ibu sehingga
ASI pun keluar. Selain untuk merangsang refleks let down manfaat pijat oksitosin adalah
mengurangi pembekakan payudara, mengurangi sumbatan, merangsang pelepasan hormon
oksitosin, mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit (Azriani, D &
Handayani,S. 2016). 2

Perawatan payudara (breast care) juga merupakan stimulasi yang dapat diberikan untuk
merangsang pengeluaran ASI. Perawatan payudara adalah cara pemberian rangsangan pada
otot-otot payudara untuk memperlancar ASI yang terdiri atas pembersihan dan rangsangan
putting susu, massase payudara dan kompres payudara (Bahiyatun, 2009). 3
Merangsang payudara akan mempengaruhi hypofise untuk mengeluarkan hormone oksitosin
lebih banyak lagi. Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh
reseptor yang terletak pada ductus. Bila ductus melebar, maka secara reflektoris oksitosin
dikeluarkan oleh hipofisis. Hormon oksitosin akan menimbuklan kontraksi pada sel-sel lain
sekitar alveoli sehingga air susu mengalir turun kearah putting secara mekanik, pemijatan
atau penekanan pada payudara akan membantu ASI keluar dari alveoli dan seluruh
ductus. Semua gerakan pemijatan bermanfaat melancarkan pengeluaran ASI dan merupakan
cara efektif meningkatkan volume ASI, sertamencegah bendungan ASI. Perawatan payudara
juga memperlancar sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga
mempercepat sekresi ASI. Perawatan payudara dapat dilakukan oleh ibu secara mandiri
selama kurang lebih 15-20 menit (Kristiyanasari, 2009). 3

Berdasarkan hasil penelitian terdapat perbedaan yang signifikan antara produksi ASI setelah
melakukan pijat oksitosin pertama, kedua, dan ketiga. Frekuensi pijat oksitosin yang semakin
sering maka produksi ASI cenderung lebih banyak. Pengaruh pijat oksitosin terhadap
produksi ASI ibu postpartum menunjukkan bahwa ada pengaruh pijat oksitosin terhadap
produksi ASI dengan indikasi berat badan bayi, frekuensi bayi menyusu, frekuensi bayi BAK
dan lama bayi tidur setelah menyusu dengan rata-rata 3070 gram, rata-rata frekuensi BAK 5
kali pada hari pertama, ratarata frekuensi menyusui bayi pada 24 jam pertama 8 kali, dan
lama bayi menyusui 2.17 jam pada hari pertama. Semua indikator diatas meningkat pada hari
ke 7 dan 14 (Suryani & Astuti, KH, E, 2013). 5

Pemijatan oksitosin ini dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun suami. Peran suami
tidak hanya membuat proses pemberian ASI menjadi lebih lancar dan berkualitas. Namun,
kedekatan istri secara emosi dengan suami yang memberikan dukungan penuh juga akan
meningkatkan sisi romantisme pasangan, hal ini akan baik untuk membuat hubungan menjadi
lebih harmonis. Dalam memperlancar produksi ASI, suami dapat membantu merangsang
reflek oksitosin yaitu dengan pemijatan oksitosin yang diawasi oleh tenaga kesehatan.
(Rahayu, 2016). 6
Mengkombinasikan pijat oksitosin dengan perawatan payudara pada ibu postpartum normal
1-2 hari, dengan cara melakukan pemijatan oksitosin terlebih dahulu di daerah tulang
belakang ibu Setelah diberikan pemijatan oksitosin, peneliti melanjutkan dengan breast care,
dimana puting susu ibu terlebih dahulu di kompres dengan minyak zaitun sampai 2-3 menit
dan dibersihkan dengan lembut, hal ini dapat mengangkat kotoran pada puting ibu sehingga
membuka saluran ASI, kemudian dilanjutkan dengan pemijatan pada payudara sesuai teknik
perawatan payudara menggunakan minyak zaitun, hal ini juga dapat pemperlancar aliran
darah dan duktus (saluran air susu), teknik ini juga dapat merangsang kelenjar air susu untuk
memproduksi ASI lebih banyak (Rahayuningsih, Mudigdo, & Murti, 2016). 5

Terdapat titik-titik yang dapat memperlancar ASI di antaranya, tiga titik di payudara yakni
titik di atas puting, titik tepat pada puting dan titik dibawah puting, serta titik di punggung
yang segaris dengan payudara. 2

 LANGKAH KERJA
a. Pertama, Cuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun
b. Kedua, Menganjurkan ibu untuk posisi duduk, bersandar kedepan, lipat lengan diatas
meja di depanya dan letakkan kepalanya di atas lenganya dan payudara tergantung lepas
tanpa pakaian,
c. Ketiga, Bidan mulai memijat sepanjang sisi tulang belakang ibu dengan menggunakan
dua kepalan tangan, dengan ibu jari menunjuk ke depan dan menekan kuat kuat kedua
sisi tulang belakang membentuk gerakan melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu jarinya
d. Lalu, pijat ke arah bawah pada kedua sisi tulang belakang, dari leher kearah tulang
belikat, selanjutnya lakukan pemijatan hingga batas tali bra
e. Ulangi pemijatan selama 2 atau 3 menit hingga ibu merasa nyaman dan rileks
 KELEBIHAN PIJAT OKSITOSIN
a. Mempercepat penyembuhan luka bekas implantasi plasenta
b. Mencegah terjadinya perdarahan post partum
c. Dapat mempercepat terjadinya proses involusi uterus
d. Meningkatkan produksi ASI
e. Meningkatkan rasa nyaman pada ibu menyusui
f. Meningkatkan hubungan psikologis antar ibu dan keluarga. 2
DAFTAR PUSTAKA

1. Lisa, U. F., & Ismayucha, N. (2018). Efektivitas Kombinasi Pijat Oksitosin dan Breast Care
terhadap Kelancaran ASI pada Ibu Post Partum Normal. JOURNAL OF HEALTHCARE
TECHNOLOGY AND MEDICINE, 4(2), 147-155.
2. Asih, Y. (2018). Pengaruh Pijat Oksitosin terhadap Produksi ASI pada Ibu Nifas. Jurnal
Ilmiah Keperawatan Sai Betik, 13(2), 209-214.
3. Indrayani, T., & Anggita, P. H. (2019). Pengaruh Pijat Oksitosin dan Pijat Payudara terhadap
Produksi ASI Ibu Postpartum di RB Citra Lestari Kecamatan Bojonggede Kota Bogor Tahun
2018. Journal for Quality in Women's Health, 2(1), 65-73.
4. Purnamasari, K. D. (2020). GAMBARAN PENERAPAN TERAPI PIJAT OKSITOSIN
PADA IBU POST PARTUM. Journal of Midwifery and Public Health, 2(1).
5. Muslimah, A., Laili, F., & Saidah, H. (2020). PENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI
PERAWATAN PAYUDARA DAN PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI
PADA IBU POSTPARTUM. Jurnal Mahasiswa Kesehatan, 1(2), 87-94.
6. Nurasiaris, S. K., & Mustikaningrum, N. (2019). PENGARUH PERAN SUAMI DALAM
MELAKUKAN PIJAT OKSITOSIN TERHADAP KELANCARAN ASI PADA IBU
NIFAS. Jurnal Kebidanan, 9(2), 171-180.

Anda mungkin juga menyukai