Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa nifas (puerpium) adalah masa yang di mulai setelah plasenta

keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu

(Sulistyawati, 2015).Masalah-masalah dalam pemberian ASI yang dialami

oleh ibu yang menyusui antara lain puting susu terbenam, puting susu lecet,

saluran susu tersumbat, pengeluaran air susu berlebihan, bendungan ASI,

mastitis,dan abses payudara. Salah satu masalah dalam menyusui adalah

bendungan ASI. Bendungan ASI adalah terjadinya pembengkakan pada

payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan

bendungan ASI dan rasa nyeri. (Sarwono, 2010).

Kejadian Bendungan ASI yang disebabkan oleh pengeluaran air susu

yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu pada ibu nya.

Gangguan ini dapat menjadi lebih parah apabila ibu jarang menyusukan

bayinya, akibatnya bayi tidak mendapatkan ASI secara Eksklusif dan apabila

tidak segera di tangani maka akan menyebabkan Bendungan ASI pada

Payudara, Pembendungan ASI dapat terjadi karena penyempitan duktus

1
lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna

atau karena kelainan pada puting susu sehingga terjadinya pembengkakan

pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga

menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri. (Sulistyawati, 2015).

Organisasi World Health Organization (2017) menyebutkan data

masalah menyusui di dunia menunjukkan 42% ibu mengalami bendungan

ASI, 22,5% mengalami putting susu lecet, 18% ibu mengalami air susu

tersumbat, 11% mengalami mastitis, dan 6,5% ibu mengalami abses

payudara yang di sebabkan oleh kesalahan ibu dalam menyusui bayinya

(WHO, 2017).

Angka kejadian bendungan ASI sampai saat ini tidak diketahui secara

pasti. Menurut penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

RI pada tahun 2015 kejadian bendungan ASI di Indonesia terbanyak terjadi

pada Ibu-ibu bekerja sebanyak 16% dari ibu menyusui. Pembesaran ASI dan

nyeri pada payudara mencapai puncak 5 hari postpartum. Sebanyak 10%

wanita mungkin melaporkan nyeri hebat hingga 14 hari postpartum.

Berdasarkan survey yang dilakukan Badan Penelitian dan pengembangan

dibidang kesehatan pada tahun 2015 didapatkan 34,9% dikarenakan

perawatan payudara yang kurang. Perawatan payudara sangat penting

dilakukan untuk persiapan ibu menyusui dan memperlancar pengeluaran

ASI, perawatan payudara dilakukan secara benar dan teratur akan

2
memudahkan bayi mengkonsumsi ASI, pemeliharaan ini juga merangsang

produksi ASI dan mengurangi resiko luka saat menyusui (Darul, 2017).

Data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2016

menyebutkan bahwa terdapat ibu nifas yang mengalami Bendungan ASI

sebanyak 77,231 atau (37,12%) ibu nifas (SDKI, 2017).

Data laporan dari Provinsi Kepulauan Riau Riskesdas tahun 2018

menyebutkan bahwa terdapat ibu nifas mengalami gangguan/komplikasi

masa nifas 10,95% Perdarahan pada jalan lahir 0,32% Keluar cairan berbau

0,15% Bengkak kaki disertai dengan kejang 0,20% Sakit kepala 2,64%

Demam <2 hari 1,47% Payudara bengkak 6,44% ,Baby Blues 0,29%

Hipertensi 0,82%.

Data di peroleh dari Dinas Kesehatan Kota Batam pada (2020)

menunjukkan data persalinan terbanyak di Sei Langkai dengan jumlah

persalinan 3.450 orang atau (12,38%). Puskesmas Baloi 3.255 orang atau

(11,6%) dan Puskesmas Kabil 2.111 orang atau (11,28%). (Dinas Kesehatan

Kota Batam, 2020).

Data yang di dapat dari Puskesmas Sei Langkai bahwa data persalinan

tertinggi periode Januari-juni 2020 yaitu pada praktek Mandiri bidan PMB

Marliana Sihombing Amd.Keb dengan 101 persalinan, PMB Basira Sinaga

3
Amd.Keb dengan 102 persalinan , PMB Aspita Amd.Keb dengan 106

persalinan.

Data kejadian Bendungan ASI, puting susu lecet, dan mastitis, periode

januari-juni 2020 PMB wilayah kerja Sei Langkai yaitu: PMB Marliana

Sihombing Amd.Keb dengan jumlah persalinan 103 di dapatkan 3 orang

(3,9%) bendungan ASI, puting susu lecet 2 orang (2,6%), mastitis 1 orang

(1,3%) PMB Basira Sinaga Amd.Keb dengan jumlah persalinan 102 di

dapatkan 1 orang (1,2%) bendungan ASI , puting susu lecet 2 orang (1,2%),

mastitis 1 orang (1,2%), PMB Aspita Amd.Keb dengan jumlah persalinan

108 didapatkan 2 orang (2,16%) bendungan ASI, puting susu lecet 1 orang

(1,8%), mastitis 1 orang (1,8%).

Data kejadian Bendungan ASI, periode januari-juni 2021 PMB

wilayah kerja Puskesmas Kabil yaitu: PMB Rika Yusman jumlah persalinan

43 ibu nifas dengan Bendungan ASI 4 orang (4,3%) jumlah persalinan ibu

nifas dengan bendungan ASI, PMB Rina Sari jumlah persalinan 10 ibu nifas

dengan Bendungan ASI 5 orang (5,0%) ibu nifas dengan bendungan ASI,

BPM Rosalina jumlah persalinan 20 ibu nifas dengan Bendungan ASI 2

orang (0,4%).

Bendungan ASI disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak

lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu pada ibunya. Gangguan ini

4
dapat menjadi lebih parah apabila ibu jarang menyusukan bayinya, akibatnya

bayi tidak mendapatkan ASI secara eksklusif dan apabila tidak segera

ditangani maka akan menyebabkan engorgement. Hal ini terjadi karena

penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan

dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu sehingga terjadinya

pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe

mengakibatkan timbulnya rasa nyeri disertai kenaikan suhu .( Suherni,2019).

Dampak bendungan ASI pada ibu mengakibatkan tekanan intraduktal

yang akan mempengaruhi berbagai segmen pada payudara, sehingga tekanan

seluruh payudara meningkat, akibatnya payudara sering terasa penuh,

tegang, dan nyeri, walaupun tidak disertai dengan demam (Nevyda, 2014).

Selain itu dampak pada bayi yaitu, bayi sukar menghisap, bayi tidak disusui

secara adekuat sehingga bayi tidak mendapatkan ASI secara eksklusif

akibatnya kebutuhan nutrisi bayi akan kurang terpenuhi karena kurangnya

asupan yang didapatkan oleh bayi (Musriah, 2017).

Usaha untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif, adalah dengan

cara melakukan perawatan payudara, mengajari teknik menyusui yang benar

dan memperlancar produksi ASI agar tidak terjadi bendungan ASI, mastitis,

peradangan payudara, abses payudara dan komplikasi lebih lanjutakan

terjadi kematian (Suherni, 2019).

5
Hasil penelitian dari Lilis Nurul (2015) dengan judul “ Asuhan

Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Bendungan ASI di BPM Ida Riyani

Magelang menunjukkan bahwa pada bulan September sampai bulan

November didapatkan jumlah ibu nifas 22 orang dengan jumlah ibu nifas

normal 8 orang (36%) dan jumlah ibu nifas dengan Bendungan ASI 14 orang

(64%). Asuhan yang diberikan yaitu melakukan memijat payudara dengan

lembut sebelum menyusui, mengompres payudara dengan air hangat, teknik

menyusui yang bear dan mengeluarkan ASI setelah menyusui serta menarik-

narik puting dievaluasi selama 3 hari bendungan ASI dapat ditangani.

Menurut jurnal penelitian Suswatun (2013) dengan judul “ Asuhan

Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Bendungan ASI Di BPS Yunita

Sanmbungmacam Sragen bahwa diperoleh data jumlah ibu nifas sebanyak

46 Ibu nifas, dimana 35 ibu nifas (76,09%) tanpa komplikasi, 10 ibu nifas

(21,74%) dengan Bendungan ASI terjadi karena ibu tidak mau menyusui

bayinya dan 1 ibu nifas (2,17%) ibu nifas dengan perdarahan pervaginam.

Asuhan yang diberikan selama 4 hari diberikan terapi Antalgin 500 mg per

oral 3x1, perawatan payudara, cara menyusui yang benar dan gizi ibu nifas

didapatkan hasil masalah dapat teratasi, kecemasan ibu tidak ada, panas ibu

turun, nyeri dan bengkak hilang, laktasi menjadi lancer, ibu dapat menyusui

bayinya dengan lancer dan Bendungan ASI sudah teratasi.

6
Upaya pencegahan yang di lakukan untuk menurunkan angka kejadian

Bendungan ASI ini adalah melakukan pelayanan pada ibu nifas. Pelayanan

ibu nifas merupakan pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6

jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Pada ibu nifas di

perlukan adanya deteksi dini yaitu kunjungan ibu nifas minimal 3 kali

dengan distribusi waktu: kunjungan 1 pada 6 jam sampai 3 hari setelah

persalinan, kunjungan ke 2 pada hari ke-4 sampai 28 hari setelah melahirkan,

kunjungan 3 pada hari ke-29 sampai 42 hari setelah persalinan (Kemenkes

2015).

Pemerintah telah menetapkan peraturan pemerintah No. 33 Tahun

2012 tentang pemberian ASI ekslusif, peraturan pemerintah tersebut

menyatakan bahwa setiap bayi harus mendapatkan ASI ekslusif yaitu ASI

yang di berikan pada bayi sejak dilahirkan selama 6 bulan, tanpa

menambahkan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain Pada

kompetisi bidan ke-5 yaitu memberikan asuhan kepada ibu nifas dan

menyusui bermutu tinggi proses laktasi atau menyusui dan teknik menyusui

yang benar serta penyimpangan yang lazim terjadi termasuk bendungan ASI

(pembengkakan payudara),mastitis, putting susu lecet,putting masuk.

Mengingat pentingnya pemeberian ASI, maka perlu adanya perhatian dalam

proses laktasi agar terlaksana dengan benar. (Kemekes RI, 2013).

7
Salah satu wewenang Bidan adalah memberikan perawatan ibu nifas

normal. Sebagai bidan ha;-hal yang dapat dilakukan untuk menangani kasus

bendungan ASI pada ibu nifas adalah,dengan cara mengajari ibu teknik

menyusui yang benar, serta cara perawatan payudara saat menyusui. Dan

usaha tersebut diharapkan tidak ada ibu nifas yang mengalami bendungan

ASI.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengambil kasus “

Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Bendungan ASI”. Penulis

berharap dengan adanya Karya Tulis Ilmiah “ Asuhan Kebidanan Pada Ibu

NIfas Dengan Bendungan ASI” dapat memperbanyak pengetahuan ibu nifas

dan khususnya para ibu menyusui tentang bagaimana perawata payudara,

cara menyusui yang benar. ASI ekslusif. Agar dapat mengurangi angka

kesakitan ibu. Serta bagi para tenaga kesehatan agar lebih meningkatkan

pelayanan khususnya pada ibu nifas dengan masalah menyusui, seperti

Bendungan ASI.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam mengenai

“Bagaimana Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas dengan Bendungan ASI di Kota

Batam Tahun 2021?”.

8
1.3 Tujuan Studi Kasus

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan

bendungan ASI di Kota Batam Tahun 2021.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 untuk melakukan pengkajian data subjektif pada ibu

nifas dengan Bendungan ASI di Kota Batam Tahun

2021.

1.3.2.1.1 Untuk melakukan pengkajian data objektif pada ibu

nifas dengan Bendungan ASI di Kota Batam Tahun

2021.

1.3.2.1.2 Untuk menganalisa data pada ibu nifas dengan

Bendungan ASI di Kota Batam Tahun 2021.

1.3.2.1.3 Untuk membuat penatalaksanaan Asuhan Kebidanan

tentang ibu nifas dengan Bendungan ASI di Kota

Batam Tahun 2021.

9
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Instansi pendidik

Hasil laporan ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan menambah

pengetahuan dalam pemberian asuhan kebidanan pada ibu nifas

dengan Bendungan ASI.

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Bagi Instansi

Diharapkan dapat menjadi referensi dan dapat dijadikan salah

satu bahan koreksi terhadap pembelajaran tentang asuhan

kebidanan pada ibu nifas dengan Bendungan ASI.

1.4.2.2 Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi instansi

kesehatan dalam rangka meningkatkan pelayanan dan

pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan

Bendungan ASI.

1.4.2.3 Bagi Pasien

Mampu dijadikan sebagai pembelajaran tentang Bendungan

ASI.

1.4.2.4 Bagi Peneliti

Sebagai sarana pengembangan diri dan penerapan pengetahuan

tentang asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan Bendungan

ASI.

10

Anda mungkin juga menyukai