Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS FAKTOR RISIKO ATONIA UTERI

Indah Pratiwi1)

1)
Program Studi D-III Kebidanan Institut Mitra
Bunda Batam

E-mail : indahpratiwii1606@gmail.com

ABSTRAK

Adapun yang melatar belakangi ini yang membahas mengenai “ Atonia Uteri” adalah
agar kita dapat mengetahui apa itu atonia uteri dan bagaimana cara penatalaksanaan pada
atonia uteri. Makalah ini dibuat agar mahasiswa lebih memahami lagi tentang
pengertian, penyebab, dan cara penanganan atonia uteri.
Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan
merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi postpartum. Kontraksi
uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan.
Atonia terjadi karena kegagalan mekanisme ini. Perdarahan Pospartum secara fisiologis
dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh darah
yang memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila serabut-
serabut miometrium tidak berkontraksi.
Atonia Uteri adalah suatu kondisi dimana Myometrium tidak dapat berkontraksi dan
bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi
tidak terkendali. (Apri, 2007).
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator utama derajat kesehatan
masyarakat dan ditetapkan sebagai salah satu tujuan Millenium Development Goals
(MDGs). AKI Indonesia diperkirakan tidak akan dapat mencapai target MDG yang
ditetapkan yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Pada Oktober yang
lalu kita dikejutkan dengan perhitungan AKI menurut SDKI 2012 yang menunjukan

Indah pratiwi 526080618009 | 1


peningkatan (dari 228 per 100.000 kelahiran hidup menjadi 359 per 100.000
kelahiran hidup).(AbouZahr, 2010; Abouzahr, 2011)

Kata Kunci : Atonia uteri; faktor risiko.


dapat mengarah pada terjdainya syok
hipovolemik.

PENDAHULUAN Diagnosis atonia uteri yaitu bila


setelah bayi dan placenta lahir ternyata

Atonia uteri (relaksasi otot uterus) pendarahan masih aktif dan banyak,

adalah uteri tidak berkontraksi dalam bergumpal dan pada palpasi didapatkan

15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri masih setinggi pusat atau

fundus uteri (plasenta telah lahir). lebih dengan kontraksi yang lebih
(Depkes Jakarta : 2002) lembek.
Atonia uteri adalah kegagalan Menurut profil kesehatan di Jawa
serabut-serabut otot myometrium uterus Timur, capaian Angka Kematian
untuk berkontraksi dan memendek. Ibu (AKI)
Atonia uteri adalah suatu keadaan cenderung meningkat dalam lima
dimana terjadinya kegagalan otot rahim tahun terakhir. Capaian AKI dapat
yang menyebabkan pembuluh darah digambarkan sebagai berikut: pada
pada bekas implantasi plasenta terbuka tahun 2008 sebesar 83 per 100.000
sehingga menimbulkan perdarahan. kelahiran hidup; tahun 2009 sebesar
Atonia Uteri adalah suatu kondisi 90.7 per 100.000 kelahiran hidup;
dimana Myometrium tidak dapat tahun 2010 sebesar 101.4 per 100.000
berkontraksi dan bila ini terjadi maka kelahiran hidup; tahun 2011 sebesar
darah yang keluar dari bekas tempat 104,3 per 100.000 kelahiran hidup;
melekatnya plasenta menjadi tidak dan di tahun 2012 mencapai 97,43
terkendali. (Apri, 2007). per 100.000 kelahiran hidup.
Atonia uteri adalah kegagalan Berdasarkan penelitian yang
serabut – serabut otot miometrium dilakukan, diketahui bahwa penyebab
uterus untuk berkontraksi dan utama perdarahan postpartum adalah
memendek. Hal ini merupakan retensio plasenta yaitu sebesar 53,7%
penyebab perdarahan post partum yang diikuti laserasi jalan lahir sebesar
paling penting dan bisa terjadi segera 29,3%, atonia uteri 14,6% dan
setelah bayi lahir hingga 4 jam setelah inversio uteri sebesar 2,4% (Dina,
persalinan. Atonia uteri dapat 2013). Begitu pula penelitian di RS
menyebabkan perdarahan hebat dan HARAPAN BUNDA BATAM pada

Indah pratiwi 526080618009 | 2


tahun 2020 kejadian perdarahan
postpartum sebesar 115 dari 356
persalinan (Annisa, 2014).

Berdasarkan gambaran diatas maka


peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang faktor determinan
kejadian perdarahan postpartum di RS
HARAPAN BUNDA BATAM pada
periode tahun 2020.

Indah pratiwi 526080618009 | 3


kematian Ibu di Kabupaten Sleman antara lain: menurunkan angka kematian ibu melahirkan
perdarahan 1 kasus, kejang hipoksia 1 kasus, dan menurunkan kematian bayi baru lahir.
penyakit jantung 2 kasus, sepsis 1 kasus, dan
Bruncapneumonia 1 kasus. AKI di Kabupaten Perdarahan Postpartum didefinisikan sebagai
Sleman jika di bandingkan dengan DIY kehilangan 500 ml atau lebih darah setelah
sebesar 90,64 per 100.000 kelahiran hidup persalinan pervaginam atau 1000 ml atau lebih
maka Kabupaten Sleman masih lebih baik. setelah seksio sesaria. Perdarahan postpartum
Dibanding tahun 2016 jumlah kematian ibu bisa disebabkan karena, Pertama : atonia Uteri
mengalami penurunan dari 8 kasus kematian Atonia uteri adalah ketidakmampuan uterus
ibu menjadi 6 kasus kematian. Hal tersebut khususnya miometrium untuk berkontraksi
tidak bisa dilihat dari satu penyebab saja tapi setelah plasenta lahir. Perdarahan postpartum
perlu dilihat penyebab dari hulu ke hilir. Kalau secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serat-
dilihat dari tempat kematian semua ada di serat miometrium terutama yang berada di
Rumah Sakit, maka perlu adanya dukungan sekitar pembuluh darah yang mensuplai darah
baik lintas sektor dan pemangku kebijakan di pada tempat perlengketan plasenta. Kegagalan
tingkat Propinsi untuk meningkatkan kualitas kontraksi dan retraksi dari serat miometrium
pelayanan di Rumah Sakit Rujukan. Beberapa dapat menyebabkan perdarahan yang cepat dan
upaya yang sudah dilakukan oleh Dinas parah serta syok 9 hipovolemik. Kontraksi
Kesehatan yaitu: Penguatan Puskesmas miometrium yang lemah dapat diakibatkan
PONED melalui Konsultasi Tim ahli (RS
Sardjito dan RSUD) kasus di Puskesmas
PONED, Pembinaan SPK ke BPS, Penguatan
dan pemberdayaan buku manual rujukan
maternal perinatal, Membuat sistem SMS
Gateway untuk mengetahui faktor resiko ibu
hamil secara cepat sehingga sistem manual
rujukan bisa segera diterapkan. Peningkatan
kualitas SDM Puskesmas/Pelatihan tentang
pelayanan kepada ibu hamil (IUD post
plasenta, Alat Bantu Pengambil Keputusan
(ABPK) KB, Contrasepsi Teknical Update
(CTU), Magang petugas Puskesmas PONED
di RS PONEK) serta menerbitkan SK Bupati
tentang Pimpinan Klinis. Harapannya agar
mendapatkan dukungan seluruh dokter SPOG
dan dokter SPA untuk komitmen bersama

Indah pratiwi 526080618009 | 4


oleh kelelahan karena persalinan lama atau dari perdarahan postpartum (20% - 30%
persalinan yang terlalu cepat, terutama jika kasus). Kejadian ini harus didiagnosis secara
dirangsang. Selain itu, obat-obatan seperti obat dini karena retensio plasenta sering dikaitkan
anti-inflamasi nonsteroid, magnesium sulfat, dengan atonia uteri untuk diagnosis utama
beta-simpatomimetik, dan nifedipin juga dapat sehingga dapat membuat kesalahan diagnosis.
menghambat kontraksi miometrium. Penyebab Pada retensio 11 plasenta, resiko untuk
lain adalah situs implantasi plasenta di segmen mengalami PPP 6 kali lipat pada persalinan
bawah rahim, korioamnionitis, normal.
endomiometritis, septikemia, hipoksia pada
solusio plasenta, dan hipotermia karena Faktor risiko PPP dapat ada saat sebelum
resusitasi masif. Atonia uteri merupakan kehamilan, saat kehamilan, dan saat
penyebab paling banyak PPP, hingga sekitar persalinan. Faktor risiko sebelum kehamilan
70% kasus. Atonia dapat terjadi setelah meliputi usia, indeks massa tubuh, dan riwayat
persalinan vaginal, persalinan operatif ataupun perdarahan postpartum. Faktor risiko selama
persalinan abdominal. Penelitian sejauh ini kehamilan meliputi usia, indeks massa tubuh,
membuktikan bahwa atonia uteri lebih tinggi riwayat perdarahan postpartum, kehamilan
pada persalinan abdominal dibandingkan ganda, plasenta previa, pre eklampsia, dan
dengan persalinan vaginal.

Kedua, yaitu karena Laserasi jalan lahir Pada


umumnya robekan jalan lahir terjadi pada
persalinan dengan trauma. Pertolongan
persalinan yang semakin manipulatif dan
traumatik akan memudahkan robekan jalan
lahir dan karena itu dihindarkan memimpin
persalinan pada saat pembukaan serviks belum
lengkap. Robekan jalan lahir biasanya akibat
episiotomi, robekan spontan perineum, trauma
forsep atau vakum ekstraksi, atau karena versi
ekstraksi.

Ketiga, yaitu karena retensio plasenta.


Retensio plasenta adalah plasenta belum lahir
hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah
bayi lahir. Hal ini disebabkan karena plasenta
belum lepas dari dinding uterus atau plasenta
sudah lepas tetapi belum dilahirkan. Retensio
plasenta merupakan etiologi tersering kedua

Indah pratiwi 526080618009 | 5


Indah pratiwi 526080618009 | 6
penggunaan antibiotik. Sedangkan untuk faktor berlangsung lebih dari 30 menit, peregangan
risiko saat persalinan meliputi plasenta previa tali pusat terkendali dan pemberian oksitosin
anterior, plasenta previa mayor, peningkatan (10 IU) IV/IM dapat digunakan untuk
suhu tubuh >37oC, korioamnionitis, dan menangani retensio plasenta. Jika perdarahan
retensio plasenta. Hal ini sejalan dengan berlanjut, meskipun penanganan dengan
penelitian Londok (2013) bahwa Penyebab uterotonika dan intervensi konservatif lainnya
perdarahan antepartum terbanyak adalah telah dilakukan, intervensi bedah harus
plasenta previa dan perdarahan postpartum dilakukan tanpa penundaan lebih lanjut.
disebabkan oleh sisa plasenta.

METODE
Penanganan pasien dengan PPP memiliki dua Penelitian ini adalah penelitian diskriptif.
komponen utama yaitu resusitasi dan Penelitian ini dilakukan pada bulan September
pengelolaan perdarahan obstetri yang mungkin 2020 di RS HARAPAN BUNDA BATAM.
disertai syok hipovolemik dan identifikasi serta Data penelitian menggunakan data sekunder ibu
pengelolaan penyebab dari perdarahan. perdarahan Postpartum, data diambil dari bulan
Keberhasilan pengelolaan perdarahan Januari sampai Agustus tahun 2020. Populasi
postpartum mengharuskan kedua komponen yang diteliti adalah semua ibu bersalin yang
secara simultan dan sistematis ditangani (Edhi, mengalami perdarahan Post Partum. Teknik
2013). Penggunaan uterotonika (oksitosin saja yang digunakan adalah teknik total sampling
sebagai pilihan pertama) memainkan peran diperoleh data sebanyak 14 ibu mengalami
sentral dalam penatalaksanaan perdarahan perdarahan posrpartum. Penelitian ini sudah
postpartum. Pijat rahim disarankan segera melewati tahap etik di Universitas Aisyiyah
setelah diagnosis dan resusitasi cairan Yogyakarta. Analisis dari penelitian ini
kristaloid isotonik juga dianjurkan. menggunakan analisi univariate karena variable
Penggunaan asam traneksamat disarankan yang digunakan adalah variable tunggal.
pada kasus perdarahan yang sulit diatasi atau
perdarahan tetap terkait trauma. Jika terdapat
METODE KASUS
perdarahan yang terusmenerus dan sumber
perdarahan diketahui, embolisasi arteri uterus studi kasus Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin
harus dipertimbangkan. Jika kala tiga Pada Ny.R dengan Atonia Uteri. Pengkajian
dilakukan pada tanggal 7 desember 2020 .
Sasaran pada pengkajian yaitu Ibu Bersalin.,
Menentukan pasien setelah disetujui
kemudian tahap pelaksanaan meliputi
Indah pratiwi 526080618009 | 7
meminta persetujuan pasien atau informend Biodata Suami :
consent, melakukan pengkajian pada pasien Nama Suami : Tn.N
dengan atonia uteri, lalu pengumpulan data, Umur : 38 th
editing, kemudian menyimpulkan hasil Agama : islam
pengkajian, Insturmen yang digunakan Pendidikan : SMA
adalah lembar observasi melihat langsung Pekerjaan : Swasta
tanda atonia uteri. Dan kejadian atonia uteri Alamat : Batam
dilihat dari Lemahnya kontraksi uterus. Ibu Mengatakan :
Pengkajian sesuai dengan 7 langkah Varney - Mules mules sejak jam 05.00 WIB,
dan Pendokumentasian dalam bentuk SOAP. tanggal 6 - 12- 2020
- Sudah keluar lender campur darah
DOKUMENTASI ASUHAN - Belum keluar air air
KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN - HPHT tanggal 02 -04 -
DENGAN ATONIA UTERI 2020
- Haid teratur, siklus 28 hr, lamanya 6 hari,

Tanggal : 6 - 12 - 2020 banyaknya 3x ganti pembalut/hari,

Jam : 10.00 WIB kontensitas encer

DATA SUBJEKTIF - TP 7 – 12 - 2020

Biodata Ibu : - Ini Kehamilan yang ke-Empat, belum

Nama :Ny.R pernah keguguran

Umur :36 th - Rutin periksa ke bidan sebanyak 4x,

Agama : islam sudah di imunisasi 2x sewaktu hamil 6 dan

Pendidikan : SMA 7 bulan


- Tidak sedang menderita penyakit
Pekerjaan : IRT
berat/sistemik seperti DM, hypertensi,
ginjal, jantung, astma, dll
- Makan minum terakhir jam 06.00 WIB
- BAB dan BAK terakhir jam 05.00 WIB
- Pergerakan janin aktif, lebih dari 10x/24
jam
- Tidak ada kebiasaan merokok, minum
alcohol dan minum jamu
Indah pratiwi 526080618009 | 8
- Sedikit cemas menghadapi proses Ki : Teraba bagian
persalinannya bagian kecil janin ( ektremitas)
Leopold III : Teraba bulat, keras,
DATA OBJEKTIF melenting ( kepala)
Leopold IV : Perlimaan 2/5
K/u : Baik DJJ : 136x/ menit Terdengar
Kesadaran : Composmenthis jelas di sebelah kanan 3 jari di bawah pusat
K/e : Stabil TBJ : 30 – 12 x 155 x 1 gram
TTV : TD : 90/80 mm hg = 2790 gram
Nadi : 80x/menit PD : V/: Tidak ada kelainan
Rr : 22x/menit Portio : Tipis lunak
0
Suhu : 36, C Pembukaan : 9 cm
BB : 65 kg Ketuban : Utuh
Kenaikan BB : 10 kg Presentasi : Kepala
TB : 160 cm Posisi : Ubun ubun
Lila : 28 cm kanan
UK : 39 mg > 3 hari penurunan kepala : Hodge III +
Pemeriksaan Fisik Moulage : Tidak ada
Head to toe dalam batas normal Tidak ada oedema pada ektremitas
Mata : Tidak oedema, Anogenital : tidak ada hemoroid
conjungtiva merah muda, sclera putih Pemeriksaan Lab : Tidak dilakukan
Abdomen : Membesar sesuai usia
kehamilanm tidak ada bekas luka operasiAda Analisa Data :
strie gravidarum dan linea nigra G4P0Ao Hamil 39 mg >3 hari inpartu kala I
His : 4x /10 detik kekuatan 45 fase aktifJanin tunggal hidup intra uterine
detik presentasi kepala
TFU : 30 cm Penatalaksanaan :
Leopold I : Teraba bulat, lunak, tidak 1. Informed consend
melenting ( bokong) Ibu menandatanganinya
Leopold II : Ka : Teraba keras, 2. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada
memanjang, seperti papan ( punggung) ibu

Indah pratiwi 526080618009 | 9


- TTV : Ibu terlihat lebih tenang
normal Pembukaan : 13. Melakukan pengawasan kemajuan kala I
9 cm dengan partograf
DJJ : 136 x/ mnt Partograf terlampir
TBJ : 2790 kg
Ibu mengerti penjelasan dari bidan KALA II
3. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi aktif/ Jam : 11.00 WIB
miring kanan kiri
Ibu mau menuruti anjuran dari bidan DATA S
4.Mengajarkan teknik relaskasi pada ibu Ibu mengatakan :
Ibu mengerti - Ada tekanan pada daerah perineum
5. Menawarkan berbagai posisi persalinan - Mules mules semakin sering dan kuat
pada ibu - Berasa ingin BAB
Ibu memilih posisi setengah duduk - Berasa ingin meneran
6. Memberikan infut nutrisi - Belum keluar air air
Ibu minum teh manis ± 150 cc - Keluar lender campur darah bertambah
7. Menganjurkan ibu untuk mengosongkan banyak
kandung kemih
Ibu BAK urine ± 100 cc DATA O
8. Mengobservasi DJJ, jika tidak ada his, K/u : Baik
setiap 30 menit Kesadaran : Composmenthis
9. Melakukan observasi TTV K/e : Stabil
10. Menyiapkan ruangan dan perlengkapan TTV : Normal
persalinan seperti partus set, infuse set, His : 5x / 10 menit, kekuatan
hecting set, obat uterotonika, alat 50 detik
resusitasi, perlengkapan bayi dan ibu DJJ : 140x / menit
Ruangan dan peralatan sudah siap Terdapat tanda tanda kala II
11. Menawarkan pendamping persalinan - Perineum menonjol
pada ibu - Vulva membuka
Ibu ingin di damping suaminya Kandung kemih kosong
12. Memberikan support mental pada ibu PD : V/v : Tidak ada kelainan

Indah pratiwi 526080618009 | 10


Portio : Tidak teraba 6. Memberitahukan pada ibu sudah
Pembukaan : lengkap dilakukan amniotomi
Ketuban : Utuh( Amniotomi) Ketuban ± 300 cc warna jernih
Posisi : UUK kanan depan 7. Mendekatkan alat alat partus dan
Presentasi : Belakang kepala mengecek perlengkapan alat
Penurunan Kepala : Hodge IV 8. Memimpin persalinan àBayi lahir
Moulage : Tidak ada spontan pada pukul 10.15 WIB, jenis
Analisa Data : kelamin perempuan, tangisan (+) kuat,
G4P3A0 inpartu kala IIJanin tunggal tonus otot baik/ aktif, warna kulit
hidup intra uterine presentasi kepala kemerahan
9. Mengeringkan bayidan mengganti
Penatalaksanaan : kain pembungkus bayi dengan yang
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kering
- Keadaan ibu dan janin saat ini baik 10. Melakukan palpasi apakah ada janin
- Pembukaan sudah lengkap kedua
- Ketuban belum pecah Tidak ada janin kedua
ibu mengerti penjelasan dari bidan 11. Memberitahu dan menyuntikan
2. Menghadirkan pendamping oxytoksin 10 UI pada paha distal lateral
Ibu didampingi suaminya 12. Memotong tali pusat, ikat 13.
3.Mengatur posisi ibu senyaman Melakukan IMD
mungkin Meletakan bayi di dada ibu diantara 2
Ibu memilih posisi setengah duduk payudara
4. Mengajarkan teknik meneran yang
KALA III
benar,dengan cara bila ada his ibu Pukul : 10.17 WIB
menarik nafas,posisi kepala Data S :
menghadap kedepan,pandangan mata - Ibu mengatakan senang bayinya
kearah perut, posisi kaki litotomi, sudah lahir
kedua tangan memegang pangkal - Ibu mengatakan perutnya masih
kaki, ibu boleh meneran jika ada his terasa mulas
Ibu mau menuruti ajaran dari bidan Data O :
5. Mengobservasi DJJ di sela sela his K/u : Baik

Indah pratiwi 526080618009 | 11


Kesadaran : Composmenthis 6. Mengecek laserasi dan istemasi
K/e : Stabil perdarahan
TFU : Setinggi pusat Tidak ada laserasi
Plasenta belum lahir
Kandung kemih kosong KALA IV
Perdarahan ± 100 cc Pukul 10.55 WIB
Analisa Data : Data S :
P4A0 Inpartu kala III Ibu mengatakan senang bayi dan
Penatalaksanaan : plasenta sudah lahir
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan, Ibu mengatakan perutnya masih terasa
bahwa plasenta belum lahir mules
Ibu mengerti penjelasan dari bidan Ibu mengatakan lelah
2. Melakukan PTT dengan tangan kiri
diatas supra simpisis menekan secara Data O :
dorso cranial dan tangan kanan K/u : Baik
menegangkan tali pusat searah jalan Kesadaran : Composmenthis
lahir K/e : Stabil
3. Plasenta lahir spontan pada pukul 09.45 TTV : TD :100/70
WIB mmhg
4. Melakukan massage pada fundus uteri Nadi : 92x/menit
secara sirkuler selama 15 detik,15 kali Suhu : 36
0
Kontraksi uterus baik C Rr :
5. Melakukan identifikasi plasenta 20x/menit
Maternal : Kotiledon lengkap TFU tidak teraba
Tidak ada pengapuran Uterus teraba lembek, setelah 15 detik
Diameter ± 20 cm plasenta lahir uterus tidak berkontraksi
Tebal ± 3 cm Kandung kemih kosong
Berat plasenta ± 500 gr Tidak ada laserasi
Feotal : Selaput amnion utuh Perdarahan : ± 500 ml
Insersi tali pusat centralis
Panjang tali pusat ± 40 cm

Indah pratiwi 526080618009 | 12


Analisa data :

Indah pratiwi 526080618009 | 13


P4A0 Inpartu kala IV dengan atonia kavum uteri langsung bersihkan,
uteri mungkin hal ini yang menyebabkan
Diagnose potensial : syok hipovolemik, uterus tidak dapat berkontraksi secara
histerektomi, kematian ibu penuh
Masalah : Uterus tidak berkontraksi c. Kepalkan tangan dalam dan
Kebutuhan : tempatkan pada forniks anterior tekan
1) Penghentian perdarahan dengan dinding anterior uterus ke arah tangan
Kompresi Bimanual Internal luar yang menahan dan mendorong
(KBI), kalau tidak timbul dinding posterior uterus ke arah depan
kontraksi lakukan kompresi sehingga uterus ditekan dari arah depan
bimanual eksternal (KBE) dan belakang
2) Penggantian cairan tubuh yang d. Tekan kuat uterus diantara kedua
hilang tangan. Kompresi uterus ini
memberikan tekanan langsung pada
Penatalaksanaan : pembuluh darah yang terbuka (bekas
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan implantasi plasenta) di dinding uterus
pada ibu bahwa saai ini ibu mengalami dan juga merangsang myometrium
atonia uteri yaitu suatu keadaan untuk berkontraksi
dimana uterus tidak dapat berkontraksi e. Evaluasi keberhasilan :
Ibu mengerti penjelasan dari i. Jika uterus berkontraksi dan
bidan perdarahan berkurang, teruskan
2. Hentikan perdarahan dengan melakukan KBI selama 2 menit,
Kompresi Bimanual Internal (KBI) kemudian perlahan-lahan
selama 5 menit keluarkan tangan dari dalam
a. Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat vagina dan pantau kondisi ibu
tinggi atau steril, dengan lembut secara ketat selama kala IV
masukkan tangan (dengan cara ii. Jika uterus berkontraksi tapi
menyatukan kelima ujung jari) melalui perdarahan terus berlangsung,
introitus ke dalam vagina ibu periksa ulang perenium, vagina,
b. Periksa vagina dan serviks, jika ada dan seviks apakah terjadi
selaput ketuban atau bekuan darah pada laserasi.Jika demikian,segera

Indah pratiwi 526080618009 | 14


lakukan penjahitan untuk hipertensi karna ergometrin
menghentikan perdarahan dapat menaikkan tekanan
iii. Jika uterus tidak berkontraksi darah
dalam waktu 5 menit, ajarkan e) Pasang infuse dengan jarum
keluarga untuk melakukan ukuran 16 atau 18, berikan
kompresi bimanul eksternal : infuse RL 500 + 20 unit
a) Letakkan satu tangan pada oksitosin guyur dalam waktu
dinding abdomen dan dinding 10 menit
depan korpus uteri dan diatas f) Pakai sarung tangan steril dan
simpisis pubis ulangi KBI
b) Letakkan tangan lain pada g) Dan jika uterus tidak
dinding abdomen dan dinding berkontraksi dalam waktu 1
belakang korpus uteri ,sejajar sampai 2 menit, segera rujuk
dengan dinding depan korpus ibu dan dampingi ibu
uteri.Usahakan memegang ketempat rujukan
bagian belakang uterus seluas h) Lanjutkan infus RL + 20 unit
mungkin oksitosin dalam 500 cc / jam
c) Lakukan kompresi uterus hingga tiba ditempat rujukan
dengan cara saling atau menghabiskan 1,5 liter
mendekatkan tangan depan infus.Kemudian berikan 125
belakang agar pembuluh cc / jam. Jika tidak tersedia
darah di dalam anyaman cairan yang cukup , berikan
myometrium dapat dijepit 55cc kedua dengan kecepatan
secara manul.Cara ini dapat sedang dan berikan minum
menjepit pembuluh darah untuk rehidrasi
uterus dan membantu uterus 8. Jika uterus berkontraksi pantau ibu
untuk berkontraksi secara seksama selama persalinan kala
d) Berikan ergometrin 0,2 mg IM IV
atau misoprostol 600 -1000 9. Merapikan ibu
mcg per rectal.Jangan berikan Ibu sudah ganti baju dan rapi
ergometrin kepada ibu dengan 10. Merapikan tempat tidur

Indah pratiwi 526080618009 | 15


Tempat tidur sudah rapi dan bersih HASIL
11. Merapikan alat ( Dekontaminasi alat Berikut karakteristik ibu yang mengalami

pada larutan klorin 5% ) perdarah


an
12. Menganjurkan ibu untuk istirahat
Ibu mau istirahat
13. Memberikan infut nutrisi
Ibu minum teh manis ± 150 cc dan
makan roti 1 potong Factor resiko
14. Menganjurkan ibu untuk BAK setiap Atonia uteri 29%
kali menginginkannya Retensio plasenta 21%
Ibu BAK,urine ± 100 cc
15. Menganjurkan ibu untuk massage
fundus uteri
Ibu mau menuruti anjuran dari bidan
16. Melakukan observasi selama 2 jam
1 jam pertama setiap 15 menit
1 jam kedua setiap 30 menit
TD, Nadi, Suhu, Respirasi, TFU,
Kontraksi uterus, Kandung kemih dan
perdarahan
17. Pendokumentasian melengkapi
partograf
Partograf terlampir

Indah pratiwi 526080618009 | 16


.

Indah pratiwi 526080618009 | 17


PEMBAHASAN perdarahan postpartum terbanyak dialami

FAKTOR RESIKO Hasil penelitian yang oleh ibu dengan usia reproduksi sehat yaitu 20

dilakukan di RS HARAPAN BUNDA – 34 tahun.

BATAM terdapat ibu postpartum yang


mengalami perdarahan berdasarkan umur Penanganan Atonia uteri
terbanyak pada usia 21-34 tahun hal ini Gambaran penanganan atonia uteri di RS
menunjukkan bahwa umur kejadian berdarahan HARAPAN BUNDA BATAM Dari hasil
di RS HARAPAN BUNDA BATAM sesuai penelitian di RS HARAPAN BUNDA BATAM
data yang diperoleh berusia reproduksi terdapat 15 kasus atonia uteri pada bulan
sehat yang berada pada puncak reproduksi. januari 2019 – Agustus 2019. Serta tidak
Ketika berada pada puncak reproduksi, terdapat terdapat kejadian Kematian Ibu karena
kemungkinan pada pasangan suami istri untuk perdarahan di RS tersebut. Penanganan yang
terus menghasilkan keturunan sehingga tidak tepat dalam kasus atonia uteri dapat menjadi
memperhatikan jarak antara kelahiran sebelum salah satu upaya untuk menurunkan AKI di RS
dan sesudahnya. Hal tersebutlah yang dapat HARAPAN BUNDA BATAM maupun RS
menimbulkan risiko untuk terjadinya yang lain. Penanganan yang dilakukan pada
perdarahan. Walaupun tidak sesuai teori, hal kasus atonia uteri tersebut adalah pertama
ini bisa saja dipengaruhi oleh faktor lain memastikan tidak terdapat robekan jalan lahir
seperti partus lama, preeklamsia, retensio atau apabila terdapat robekan jalan lahir tapi
plasenta atau yang lain. Hal ini sesuai dengan
penelitian ramadhani (2016) dengan hasil
Pasien HPP lebih banyak ditemukan pada usia
21-34 tahun sebanyak 27 orang (69,2%). Hal
ini sesuai dengan penelitian dirs. HARAPAN
BUNDA BATAM. tahun 2013 – 2015 yaitu
HPP terjadi paling banyak pada ibu dengan usia
tanpa risiko (21-34 tahun) sebanyak 32 orang
(66,7%) dan usia berisiko (<20 tahun dan >35
tahun) sebanyak 16 orang (33,3%). Hal ini
berbeda dengan hasil penelitian Londok (2013)
yang menyatakan bahwa usia ibu yang
mengalami perdarahan postpartum usia 35-39
tahun. Hasil penelitian yang peneliti lakukan
sejalan dengan penelitian Friyandini, Lestari,
dan Lipoeto (2015) bahwa faktor resiko

Indah pratiwi 526080618009 | 18


darah masis merembas atau deras pastikan lembek maka langkah kedua Anda harus
perdarahan itu akibat Atonia uteri kemudian melakukan kompresi bimanual. Satu tangan
dilakukan pemberian uterotonika. Hal Hal ini mengepal berada di forniks anterior dan tangan
sejalan dengan Ristanto (2013) yang isi kavum yang lain mengangkat dan menekan korpus
uteri bersih, robekan jalan lahir tidak ada atau uteri ke arah kaudal. Aksi ini dikerjakan
sudah teratasi dan darah masih merembes, sampai kontraksi timbul dan perdarahan
sangat mengatakan Bila mungkin diagnosisnya berhenti. Karena tindakan ini sangat
adalah atoni uteri. Pada Kasus perdarahn melelahkan maka ini hanya bersifat sementara
karena atonia uteri yang terjadi di RS sambil menunggu tindakan definitif, misal
HARAPAN BUNDA BATAM diberikan selama persiapan dan transportasi pasien ke
Uterotonika diberikan 5-10 unit oksitosin kamar operasi atau ke rumah sakit. Kualitas
secara intravena pelan atau 5-30 unit dalam evidencenya sangat lemah dan
500 ml cairan dan 0,25-0,5 mg ergometrin rekomendasinyapun lemah.
intravena. Pada saat yang sama dilakukan
pemeriksaan untuk menyingkirkan Perdarahan yang tidak berhenti setelah
kemungkinan adanya sebab lain seperti adanya dilakukan kompresi bimanual tahapan
robekan jalan lahir atau retensi sisa plasenta/ selanjutnya di RS HARAPAN BUNDA
pada saat awal terjadi perdarahn kemudian BATAM adalah dengan rujukan sambil di
dievaluasi apa penyebab dari perdarahan lakukan tekni BAA.
tersebut kemudian melakukan Kompresi
Bimanual. Setelah itu menilai perdarahan
apabila perdarahan sudah berhenti lanjut
observasi kala IV.

Hal ini sesuai dengan teori Ristanto (2013)


dalam perdarahan postpartum ada tindakan
yang harus benar-benar dilakukan: 1) Masase
fundus uteri. Masase dilakukan di fundus uteri
melalui dinding depan abdomen dengan
gerakan sirkuler dengan penekanan ke arah
kaudal sampai terasa kontraksi yang kuat. Bila
kontraksi telah baik, palpasi uterus dilakukan
setiap 15 menit dan untuk meyakinkan bahwa
uterus tidak lembek setelah masase berhenti.
meskipun kualitas evidendence nya lemah
tetapi rekomendasi untuk melakukan masase
fundus uteri adalah kuat. 2)Kompresi bimanual.
Bila dengan masase kontraksi uterus masih

Indah pratiwi 526080618009 | 19


tampon kondom hal ini dilakukan karena kurang lebih 6 cm). Pemasangan tampon
perdarahan terjadi karena atonia uteri dan tidak kondom bisa bersifat permanen, yakni bila
terjadi rupture uteris serta rupture jalan lahir benar-benar perdarahan behenti. Dengan
sudah tertangani. Pemasanagn tampon sanagt demikian tujuan untuk mengkonservasi uterus
efektif untuk menangani perdarahan post dapat tercapai. Pemasangan bisa bersifat
partum.Perdarahan yang terjadi pada saat sementara, sebagai persiapan sebelum dirujuk,
pasca salin dan setelah kala IV penanganan selama dalam rujukan atau menunggu
berdarahan beberapa kasus dilakukan transfuse persiapan operasi. Dalam situasi darurat di
darah minimal 2 kolf untuk mengevaluasi atau mana uterotonika tidak tersedia, maka
koreksi hipovolemi.Cara melakukan tampon penggunaan tampon kondom sangat
menurut Ristanto 2013 sebagai berikut : dianjurkan, meskipun evidence nya rendah dan
Metode ini dikembangkan di Bangladesh oleh kualitas kekuatan rekomendasinya juga lemah.
seorang Ginekologist, Prof. Sayeba Achter. Pada Tetapi di RS HARAPAN BUNDA BATAM
awalnya kondom diikatkan dalam sebuah kateter, merujuk reverensi tersebut.
sehingga metode ini dahulunya disebut metode
kondom kateter. Sekarang kondom diikatkan Di RS HARAPAN BUNDA BATAM juga
langsung dalam ujung selang infus, sehingga terdapat penanganan histerektomi pada
cara ini sekarang dikenal dengan metode tampon salah satu pasien untuk mengurangi
kondom. Fungsi utama metode ini adalah perdarahan
mengembangkan uterus dari dalam dengan
mengembangkan kondom yang diisi air,
sehingga kondom menekan pembuluh darah
yang terbuka. Di RS H Ahmad Syah Pahang
Malaysia, keberhasilan penggunaan tampon
kondom mencapai lebih dari 80%.

Indikasi utama adalah perdarahan karena atoni


uterius, yang gagal dikelola dengan cara
medikamentosa, sementara uterus masih harus
dipertahankan. Sebagai persiapan harus
dipastikan bahwa tidak terdapat robekan jalan
lahir maupun ruptur uterus, dan tidak terdapat
sisa jaringan plasenta. Alat dan bahan yang
harus disiapkan adalah kondom, selang infus
(atau lebih baik selang transfusi), larutan
NaCL, tiang infus, dan jegul (kain kasa yang
digulung menjadi bulat dengan diameter
Indah pratiwi 526080618009 | 20
dikarenakan setelah dilakukan penanganan SIMPULAN
dengan uterotonika serta kompresi tidak bisa Karakteristik ibu yang mengalami perdarahan
mengatasi perdarahan dan HB pasien mayoritas ibu usia reproduksi sehat yaitu umur
berlangsung turun sehingga segera dilakukan 21tahun – 34 tahun. Faktor resiko terjadinya
histerektomi. Ada beberapa kondisi yang harus perdarahan adalah pre eklamsia sebanyak 55%.
ditangani dengan histerektomi, antara lain: Serta p 1enanganan yang dilakukan di RS
Menorrhagia, Menorrhagia disebut juga HARAPAN BUNDA BATAM untuk pasien
sebagai menstruasi berlebihan. Selain darah yang mengalami perdarahan dengan
menstruasi yang keluar berlebihan, gejala lain uterotonika, Kompresi Bimanual, Serta tampon
yang mungkin dirasakan adalah kram dan Kateter sampai Histerektomi sehingga angka
nyeri perut. Pada kondisi tertentu, perdarahan kejadian
yang terjadi hanya bisa ditangani dengan perdarahan dapat tertangani Di RS tersebut.
histerektomi, terutama jika penanganan lain
tidak berhasil menghentikan perdarahan, atau
jika perdarahan yang terjadi memengaruhi
kualitas hidup, Sehingga histerektomi
dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup
DAFTAR PUSTAKA
pasien. Perdarahan Di RS HARAPAN BUNDA
Ambarwati, E Dkk. (2010). Asuhan Kebidanan
BATAM mengalami penurunan angka kejadian
Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika.
perdarahan dikarenakan pelayanan terpadu
yang dilakukan di RS Tersebut sehingga
Arikunto S. (2010). Metodologi Penelitian.
apabila terdapat indikasi yang patologi segera
Jakarta: Rineka Cipta
dapat tertangani. Hal ini sesuai dengan
Ramadhan (2016) Pasien Perdarahan
semuanya patuh dalam melakukan ANC
(100%). Hasil penelitian ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan Fauziah di RSUD
Moewardi Soerakarta tahun 2009 bahwa ANC
dapat menurunkan kejadian HPP sebanyak 1/8
(0,125) jika dibandingkan dengan yang tidak
melakukannya teratur sehingga pada penelitian
ini didapatkan angka kematian yang rendah
yaitu 1 orang dari 39 orang orang yang diteliti.
makrosomia, kehamilan multipel, dan lain
lainnya.

Indah pratiwi 526080618009 | 21


Depkes RI. (2013). Profil Kesehatan Republik perdarahan antepartum dan Perdarahan
Indonesia Tahun 2013 dalam postpartum. eBiomedik, 1(1).
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct= https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eb
j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ca iomedik/article/view/4608
d=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiOt8fJk
abVAhXFkpQKHcO_BqAQFggmMAA& Manuaba. (2012) . Ilmu Kebidanan. Jakarta :
url=http%3A%2F%2Fwww.depkes.go.i EGC
d%2Fresources%2Fdownlod%2Fpusdat
in%2Fprofil-kesehatan- Marmi. (2012) . Asuhan Kebidanan Patologi.
indonesia%2Fprofil-kesehatan Yogyakarta : Pustaka Belajar
indonesia-
2013.pdf&usg=AFQjCNEuo4ufQnGeU Notoadmodjo. (2010). Metode Penelitian
aGa7FN1Gi2HkMFLuA diakses 19 Kesehatan. Jakarta: Rineka cipta
Januari 2017

Notoadmodjo. (2012). Metode Penelitian


Dewi, Vivian,. Nanny, Lia. (2011). Asuhan Kesehatan. Jakarta: Rineka cipta.
Kebidanan Ibu Nifas. Jakarta: Salembe
Medika Yesi Ardila. (2018). Diterminasi perdarahan
Postpartum pada Ibu Bersalin. Skripsi.
Friyandini, F., Lestari, Y., & Lipoeto, B. I.
(2015). Hubungan kejadian perdarahan Ristanto. (2013). Penanganan Perdarahan
postpartum dengan faktor risiko Pasca Salin. http://obgin-ugm.com/wp-
karakteristik ibu di RSUP Dr. M. Djamil content/uploads/2016/01/Penanganan-
Padang pada januari 2012-april Perdarah-Pascasalin-di-Tingkat-
2013. Jurnal Kesehatan Andalas, 4(3). Layanan-Primer.pdf
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jk
a/article/view/375
Ramadhan Jihan. (2017). Profil Pasien
Hemoraghie post partum Di RSUP Dr M
Londok, T. H. M., Lengkong, R. A., & Jamil Padang. Artikel Penelitian
Suparman, E. (2013). Karakteristik http://repository.uki.ac.id/64

Indah pratiwi 526080618009 | 22

Anda mungkin juga menyukai