Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. latar belakang
Target Millennium Development Goals (MDGs) 5 yaitu menurunkan
Angka Kematian Ibu menjadi 102/100.000 pada tahun 2015 masih
memerlukan upaya khusus dan kerja keras dari seluruh pihak baik
pemerintah, sector swasta maupun masyarakat. Angka kematian ibu (AKI)
yang tinggi menunjukkan rawannya derajat kesehatan ibu. Angka kematian
ibu menjadi salah satu indica tor penting dalam menentukan derajat
kesehatan masyarakat. Angka kematian ibu menggambarkan jumlah wanita
yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan
kehamilan atau penangganannya(tidak termasuk kecelakaan atau kasus
insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan masa nifas tanpa
memperhitungkan/100.000 kelahiran hidup(Rikesdas,2013).
Kematian ibu di Indonesia pada umumnya disebabkan oleh kasus
perdarahan (32%), hipertensi dalam kehamilan (25%), infeksi (5%), partus
lama (5%), abortus (1%), penyakit lain bukan karena kahamilan dan
persalian (32%).
Kejadian komplikasi kebidanan pada ibu seharusnya dapat ditangani
dengan melakukan tiga yaitu mewaspadai setiap komplikasi obsetri yang
dapat diprediksi sebelumnya karena setiap ibu hamil memiliki resiko
tersebut, kedua ibu seharusnya telah memppunyai akses terhadap
pelayanan kesehatan yang adekuat yang dibutuhkan saat komplikasi terjadi
dan ketiga kualitas pelayanan yang harus prioritas utama para tenaga
kesehatan khususnya 24 jam pertama masa persalinan karena kematian ibu
sebagian besar terjadi pada periode ini. Ketiga hal tersebut seringkali lalai di
lakukan disebabkan karena 3T yaitu terlambat mengambil keputusan,
terlambat mencapai rumah sakit, rujukan, dan rujukan yang tidak efektif serta
terlambat mendapat pertolongan yang adekuat di rumah sakit rujukan
(kemenkes, 2013).
Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen angka kematian ibu ( AKI )
merupakan indicator keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan .
AKI meliputi kematian yang terkait dengan masa kehamilan,persalinan dan
nifas. Pada tahun 2011 tercatat sebayak 12 orang yang meninggal dunia.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Penulis mampu muelakukan asuhan kebidanan secara komprehensif
dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan pada Ibu.S
G2P1A0 dengan Atonia Uteri di BPM Nursiah,S.SiT Kecamatan Jeunieb
Kabupaten Bireuen
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian asuhan persalinan pada pada Ibu.S
G2P1A0 dengan Atonia Uteri di BPM Nursiah,S.SiT Kecamatan Jeunieb
Kabupaten Bireuen.
b. Mampu mengindentifikasi perumusan diagnosa atau masalah Asuhan
Persalinan pada Ibu.S G2P1A0 dengan Atonia Uteri di BPM
Nursiah,S.SiT Kecamatan Jeunieb Kabupaten Bireuen.
c. Mampu membuat perencanaan Asuhan Persalinan pada Ibu.S G2P1A0
dengan Atonia Uteri di BPM Nursiah,S.SiT Kecamatan Jeunieb
Kabupaten Bireuen.
d. Mampu melakukan tindakan implementasi Asuhan Persalinan pada
Ibu.S G2P1A0 dengan Atonia Uteri di BPM Nursiah,S.SiT Kecamatan
Jeunieb Kabupaten Bireuen.
e. Mampu membuat evaluasi Asuhan Persalinan pada Ibu.S G2P1A0
dengan Atonia Uteri di BPM Nursiah,S.SiT Kecamatan Jeunieb
Kabupaten Bireuen.
f. mampu melakukan pendokumentasian Asuhan Persalinan pada Ibu.S
G2P1A0 dengan Atonia Uteri di BPM Nursiah,S.SiT Kecamatan Jeunieb
Kabupaten Bireuen.

C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat lebih mendalam Asuhan Persalinan dengan atonia uteri
2. Bagi Institisi
Menambah literature bagi perpustakaan sehingga dapat digunakan
sebagai bacaan dan panduan untuk penyusunan laporan untuk angkatan
selanjutnya.
3. Bagi Masyarakat/Pasien
Menambah pengetahuan masyarakat khususnya tentang ibu bersalin
dengan atonia uteri
4. Bagi Lahan
Dapat meningkatkan kualitas standar pelayanan kesehatan
khususnya asuhan persalinan yang tepat khususnya pada ibu bersalin
dengan atonia uteri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Perdarahan Postpartum
1. Pengertian Perdarahan Postpartum
Perdarahan postpartum (PPP) didefinisikan sebagai kehilangan 500
ml atau lebih darah setelah persalinan pervaginam atau 1000 ml atau
lebih setelah seksio sesaria (Leveno, 2009; WHO, 2012).
2. Etiologi Perdarahan Postpartum
Perdarahan postpartum bisa disebabkan karena :
a. Atonia Uteri
Atonia uteri adalah ketidakmampuan uterus khususnya
miometrium untuk berkontraksi setelah plasenta lahir.Perdarahan
postpartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serat-serat
miometrium terutama yang berada di sekitar pembuluh darah yang
mensuplai darah pada tempat perlengketan plasenta (Wiknjosastro,
2006).
Kegagalan kontraksi dan retraksi dari serat miometrium dapat
menyebabkan perdarahan yang cepat dan parah serta syok 9
hipovolemik. Kontraksi miometrium yang lemah dapat diakibatkan
oleh kelelahan karena persalinan lama atau persalinan yang terlalu
cepat, terutama jika dirangsang. Selain itu, obat-obatan seperti obat
anti-inflamasi nonsteroid, magnesium sulfat, beta-simpatomimetik,
dan nifedipin juga dapat menghambat kontraksi miometrium.
Penyebab lain adalah situs implantasi plasenta di segmen bawah
rahim, korioamnionitis, endomiometritis, septikemia, hipoksia pada
solusio plasenta, dan hipotermia karena resusitasi masif (Rueda et al.,
2013).
Atonia uteri merupakan penyebab paling banyak PPP, hingga
sekitar 70% kasus. Atonia dapat terjadi setelah persalinan vaginal,
persalinan operatif ataupun persalinan abdominal. Penelitian sejauh
ini membuktikan bahwa atonia uteri lebih tinggi pada persalinan
abdominal dibandingkan dengan persalinan vaginal (Edhi, 2013).
b. Laserasi jalan lahir
Pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada persalinan dengan
trauma. Pertolongan persalinan yang semakin manipulatif dan traumatik
akan memudahkan robekan jalan lahir dan karena itu dihindarkan
memimpin persalinan pada saat pembukaan serviks belum lengkap.
Robekan jalan lahir biasanya akibat episiotomi, robekan spontan perineum,
trauma forsep atau vakum ekstraksi, atau karena versi ekstraksi
(Prawirohardjo, 2010). Laserasi diklasifikasikan berdasarkan luasnya
robekan yaitu (Rohani, Saswita dan Marisah, 2011):
1) Derajat satu
Robekan mengenai mukosa vagina dan kulit perineum
2) Derajat dua
Robekan mengenai mukosa vagina, kulit, dan otot perineum.
3) Derajat tiga
Robekan mengenai mukosa vagina, kulit perineum, otot perineum, dan
otot sfingter ani eksternal.
4) Derajat empat
Robekan mengenai mukosa vagina, kulit perineum, otot perineum, otot
sfingter ani eksternal, dan mukosa rektum.
c. Retensio plasenta
Retensio plasenta adalah plasenta belum lahir hingga atau melebihi
waktu 30 menit setelah bayi lahir. Hal ini disebabkan karena plasenta
belum lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas tetapi belum
dilahirkan. Retensio plasenta merupakan etiologi tersering kedua dari
perdarahan postpartum (20% - 30% kasus). Kejadian ini harus didiagnosis
secara dini karena retensio plasenta sering dikaitkan dengan atonia uteri
untuk diagnosis utama sehingga dapat membuat kesalahan diagnosis.
Pada retensio plasenta, resiko untuk mengalami PPP 6 kali lipat pada
persalinan normal (Ramadhani, 2011).
Terdapat jenis retensio plasenta antara lain (Saifuddin, 2002) :
1) Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion
plasenta sehingga menyebabkan mekanisme separasi fisiologis.
2) Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga
memasuki sebagian lapisan miometrium.
3) Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang
menembus lapisan serosa dinding uterus.
4) Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang
menembus serosa dinding uterus.
5) Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum uteri,
disebabkan oleh konstriksi ostium uteri.
d. Koagulopati
Perdarahan postpartum juga dapat terjadi karena kelainan pada
pembekuan darah. Penyebab tersering PPP adalah atonia uteri, yang
disusul dengan tertinggalnya sebagian plasenta. Namun, gangguan
pembekuan darah dapat pula menyebabkan PPP. Hal ini disebabkan
karena defisiensi faktor pembekuan dan penghancuran fibrin yang
berlebihan. Gejala-gejala kelainan pembekuan darah bisa berupa penyakit
keturunan ataupun didapat. Kelainan pembekuan darah dapat berupa
hipofibrinogenemia, trombositopenia, Idiopathic Thrombocytopenic Purpura
(ITP), HELLP syndrome (hemolysis, elevated liver enzymes, and low
platelet count),Disseminated Intravaskuler Coagulation (DIC), dan
Dilutional coagulopathy (Wiknjosastro, 2006; Prawirohardjo, 2010).
Kejadian gangguan koagulasi ini berkaitan dengan beberapa kondisi
kehamilan lain seperti solusio plasenta, preeklampsia, septikemia dan
sepsis intrauteri, kematian janin lama, emboli air ketuban, transfusi darah
inkompatibel, aborsi dengan NaCl hipertonik dan gangguan koagulasi yang
sudah diderita sebelumnya. Penyebab yang potensial menimbulkan
gangguan koagulasi sudah dapat diantisipasi sebelumnya sehingga
persiapan untuk mencegah terjadinya PPP dapat dilakukan sebelumnya
(Anderson, 2008).

3. Klasifikasi Perdarahan Postpartum


Klasifikasi klinis perdarahan postpartum yaitu (Manuaba, 2008) :
a. Perdarahan Postpartum Primer yaitu perdarahan postpartum yang terjadi
dalam 24 jam pertama kelahiran. Penyebab utama perdarahan
postpartum primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta,
robekan jalan lahir dan inversio uteri.
b. Perdarahan Postpartum Sekunder yaitu perdarahan postpartum yang
terjadi setelah 24 jam pertama kelahiran. Perdarahan postpartum sekunder
disebabkan oleh infeksi, penyusutan rahim yang tidak baik, atau sisa
plasenta yang tertinggal.
4. Faktor Risiko
Faktor risiko PPP dapat ada saat sebelum kehamilan, saat kehamilan,
dan saat persalinan. Faktor risiko sebelum kehamilan meliputi usia, indeks
massa tubuh, dan riwayat perdarahan postpartum. Faktor risiko selama
kehamilan meliputi usia, indeks massa tubuh, riwayat perdarahan postpartum,
kehamilan ganda, plasenta previa, preeklampsia, dan penggunaan antibiotik.
Sedangkan untuk faktor risiko saat persalinan meliputi plasenta previa
anterior, plasenta previa mayor, peningkatan suhu tubuh >37,
korioamnionitis, dan retensio plasenta (Briley et al., 2014).
Meningkatnya usia ibu merupakan faktor independen terjadinya PPP.
Pada usia lebih tua jumlah perdarahan lebih besar pada persalinan sesar
dibanding persalinan vaginal. Secara konsisten penelitian menunjukkan
bahwa ibu yang hamil kembar memiliki 3-4 kali kemungkinan untuk
mengalami PPP (Anderson, 2008).
Perdarahan postpartum juga berhubungan dengan obesitas. Risiko
perdarahan akan meningkat dengan meningkatnya indeks massa tubuh. Pada
wanita dengan indeks massa tubuh lebih dari 40 memiliki resiko sebesar 5,2%
dengan persalinan normal (Blomberg, 2011).
5. Gejala Klinik Perdarahan Postpartum
Efek perdarahan banyak bergantung pada volume darah sebelum hamil,
derajat hipervolemia-terinduksi kehamilan, dan derajat anemia saat
persalinan. Gambaran PPP yang dapat mengecohkan adalah kegagalan nadi
dan tekanan darah untuk mengalami perubahan besar sampai terjadi
kehilangan darah sangat banyak. Kehilangan banyak darah tersebut
menimbulkan tanda-tanda syok yaitu penderita pucat, tekanan darah rendah,
denyut nadi cepat dan kecil, ekstrimitas dingin, dan lain-lain (Wiknjosastro,
2006; Cunningham, 2005).
B. ATONIA UTERI
1. pengertian atonia uteri
Atonia uteri adalah pendarahan obstetri yang disebabkan oleh
kegagalan uterus untuk berkontraksi secara memadai setelah kelahiran
(Cuningham, 2013).Definisi atonia uteri adalah suatu kondisi dimana
myometrium tidak dapat berkontraksi dan keluarnya darah dari tempat
implantasi plasenta dan menjadi tidak terkendali (JNPK-KR, 2008).
Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum
dini (50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan
histerektomi postpartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama
untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan. Atonia uteri terjadi jika
uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan rangsangan
taktil (pemijatan) fundus uteri. Perdarahan postpartum dengan penyebab
uteri tidak terlalu banyak dijumpai karena penerimaan gerakan keluarga
berencana makin meningkat (Manuaba & APN).
Perdarahan pospartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi
serabut-serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang
memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila
serabut-serabut miometrium tidak berkontraksi. Batasan: Atonia uteri
adalah uterus yang tidak berkontraksi setelah janin dan plasenta lahir.
2. Etiologi
Atonia uteri dapat terjadi pada ibu hamil dan melahirkan dengan faktor
predisposisi (penunjang ) seperti :
a. Overdistention uterus seperti: gemeli makrosomia, polihidramnion, atau
paritas tinggi.
b. Umur yang terlalu muda atau terlalu tua.
c. Multipara dengan jarak kelahiran pendek
d. Partus lama / partus terlantar
e. Malnutrisi
f. Penanganan salah dalam usaha melahirkan plasenta, misalnya plasenta
belum terlepas dari dinding uterus.
Overdistensi Uterus juga merupakan penyebab dari atonia uteri
overdistensi juga merupakan faktor resiko yang paling sering
mengakibatkan terjadinya atonia uteri. Overdistensi uterus dapat
disebabkan oleh kehamilan ganda, janin makrosomia, polihidramnion,
abnormalitas janin, kelainan struktur uterus, atau distensi akibat akumulasi
darah di uterus baik sebelum mapun sesudah plasenta lahir.
Pimpinan kala III yang salah, dengan memijat-mijat dan mendorong
uterus. Lemahnya kontraksi miometrium merupakan akibat dari kelelahan
karena persalinan lama atau persalinan yang memerlukan tenaga yang
banyak, umur yang terlalu muda dan terlalu tua, terutama apabila diberikan
stimulasi pada ibu. Selain itu pengaruh obat-obatan yang dapat
mengakibatkan inhibisi kontraksi seperti: anastesi yang terhalogenisasi,
nitrat, obat-obatan anti inflamasi nonsteroid, magnesium sufat dan
nipedipin. Ibu dengan keadaan umum yang buruk, anemis, atau menderita
penyakit yang menahun.Penyebab lain yaitu: plasenta letak rendah, partus
lama (terlantar) toksin bakteri (korioamnionitis, endometritis, septikemia),
hipoksia akibat hipoperfusi atau uterus couvelaire pada abruptio plasenta.
3. Manisfestasi klinik
a. Uterus tidak berkontraksi dan lunak
Gejala ini merupakan gejala terpenting/khas atonia dan yang
membedakan atonia dan penyebab perdarahan lainnya
b. Perdarahan segera setelah plasenta dan janin lahir (P3).
Perdarahan yang terjadi pada kasus atonia sangat banyak dan darah
tidak merembes. Yang sering terjadi pada kondisi ini adalah darah keluar
disertai gumpalan. Hal ini terjadi karena tromboplastin sudah tidak
mampu lagi sebagai anti pembeku darah.
c. Tanda dan gejala lainnya adalah terjadinya syok, pembekuan darah pada
servik/posisi terlentang akan menghambat aliran darah keluar.
1) Nadi cepat dan lemah
2) Tekanan darah yang rendah
3) Pucat
4) Keringat/kulit terasa dingin dan lembab
5) Pernapasan yang cepat
6) Gelisah, bingung, atau kehilangan kesadaran.
7) Urin yang sedikit.
4. Penatalaksanaan atonia uteri
a. Penanganan Khusus
1) Kenali dan tegakkan diagnosis kerja atonia uteri.
2) Teruskan pemijatan uterus.Masase uterus akan menstimulasi
kontraksi uterus yang menghentikan perdarahan.
3) Oksitosin dapat diberikan bersamaan atau berurutan
4) Jika uterus berkontraksi.Evaluasi, jika uterus berkontraksi tapi
perdarahan uterus berlangsung, periksa apakah perineum / vagina
dan serviks mengalami laserasi dan jahit atau rujuk segera.
5) Jika uterus tidak berkontraksi maka :Bersihkanlah bekuan darah atau
selaput ketuban dari vagina & ostium serviks. Pastikan bahwa
kandung kemih telah kosong
Antisipasi dini akan kebutuhan darah dan lakukan transfusi sesuai
kebutuhan. Jika perdarahan terus berlangsung:
Pastikan plasenta plasenta lahir lengkap;Jika terdapat tanda-tanda
sisa plasenta (tidak adanya bagian permukaan maternal atau
robeknya membran dengan pembuluh darahnya), keluarkan sisa
plasenta tersebut.Lakukan uji pembekuan darah sederhana.
Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau adanya
bekuan lunak yang dapat pecah dengan mudah menunjukkan adanya
koagulopati.
b. Penanganan atonia uteri
1) Teknik KBI (Kompresi Bimanual Internal)
a) Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril, dengan
lembut masukkan tangan (dengan cara menyatukan kelima ujung
jari) ke intraktus dan ke dalam vagina itu.
b) Periksa vagina & serviks. Jika ada selaput ketuban atau bekuan
darah pada kavum uteri mungkin uterus tidak dapat berkontraksi
secara penuh.
c) Membuat bentuk tangan secara obsetrik (ujung tangan di
kuncupkan) masukkan tangan kedalam kavum uteri dan
sesampainya di fornik anterior membentuk kepalan tangan tekan
ke dinding anterior uteri sementara telapak tangan lain pada
abdomen, menekan dengan kuat dinding belakang uterus ke arah
kepalan tangan dalam.

d) Tekan uterus dengan kedua tangan secara kuat. Kompresi uterus ini
memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah di dalam dinding
uterus dan juga merang sang miometrium untuk berkontraksi.
e) Evaluasi keberhasilan:
(1) Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan
melakukan KBI selama 2 menit, kemudian perlahan-lahan keluarkan
tangan dari dalam vagina. Pantau kondisi ibu secara melekat selama
kala empat.
(2) Jika uterus berkontraksi tapi perdarahan terus berlangsung, periksa
perineum, vagina dari serviks apakah terjadi laserasi di bagian
tersebut. Segera lakukan si penjahitan jika ditemukan laserasi.
(3) Jika kontraksi uterus tidak terjadi dalam waktu 5 menit, ajarkan
keluarga untuk melakukan Kompresi Bimanual Eksternal (KBE, seperti
pada gambar diatas) kemudian terus kan dengan langkah-langkah
penatalaksanaan atonia uteri selanjutnya. Minta tolong keluarga untuk
mulai menyiapkan rujukan.
Alasan: Atonia uteri seringkali bisa diatasi dengan KBI, jika KBE tidak
berhasil dalam waktu 5 menit diperlukan tindakan-tindakan lain.
f) Berikan 0,2 mg ergometrin IM (jangan berikan ergometrin kepada ibu
dengan hipertensi)
Alasan : Ergometrin yang diberikan, akan meningkatkan tekanan darah
lebih tinggi dari kondisi normal.
g) Menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18), pasang infus
dan berikan 500 ml larutan Ringer Laktat yang mengandung 20 unit
oksitosin.
Alasan: Jarum dengan diameter besar, memungkinkan pemberian
cairan IV secara cepat, dan dapat langsung digunakan jika ibu
membutuhkan transfusi darah. Oksitosin IV akan dengan
cepat merangsang kontraksi uterus. Ringer Laktat akan membantu
mengganti volume cairan yang hiking selama perdarahan.
h) Pakai sarung tangan steril atau disinfeksi tingkat tinggi dan ulangi KBI
Alasan: KBI yang digunakan bersama dengan ergometrin dan oksitosin
dapat membantu membuat uterus-berkontraksi
i) Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu sampai 2 menit, segera lakukan
rujukan Berarti ini bukan atonia uteri sederhana. Ibu membutuhkan
perawatan gawat-darurat di fasilitas kesehatan yang dapat melakukan
tindakan pembedahan dan transfusi darah.
j) Dampingi ibu ke tempat rujukan. Teruskan melakukan KBE hingga ibu tiba
di tempat rujukan. Teruskan pemberian cairan IV hingga ibu tiba di
fasilitas rujukan:
(1) Infus 500 ml yang pertama dan habiskan dalam waktu 10 menit.
(2) Kemudian berikan 500 ml/jam hingga tiba di tempat rujukan atau
hingga jumlah cairan yang diinfuskan mencapai 1,5 liter, dan
kemudian berikan 125 ml/jam. (jika cairan IV tidak cukup, infuskan
botol kedua 500 ml dengan lambat dan berikan cairan secara oral
untuk asupan cairan tambahan.
2) KBE (Kompresi Bimanual Eksternal)
a) Letakkan satu tangan pada abdomen di depan uterus, tepat di atas
simfisis pubis.
b) Letakkan tangan yang lain pada dinding abdomen (dibelakang korpus
uteri), usahakan memegang bagian belakang uterus seluas mungkin.
c) Lakukan gerakan saling merapatkan kedua tangan untuk melakukan
kompresi pembuluh darah di dinding uterus dengan cara menekan
uterus di antara kedua tangan tersebut. (Pusdiknakes, Asuhan
persalinan Normal). Jika perdarahan terus berlangsung setelah
dilakukan kompresi:
(1) Lakukan ligasi arteri uterina dan ovarika.
(2)Lakukan histerektomi jika terjadi perdarahan yang mengancam jiwa
setelah ligasi.

C. Manajemen Kasus Menurut Kepmenkes tahun 2007


Standar asuhan kebidanan adalah acuan proses pengambilan keputusan
dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang
lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan, perumusan diagnosa
dan masalah kebidanan, perencanaan, implementasi, evaluasi, dan
pencatatan asuhan kebidanan. (Kepmenkes RI, 2007).

Standar 1 : pengkajian
a. Pernyataan Standar
Bidan mengumpulkan semua informasi yangt akurat, relevan, dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

b. Kriteria Pengkajian
1) Data tepat, akurat dan lengkap
2) Terdiri dari data subyektif (hasil anamnesa, biodata, keluhanutama,
riwayat obstetric, riwayat kesehatan dan latar belakang social budaya).
3) Data obyektif (hasil pemeriksaan fisik,psikologi dan pemeriksaan
penunjang).

Standar II : perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan


a. pernyataan standar
bidan menganalisa data yang di peroleh pada pengkajian,
menginterpretasikan secara akurat dan logis untuk menegakkan diagnose
dan masalah kebidanan yang tepat.
b. criteria perumusan diagnose dan atau masalah kebidanan
1) Diagnose sesuai dengan nomenklatur kebidanan
2) Masalah di rumuskan sesuai dengan kondisi klien.
3) Dapat di selesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri,
kolaborasi dan rujukan.

Standar III : perencanaan


a. Pernyataan Standar
Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnose dan
masalah yang ditegakkan.
b. Kriteria perancanaan
c. Rencana tindakan di susun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi
klien, tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan secara
komprehensif.
d. Melibatkan klien/pasien dan atau keluarga.
e. Mempertimbangkan kondisi psikologi social budaya klien/keluarga
f. Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien
berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang
diberikan bermanfaat untuk klien.
g. Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, sumber daya
serta fasilitas yang ada
Standar IV : Implementasi
a. Pernyataan Standar
bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif,
efektif, efesien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/pasien,
dalam bentuk upaya promotif, preventif kuratif dan rehabilitative. Dilaksanakan
secara mandiri,kolaborasi dan rujukan.
b. Kriteria
1) Memperhatikan kenaikan klien sebagai makhluk hidup bio-psiko-sosial-
spiritual-kultural.
2) Setiap tindakan asuhan mendapatkan persetujuan dari klien dan atau
keluarganya (inform consent).
3) Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based.
4) Melibatkan klien/pasien dalam setiap tindakan.
5) Menjaga privacy klien/pasien.
6) Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi
7) Mengikuti perkembangan kondisi pasien secara berkesenambungan.
8) Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang adan dan sesuai
9) Melakukan tindakan sesuai standar.
10) Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan.

Standar V : Evaluasi
a. Bidan melakukan secara sismatis dan berkesinambungan untuk melibatkan
keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan perubahan
perkembangan kondisi pasien.
b. Kriteria Evaluasi
1) Penilaian dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan sesuai kondisi
klien.
2) Hasil evaluasi segera di catat dan dikomunikasikan kepada
klien/keluarga.
3) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
4) Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien.
Standar VI : pencatatan asuhan kebidanan.
a. Pernyataan Standar
Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat singkat dan jelas
mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam
memberikan asuhan kebidanan.
b. Kriteria Pencatatan Asuhan Kebidanan
1) Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada formulir
yang tersedia ( rekam medis/KMS/status pasien/buku KIA).
2) Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP
3) S adalah data subyektif,mencatat hasil anamnesa
4) O adalah data obyektif, mencatat hasil pemeriksaan
5) A adalah hasil analisa,mencatat diagnose dan masalah kebidanan.
6) P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan
pelaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan
segera, tindakan secara komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi,
evaluasi, follow up dan rujukan .
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Gambaran Umum Lokasi Studi Kasus


Bidan praktek mandiri (BPM) merupakan bentuk/pelayanan kesehatan di
bidang kesehatan dasar. Praktek bidan adalah serangkaian kegiatan
pelayanan yang diberikan oleh bidan kepada pasien (individu, keluarga,
masyarakat) sesuai dengan kewenangan dan kemampuannya.
BPM Nursiah,S.SiT di dirikan pada tahun 1992 dan luas bangunan 32 m x
8 m yang terletak di desa meunasah kota,sebelah timur berbatasan dengan
desa blang me timu,sebelah selatan berbatasan dengan desa blang raleu,
dan sebelah utara berbatasan dengan meunasah blang. Di BPM
Nursiah,S.SiT menyediakan sarana dan prasaran yang nantinya
dipergunakan pada saat pemberian tindakan, BPM Nursiah,S.SiT
menyediakan beberapa ruang yang terdiri dari ruang pemeriksaan,ruang AN,
ruang bersalin,dan juga ruang nifas,dan memiliki alat instrument yang lengkap
dan memiliki USG.
Adapun pelayanan yang tersedia di BPM Nursiah,S.SiT ialah sebagai
berikut:
1. Pertolongan persalinan
2. Pemeriksaan kehamilan
3. Pemeriksaan ibu nifas
4. Pemeriksaan bayi
5. Pemeriksaan anak
6. Keluarga Berencana
7. Imunisasi
8. Pengambilan PAP SMEAR
9. Laboratorium sederhana
10. Konseling
B. Manajemen Asuhan Kebidanan (Kepmenkes tahun 2007)
Tanggal pengkajian: 12 september 2017 Pukul: 14: 40 WIB
I. PENGKAJIAN /PENGUMPULAN DATA
Tanggal pengkajian : 27 desember 2016 Pukul : 04:30 WIB
A. Anamnesa
Indentitas
Nama klien : Ibu. AS Nama klien : Bp. J
Umur : 28 thn Umur : 32 thn
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMU Pendidikan : SMU
Pekerjaan : IRT pekerjaan : Wiraswasta
Kebangsaaan: Indonesia Kebangsaaan : Indonesia
Alamat rumah: Snb. Plimbang Alamat rumah : Snb.Plimbang
1. Keluhan utama pada waktu masuk (tanyakan sejak kapan dan cirri
khas) : Ibu mengatakan ingin bersalin,
2. Keluhan tambahan : mules , keluar darah bercampur lender, vt:1 cm
3. Riwayat menstruasi
Riwayat menarche : 13 thn, siklus : 28 hari
Hari pertama haid terakhir (HPHT) :awal desember 2016, lamanya 8
hari
Banyaknya : 3x ganti duk , tafsiran tanggal persalinan (TTP) 9
september 2017, Haid sebelumnya 4 november 2016, lamanya 7
hari, banyaknya 2-3x ganti duk, Siklus 28 teratur, konsistensi merah
pekat disertai gumpalan
4. Riwayat kehamilan : G 2 P1 A0
a. Trimester I : Mual muntah, lemas, nafsu makan berkurang
b. Trimester II : Tidak ada keluhan
c. Trimester III : Sering kencing, susah untuk mengambil posisi
tidur yang nyaman
5. Tanda-tanda persalinan :
His ada sejak pukul 11: 00 wib frekuensi : 3/10menit
Lamanya 20 detik kekuatannya sedang
6. Pengeluaran pervaginam :
Darah lendir ada, jumlah sedikit
7. Riwayat imunisasi TT : tidak di lakukan
8. Riwayat penggunaan kontrasepsi : ibu mengataka sebelumnya
menggunakan KB suntik 3 bulan
9. Pola kebiasaan (sebelum dan selama persalinan)
a. Nutrisi : Sebelum persalinan : ibu makan nasi 3 x/hari, minum 8-
9 gelas / hari
Selama persalinan : ibu tidak makan dan hanya minum
air putih dan teh hangat
b. Eliminasi : Sebelum persalinan : ibu BAB 1x/hari dan BAK 5 -6
x/hari
Selama persalinan : ibu belum BAB dan BAK 2x
selama datang ke BPM
c. Istirahat: Sebelum persalinan : ibu tidur malam 7 jam, siang 2
jam siang
Selama persalinan : ibu belum tidur
d. Aktifitas: Sebelum persalinan : ibu melakukan pekerjaan rumah
Selama persalinan : ibu hanya miring kiri dan miring
kanan.
e. Kebersihan diri: Sebelum persalinan : ibu mandi 2-3x/hari
Selama persalinan : ibu tidak mandi

10. Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu


Penyulit
Tgl/thn Tempat Usia Jenis Kehamilan
No Penolong JK BB PB keadaan
Persalinan Persalinan Kehamilan persalinan Dan
Persalinan
28
1. 29-9-2013 BPM 38 minggu Normal Bidan Tidak ada LK - Baik
gram
40 minggu Uterus tidak 3,3gr
2. 12-9-2017 BPM Normal Bidan LK - Baik
3 hari berkontraksi am
11. Riwayat nifas lalu : tidak ada komplikasi
12. Riwayat kesehatan:
a. Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita : ibu
mengatakan tidak menderita penyakit menular
b. Riwayat kesehatan keluarga : ibu mengatakan keluarga
tidak memiliki penyakit keturunan dan penyakit menular.
13. Riwayat psikososial
a. Apakah kehamilan ini diharapkan/diinginkan : (ya)
b. Jenis kelamin yang diharapkan : tidak mengharapkan spesifik jk
c. Status perkawinan : Sah
Jumlah : 1 (satu )
Lama perkawinan : 5 tahun
d. Susunan keluarga yang tinggal serumah :
N Nama Umur/ Jenis Hubungan Pendidikan Pekerjaan keterangan
o (inisial) tahun kelamin keluarga

1 Bp. J 32 Lk Suami SMU Wiraswast Hidup


thn a
2 Ibu. S 28 Pr Istri SMU IRT Hidup
thn
3 Ank. Y 4 thn Lk Anak SD Pelajar Hidup
4 Bayi.S 1 hari LK Anak - - Hidup

14. Riwayat spiritual : ibu melakukan shalat 5 waktu, mengaji dan berzikir

B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : composmentis
3. Keadaan emosional : stabil
4. Tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmhg denyut nadi : 95 x/menit
Suhu tubuh : 37 C penafasan : 25 x/menit
5. Tinggi badan : 152 cm berat badan : 54 kg
6. Pemeriksaan fisik (head toe to)
a. Kepala : tidak ada ketombe dan sedikit bau keringat, mata
konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik, dan tidak strabismus, telinga
bersih tidak ada serumen, hidung bersih, mulut normal gigi berlubang.
b. Leher : pembekakan kelenjar tiroid dan kelenjar limfe
c. Dada : payudara simetris, putting menonjol dan ada
pengeluaran kolestrum
d. Abdomen : tidak ada bekas operasi, terdapat linea alba
Leopold I : TFU 33 cm ,dan pada perabaan teraba bagian lunak,
bulat tidak melenting( Bokong)
Leopold II : pada perabaan teraba bagian panjang keras seperti papa
(punggung ) berada sebelah kanan ibu (PUKA), dan sebelah kiri
teraba bagian kecil-kecil ,kosong dan bagian ekstremitas
Leopold III: pada perabaan teraba bagian terbawah janin bulat, keras,
melenting (kepala)
Leopold IV: pada perabaan teraba bagian terbawah janin kepala dan
sudah masuk PAP (divergen) penurunan kepala sudah mencapai 2/5.
e. Punggung : Lordosis gravidarum
f. Ekstremitas : Normal
g. Anogenital : Blooding show, ketuban pecah (jernih), VT 4cm
7. Usia kehamilan : 40 minggu 2 hari
8. Tafsiran berat janin : 3.200 gram

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah :O USG : Ada UH: 29 mg, UH: 40 mg
Urine : (-) lain-lain : HB: 9 gr/% UH: 29 minggu
II. PERUMUSAN DIAGNOSA/MASALAH KEBIDANAN
Ibu. S G2P1A0 inpartu kala I fase laten pembukaan 1 cm
III. RENCANA TINDAKAN/INTERVENSI
1. Bina hubungan baik dengan pasien dan keluarga
2. Informasikan keadaan umum pasien ,TD, nadi, R, dan VT
3. Penuhi nutrisi ibu
4. Pastikan ibu untuk tidak mengedan sebelum pembukaan lengkap
5. Anjurkan ibu untuk miring kiri dan jalan-jalan
6. Pasang infuse pada pasien jika sudah pembukaan 4 cm
7. Beri support kepada ibu dan pujian
8. Persiapkan peralatan bayi ,baju, popok, dan persiapan lainnya
9. Lakukan pendokumentasian menggunakan partograf
IV. PELAKSANAAN TINDAKAN/IMPLEMENTASI
1. Membina hubungan baik dengan pasien dan keluarga untuk
mendapatkan hasil yang maksimal
2. Mengimformasikan keadaan umum pasien TD:110/70 mmHg, nadi
:95x/m, R: 25x/m, dan VT : 1 cm.
3. Memenuhi nutrisi ibu memberikan minum air putih, air gula dan
makan roti
4. Memastikan ibu untuk tidak mengedan sebelum pembukaan lengkap
5. Menganjurkan ibu untuk mengambil posisi yang nyaman miring kiri
dan jalan-jalan
6. Memasang imfuse untuk memenuhi cairan ibu
7. Memberi support dan pujian kepada ibu untuk memperlancar proses
persalinan
8. Mempersiapkan peralatan bayi ,baju, popok, kain bedong dan
persiapan lainnya.

V. PENILAIAN/EVALUASI
Ibu. S berusia 32 thn G2P1A0 inpartu kala I fase laten
pembukaan 1 cm ibu sudah mengerti tentang apa yang di sampaikan
oleh bidan dan mau melaksankannya .

VI. CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP)

KALA II

Tanggal : 12 September 2016 pukul : 19:30 WIB

S: Ibu mengatakan nyeri di bagian simpisis menjalar hingga kepinggang


bagian belakang dan terasa ingin Buang Air Besar

O: keadaan umum : Lemas


Kesadaran : composmentis
Keadaan emosional : tidak stabil
Tanda vital
TD : 110/90 mmHg
Pols : 105 x/m
RR : 27 x/m
VT : 10 cm
Penurunan kepala : 1/5
Ketuban : dipecahkan konsistensi jernih
Kontraksi : 5 x dalam 10 menit lamanya 50 detik
Dorongan ingin mengedan, Vulva
membuka, perineum menonjol

A : Ibu S G2P1A0 Inpartu kala II

P : 1. Membina hubungan baik dengan pasien dan keluarga

Evaluasi : hubungan dengan keluarga terjalin dengan baik

2. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan Tekanan Darah


110/90 mmHg , Nadi 105 x/m, pernafasan 27 x/m, suhu 37C,
pembukaan 10cm, dan penurunan kepala 1/5

Evaluasi : Ibu dan keluarga sudah mengetahui keadaan ibu dan janinnya

3. mengatur posisi yang nyaman untuk ibu (posisi litotomi) dan membantu
ibu untuk mengedan

Evaluasi : ibu sudah tidur dengan posisi litotomi dan ibu sudah mengerti
dengan cara mengedan yang benar

4. membentang kain di atas perut ibu dengan tujuan untuk meletakkan


bayi dan menghangatkan bayi

Evaluasi :ibu bersedia diletakkan kain di atas perutnya

6. memasang kain 1/3 diatas di bawah bokong ibu untuk melindungi


perineum ibu supaya tidak terjadinya laserasi (robekan jalan lahir)

Evaluasi : ibu bersedia di letakkan kain di bawah bokongnya

7. melahirkan kepala tunggu putaran paksi biparietal, lahirkan bahu, dan


melahirkan badan dengan cara melakukan sanggah susur

Evaluasi : bayi lahir letak belakang kepala dan terlilit tali pusat 1 kali
lilitan, bahu, dan badan bayi sudah keluar dan bayi menagis spontan
8. meletakkan bayi didepan vulva ibu dan menilai sepintas keadaan bayi
kemudian mengeringkannya dan melakukan jepit potong tali pusat

Evaluasi: ibu bersedia bayinya diletakkan didepan vulva dan menilai


sepintas keadaan bayi kemudian mengeringkannya dan melakukan
jepit potong tali pusat

9. meletakkan bayi diatas perut ibu untuk IMD (Inisiasi Menyusui Dini)
secara skin to skin menutup bayi dengan kain bedong dan memakai topi
dilakukan selama 1 jam.

Evaluasi: bayi sudah di letakkan diatas perut dan dilakukan IMD selam 1
jam

10. melakukan pendokumentasian menggunakan partograf

Evaluasi : bidan sudah melakukan pendokumentasian dipartograf

KALA III

Tanggal : 12 september 2017 pukul : 20:00 WIB

S : Ibu mengatakan nyeri dibagian perineum dan bagian perut terasa


lembek tidak nyeri

O : Kontraksi : tidak ada

TFU : setinggi pusat (20 cm)

: Adanya semburan darah di perineum ibu karena laserasi jalan


lahir

: tali pusat memanjang

A : Ibu A inpartu kala III

P : 1. Melakukan cek fundus ibu untuk mengetahui adanya janin


kedua atau tidak

Evaluasi: Ibu bersedia dilakukannya cek fundus janin tunggal


2. menyuntikkan oxytocin 10 IU untuk merangsang kontraksi untuk
lahirkan plasenta

Evaluasi : oxytocin sudah di berikan

3. Melakukan perengangan tali pusat terkendali untuk melahirkan


plasenta

Evaluasi: plasenta lahir lengkap pukul 20:00 WIB

4. melakukan massase fundus ibu untuk adanya kontraksi


bertujuan untuk tidak terjadinya pendarahan

Evaluasi : massase fundus sudah dilakukan tetapi masih belum


ada kontraksi uterus lembek.

5. Memberitahu ibu bahwa akan melakukan penyuntikan


oksitosin 10 U pada bagian luar paha ibu untuk merangsang
kontraksi

Evaluasi: Ibu bersedia dilakukan penyuntikan oksitosin 10 U


pada bagian luar paha ibu untuk menambah kontraksi,
oxytosin 10 IU sudah diberikan secara IM 2x ,dan sambung
cairan infus dan drip oxyocin 10 IU.

6. melakukan KBI dengan cara Membuat bentuk tangan secara


obsetrik (ujung tangan di kuncupkan) masukkan tangan
kedalam kavum uteri dan sesampainya di fornik anterior
membentuk kepalan tangan tekan ke dinding anterior uteri
sementara telapak tangan lain pada abdomen, menekan
dengan kuat dinding belakang uterus ke arah kepalan tangan
dalam dilakukan selama 5 menit.
Evaluasi : KBI sudah dilakukan uterus berkontraksi dan
perdarahan berkurang pukul 20: 05 WIB, teruskan melakukan
KBI selama 2 menit, kemudian perlahan-lahan keluarkan
tangan dari dalam vagina. Pantau kondisi ibu secara melekat
selama kala empat.
5. Menilai luasnya laserasi pada perineum ibu dan menilai
pendarahan

Evaluasi : terdapat laserasi derajat II yaitu kulit perineum sampai


ke otot perineum dan perdarahan 350 cc.

6. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan heacting pada


perineum dan meminta ibu untuk tetap tenang supaya jahitannya
rapi

Evaluasi : Ibu bersedia di lakukannya heacting, heacting di


lakukan dengan anastesi lokal dan teknik heacting yang di
gunakan simpul mati.

7. membersihkan ibu dan memakaikan pampers

Evaluasi : ibu sudah di berikan pampers ibu sudah terpasang

8. Melakukan pendokumentasian menggunakan partograf

Evaluasi : pendoumentasian sudah di lakukan di partograf

KALA IV

Tanggal : 13 september 2017 Pukul : 20:00 WIB

S : Ibu mengatakan lemas dan nyeri di bagian perut dan bagian perineum

O : keadaan umum : lemas

Kesadaran : composmentis

Tanda Vital

TD : 100/80 mmHg Pols : 80x/m

Suhu : 36,5C RR : 24x/m

Kontraksi : Ada
Pendarahan : sedikit

A : Ibu A Inpartu kala IV

P : 1. Mengimformasikan hasil pemeriksaan ibu Tekanan Darah 100/80


mmHg, nadi 80x/m, pernafasan 24x/m, suhu 36,5C, kontraksi ada

Evaluasi : ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya dan ibu merasa


lega

2. memantau keadaan ibu yaitu TTV perdarahan dan kontraksinya selama


2 jam, 1 jam pertama setiap 15 menit 1x sedangka.n 1 jam ke 2 setiap 30
menit 1x

Evaluasi : TTV normal perdarahan sedikit dan kontraksi ada

3. mengajarkan cara massase fundus yaitu dengan menggunakan 4 jari


diletakkan di perut ibu yang terasa keras dan memutar searah jarum jam
selama 15 detik

Evaluasi : ibu sudah mengerti cara massase fundus

4.melakukan pendokumentasian menggunakan partograf

Evaluasi : pendokumentasian sudah di lakukan


BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan di uraikan tentang kesenjangan yang terjadi antara
konsep dasar dan tinjauan pustaka, dan tinjauan kasus,dalam penerapan
standar asuhan kebidanan persalinan dengan judul Asuhan Kebidanan
Persalinan Pada Ibu S G2P1A0 Dengan Atonia Uteri Di BPM Nursiah,S.SiT
Kecamatan Jeunieb Kabupaten Bireuen.

1. Pengkajian/pengumpulan data
Setelah dilakukannya pengkajian pda ibu s dengan atonia uteri di BPM
Nursiah,S.SiT kecamatan jeunieb kabupaten bireuen yaitu antara teori
dan tindakan yang dilakukan tidak adanya kesenjangan.
2. Perumusan diagnosa/masalah kebidanan
Diagnose yang ditegakkan sesuai dengan teori yang dipelajari yang tidak
terdapat kesenjangan.
3. Rencana tindakan/Intervensi
Pada langkah ini juga tidak ditemukan kesenjangan,karena langkah ini
merupakan uraian rencana yang akan dilakukan terhadap pasien yang
berguna untuk kesembuhan pasien.
4. Pelaksanaan tindakan/implementasi
pada langkah ini tidak ada kesenjangan karena semua tindakan yang
diberikan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
5. Evaluasi
Pada langkah evaluasi juga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
dilahan praktek.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. kesimpulan
Dari hasil Asuhan Kebidanan Persalinan Pada Ibu S G2PIA0 dengan
atonia uteri di bidan Praktik Mandiri Nursiah,S.SiT kecamatan jeunieb
kabuapaten bireuen yang penulis lakukan dengan menggunakan pedoman
standar asuhan kebudanan didapatkan kesimpulan, yaitu :

1. Pengkajian dilakukan dengan mengumpulkan semua informasi yang


bersumber dari Ibu. S dan tindakan yang dilakukan.dalam melakukan
pengkajian tidak mendapatkan adanya hambatan karena ibu s ataupun
keluarganyan mau bersikap koperatif.

2. Perumusan diagnosa atau masalah kebidanan dirumuskan sesuai


dengan kondisi pasien dan nomenklatur kebidanan.

3. Perencanaan disusun untuk mengatasi masalah yang dialami oleh


pasien dengan menentapkan tujuan dan kriteria yang ingin
dicapai,setelah diberikan asuhan kebidanan pada ibu s tindakan yang
dilakukan berhasil tidak perlu dirujuk ke tenaga kesehatan lainnya.

4. Emplementasi dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang sudah


direncanakan

5.Evaluasinya yaitu ibu s telah diberikan tindakan KBI karena atonia uteri
dan tindakan yang dilakukan berhasil,maka ibu s tidak perlu dirujuk ke
tenaga kesehatan lainnya.

B. Saran

1. Bagi Penulis

a. penulis dapat lebih memahami tentang pengertian, dan permasalahan


yang muncul pada ibu bersalin dengan atonia uteri.
b. penulis dapat mengaplikasikan teori yang di peroleh dibangku kuliah
dengan kasus nyata yang terjadi di lahan praktek

2. Bagi Institusi

Menambah literatur bagi perpustakaan sehingga dapat digunakan


sebagai bacaan dan panduan untuk penyusunan laporan untuk
angkatan selanjutnya.

3. Bagi Masyarakat

Menambah pengetahuan masyarakat khususnya tentang ibu bersalin


dengan kasus atonia uteri.

4. Bagi Lahan

Dapat meningkatkan kualitas standar pelayanan kesehatan khususnya


asuhan kebidanan yang tepat kepada ibu bersalin dengan atonia uteri.

Anda mungkin juga menyukai