(APB)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. DEFINISI ANTEPARTUM BLEEDING (APB)
Perdarahan antepartum adalah perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 20 minggu
(Kapita Selekta, 276)
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang bersumber pada kelamin plasenta
yang biasanya dibatasi pada perdarahan jalan lahir setelah 22 minggu (Sarwono, 362)
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu,
biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan kehamilan sebelum
28 minggu. (Mochtar, 269).
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu sampai
bayi belum dilahirkan (Maternal dan Neonatal, M 18)
Perdarahan ante partum yang berbahaya pada umumnya bersumber pada kelainan
plasenta secara klinis di klasifikasikan menjadi plasenta previa dan solusio plasenta
yaitu perdarahan ante partum yang belum jelas sumbernya.
1.2 RumusanMasalah
Dalam penulisan makalah yang telah dibuat dapat ditarik rumusan masalah sebagai
berikut :
Apa yang dimaksud denganAPB?
Bagaimana etiologi dan patofisiologi APB ?
Apa manifestasi klinisAPB?
Bagaimana pemeriksaan laboratorium dan penatalaksanaan APB?
Bagaimana komplikasi dan prognosis APB?
1.3. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini terdapat beberapa tujuan. Adapun beberapa tujuannya adalah
sebagai berikut :
Ingin mengetahui tentang APB.
Ingin mengetahui etiologi dan patofisiologi APB.
Ingin mengetahui manifestasi klinis APB.
Ingin mengetahui pemeriksaan laboratorium dan penatalaksanaan APB.
Ingin mengetahui komplikasi dan prognosis APB.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. DEFINISI ANTEPARTUM BLEEDING (APB)
Ante Partum Bleding (APB) adalah pendarahan yang terjadi setelah kehamilan 28
minggu. Biasanya lebih banyak berbahaya dari pada kehamilan sebelum 28 minggu.
Perdarahan Antepartum adalah perdarahan yang terjadi pada trimester terakhir dari
kehamilan. Pada hamil muda sebab-sebab perdarahan adalah abortus, kemahilan
ektopik, dan mola hidatidosa. Sedangkan perdarahan pada trimester terakhir sebab-
sebab perdarahan yaitu plasenta previa dan solusio plasenta .Pengertian antepartum
bleeding menurut literature :
Perdarahan antepartum adalah perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 20 minggu
(Kapita Selekta, 276)
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang bersumber pada kelamin plasenta
yang biasanya dibatasi pada perdarahan jalan lahir setelah 22 minggu (Sarwono, 362)
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu,
biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan kehamilan sebelum
28 minggu. (Mochtar, 269).
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu sampai
bayi belum dilahirkan (Maternal dan Neonatal, M 18)
Perdarahan ante partum yang berbahaya pada umumnya bersumber pada kelainan
plasentase cara klinis di klasifikasikan menjadi plasenta previa dan solusio plasenta
yaitu perdarahan ante partum yang belum jelas sumbernya.
2. SolusioPlasenta
Solusio Plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri
sebelum janin lahir. Biasanya terjadi dalam triwulan ketiga, walaupun dapat pula terjadi
setiap saat dalam kehamilan. Apabila terjadi sebelum kehamilan 20 minggu, mungkin
akan dibuat diagnosis abortus imminens. Plasenta dapat terlepas seluruhnya, solusio
plasenta totalis, atau sebagian, solusio plasenta parsialis, atau hanya sebagian kecil
pinggir plasenta yang sering disebut ruptura sinus marginalis. Perdarahan yang terjadi
karena terlepasnya plasenta dapat menyelundup keluar dibawah delaput ketuban yaitu
pada solusio plasenta dengan perdarahan keluar atau tersembunyi di belakang
plasenta yaitu pada solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi atau kedua-
duanya atau pada perdarahannya menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong
ketuban.
Solusio Plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal dikorpus uteri yang
terjadi setelah kehamilan 20 minggu dan sebelumnya janin dilahirkan. Definisi yang lain
dari Solusio Plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada fundus
atau korpus uteri sebelum janin lahir.
Solusio Plasenta dibagi menjadi 3 menurut Trijatmo Rachimhadhi dan Pritchard
JA, yaitu:
Trijatmo Rachimhadhi membagi solusio plasenta menurut derajat pelepasan plasenta:
1. Solusio plasenta totalis, plasenta terlepas seluruhnya.
2. Solusio plasenta partialis, plasenta terlepas sebagian.
3. Ruptura sinus marginalis, sebagian kecil pinggir plasenta yang terlepas.
Pritchard JA membagi solusio plasenta menurut bentuk perdarahan:
1. Solusio plasenta dengan perdarahan keluar.
2. Solusio plasenta yang perdarahannya masuk ke dalam kantong amnion.
3. Perdarahan tersembunyi / perdarahan ke dalam adalah darah tidak keluar, tetapi
berkumpul di belakang plasenta membentuk hematom retroplasenta dan kadang-
kadang darah masuk ke dalam ruang amnion.
Dengan perdarahan tersembunyi Dengan perdarahan keluar
– Pelepasan biasanya komplit – Biasanya inkomplit
– Sering disertai toxoemia – Jarang disertai toxaemia
– Hanya merupakan 20% dari solutio plasenta – Merupakan 80% dari solutio plasenta
2.3 Etiologi
Plasenta previa
Menurut Holmes (2011) penyebab plasenta previa tidak diketahui, namun diketahui
terkait dengan hal-hal berikut:
1. Multiparitas
2. Usia ibu yang semakin lanjut
3. Kehamilan kembar
4. Konsepsi dibantu
5. Jaringan parut pada uterus, seksio sesaria pada persalinan sebelumnya
6. Abnormalitas plasenta
7. Anomali struktur uterus
8. Kebiasaan merokok
Solusio plasenta
Menurut Holmes (2011) etiologi solusio plasenta hingga kini belum diketahui dengan
jalas, dan pada 40% kasus tidak pernah dikatahui apa penyebabnya. Meskipun
demikian, faktor resiko berikut ada kaitannya dengan kondisi tersebut:
1. Multiparitas
2. Dekompresi uterus tiba-tiba
3. Ketuban pecah dini sebelum persalinan
4. Trauma akibat versi sefalik eksterna, kecelakaan lalu lintas, jatuh atau benturan pada
abdomen
5. Merokok
6. Penggunasalahan obat terlarang.
2.7. Penatalaksanaan
1. Pada Plasenta Previa
Terapi Ekopektif
Tujuan terapi ekopektif ialah supaya janin tidak terlahir premature, penderita dirawat
tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servikalis. Upaya diagnosis
dilakukan secara non-infansif pemantauan klinis dipantau secara ketat dan baik.
Terapi aktif
1. Wanita hamil diatas 2 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak,
harus segera ditatalaksanakan secara aktif tanpa memandang maturnitas janin.
2. Untuk diagnosis plasenta previa dan menetukan cara menyelesaikan persalinan,
setelah semua persyaratan terpenuhi, lakukan PDMO jika Infuse atau tranfusi telah
terpasang, kamar dan tim operasi telah siap.
3. Kehamilan ≥ 37 minggu (BB 2500 grm) dan inpartu.
4. Janin telah meniggal atau terdapat anomaly kongenital mayor (misal: anensefali).
5. Perdarahan dengan bagian bawah janin telah jauh melewati pintu atas panggul (2/5
atau 3/5 pada palpasi luar).
6. Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi dan
menghentikan perdarahan.
7. Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada serviks uteri, jika janin dilahirkan
pervaginam.
8. Lakukan perawatan lanjut paska bedah termaksud pemantauan perdarahan, infeksi dan
keseimbangan cairan masuk, keluar.
2.8. KOMPLIKASI
1. Komplikasi pada ibu
a. Perdarahan
Perdarahan merupakan komplikasi yang paling awal yang harus segera ditangani,
penyebab perdarahan ini adalah :
Atonia uteri
Sumber perdarahan ini bisa berasal dari tempat implantasi placenta.
Ruptur Uteri
Sering terjadi dengan tambah meningkatnya penggunaan seksio karena itu bekas SC
tidak boleh cepat hamil lagi untuk memberikan kesempatan luka dapat sembuh.
Gangguan pembekuan darah
Kematian janin dalam rahim melebihi 6 minggu, pada solutio placenta dan emboli air
ketuban.
Retensio placenta
Gangguan pelepasan placenta menimbulkan perdarahan dari tempat implantasi
placenta.
b. Infeksi
Infeksi pada seksio cesarea bisa meningkat bila didahului oleh :
Keadaan umum yang rendah, anemia saat hamil, sebelum pembedahan sudah ada
gejala infeksi intra partum.
Perlukaan operasi yang menjadi jalan masuk bakteri
Terdapat retensio placenta
Pelaksanaan operasi persalinan yang kurang steril.
c. Trauma tindakan operasi persalinan
Perluasan luka episiotomi
Perlukaan pada vagina
Perlukaan pada servik
Perlukaan pada furnik kolpoporeksis
Terjadi ruptur uteri lengkap atau tidak lengkap
Terjadi fistula dan inkontinentia
Trauma tindakan operasi paling berat adalah ruptur uteri.
2. Komplikasi pada bayi
Terjadi trias komplikasi yaitu :
1. Asfiksia
Tekanan langsung pada kepala menekan pusat-pusat vital dan medula oblongata
Asipirasi air ketuban, mekonium dan cairan lambung.
Perdarahan atau oedem jaringan syaraf pusat.
2. Trauma langsung pada bayi
Fraktur ekstremitas
Dislokasi persendian
Peralis esb
Ruptur alat vital, hati bayi, robekan pada usus
Fraktur tulang kepala bayi
Perdarahan atau oedem jaringan otak
Trauma langsung pada mata, hidung, telinga, dll.
3. Infeksi
Infeksi ringan sampai sepsis dapat menyebabkan kematian
Warna perdarahan
3. Warna perdarahan merah coklat
merah segar
Adanya anemia dan Adanya anemia dan renjatan yang tidak sesuai
4. renjatan yang sesuai
dengan keluarnya darah dengan keluarnya darah
Timbulnya perlahan-
5. Timbulnya tiba-tiba
lahan
9. Denyut jantung janin ada Denyut jantung janin biasanya tidak ada
Presentasi mungkin
12. Tidak berhubungan dengan presentasi
abnormal.
4.1. Kesimpulan
Perdarahan antepartum adalah perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 20 minggu
(Kapita Selekta, 276)
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang bersumber pada kelamin plasenta
yang biasanya dibatasi pada perdarahan jalan lahir setelah 22 minggu (Sarwono, 362)
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu,
biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan kehamilan sebelum
28 minggu. (Mochtar, 269).
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu sampai
bayi belum dilahirkan (Maternal dan Neonatal)
Perdarahan ante partum yang berbahaya pada umumnya bersumber pada kelainan
plasenta secara klinis di klasifikasikan menjadi plasenta previa dan solusio plasenta
yaitu perdarahan ante partum yang belum jelas sumbernya.
4.2 Saran
Untuk ibu-ibu yang sedang mengandung jagalah kehamilan anda. Jangan sampai
terjadi pendarahan. Dan untuk suami dan keluarga juga harus memberi perhatian lebih
kepada ibu yang sedang hamil. Untuk menghindari resiko terjadinya pendarahan
DAFTAR PUSTAKA