PENDAHULUAN
Tujuan umum
Mahasiswa diharapkan mampu melakukan asuhan kebidanan pada keluarga berencana
pada calon akseptor KB IUD (ganti cara) dengan menerapkan pola pikir kompetensi
bidan dan pendokumentasian menggunakan SOAP.
1.2.2
Tujuan khusus
Diharapkan mahasiswa Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
mampu melakukan:
1. Pengkajian data subjektif dan data objektif pada calon akseptor KB IUD (ganti
cara).
2
Penutup
Merupakan simpulan dan saran.
Daftar Pustaka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar IUD
2.1.1 Pengertian
IUD/AKDR adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim
terbuat dari plastik halus (Polyethelen) untuk mencegah terjadinya konsepsi atau
kehamilan (BKKBN, 2003).
pemakaian spiral jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka
atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik. Yang banyak
dipergunakan dalam program KB nasional adalah IUD jenis ini. Lippes loop dapat
dibiarkan in-utero untuk selama-lamanya sampai menopause, sepanjang tidak ada
keluhan bagi akseptor.
Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian
atasnya :
a. Tipe A panjang 26,2 mm, lebar 22,2 mm, benang biru, satu titik pada pangkal IUD
dekat benang ekor
b. Tipe B panjang 25,2 mm dan lebar 27,4 mm, memiliki 2 benang hitam, dan
bertitik 4
c. Tipe C panjang 27,5 mm dan lebar 30 mm, memiliki 2 benang kuning, dan bertitik
3
d. Tipe D panjang 27,5 mm dan lebar 30 mm, tebal, memiliki 2 benang putih, dan
bertitik 2.
2.1.2.2 Medicated Devices (Bio-Active Devices atau Second Generation Devices)
1) Mengandung logam
a. AKDR-Cu generasi pertama (First Generation Copper Devices), yang
termasuk dalam kelompok ini adalah:
CuT-200 (Tatum-T)
Memiliki panjang 36 mm dan lebar 32 mm, dengan luas permukaan Cu
200 mm2 dan daya kerja selama 3 tahun.
Cu-7 (Gravigard)
Berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis
ini mempunyai ukuran panjang 36 mm, lebar 26 mm dan ditambahkan
gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm 2
dengan daya kerja selama 3 tahun. Jenis IUD ini memiliki tabung inserter
dengan diameter paling kecil dibandingkan lainnya, sehingga dapat
dianjurkan untuk nulligravida.
dengan luas permukaan 250 mm2 dan memiliki daya kerja 3 tahun. Ada 3
ukuran, yaitu standar, short, dan mini.
b. AKDR-Cu generasi kedua (Second Generation Copper Devices), yang
termasuk dalam kelompok ini adalah :
CuT-380 A (Paragard)
Panjang 36 mm dan lebar 32 mm dengan 314 mm 2 lilitan tembaga
mengelilingi batang vertikal dan 2 selubung Cu seluas 33 mm2 pada
masing-masing lengan horizontal. Daya kerjanya 8 tahun, tetapi
rekomendasi FDA adalah 10 tahun.
CuT-380Ag
Seperti CuT-380A, hanya saja dengan tambahan inti Ag di dalam kawat
Cu-nya dan memiliki daya kerja selama 5 tahun.
Nova T (Novagard)
panjang 32 mm dan lebar 32 mm, 200 mm 2 luas permukaan Cu dengan inti
Ag di dalam kawat Cu-nya dan memiliki daya kerja selama 5 tahun.
CuT-220C
panjang 36 mm dan lebar 32 mm, dengan 220 mm2 Cu di dalam tujuh
selubung, 2 pada lengan dan 5 pada batang vertikalnya. Jenis ini memiliki
daya kerja selama 3 tahun.
Delta T
Modified CuT-220C dengan penambahan benang chromic catgut pada
lengan atas, terutama untuk insersi post partum.
2) Mengandung hormon
Disebut juga IUS (Intra Uterine System) yaitu bingkai berbentuk T yang terbuat
dari plastik dan memiliki sebuah reservoir steroid yang mengelilingi batang tegak
lurus yang berisi hormon progesteron atau levonorgestrel. Beberapa jenis IUS :
Progestasert (Alza-T)
Alat ini memiliki panjang 36 mm dan lebar 32 mm dengan 2 benang ekor
berwarna hitam. Mengandung 38g progesteron dan barium sulfat dalam dasar
6
silicon. Alat ini melepaskan 65 mcg progesteron per hari dengan daya kerja 18
bulan.
LNG-20
Serupa progestasert, tetapi mengandung levonorgestrel. Alat ini melepaskan
levonorgestrel ke dalam uterus dengan kecepatan relatif konstan 20 g
levonorgestrel selama 24 jam.
Mirena
Mempunyai panjang 32 mm dan diameter 4,8 mm. Mirena diperkaya dengan
barium sulfat yang mengeluarkan radio-opaqnya sendiri. Mirena memiliki
masa hidup 3 tahun, tetapi durasi pemakaian yang dianjurkan selama 5 tahun.
dapat
Cu
menghambat
reaksi
carbonic
anhydrase
sehingga
tidak
Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang
setelah 3 bulan)
2) Komplikasi lain :
-
Perokok
Pasca keguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak terlihat adanya infeksi
Sedang menyusui
Begitu juga Ibu dalan keadaan seperti di bawah ini dapat menggunakan IUD :
Penderita penyakit jantung (termasuk penyakit jantung katup dapat diberi antibiotika
sebelum pemasangan IUD)
Penderita diabetes
Malaria
Penyakit tiroid
Epilepsi
Nonpelvik TBC
Jelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan mempersilakan klien
mengajukan pertanyaan. Hal ini membantu klien tenang dan memudahkan
pemasangan serta mengurangi rasa sakit. Hindari percakapan seperti "ini tidak sakit"
pada saat mela-kukan langkah yang mungkin menimbulkan rasa sedikit sakit atau
"hampir selesai" pada saat baru akan mulai memasang.
Sampaikan kepada klien kemungkinan akan merasa sedikit sakit pada beberapa
langkah waktu pemasangan dan nanti akan diberitahu biia sampai pada langkahlangkah tersebut. Hal ini untuk menambah kepercayaan dan percaya diri. Ajaklah
klien bercakap-cakap se-panjang pemasangan.
Inform Consent
Setiap pemakaian kontrasepsi memperhatikan hak-hak reproduksi individu dan
pasangan, setiap tindakan medis yang mengandung resiko harus dilakukan
persetujuan tertulis yang di tandatangani oleh klien yang bersangkutan dalam
keadaan sadar dan siap mental.
B. Persiapan
1. Pastikan klien telah mengosongkan kandung kemihnya.
Hal ini akan membantu klien tenang dan pemeriksaan panggul menjadi lebih mudah.
2. Periksa genitalia eksterna.
Untuk memeriksa adanya ulkus, pembengkakan kelenjar getah bening (bubo), pembengkakan kelenjar Bartolin dan kelenjar Skene.
3. Lakukan pemeriksaan spekulum.
Untuk memeriksa adanya cairan vagina, servisitis.
4. Ambil spesimen pemeriksaan dari vagina dan serviks (bila ada indikasi).
Untuk memeriksa adanya jamur, trikomonas, bakterial vaginosis (preparat basah
Saline dan KOH serta untuk memeriksa adanya gonorea atau klamidia pemeriksaan
pH).
5. Keluarkan spekulum dan letakkan kembali pada tempat yang telah disediakan.
6. Lakukan pemeriksaan bimanual.
13
Untuk menentukan besar, posisi, konsistensi, dan mobilitas uterus. Untuk memeriksa
adanya nyeri goyang serviks dan tumor pada adneksa atau kuvum Douglasi.
7. Lakukan pemeriksaan rektovaginal (bila ada indikasi).
C. Pencegahan Infeksi
D. Pemasangan
1. Masukkan lengan IUD di dalam kemasan sterilnya.
Jangan memasukkan lengan IUD lebih dari 5 menit sebelum pemasangan, karena
lengan IUD tidak kembali seperti bentuk semula (lurus) setelah dipasang.
2. Pakai kembali sarung tangan yang baru.
3. Pasang spekulum vagina untuk menampilkan serviks.
4. Lakukan tindakan aseptik-antiseptik (secara benar) pada vagina dan serviks.
5. Secara hati-hati, jepit bibir atas serviks dengan tenakulum.
Tenakulum untuk stabilisasi uterus dan mengurangi risiko perforasi. Pasang
tenakulum secara hati-hati pada posisi vertikal (jam 11 atau jam 1) jepit dengan pelan
hanya pada satu tempat untuk mengurangi sakit.
6. Masukkan sonde uterus
Untuk menentukan posisi uterus dan kedalaman kavum uteri. Memasukkan sonde
sekali masuk (teknik tanpa sentuh) dimaksudkan untuk mengurangi risiko infeksi
7. Atur letak leher biru pada tabung inserter sesuai dengan kedalaman kavum uteri.
8. Masukkan IUD ke kanalis servisis dengan teknik tanpa sentuh, kemudian dorong ke
dalam kavum uteri hingga mencapai fundus.
9. Tahan pendorong (plunger) dan tarik selubung (inserter) ke bawah sehingga lengan
IUD bebas.
10. Setelah pendorong ditarik ke luar, baru keluarkan selubung.
11. Gunting benang IUD, keluarkan tenakulum dan spekulum dengan hati-hati.
E.
F.
(Prof. Dr. Abdul Bari Saifuddin, 2010, hal : PK-4 s/d 7;Anggraeni, Yetti,2012, hal:185-187;
Prawirohardjo, 2007)
Penanganan
Pastikan apakah sedang hamil, apabila tidak, jangan lepas
IUD, lakukan konseling dan selidiki penyebab amenorhea
apabila dikehendaki. Apabila hamil, jelaskan dan sarankan
untuk melepas IUD apabila talinya terlihat dan kehamilan
kurang dari 13 minggu. Apabila benang tidak terlihat atau
kehamilan lebih dari 13 minggu, IUD jangan dilepaskan.
Apabila klien sedang hamil dan ingin mempertahankan
kehamilannya tanpa melepas IUD, jelaskan adanya resiko
kemungkinan terjadinya kegagalan kehamilan dan infeksi
serta perkembangan kehamilan harus lebih diamati dan
diperhatikan.
Rasa nyeri dan Kejang Rasa nyeri atau kejang di perut dapat terjadi segera setelah
di perut
untuk
sedikit
meringankan.
Apabila
klien
yang hebat dan tidak ektopik. Apabila tidak ada kelainan patologis, perdarahan
teratur
rujuklah
ke
dokter,
lakukan
X-ray
atau
vagina/ ditemukan
menderita
atau
sangat
dicurigai
menderita
IUD
dikeluarkan,
beri
metode
lain
sampai
masalahnya teratasi.
(Saifuddin, 2010, hal : MK-79)
2.1.9 Petunjuk Bagi Klien
1) Kembali memeriksakan diri setelah 1 minggu pasca pemasangan dan kunjungan
berikutnya 4 sampai 6 minggu pemasangan IUD
2) Selama bulan pertama mempergunakan IUD, periksalah benang IUD secara rutin
terutama setelah haid.
3) Setelah bulan pertama pemasangan, hanya perlu memeriksa keberadaan benang
setelah haid apabila mengalami :
-
Nyeri setelah senggama atau apabila pasangan mengalami tidak nyaman selama
melakukan hubungan seksual
4) Copper T-380A perlu dilepas setelah 10 tahun pemasangan, tetapi dapat dilakukan
lebih awal apabila diinginkan.
5) Kembali ke klinik apabila :
-
IUD terlepas
Siklus terganggu/meleset
16
Adanya infeksi (Prof. Dr. Abdul Bari Saifuddin, 2010, hal : MK-80)
Oleh
No.Reg.
Umur
Untuk mengetahui apakah ibu termasuk dalam WUS (20-45 tahun) atau PUS
(20-35 tahun)
Agama
17
Suku/Bangsa
Memberikan asuhan yang berkaitan dengan kebiasaan yang dilakukan klien
sesuai dengan suku/ bangsa (penggunaan bahasa dalam berkomunikasi)
Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan sehingga mempermudah dalam
pemberian informasi.
Alamat
Digunakan untuk mengetahui suku, adat, daerah, budaya dan memudahkan
komunikasi.
2) Alasan Kunjungan
3) Keluhan Utama
Keluhan utama biasanya dialami oleh akseptor KB lama dari pengalamannya
menggunakan metode kontrasepsi yang sebelumnya (mengalami efek samping,
komplikasi).
4) Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui riwayat menstruasi klien yang meliputi : siklus menstruasi,
lama menstruasi, banyak darah yang dikeluarkan, sifat darah, nyeri perut
(dismenore), keluhan keputihan (fluor albus) dan HPHT. Hal ini terkait dengan
prinsip pemasangan IUD dapat dilakukan setiap waktu selama siklus haid apabila
telah dipastikan pasien tidak hamil. Untuk klien dengan riwayat menstruasi yang
panjang dan banyak serta riwayat dismenorea berat, sebaiknya dipertimbangkan
untuk menggunakan metode kontrasepsi lain, karena salah satu efek samping dari
18
5) Riwayat Kontrasepsi
Untuk mengetahui penggunaan kontrasepsi apa saja yang pernah digunakan, lama
pemakaian, keluhan/ efek samping/ komplikasi yang pernah dialami, serta alasan
mengganti cara (bagi klien akseptor lama yang ingin ganti cara kontrasepsi).
6) Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui jumlah anak, umur anak, serta riwayat kehamilan, persalinan
dan abortus (komplikasi yang pernah dialami, yang memungkinkan untuk
dilakukan
upaya
penundaan
kehamilan
dengan
menggunakan
metode
kontrasepsi).
7) Riwayat Kesehatan Klien
Untuk mengetahui riwayat kesehatan klien yang menjadi kontra indikasi
pemasangan IUD, seperti klien menderita tumor, kanker atau infeksi pada alat
reproduksi, dan penyakit tropoblas ganas.
8) Riwayat Psikososial
Sikap pandangan dan keluarga terhadap metode kontrasepsi yang digunakan klien
(setuju/tidak)
2.2.1.2 Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umum
Kesadaran : compos mentis (idealnya klien dilakukan pemasangan IUD dalam
keadaan kesadaran penuh)
TD
: Tidak ada kontra indikasi untuk tekanan darah pada pengguna IUD
Suhu
Nadi
RR
: normalnya 16 24 kali/menit.
2) Pemeriksaan Fisik
19
Wajah
Abdomen
:
-Genetalia eksterna
apakah
tampak
tanda
Diagnosis : calon akseptor KB IUD , bila sejak setelah melahirkan klien belum pernah
menggunakan KB apapun.
Diagnosis : calon akseptor KB IUD (ganti cara), bila sejak setelah melahirkan klien
sudah pernah menggunakan KB selain KB IUD
Masalah
20
Lakukan konseling pra pemasangan IUD meliputi jenis IUD dan masa kerjanya,
efek samping penggunaan IUD, prosedur pemasangan IUD
R/ konseling pra pemasangan bertujuan untuk memberikan informasi yang benar
tentang metode kontrasepsi yang akan digunakan klien, sehingga klien dapat
memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan pilihannya
(kemungkinan tetap akan menggunakan IUD atau ingin beralih ke metode
kontrasepsi lain).
R/ agar klien tidak khawatir tentang posisi IUD pasca pemasangan dan lebih siap
apabila mengalami keluhan pasca pemasangan IUD.
Informasikan untuk kembali kontrol 1 minggu kemudian (tanggal) atau jika ada
keluhan yang dirasakan
R/ follow up 1 minggu pasca pemasangan dilakukan untuk memastikan posisi IUD
tetap baik pada cavum uteri, dan mengetahui keluhan yang dirasakan klien pasca
pemasangan IUD sehingga lebih cepat dapat diatasi.
2.2.4 Pelaksanaan
Disesuaikan dengan rencana asuhan kebidanan yang telah dibuat dan memungkinkan
untuk dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan klien.
2.2.5 Evaluasi
Disesuaikan dengan implementasi asuhan kebidanan yang dilakukan terhadap klien.
22
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Tanggal pengkajian
: 19 Desember 2012
Pukul
: 09.15 WIB
Tempat
Oleh
: Kelompok I
No.Reg.
: 21xx/12
Biodata
Nama Ibu
: Ny. Y
Umur
: 31 tahun
Umur
: 35 tahun
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Suku/ bangsa
: Jawa/Indonesia
Pendidikan
3.1.2
: S1
Pekerjaan
: Swasta
Alamat rumah
No.Telp
: 08153xxx
Pendidikan
Pekerjaan
: Bintara
: TNI/Serka
Alasan Kunjungan :
Melepas IUD dan rencana pemasangan IUD lagi
3.1.3
Keluhan Utama
Tidak ada
3.1.4
Riwayat Menstruasi
23
Siklus teratur (30 hari), lama 7 hari, hari pertama dan kedua 3 x ganti pembalut,
haid hari ketiga-ketujuh 2x ganti pembalut dan hanya flek, sifat darah encer dan
berwarna merah, tidak mengalami nyeri saat menstruasi, tidak keputihan, HPHT
17 Desember 2012.
3.1.5
Riwayat Kontrasepsi
Setelah kelahiran anak kedua menggunakan KB suntik 3 bulan selama 1 tahun.
Kemudian ibu ganti cara menggunakan KB IUD selama 5 tahun dan hari ini
waktunya melepas IUD.
3.1.6
Riwayat Obstetri
Anak I :
3.1.8
Riwayat psikososial
Suami setuju dengan rencana ibu untuk pemasangan IUD lagi
Pemeriksaan Umum
Kesadaran
: compos mentis
Tanda-tanda vital :
Nadi : 78 x/menit
Berat Badan
3.2.2
: 80 kg
Pemeriksaan Fisik
24
Wajah
Abdomen
: tidak ada nyeri, tidak ada massa, tidak ada pembesaran uterus
Genetalia
vulva
dan
vagina
bersih,
tidak
ada
Masalah
: tidak ada
3.4 Penatalaksanaan
1) Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada klien oleh mahasiswa Dora
2) Melakukan konseling pra pemasangan IUD oleh bidan Anyk meliputi jenis IUD
dan masa kerjanya, efek samping penggunaan IUD, prosedur pemasangan IUD;
klien memutuskan untuk menggunakan IUD CuT 380A.
3) Melakukan inform consent oleh mahasiswa; klien menandatangi pernyataan
inform consent
4) Melakukan pemasangan IUD CuT 380A oleh mahasiswa Dora.
5) Melakukan konseling pasca pemasangan IUD oleh bidan Anyk meliputi: keluhan
pasca pemasangan yang mungkin dialami dan penanganannya serta cara
memeriksa benang; klien dapat memperagakan cara memeriksa benang.
6) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi pasca pemasangan IUD; ibu
mendapat resep obat dari dokter untuk ditukar di apotik (amoxicillin 3x1, Antalgin
3x1 dan dexa 2x1).
7) Mengingatkan ibu untuk kontrol 1 minggu lagi (tanggal 26-12-12) atau apabila
mengalami keluhan oleh bidan Anyk; ibu bersedia kontrol sesuai jadwal atau jika
ada keluhan.
25
BAB 4
PEMBAHASAN
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Dari kasus Ny Y akseptor KB IUD ganti cara dapat disimpulkan bahwa :
1) Penatalaksanaan kasus sudah sesuai dengan teori pada tinjauan teori sehingga
tidakditemukan kesenjangan yang berarti.
2) Dalam melakukan pengkajian baik melalui anamnesa maupun pemeriksaan fisik untuk
menilai keadaan klien secara menyeluruh petugas tidak mengalami kesulitan karena
pasien kooperatif.
5.2 Saran
1) Bagi Petugas
Petugas harus senantiasa melaksanakan tindakan yang sesuai dengan protap
dalam menatalaksana suatu kondisi pada pasien, serta berupaya untuk tanggap terhadap
masalah dan keluhan ibu. Pada kasus ini, protap telah dilaksanakan dengan baik dan hal
ini harus tetap dipertahankan agar bisa menatalaksana masalah pasien dengan hasil
yang optimal. Selain itu, pemberian motivasi dan penjelasan kepada ibu dan suami
mutlak diperlukan pada pelayanan KB, terutama untuk persetujuan tindakan medis
(informed consent).
2) Bagi Klien dan Keluarga
Diharapkan klien dan keluarga lebih kooperatif dalam melaksankan anjuran
yang diberikan oleh dokter/bidan/perawat agar dapat mendukung asuhan yang
diberikan, sehingga asuhan yang diperoleh optimal.
27
DAFTAR PUSTAKA
Kematian
Ibu,228/100.000
Kelahiran
Hidup.
Diunduh
dari
http://regional.kompas.com/read/2012/01/31/22093816/Angka.Kematian.Ibu.228100.0
00.Kelahiran.Hidup pada tanggal 18 Desember 2012 jam 21.00 WIB
BKKBN. 2003. Kamus Istilah Kependudukan, KB dan Keluarga Sejahtera.Jakarta : BKKBN.
BKKBN. 2003. Umpan Balik Laporan Pencapaian Program KB Nasional Propinsi
Jawa Timur. Surabaya : BKKBN.
Dorland, Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 29. Jakarta : EGC.
Hartanto, Hanafi. 2004. KB dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Iswarati. 2003. KB, KP, Gender dan Pembangunan Kependudukan. Jakarta : BKKBN.
Manuaba, IBG. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan
Bidan. Jakarta : EGC
Prawirohardjo.2007.Buku
Acuan
Nasional
Pelayanan
Kesehatan
Maternal
dan
Neonatal.Jakarta:YBP-SP
Syaifudin,AB.2010.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi Edisi 2. Jakarta:PTBPSP
28
29