Disusun Oleh :
NPM : 4121011
TAHUN 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
3. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi Perdarahan Uterus Abnormal (PUA)
Mekanisme terjadinya PUA masih belum diketahui secara pasti,
tetapi ada beberapa studiy a n g m e n y i m p u l k a n b a h w a t e r j a d i n y a
P U A t e r s e b u t d i s e b a b k a n a d a n y a k e r u s a k a n d a r i jaringan -jaringan
dan pembuluh-pembuluh darah karena kelainan-kelainan organik
(terutamakarena adanya infeksi dan tumor) pada alat -alat genitalia
interna dan tidak berfungsinya jaringan-jaringan tersebut secara maksimal
untuk melakukan proses penghentian perdarahannya.
Secara umum penyebab terjadinya PUA adalah kelainan organik
pada alat-alat genitaliai n t e r n a d a l a m ( s e p e r t i s e r v i k s u t e r i , k o r p u s
u t e r u s , t u b a f a l l o p i , d a n o v a r i u m ) , k e l a i n a n sistemik atau darah
(seperti kelainan faktor pembekuan darah), dan kelainan fungsional daria l a t - a l a t
genitalia.
Beberapa kelainan organik pada a lat-alat genitalia interna
y a n g d a p a t menjadi penyebab terjadinya PUA adalah bagian berikut ini
.a . P a d a serviks uteri: polip serviks uteri, erosi porsio
u t e r i , u l k u s ( b o r o k ) p o r s i o u t e r i , karsinoma (kanker pada sel tubuh)
uteri.
b.Pada korpus uteri: polip endometrium uteri, abortus iminens, proses
berlangsungnyaabortus, abortus inkomplit, kehamilan mola hidatidosa, khorio-
karsinoma, subinvolusi uteri,karsinoma korpus uteri, sarkoma (kanker pada
jaringan lunak tubuh) uteri, dan mioma uteri.
c. Pada tuba fallopi: kehamilan ektopik terganggu (KET), peradangan pada tuba
fallopi, dantumor tuba fallopi.
d. Pada ovarium: peradangan pada ovarium dan tumor ovarium
4. KLASIFIKASI
Klasifikasi Pendarahan Uterus Abnormal
1.Klasifikasi PUA berdasarkan jenis pendarahan.
A.Pendarahan uterus abnormal akut didefinisikan
s e b a g a i p e n d a r a h a n h a i d y a n g banyak sehingga perlu dilakukan
penanganan segera untuk mencegah kehilangandarah.
B.Pendarahan uterus abnormal kronik merupakan terminologi untuk
pendarahan uterusa b n o r m a l y a n g t e l a h t e r j a d i l e b i h d a r i 6
b u l a n . K o n d i s i i n i b i a s a n y a t i d a k memerlukan penanganan yang
segera seperti PUA akut.
2.Klasifikasi PUA berdasarkan penyebab pendarahan
Klasifikasi utama PUA berdasarkan FI GO dapat dilihat
pada bagan 2. Sistem klasifikasi ini telah disetujui oleh dewan
eksekutif FIGO sebagai sistem klasifikasi PUA berdasarkan FIGO.
Tererdapat 9 kategori utama yang disusun berdasarkan akronim “ PLAM-COIME
“
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan fisik pertama kali dilakukan untuk menilai stabilitas keadaan
hemodinamik, pastikan bahwa perdarahan berasal dari kanalis servikalis dan tidak
berhubungan dengan kehamilan.
Permeriksaan indeks massa tubuh, tanda-tanda hiperandrogen pembesaran
kelenjar tiroid atau manifestasi hipotiroid galaktorea (hiperprolaktinemia), gangguan
lapang pandang (adenoma hipofisis), purpura dan ekimosis wajib diperiksa.
b. Pemeriksaan Ginekologi
• Pemeriksaan Ginekologi yang teliti perlu dilakukan termasuk pemeriksaan pap
smear
• Harus disingkirkan pula kemungkinan adanya mioma uteri, polip, hiperplasia
endometrium dan keganasan.
c. Identitas Pasien
d. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
3) Riwayat Kesehatan keluarga
4) Riwayat Kesehatan dahulu
e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum pasien bisa dilihat dari keadaan pasien
darurat atau tidak
2) Kesadaran pasien dapat diperiksa secara inspeksi
3) Tanda Tanda vital
Biasanya terjadi penurunan tekanan nadi, penurunan
tekanan darah, peningkatan frekuensi pernafasan, serta
peningkatan suhu tubuh akibat kekurangan cairan.
d. Pemeriksaan fisik head toe toe
2. Diagnosa Keperawatan
• gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d perdarahan uterus
• Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan infeksi pada organ
reproduksi
• Cemas/ansietas berhubungan dengan perubahan keadaan
• Resiko infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi
nasokomial
3. Intervensi
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d perdarahan uterus
Tujuan : Status nutrisi: makanan, cairan, dan intake adekuat.
Kriteri Hasil :
BB bertambah dan dalam batas normal.
Nilai laboratorium (tranferin, albumin, dan elektrolit) dalam batas normal
Menunjukkan level energi adekuat.
Menjelaskan komponen keadekuatan diet bergizi
Intervensi
1. Kaji motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan.
2. Monitor nilai-nilai laboratorium, terutama transferin, albumin, dan elektrolit.
3.Tanyakan makanan kesukaan pasien.
4.Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
5. Monitor catatan intake kalori dan komponen nutrisi.
6. Monitor BB pasien.
7. Kaji dan dokumentasikan drat kesulitan mengunyah dan menelan.
8. Identifikasi faktor-faktor penyebab mual dan muntah.
9. Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein untuk
pasien dengan ketidakadekuatan asupan protein atau kehilangan protein
10. Identifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kehilangan selera
makan pasien (misalnya, medikasi, masalah emosional).
11. Monitor perilaku pasien yang berhubungan dengan penurunan BB.
2. Nyeri berhubungan dengan infeksi pada organ reproduksi/perdarahan
Tujuan : Nyeri berkurang/terkontrol
Kriteria Hasil :
Klien mampu mencapai level nyaman
Klien mampu mengontrol nyeri
Klien mampu menyebutkan efek mengganggu dari nyeri
Klien mampu mengurangi level nyeri
Intervensi
1.Selidiki keluhan pasien akan nyeri,perhatikan intensitas (0-10),lokasi,dan
faktor pencetus
2. Awasi tanda vital,perhatikan petunjuk non-verbal,misal:tegangan
otot,gelisah.
3. Berikan lingkungan yang tenang dan kurangi rangsangan penuh stress.
4. Berikan tindakan kenyamanan (misal:pijatan/masase punggung)
5. Dorong menggunakan tekhnik manajemen nyeri ,contoh : latihan
relaksasi/napas dalam,bimbingan imajinasi,visualisasi)
6. Berikan teknik relaksasi nafas dalam
7. Kolaborasi:Pemberian obat analgetika dan Pemberian Antibiotika
3. Cemas/ansietas berhubungan dengan perubahan keadaan atau ancaman
kematian
Tujuan : Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan
mengatakan perasaan cemas berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
Klien lebih rileks
Rasa cemas klien berkurang
Intervensi
1. Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan
2. Kaji respon fisiologis klien ( takikardia, takipnea, gemetar )
3. Perlakukan pasien secara kalem, empati, serta sikap mendukung
4. Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan
5. Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya
6. Kaji mekanisme koping yang digunakan klien
7. Ajarkan teknik nafas dalam
4. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan
infeksi nasokomial
Tujuan : mencegah terjadinya infeksi
Kriteria Hasil :
Klien mampu mencegah status infeksi
Klien mampu mencapai status kekebalan tubuh
Intervensi :
1. Kaji tinggi fundus dan sifat Kaji lochia: jenis, jumlah, warna dan sifatnya
Monitor vital sign, terutama suhu setiap 4 jam dan selama kondisi klien kritis
2. Catat jumlah leukosit dan gabungkan dengan data klinik secara lengkap
Lakukan perawatan perineum dan jaga kebersihan, haruskan mencuci
tangan pada pasien dan perawat
3. Kaji ekstremitas: warna, ukuran, suhu, nyeri, denyut nadi dan parasthesi/
kelumpuhan
4. Pemberian analgetika dan antibiotika
6. Evaluasi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan klien dapat :
1. Klien mampu mencegah status infeksi
2. Klien mampu mencapai status kekebalan tubuh
3. Klien lebih rileks
4. Rasa cemas klien berkurang
5. Klien mampu mencapai level nyaman
6. Klien mampu mengontrol nyeri
7. Klien mampu menyebutkan efek mengganggu dari nyeri
8. Klien mampu mengurangi level nyeri
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan
intervensi keperawatan. Implementasi merupakan langkah keempat dari
proses keperawatan yang telah direncanakan oleh perawat untuk
dikerjakan dalam rangka membantu klien untuk mencegah, mengurangi,
dan menghilangkan dampak atau respons yang ditimbulkan oleh masalah
keperawatan dan kesehatan (Ali 2016).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan
seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan.
Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan
proses mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan dan
evaluasi (Ali 2016). Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk
menilai apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau
tidak untuk mengatasi suatu masalah.