Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN PUA (PENDARAHAN UTERUS UBNORMAl)

STASE KEPERAWATAN MATERNITAS


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas stase Keperawatan
Maternitas
Program Profesi Ners

Disusun Oleh :

Nama : Mayang Pebriyanti

NPM : 4121011

Kelas : Profesi Ners Reguler

PENDIDIKAN PROGRAM PROFESI NERS

INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI BANDUNG

TAHUN 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP TEORI PENYAKIT


1. PENGERTIAN
Perdarahan uterus abnormal merupakan suatu masalah kesehatan yang
sering dijumpai, dimana penangan dan penatalaksanaanya bisa sangat rumit.
Secara umum, penyebab perdarahan uetrus abnormal adalah kelainan organik
(tumor, infeksi), sistemik (seperti kelainan faktor pembekuan), dan fungsi alat
reproduksi1.
Perdarahan Uterus Abnormal (PUA) menjadi perhatian klinisi karena dampak
yang ditimbulkannya jika tidak ditangani dengan tepat. Angka kejadian PUA
diprediksi terjadi pada 20% wanita. khususnya pada pasca menopause PUA
merupakan 15%- 20% dari seluruh kasus ginekologi, serta 25% indikasi operasi
ginekologi. Beberapa penelitian mendapatkan hanya 10-20% dari keseluruhan
kasus PUA tersebut yang menderita kanker.2
2. ETIOLOGI
PUA dapat terjadi pada semua usia dan sebagian besar kasus yang dirujuk
ke bagian Ginekologi adalah dengan diagnosis klinis (sebenarnya gejala
klinis) metrorhagia (37,1%) dan menorhagia (33,7%).2
Agar kasus-kasus PUA dapat ditangani dengan tepat, harus diketahui
etiologi/penyebab pasti yang dapat berupa kelainan organik dan perdarahan
uterus disfungsional. Kelainan organik yang paling sering adalah mioma uterus
terutama mioma submukosum, endometriosis, polip, kanker endo-metrium,
hiperplasia endometrium dan adneksitis. Selain itu juga pemakaian alat
kontrasepsi, trombositopenia dan gangguan pembekuan darah serta
penggunaan terapi sulih hormon. Modalitas yang sering digunakan untuk
diagnosis etiologi perdarahan uterus adalah histeroskopi, kuretase yang
dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologis (PA), biopsi, serta USG
transvaginal dan MRI. Histeroskopi merupakan baku emas untuk mengetahui
keadaan di dalam kavum uteri namun memerlukan prosedur anestesi, invasif
dan mahal.2,3
Di beberapa pusat termasuk di RS Sanglah, pemeriksaan histopatologis
merupakan baku emas untuk diagnosis patologis kavitas uteri. Sampel untuk
pemeriksaan PA dapat diambil melalui kuretasi atau biopsi. Di samping untuk
diagnostik, kuretasi berfungsi juga sebagai terapi perdarahan uterus. Jika
dibandingkan dengan hasil PA setelah histerektomi, akurasi D&C PA mencapai
90%, sehingga D&C PA baik dipakai sebagai baku emas pemeriksaan lesi
intrauteri.2,
Banyaknya kasus yang terjadi dan penegakan etiologi yang harus tepat
menarik perhatian penulis untuk menjabarkan lebih dalam mengenai
perdarahan uterus abnormal
Menurut wiknjoksastro (2007) penyebab anomali uterus bleeding antara lain:
a) Kelainan hormonal : Anovulasi/ovulasi, Gangguan korpus luteum, KB
hormonal
b) Kelainan anatomi genitalis : Tumor jinak, Pemakai IUD
c) Kontak berdarah : Endometrium, Partio uteri, Vagina, Labia

3. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi Perdarahan Uterus Abnormal (PUA)
Mekanisme terjadinya PUA masih belum diketahui secara pasti,
tetapi ada beberapa studiy a n g m e n y i m p u l k a n b a h w a t e r j a d i n y a
P U A t e r s e b u t d i s e b a b k a n a d a n y a k e r u s a k a n d a r i jaringan -jaringan
dan pembuluh-pembuluh darah karena kelainan-kelainan organik
(terutamakarena adanya infeksi dan tumor) pada alat -alat genitalia
interna dan tidak berfungsinya jaringan-jaringan tersebut secara maksimal
untuk melakukan proses penghentian perdarahannya.
Secara umum penyebab terjadinya PUA adalah kelainan organik
pada alat-alat genitaliai n t e r n a d a l a m ( s e p e r t i s e r v i k s u t e r i , k o r p u s
u t e r u s , t u b a f a l l o p i , d a n o v a r i u m ) , k e l a i n a n sistemik atau darah
(seperti kelainan faktor pembekuan darah), dan kelainan fungsional daria l a t - a l a t
genitalia.
Beberapa kelainan organik pada a lat-alat genitalia interna
y a n g d a p a t menjadi penyebab terjadinya PUA adalah bagian berikut ini
.a . P a d a serviks uteri: polip serviks uteri, erosi porsio
u t e r i , u l k u s ( b o r o k ) p o r s i o u t e r i , karsinoma (kanker pada sel tubuh)
uteri.
b.Pada korpus uteri: polip endometrium uteri, abortus iminens, proses
berlangsungnyaabortus, abortus inkomplit, kehamilan mola hidatidosa, khorio-
karsinoma, subinvolusi uteri,karsinoma korpus uteri, sarkoma (kanker pada
jaringan lunak tubuh) uteri, dan mioma uteri.
c. Pada tuba fallopi: kehamilan ektopik terganggu (KET), peradangan pada tuba
fallopi, dantumor tuba fallopi.
d. Pada ovarium: peradangan pada ovarium dan tumor ovarium
4. KLASIFIKASI
Klasifikasi Pendarahan Uterus Abnormal
1.Klasifikasi PUA berdasarkan jenis pendarahan.
A.Pendarahan uterus abnormal akut didefinisikan
s e b a g a i p e n d a r a h a n h a i d y a n g banyak sehingga perlu dilakukan
penanganan segera untuk mencegah kehilangandarah.
B.Pendarahan uterus abnormal kronik merupakan terminologi untuk
pendarahan uterusa b n o r m a l y a n g t e l a h t e r j a d i l e b i h d a r i 6
b u l a n . K o n d i s i i n i b i a s a n y a t i d a k memerlukan penanganan yang
segera seperti PUA akut.
2.Klasifikasi PUA berdasarkan penyebab pendarahan
Klasifikasi utama PUA berdasarkan FI GO dapat dilihat
pada bagan 2. Sistem klasifikasi ini telah disetujui oleh dewan
eksekutif FIGO sebagai sistem klasifikasi PUA berdasarkan FIGO.
Tererdapat 9 kategori utama yang disusun berdasarkan akronim “ PLAM-COIME

E.Manifestasi Klinis/Tanda dan Gejala


Perdarahan rahim yang dapat terjadi tiap saat dalam siklus menstruasi. Jumlah
perdarahan bisa sedikit-sedikit dan terus menerus atau banyak dan berulang.
Pada siklus ovulasi biasanya perdarahan bersifat spontan, teratur dan lebih
bisa diramalkan serta seringkali disertai rasa tidak nyaman sedangkan pada
anovulasi merupakan kebalikannya (Rudolph,Abraham, 2006). Selain itu gejala
yang yang dapat timbul diantaranya seperti mood ayunan, kekeringan atau
kelembutan Vagina serta juga dapat menimbulkan rasa lelah yang berlebih
(Stork,Susan, 2006).
i. Pada siklus ovulasi
Karakteristik anomali uterus bleeding bervariasi, mulai dari
perdarahan banyak tapi jarang, hingga spotting atau perdarahan
yang terus menerus. Perdarahan ini merupakan kurang lebih 10%
dari perdarahan disfungsional dengan siklus pendek (polimenorea)
atau panjang (oligomenorea). Untuk menegakan diagnosis perlu
dilakukan kerokan pada masa mendekati haid. Jika karena
perdarahan yang lama dan tidak teratur sehingga siklus haid tidak
lagi dikenali maka kadang- kadang bentuk kurve suhu badan basal
dapat menolong (Wiknjoksastro,2007). Jika sudah dipastikan bahwa
perdarahan berasal dari endometrium tipe sekresi tanpa ada sebab
organik, yaitu :
- korpus luteum persistens : dalam hal ini dijumpai perdarahan
kadang-kadang bersamaan dengan ovarium membesar.
Dapat juga menyebabkan pelepasan endometrium tidak
teratur.
- Insufisiensi korpus luteum dapat menyebabkan premenstrual
spotting, menoragia atau polimenorea. Dasarnya ialah
kurangnya produksi progesteron disebabkan oleh gangguan
LH releasing faktor. Diagnosis dibuat, apabila hasil biopsi
endometrial dalam fase luteal tidak cocok dengan gambaran
endometrium yang seharusnya didapat pada hari siklus yang
bersangkutan.
- Apopleksia uteri: pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi
pecahnya pembuluh darah dalam uterus.
- Kelainan darah seperti anemia, purpura trombositopenik dan
gangguan dalam mekanisme pembekuan darah.
1.2 Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation)
Perdarahan tidak terjadi bersamaan. Permukaan dinding rahim
di satu bagian baru sembuh lantas diikuti perdarahan di permukaan
lainnya. Jadilah perdarahan rahim berkepanjangan (Wiknjoksastro,
2007).
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah biopsi endometrium
(pada wanita yang sudah menikah), laboratorium darah dan hemostasis,
USG, serta radio immuno assay Anamnesis dan pemeriksaan klinis yang
lengkap harus dilakukan dalam pemeriksaan pasien. Jika anamnesis dan
pemeriksaan fisik menunjukkan adanya penyakit sistemik, maka penyelidikan
lebih jauh mungkin diperlukan. Abnormalitas pada pemeriksaan pelvis harus
diperiksa dengan USG dan laparoskopi jika diperlukan.
Perdarahan siklik (reguler) didahului oleh tanda premenstruasi (mastalgia,
kenaikan berat badan karena meningkatnya cairan tubuh, perubahan mood,
atau kram abdomen ) lebih cenderung bersifat ovulatori. Sedangkan,
perdarahan lama yang terjadi dengan interval tidak teratur setelah mengalami
amenore berbulan – bulan, kemungkinan bersifat anovulatori.
• Pemeriksaan darah : Hemoglobin, uji fungsi thiroid , dan kadar HCG,
FSH, LH, Prolaktin dan androgen serum jika ada indikasi atau skrining
gangguan perdarahan jika ada tampilan yang mengarah kesana.
• Deteksi patologi endometrium melalui (a) dilatasi dan kuretase dan (b)
histeroskopi. Wanita tua dengan gangguan menstruasi, wanita muda
dengan perdarahan tidak teratur atau wanita muda ( < 40 tahun ) yang
gagal berespon terhadap pengobatan harus menjalani sejumlah
pemeriksaan endometrium. Penyakit organik traktus genitalia mungkin
terlewatkan bahkan saat kuretase. Maka penting untuk melakukan
kuretase ulang dan investigasi lain yang sesuai pada seluruh kasus
perdarahan uterus abnormal berulang atau berat. Pada wanita yang
memerlukan investigasi, histeroskopi lebih sensitif dibandingkan dilatasi
dan kuretase dalam mendeteksi abnormalitas endometrium.
• Laparoskopi : Laparoskopi bermanfaat pada wanita yang tidak berhasil
dalam uji coba terapeutik
G. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Non-Bedah
Setelah keganasan dan patologi panggul yang signifikan telah
dikesampingkan, pengobatan medis harus dipertimbangkan sebagai pilihan
terapi lini pertama untuk perdarahan uterus abnormal. Target pengobatan
untuk kondisi medis yang mendasari yang dapat mempengaruhi siklus
menstruasi, seperti hipotiroidisme, harus dimulai sebelum penambahan obat
lainnya. Wanita yang ditemukan anemia karena perdarahan uterus abnormal
harus segera diberikan suplementasi besi.
Perdarahan menstruasi yang berat dan teratur dapat diatasi dengan pilihan
pengobatan hormonal dan non-hormonal. Perawatan non-hormonal seperti
obat antiinflamasi non-steroid dan antifibrinolitik dikonsumsi selama
menstruasi untuk mengurangi kehilangan darah, dan pengobatan ini efektif
terutama saat perdarahan menstruasi yang berat ketika waktu perdarahan
dapat diprediksi.
Perdarahan yang tidak teratur atau berkepanjangan paling efektif diobati
dengan pilihan terapi hormonal yang mengatur siklus menstruasi, karena
mengurangi kemungkinan perdarahan menstruasi dan episode perdarahan
berat. Progestin siklik, kontrasepsi hormonal kombinasi, dan levonorgesterel-
releasing intrauterine system adalah contoh pilihan yang efektif dalam
kelompok ini. Terapi medis juga berguna pada beberapa kasus untuk
mengurangi kerugian menstruasi yang berhubungan dengan fibroid atau
adenomiosis.
H. Tabel 2. 3 Pilihan Tatalaksana Medis yang Efektif untuk Perdarahan
Uterus Abnormal
Non-hormonal Obat Antiinflamasi Non-Steroid Antifibrinolitik

Hormonal Kontrasepsi hormonal kombinasi


Levonorgestrel-releasing intrauterine system
Progestin oral
Depot-medroxyprogesterone acetate
Danazol
GnRH-agonist
Sumber: Journal of Obstetrics and Gynaecology Canada. 2013
2. Penatalaksanaan Bedah
Peran pembedahan dalam penatalaksanaan perdarahan uterus abnormal
membutuhkan evaluasi yang teliti dari patologi yang mendasari serta faktor
pasien. Indikasi pembedahan pada wanita dengan perdarahan uterus
abnormal adalah:
I. KOMPLIKASI
• Infertilitas dari kurangnya ovulasi
• Parah anemia dari perdarahan haid berkepanjangan atau berat
• Penumpukan dinding rahim tanpa perdarahan haid yang
cukup (faktor kemungkinandalam perkembangan kanker endometrium

B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan fisik pertama kali dilakukan untuk menilai stabilitas keadaan
hemodinamik, pastikan bahwa perdarahan berasal dari kanalis servikalis dan tidak
berhubungan dengan kehamilan.
Permeriksaan indeks massa tubuh, tanda-tanda hiperandrogen pembesaran
kelenjar tiroid atau manifestasi hipotiroid galaktorea (hiperprolaktinemia), gangguan
lapang pandang (adenoma hipofisis), purpura dan ekimosis wajib diperiksa.
b. Pemeriksaan Ginekologi
• Pemeriksaan Ginekologi yang teliti perlu dilakukan termasuk pemeriksaan pap
smear
• Harus disingkirkan pula kemungkinan adanya mioma uteri, polip, hiperplasia
endometrium dan keganasan.
c. Identitas Pasien
d. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
3) Riwayat Kesehatan keluarga
4) Riwayat Kesehatan dahulu
e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum pasien bisa dilihat dari keadaan pasien
darurat atau tidak
2) Kesadaran pasien dapat diperiksa secara inspeksi
3) Tanda Tanda vital
Biasanya terjadi penurunan tekanan nadi, penurunan
tekanan darah, peningkatan frekuensi pernafasan, serta
peningkatan suhu tubuh akibat kekurangan cairan.
d. Pemeriksaan fisik head toe toe
2. Diagnosa Keperawatan
• gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d perdarahan uterus
• Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan infeksi pada organ
reproduksi
• Cemas/ansietas berhubungan dengan perubahan keadaan
• Resiko infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi
nasokomial
3. Intervensi
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d perdarahan uterus
Tujuan : Status nutrisi: makanan, cairan, dan intake adekuat.
Kriteri Hasil :
BB bertambah dan dalam batas normal.
Nilai laboratorium (tranferin, albumin, dan elektrolit) dalam batas normal
Menunjukkan level energi adekuat.
Menjelaskan komponen keadekuatan diet bergizi
Intervensi
1. Kaji motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan.
2. Monitor nilai-nilai laboratorium, terutama transferin, albumin, dan elektrolit.
3.Tanyakan makanan kesukaan pasien.
4.Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
5. Monitor catatan intake kalori dan komponen nutrisi.
6. Monitor BB pasien.
7. Kaji dan dokumentasikan drat kesulitan mengunyah dan menelan.
8. Identifikasi faktor-faktor penyebab mual dan muntah.
9. Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein untuk
pasien dengan ketidakadekuatan asupan protein atau kehilangan protein
10. Identifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kehilangan selera
makan pasien (misalnya, medikasi, masalah emosional).
11. Monitor perilaku pasien yang berhubungan dengan penurunan BB.
2. Nyeri berhubungan dengan infeksi pada organ reproduksi/perdarahan
Tujuan : Nyeri berkurang/terkontrol
Kriteria Hasil :
Klien mampu mencapai level nyaman
Klien mampu mengontrol nyeri
Klien mampu menyebutkan efek mengganggu dari nyeri
Klien mampu mengurangi level nyeri
Intervensi
1.Selidiki keluhan pasien akan nyeri,perhatikan intensitas (0-10),lokasi,dan
faktor pencetus
2. Awasi tanda vital,perhatikan petunjuk non-verbal,misal:tegangan
otot,gelisah.
3. Berikan lingkungan yang tenang dan kurangi rangsangan penuh stress.
4. Berikan tindakan kenyamanan (misal:pijatan/masase punggung)
5. Dorong menggunakan tekhnik manajemen nyeri ,contoh : latihan
relaksasi/napas dalam,bimbingan imajinasi,visualisasi)
6. Berikan teknik relaksasi nafas dalam
7. Kolaborasi:Pemberian obat analgetika dan Pemberian Antibiotika
3. Cemas/ansietas berhubungan dengan perubahan keadaan atau ancaman
kematian
Tujuan : Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan
mengatakan perasaan cemas berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
Klien lebih rileks
Rasa cemas klien berkurang
Intervensi
1. Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan
2. Kaji respon fisiologis klien ( takikardia, takipnea, gemetar )
3. Perlakukan pasien secara kalem, empati, serta sikap mendukung
4. Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan
5. Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya
6. Kaji mekanisme koping yang digunakan klien
7. Ajarkan teknik nafas dalam
4. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan
infeksi nasokomial
Tujuan : mencegah terjadinya infeksi
Kriteria Hasil :
Klien mampu mencegah status infeksi
Klien mampu mencapai status kekebalan tubuh
Intervensi :
1. Kaji tinggi fundus dan sifat Kaji lochia: jenis, jumlah, warna dan sifatnya
Monitor vital sign, terutama suhu setiap 4 jam dan selama kondisi klien kritis
2. Catat jumlah leukosit dan gabungkan dengan data klinik secara lengkap
Lakukan perawatan perineum dan jaga kebersihan, haruskan mencuci
tangan pada pasien dan perawat
3. Kaji ekstremitas: warna, ukuran, suhu, nyeri, denyut nadi dan parasthesi/
kelumpuhan
4. Pemberian analgetika dan antibiotika
6. Evaluasi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan klien dapat :
1. Klien mampu mencegah status infeksi
2. Klien mampu mencapai status kekebalan tubuh
3. Klien lebih rileks
4. Rasa cemas klien berkurang
5. Klien mampu mencapai level nyaman
6. Klien mampu mengontrol nyeri
7. Klien mampu menyebutkan efek mengganggu dari nyeri
8. Klien mampu mengurangi level nyeri
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan
intervensi keperawatan. Implementasi merupakan langkah keempat dari
proses keperawatan yang telah direncanakan oleh perawat untuk
dikerjakan dalam rangka membantu klien untuk mencegah, mengurangi,
dan menghilangkan dampak atau respons yang ditimbulkan oleh masalah
keperawatan dan kesehatan (Ali 2016).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan
seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan.
Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan
proses mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan dan
evaluasi (Ali 2016). Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk
menilai apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau
tidak untuk mengatasi suatu masalah.

Anda mungkin juga menyukai