TINJAUAN PUSTAKA
5. Tahapan Persalinan
a. Persalinan Kala I
Menurut Sumarah (2011), pada persalinan kala I terjadi perubahan fisiologis
dan psikologis seperti berikut :
1) Perubahan Fisiologis Kala I
a) Tekanan Darah
Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan kenaikan
sistolik rata-rata 10 sampai 20 mmHg dan kenaikan diastolik rata-rata
5 sampai 10 mmHg. Diantara kontraksi-kontraksi uterus, tekanan
darah akan turun seperti sebelum masuk persalinan dan akan naik lagi
bila terjadi kontraksi.
b) Metabolisme
Selama persalinan baik metabolisme karbohidrat aerobik maupun
anarobik akan naik secara perlahan. Kenaikan ini disebabkan oleh
kecemasan serta kegiatan otot kerangka tubuh.
c) Suhu Badan
Suhu badan sedikit meningkat selama persalinan dan suhu akan
mencapai tertinggi selama persalinan maupun setelah persalinan.
Kenaikan normal selama tidak melebihi 0,5 hingga 1 derajat celcius.
d) Denyut Jantung
Denyut jantung diantara kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding
selama periode persalinan atau sebelum masuk persalinan. Denyut
jantung yang sedikit naik merupakan kenaikan yang normal, meskipun
demikian perlu pemeriksaan secara berkala untuk mengidentifikasi
adanya infeksi
e) Pernafasan
Pernafasan terjadi kenaikan sedikit dibanding dengan sebelum
persalinan yang disebabkan adanya rasa nyeri, kekhawatiran serta
penggunaan teknik pernafasan yang salah.
f) Perubahan Renal
Poliuri sering terjadi selama persalinan, hal ini disebabkan oleh
kardiak output yang meningkat, serta disebabkan karena filtrasi
glomelurus serta aliran plasma ke renal. Protein urine (+1) selama
persalinan adalah hal yang fisiologis namun proteinuri (+2)
merupakan hal yang tidak wajar.
g) Perubahan Gastrointestinal
Kemampuan pergerakan gastrik serta penyerapan makanan padat
berkurang akan menyebabkan pencernaan hampir berhenti selama
persalinan dan menyebabkan konstipasi.
h) Perubahan Hematologis
Hemoglobin akan meningkat 1,2 gram/100 ml selama persalinan dan
kembali ketingkat pra persalinan pada hari pertama setelah persalinan
apabila tidak terjadi kehilangan darah selama persalinan. Jumlah sel-
sel darah putih meningkat secara progresif selama kala satu persalinan
sebesar 5000 sampai 15.000 WBC hingga akhir pembukaan lengkap,
hal ini tidak berindikasi adanya infeksi. Setelah itu turun kembali
keadaan semula.
i) Kontraksi Uterus
Kontraksi uterus terjadi karena adanya rangsangan pada otot polos uterus
dan penurunan hormon progresteron yang menyebabkan keluarnya hormon
okstosin. Kontraksi uterus dimulai dari fundus uteri menjalar ke bawah dan
bekerja kuat serta lama untuk mendorong janin ke bawah. Sedangkan uterus
bagian bawah pasif hanya mengikuti tarikan dengan segmen atas rahim,
akhirnya menyebabkan serviks menjadi lembek dan membuka. Kerjasama
antara uterus bagian atas dan bagian bawah disebut polaritas.
j) Pembentukan Segmen Atas Rahim dan Segmen Bawah Rahim Segmen atas
rahim (SAR) terbentuk pada uterus bagian atas dengan sifat otot yang
lebih tebal dan kontraksi. Pada bagian ini terdapat banyak otot serong
dan memanjang. SAR terbentuk dari fundus sampai ishmus uteri. Segmen
bawah rahim (SBR) terbentang di uterus bagian bawah antara ishmus
dengan serviks, dengan sifat otot yang tipis dan elastis, pada bagian ini
banyak terdapat otot yang melingkar dan memanjang.
k) Perkembangan Retraksi Ring
Retraksi ring adalah batas pinggiran antara SAR dan SBR, dalam keadaaan
persalinan normal tidak nampak dan akan kelihatan pada persalinan
abnormal, karena kontraksi uterus yang berlebihan, retraksi ring akan
tampak sebagai garis atau batas yang menonjol di atas simpisis yang
merupakan tanda dan ancaman ruptur uteris.
l) Penarikan Serviks
Pada akhir kehamilan otot yang melindungi ostium uteri internum
(OUI) ditarik SAR yang menyebabkan serviks menjadi pendek dan
menjadi pendek dan menjadi bagian dari SBR. Bentuk serviks
menghilang karena kanalis servikalis membesar dan atas membentuk
ostium uteri eksterna (OUE) sebagai ujung dan bentuknya menjadi
sempit.
m)Pembentukan Ostium Uteri Interna dan Ostium Uteri Eksterna
Pembukaan serviks disebabkan oleh karena membesarnya OUE karena
otot yang melingkar disekitar ostium meregang untuk dapat dilewati
kepala. Pembukaan uteri tidak saja karena penarikan SAR akan tetapi
juga karena tekanan isi uterus yaitu kepala dan kantong amnion. Pada
primigravida dimulai dari OUI terbuka terlebih dahulu baru OUE
membuka pada saat persalinan terjadi. Sedangkan pada multigravida
ostium uteri internum dan eksternum membuka secara bersama-sama
pada saat persalinan terjadi.
n) Tonjolan Kantong Ketuban
Tonjolan kantong ketuban ini disebabkan oleh adanya regangan SBR
yang menyebabkan terlepasnya selaput korion yang menempel pada
uterus, dengan adanya tekanan maka akan terlihat kantong yang berisi
cairan yang menonjol ke ostium uteri internum yang terbuka. Cairan
ini terbagi dua yaitu fore water dan hind water yang berfungsi untuk
melindungi selaput amnion agar tidak terlepas seluruhnya. Tekanan
yang diarahkan ke cairan sama dengan tekanan ke uterus sehingga
akan timbul generasi fluid pressure. Bila selaput ketuban pecah maka
cairan tersebut akan keluar, sehingga plasenta akan tertekan dan
menyebabkan fungsi plasenta terganggu. Hal ini akan menyebabkan
fetus kekurangan oksigen.
o) Pemecahan Kantong Ketuban
Pada akhir kala satu bila pembukaan sudah lengkap dan tidak ada
tahanan lagi, ditambah dengan kontraksi yang kuat serta desakan janin
yang menyebabkan kantong ketuban pecah, diikuti dengan proses
kelahiran bayi.
2) Perubahan Psikologis Kala I
Pada setiap tahap persalinan, pasien akan mengalami perubahan
psikologis dan perilaku yang cukup spesifik sebagai respond dari apa
yang ia rasakan dari proses persalinannya. Perubahan psikologis pasien
dapat dicermati dalam rincian berikut:
a) Kala I Fase Laten
Pada awal persalinan, kadang pasien belum cukup yakin bahwa ia
akan benar-benar melahirkan meskipun tanda persalinan sudah cukup
jelas. Pada tahap ini penting bagi orang terdekat dan bidan untuk
meyakinkan dan memberikan support mental terhadap kemajuan
perkembangan persalinan. Seiring dengan kemajuan proses persalinan
dan intensitas rasa sakit akibat his yang meningkat, pasien akan mulai
merasakan putus asa dan lelah. Ia akan selalu menanyakan apakah ini
sudah hamper lahir? Pasien akan senang setiap kali dilakukan
pemeriksaan dalam (vaginal touchѐ) dan berharap bahwa hasil
3) Penggunaan Partograf
a) Pemantauan partograf
Partograf merupakan alat bantu yang digunakan untuk memantau
kemajuan kala I persalinan dan informasi untuk membuat keputusan
klinik.
b) Fungsi partograf
(1) Mengamati dan mencacat informasi kemajuan persalinan dengan
memeriksa dilatasi serviks selama pemeriksaan dalam.
(2) Mendeteksi secara dini terhadap kemungkinan adanya penyulit
persalinan sehingga bidan dapat membuat keputusan tindakan
dengan tepat.
(3) Alat dokumentasi riwayat persalinan pasien beserta data
pemberian medika mentosa yang diberikan selama proses
persalinan.