Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Persalinan Normal


1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan
lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini dimulai dengan
adanya kontraksi persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks secara
progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta (Sulistyawati, 2013).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus
ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan
(setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan di mulai sejak uterus
berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan
berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. (Sondakh, 2015).
2. Etiologi
Selama kehamilan, didalam tubuh perempuan terdapat dua hormon yang dominan yaitu
esterogen dan progesteron. Hormon esterogen berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas
otot rahim serta memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan
oksitosin, prostaglandin, dan mekanis. Sedangkan, hormon progesteron berfungsi untuk
menurunkan sensitivitas otot rahim, menghambat rangsangan dari luar seperti
rangsangan oksitosin, prostaglandin dan mekanis serta menyebabkan otot rahim dan otot
polos relaksasi (Sulistyawati, dkk, 2013). Sampai saat ini hal yang menyebabkan
mulainya proses persalinan belum diketahui sehingga hanya ada teori-teori antara lain
disebabkan oleh hormon, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada saraf,
dan nutrisi. Dengan demikian dapat disebutkan beberapa teori yang dapat menyebabkan
persalinan menurut Rohani (2013) sebagai berikut :
a. Teori Keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah batas
waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai. Keadaan uterus
terus membesar dan menjadi tegang yang mengakibatkan iskemia otot-otot uterus.
b. Teori Penurunan Progesteron
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana terjadi
penimbunan jaringan ikat sehingga pembuluh darah mengalami penyempitan dan
buntu. Produksi progesteron mengalami penurunan sehingga otot rahim lebih
sensitive terhadap oksitosin. Akibatnya, otot rahim mulai berkontraksi setelah
tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.
c. Teori Oksitosin Internal
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior. Perubahan
keseimbangan esterogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim
sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks. Menurunnya konsentrasi
progesteron akibat tuanya usia kehamilan menyebabkan oksitosin meningkatkan
aktifitas sehingga persalinan dimulai.
d. Teori Prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu yang
dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan
kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dapat dikeluarkan. Prostaglandin
dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan.
3. Tanda Persalinan
Menjelang minggu ke-36 pada primigravida terjadi penurunan fundus uterus karena
kepala bayi sudah masuk ke dalam pintu atas paggul (PAP). Gambaran lightening pada
primigravida menunjukkan hubungan normal antara power (his) ; passage (jalan
lahir ) ;passanger (penumpang). Pada multipara gambarannya menjadi tidak jelas seperti
primigravida, karena masuknya kepala janin ke dalam panggul terjadi bersamaan dengan
proses persalinan (Sulistyawati, 2013). Berikut adalah tanda-tanda dimulainya
persalinan menurut Jenny J.S Sondakh (2013).
a. Terjadinya his persalinan. Saat terjadi his ini pinggang terasa sakit dan menjalar ke
depan, sifatnya teratur, interval lebih pedek, dan kekuatan makin besar, serta semakin
beraktivitas (jalan) kekuatan akan makin bertambah.
b. Pengeluaran lendir dengan darah. Terjadinya his persalinan mengakibatkan terjadinya
perubahan pada serviks yang akan menimbulkan pendataran dan pembukaan. Hal
tersebut menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas dan
pembuluh darah pecah sehingga terjadi perdarahan.
c. Pada beberapa kasus persalinan akan terjadi pecah ketuban. Sebagian besar, keadaan
ini terjadi menjelang pembukaan lengkap. Setelah adanya pecah ketuban, diharapkan
proses persalinan akan berlangsung kurang dari 24 jam.
d. Hasil-hasil yang didapatkan dari pemeriksaan dalam yakni pelunakan serviks,
pendataran seviks, dan pembukaan serviks.
4. Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
Menurut Sulistyawati (2013) faktor yang mempengaruhi persalinan adalah
1. Power (Kekuatan Ibu)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his, kontraksi otot-
otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligamen. Kekuatan primer yang
diperlukan dalam persalinan adalah his, sedangkan sebagai kekuatan
sekundernya adalah tenaga meneran ibu.
His atau kontraksi uterus adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. His
dibedakan menjadi dua yakni his pendahuluan dan his persalinan. His
pendahuluan atau his palsu (false labor pains), yang sebetulnya hanya
merupakan peningkatan dari kontraksi braxton hicks. His ini bersifat tidak
teratur dan menyebabkan nyeri di perut bagian bawah dan lipat paha, tidak
menyebabkan nyeri yang memancar dari pinggang ke perut bagian bawah. His
pendahuluan tidak mempunyai pengaruh terhadap serviks. His persalinan
merupakan suatu kontraksi dari otot-otot rahim yang fisiologis, akan tetapi
bertentangan dengan kontraksi fisiologis lainnya dan bersifat nyeri. Kontraksi
rahim bersifat otonom yang artinya tidak dipengaruhi oleh kemauan, namun
dapat dipengarui dari luar misalnya rangsangan oleh jari-jari tangan (Rohani,
2013).
Tenaga meneran ini serupa dengan tenaga meneran saat buang air besar, tetapi
jauh lebih kuat lagi. Ketika kepala sampai pada dasar panggul, timbul suatu
reflek yang mengakibatkan pasien menekan diafragmanya kebawah. Tenaga
meneran pasien akan menambah kekuatan kontraksi uterus. Pada saat pasien
meneran, diafragma dan otot- otot dinding abdomen akan berkontraksi.
Kombinasi antara his dan tenaga meneran pasien akan meningkatkan tekanan
intrauterus sehingga janin akan semakin terdorong keluar.
Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks, tetapi setelah dilatasi
serviks lengkap, kekuatan ini cukup penting untuk mendorong janin keluar.
Apabila dalam persalinan melakukan valsava maneuver (meneran) terlalu dini,
dilatasi serviks akan terhambat. Meneran akan menyebabkan ibu lelah dan
menimbulkan trauma serviks.
2. Passage (Jalan Lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu yakni bagian tulang yang padat, dasar
panggul, vagina, dan introitus (lubang vagina). Janin harus berhasil
menyesuikan dirinya dengan jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu
ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai.
Tulang panggul dibentuk oleh gabungan tulang ilium, tulang iskium, tulang
pubis, dan tulang-tulang sakrum.
Tulang ilium atau tulang usus merupakan tulang terbesar dari panggul yang
membentuk bagian atas dan belakang panggul. Bagian atas merupakan
penebalan tulanag yang disebut krista iliaka. Ujung depan dan belakang krista
iliaka yang menonjol yakni spina iliaka anterosuperior dan spina iliaka
postesuperior. Terdapat benjolan tulang mamanjang di bagian dalam tulang
ilium yang membagi pelvis mayor dan minor, disebut linea inominata atau
linea terminalis yang merupakan bagian dari pintu atas panggul.
Tulang koksigis atau tulang tungging merupakan tulang yang berbentuk
segitiga dengan ruas 3 sampai 5 buah yang menyatu. Pada tulang ini terdapat
hubungan antara tulang sakrum dengan tulang koksigis yang disebut artikulasi
sarco-koksigis. Diluar kehamilan artikulasi hanya memungkinkan mengalami
sedikit pergeseran, tetapi pada kehamilan dan persalinan dapat mengalami
pergeseran yang cukup longgar bahkan ujung tulang koksigis dapat bergerak ke
belakang sampai sejauh 2,5 cm pada proses persalinan.
Panggul memiliki empat bidang yang menjadi ciri khas dari jalan lahir yakni
pintu atas panggul (PAP), bidang terluas panggul, bidang tersempit panggul,
dan pintu bawah panggul. Jalan lahir merupakan corong yang melengkung ke
depan panjangnya 4,5 cm dan belakang 12,5 cm. Pintu atas panggul menjadi
pintu bawah panggul seolah-olah berputar 90 derajat terjadi pada bidang
tersempit panggul. Pintu bawah panggul bukan merupakan satu bidang tetapi
dua bidang segitiga.
Pintu atas panggul (PAP) merupakan bagian dari pelvis minor yang terbentuk
dari promontorium, tulang sakrii, linea terminalis, dan pinggir atas simfisis.
Jarak antara simfisis dan promontorium sekitar 11 cm. Yang disebut
konjungata vera. Jarak terjauh garis melintang pada PAP adalah 12,5 sampai 13
cm yang disebut diameter transvera.
Bidang dengan ukuran terbesar atau bidang terluas panggul merupakan bagian
yang terluas dan berbentuk seperti lingkaran. Bidang ini memiliki batas
anterior yakni pada titik tengah permukaan belakang. tulang pubis. Pada
lateral sepertiga bagian atas dan tengah foramen obturatorium, sedangkan batas
posterior pada hubungan antara vertebra sakralis kedua dan ketiga.
Bidang dengan ukuran terkecil atau bidang tersempit panggul merupakan
bidang terpenting dalam panggul yang memiliki ruang yang paling sempit dan
di tempat ini paling sering terjadi macetnya persalinan. Bidang ini terbentang
dari apeks sampai arkus subpubis melalui spina ichiadika ke sakrum, biasanya
dekat dengan perhubungan antara vertebra sakralis ke 4 dan ke 5. Bidang
tersempit panggul memiliki batas-batas yakni pada tepi bawah simfisis pubis,
garis putih pada fasia yang menutupi foramen obturatorium, spina ischiadika,
ligamentum sacrospinosum, dan tulang sakrum.
Pintu bawah panggul ialah batas bawah panggul sejati. Dilihat dari bawah,
struktur ini berbentuk lonjong, seperti intan, di bagian anterior dibatasi oleh
lengkung pubis, di bagian lateral dibatasi oleh tuberosita isikum, dan dibagian
posterior dibatasi oleh ujung koksigeum.
Bidang hodge berfungsi untuk menentukan sampai dimana bagian terendah
janin turun ke panggul pada proses persalinan. Bidang hodge tersebut antara
lain:
a. Hodge I merupakan bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP dengan
bagian atas simfisis dan promontorium
b. Hodge II yakni bidang yang sejajar Hodge I setinggi bagian bawah simfisis
c. Hodge III yakni bidang yang sejajar Hodge I setinggi spina ischiadika\
d. Hodge IV merupakan bidang yang sejajar Hodge I setinggi tulang
koksigis
(Sulistyawati, 2013).
3. Passanger (Janin dan Plasenta)
Perubahan mengenai janin sebagai passenger sebagian besar dalah mengenai
ukuran kepala janin, karena kepala merupakan bagian terbesar dari janin dan
paling sulit untuk dilahirkan. Adanya celah antara bagian- bagian tulang kepala
janin memungkinkan adanya penyisipan antara bagian tulang sehingga kepala
janin dapat mengalami perubahan bentuk dan ukuran, proses ini disebut molase
(Sulistyawati, 2013).
Tabel 2.1 Ukuran Diameter Penting Kepala Janin dan Presentasi

Diameter Panjang (cm) Presentasi

Suboksipito bregmatika 10 Suboksiput (fleksi maksimal)


Suboksipito frontalis 11 Oksiput (fleksi tak maksimal)
Oksipito frontalis 12 Puncak dahi
Mento vertikalis 13 Dahi
Submento bregmatika 10 Muka (defleksi maksimal)
Sumber : Sulistyawati, 2013
Menurut Sulistyawati (2013), Plasenta dan tali pusat memiliki struktur
berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15 cm sampai 20 cm
dan tebal 2 cm sampai 2 sampai 2,5 cm, berat rata-rata 500 gram, terletak di
depan atau di belakang dinding uterus ke atas arah fundus.
Bagian plasenta yang menempel pada desidua terdapat kotiledon disebut pers
maternal, dan dibagian ini tempat terjadinya pertukaran darah ibu dan janin.
Tali pusat merupakan bagian yang sangat penting untuk kelangsungan hidup
janin meskipun tidak menutup kemungkinan bahwa tali pusat juga
menyebabkan penyulit persalinan misalnya pada kasus lilitan tali pusat
(Sulistyawati, 2013).
Air ketuban atau amnion merupakan elemen yang penting dalam proses
persalinan. Air ketuban ini dapat dijadikan acuan dalam menentuan diagnosa
kesejahteraan janin. Amnion melindungi janin dari trauma atau benturan,
memungkinkan janin bergerak bebas, menstabilkan suhu tubuh janin agar tetap
hangat, menahan tekanan uterus, dan pembersih jalan lahir (Sulistyawati,
2013).
4. Psikologis
Faktor psikologis menurut Rohani (2013) yakni :
a. Melibatan psikologis ibu, emosi, dan persiapan intelektual
b. Pengalaman melahirkan bayi sebelumnya
c. Kebiasaan adat
d. Dukungan orang terdekat pada kehidupan ibu
5. Penolong
Peran dari penolong peralinan adalah mengantisipasi dan menangani
komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin, dalam hal ini tergantung
dari kemampuan dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan
(Rohani, 2013).

5. Tahapan Persalinan
a. Persalinan Kala I
Menurut Sumarah (2011), pada persalinan kala I terjadi perubahan fisiologis
dan psikologis seperti berikut :
1) Perubahan Fisiologis Kala I

a) Tekanan Darah
Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan kenaikan
sistolik rata-rata 10 sampai 20 mmHg dan kenaikan diastolik rata-rata
5 sampai 10 mmHg. Diantara kontraksi-kontraksi uterus, tekanan
darah akan turun seperti sebelum masuk persalinan dan akan naik lagi
bila terjadi kontraksi.
b) Metabolisme
Selama persalinan baik metabolisme karbohidrat aerobik maupun
anarobik akan naik secara perlahan. Kenaikan ini disebabkan oleh
kecemasan serta kegiatan otot kerangka tubuh.

c) Suhu Badan
Suhu badan sedikit meningkat selama persalinan dan suhu akan
mencapai tertinggi selama persalinan maupun setelah persalinan.
Kenaikan normal selama tidak melebihi 0,5 hingga 1 derajat celcius.
d) Denyut Jantung
Denyut jantung diantara kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding
selama periode persalinan atau sebelum masuk persalinan. Denyut
jantung yang sedikit naik merupakan kenaikan yang normal, meskipun
demikian perlu pemeriksaan secara berkala untuk mengidentifikasi
adanya infeksi
e) Pernafasan
Pernafasan terjadi kenaikan sedikit dibanding dengan sebelum
persalinan yang disebabkan adanya rasa nyeri, kekhawatiran serta
penggunaan teknik pernafasan yang salah.
f) Perubahan Renal
Poliuri sering terjadi selama persalinan, hal ini disebabkan oleh
kardiak output yang meningkat, serta disebabkan karena filtrasi
glomelurus serta aliran plasma ke renal. Protein urine (+1) selama
persalinan adalah hal yang fisiologis namun proteinuri (+2)
merupakan hal yang tidak wajar.

g) Perubahan Gastrointestinal
Kemampuan pergerakan gastrik serta penyerapan makanan padat
berkurang akan menyebabkan pencernaan hampir berhenti selama
persalinan dan menyebabkan konstipasi.
h) Perubahan Hematologis
Hemoglobin akan meningkat 1,2 gram/100 ml selama persalinan dan
kembali ketingkat pra persalinan pada hari pertama setelah persalinan
apabila tidak terjadi kehilangan darah selama persalinan. Jumlah sel-
sel darah putih meningkat secara progresif selama kala satu persalinan
sebesar 5000 sampai 15.000 WBC hingga akhir pembukaan lengkap,
hal ini tidak berindikasi adanya infeksi. Setelah itu turun kembali
keadaan semula.
i) Kontraksi Uterus
Kontraksi uterus terjadi karena adanya rangsangan pada otot polos uterus
dan penurunan hormon progresteron yang menyebabkan keluarnya hormon
okstosin. Kontraksi uterus dimulai dari fundus uteri menjalar ke bawah dan
bekerja kuat serta lama untuk mendorong janin ke bawah. Sedangkan uterus
bagian bawah pasif hanya mengikuti tarikan dengan segmen atas rahim,
akhirnya menyebabkan serviks menjadi lembek dan membuka. Kerjasama
antara uterus bagian atas dan bagian bawah disebut polaritas.
j) Pembentukan Segmen Atas Rahim dan Segmen Bawah Rahim Segmen atas
rahim (SAR) terbentuk pada uterus bagian atas dengan sifat otot yang
lebih tebal dan kontraksi. Pada bagian ini terdapat banyak otot serong
dan memanjang. SAR terbentuk dari fundus sampai ishmus uteri. Segmen
bawah rahim (SBR) terbentang di uterus bagian bawah antara ishmus
dengan serviks, dengan sifat otot yang tipis dan elastis, pada bagian ini
banyak terdapat otot yang melingkar dan memanjang.
k) Perkembangan Retraksi Ring
Retraksi ring adalah batas pinggiran antara SAR dan SBR, dalam keadaaan
persalinan normal tidak nampak dan akan kelihatan pada persalinan
abnormal, karena kontraksi uterus yang berlebihan, retraksi ring akan
tampak sebagai garis atau batas yang menonjol di atas simpisis yang
merupakan tanda dan ancaman ruptur uteris.
l) Penarikan Serviks
Pada akhir kehamilan otot yang melindungi ostium uteri internum
(OUI) ditarik SAR yang menyebabkan serviks menjadi pendek dan
menjadi pendek dan menjadi bagian dari SBR. Bentuk serviks
menghilang karena kanalis servikalis membesar dan atas membentuk
ostium uteri eksterna (OUE) sebagai ujung dan bentuknya menjadi
sempit.
m)Pembentukan Ostium Uteri Interna dan Ostium Uteri Eksterna
Pembukaan serviks disebabkan oleh karena membesarnya OUE karena
otot yang melingkar disekitar ostium meregang untuk dapat dilewati
kepala. Pembukaan uteri tidak saja karena penarikan SAR akan tetapi
juga karena tekanan isi uterus yaitu kepala dan kantong amnion. Pada
primigravida dimulai dari OUI terbuka terlebih dahulu baru OUE
membuka pada saat persalinan terjadi. Sedangkan pada multigravida
ostium uteri internum dan eksternum membuka secara bersama-sama
pada saat persalinan terjadi.
n) Tonjolan Kantong Ketuban
Tonjolan kantong ketuban ini disebabkan oleh adanya regangan SBR
yang menyebabkan terlepasnya selaput korion yang menempel pada
uterus, dengan adanya tekanan maka akan terlihat kantong yang berisi
cairan yang menonjol ke ostium uteri internum yang terbuka. Cairan
ini terbagi dua yaitu fore water dan hind water yang berfungsi untuk
melindungi selaput amnion agar tidak terlepas seluruhnya. Tekanan
yang diarahkan ke cairan sama dengan tekanan ke uterus sehingga
akan timbul generasi fluid pressure. Bila selaput ketuban pecah maka
cairan tersebut akan keluar, sehingga plasenta akan tertekan dan
menyebabkan fungsi plasenta terganggu. Hal ini akan menyebabkan
fetus kekurangan oksigen.
o) Pemecahan Kantong Ketuban
Pada akhir kala satu bila pembukaan sudah lengkap dan tidak ada
tahanan lagi, ditambah dengan kontraksi yang kuat serta desakan janin
yang menyebabkan kantong ketuban pecah, diikuti dengan proses
kelahiran bayi.
2) Perubahan Psikologis Kala I
Pada setiap tahap persalinan, pasien akan mengalami perubahan
psikologis dan perilaku yang cukup spesifik sebagai respond dari apa
yang ia rasakan dari proses persalinannya. Perubahan psikologis pasien
dapat dicermati dalam rincian berikut:
a) Kala I Fase Laten
Pada awal persalinan, kadang pasien belum cukup yakin bahwa ia
akan benar-benar melahirkan meskipun tanda persalinan sudah cukup
jelas. Pada tahap ini penting bagi orang terdekat dan bidan untuk
meyakinkan dan memberikan support mental terhadap kemajuan
perkembangan persalinan. Seiring dengan kemajuan proses persalinan
dan intensitas rasa sakit akibat his yang meningkat, pasien akan mulai
merasakan putus asa dan lelah. Ia akan selalu menanyakan apakah ini
sudah hamper lahir? Pasien akan senang setiap kali dilakukan
pemeriksaan dalam (vaginal touchѐ) dan berharap bahwa hasil

pemeriksaan mengindikasikan bahwa proses persalinan akan segera


berakhir.
b) Kala I Fase Aktif
Memasuki kala I fase aktif, sebagian besar pasien akan mengalami
penurunan stamina dan sudah tidak mampu lagi untuk turun dari
tempat tidur, terutama pada primipara. Pada fase ini pasien sangat
tidak suka jika diajak bicara atau diberi nasehat mengenai apa yang
seharusnya ia lakukan. Ia lebih fokus untuk berjuangan
mengendalikan rasa sakit dan keinginan untuk meneran. Hal yang
paling tepat untuk dilakukan adalah membiarkan pasien mengatasi
keadaannya sendiri namun tidak meninggalkannya. Pada beberapa
kasus akan sangat membantu apabila suami ada disisinya sambil
membisikan doa di telinganya.
c) Kala I Akhir
Menjelang kala II pasien sudah dapat mengatasi kembali rasa sakit
akibat his dan kepercyaan dirinya mulai tumbuh. Pada fase ini is akan
kembali bersemangat untuk menghadapi persalinannya. Ia akan fokus
dengan instruksi yang diberikan oleh bidan. Pada fase ini ia sangat
membutuhkan dukungan mental untuk tahap persalinan berikutnya
dan apresiasi terhadap keberhasilannya dalam melawati tahap-tahap
sebelumnya.

3) Penggunaan Partograf
a) Pemantauan partograf
Partograf merupakan alat bantu yang digunakan untuk memantau
kemajuan kala I persalinan dan informasi untuk membuat keputusan
klinik.
b) Fungsi partograf
(1) Mengamati dan mencacat informasi kemajuan persalinan dengan
memeriksa dilatasi serviks selama pemeriksaan dalam.
(2) Mendeteksi secara dini terhadap kemungkinan adanya penyulit
persalinan sehingga bidan dapat membuat keputusan tindakan
dengan tepat.
(3) Alat dokumentasi riwayat persalinan pasien beserta data
pemberian medika mentosa yang diberikan selama proses
persalinan.

4) Kriteria pasien yang tidak perlu pantauan menggunakan partograf


a) Tinggi badan pasien kurang dari 145 cm.
b) Ada perdarahan antepartum.
c) Mengalami pre eklamsi atau eklamsi.
d) Anemia.
e) Adanya kelainan letak janin.
f) Persalinan prematur.
g) Adanya induksi persalinan.
h) Gemeli.
i) Adanya rencana persalinan SC, misalkan sudah diketahui adanya
panggul sempit.
5) Pemeriksaan kala I
a) Kemajuan persalinan: Pembukaan serviks, Penurunan kepala janin, dan
Kontraksi uterus.
b) Keadaan janin: DJJ, Warna jumlah air ketuban, Molase tulang kepala janin
c) Keadaan ibu: Nadi, tekanan darah, dan suhu dan Urine, yaitu volume dan
protein.
6) Persiapan Persalinan menurut Sulistyawati (2013)
a) Hal yang harus diperhatikan saat persiapan persalinan adalah
tempat yang aman, tenang, dan menyenangkan.
b) Penerangan secukupnya.
c) Tersedia alat pertolongan pertama bagi pasien dan bayi.
d) Memiliki persiapan untuk melakukan rujukan.
e) Persiapan alat bersalin, legeartis, steril, dan siap untuk dipakai, terdiri
dari
(1)Dua buah koher untuk mengklem tali pusat.
(2)Satu gunting episiotomi.
(3)Gunting tali pusat.
(4)Alat untuk memecahkan tetuban.
(5)Beberapa pasang sarung tangan steril.
(6)Penghisap lendir manual atau mekanis (elektrik)
(7)Dua kain pembungkus bayi.
(8)Desinfektan.
f) Persiapan untuk pertolongan bayi baru lahir normal
(1)Handuk pembungkus bayi.
(2)Pakaian bayi.
g) Persiapan obat untuk pertolongan pertama
(1)Untuk bayi
(a)Natrium Bikarbonat.
(b)Tabung O2 dan masker.
(c)Penghisap lendir.
(2)Bagi ibu
(a)Uterotonika.
(b)Set infus dan cairannya.
(c)Tabung O2 dan masker.
h) Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Pasien dan Keluarga
(1)Aman, sesuai dengan evidanced based dan memberikan
sumbangan pada keselamatan jiwa pasien.
(2)Memunginkan pasien merasa aman, nyaman, secara psikologis
merasa didukung dan didengar.
(3)Menghormati praktik-praktik budaya, keyakinan agama, serta hak
pasien atau keluarganya sebagai pengambil keputusan.
(4)Menggunakan cara pengobatan yang sederhana sebelum memakai
teknologi canggih.
(5)Memastikan bahwa informasi yang diberikan adekuat serta dpat
dipahami oleh pasien.
i) Tanda Bahaya Kala I

Tabel 2.3 Tanda Bahaya Persalinan kala I dan Tindakan yang


Dilakukan

Temuan Tindakan tanpa Tindakan


No Parameter
abnormal dokter dengan dokter
1 Tekanan >140/90 mmHg a. rujuk Panggil dokter
darah dengan pasien dengan
sedikitnya satu posisi miring
tanda lain/gejala b. pasang infus
pre eklamsi
2 Suhu >38°C Hidrasi dan rujuk Panggil dokter
pasien dan hidrasi
3 Nadi >100 kali Hidrasi dan rujuk Panggil dokter
per menit dan hidrasi
4 DJJ <120 atau >160 a. Hidrasi a. Tindakan
kali per menit b.Ganti posisi sama dengan
pasien ke posisi jika tidak ada
miring kiri dokter
c. setelah 1 menit b. Periksa
: kontraksi
1) DJJ normal, c. Jika oksitosin
lanjutkan berjalan,
pengamatan hentikan aliran
dengan partograf
2) DJJ tidak
normal, rujuk
dengan posisi
miring
5 Kontraksi < 2 kali dalam a. Ambulasi
10 menit , durasi b. Rubah posisi
< 40 detik, c. Kosongkkan
lemah untuk kandung kemih
dipalpasi d. Stimulasi
puting susu
e. Berikan makan
dan minum
f. Rujuk jika
partograf
melewati garis
waspada
6 Serviks Partograf Hidrasi dan rujuk Panggil dokter,
melewati garis hidrasi
waspada pada
fase aktif
7 Cairan a. Mekonium a.Monitoring DJJ, a. Beritahu
amnion b. Darah antisipasi dokter
c. Bau menghisap saat b. Panggil
lahir dokter
b. Hidras c. Panggil
i, rujuk dokter
dengan posisi
miring kiri
c.Rujuk setelah
memberikan
antibiotik
8 Urine Volume tidak a.Hidrasi Tindakan sama
cukup dan kental b. Jika tidak dengan jika
ada kemajuan tidak ada doker
setelah
4 jam, selidiki
dan tatalaksanan
secara tepat
(hidrasi,
katerisasi)
Sumber : Sulistayawati, 2013

Anda mungkin juga menyukai