Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kista merupakan kantong berisi cairan seperti balon berisi air (Owen,
2005). Menurut Arianto (2009), kista dapat tumbuh dimana saja dan jenisnya
bermacam-macam. Kista yang berada di dalam atau permukaan ovarium (indung
telur) disebut kista ovarium atau tumor ovarium. Kista ovarium sering terjadi
pada wanita di masa reproduksinya. Sebagian besar kista terbentuk karena
perubahan kadar hormon yang terjadi selama siklus haid, produksi dan pelepasan
sel telur dari ovarium.
Prawirohardjo (2002) menyatakan bahwa ukuran dan jenis kista ovarium
bisa bervariasi, ada yang berisi cairan jernih yang biasanya disebut kista
fungsional, berisi darah seperti kista merah (rubrum), kista berisi gigi, rambut,
dan cairan lemak yang disebut kista dermoid, berisi jaringan ikat yang padat
seperti fibroma. Kebanyakan kista ini jinak, sementara sebagian kecil lainnya
bisa berupa kista yang ganas. Di antara kista ovarium ini ada yang bersifat
neoplastik (memerlukan operasi) dan ada yang bersifat nonneoplastik (tidak
memerlukan operasi).
Di Asia Tenggara di mana Indonesia termasuk didalamnya, insiden kista
ovarium mencapai 6,6%, kanker endometrium mencapai 4,8% dari 670.587
kasus kanker pada perempuan, sementara kanker payudara sebanyak 30,9%, dan
serviks 19,8%. Sebagian besar wanita tidak menyadari dirinya menderita kista.

Jika menimbulkan gejala maka keluhan yang paling sering dirasakan adalah rasa
nyeri pada perut bagian bawah dan pinggul. Rasa nyeri ini timbul akibat dari
pecahnya dinding kista, terjadinya perdarahan
Di dalam kista, tangkai kista yang terpeluntir dan pembesaran kista yang
terlampau cepat sehingga organ disekitarnya menjadi teregang (Sukmamerati,
2008). Kista ovarium tidak berbahaya selama kondisi jinak dan biasanya dapat
hilang dengan sendirinya, namun juga dapat terus berkembang dan semakin
besar. Kista ovarium dapat berbahaya bila kista berubah menjadi ganas sehingga
memerlukan tindakan pengangkatan kista.
Kista juga penyakit yang ditakuti banyak wanita, selain kejadiannya yang
cukup banyak dan sering tanpa disadari atau gejala, kista juga dikhawatirkan
dapat mengganggu kesuburan. Namun, bukan berarti seorang wanita yang
menderita kista tidak bisa hamil. Selama pertumbuhan kista tersebut tidak
menghambat proses pembuahan, maka kehamilan bisa tetap terjadi. Menurut
Didi (2008), kista ovarium juga seringkali ditemukan pada saat pemeriksaan
USG (Ultrasonografi) rutin di awal kehamilan. Kista ini biasanya berasal dari
corpus

luteum

yang

berfungsi

untuk

menyuplai

progesteron

untuk

mempertahankan kehamilan. Salah satu fungsi progesteron disini adalah


mempersiapkan endometrium (lapisan dalam rahim) agar siap menerima
kehamilan untuk penanaman hasil konsepsi.
Manuaba (2001) menyatakan bahwa jika kista dijumpai pada kehamilan,
maka kehamilan dan kista ini saling dapat mempengaruhi karena kista sangat
mungkin terus berkembang selama kehamilan, di mana hormon - hormon pada

masa kehamilan dapat menjadi pemicu bertambah besarnya kista. Gangguan


terhadap kehamilan tersebut antara lain dapat menyebabkan abortus dan
persalinan prematur, terjadi kelainan letak janin, gangguan terhadap proses
persalinan, dan menimbulkan gejala sesak napas karena dorongan pada
diafragma. Pengangkatan kista bergantung dari besarnya kista dan usia
kehamilan. Jika ukurannya kurang dari 5 cm maka dapat dilakukan
pengangkatan kista saat kehamilan sudah memasuki usia 16-18 minggu. Operasi
kista yang dilakukan sekitar umur hamil 16-18 minggu ini perlu adanya
perlindungan hormon progesteron.
Berdasarkan data diatas maka, penulis tertarik untuk membuat makalah
yang berjudul Asuhan Kebidanan Kista Dermoid pada bayi Ny U di RSUD
dr.Zainoel Abidin di kota Banda Aceh.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui asuhan yang diberikan kista dermoid pada Ny.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui pengertian dari kista dermoid
b. Untuk mengetahui etiologi dari kista dermoid
c. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari kista dermoid
d. Untuk mengetahui komplikasi dari kista dermoid
e. Untuk mengetahui terapi dari kista dermoid
f. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari kista dermoid
C. Hasil Yang Diharapkan
a. Bagi institusi kesehatan
Menambah referensi dalam upaya peningkatan pelayanan kebidanan
khususnya asuhan kebidanan pada wanita
b. Bagi institusi pendidikan

Menambah referensi dalam bidang pendidikan sehingga dapat menyiapkan


calon-calon bidan yang berkompeten khususnya dalam memberikan asuhan
kebidanan pada wanita secara komprehensif
c. Bagi penulis
Menambah pengetahuan dan memberikan pengalaman nyata yang berkaitan
dengan Asuhan kebidanan pada wanita
d. Bagi Pembaca
Memberikan tambahan pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada wanita.

D. Waktu Dan Tempat

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Kista adalah suatu organ yang membesar dan di dalamnya berisi cairan,
seperti sebuah balon yang berisi air. Pada wanita, organ yang paling sering
menjadi kista adalah indung telur. Tidak ada ketentuan apakah indung telur kiri
atau kanan yang sering menjadi kista (Arianto,2009).
Pada kebanyakan kasus kista justru tidak memerlukan operasi. Kista
ovarium sering terjadi pada wanita di masa reproduksinya. Sebagian besar kista
terbentuk karena perubahan kadar hormon yang terjadi selama siklus haid,
produksi dan pelepasan sel telur dari ovarium. Adalah satu teratoma yang jinak
di mana struktur-struktur ektodermal dengan differensiasi sempurna, seperti
epitel kulit, rambut, gigi dan produk glandula sebasea berwarna putih kuning
menyerupai lemak nampak lebih menonjol daripada elemen-elemen entoderm
dan mesoderm.
Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari
pengaruh hormonal dengan siklus menstruasi ( Lowdermilk, dkk. 2005 ).
Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium normal, folikel de
graf atau korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan dari
epithelium ovarium ( Smelzer and Bare. 2002).
Menurut Jacoeb, kista berarti kantong abnormal yang berisi cairan abnormal
diseluruh tubuh.

Tumor ovarium sering jinak bersifat kista, ditemukan terpisah dari uterus dan
umumnya diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik. ( Sjamsoehidayat.
2005).
Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka yang dimasud dengan kista
ovarium adalah kantong abnormal yang berisi cairan atau neoplasma yang
timbul di ovarium yang bersifat jinak juga dapat menyebabkan keganasan.
Kista

dermoid

berbentuk

cairan

kista

ini

seperti

mentega.

Kandungannya tak hanya berupa cairan tapi juga ada partikel lain seperti
rambut, gigi, tulang atau sisa-sisa kulit. Teorinya, dermoid timbul dari sisa-sisa
sel embrio yang terpental ke organ genital sewaktu yang bersangkutan masih
dalam kandungan. Jadi kista ini merupakan bawaan sejak lahir dan bisa dialami
pria atau wanita. Seperti halnya kista musinosum, penanganan kista dermoid
memerlukan kehati-hatian karena bila meletus selain cairannya membuat
lengket, isi cairan di dalamnya, seperti rambut, gigi atau tulang, bisa masuk ke
perut sehingga menimbulkan sakit luar biasa.

B. Etiologi
Menurut etiologinya, kista ovarium dibagi menjadi dua, yaitu (Ignativicius,
Bayne, 1991) :
1. Kista non neoplasma, disebabkan karena ketidakseimbangan hormon
estrogen dan progesteron, diantaranya adalah :
1) Kista non fungsional
Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium yang berkurang
di dalam kortek.
2) Kista fungsional

Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi ruptur


atau folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler diantara
siklus menstruasi. Banyak terjadi pada wanita yang menarche kurang
dari 12 tahun. Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi
progesteron setelah ovulasi. Kista tuka lutein, disebabkan karena
meningkatnya kadar HCG terdapat pada mola hidatidosa. Kista stein
laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH yang menyebabkan
hiperstimulasi ovarium.
2. Kista neoplasma (Wiknjosastro, et.all, 1999)
a. Kistoma ovarii simpleks. Adalah suatu jenis kistadenoma serosum yang
kehilangan epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista.
b. Kistadenoma ovarii musinosum. Asal kista ini belum pasti, mungkin
berasal dari suatu teratoma yang pertumbuhannya satu elemen
mengalahkan elemen yang lain.
c. Kistadenoma ovarii serosum. Berasal dari epitel permukaan ovarium
(germinal ovarium). Kista endometroid. Belum diketahui penyebabnya
dan tidak ada hubungannya dengan endometrioid. Kista dermoid. Tumor
berasal dari sel telur melalui proses patogenesis.

C. Tanda dan Gejala


Menurut Arianto (2010 ) tanda dan gejala yang sering muncul pada kista
ovarium antara lain :
1. Menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri.
2. Perasaan penuh dan dtertekan diperut bagian bawah.
3. Nyeri saat bersenggama.
4. Nyeri di perut bagian bawah.
5. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai ke kaki.
6. Terkadang disertai nyeri saat buang air kecil dan/atau buang air besar.
7. Perdarahan.

8. Sepintas lalu terlihat seperti kista berongga satu, tetapi bila dibelah,
biasanya nampak satu kista besar dengan ruangan kecil-kecil dalam
dindingnya.
9. Pada umunya terdapat satu daerah pada dinding bagian dalam, yang
menonjol dan padat.
10. Tumor mengandung

elemen-elemen

ektodermal,

mesodermal,

dan

entodermal. Maka dapat ditemukan kulit, rambut, kelenjar sebase, gigi,


tulang rawan, serat otot jaringan ikat, dan mukosa traktus gastrointestinal,
epitel saluran pernapasan, dan jaringan tiroid.
11. Bahan yang terdapat dalam rongga kista ialah produk dari kelenjar sebasea
berupa massa lembek sperti lemak, bercampur dengan rambut.
12. Pada kista dermoid dapat terjadi torsi tangkai dengan gejala nyeri mendadak
di perut bagian bawah. Ada kemungkinan pula terjadinya sobekan dinding
kista dengan akibat pengeluaran isi kista dalam rongga peritoneum.
Pada stadium awal gejalanya dapat berupa:
1. Gangguan haid
2. Jika sudah menekan rectum mungkin terjadi konstipasi atau sering
berkemih.
3. Dapat terjadi

peregangan

atau

penekanan

daerah

panggul

yang

menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut


4. Nyeri saat bersenggama.
Pada stadium lanjut :
1. Asites
2. Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta oran organ di dalam rongga
perut (usus dan hati)
3. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan,
4. Gangguan buang air besar dan kecil.
5. Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada.

D. Komplikasi
Menurut Smelzer (2002) komplikasi yang terjadi yaitu :

1. Perdarahan ke dalam kista yang terjadi sedikit-sedikit, sehingga berangsurangsur menyebabkan pembesaran kista, dan hanya menimbulkan gejalagejala klinik yang minimal. Akan tetapi jika perdarahan terjadi dalam jumlah
yang banyak akan terjadi distensi yang cepat dari kista yang menimbulkan
nyeri perut yang mendadak.
2. Torsio. Putaran tangkai dapat terjadi pada kista yang berukuran diameter 5
cm atau lebih. Putaran tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi meskipun
gangguan ini jarang bersifat total.
3. Kista ovarium yang besar dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada perut
dan dapat menekan vesica urinaria sehingga terjadi ketidakmampuan untuk
mengosongkan kandung kemih secara sempurna
4. Massa kista ovarium berkembang setelah masa menopouse sehingga besar
kemungkinan untuk berubah menjadi kanker (maligna). Faktor inilah yang
menyebabkan pemeriksaan pelvic menjadi penting
5. Infertilitas akibat tidak adanya ovulasi
6. Peningkatan resiko pembentukan tumor tumor dependen estrogen di
payudara dan endometrium
E. Terapi
Menurut Bare (2002) terapi yang di berikan yaitu :
1. MetodeLaparoskopi
Terapi bedah atau operasi merupakan tindakan yang dilakukan pada pasien
apabila kista tidak menghilang, memiliki ukuran besar, menimbulkan
keluhan- keluhan seperti rasa nyeri perut, nyeri haid atau gangguan siklus
dan infertilitas. Dibandingkan dengan metode konvensional, di mana pasien
dibedah dengan sayatan yang lebar di sekitar perut untuk pengangkatan
kista, metode laparoskopi merupakan metode terkini (Gold Standard) dalam
dunia kedokteran. Laparoskopi merupakan teknik pembedahan atau operasi

yang dilakukan dengan membuat dua atau tiga lubang kecil (berdiameter 510 milimeter) di sekitar perut pasien. Satu lubang pada pusar digunakan
untuk

memasukkan

sebuah

alat

yang

dilengkapi

kamera

untuk

memindahkan gambar dalam rongga perut ke layar monitor, sementara dua


lubang yang lain untuk peralatan bedah yang lain. Teknik ini disebut juga
teknik operasi minimal invansif (Minimal Invansive Surgery). Namun,
teknik ini tetap memiliki resiko bagi pasien, terutama karena saat melakukan
operasi tersebut, dokter yang menangani memerlukan ruang dalam rongga
perut

sehingga

memerlukan

gas

karbondioksida

(CO2)

untuk

mengembangkan rongga perut, antara lain risiko yang dapat terjadi jika gas
bertekanan tinggi tersebut masuk ke dalam pem- buluh darah.
2. Tindakan operasi
pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah pengangkatan tumor
dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor.
Akan tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi, perlu dilakukan
pengangkatan ovarium, bisanya disertai dengan pengangkatan tuba
(Salpingo-oovorektomi). (Wiknjosastro, et.all, 1999)
Asuhan post operatif merupakan hal yang berat karena keadaan yang
mencakup keputusan untuk melakukan operasi, seperti hemorargi atau
infeksi. Pengkajian dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda vital, asupan
dan keluaran, rasa sakit dan insisi. Terapi intravena, antibiotik dan analgesik
biasanya diresepkan. Intervensi mencakup tindakan pemberiaan rasa aman,
perhatian terhadap eliminasi, penurunan rasa sakit dan pemenuhan
kebutuhan emosional Ibu. (Hlamylton, 1995). Terapi pada kista dermoid
tediri atas pengngkatan, biasanya dengan seluruh ovarium.

Jika penyakit kista tidak hilang sendiri atau terus tumbuh semakin besar, dokter
dapat merekomendasikan pengobatan untuk mengecilkan atau menghilangkan
kista ovarium. Sebagai berikut:
1. Pil KB
Jika kista ovarium timbul berulang, mungkin dokter akan meresepkan
kontrasepsi oral atau pil KB untuk menghentikan ovulasi dan mencegah
perkembangan kista baru. Kontrasepsi oral juga dapat mengurangi risiko
kanker ovarium. Risiko kanker ovarium lebih tinggi pada wanita pasca
menopause.
2. Laparotomi
Jika kista berukuran besar, dokter dapat mengangkat kista melalui sayatan
yang besar pada perut. Dokter akan melakukan biopsi langsung, dan jika
ternyata kista tersebut adalah kanker, maka dokter mungkin saja melakukan
histerektomi

untuk

mengangkat

ovarium

beserta

rahim.

F. PENATALAKSANAAN
Menurut Wiknjosastro (2010) adapun prinsip untuk menangani tumor ovarium:
1. Operasi untuk mengambil tumor: Dapat menjadi besar dan kemungkinan
degenerasi ganas.
2. Saat operasi dapat didahului dengan frozen section untuk kepastian ganas
dan tindakan operasi lebih lanjut
3. Hasil operasi harus dilakukan pemeriksaan PA sehingga kepastian klasifikasi
tumor dapat ditetapkan untuk menentukan terapi
4. Operasi tumor ganas diharapkan debulkingyaitu dengan pengambilan
jaringan tumor sebanyak mungkinjaringan tumor sampai dalam batas aman

diameter sekitar 2 cmdan lakukan TAH + Bil Os omentektomi


Setelah mendapatkan radiasi dan kemoterapi atau dilakukan terapi kedua
untk

mengambil

sebanyak

mungkin

jaringan

tumorv

Kistoma ovarii diatas umur 45 thn sebaiknya dilakukan terapi profilaksis.


5. Untuk penanganan tumor nonneoblastik diambil sikap wait and see. Jika
wanita yang masih ingin hamil berovulais teratur tanpa gejala dan hasil USG
menunjukkan kista yang berisis cairan maka dilakukan pemeriksaan tindakan
menunggu dan melihat dan kista ini akn memnghilang 2-3 bulan kemudian .
Penggunaanv pil kontrasepsi dapat digunakan untuk terpi kista fungsional
6. Pembedahan dilakukan jika kista besar dan padat ,tumbuh atau tetap selama
2-3 bulan siklus haid maka dapat dihilangkan dengan pembedahan.Jika tumor
besar atau ada komplikasi maka dilakukan pengangkatan ovarium disertai
saluran tuba ( salpingo ooferektomi ) dan dilakukan pengontrolan .Jika
terdapat keganasan aka dilakukan histerektomi.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kista dermoid merupakan suatu kista teratoma jinak (choristoma) yang
bersifat kongenital dilapisi oleh keratinizing epidermis dengan struktur dermis di
dalamnya, seperti folikel rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebasea. Kista
dermoid berisi cairan sebasea, keratin, calcium dan kristal kolesterol. Kista ini
sering ditemukan pada anak-anak, walupun bisa ditemukan pada semua usia.

Kista dermoid orbital paling banyak ditemui di aspek superolateral


dengan sutura frontozygomatic sebagai tempat perlengketannya dan jarang
ditemukan pada daerah superonasal. Pada umumnya kista dermoid ditemukan
berupa massa seperti telur, berbentuk oval yang membesar perlahan, teraba
lunak, dan tidak nyeri. Namun bisa juga ditemukan kista dermoid dengan
pergeseran bola mata dan

proptosis non-aksial atau massa yang batas

posteriornya kurang jelas yang biasanya ditemukan pada kista dermoid tipe
profunda. Diagnosis

pasti

kista

dermoid

adalah

dengan

pemeriksaan

histopatologi. Tatalaksana definitif dari kista dermoid ialah ekstirpasi kista.

B. Saran
1. Bagi Lahan Praktek
Sebagai masukan dalam memberikan asuhan dan pengambilan tindakan
terhadap pasien penderita kista dermoid
2. Bagi Pembaca
Sebagai referensi dan bahan bacaan untuk masyarakat umum, agar
mengetahui asuhan apa yang dapat diberikan kepada pasien dengan kista
dermoid.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai referensi dan bahan bacaan mahasiswa-mahasiswi Yayasan
Pendidikan Darussalam Lhokseumawe, khususnya Akedemi Kebidanan
Darussalam agar mahsiswi mampu menerapkan manajemen asuhan
kebidanan.
4. Bagi Penulis

Meningkatkan

pengetahuan

dan

keterampilan

penulis

dalam

manajemen asuhan kebidanan pada penyakit kista dermoid


5. Bagi Penulis
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan penulis

dalam

manajemen asuhan kebidanan pada penyakit kista dermoid

DAFTAR PUSTAKA

A.Price, Sylvia. 2006. Patofisiologi, kosep klinis proses-proses penyakit. Jakarta :


EGC.
Lowdermil, Perta. 2005. Maternity Womens Health Care. Seventh edit.
Manuaba. (2008). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana.
Jakarta:EGC.
William Helm, C. Ovarian Cysts. 2005. American College of Obstetricians and
Gynecologists
(
cited
2016
November
30
). Available
at http://emedicine.com
Winknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai