Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEBIDANAN

PADA NY. “F” G1 P0 A0 UMUR KEHAMILAN 24 MINGGU


DENGAN PARTUS PREMATURUS IMMINENS (PPI)
DI RAWAT INAP RSU AGHISNA MEDIKA KROYA

Disusun Oleh :

ELMALIANA KHARISMATIK (20031344)

MUTIARA RENGGANIS (20031348)

NANA FITRIYANI (20031349)

WAHYU YULIMAH SARI (20031356)

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

STIkes BINA CIPTA HUSADA PURWOKERTO


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persalinan prematur berpotensi meningkatkan kematian perinatal sekitar 65-67%,
umumnya berkaitan dengan berat badan lahir rendah (Nugroho, 2010). Di Afrika dan Asia
Selatan kelahiran prematur terjadi lebih dari 60 %. Di negara-negara berpenghasilan
rendah, rata-rata, 12% bayi dilahirkan terlalu dini dibandingkan dengan 9% di negara-
negara berpenghasilan tinggi (WHO, 2018).
Di Indonesia angka kejadian partus prematurus sekitar 19% dan merupakan penyebab
utama kematian perinatal (Manuaba, 2009). Indonesia masuk kedalam 10 peringkat negara
dengan jumlah kelahiran prematur terbanyak yaitu sebesar 675.700 kasus (WHO, 2018).
Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi di Kabupaten Cilacap hingga saat ini
dinali masih cukup tinggi. Beberapa hal menjadi factor penyebabnya antara lain hipertensi,
partus prematurus, perdarahan pada masa hamul dan factor bayi dengan kelahiran
premature. pada periode terakhir ada sebanyak 15 kasus untuk Angka Kematian Ibu
sedangkan jumlah Angka Kematian Bayi mencapai 155 kasus.
Kasus Partus Prematurus Imminens yang terjadi di RSU Aghisna Medika Kroya dalam
satu tahun terakhir mencapai 18% sedangkan 82% sisanya disebabkan karena kasus
ketuban pecah dini, pre-eklamsi, perdarahan anterpartum dll.
Partus prematurus dapat diartikan sebagai dimulainya kontraksi uterus yang disertai
dengan perdarahan dan dilatasi serviks sertaturunnya kepala bayi pada wanita hamil yang
lama kehamilannya kurang dari 37minggu (Oxorn, 2010).
Berdasarkan pengertian partus prematurus di atas dapat disimpulkan bahwa Partus
Prematurus Iminens (PPI) adalah adanya suatu ancaman pada kehamilan dimana
timbulnya tanda-tanda persalinan pada usia kehamilan yang belum aterm (20 minggu-37
minggu) dan berat badan lahir bayi kurang dari 2500 gram. Komplikasi yang dapat terjadi
akibat Partus Prematurus Iminens pada ibu yaitu dapat menyebabkan infeksi endometrium
sehingga menyebabkan sepsis dan lambatnya penyembuhan luka episiotomi (Nugroho,
2010). Sedangkan pada bayi memiliki resiko yang lebih tinggi seperti gangguan resprasi,
gagal jantung kongesif, perdarahan intraventrikel dan kelainan neurologik,
hiperbilirubinemia, sepsis dan kesulitan makan (Benson, 2012).
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Dengan adanya Asuhan Kebidanan ini diharapkan mahasiswa dapat lebih mengerti
dan memahami pelaksanaan Asuhan Kebidanan pada ibu hamil dengan Partus Prematurus
Iminens (PPI) .
b. Tujuan Khusus
1. Mampu melaksanakan pengkajian data subjektif dan data objektif pada ibuhamil
dengan Partus Prematurus Iminens (PPI)
2. Mampu mengidentifikasi masalah dan diagnosa kebidanan pada ibu hamildengan
Partus Prematurus Iminens (PPI)
3. Mampu mengantisipasi masalah potensial atau diagnose pada ibu hamil dengan
Partus Prematur Iminens (PPI)
4. Mampu melakukan identifikasi kebutuhan tindakan segera pada ibu hamil dengan
Partus Prematurus Iminens (PPI)
5. Mampu mengembangkan rencana asuhan secara menyeluruh pada ibu hamil
dengan Partus Prematurus Iminens (PPI)
6. Mampu melaksanakan rencana asuhan secara menyeluruh pada ibu hamil dengan
Partus Prematurus Iminens (PPI)
1.3 Metode Pengumpulan Data
a. Anamnesa
Pengumpulan data melalui cara wawancara dengan ibu hamil. Metode ini memiliki du
acara yaitu langsung dan tidak langsung.
b. Pengamatan
Semua bahan yang dalam pembahasan disini telah dilakukan pengamatan secara
langsung.
c. Studi dokumentasi
Semua data dikumpulakan dengan mengambil dari hasil penelitian yang sudah ada
(diambil dari rekam medik, buku KIA, Lab)
d. Studi pustaka
Semua bahan yang digunakan dalam pembahasan ini diambil dari beberapa
referensi/buku yang berhubungan dengan kasus dalam masalah yang terjadi.
Daftar Isi

Bab I. Pendahuluan .......................................................................................................... 1


I.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1
I.2 Tujuan .................................................................................................................... 2
I.3 Metode Pengumpulan Data .................................................................................. 6

Bab II. Tinjauan Pustaka ................................................................................................. 9


II.1 Kehamilan Dengan Partus Prematurus Imminens .......................................... 9
A. Pengertian…………………………………………………………………….
B. Etiologi dan Faktor Presdiposisi……………………………………………
C. Patofisiologi…………………………………………………………………..
D. Tanda-tanda Persalinan Prematur………………………..………………..
E. Pemeriksaan Penunjang……………………………….……………………
F. Komplikasi Partus Premature Iminens………………..…………………...
G. Penatalaksanaan/pengobatan…………………………..…………………...
II.2 Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Dengan PPI......... 10
A. Pengertian………………………………………………………...………….
B. Langkah-langkah Manajemen Kebidanan SOAP………………………..

Bab III. Tinjauan Kasus ………………………………………………………………

Bab IV. Pembahasan…………………………………………………………………..

Bab V. Penutup………………………………………………………..……………….

A. Kesimpulan…………………………………………………………………….

B. Saran……………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan Dengan Partus Prematurus Iminens.


A. Pengertian
Menurut Oxorn (2010), partus prematurus atau persalinan prematur dapat
diartikan sebagai dimulainya kontraksi uterus yang teratur yang disertai pendataran
dan atau dilatasi servix serta turunnya bayi pada wanita hamil yang lama
kehamilannya kurang dari 37 minggu (kurang dari 259 hari) sejak hari pertama haid
terakhir.
Menurut Nugroho (2010) persalinan preterm atau partus prematur adalah
persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu (antara 20-37 minggu)
atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram. Partus preterm adalah kelahiran
setelah 20 minggu dan sebelum kehamilan 37 minggu dari hari pertama menstruasi
terakhir (Benson, 2012).
Menurut Rukiyah (2010), partus preterm adalah persalinan pada umur kehamilan
kurang dari 37 minggu atau berat badan lahir antara 500-2499gram. Berdasarkan
beberapa teori diatas dapat diketahui bahwa Partus PrematurusIminens (PPI) adalah
adanya suatu ancaman pada kehamilan dimana timbulnya tanda-tanda persalinan pada
usia kehamilan yang belum aterm (20 minggu-37 minggu) dan berat badan lahir bayi
kurang dari 2500 gram.
Berdasarkan pengertian partus prematurus di atas dapat disimpulkan bahwa Partus
Prematurus Iminens (PPI) adalah adanya suatu ancaman pada kehamilan dimana
timbulnya tanda-tanda persalinan pada usia kehamilan yang belum aterm (20 minggu-
37 minggu) dan berat badan lahir bayi kurang dari 2500 gram.
Komplikasi yang dapat terjadi akibat Partus Prematurus Iminens pada ibu yaitu
dapat menyebabkan infeksi endometrium sehingga menyebabkan sepsis dan
lambatnya penyembuhan luka episiotomi (Nugroho, 2010). Sedangkan pada bayi
memiliki resiko yang lebih tinggi seperti gangguan resprasi, gagal jantung kongesif,
perdarahan intraventrikel dan kelainan neurologik, hiperbilirubinemia, sepsis dan
kesulitan makan (Benson, 2012).
B. Etiologi dan Faktor Predisposisi
Menurut Nugroho (2010), mengenai penyebab partus prematurus iminens belum
banyak yang diketahui, namun faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya partus
prematurus iminens dapat diklasifikasikan secara rinci sebagai berikut : kondisiumum,
keadaan sosial ekonomi rendah, kurang gizi, anemia, perokok berat (lebih dari10
batang perhari), umur hamil terlalu muda kurang dari 20 tahun atau terlalu tuadiatas
35 tahun, penyakit ibu yang menyertai kehamilanserta penyulit kebidanan
Perkembangan dan keadaan hamil dapat meningkatkan terjadinya partus
prematurusiminens diantaranya :

1) Kehamilan dengan hidramnion, kehamilan ganda, pre-eklampsia


2) Kehamilan dengan perdarahan antepartum pada solusio plasenta, plasenta previa,
pecahnya sinus marginalis.
3) Kehamilan dengan pecah ketuban dini : terjadi gawat janin, temperatur tinggi.
4) Kelainan anatomi Rahim.
5) Keadaan rahim yang sering menimbulkan kontraksi dini : serviks inkompeten
karena kondisi serviks, amputasi serviks.
6) Kelainan kongenital Rahim
7) Infeksi pada vagina asenden (atas) menjadi amnionitis
Menurut Oxorn (2010), etiologi terjadinya partus prematurus iminens adalah :
1) Iatrogenik
a) Sectio cessarea ulangan yang dikerjakan terlalu dini.
b) Pengakhiran kehamilan yang terlalu dini karena alasan bahwa bayi lebih baik
dirawat di bangsal anak dari pada dibiarkan dalam rahim. Termasuk keadaan
seperti diabetes maternal, penyakit hipertensi dalam kehamilan,
erythroblastiosis dan retardasi pertumbuhan intrauterine.
2) Spontan
yaitu 50% idiopatik, ketuban pecah dini, inkompetensi cervix, insufisiensi
plasenta, overdistensi uterus karena kehamilan kembar, polyhidramnion, janin
yang besar. Perdarahan dalam trimester ketiga seperti plasenta previa, abrubtio
plasenta dan vasa previa. Abnormalitas uterus yang mencegah ekspansi seperti
hipoplasia uteri, uterus septata atau bicornuata, synechiae intrauterine dan
leimyoma. Trauma karena jatuh, terpukul pada perut dan tindakan pembedahan.
Penyakit pada ibu seperti toksemia, anemia, penyakit ginjal yang kronis dan
penyakit demam yangakut. Faktor-faktor yang menyertai misalnya status sosial-
ekonomi yang rendah, merokok, bakteriuria, perawatan prenatal yang buruk.
Menurut Benson (2012), yang menyebabkan peningkatan resiko terjadinya
partus prematurus iminens meliputi riwayat partus preterm dalam kehamilan
terdahulu, merokok lebih dari setengah bungkus sehari, terpapar DES dalam
uterus dan anamnesis biopsi konus (pengangkatan sentral serviks untuk
mendeteksi kondisi premaligna atau maligna).
Menurut Winkjosastro (2010), kondisi selama kehamilan yang beresiko
terjadinya partus prematurus iminens adalah :
1) Janin dan plasenta seperti terjadinya perdarahan trimester awal, perdarahan
antepartum (plasenta previa, solusio plasenta, vasa plasenta), ketuban pecah
dini, pertumbuhan janin terhambat, kehamilan gameli dan Polyhidramnion.
2) Pada ibu seperti penyakit berat pada ibu, diabetes melitus,
pre-eklamsi/hipertensi, infeksi saluran kemih, penyakit infeksi dengan demam
stress psikologik, kelainan bentuk uterus / serviks, riwayat persalinan
preterm /abortus berulang, inkompetensi serviks (panjang serviks kurang dari
1cm), pemakaian obat narkotik, trauma, perokok berat (lebih dari 10 batang
perhari), kelaianan imunologi / kelainan rhesus dan usia. Menurut Nugroho
(2010), faktor yang mempengaruhi prematuritas adalah umur ibu, suku,
bangsa, sosial dan ekonomi, bakterinuria, BB ibu sebelum hamil dan sewaktu
hamil, kawin dan tidak kawin (tidak sah 15% prematur, kawin sah 13%
prematur), prenatal (antenatal) care, anemia, penyakit jantung, jarak persalinan
yang terlalu rapat, pekerjaan yang terlalu berat sewaktu hamil.
Faktor resiko prematuritas menurut ( Nugroho, 2010 ) :
1) Mayor seperti keadaan dengan kehamilan multiple, hidramnion, anomali
uterus, serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks
mendatar atau memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, pada
trimester II lebih dari 1 kali, riwayat persalinan preterm sebelumnya, operasi
abdominal pada kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi, iritabilitas
uterus.
2) Minor seperti penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam setelah
kehamilan 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10 batang
perhari. riwayat abortus pada trimester II, riwayat abortus pada trimester I
lebih dari 2 kali.

C. Patofisiologi
Persalinan prematur menunjukkan adanya kegagalan mekanisme yang
bertanggung jawab untuk mempertahankan kondisi tenang uterus selama kehamilan
atau adanya gangguan yang menyebabkan singkatnya kehamilan atau membebani
jalur persalinanan normal sehingga memicu dimulainya proses persalinan secara dini.
Empat jalur terpisah telah dipaparkan, yaitu stress, infeksi, regangan dan perdarahan
(Norwintz, 2007)

D. Tanda tanda Persalinan Prematur


Menurut Manuaba (2009), jika proses persalinan berkelanjutan akan terjadi tanda
klinik sebagai berikut :
1) Kontraksi berlangsung sekitar 4 kali per 20 menit atau 8 kali dalam satu jam.
2) Terjadi perubahan progresif serviks seperti pembukaan lebih dari 1 cm,
perlunakan sekitar 75-80 % bahkan terjadi penipisan serviks.
Kriteria partus prematurus iminens menurut Saefuddin (2009) antara lain kontraksi
yang teratur dengan jarak 7-8 menit atau kurang dan adanya pengeluaran lender
kemerahan atau cairan pervaginam dan diikuti salah satu berikut ini :
1) Pada periksa dalam : pendataran 50-80 % atau lebih dan pembukaan 2 cm atau
lebih.
2) Mengukur panjang serviks dangan vaginal probe USG : jika panjang serviks
kurang dari 2 cm pasti akan terjadi persalinan premature.
Sedangkan kriteria untuk menentukan diagnosis partus prematurus iminens menurut
Wiknjosastro (2010) yaitu :
1) Terjadi pada usia 22-37 minggu.
2) Kontraksi yang berulang sedikitnya setiap 7-8 menit sekali atau 2-3 kali dalam
waktu 10 menit.
3) Adanya nyeri pada punggung bawah.
4) Perdarahan bercak.
5) Perasaan menekan daerah serviks.
6) Pemeriksaan serviks menunjukkan telah terjadi pembukaan sedikitnya 2 cm dan
penipisan 50-80 %7.
7) Presentasi janin rendah sampai mencapai spa isiadika.
8) Selaput ketuban pecah dapat merupakan tanda awal terjadinya persalinan
prematur

E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nugroho (2010) pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan adalah
sebagai berikut :
1) Laboratorium
a) Pemeriksaan kultur urine
b) Pemeriksaan gas dan pH darah janin
c) Pemeriksaan darah tepi ibu : jumlah leukosit
d) C-reactive protein. CRP ada pada serum penderita infeksi akut dandideteksi
berdasarkan kemampuannya untuk mempresipitasi fraksi polisakarida somatik
non spesifik kuman pneumococcus yang disebut fraksi C. CRP, dibentuk di
hepatosit sebagai reaksi terhadap IL-1, IL-6,TNF.
2) Amniosintesis :
hitung leukosit, pewarnaan Gram bakteri (+) pasti amnionitis, kultur, kadar IL-
1,IL-6, kadar glukosa cairan amnion.
3) Pemeriksaan ultrasonografi
a) Oligohidramnion : berhubungan dengan korioamnionitis dan koloni bakteri
pada amnion.
b) Penipisan serviks : bila ketebalan serviks < 3 cm (USG), dapat dipastikan akan
terjadi persalinan preterm.
c) Kardiotokografi : kesejahteraan janin, frekuensi dan kekuatan kontraksi.
d) Sonografi seviks transperineal dapat menghindari manipulasi intravagina
terutama pada kasus KPD dan plasenta previa.

F. Komplikasi Partus Prematurus Iminens


Menurut Nugroho (2010), komplikasi partus prematurus iminens yang terjadi pada
ibu adalah terjadinya persalinan prematur yang dapat menyebabkan infeksi
endometrium sehingga mengakibatkan sepsis dan lambatnya penyembuhan
lukaepisiotomi. Sedangkan pada bayi prematur memiliki resiko infeksi neonatal lebih
tinggi seperti resiko distress pernafasan, sepsis neonatal, necrotizing enterocolitis dan
perdarahan intraventi kuler.
Menurut Benson (2012), terdapat paling sedikit enam bahaya utama yang
mengancam neonatus prematur, yaitu gangguan respirasi, gagal jantung kongestif,
perdarahan intraventrikel dan kelainan neurologik, hiperilirubinemia, sepsis dan
kesulitan makan.
Sedangkan menurut Oxorn (2010), prognosis yang dapat terjadi pada persalinan
prematuritas adalah :
1) Anoksia 12 kali lebih sering terjadi pada bayi premature.
2) Gangguan respirasi.
3) Rentan terhadap kompresi kepala karena lunaknya tulang tengkorak dan
immaturitas jaringan otak.
4) Perdarahan intracranial 5 kali lebih sering pada bayi prematur dibanding bayi
aterm.
5) Cerebral palsy.
6) Terdapat insidensi kerusakan organik otak yang lebih tinggi pada bayi premature
(meskipun banyak orang orang jenius yang dilahirkan sebelum aterm).
G. Penatalaksanaan / pengobatan
Menurut Benson (2012), pengobatan utama terdiri atas dua modalitas yaitu
istirahat baring dan obat-obatan.
1) Istirahat baring
Terdapat berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa istirhat baring bermanfaat
baik dalam pencegahan maupun membantu penghentian partus yang telah
berlangsung disertai dengan obat obatan. Hidrasi intravena sering dianjurkan
sebagai bentuk awal intervensi, sebelum mulai dengan obat-obat farmakologik.
2) Obat farmakologik
a) Beta simpatomimetik
Dinamakan demikian karena lebih merangsang reseptor beta adrenergik,
duaobat yang paling sering digunakan adalah ritodrine dan terbutaline. Reaksi
kerja obat ini yaitu dapat menurunkan tonus otot polos uterus, bronkiolus dan
vaskulator, output urine juga berkurang dan glikogenolisis dan pembebasan
insulin kedua-duanya meningkat, nadi meningkat, tekanan darah diastolic
menurun, frekuensi jantung cepat. Prosedur pemberian ritodrine :
1. Usahakan pemeriksaan darah lengkap dengan platelet, elektrolit serum,dan
glukosa
2. Mulai infus IV kemudian mulai obat dengan kecepatan 50-100 / menit,
harus menggunakan infussion pump
3. Naikkan dosis dengan 50 / menit setiap 15 menit sampai kontraksi lebih
kecil dari empat kali / jam atau sampai dosis maksimum 350 / menit
4. Pertahankan dosis selama 6- 12 jam, pemantauan fetus terus dilakukan
dan pasien tetap diobservasi sampai menjadi stabil dengan medikasi oral
5. Ubah menjadi pengobatan oral dengan pemberian 10-20 mg ritodrine
peroral satu jam sebelu menghentikan medikasi IV. Tindak lanjuti
dengan10-20 mg ritodrine peroral setiap 2-4 jam sesuai keperluan.
b) Magnesium Sulfat
Mekanisme kerja magnesium yaitu menurunkan kalsium bebas intra selular
yang perlu untuk kontraksi otot polos, namun magnesium memiliki efek ini
pada semua otot.
Salah satu efek samping yang sangat mengganggu adalah disforia dimana
dilukiskan perasaan bagai terperangkap awal gerak.
Prosedur pemberian Magnesium Sulfat :
1. Magnesium merupakan pilihan yang baik bagi pasien dengan diabetes,
perdarahan, dan gangguan jantung.
2. Usahakan pemeriksaan darah lengkap dengan platelet, elektrolit serum,
danglukosa.
3. Berikan dosis awal 4g selama 10-20 menit dan kemudian infus magnesium
dengan kecepatan 1- 3 g / jam. Dosis magnesium tidak boleh melebihi 4
g / jamkarena kadar toksik mungkin tercapai.
4. Naikkan dosis sebanyak 0,5 g setiap 15 menit sampai kontraksi uterus
sama atau kurang dari 4 per jam.
5. Frekuensi pernafasan dan refleks tendon dalam harus imonitor dengan
seksama.
6. Setelah relaksasi uterus tercapai, sejumlah ahli kebidanan akan menganti
obat dengan beta - simpatomimetik oral.
Menurut Nugroho (2010), pada kasus amnionitis yang tidak mungkin
ditangani ekspektatif, harus dilakukan intervensi yaitu dengan :
1. Akslerasi pematangan fungsi paru
a) Terapi glukokortikoid, misalnya dengan betamethasone 12 mg IM, 2
kaliselang 24 jam, atau dexamethasone 5 mg tiap 12 jam IM sampai 4
dosis
b) Thyrotropin releasing hormone 400 IV, akan meningkatkan kadar tri-
iodothyronine yang dapat meningkatkan produksi surfaktan.
c) Suplemen inositol, karena inositol merupakan komponen membrane
fosfolipid yang berperan dalam pembentukan surfaktan.
2. Pemberian antibiotika
a) Pemberian antibiotika yang tepat dapat menurunkan angka kejadian
koriomnionitis dan sepsis neonatorum
b) Diberikan 2 gram ampicillin IV tiap 6 jam sampai persalinan selesai
c) Peneliti lain memberikan antibiotik kombinasi untuk kuman anaerobd)
Setelah itu dilakukan deteksi dan penanganan terhadap faktor resiko
persalinan prematur, bila tidak ada kontra indikasi, diberi tokolitik.
3. Pemberian tokolitik
a) Nifedipine 10 mg diulang tiap 30 menit, maksimum 40 mg/6 jam.
Umumnya hanya diperlukan 20 mg dan dosis perawatan 3x10 mg
b) Golongan beta-mimetik : salbutamol per infuse : 20-50 / menit atau
salbutamol per oral : 4 mg, 2-4 kali / hari

2.2 Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Dengan PPI


A. Pengertian
Proses manajemen adalah suatu proses pemecahan. Proses menajemen memberi
suatu metode pengaturan atau pengorganisasian pikiran dan tindakan dalam suatu
urutan yang logis dan menguntungkan baik pasien maupun petugas kesehatan. Proses
ini menggambarkan prilaku yang diharapkan dari klinisi yang tidak hanya melibatkan
proses berfikir dan bertindak, tetapi juga tingkat prilaku pada setiap langkah yang
akan dicapai dalam memberikan asuhan atau pelayanan yang aman dan menyeluruh
(Sutjiati,2010).
B. Langkah-langkah manajemen kebidanan SOAP
a) Data Subyektif
1) Merupakan informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan yang
diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada pasien / klien (anamnesis)
atau dari keluarga dan tenaga kesehatan (allo anamnesis) (Sudarti, 2010).
1. Biodata yang diambil untuk pasien (suami, istri). Pengkajian biodata
antara lain :
a) Nama : Dikaji dengan nama yang jelas dan lengkap, untuk
menghindari adanya kekeliruhan atau untuk membedakan dengan
klien atau pasienlainnya.
b) Umur : Untuk mengetahui faktor resiko. Pada ibu hamil dengan PPI
biasanya terjadi pada usia < 20 tahun atau > 35 tahun (Nugroho,
2010)
c) Agama : Untuk memberikan motivasi atau dorongan sesuai dengan
agama yang dianut.
d) Suku bangsa: Untuk mengetahui adat istiadat yang menguntungkan
dan merugikan.
e) Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat intelektual, tingkat
penerimaan informasi hal-hal baru atau pengetahuan baru karena
tingkat pendidikan yang lebih tinggi, mudah mendapatkan
informasi. Memudahkan ibu untuk menerima informasi KIE tanda
bahaya partus prematurus iminens.
f) Pekerjaan: Untuk mengetahui status ekonomi keluarga. Pada ibu
hamil dengan PPI terjadi pada keadaan sosial ekonomi rendah dan
pekerjaan yang terlalu berat sewaktu hamil (Nugroho, 2010).
g) Alamat: Untuk mempermudah hubungan jika diperlukan dalam
keadaan mendesak sehingga bidan mengetahui tempat tinggal
pasien.
2. Keluhan Utama
Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan saat pemeriksaan
serta berhubungan dengan persalinan. Pada kasus ibu hamil dengan
partus prematurusiminens keluhannya meliputi mules yang berulang
pada usia kehamilan 20-37minggu, keluar lendir bercampur darah,
kram seperti menstruasi, nyeri punggung bawah, tekanan panggul yang
terasa seperti bayi mendorong kebawah, cairan encer yang keluar dari
vagina (Winkjosastro, 2010)
3. Riwayat menstruasi
Menurut Sutjiati (2010), untuk mengetahui tentang usia
menarche, siklus menstruasi, lama menstruasi, nyeri, pendarahan intra
menstruasi, problem dan prosedur (misal: amenorrhoe, perdarahan
irregular)
4. Riwayat Kehamilan Sekarang
Primigravida / multigravida, usia kehamilan, presentasi letak
janin, hari pertama haid terakhir, gerakan janin, obat yang dikonsumsi,
keluhan selama hamil, ANC berapa kali, teratur/tidak, penyuluhan
yang pernah didapat, imunisasi TT dan kekhawatiran khusus trauma
dan kelainan letak (Nugroho, 2010). Pada ibu hamildengan PPI
biasanya mempunyai riwayat kehamilan ganda, hidramnion, pre-
eklampsia, perdarahan antepartum seperti solusio plasenta, plasenta
previa, pecahnya sinus marginalis, ketuban pecah dini, serviks
inkompetensia, infeksi pada vagina asenden (Nugroho, 2010).5)
Riwayat kesehatana) Riwayat kesehatan yang lalu Untuk mengetahui
kemungkinan adanya riwayat penyakit seperti : hypertensi, jantung,
diabetes melitus dan asma. b) Riwayat kesehatan sekarangUntuk
mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini.
Pada ibu dengan PPI, penyakit yang diderita ibu seperti toksemia,
anemia, penyakit ginjal yang kronis dan penyakit demam yng akut
(Oxorn, 2010).
5. Riwayat kesehatan
1. Riwayat yang lalu
Untuk mengetahui kemungkinan adanya Riwayat penyakit seperti
hypertensi, jantung, diabetes melitus, dn asma.
2. Riwayat sekarang
Untuk mengetahui adanya penyakit yang diderita saat ini. Pada ibu
dengan PPI , penyakit yang diderita ibu seperti toksemia, anemia,
penyakit ginjal yang kronis dan penyakit demam yang akut (Oxom,
2010).
3. Riwayat Kesehatan keluarga
Untuk mengetahui adanya penyakit menurun seperti asma, DM,
hipertensi, jantung serta penyakit menular seperti epilepsi yang
dapat mempengaruhi kehamilan serta adanya riwayat keturunan
kembar (Sutjiati, 2010).
6. Riwayat perkawinan
Yang perlu dikaji adalah status perkawinan sah atau tidak,
lamanya perkawinan, sudah berapa lama menikah (Sutjiati, 2010).
Pada ibu hamil dengan PPI terjadi15% terjadi persalinan prematur
pada kawin tidak sah (Nugroho, 2010).
7. Riwayat keluarga berencana
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan
kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama
menggunakan kontrasepsi dan apakah ada kegagalan dalam
menjalankan program berKB (Sutjiati, 2010).
8. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
a) Kehamilan : Untuk mengetahui berapa umur kehamilan, bagaimana
letak janin dan berapa tinggi fundus uteri, apakah sesuai dengan
umur kehamilan atau tidak. Pada ibu dengan PPI adanya riwayat
abortus berulang dan perawatan prenatal care yang buruk
(Wiknjsastro, 2010).
b) Persalinan : Spontan atau buatan, lahir aterm atau prematur, ada
atau tidak perdarahan, waktu persalinan ditolong oleh siapa,
dimana tempat melahirkan, ada atau tidak riwayat persalinan
prematur sebelumnya. Pada ibu hamil dengan PPI memiliki riwayat
abortus pada trimester II lebih dari 1 kali,riwayat persalinan
preterm sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm
(Nugroho, 2010).
c) Nifas : Apakah ada luka episiotomi atau robekan jalan lahir yang
telah dijahit.
d) Anak : Jenis kelamin, hidup atau mati, kalau sudah meninggal
pada usia berapa dan sebab meninggal, berat badan dan panjang
badan waktu lahir.
9. Pola kebiasaan sehari-hari Menurut (Saminem, 2010) pola kebiasaan
sehari- hari yang perlu dikaji adalah :
a) Pola nutrisi
Makan teratur 3 kali sehari, 1 piring nasi, lauk, sayur dan buah,
minum kurang lebih 8 gelas per hari, susu, teh dan air putih. Pada
ibu yang kurang gizi dapat mempengaruhi terjadinya PPI
(Nugroho, 2010).
b) Pola Aktivitas
Apa aktivitas sehari-hari yang dilakukan ibu. Pada ibu hamil
dengan PPI baianya melakukan pekerjaan yang terlalu berat
(Nugroho, 2010).
c) Pola Seksual
Untuk mengetahui apakah hubungan seksual berlangsung dengan
normal danada keluhan atau tidak. Pada ibu dengan PPI biasanya
frekuensi hubungan seksual berlebihan terutama pada usia
kehamilan tua dan dengan posisi yangtidak aman
d) Pola eliminasi
Utuk mengetahui frekuensi BAB dan BAK serta output cairan.
Pada ibu hamil dengan PPI biasanya disebabkan oleh adanya
infeksi saluran kemih atau bakterinuria ( Wiknjosasttro, 2010).
e) Perokok dan pemakai obat-obatan
Untuk mengetahui apakah ada kebiasaan merokok dan
mengkonsumsi obat-obatan serta alkohol. Pada ibu dengan PPI
biasanya perokok berat atau lebih dari 10 batang/hari (Wiknjsastro,
2010).
b) Data Obyektif
Data Obyektif menggambarkan dokumentasi hasil pemeriksaan fisik, hasil
laboratorium dan pemeriksaan diagnostik lain yang dilakukan sesuai dengan
beratnya masalah. Catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang lain yang
dapat dimasukkan dalam data obyektif ini. Data ini akan memberikan bukti gejala
klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis untuk mendukung
asuhan sebagai langkah kedua dalam SOAP (Saminem, 2010).
1. Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum : Untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah
baik,sedang atau buruk.
b) Kesadaran : Untuk mengetahui tingkat kesadaran yaitu composmentis,
apatis, samnolen, atau koma. Normalnya kesadaran composmentis
c) Tekanan darah : Untuk mengetahui tekanan darah ibu, normal tekanan
darah adalah 120/80 mmHg. Pada ibu hamil dengan PPI biasanya
mengalami anemia selama kehamilannya (Nugroho, 2010).
d) Suhu : Apakah ada peningkatan suhu atau tidak. Normalnya suhu tubuh
adalah 35,6 0 C - 37,60 C . pada ibu dengan PPI adanya demam yang akut
(Oxorn, 2010).
e) Denyut nadi : Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam menit.
Batas normal 60-100x/menit.
f) Respirasi : Untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang dihitung dalam
1menit. Batas normal dalam 1 menit adalah 16-24 x/menit.
g) Berat badan : Untuk mengetahui adanya kenaikan berat badan selama
hamil. Penambahan berat badan rata-rata 0,3-0,5 kg/ minggu. Tetapi nilai
normal untuk penambahan berat badan selama kehamilan 9-12 kg
h) Tinggi badan : Untuk mengetahui tinggi badan ibu hamil, kurang dari
145cm atau tidak, termasuk resiko tinggi atau tidak
i) Lila : Untuk mengetahui lingkar lengan atas ibu, normalnya 23,5 cm
2. Pemeriksaan fisik
a) Kepala
1) Rambut : Untuk menilai warna, ketebalan, distribusi merata atau tidak.
2) Muka : Keadaan muka pucat atau tidak, adakah kelainan atau tidak,
adakah oedema atau tidak.
3) Mata : Conjungtiva warna pucat atau kemerahan, skelera putih atau
tidak.
4) Hidung : Untuk mengetahui ada tidaknya polip.
5) Telinga : Bagaimana keadaan daun telinga, liang telinga, bentuk telinga,
dan posisinya.
6) Mulut : Untuk mengetahui apakah mulut bersih dan kering, ada
carries,dan karang gigi atau tidak.
c) Leher
Untuk mengetahui apakah ada pembesaran vena juguluris, pembesaran
kelenjar limfe dan tyroid.
d) Dada dan axilla
1) Mamae : Untuk mengetahui bentuk payudara dan pigmentasi puting,
puting susu menonjol, benjolan abnormal dan kolostrum
2) Axilla : Adakah tumor atau benjolan, adakah nyeri tekan atau tidakd)
Ekstremitas Untuk mengetahui apakah ada oedema atau tidak, terdapat
varicess atau tidak, reflex patella + / -
3) Pemeriksaan khusus obstetric
1. Inspeksi
Untuk mengetahui pembesaran perut sesuai usia kehamilan, bentuk
abdomen,linea alba / nigra, striae albkan / lividae, kelainan dan
pergerakan janin.
2. Palpasi
a) Tinggi fundus uteri :
Untuk mengetahui TFU dengan cara menggunakan pita ukur,
dilakukan pengukuran dengan menempatkan ujung pita ukur
pada tepi atas sympisis pubis dan tetap menjaga pita ukur
agar tetap menempel pada dinding abdomen dan diukur
jaraknya kebagian atas fundus uteri. Pada ibu hamildengan
PPI tinggi fundus uteri pada usia kehamilan 20 minggu
sepusat atau16-18 cm, usia kehamilan 28 minggu 24-26 cm,
usia kehamilan 32 minggu28-30 cm, usia kehamilan 36
minggu 32-34 cm
Leopold I : Menentukan TFU dan bagian apa yang terdapat
pada fundus ibu.
Leopod II : Menentukan apa yang terdapat disebelah kanan
dan kiri perutibu
Leopold III : Menentukan bagian apa yang terdapat dibawah
perut ibu danapakah sudah masuk PAP atau belum
Leopold IV : Menentukan seberapa jauh bagian terendah
janin masuk PAP(pada primipara masuk PAP pada usia
kehamilan 36 minggu dan pada multipara saat persalinan)
a) HIS / Kontraksi : Untuk mengkaji frekuensi, lamanya dan
kekuatan kontraksi. Pada ibu dengan partus prematurus
iminens terjadinya kontraksiuterus yang teratur dengan
jarak 7-8 menitatau kurang atau 2-3 kali dalamwaktu 10
menit sekali atau 1-2 kali (Wiknjosastro, 2010).
b) Tafsiran berat : Untuk memperkirakan berat badan janin.
Pada ibu dengan partus prematurus iminens tafsiran berat
janin adalah < 2500 gram.
c) Pemeriksaan dalam anogenital
a) Vulva/vagina
Untuk mengetahui adakah edema, varises, luka,
kemerahan atau tidak, pembesaran kelenjar bartolini,
ada pengeluarann pervaginam atau tidak,ada
pembukaan atau tidak, penipisan, presentasi, selaput
ketuban masih utuh atau tidak dan sudah sejauh mana
penurunan kepala. Pada ibu hamil dengan PPI adanya
pengeluaran lendir kemerahan atau cairan pervaginam.
Pada pemeriksaan dalam, pendataran 50-80 % atau
lebih, pembukaan 2cm atau lebih (Saefuddin, 2009).
b) Perineum
Untuk mengetahui ada bekas luka atau tidak, ada
keluhan atau tidak.
c) Anus
Untuk mengetahui ada hemoroid atau tidak, ada
kelainan atau tidak.
3. Pemeriksaan penunjang
Dilakukan untuk mendukung penegakan diagnosa. Pada kasus
partus prematurus imminens data yang diperlukan adalah berupa
USG (tebalserviks 2 cm), keadaan air ketuban, CTG (kesejahteraan
janin), CRP (> 0,7mg / ml ), leokosit dalam air ketuban (20 / ml
atau lebih), leukosit dalamserum ibu (>13.000 / ml), kultur urine,
pemeriksaan gas dan pH darah janin.
4. Analisa data
Merupakan kesimpulan dari data subjektif dan objektif. Analisa
pada partus prematurus iminens yaitu : Ny. “.....’’, G .... P .... A ....
umur < 20 tahun atau > 35 tahun, usia kehamilan 20-37 minggu,
janin gameli, keadaan ibu dan bayi baik / buruk.
5. Penatalaksanaan dan Evaluasi
Merupakan rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan
analisis data serta evaluasi dari tindakan yang telah dilakukan,
seperti:
1) Menginformasikan hasil pemeriksaan dan rencana asuhan,
ibumengerti dengan apa yang diinformasikan.
2) Konseling tentang partus prematurus iminens, ibu memahami
apa yang dimaksud dengan partus prematurus, tanda gejalanya
dan komplikasi yang terjadi.
3) Menganjurkan ibu untuk istirahat total agar kehamilannya dapat
dipertahankan, ibu mau mengikuti anjuran untuk beristiahat
total.
4) Memberikan terapi sesuai dengan indikasi dan instruksi dokter.
Misalnya pemberian :
a) Kortikosteroid untuk pematangan paru
Betamethason : 12 mg selang 2x24 jam
Dexamethason : 5mg tiap 12jam, IM, sampai 4dosis
b) Antibiotik : 2 g ampicillin, IV
c) Memberikan Tokolitik
Kalsium antagonis : 10mg nofedipin, diulang tiap 5 menit
maksimal 40mg/6jam.
Golongan Beta-mimetik
5) Memantau keadaan janin, keadaan janin baik.
6) Memantau kontraksi, DJJ dan apabila upaya tokolitik tidak
berhsil, lakukan pemantauan kemajuan persalinan.
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN

PADA NY. “F” G1P0A0 UK 24 MINGGU

I. PENGKAJIAN
Tanggal : 29 November 2022
Jam : 20.20 WIB
Tempat : Rawat Inap RSU Aghisna Medika Kroya
A. Subjektif
1. Identitas Klien
Nama Ibu : Ny. F Nama ayah : Ny. A
Umur : 26 tahun Umur : 30 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan swasta Pekerjaan : Karyawan swasta
Alamat : Kroya 30/7 Alamat : Kroya 30/7

2. Alasan datang
Ibu mengatakan saat ini sedang hamil anak pertama dan hari perkiraan lahir 16
maret 2023, dan hari pertama haid terakhir 09 Juni 2022. Ibu mengatakan
perutnya terasa kenceng-kenceng sejak jam 03.00 WIB dan mengeluarkan flek
darah berwarna merah kecoklatan sejak sehari yang lalu. Ibu merasa cemas
dengan keadaannya sekarang.
3. Keluhan utama
Ibu mengatakan perutnya terasa kenceng-kenceng sejak jam 03.00 WIB dan
mengeluarkan flek darah berwarna merah kecoklatan sejak sehari yang lalu
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat yang Lalu
Ibu mengatakan dahulu tidak memiliki penyakit menular dan menurun, seperti
penyakit jantung, hipertensi, diabetes militus, ginjal, hepatitis, anemia, TBC,
dan asma.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan dahulu tidak memiliki penyakit menular dan menurun, seperti
penyakit jantung, hipertensi, diabetes militus, ginjal, hepatitis, anemia, TBC,
dan asma.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dahulu tidak memiliki penyakit menular dan menurun, seperti
penyakit jantung, hipertensi, diabetes militus, ginjal, hepatitis, anemia, TBC,
dan asma.
5. Riwayat Obstetric
a. Riwayat Menstruasi
1) Menarche : 12 tahun
2) Siklus : 28 hari
3) Lama : 4-7 hari
4) Banyak : 4-5 x ganti pembalut (penuh)
5) Dismenorhae : tidak ada
6) Flour albus : tidak ada
7) HPHT : 09 Juni 2022
8) HPL : 16 Maret 2023
b. Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Kehamilan yang ke 2 Pernah melahirkan 1 abortus 0
No Kehamilan Persalinan H/M,
. L/P Sht/Skt,
Persalinan
Hamil ke-

Frekuensi

Kehamila

Penolong
Penyulit

Penyulit

+ Umur
Tahun

Nifas
ANC

Jenis
Usia

BB anak
1 Hamil Ini
c. Riwayat Kehamilan Sekarang
1) TM I : ANC 1X ; tempat di Puskesmas
PP tes : positif; 01 Juli 2022
Keluhan/masalah : mual muntah
Obat/Suplementasi : asam folat 1x1, B6 3x1
Imunisasi/Penkes yang didapat : Makan sedikit tapi sering
2) TM II : ANC 2X; tempat di RS
Gerakan janin pertama kali: lebih dari 10 gerakan dalam 12 jam sejak usia
kehamilannya 5 bulan
Keluhan/masalah : tidak ada
Obat/suplementasi : Fe 1x1, B6 3X1
Imunisasi/Penkes yang didapat : Istirahat yang cukup
6. Riwayat KB
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan KB
7. Riwayat Perkawinan
Umur menikah : 22 tahun
Status Perkawinan : menikah
Pernikahan Ke 1 : lamanya 4 tahun
Hubungan dengan suami : baik
8. Pola Kehidupan Keseharian
a. Pemenuhan Nutrisi
1) Sebelum Hamil 2) Peerubahan Selama Hamil
a) Makan a) Makan
Frekuensi : 3 x sehari Frekuensi : 3 x sehari @sedang
@sedang Jenis : Nasi, daging, sayur
Jenis : Nasi, daging, Camilan : tidak ada
sayur Pantangan : tidak ada
Camilan : tidak ada b) Minuman
Pantangan : tidak ada Jumlah total: 10 gelas sehari
b) Minuman Jenis : air putih
Jumlah total : 8 gelas sehari Susu : 1 gelas sehari
Jenis : air putih Jenis susu : susu sapi

b. Eliminasi
2) Perubahan Selama hamil
1) Sebelum hamil
a) Buang Air Kecil
a) Buang Air Kecil
Frekuensi : 6 x sehari
Frekuensi : 5 x sehari
Keluhan/masalah : tidak ada
Keluhan/masalah : tidak ada
b) Buang Air Besar
b) Buang Air Besar
Frekuensi : 1 x sehari
Frekuensi : 1 x sehari
Konsitensi : lembek
Konsistensi : lembek
Keluhan/masalah : tidak ada
Keluhan/masalah : tidak ada

c. Personal hygiene
1) Sebelum hamil 2) Perubahan selama hamil
- Mandi : 2 x sehari - Mandi : 2 x sehari
- Keramas : 3 x - Keramas : 2 x
seminggu seminggu
- Gosok gigi : 2 x sehari - Gosok gigi : 2 x sehari
- Ganti pakaian : 2 x sehari - Ganti pakaian : 3 x sehari
- Celana dalam : 2 x sehari - Celana dalam : 4 x sehari

d. Hubungan Seksual
1) Sebelum hamil : 3 x seminggu tidak ada contact bleeding
2) Perubahan selama hamil : selama hamil ibu tidak melakukan hubungan
seksual
e. Istirahat/tidur
1) Sebelum hamil 2) Perubahan selama hamil
Tidur malam : 6-7 jam Tidur malam : 7-8 jam
Istirahat siang : 1 jam Istirahat siang : 1 jam

f. Aktivitas fisik dan olahraga


1) Sebelum hamil
Ibu mengatakan bekerja dan melakukan semua pekerjaan rumah
2) Perubahan selama hamil
Ibu mengatakan bekerja dan melakukan pekerjaan rumah dibantu ibu
kandung
g. Kebiasaan yang merugikan Kesehatan
Merokok : tidak ada
Minuman beralkohol : tidak ada
Obat-obatan : tidak ada
Jamu : tidak ada
9. Data Psikososial – Spiritual – Kultural – Ekonomi
a. Kehamilan ini diharapkan oleh ibu dan suami
b. Respon dan dukungan keluarga terhadap kehamilan ini senang
c. Mekanisme koping : musyawarah
d. Ibu tidak tinggal serumah dengan suami, karena suami bekerja di luar kota
e. Ibu tidak memiliki hewan peliharaan
f. Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah suami
Dalam kondisi emergensi, ibu dapat mengambil keputusan sendiri
g. Orang terdekat ibu : ibu kandung
Yang menemani ibu kunjungan ANC : ibu kandung
h. Adat istiadat yang dilakukan ibu berkaitan dengan kehamilan : tidak ada
i. Tempat persalinan yang diinginkan : puskesmas
j. Penghasilan perbulan cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok setiap hari dan
biaya persalinan
k. Praktik agama yang berhubungan dengan kehamilan
Ibu taat menjalankan ibdaha; menurut agama islam
Ibu memiliki kebiasaan puasa
Keyakinan ibu tentang pelayanan Kesehatan : ibu dapat menerima segala
bentuk pelayanan Kesehatan yang diberikan oleh nakes Wanita maupun pria.
h. Tingkat pengetahuan ibu : ibu ingin mengetahui cara mengurangi rasa nyeri
akibat kenceng-kenceng pada perutnya.
B. Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x /menit
Suhu : 36°C
RR : 21 x /menit
BB sekarang : 62 kg
TB : 160 cm
LILA : 26,5 cm
2. Status Present
Rambut : bersih, tidak mudah rontok
Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih
Hidung : tidak ada pembesaran polip
Mulut : gigi bersih, tidak ada caries gigi
Telinga : tidak ada serumen berlebih
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis
Dada dan mamae
- Inspeksi : tidak ada sesak nafas, tidak ada retraksi otot
pernafasan
- Palpasi : ketiak tidak ada pembesaran kelenjar limfe
- Palpasi : mamae tidak ada pembesaran dan tidak ada nyeri
tekan
Abdomen : tidak ada bekas luka operasi, tidak ada pembesaran hepar,
limpa, dan ginjal
Ekstremitas
Atas : tidak oedema, tidak varices, tidak ada sianosis dibawah kuku
Bawah : oedema, tidak varices, refleks patella +/+
Genitalia eksterna & anus
Tidak ada lecet, memar dan lesi lain pada kulit genitalia, tidak ada edema
vulva.
Anus : tidak hemoroid
3. Status Obstetric
a. Inspeksi
Muka : tidak ada cloasma gravidum
Mammae : tegang, hiperpigentasi areola, papilla menonjol, kolostrum
belum keluar
Abdomen : membesar sesuai usia kehamilan, memanjang, ada strie
gravidum
Genitalia : ada pengeluaran pervaginam berupa flek darah berwarna
coklat kehitaman ±1 cc

b. Palpasi
Leopold :
Leopold I : TFU 2 jari diatas pusat. Bagian fundus teraba bulat, lunak dan
melenting (bokong)
Leopold II : Perut bagian kiri teraba bagian-bagian kecil (ekstremitas)
Perut bagian kanan teraba ada tahanan memanjang (punggung)
Leopold III : bagian terbawah teraba bulat, kerasa dan tidak melenting
(kepala) masih bisa digoyangkan.
Leopold IV : Konvergen
HIS : 1 x 10”
TFU menurut mc. Donald : 20 cm
Taksiran berat janin : (20-12) x 155 = 1240 gram
c. Auskultasi
Frekuensi DJJ : 140X/menit, teratur
Letak punctum maksimum kanan bawah pusat
4. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal : 29 November 2022 Pukul :20.30 WIB
a) Pemeriksaan Laboratorium
Leukosit : 19,870 ml
Eritrosit : 2,820,000 µL
HB : 12,00 gr/Dl
GDS : 80 mg/Dl
Golongan darah : B (+)
HBSAg : Non reaktif
b) Pemeriksaan USG
BPD / biparietal diameter : 6,2 cm

AC / abdominal circumference : 20,7 cm

FL / femur length : 4,5 cm

EFW / estimated fetal weight : 630 gram


GA / gestasional age : 24 minggu 5 hari

EDD /estimated due date : 24 – 03 -2023

II. INTERPRETASI DATA


DIAGNOSA KEBIDANAN : Ny. F usia 26 tahun G 1P0A0 Umur Kehamilan 24
minggu dengan Partus Prematurus Imminens
Data dasar
DS :
1. Ibu mengatakan ini kehamilan pertamanya dan belum pernah keguguran
2. Ibu mengatakan mengeluarkan flek darah dari jalan lahirnya
3. Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir tanggal 09 Juni 2022
4. Ibu mengatakan merasakan kenceng-kenceng sejak jam 03.00 WIB
D0 :

a. Keadaan umum : baik


Kesadaran : composmentis
TTV : TD : 110/70 mmHg
N : 80x/menit
Suhu : 36°C

RR : 21x/menit
b. Inspeksi
Muka : tidak ada cloasma gravidum
Mammae : tegang, hiperpigentasi areola, papilla menonjol, kolostrum belum
keluar
Abdomen : membesar sesuai usia kehamilan, memanjang, ada strie gravidum
Genitalia : tidak ada pengeluaran pervaginam
c. Palpasi
Leopold I : TFU 2 jari diatas pusat. Bagian fundus teraba bulat, lunak dan
melenting (bokong)
Leopold II : Perut bagian kiri teraba bagian-bagian kecil (ekstremitas)
Perut bagian kanan teraba ada tahanan memanjang (punggung)
Leopold III: bagian terbawah teraba bulat, kerasa dan tidak melenting (kepala)
masih bisa digoyangkan.
Leopold IV: Konvergen
TFU menurut mc. Donald : 20 cm
Taksiran berat janin : (20-12) x 155 = 1240 gram
DJJ : 140X/menit, teratur
Letak punctum maksimum kanan bawah pusat
Perdarahan : flek darah berwarna coklat kehitaman ±1 cc
III. DIAGNOSA POTENSIAL
a. Pada Ibu : Perdarahan pasca persalinan
b. Pada janin : fetal distress, asfiksia, kematian dalam Rahim
IV. KEBUTUHAN, TINDAKAN SEGERA, KONSULTASI DAN KOLABORASI
Kolaborasi dengan dokter Sp.OG :
- Injeksi Dexamethason 5 mg/1 ampul setiap 12 jam secara IM
- Injeksi Cefotaxime 3 x 1 gr setiap 8 jam secara IV
- Emobion 1x1 tablet
- Nifedipine 3x10 mg tablet
- Pasang infus RL 20 tpm
V. PERENCANAAN
Tanggal : 29 November 2022 Pukul : 20.30 WIB
1. Beritahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan
2. Lakukan kolaborasi dengan dokter Sp.OG
3. Lakukan observasi keadaan ibu dan janin
4. Anjurkan ibu untuk bed rest
5. Berikan ibu support mental dan spiritual
6. Anjurkan pada keluarga dan ibu agar tetap mendapat asupan nutrisi
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 29 November 2022 Pukul : 20.35 WIB
1. Memberitahu ibu keadannya saat ini, bahwa dia mengalami partus premature
iminens, yaitu suatu keadaan kehamilan dimana terjadi persalinan sebelum
waktunya/sebelum janin matang, namun keadaan ini masih bias dipertahankan
sehingga ibu tidak perlu cemas akan kehamilan ini.
2. Melakukan kolaborasi dengan dokter Sp.OG. Advis dokter :
a. Pasang infus RL 20 tpm
b. Memberikan terapi, berupa
- Injeksi Dexamethason 5 mg/1 ampul setiap 12 jam secara IM
- Injeksi Cefotaxime 3 x 1 gr setiap 8 jam secara IV
- Emobion 1x1 tablet
- Nifedipine 3x10 mg tablet
3. Memberi ibu support mental dan spiritual bahwa ibu dan janin dalam keadaan
baik-baik saja selama dalam penanganan dokter dan bidan yang berjaga, serta
minta ibu dan keluarga untuk banyak berdoa.
4. Mengobservasi keadaan ibu dan janin
5. Menganjurkan ibu untuk bed rest dan tidak banyak melakukan aktifitas ataupun
turun dari tempat tidur jika ingin BAK menggunakan pispot
6. Menganjurkan ibu atau keluarga untuk memberi makan atau minum agar
nutrisinya tercukupi
VII. EVALUASI
Tanggal : 29 November 2022 Pukul : 20.40 WIB
1. Ibu dan keluarga mengerti tentang kondisinya saat ini sehingga harus dilakukan
perawatan
2. Infus RL telah dipasang ditangan kiri ibu, injeksi dexamethasone 5 mg/1 ampul
dosis pertama telah diberikan secara IM. Nifidipine 10 mg tablet dan emibion 1x1
tablet telah diberikan. Injeksi cefotaxime 3 x 1 gr setiap 8 jam sekali telah
diberikan secara IV.
3. Ibu merasa tenang setelah diberi support
4. Ibu mengerti jika tidak boleh melakukan banyak aktifitas dan harus bed rest
5. Kolaborasi telah dilaksanakan
DATA PERKEMBANGAN I

Tanggal : 29 November 2022 Pukul : 08.30 WIB

Subyektif :

 Ibu mengatakan hamil anak ke pertama


 Ibu mengatakan masih mengeluarkan flek darah dari jalan lahirnya
 Ibu mengatakan masih merasakan kenceng-kenceng
Obyektif :

 Keadaan umum : cukup


 TTV : TD : 110/80 mmHg
N : 85x/menit
R : 20X/menit
S : 36,5°C
 Pemeriksaan fisik
Muka : bersih, simteris, tidak pucat, tidak oedema
Mata :bersih, simteris, sklera putih, konjungtiva merah muda
Abdomen :
LI : TFU 2 jari diatas pusat. Bagian fundus teraba bulat, lunak dan
melenting (bokong)
L II : Perut bagian kiri teraba bagian-bagian kecil (ekstremitas)
Perut bagian kanan teraba ada tahanan memanjang (punggung)
L III : bagian terbawah teraba bulat, kerasa dan tidak melenting (kepala)
masih bisa digoyangkan.
L IV : Konvergen
DJJ : 135x/menit
His : 1 x 10”
Genitalia : ada pengeluaran pervaginam berupa flek darah ±1 cc
Assesment :

Ny. F usia 26 tahun G1P0A0 Umur Kehamilan 24 minggu 1 hari dengan Partus
Prematurus Imminens.

Planning :

a. Pukul 08.35 WIB Memberitahu ibu keadaannya saat ini bahwa kondisi bayi dalam
keadaan baik
b. Pukul 08.40 WIB Melanjutkan terapi dari dokter Sp.OG
c. Pukul 08.45 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap bedrest total
d. Pukul 08.50 WIB Mengobservasi keadaan ibu dan janin
Evaluasi :

a. Pukul 08.40 WIB Ibu telah mengetahui kondisinya dan janinnya


b. Pukul 08.50 WIB Ibu bersedia untuk bedrest total
c. Pukul 09.00 WIB Ibu dan janin telah di observasi
Keadaan umum : cukup
Kesadaran : composmentis
DJJ : 135 x/menit
Perdarahan : flek darah berwarna coklat kehitaman ±1 cc
Vital sign : TD : 110/80 mmHg
N : 85x/menit
R : 20X/menit
S : 36,5°C
d. Memberikan terapi sesuai advis dokter
 Pukul 04.30 WIB Memberikan nifedipine 3x10 mg tablet dan Injeksi
cefotaxime 3 x 1 gram secara IV
 Pukul 09.00 WIB Injeksi dexamethasone 5 mg secara IM setiap 12 jam sekali
dosis kedua
 Pukul 12.30 WIB Memberikan nifedipine 3x10 mg tablet dan Injeksi
cefotaxime 3 x 1 gram secara IV
 Pukul 20.00 WIB Memberikan emibion 1 x 1 tablet, nifedipine 3x10 mg
tablet, Injeksi cefotaxime 3 x 1 gram secara IV
 Pukul 21.00 WIB Injeksi dexamethasone 5 mg secara IM setiap 12 jam sekali
dosis ketiga

DATA PERKEMBANGAN II

Tanggal : 30 November 2022 Pukul : 09.00 WIB

Subyektif

 Ibu mengatakan merasa keadaannya lebih baik dari kemarin


 Ibu mengatakan kenceng-kenceng sudah jarang
Obyektif

 Keadaan umum : cukup


Kesadaran : composmentis
Vital sign : TD : 120/80 mmHg
N : 80x/menit
R : 20X/menit
S : 36,5°C
 Pemeriksaan fisik
Muka : bersih, simteris, tidak pucat, tidak oedema
Mata :bersih, simteris, sklera putih, konjungtiva merah muda
Abdomen :
LI : TFU 2 jari diatas pusat. Bagian fundus teraba bulat, lunak dan
melenting (bokong)
L II : Perut bagian kiri teraba bagian-bagian kecil (ekstremitas)
Perut bagian kanan teraba ada tahanan memanjang (punggung)
L III : bagian terbawah teraba bulat, kerasa dan tidak melenting (kepala)
masih bisa digoyangkan.
L IV : Konvergen
DJJ : 140x/menit
His : 1 x 10”
Genitalia : flek darah berwarna coklat kehitaman ±1 cc
Assesment :

Ny. F usia 26 tahun G1P0A0 Umur Kehamilan 24 minggu 2 hari dengan Partus
Prematurus Imminens.

Planning :

a. Pukul 09.01 WIB Memberitahu ibu keadaannya saat ini bahwa kondisi ibu baik dan
kondisi janin dalam keadaan baik dengan denyut jantung 140x/menit
b. Pukul 09.05 WIB Melanjutkan terapi dari dokter Sp.OG
c. Mengobservasi keadaan ibu dan janin
Evaluasi :

a. Ibu telah mengetahui kondisinya dan janinnya


b. Memberikan terapi sesuai advis dokter
 Pukul 04.30 WIB Memberikan nifedipine 3x10 mg tablet dan Injeksi
cefotaxime 3 x 1 gram secara IV
 Pukul 09.00 WIB Injeksi dexamethasone 5 mg secara IM setiap 12 jam sekali
dosis keempat
 Pukul 12.30 WIB Memberikan nifedipine 3x10 mg tablet dan Injeksi
cefotaxime 3 x 1 gram secara IV
 Pukul 20.00 WIB Memberikan emibion 1 x 1 tablet, nifedipine 3x10 mg
tablet, Injeksi cefotaxime 3 x 1 gram secara IV
 Pukul 21.00 WIB Injeksi ketiga dexamethasone 5 mg secara IM setiap 12 jam
sekali
c. Ibu dan janin telah diobservasi
Keadaan umum : cukup
Kesadaran : composmentis
Vital sign : TD : 120/80 mmHg
N : 80x/menit
R : 20X/menit
S : 36,5°C
DJJ : 140x/menit
HIS : 1 x 10”
Perdarahan : tidak ada
DATA PERKEMBANGAN III

Tanggal : 1 Desember 2022 Pukul : 09.00 WIB

Subyektif

1. Ibu mengatakan sudah tidak merasakan kenceng-kenceng


2. Ibu mengatakan sudah tidak mengeluarkan flek darah
3. Ibu mengatakan keadaannya lebih baik serta tidak ada keluhan
Obyektif

 Keadaan umum: baik


Kesadaran : composmentis
Vital sign : TD : 120/80 mmHg
N : 80x/menit
R : 20X/menit
S : 36,5°C
 DJJ : 130x/menit
Assesment

Ny. F usia 26 tahun G1P0A0 Umur Kehamilan 24 minggu 3 hari dengan Partus
Prematurus Imminens.
Planning

a. Pukul 09.00 WIB Memberitahu ibu keadaannya saat ini bahwa kondisi ibu dan janin
baik dan hari ini diperbolehkan untuk pulang
b. Pukul 09.02 WIB Menganjurkan ibu untuk istirahat total di rumah dan tidak
melakukan aktivitas/pekerjaan yang berat
c. Pukul 09.05 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi obat sesuai dengan
anjuran terapi
d. Pukul 09.10 WIB Mempersiapkan ibu untuk pulang dan menganjurkan ibu untuk
kontrol 1 minggu lagi. Melakukan aff infus
Evaluasi

a. Pukul 09.02 WIB Ibu telah mengetahui kondisinya dan janinnya


b. Pukul 09.05 WIB Ibu bersedia melakukan anjuran yang telah diberikan
c. Pukul Pukul 04.30 WIB Memberikan nifedipine 3x10 mg tablet dan Injeksi
cefotaxime 3 x 1 gram secara IV
d. Pukul 09.20 WIB Aff infus telah dilakukan.
e. Pukul 09.30 WIB Ibu bersedia untuk melakukan control ulang 1 minggu lagi atau jika
ada keluhan. Ibu pulang pukul 11.00 WIB

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini penulis akan membandingkan antara hasil studi kasus dengan teori-
teori. Teori yang di sajikan dapat mendukung atau bertentangan dengan kasus di lahan.
Sehingga dari hal itu penulis dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan atau kesenjangan
tersebut menggunakan langkah-langkah manajemen kebidanan yaitu pengkajian, interpretasi
data, diagnosa potensial, tindakan segera, rencana tindakan, pelaksanaan dan evaluasi.

A. Pengkajian
Menurut teori pengkajian adalah data yang di peroleh dari berbagai sumber, baik
sumber primer (pasien) maupun sumber sekunder (anggota keluarga atau tenaga
kesehatan lain) (sari, 2012).
Pada data subyektif di dapatkan keluhan utama ibu kenceng kenceng. Pada langkah
ini tidak terdapat kesenjangan antara teori maupun praktik dilahan.
Pada pemeriksaan penunjang menurut teori di lakukan USG (Nugroho,2012). Pada
kasus Ny. F dilakukan pemeriksaan USG. Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan
antara teori dengan praktik di lahan yaitu di lakukan pemeriksaan USG.
B. Interpretasi Data
Identifikasi terhadap diagnosis, masalah dan kebutuhan pasien berdasarkan
interpretasi data yang benar atas data-data yang telah di kumpulkan
(sulistiyawati,2009).
Masalah dari kasus Ny. F adalah ibu merasa cemas karena perutnya terasa kencang-
kencang tapi belum waktunya untuk melahirkan. Kebutuhan yang diperlukan Ny. F
yaitu memberi support mental kepada ibu agar ibu tidak cemas dalam menghadapi
persalinan. Pada langkah ini tidak ada kesenjangan antara teori dengan kasus.

C. Diagnosa Potensial
Pada langkah ini diidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian
masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila
memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap siap apabila hal tersebut benar benar
terjadi (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Pada kasus Ny. F dengan kehamilan PPI diagnosa potensial pada ibu perdarahan pada
bayi terjadi fetal distress dan IUFD. Pada langkah ini penulis tidak menemukan adanya
kesenjangan antara teori dan kasus dilahan.

D. Tindakan Segera
Pada langkah ini mengidentifiksi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh
bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan lain sesuai kondisi pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Menurut teori tindakan segera pada ibu hamil dengan PPI adalah kolaborasi dengan
dokter SpOG untuk penanganan.
Pada kasus Ny. F tindakan segera yang dilakukan untuk mencegah terjadinya
komplikasi adalah melakukan pemantauan keadaan ibu dan janin setiap 15 menit dan
kemajuan persalinan setiap 4 jam. Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG.

E. Rencana Tindakan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh berdasarkan langkah
sebelumnya. Semua perancanaan yang dibuat harus berdasarkan pertimbangan yang
tepat, meliputi pengetahuan, teori yang up to date, perawatan berdasarkan bukti
(evidance based care),serta divalidasikan dengan asumsi mengenai apa yang diinginkan
dan tidak diinginkan oleh pasien (Sulistyawati,2009).

F. Pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana sebelumnya, baik
terhadap masalah pasien maupun diagnosa yang telah ditetapkan.

G. Evaluasi
Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni dengan melakukan
evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan oleh bidan (Sari, 2012).
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Persalinan prematur merupakan suatu keadaan disertai tanda-tanda persalinan
yang berlangsung pada usia kehamilan sebelum 37 minggu. Partus Prematurus
Imminens (PPI) merupakan ancaman persalinan prematur yang kemungkinan dapat
dilakukan penundaan persalinan dengan kriteria tertentu. PPI pada usia kehamilan 24-
25 minggu dapat dilakukan penundaan persalinan dengan pemberian terapi
dexamethasone.. Hal ini dilakukan untuk menunggu pematangan paru yang akan
matang pada usia kehamilan 24 minggu sehingga mengurangi angka gangguan
pernafasan neonatal. Pada usia kehamilan setelah 24 minggu tidak direkomendasikan
pemberian tokolitik dan kortikosteroid sesuai dengan pemaparan dalam guidline
RCOGH (Royal College of Obstericians and Gynaecologies). bahwa penanganan
persalinan preterm merekomendasikan tidak perlu menggunakan agen tokolitik jika
tidak terdapat bukti yang jelas yang akan meningkatkan outcome pada terjadinya
persalinan preterm. Pemberian terapi tokolitik dan kortikosteroid pada partus
prematurus imminens umur kehamilan setelah 24 minggu memiliki faktor risiko
terjadi gawat janin akibat adanya penurunan aliran darah uteroplasenta dan
meningkatkan angka persalinan premature
B. Saran
1) Untuk Bidan Rumah Sakit
Bidan sebagai tanaga kesehatan sangat berperan dalam menurunkan angka
kematian ibu dan, oleh karena itu bidan perlu meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat.
2) Untuk klien dan keluarga
Di sarankan ibu selalu optimis dengan penyembuhan penyakitnya dan untuk
keluarga di sarankan selalu memberikan dukungan mental dan materi kepada
ibu.
3) Untuk Institusi
Di sarankan institusi pendidikan dapat memanfaatkan laporan kasus ini
sebagai bahan kajian terhadap materi asuhan pelayanan kebidanan serta
referensi bagi mahasiswa dalam memahami pelaksanaan asuhan kebidanan
pada kegawatdaruratan maternal neonatal, dapat mengaplikasikan materi yang
telah di berikan dalam proses perkuliahan serta mampu memberikan asuhan
kebidanan secara menyeluruh yang bermutu dan berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA

Benson, Ralph C. 2012. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC

Bobak IM., Deitra LL., Margaret DJ., Shannon EP. 2005. Buku Ajar Keperawatan

Maternitas. Jakarta: EGC

Estiwidani D., Niken M., hesty W., Yani W. 2008. Konsep Kebidanan, Yogyakarta:

Fitramaya

Hani U., Jiarti k., Marjati., Rita Y. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis.

Jakarta: Salemba Medika

Hariadi, R. 2004. Ilmu Kedokteran Fetomaternal. Surabaya: Himpunan Kedokteran

Fetomaternal Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.


Johnson R., Wendy T. 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta: EGC

Kemenkes RI, 2016. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI

Kusmiyati Y., Heni PW., Sujiyantini. 2010. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya

Anda mungkin juga menyukai