TINJAUAN PUSTAKA
I. KEHAMILAN GAMELLI
A. Definisi
Kehamilan merupakan hal fisiologis yang terjadi pada seorang wanita. Kehamilan
kembar terdiri atas dua janin atau lebih. Kebanyakan adalah kehamilan kembar
dua (hampir 98%). Ibu dan janin pada kasus kehamilan kembar lebih berisiko
risiko pada janin. Bahaya bagi ibu tidak begitu besar, tetapi wanita dengan
hasil yang memuaskan bagi ibu dan janin. Menurut Mochtar Rustam kehamilan
ganda atau kembar adalah kehamilan dengan dua jenis janin atau lebih.1,3
B. Epidemiologi
saat ini. Tahun 2009, 16 wanita per 1000 persalinan di England dan wales
3
memiliki kehamilan ganda dibandingkan dengan 10 wanita dari 1000 pada tahun
1980.1
C. Klasifikasi
a. Satu telur dengan 2 inti, Hambatan pada tin hambatan pada tingkat
blastula :
4
b. Hambatan pada tingkat segmentasi
Conjoined twins atau kembar siam adalah kembar dimana janin melengket
kepala) dan sebagainya. Banyak kembar siam telah dapat dipisahkan secara
dikeluarkan dalam ovulasi yang sama pada dua kali koitus yang dilakukan pada
c. Faktor keturunan
E. Patofisiologi
Kembar dizigot berarti dua telur matang dalam waktu bersamaan, lalu
dibuahi oleh sperma. Akibatnya, kedua sel telur itu mengalami pembuahan dalam
waktu bersamaan. Sedangkan kembar monozigot berarti satu telur yang dibuahi
sperma, lalu membelah dua. Masa pembelahan inilah yang akan berpengaruh pada
kondisi bayi kelak. Masa pembelahan sel telur terbagi dalam empat waktu, yaitu 0
– 72 jam, 4 – 8 hari, 9-12 dan 13 hari atau lebih. Pada pembelahan pertama, akan
terjadi diamniotik yaitu rahim punya dua selaput ketuban, dan dikorionik atau
rahim punya dua plasenta. Sedangkan pada pembelahan kedua, selaput ketuban
tetap dua, tapi rahim hanya punya satu plasenta. Pada kondisi ini, bisa saja terjadi
salah satu bayi mendapat banyak makanan, sementara bayi satunya tidak.
selaput ketuban dan plasenta masing-masing hanya sebuah, tapi bayi masih
membelah dengan baik. Pada pembelahan keempat, rahim hanya punya satu
plasenta dan satu selaput ketuban, sehingga kemungkinan terjadinya kembar siam
cukup besar. Pasalnya waktu pembelahannya terlalu lama, sehingga sel telur
menjadi berdempet. Jadi kembar siam biasanya terjadi pada monozigot yang
pembelahannya lebih dari 13 hari. Dari keempat pembelahan tersebut, tentu saja
6
yang terbaik adalah pembelahan pertama, karena bayi bisa membelah dengan
sempurna. Namun, keempat pembelahan ini tidak bisa diatur waktunya. Faktor
7
Gambar 2. Skema pembentukan kembar menurut jenisnya.8
Pada hamil kembar sering terjadi kesalahan presentasi dan posisi kedua
janin. Begitu pula letak janin kedua dapat berubah setelah janin pertama lahir,
misalnya dari letak lintang berubah jadi letak sungsang atau letak kepala.
Berbagai kombinasi letak, presentasi dan posisi bisa terjadi yang paling sering
dijumpai adalah:3
8
1) Kedua janin dalam letak membujur, presentasi kepala (44-47 %).
Letak dan presentasi 69 adalah letak yang berbahaya karena dapat terjadi kunci-
mengunci (interlocking).
Gambar 2.5 Jenis dan frekuensi letak serta presentasi kehamilan kembar
kelihatan lebih besar dari yang diharapkan sesuai dengan lamanya amenorrhea,
pertumbuhan uterus lebih cepat dari normal, penambahan berat badan ibu yang
mencolok yang tidak disebabkan oleh edema atau obesitas, banyak bagian kecil
9
teraba. Diagnosis pasti kehamilan dapat ditentukan dengan: teraba dua kepala atau
dua bokong, dua denyut jantung janin yang didengarkan pada waktu bersamaan
oleh pemeriksa mempunyai selisih frekuensi paling sedikit 10 denyut per menit,
persalinan lahirnya lebih dari satu bayi merupakan bukti yang positif.9
hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan ketuban pecah dini, presentasi janin
abnormal, dan prolaps tali pusat. Secara umum, komplikasi tersebut dapat
Hartono, dkk (2006:852-897) beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada janin
1) Prematuritas
uterus. Sekitar 20% bayi dari kehamilan multipel merupakan bayi dengan berat
lahir rendah.
10
2) Hyalin Membrane Disease (HMD)
Bayi kembar yang dilahirkan sebelum usia kehamilan 35 minggu dua kali
lebih sering menderita HMD dibandingkan dengan bayi tunggal yang dilahirkan
pada usia kehamilan yang sama. HMD atau yang dikenal sebagai Respiratory
Distres Syndrom (RDS) adalah penyebab tersering dari gagal nafas pada bayi
prematur. Terjadi segera setelah atau beberapa saat setelah bayi lahir. Ditandai
dengan sukar bernafas, cuping hidung, retraksi dinding dada dan sianosis yang
menetap dalam 48-96 jam pertama kehidupan. Prevalensi HMD didapatkan lebih
hanya satu bayi dari sepasang bayi kembar yang menderita HMD, maka bayi
mengalami asfiksia saat kelahiran atau depresi perinatal dengan berbagai sebab.
Prolaps tali pusat, plasenta previa, dan ruptur uteri dapat terjadi dan
menyebabkan asfiksia janin. Kejadian cerebral palsy 6 kali lebih tinggi pada
bayi kembar dua dan 30 kali lebih sering pada bayi kembar tiga dibandingkan
dengan janin tunggal. Bayi kedua pada kehamilan kembar memiliki resiko
trimester pertama jauh lebih tinggi daripada insiden kembar saat lahir. Kehamilan
11
kembar sekarang diperkirakan terjadi pada 12 persen di antara semua konsepsi
spontan, tetapi hanya 14 persen di antaranya yang bertahan sampai aterm. Pada
sebagian kasus, seluruh kehamilan lenyap, tetapi pada banyak kasus, satu janin
yang meninggal atau sirna (vanish) dan kehamilan berlanjut sebagai kehamilan
tunggal. Pada 21-63% konsepsi kembar meninggal atau sirna (vanish) pada
trimester kedua. Keadaan ini dapat menyebabkan kelainan genetik atau kelainan
20% berat badan pada sindrom ini. Kematian kembar donor dalam uterus dapat
mengakibatkan trombus fibrin di seluruh arteriol yang lebih kecil milik kembar
resipien. Hal ini kemungkinan diakibatkan oleh transfusi darah yang kaya
6) Kembar Siam
12
jenis kembar siam, yaitu:
selalu terlibat dalam kasus ini. Bila jantung hanya satu, harapan hidup baik
ini biasanya hanya memiliki satu hati, sistem pencernaan, dan organ-organ
lain.
terpisah.
kedua janin dapat terhambat. Semakin banyak jumlah janin yang terbentuk, maka
Untuk kepentingan ibu dan janin perlu diadakan pencegahan terhadap pre-
dini dan penanganan dapat dikerjakan dengan segera. Pemeriksaan antenatal dapat
13
Pemeriksaan kehamilan setiap 2 minggu pada usia kehamilan 34 – 36
minggu
Istirahat baring dianjurkan lebih banyak karena hal itu menyebabkan aliran
pemeriksaan ulangan harus lebih sering (1× seminggu pada kehamilan lebih
dari 32 minggu)
Pemakaian korset gurita pada perut yang tidak terlalu ketat diperbolehkan,
14
II. PARTUS PREMATURUS IMINENS (PPI)
A. Definisi
kehamilan 20-37 minggu dengan berat lahir jann 500-2500 gram. Pemicu obstetri
yang mengarah pada PPI antara lain: (1) persalinan atas indikasi ibu ataupun
janin, baik dengan pemberian induksi ataupun seksio sesarea; (2) PPI spontan
dengan selaput amnion utuh; dan (3) PPI dengan ketuban pecah dini, terlepas
apakah akhirnya dilahirkan pervaginam atau melalui seksio sesarea. Sekitar 30-
35% dari PPI berdasarkan indikasi, 40-45% PPI terjadi secara spontan dengan
selaput amnion utuh, dan 25-30% PPI yang didahului ketuban pecah dini.2,12
polihidramnion
b) Ibu : DM, pre eklampsia, HT, ISK, infeksi dengan demam, kelainan bentuk
15
a) Faktor resiko mayor : Kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus,
lebih dari 10 batang perhari, riwayat abortus pada trimester II, riwayat
C. Diagnosis
1. Usia kehamilan antara 20 dan 37 minggu atau antara 140 dan 259 hari,
setiap 7-8 menit sekali, atau 2-3 kali dalam waktu 10 menit,
rasa tekanan intrapelvik dan nyeri pada punggung bawah (low back pain),
16
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk mendukung ketepatan
diagnosis PPI :
darah janin.
2. USG untuk mengetahui usia gestasi, jumlah janin, besar janin, kativitas
biofisik, cacat kongenital, letak dan maturasi plasenta, volume cairan tuba
D. Penatalaksanaan
yaitu:13,14,15
>34 minggu
- Penyebab persalinan
17
1. Pemberian tokolisis (penghambat persalinan)
dilanjutkan tiap 8 jam sampai kontraksi hilang. Obat dapat diberikan lagi
kecil. Salbutamol, dengan dosis per infus: 20-50 μg/menit, sedangkan per
oral: 4 mg, 2-4 kali/hari (maintenance) atau terbutalin, dengan dosis per
Namun obat ini jarang digunakan karena efek samping yang dapat
edema paru, letargi, nyeri dada, dan depresi pernafasan (pada ibu dan
bayi).
18
samping yang lebih kecil daripada indometasin. Sedangkan nimesulide
12 jam.
A. Definisi
terjadi transfusi darah intrauterin dari janin ke janin yang lain pada kehamilan
kantong dan oligohidramnion pada kantong yang lainnya pada suatu kehamilan
ganda monochorionik-diamniotik.16
B. Epidemiologi
kehamilan kembar monochorion dan menyebabkan kematian pada lebih dari 17%
19
dari seluruh kehamilan kembar. Bila tidak diberikan penanganan yang adekuat, >
80% janin dari kehamilan tersebut akan mati intrauterin atau mati selama masa
neonatus.1
C. Klasifikasi
1. TTTS tipe berat, biasanya terjadi pada awal trimester ke II, umur
kehamilan 16– 18 minggu. Perbedaan ukuran besar janin lebih dari 1,5
2. TTTS tipe sedang, terjadi pada akhir trimester II, umur kehamilan 24–30
minggu. Walaupun terdapat perbedaan ukuran besar janin lebih dari 1,5
hidrops.
20
3. TTTS tipe ringan, terjadi secara perlahan pada trimester III.
Hb berbeda lebih dari 5 gr%. Ukuran besar janin berbeda lebih dari 20%.
morbiditas dan mortalitas janin pada kedua tipe ini sangat berbeda. Angka
1. Tipe akut. Jika terjadi transfusi darah secara akut/tiba-tiba dari satu janin ke
janin yang lain, biasanya pada trimester III atau selama persalinan dari
dengan berat badan lahir yang sama. Transfusi dari kembar pertama ke
kembar kedua saat kelahiran kembar pertama. Namun demikian, bila tali
pusat kembar pertama terlambat dijepit, darah dari kembar yang belum
2. Tipe kronik. Biasanya terjadi pada kehamilan dini (umur kehamilan 12–26
minggu). Kasus tipe ini merupakan yang paling bermasalah karena bayinya
syndrome seperti hydrops. Tanpa terapi, sebagian besar bayi tidak dapat
bertahan hidup atau bila survival, akan timbul kecacatan. Walaupun arah
21
transfusi darah menuju kembar resipien, tetapi trombus dapat secara bebas
D. Patofisologi
TTTS terjadi akibat aliran satu arah melalui anastomosis arteriovena. Darah
dipakai bersama oleh resepien (gambar 1). Jika pertukaran oksigen di vilus korion
telah selesai maka darah teroksigenasi meninggalkan kotiledon melalui suatu vena
22
plasenta pada kembar resipien. Jika tidak terkompensasi, aliran satu arah ini
Sindrom transfusi antar kembar yang secara klinis sering bersifat kronis dan
donor menjadi oliguria akibat berukrangnya perfusi ginjal. Janin donor mengalami
meningkatnya produksi urin. Cairan amnion yang hamper tidak ada dikantong
donor menghambat gerakan janin, menghasilkan istilah desktiptif stuck twin attau
paru pada satu kembar, dan ketuban pecah dini dan gagal jantung pada yang
satunya.17
E. Diagnosis
>3mm pada umur kehamilan 10-14 minggu, hasil crown-rump length (CRL) yang
buruk pada salah satu janin, polihidramnion pada janin resipien dan
oligohidramnion pada janin donor. Jumlah air ketuban diukur dengan maximum
23
vertical pocket (MVP). Berdasarkan ultrasonografi, Quintero at al membagi
vesika urinaria masih tampak dan polihidramnion pada janin resipien MVP
8 cm atau lebih.
Stage II : stage I dengan vesika urinaria janin donor yang tidak tampak.
Stage III : pemeriksaan aliran darah (Doppler velocimetry) pada tali pusat
dan ductus venosus janin akan tampak gambaran abnormal (pada salah satu
atau kedua janin). Pada arteri umbilikalis akan didapatkan tidak adanya
gambaran aliran diastolik atau terbalik, gambaran ini biasa didapatkan pada
janin donor. Pada ductus venosus, didapatkan diastolik yang hilang atau
terbalik. Gambaran ini biasa didapatkan pada janin resipien dengan awal
Stage IV : satu atau kedua janin menunjukkan gejala hidrops, yang berarti
effusion). Hasil ini sebagai bukti adanya kegagalan fungsi jantung dan
24
F. Tatalaksana
seperti yang terjadi pada kondisi berat, dan janin yang hidup berisiko untuk
terjadinya komplikasi neurologi terutama jika salah satu janin meninggal in utero,
dan juga akan mempercepat terjadinya hipotensi pada janin lainnya oleh karena
agonal transfusi antara janin. Pada kasus dimana terjadi kematian salah satu janin,
kematian janin oleh karena kerusakan non selektif pembuluh darah pada
kotiledon plasenta. Dari semua penelitian sampai saat ini, menajemen yang paling
1. Reduction amniocentesis
melewati dinding perut ibu (Gambar 6).Jumlah air ketuban yang dikeluarkan
bervariasi berdasarkan volume awal air ketuban pada janin resipien, umur
25
kehamilan dan adanya kontraksi uterus selama prosedur tindakan. Pada umumnya
tidak lebih dari 3 liter pada setiap kali prosedur dan diselesaikan dalam waktu
keseimbangan dalam jumlah air ketuban pada kedua kantung amnion janin dan
dilakukan pada TTTS stadium I-II yang timbul pada akhir kehamilan. Akan tetapi
sampai dengan minggu dimana jumlah air ketuban kembali mencapai berlebihan.
Prosedur ini dirasakan tidak efektif pada TTTS stadium III dan IV. Komplikasi
dari prosedur berulang ini yaitu termasuk persalinan prematur 3%, ketuban pecah
dini 6%, infeksi sejumlah 1% dan pelepasan dini plasenta (abruptio plasenta)
dengan angka rata-rata persalinan pada umur kehamilan 29-30 minggu dengan
survival rate dilaporkan sejumlah 18%- 83%, dimana 56% nya dengan TTTS
lanjut dengan luaran satu janin hidup tanpa kerusakan otak. Mendekati 20%- 25%
dari janin TTTS yang hidup didapatkan memiliki gangguan pertumbuhan jangka
panjang.4
26
2. Septostomi
dilakukan dengan cara membuat lubang kecil pada membran pemisah, yang akan
berfungsi sebagai tempat lewatnya cairan amnion dari satu kantung amnion ke
Komplikasi terapi ini meliputi pecahnya selaput pemisah, terjadi pertautan tali
3. Terapi laser
Terapi laser (dipelopori Dr. Julian De Lia dkk dari Amerika Serikat)
kembar resipien. Fetoskop dan laser dilewatkan melalui endoskop. Dengan bantuan
USG dan petunjuk pada video realtime , laser digunakan untuk mengkoagulasi atau
27
Gambar 2.9 Selective laser ablation of the placenta anastomosis vessel
4. Selektif feticide
sebelum umur kehamilan 25 minggu. Cara yang dipergunakan berupa ligasi tali
pusat dengan bantuan USG dan injeksi larutan NaCl kedalam kavum perikardial
5. Pemakaian digoksin
namun sering tidak berhasil oleh karena digoksin tidak dapat melewati plasenta
28