PENDAHULUAN
A. Data Umum
1. Keadaan Geografis
wilayah kerja Puskesmas Alalak Tengah 4,45 Km2, dan wilayah kerja Puskesmas
Adapun batas wilayah kerja Puskesmas Alalak Tengah adalah sebagai berikut:
Pangeran
1
2
Alalak Selatan
dengan daerah yang padat penduduk atau tidak, mengetahui berbatasan dengan
meter diatas permukaan laut dengan curah hujan rata-rata 2000-3000 mm/tahun.
Kondisi tanah sebagian terdiri dari rawa-rawa. Sebagian besar wilayah Kelurahan
Alalak Tengah dan Kelurahan Alalak Utara merupakan dataran rendah dan dilalui
ISPA yang merupakan salah satu penyakit terbanyak di puskesmas Alalak Tengah.
Selain itu penyakit Diare, DBD (Demam Berdarah Dengue) yang cenderung
kerja puskesmas dari yang terjauh ± 20 menit. Seluruh wilayah kerja puskesmas
Puskesmas sebagian besar sudah di aspal, namun karena terletak di dalam komplek
dan jauh dari mulut jalan sehingga agak sulit untuk menemukan bagi pasien yang
2. Distribusi Penduduk
Data penduduk pada tahun 2018, di wilayah kerja Puskesmas Alalak Tengah
Tabel 1.1 Data Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Alalak Tengah Tahun 2018
Kelurahan Jumlah
Alalak Tengah 10.017 jiwa
Alalak Utara 25.200 jiwa
Total 35.217 jiwa
(Sumber: Profil Puskemas Alalak Tengah tahun 2018)
atas luas wilayah sehingga di dapat jumlah penduduk tiap 1 km2. Menurut undang-
Tabel 1.2 Kepadatan Penduduk di Wilayah Kerja PKM Alalak Tengah Tahun
2018
No Kelurahan Luas Banyaknya Kepadatan (/Km2)
(Km2) Penduduk
1 Alalak Tengah 1.15 10.017 jiwa 8.710,4
2 Alalak Utara 3.30 25.200 jiwa 7.636,3
Total 4.45 35.217 jiwa 7.913,9
(Sumber: Kantor Statistik Banjarmasin tahun 2018)
tergolong dalam sangat padat karena melebihi 401 orang/km2 (8.710,4 orang/km2
adalah 35.217 jiwa dengan perincian berdasarkan wilayah kerja Puskesmas sebagai
berikut :
5
Tabel 1.3 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas
Alalak Tengah Tahun 2018
Jumlah Penduduk
Jumlah
No Kelurahan
(jiwa)
Laki-Laki Perempuan
20,000
0
Kel. Alalak Tengah Kel. Alalak Utara
b. Berdasarkan Agama
Tabel 1.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Wilayah Kerja Puskesmas Alalak
Tengah Tahun 2018
No Agama Jumlah
Alalak Tengah Alalak Utara
1 Islam 9.973 24.637
2 Kristen Katolik 7 61
3 Kristen Protestan 15 290
4 Hindu 2 27
5 Budha 3 54
Dari data ini, dapat membantu kita dalam hal pelaksanaan program
agama yang mendominasi adalah Islam sehingga media yang dapat dimanfaatkan
untuk pelaksaan penyuluhan bisa dilakukan di masjid dengan tokoh alim ulama di
desa setempat.
paling banyak adalah lulusan SLTA. Kedua hal yang ini menjadikan adanya
promosi kesehatan, sehingga diperlukan strategi yang baik untuk mencapai tujuan
7
dengan kesehatan di wilayah masing-masing. Selain itu, hal tersebut juga berfungsi
pendidikan dan usia masyarakat yang nantinya mengarah pada materi penyuluhan
d. Berdasarkan Pekerjaan
wilayah kerja Puskesmas Alalak Tengah adalah adalah sebagai pekerja swasta
Usia Produktif 71 %
Dependency Ratio 57 %
Dari tabel diatas didapat usia produktif sebesar 71% yang artinya lebih dari
setengah dari mayoritas penduduk dalam usia produktif (usia 15-64 tahun).
Dependency ratio di kelurahan Alalak tengah adalah 57% yang artinya
perbandingan antara usia produktif dan tidak produktif di Kelurahan Alalak
tengah hampir sama. Hal ini dapat diartikan baik karena usia produktif yang
presentasinya lebih banyak dapat memiliki peluang untuk meningkatkan
pertumbuhan produktifitas masyarakat. Sedangkan sex adalah 101,78% dapat
diartikan jumlah laki-laki lebih banyak dibanding wanita, hal ini dapat dikatakan
baik dikarenakan laki-laki merupakan tulang punggung dari keluarga. Pada grafik
dibawah, dijelaskan kategori usia berdasar jenis kelamin.
Usia Produktif 75 %
Dependency ratio 38 %
Dari tabel diatas didapatkan usia produktif sebesar 75% yang artinya sebagian
besar penduduk di Kelurahan Alalak Tengah lebih dari setengah dari mayoritas
penduduk dalam usia produktif (usia 15-64 tahun). Dependency ratio di kelurahan
Alalak tengah adalah 38% yang artinya, perbandingan antara usia produktif dan
tidak produktif di Kelurahan Alalak tengah sangat berbeda. Hal ini dapat diartikan
kurang baik atau negatif karena usia produktif yang presentasinya lebih sedikit yang
masyarakat berkurang. Sedangkan sex ratio antara laki-laki dan perempuan adalah
101,52 % yang dapat diartikan jumlah laki-laki lebih banyak dibanding wanita, hal
ini dapat dikatakan baik dikarenakan laki-laki merupakan tulang punggung dari
Kelurahan Alalak Utara pada setiap kategori usia berdasarkan jenis kelamin.
11
Gambar 1.3. Grafik Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia di Wilayah Kerja Puskesmas
Alalak Tengah Tahun 2018
Gambar 1.4. Grafik Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia di Wilayah Kerja Puskesmas
Alalak Utara Tahun 2018
Usia produktif dalam suatu produktif yang dapat dihitung dengan rumus
berikut:
12
𝑃15−64
𝑈𝑠𝑖𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓 = 𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘
Keterangan:
P15-64 = Penduduk usia produktif (15-64 tahun)
Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui dependency ratio atau
𝑃0−14 + 𝑃65+
𝐷𝑒𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑛𝑐𝑦 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑥100%
𝑃15−64
Keterangan:
P0-14 = Penduduk usia muda (0-14 tahun)
P65+ = Penduduk usia lanjut (65 tahun ke atas)
P15-64 = Penduduk usia produktif (15-64 tahun)
Dependency ratio adalah perbandingan antara jumlah penduduk usia tidak
produktif (penduduk usia muda dan penduduk usia lanjut) dengan jumlah
Berdasarkan data yang tersedia, dapat dilakukan perhitungan sex ratio, yaitu
3. Sarana Prasarana
No Kelurahan Sekolah
PAUD SD SMP SMA UNIV/PT
1 Alalak Tengah 5 4 2 1 0
2 Alalak Utara 9 6 3 3 1
Jumlah 14 10 5 4 1
(Sumber:Laporan Tahunan Puskesmas Alalak Tengah Tahun 2018)
Tabel 1.11 Data Fasilitas Umum di Wilayah Kerja Puskesmas Alalak Tengah tahun 2018
No Fasilitas Umum Alalak Tengah Alalak Utara
1 Masjid 1 2
2 Langgar/ Mushola 13 18
3 Bengkel 1 3
4 Bangsaw 50 20
5 Industri Makanan 11 20
6 Pasar 2 1
7 Warung Makan 19 26
8 Kios 20 35
9 Warnet 3 7
10 Lapangan 1 3
Olahraga
a. Visi
b. Misi
berkeadilan
c. Moto Puskesmas
“ASRI”
Ruangan KIA
Ruangan Konsultasi Gizi
Ruangan Laktasi
Ruangan PKPR
WC umum dan WC pegawai
b. Gedung Puskesmas Lantai 2
Ruangan Kepala Puskesmas
Ruangan Tata Usaha
Ruangan laboratorium
Ruangan Kesehatan Lingkungan
Ruangan Poli Gigi
Ruangan dapur & WC pegawai
Ruangan aula pertemuan
1. Tenaga Kerja
Berikut adalah jumlah dan rincian tenaga kerja di Puskesmas Alalak Tengah
2. Sarana Prasarana
b. Posyandu Balita
c. Posyandu Lansia
d. Posbindu
e. Bangunan Fisik
Jumlah : 5 buah
f. Sarana Transportasi
Jumlah : 4 buah
Dari data di atas jumlah posyandu balita dan lansia disesuaikan dengan
jumlah balita dan lansia yang ada di wilayah kerja Puskesmas. Jumlah posyandu
ideal menurut Departemen Kesehatan yaitu 1 posyandu untuk 100 balita atau
lansia, di wilayah kerja sendiri jumlah balita ada sekitar 1481(2368) balita
sedangkan jumlah posyandu balita ada 15. Melihat data tersebut maka jumlah
posyandu ini sudah sesuai dengan pedoman dari departemen kesehatan. Jumlah
posyandu lansia yang berada di wilayah kerja puskesmas Alalak Tengah masih
belum ideal jika disesuaikan dengan literatur dari Depkes tentang posyandu,
dimana 1 posyandu untuk 100 lansia, Puskesmas Alalak Tengah hanya memiliki
3. Sumber Dana
Tahun 2018 dibiayai dari berbagai sumber penganggaran antara lain APBD Kota
Banjarmasin dan APBN. Untuk anggaran kesehatan bersumber dari APBD Kota
Banjarmasin pada Tahun 2018 sebesar Rp.151.338.000,- dan bersumber dari APBN
pada Tahun 2018 sebesar Rp. 440.457.000,-. Angsuran kesehatan dari BPJS/ JKN
f. Program Kerja
a. Penyuluhan PHBS
b. Penyuluhan
c. Posyandu
d. Pembinaan UKS
c. Pembinaan TPM
f. Inspeksi TPS
b. Drop Out K4 – K1
UKS/dokter kecil
a. CDR TB Paru
b. Kesembuhan TB Paru
c. Konversi TB Paru
l. Kasus diare ditangani oleh puskesmas dan kader dengan oral rehidrasi
standar
q. Laporan STP
4. Pelayanan tindakan
6. Pelayanan persalinan
7. Pelayanan kefarmasian.
8. Pelayanan laboraturium.
B. Data Khusus
Tabel 1.14 10 Penggunaan Obat Terbanyak di Puskesmas Alalak Tengah Tahun 2018
No Nama Obat Jumlah Pengeluaran
1 Paracetamol tablet 500 mg 34.840
2 Tablet tambah darah kombinasi 33.396
3 Amoksisilin kaplet 500 mg 19.158
4 Asam Askorbat (Vit C) Tablet 50 mg 18.990
5 Antasida doen tablet kombinasi 18.870
6 Kalsium Laktat (Kalk) tablet 500 mg 18.119
7 Deksametason tablet 0,5 mg 16.699
8 Gliseril Guayakolat tablet 100 mg 16.506
9 Asam Mefenamat kaplet 500 mg 13.657
10 Vitamin B Komplek tablet 11.490
Tabel 1.15 Kegiatan dan capaian upaya pokok Puskesmas Alalak Tengah tahun
2018
Penyehatan Tempat
Pembangunan Sampah
dan Limbah
1. Inspeksi Tempat
100% Sarana 1 1 100
Pembuangan Sampah
2. Inspeksi Tempat
100% Sarana - - -
Pembuangan Akhir
Penyehatan Lingkungan
Pemukiman dan JAGA
1. Pemeriksaan Penyehatan
Lingkungan pada NT 1632 1632 100
Perumahan
Pengawasan Sanitasi
TTU
1. Inspeksi Sanitasi
80% Sarana 144 40 27.78
TTU
2. Sanitasi TTU
56% Sarana 7 0 0
Memenuhi Syarat
Pengamanan Tingkat
Pengolahan Pestisida
1. Inspeksi Sanitasi Sarana
70% Sarana 0 0 0
Pengelolaan Pestisida
2. Pembinaan Tempat
70% Sarana 0 0 0
Pengelolaan Pestisida
Klinik Sanitasi
20% dari jumlah
1. Kunjungan Ke kunjungan
206 206 100
Klinik Sanitasi berbasis
lingkungan
Upaya KIA-KB
Target
Pencapaian Cakupan
Sasaran
Variabel Sub
(T) (H)
Variabel
(SV)
Kesehatan Ibu
1. Pelayanan Kesehatan
100%
Bagi Bumil Sesuai Standar 714 670 93.84
Bumil
untuk Kunjungan Lengkap
2. Drop Out K4-K1 10% Bumil 71 0 0.00
27
SMP dan
SMA UKS
E. Pelayanan Keluarga
Berencana
1. Akseptor KB Aktif di
70%/ PUS 2726 1202 77,1
Puskesmas (CU)
2. Akseptor Aktif MKET di
Orang (NT) 16 16 100
Puskesmas
3. Akseptor MKET dengan
Orang (NT) 0 0 0
komplikasi
4. Akseptor MKET
Orang (NT) 0 0 0
mengalami kegagalan
Target Target
Pencapaian Cakupan
Satuan Sasaran
Variabel Sub
(T) (H)
Variabel
(SV)
A. TB Paru
1. CDR ≥ 70% 84 26 30
2. Kesembuhan ≥ 85% 0 0 0
3. Konversi ≥ 80% 0 0 0
B. Malaria
2.Penderita + (positif)
malaria di obati sesuai 100% 0 0 0
standar
C. Kusta
4. Pencegahan dan
100% dari
Pemberantasan Penyakit 0 0 0
yang di obati
Kusta
D. Pelayanan Imunisasi
E. Diare
1. Penemuan Kasus Diare di <214/100
7316 381 5.21
Puskesmas dan Kader penduduk
2. Kasus diare ditangani oleh
puskesmas dan Kader dengan 100% 381 381 100
Oral Rehidrasi (ORALIT)
F. ISPA
1. Penemuan Kasus
Pneumonia dan Pneumonia ≥ 95% dari
636 123 19.34
Berat oleh puskesmas dan perkiraan
Kader
(10% dari
jumlah bayi)
2. Cakupan Penyelidikan
100% 83 83 100
Epidemiologi (PE)
H. Pencegahan dan
Penanggulangan PMS dan
HIV/ AIDS
I. Pencegahan dan
Penanggulangan Rabies
1. Cuci Luka terhadap Kasus
100% 0 0 0
Gigitan HPR
J. Pencegahan dan
Penanggulangan Fillariasis
dan Schistozomiasis
1. Kasus Filariasis yang
100% 0 0 0
ditangani
100%
ditangani
4. KLB - - -
dalam waktu
24 jam
Cakupan
Target
Pencapaian Sub
Variabel Target Satuan Sasaran Variabel
(H) Variabel
(T)
(SV) (V)
32
Tabel 1.16. Data rekapitulasi operasi timbang (OPTIM) pada bayi usia 0-23 bulan
di wilayah kerja Puskesmas Alalak Tengah Agustus 2019
Prevalensi:
Tabel 1.17. Data rekapitulasi operasi timbang (OPTIM) pada bayi usia 24-59
bulan di wilayah kerja Puskesmas Alalak Tengah Agustus 2019
1 Nusa Panida 2 5 7 0 3 4 7 0
2 Nusa Rahimah 4 5 11 0 4 6 9 1
3 Bahagia 8 14 15 2 10 10 19 0
4 Buana Permai 0 0 2 0 0 0 2 0
5 Damai 2 3 10 1 3 4 9 0
6 Melati 1 5 16 0 3 5 14 0
7 Nusa Dua 0 3 22 2 2 6 19 0
8 Nusa Indah 4 15 33 2 12 12 29 1
9 Pokbang AMD 0 1 10 0 0 1 10 0
10 Nusa Permai 4 3 23 1 8 3 20 0
11 Raga Sehat 0 1 19 0 0 1 19 0
12 Rahayu 1 6 16 1 3 4 17 0
13 Ruhui 3 1 8 0 6 1 4 1
14 Sentosa 0 3 24 0 2 3 22 0
Pokbang
15 0 2 5 0 0 2 5 0
Sudirapi
16 Sejahtera 2 9 36 2 3 13 29 4
Pokbang
17 0 4 10 0 1 1 12 0
Suryanata
18 Meranti 0 0 2 4 0 3 3 0
35
Prevalensi
Berdasarkan Tabel 1.16 dan Tabel 1.17 jumlah balita yang mengalami
stunting pada Agustus 2019 adalah 206 balita dengan jumlah balita 589 sehingga
didapatkan angka kejadian stunting pada balita di wilayah kerja Puskesmas Alalak
Tabel 1.18. Data rekapitulasi operasi timbang (OPTIM) pada bayi usia 0-59
bulan di wilayah kerja Puskesmas Alalak Tengah tahun 2018
13 Sentosa 3 3 30 2 7 2 29 0
14 Sejahtera 2 13 63 5 4 6 72 1
15 Meranti 0 2 32 0 1 0 32 1
Jumlah Balita di 30 113 475 18 61 69 500 6
Posyandu
Prevalensi:
Tabel 1.19. Data rekapitulasi operasi timbang (OPTIM) pada bayi usia 0-59 bulan
di wilayah kerja Puskesmas Alalak Tengah tahun 2017
Prevalensi:
C. Latar Belakang
Masalah Stunting atau anak pendek merupakan salah satu permasalahan gizi
World Health Organization (WHO) tahun 2017 menunjukkan 151 juta anak balita
mengalami stunting, 51 juta balita mengalami gizi kurang, dan 38 juta mengalami
overweight. Menurut United Nations Children’s Fund (UNICEF), pada tahun 2016
terdapat 22,9 persen, atau hampir satu dari empat anak berusia di bawah lima tahun
(balita) mengalami stunting. Lebih dari setengah balita yang mengalami stunting
tersebut tinggal di Benua Asia dan lebih dari sepertiga tinggal di Benua Afrika.
Berdasarkan Riskesdas 2013 terjadi peningkatan anak stunting dari 36,8% pada
tahun 2010 menjadi 37,2% pada tahun 2013. Selama 20 tahun terakhir, penanganan
Sedangkan menurut hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) 2015, sebesar 29%
balita Indonesia termasuk kategori pendek dengan persentase tiga provinsi tertinggi
angka kejadiannya, yaitu Nusa Tenggara Timur (41,2%), Sulawesi Barat (38,4%)
dan Kalimantan Selatan (37,2%). Pada tahun 2016 di Provinsi Kalimantan Selatan
kasus stunting sempat menurun menjadi 31,1% dan meningkat kembali pada tahun
standar antropometri penilaian status gizi anak adalah suatu keadaan dimana hasil
pengukuran Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut
Umur (TB/U) berada di antara -3 Standar Deviasi (SD) sampai -2 SD. Sangat
pendek (severe stunting) adalah keadaan dimana hasil pengukuran PB/U atau TB/U
di bawah -3 SD.4,5
Masalah kurang gizi dan stunting merupakan dua masalah gizi yang belum
dapat diselesaikan. Gangguan tumbuh kembang pada anak akibat kekurangan gizi
bila tidak mendapatkan intervensi sejak dini akan berlanjut hingga dewasa.
Untuk itu diperlukan pemenuhan gizi yang adekuat pada usia dini 6,7 Perbaikan gizi
39
dan penurunan angka prevalensi stunting menjadi salah satu prioritas pembangunan
nasional 2015-2019.1,6
faktor baik dari faktor orang tua, faktor anak, dan faktor lingkungan rumah tangga.
perkembangan anak dan mendukung upaya mengatasi masalah gizi pada anak.
Mencegah kekurangan gizi pada anak dimulai dengan ibu. Kesehatan ibu sangat
penting untuk masa depan kesehatan anaknya. Perkembangan seorang anak dalam
Stunting pada anak usia 24-59 bulan erat kaitannya dengan kejadian kurang
energi kronis (KEK) pada wanita usia subur 15-49 tahun, baik hamil (24,2%)
Berat Badan Lahir (BBL) anak dan pendapatan per kapita keluarga merupakan
penelitian Rohmatun (2014), balita yang tidak diberikan ASI eksklusif memiliki
risiko stunting 2,1 kali dibandingkan balita yang diberikan ASI eksklusif. Menurut
penelitian Ni’mah dan Nadhiroh (2015), pengetahuan ibu tentang gizi memiliki
hubungan yang bermakna dengan indeks status gizi TB/U pada balita. 8,9,10,11,12
Anak kerdil yang terjadi di Indonesia sebenarnya tidak hanya dialami oleh
rumah tangga/keluarga yang miskin dan kurang mampu, tetapi juga dialami oleh
keluarga/rumah tangga yang tidak miski yang berada di atas 40% tingkat
kesejahteraan sosial dan ekonomi.1,3 Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi
dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil
40
maupun anak balita. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi
prevalensi stunting oleh karenanya perlu dilakukan pada 1.000 Hari Pertama
Secara lebih detil, beberapa faktor yang menjadi penyebab stunting dapat
digambarkan sebagai berikut : 1). Praktek pengasuhan yang kurang baik, (termasuk
kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa
kehamilan, serta setelah ibu melahirkan. 2). Masih terbatasnya layanan kesehatan
termasuk layanan ANC-Ante Natal Care (pelayanan kesehatan untuk ibu selama
masa kehamilan) Post Natal Care dan pembelajaran dini yang berkualitas. 3).
makanan di Jakarta 94% lebih mahal dibanding dengan di New Delhi, India. Harga
akses ke makanan bergizi di Indonesia juga dicatat telah berkontribusi pada 1 dari
3 ibu hamil yang mengalami anemia. 4). Kurangnya akses ke air bersih dan
tangga di Indonesia masih buang air besar (BAB) diruang terbuka, serta 1 dari 3
rumah tangga belum memiliki akses ke air minum bersih. Beberapa penyebab
seperti yang dijelaskan di atas, telah berkontibusi pada masih tingginya pervalensi
terbagi menjadi dua, yaitu Intervensi Gizi Spesifik dan Intervensi Gizi Sensitif.
Kerangka pertama adalah Intervensi Gizi Spesifik yang ditujukan kepada anak
dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan berkontribusi pada 30%
pada sektor kesehatan. Intervensi ini juga bersifat jangka pendek dimana hasilnya
dapat dicatat dalam waktu relatif pendek. Kegiatan Intervensi Gizi Spesifik dapat
dibagi menjadi beberapa intervensi utama yang dimulai dari masa kehamilan ibu
kedua adalah Intervensi Gizi Sensitif. Kerangka ini idealnya dilakukan melalui
70% Intervensi Stunting. Sasaran dari intervensi gizi spesifik adalah masyarakat
secara umum dan tidak khusus ibu hamil dan balita pada 1.000 Hari Pertama
melalui beberapa kegiatan yang umumnya makro dan dilakukan secara lintas
Menyediakan dan memastikan akses terhadap air bersih. 2). Menyediakan dan
memastikan akses terhadap sanitasi. 3). Melakukan fortifikasi bahan pangan. 4).
Menyediakan akses kepada layanan kesehatan dan Keluarga Berencana (KB). 5).
orang tua. 8). Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Universal. 9).
seksual dan reproduksi, serta gizi pada remaja. 11). Menyediakan bantuan dan
jaminan sosial bagi keluarga miskin. 12). Meningkatkan ketahanan pangan dan gizi.
oleh Pemerintah Indonesia sebagai bagian dari upaya nasional untuk mencegah dan
308 (22,7%) anak balita stunting dari 139 anak balita. Dari data bulan Agustus 2019
dari Puskesmas Alalak Tengah sebanyak 139 balita yang mengalami stunting.
Dengan sebaran angka kejadian stunting tertinggi di posyandu Nusa Indah. Menurut
WHO, pendek menjadi masalah kesehatan masyarakat jika prevalensinya 20% atau
Disamping itu data Ibu hamil dengan kurang energi kronik (KEK) sebanyak
48 orang di tahun 2018. Kurangnya angka ASI eksklusif, capaian hanya sebesar
puskesmas memiliki peran yang besar dalam deteksi dini stunting. Melihat hal ini
perlu dilakukan intervensi berupa penyuluhan tentang gizi seimbang dan makanan
43
D. Tujuan Penulisan
agar angka stunting di Puskesmas Alalak Tengah menurun pada tahun 2019.