Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA NY.S


DENGAN DIAGNOSA MEDIS PERSALINAN GEMELLI
DI RUANG OPD RS PREMIER
SURABAYA

Oleh :
YURISTA PRAHESTI NINGRUM
1930094

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2020

1
LAPORAN PENDAHULUAN
PERSALINAN GEMILLI

A. Definisi
Kehamilan kembar ialah suatu kehamilan dengan dua janin atau lebih yang
ada didalam kandungan selama proses kehamilan. Bahaya bagi ibu tidak begitu
besar, tetapi wanita dengan kehamilan kembar memerlukan perhatian dan
pengawasan khusus bila diinginkan hasil yang memuaskan bagi ibu janin
(Wiknjosastro, 2007). Sedangkan menurut (Mochtar Rustam, 2012) kehamilan
ganda atau kembar adalah kehamilan dengan dua jenis janin atau lebih. Jadi,
kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dengan dua jenis janin atau lebih yang
ada didalam kandungan selama proses kehamilan.
B. Etiologi

Menurut Mellyna (2007) kehamilan gemelli dapat dipengaruhi oleh


beberapa faktor antara lain:

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah : bangsa, umur dan paritas sering


mempengaruhi kehamilan 2 telur
2. Faktor obat-obat induksi ovulasi profertil, domid dan hormon gonadotropin
dapat menyebabkan kehamilan dizigotik dan kembar lebih dari dua
3. Faktor keturunan
4. Faktor yang lain belum diketahui
Bangsa, hereditas, umur dan paritas hanya mempunyai pengaruh terhadap
kehamilan kembar yang berasal dari 2 telur, juga hormon gonadotropin yang
dipergunakan untuk menimbulkan ovulasi dilaporkan menyebabkan kehamilan
dizigotik. Faktor-faktor tersebut dan mungkin pula faktor lain dengan
mekanisme tertentu menyebabkan matangnya 2 atau lebih folikel de graff atau
terbentuknya 2 ovum atau lebih dalam satu folikel. Kemungkinan pertama
dibuktikan dan ditemukan 21 korpora lutea pada kehamilan kembar. Pada
fertilisasi in vitro dapat pula terjadi kehamilan kembar, jika telur-telur yang
diperoleh dapat dibuahi lebih dari satu, jika semua embrio yang kemudian
dimasukan kedalam rongga rahim ibu tumbuh berkembang lebih dari satu. Pada
kembar yang berasal dari satu telur, faktor bangsa, hereditas, umur dan paritas

2
tidak atau sedikit sekali mempengaruhi kehamilan kembar itu. Diperkirakan
disini sebabnya ialah faktor penghambat pada masa pertumbuhan dini hasil
konsepsi.

Faktor penghambat yang mempengaruhi segmentasi sebelum blastula


terbentuk,menghasilkan kehamilan kembar dengan 2 amnion, 2 korion dan 2
plasenta seperti pada kehamilan kembar dizigotik.

C. Patofisiologi

Menurut Manuaba (2007) kehamilan kembar dibagi menjadi dua.


Monozigot, kembar yang berasal dari satu telur dan dizigot kembar yang berasal
dari dua telur. Dari seluruh jumlah kelahiran kembar, sepertiganya adalah
monozigot. Kembar dizigot berarti dua telur matang dalam waktu bersamaan,
lalu dibuahi oleh sperma. Akibatnya, kedua sel telur itu mengalami pembuahan
dalam waktu bersamaan. Sedangkan kembar monozigot berarti satu telur yang
dibuahi sperma, lalu membelah dua. Masa pembelahan inilah yang akan
berpengaruh pada kondisi bayi kelak.

Masa pembelahan sel telur terbagi dalam empat waktu, yaitu 0 – 72 jam, 4
– 8 hari, 9-12 dan 13 hari atau lebih. Pada pembelahan pertama, akan terjadi
diamniotik yaitu rahim punya dua selaput ketuban, dan dikorionik atau rahim
punya dua plasenta. Sedangkan pada pembelahan kedua, selaput ketuban tetap
dua, tapi rahim hanya punya satu plasenta. Pada kondisi ini, bisa saja terjadi
salah satu bayi mendapat banyak makanan, sementara bayi satunya tidak.
Akibatnya, perkembangan bayi bisa terhambat. Lalu, pada pembelahan ketiga,
selaput ketuban dan plasenta masing-masing hanya sebuah, tapi bayi masih
membelah dengan baik.

Pada pembelahan keempat, rahim hanya punya satu plasenta dan satu
selaput ketuban, sehingga kemungkinan terjadinya kembar siam cukup besar.
Pasalnya waktu pembelahannya terlalu lama, sehingga sel telur menjadi
berdempet. Jadi kembar siam biasanya terjadi pada monozigot yang
pembelahannya lebih dari 13 hari. Dari keempat pembelahan tersebut, tentu saja
yang terbaik adalah pembelahan pertama, karena bayi bisa membelah dengan
sempurna. Namun, keempat pembelahan ini tidak bisa diatur waktunya. Faktor

3
yang mempengaruhi waktu pembelahan, dan kenapa bisa membelah tidak
sempurna sehingga mengakibatkan dempet, biasanya dikaitkan dengan infeksi,
kurang gizi, dan masalah lingkungan.

D. Tanda dan Gejala Kehamilan Gemelli

Menurut Dutton, dkk (2012) tanda dan gejala pada kehamilan kembar
adalah sebagai berikut:

1. Pada kehamilan kembar distensi uterus berlebihan, sehingga melewati batas


toleransinya dan seringkali terjadi partus prematurus. Usia kehamilan makin
pendek dan makin banyaknya janin pada kehamilan kembar.
2. Mual dan muntah berat karena HCG meningkat
3. Palpasi abdomen mendapatkan 3 atau lebih bagian tubuh yang besar
4. Auskultasi lebih dari satu denyut jantung yang terdengar jelas dan berbeda
(nonmaternal) lebih dari 10 denyut/menit. Kecurigaan meningkat jika
keluarga memiliki riwayat kehamilan kembar
5. Penggunaan stimulator ovulasi
6. Kebutuhan ibu akan zat-zat makanan pada kehamilan kembar bertambah
sehingga dapat menyebabkan anemia dan penyakit defisiensi lain.
7. Frekuensi hidramnion kira-kira sepuluh kali lebih besar pada kehamilan
kembar daripada kehamilan tunggal.
8. Frekuensi pre-eklamsia dan eklamsia juga dilaporkan lebih sering pada
kehamilan kembar.
9. Solusio plasenta dapat terjadi kemudian seperti sesak nafas, sering kencing,
edema dan varises pada tungkai bawah dan vulva.
E. Letak Janin

Menurut Mochtar Rustam (2012) pada hamil kembar sering terjadi


kesalahan presentasi dan posisi kedua janin. Begitu pula letak janin kedua dapat
berubah setelah janin pertama lahir, misalnya dari letak lintang berubah jadi
letak sungsang atau letak kepala. Berbagai kombinasi letak, presentasi dan posisi
bisa terjadi yang paling sering dijumpai adalah:

1. Kedua janin dalam letak membujur, presentasi kepala (44-47 %).


2. Letak membujur, presentasi kepala bokong (37-38 %).

4
3. Keduanya presentasi bokong (8-10 %).
4. Letak lintang dan presentasi kepala (5-5,3 %).
5. Letak lintang dan presentasi bokong (1,5-2 %).
6. Keduanya letak lintang (0,2-0,6 %).
7. Letak dan presentasi 69 adalah letak yang berbahaya karena dapat terjadi
kunci-mengunci (interlocking)Berbagai kombinasi letak, presentasi dan
posisi bisa terjadi dan yang paling sering dijumpai adalah :

Gambar 2.4 :

Jenis dan frekuensi letak serta presentasi kehamilan kembar


(Wiknjosastro, 2007)

F. Pemeriksaan Penunjang

5
Untuk mendiagnosa adanya suatu kehamilan kembar menurut Mochtar
(2012) dapat dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan sebagai berikut:

1. Anamnesa
a. Perut lebih buncit dari semestinya tua kehamilan
b. Gerakan janin lebih banyak dirasakan ibu hamil
c. Uterus terasa lebih cepat membesar
d. Pernah hamil kembar atau ada sejarah keturunan.
2. Inspeksi dan palpasi
a. Pada pemeriksaan pertama dan ulang ada kesan uterus lebih besar dan
cepat tumbuhnya dari biasa.
b. Teraba gerakan-gerakan janin lebih banyak
c. Banyak bagian-bagian kecil teraba
d. Teraba 3 bagian besar janin
e. Teraba 2 balotemen
3. Auskultasi
Terdengar 2 denyut jantung janin pada 2 tempat yang agak berjauhan
dengan perbedaan kecepatan sedikitnya 10 denyut per menit atau sama-
sama dihitung dan berselisih 10.
4. Rontgen foto abdomen, tampak gambaran 2 janin.
5. Ultrasonografi Tampak 2 janin, 2 jantung yang berdenyut telah dapat
ditentukan pada triwulan I.
6. Elektrokardiogram fetal
Diperoleh dua EKG yang berbeda dari kedua janin.
7. Reaksi kehamilan
Karena pada hamil kembar umumnya plasenta besar atau ada 2 plasenta,
maka produksi HCG akan tinggi. Jadi reaksi kehamilan bisa positif kadang-
kadang sampai 1/200. Hal ini dapat meragukan dengan molahidatidosa.
Kadangkala diagnosa baru diketahui setelah bayi pertama lahir, uterus
masih besar dan ternyata ada satu janin lagi didalam rahim. Kehamilan
kembar sering terjadi bersamaan dengan hidramnion dan toksemia
gravidarum.
G. Komplikasi

6
Dibandingkan dengan kehamilan tunggal, kehamilan multipel lebih
mungkin terkait dengan banyak komplikasi kehamilan. Komplikasi obstetrik
yang sering didapatkan pada kehamilan kembar meliputi polihidramnion,
hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan ketuban pecah dini, presentasi janin
abnormal, dan prolaps tali pusat. Secara umum, komplikasi tersebut dapat
dicegah dengan perawatan antenatal yang baik (Eisenberg, 2004). Menurut
Hartono, dkk (2006) beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada janin yang
dilahirkan pada kehamilan kembar diantaranya adalah:

1. Prematuritas
Janin dari kehamilan multipel cenderung dilahirkan preterm dan
kebanyakan memerlukan perawatan pada neonatal intensive care unit
(NICU). Sekitar 50 persen kelahiran kembar terjadi sebelum usia
kehamilan 37 minggu. Lamanya kehamilan akan semakin pendek dengan
bertambahnya jumlah janin di dalam uterus. Sekitar 20% bayi dari
kehamilan multipel merupakan bayi dengan berat lahir rendah.

2. Hyalin Membrane Disease (HMD)

Bayi kembar yang dilahirkan sebelum usia kehamilan 35 minggu dua kali
lebih sering menderita HMD dibandingkan dengan bayi tunggal yang
dilahirkan pada usia kehamilan yang sama. HMD atau yang dikenal
sebagai Respiratory Distres Syndrom (RDS) adalah penyebab tersering
dari gagal nafas pada bayi prematur. Terjadi segera setelah atau beberapa
saat setelah bayi lahir. Ditandai dengan sukar bernafas, cuping hidung,
retraksi dinding dada dan sianosis yang menetap dalam 48-96 jam pertama
kehidupan. Prevalensi HMD didapatkan lebih tinggi pada kembar
monozigotik dibandingkan dengan kembar dizigotik. Bila hanya satu bayi
dari sepasang bayi kembar yang menderita HMD, maka bayi kedua lebih
cenderung menderita HMD dibandingkan dengan bayi pertama

3. Asfiksia saat Kelahiran/Depresi Napas

Perinatal Bayi dari kehamilan multipel memiliki peningkatan frekuensi


untuk mengalami asfiksia saat kelahiran atau depresi perinatal dengan
berbagai sebab. Prolaps tali pusat, plasenta previa, dan ruptur uteri dapat

7
terjadi dan menyebabkan asfiksia janin. Kejadian cerebral palsy 6 kali
lebih tinggi pada bayi kembar dua dan 30 kali lebih sering pada bayi
kembar tiga dibandingkan dengan janin tunggal. Bayi kedua pada
kehamilan kembar memiliki resiko asfiksia saat lahir/dpresi napas
perinatal lebih tinggi.

4. Infeksi Streptococcus group B

Infeksi onset cepat Streptococcus group B pada bayi berat lahir rendah
adalah 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan
tunggal dengan berat badan yang sama.

5. Vanishing Twin Syndrome

Kemajuan teknologi ultrasonografi memungkinkan dilakukannya studi


sonografik pada awal gestasi yang memperlihatkan bahwa insiden kembar
trimester pertama jauh lebih tinggi daripada insiden kembar saat lahir.
Kehamilan kembar sekarang diperkirakan terjadi pada 12 persen di antara
semua konsepsi spontan, tetapi hanya 14 persen di antaranya yang
bertahan sampai aterm.Pada sebagian kasus, seluruh kehamilan lenyap,
tetapi pada banyak kasus, satu janin yang meninggal atau sirna (vanish)
dan kehamilan berlanjut sebagai kehamilan tunggal. Pada 21-63%
konsepsi kembar meninggal atau sirna (vanish) pada trimester kedua.
Keadaan ini dapat menyebabkan kelainan genetik atau kelainan
neurologik/defek neural tube pada janin yang tetap bertahan hidup.

6. Kelainan Kongenital/Akardia/Rangkaian Perfusi Balik Arteri pada Janin


Kembar (twin reverse-arterial-perfusion/TRAP)

Pada plasenta monokorionik, vaskularisasi janin biasanya tergabung,


kadang-kadang amat kompleks. Anastomosis vaskular pada plasenta
monokorionik dapat dari arteri ke arteri, vena ke vena atau arteri ke vena.
Biasanya cukup berimbang dengan baik sehingga tidak ada salah satu
janin yang menderita.Pada TRAP terjadi pirau dari arteri ke arteri plasenta,
yang biasanya diikuti dengan pirau vena ke vena. Tekanan perfusi pada
salah satu kembar mengalahkan yang lain, yang kemudian mengalami
pembalikan aliran darah dari kembarannya. Darah arteri yang sudah

8
terpakai dan mencapai kembar resipien cenderung mengalir ke pembuluh-
pembuluh iliaka sehingga hanya memberi perfusi bagian bawah tubuh dan
menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan tubuh bagian
atas. Gangguan atau kegagalan pertumbuhan kepala disebut akardius
asefalus. Kepala yang tumbuh parsial dengan alat gerak yang masih dapat
diidentifikasi disebut akardius mielasefalus. Kegagalan pertumbuhan
semua struktur disebut akardius amorfosa.

7. Twin-to-twin Transfusion Syndrome

Darah ditransfusikan dari satu kembaran (donor) ke dalam vena kembaran


lainnya (resipien) sedemikian rupa sehingga donor menjadi anemik dan
pertumbuhannya terganggu, sementara resipien menjadi polisitemik dan
mungkin mengalami kelebihan beban sirkulasi yang bermanifestasi
sebagai hidrops fetalis. Menurut ketentuan, terdapat perbedaan
hemoglobin 5 g/dl dan 20% berat badan pada sindrom ini. Kematian
kembar donor dalam uterus dapat mengakibatkan trombus fibrin di seluruh
arteriol yang lebih kecil milik kembar resipien. Hal ini kemungkinan
diakibatkan oleh transfusi darah yang kaya tromboplastin dari janin donor
yang mengalami maserasi. Kembar yang bertahan hidup mengalami
koagulasi intravaskular diseminata.

8. Kembar Siam

Apabila pembentukan kembar dimulai setelah cakram mudigah dan


kantung amniom rudimenter sudah terbentuk dan apabila pemisahan
cakram mudigah tidak sempurna, akan terbentuk kembar siam/kembar
dempet. Terdapat beberapa jenis kembar siam, yaitu:

a. Thoracopagus, bila kedua tubuh bersatu di bagian dada (30-40%).

Jantung selalu terlibat dalam kasus ini. Bila jantung hanya satu,
harapan hidup baik dengan atau tanpa operasi adalah rendah.

b. Omphalopagus, bila kedua tubuh bersatu di bagian perut (34%).


Umumnya masing-masing tubuh memiliki jantung masing-masing,
tetapi kembar siam ini biasanya hanya memiliki satu hati, sistem

9
pencernaan, dan organ-organ lain.

c. Xyphopagus, bila kedua tubuh bersatu di bagian xiphoid cartilage.

d. Pyopagus (iliopagus), bila bersatu di bagian belakang (19%).

e. Cephalopagus/craniopagus, bila bersatu di bagian kepala dengan


tubuh terpisah.

f. Intra Uterine Growth Retardation (IUGR)

Pada kehamilan kembar, pertumbuhan dan perkembangan salah satu


atau kedua janin dapat terhambat. Semakin banyak jumlah janin yang
terbentuk, maka kemungkinan terjadinya IUGR semakin besar.

H. Penanganan dalam Kehamilan

Untuk kepentingan ibu dan janin perlu diadakan pencegahan terhadap pre-
eklamsia dan eklamsia, partus prematurus dan anemia. Pemeriksaan antenatal
perlu diadakan lebih sering. Sehingga tanda-tanda pre-eklamsia dapat diketahui
dini dan penanganan dapat dikerjakan dengan segera.

Menurut Varney (2004) pemeriksaan antenatal dapat dilakukan antara lain:

1. Pemeriksaan kehamilan setiap 2 minggu pada usia kehamilan 34 – 36


minggu
2. Pemeriksaan kehamilan setiap minggu pada usia kehamilan >36 minggu
3. Pertumbuhan janin dipantau dengan USG setiap 3 – 4 minggu yang
dimulai pada usia kehamilan 20 minggu
Istirahat baring dianjurkan lebih banyak karena hal itu menyebabkan aliran
darah ke plasenta meningkat, sehingga pertumbuhan janin lebih baik.
Penanganan dalam Kehamilan Mochtar (2012)

1. Perawatan prenatal yang baik untuk mengenal kehamilan kembar dan


mencegah komplikasi yang timbul, dan bila diagnosis telah ditegakkan
pemeriksaan ulangan harus lebih sering (1× seminggu pada kehamilan
lebih dari 32 minggu)
2. Setelah kehamilan 30 minggu, koltus dan perjalanan jauh sebaiknya
dihindari, karena akan merangsang partus prematurus.
3. Pemakaian korset gurita pada perut yang tidak terlalu ketat diperbolehkan,

10
supaya terasa lebih ringan.
4. Periksa darah lengkap, Hb, dan golongan darah

I. WOC

11
FORMAT PENGKAJIAN POST PARTUM

UNIT KEPERAWATAN MATERNITAS

12
Tanggal masuk : 25 Juni 2020 Jam masuk : 22.10 WIB
Ruang/kelas : Kamar No :
Pengkajian tanggal : 26 Juni 2020 Jam : 07.00 WIB

A. IDENTITAS
1. Nama pasien : Ny. S Nama Suami : Tn. T
2. Umur : 29 th Umur : 34 th
3. Suku/ bangsa : Jawa Suku/ bangsa : Jawa
4. Agama : Islam Agama : Islam
5. Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
6. Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Supir
7. Alamat : Jl. Bendul merisi Alamat : Jl.
Bendul merisi
8. Status Pernikahan : 12 tahun

B. STATUS KESEHATAN SAAT INI


1. Keluhan utama saat ini : Ibu mengeluh merasakan nyeri perut
2. Riwayat Kondisi saat ini
Ibu datang ke IGD RS Premier pukul 22.10 WIB, Ibu mengeluh
merasakan nyeri perut tembus belakang disertai lendir dan darah (P:
ketika dipakai beraktivitas , Q: seperti di tusuk-tusuk benda tajam , R :
perut tembus ke punggung , S: 4 , T: hilang timbul semakin lama
semakin sakit), usia kehamilan ibu kurang lebih 10 bulan, tidak pernah
merasakan nyeri hebat selama hamil, ibu merasakan pergerakan janin
sejak usia kehamilan kurang lebih 4 bulan sampai sekarang dan teras
pada bagian kanan dan kiri perut ibu.
3. Diagnosa medik : G III P I A O, gestasi 39 minggu 6 hari, situs
memanjang, intra uterin, gemelli, keadaan ibu dan janin baik, inpartu
kala I fase aktif.

C. RIWAYAT KEPERAWATAN

1. RIWAYAT OBSTETRI :
a. Riwayat menstruasi :
 Menarche : umur 12 tahun
 Siklus : teratur ( v ) tidak ( )
 Banyaknya : ganti pembalut 2-3 kali sehari
 Lamanya: 6-7 hari
 Keluhan : tidak ada keluhan

13
b. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas :
Anak ke Kehamilan Persalinan Komplikasi nifas Anak
Umur
No Usia Penyulit Jenis Penolong Penyulit Laserasi Infeksi Perdarahan Jenis BB pj
kehamilan

I 10 Tahun - Tidak ada Normal Bidan Tidak ada Kelahiran Tidak ada Tidak ada Perempuan 3900 gr 50 cm
normal

II 2 Tahun - Tidak ada Normal Bidan Tidak ada Kelahiran Tidak ada Tidak ada Laki-laki
3700 gr 49 cm
normal

III Kehamilan 10 bulan - - - - - - - - - -


sekarang

c. Genogram :
D. RIWAYAT PERSALINAN DAN POST PARTUM SEKARANG
a. Keluhan kontraksi : ibu mengatakan nyeri perut tembus ke punggung
b. Pengeluaran pervaginan : ada pengeluaran darah dan lendir
c. Kala persalinan
Kala 1 : Ibu megeluh nyeri perut tembus belakang disertasi pelepasan
lendir dan darah. Sifat nyeri hilang timbul semakin lama semakin sakit
Kala 2 : Ibu mengatakan rasa sakit perut bertambah kuat, ibu merasa ada
tekanan pada anus perasaan ingin BAB.
Kala 3 : Ibu merasakan nyeri perut bagian bawah, Ibu bahagia dengan
kelahiran bayinya. Perdarahan ± 150 cc, plasenta belum terlepas
Kala 4 : Ibu merasakan nyeri perut bagian bawah, Ibu merasa lelah.
Perdarahan ± 100 cc pemantauan pertama dan 30 cc pada pemantauan ke
dua.

DATA BAYI

Bayi Tgl/Jam JK APGAR BB/PB/ Kelaina Suhu Anus Perawatan


Lingkar n tali pusat
kepala kepala
I 26-06-2020 / P 8/10 2085gr/ Tidak 36,6°C Terbuk Ada
04.15 WIB 43cm/ ada a
28cm
II 26-06-2020 / P 8/10 2010gr/ Tidak 36,7°C Terbuk Ada
04.30 WIB 43cm/ ada a
27cm

E. RIWAYAT KELUARGA BERENCANA :


a. Melaksanakan KB : ( V ) ya ( ) tidak
b. Bila ya jenis kontrasepsi apa yang digunakan : Suntik 3 bulan
c. Sejak kapan menggunakan kontrasepsi : Setelah kelahiran anak pertama
selama kurang lebih 2 tahun
d. Masalah yang terjadi : tidak ada

F. RIWAYAT KESEHATAN :
a. Penyakit yang pernah dialami ibu : Pernah rawat inap akibat demam
berdarah kurang lebih 1 minggu
b. Pengobatan yang didapat : perawatan di rumah sakit
c. Riwayat penyakit keluarga
( ) Penyakit Diabetes Mellitus
( ) Penyakit jantung
( V ) Penyakit hipertensi
( ) Penyakit lainnya : sebutkan Asma dan kista ovarium

G. RIWAYAT LINGKUNGAN :
- Kebersihan :Ibu mengatakan lingkungan rumah di perumahan,
kebersihan sudah ada yang mengatur.
- Bahaya : Ibu mengatakan lingkungan aman, tidak ramai.
- Lainnya sebutkan :-

H. ASPEK PSIKOSOSIAL :
1. Persepsi ibu tentang persalinan saat ini: Ibu merasa cemas menghadapi
persalinannya
2. Harapan yang ibu inginkan : Ibu ingin bayinya sehat
3. Ibu tinggal dengan siapa : Dengan suami dan kedua anaknya
4. Siapakah orang yang terpenting bagi ibu : Orang tua dan Suaminya
5. Sikap anggota keluarga terhadap keadaan saat ini : Mensupport dan
mendoakan selalu keselamatan Ibu dan Anak
6. Kesiapan mental untuk menjadi ibu : ( V ) ya, ( ) tidak

I. KEBUTUHAN DASAR KHUSUS (DI RUMAH DAN DI RS) :


1. Pola Nutrisi
a. Frekwensi makan : 2x sehari
b. Nafsu makan : ( V ) baik, ( ) tidak nafsu, alasan -
c. Jenis makanan rumah : Nasi dan lauk
d. Makanan yang tidak disukai/ alergi/ pantangan : tidak ada
2. Pola eliminasi :
a. B A K
a. Frekwensi : 4-5 kali
b. Warna : kekuningan
c. Keluhan saat BAK : tidak ada
b. B A B
- Frekwensi : 1-2 kali
- Warna : kuning
- Bau : khas
a. Konsistensi : padat
b. Keluhan : tidak ada
3. Pola personal hygiene
a. Mandi
a. Frekwensi : 2x /hari
b. Sabun : ( V ) ya, ( ) tidak
b. Oral hygiene
a. Frekwensi : 2x /hari
b. Waktu : ( V ) ya, ( ) tidak
c. Cuci rambut
a. Frekwensi : 3 x /minggu
b. Shampo : ( V ) ya, ( ) tidak

4. Pola istirahat dan tidur


a. Lama tidur : 8-9jam/hari
b. Kebiasaan sebelum tidur : tidak ada
c. Keluhan : tidak ada
5. Pola aktifitas dan latihan
a. Kegiatan dalam pekerjaan : ibu adalah seorang ibu rumah
tangga, aktivitas sehari-hari seputar membersihkan rumah
b. Waktu bekerja : ( ) Pagi, ( ) Sore, ( ) Malam
c. Olah raga : ( ) ya, ( V ) tidak
Jenisnya :
Frekwensi :
d. Kegiatan waktu luang : membereskan rumah dan bermain
dengan anak
e. Keluhan dalam beraktifitas : Tidak ada
6. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
a. Merokok : tidak merokok
b. Minuman keras : tidak menkonsumsi alkohol
c. Ketergantungan obat : tidak mengkonsumsi obat-obatan

J. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : Baik Kesadaran :
composmentis
b. Tekanan darah : 130/90 mmHg Nadi : 80 x/menit
c. Respirasi : 20 x/menit Suhu : 36,6C
d. Berat badan : 60 kg Tinggi badan : 158cm
Kepala, mata kuping, hidung dan tenggorokan :
Kepala : Bentuk : Simetris
Keluhan : tidak ada
Mata :
 Kelopak mata : Tidak odema
 Gerakan mata : Simetris
 Konjungtiva : Anemis
 Sklera : Tidak ikterus
 Pupil : Isokor
 Akomodasi : Pergerakan mata baik dan tidak ada
strabismus
 Lainnya sebutkan : -

Hidung :
 Reaksi alergi : Ibu tidak memiliki alergi debu atau dingin.
 Sinus : Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat
sinusitis
 Lainnya sebutkan : -
Mulut dan Tenggorokan :
 Gigi geligi : Gigi geligi tampak utuh
 Kesulitan menelan : Tidak ada kesulitan menelan
 Lainnya sebutkan : -
Dada dan Axilla
 Mammae : membesar ( V ) ya ( ) tidak
 Areolla mammae : Terjadi hiperpigmentasi
 Papila mammae : Tampak menonjol
 Colostrum : Ada pengeluaran ASI saat ditekan
Pernafasan
 Jalan nafas : Paten
 Suara nafas . : Tidak ada suara napas tambahan
 Menggunakan otot-otot bantu pernafasan : Tidak tampak
penggunaan otot bantu pernapasan
 Lainnya sebutkan : -

Sirkulasi jantung
 Kecepatan denyut apical : tidak terkaji x/menit
 Irama : Reguler
 Kelainan bunyi jantung : Tidak ada kelainan bunyi jantung
 Sakit dada : Ibu tidak mengeluh sakit dada
 Timbul .: -
 Lainnya sebutkan : -

Abdomen
 Tinggi fundus uterus: 36 cm Kontraksi: ya
 Bising usus : 15x/menit

Perineum dan Genital


 Integritas Vagina : Ny.S partus normal
 Perineum : Terjadi laserasi pada vagina dan
perineum, dilakukan penjahitan dengan teknik jelujur dan subkutis
menggunakan anastesi.
 Tanda infeksi (REEDA)
R:Rednes : ada kemerahan di area genetalia
E:Edema : tidak ada edema
E: Echimosis : tidak ada
D: Discharge : ada pengeluaran darah
A: Approximate : baik
 Lokia : jumlah warna/jenis bau
 Hemorrhoid : derajat lokasi nyeri

Ekstrimitas (integumen/muskuloskeletal)
 Turgor kulit : baik <2 detik
 Warna kulit : kemerahan
 Edema : tidak ada edema
 Kontraktur pada persendian ekstrimitas : tidak ada
 Tanda Homan : +/-
 Kesulitan dalam pergerakan : tidak ada kesulitan dalam
pergerakan
 Lainnya sebutkan : terpasang infus pada tangan kiri, mengeluh kaki
lemas dan tremor, kesulitan bergerak. CRT >2detik.
K. KESIAPAN DALAM PERAWATAN BAYI:
1. Senam nifas
2. Kesiapan mental ibu dan keluarga
3. Pengetahuan tentang memandikan bayi, merawat tali pusat, teknik
menyusui, breast care, perawatan perineum

L. DATA PENUNJANG
1) Laboratorium :
Hasil pemeriksaan Laboratorium tanggal 26 Juni 2020, jam 18.30 WIB.
- WBC : 14.2x103 /µL
- RBC : 4.10x103 /µL
- HGB : 10.0 g/dl
- PLT : 322x103 /µL
- CT/BT : 7’20/ 2’25
- Protein : negatif
- Reduksi : negatif
- HbsAg : negatif
2) USG
Hasil pemeriksaan Ultrasonografi (USG) tanggal 30-05-2020
:
- GIII PII A0, gravid gemelli, hidup
- Letak : F1 : kepala
F2 : Bokong
- FHR : F1 : 103 bpm
F2 : 134 bpm
- TBJ : F1 : ± 1.954 gr
F2 : ± 2.000 gr
- UK : ± 32-33 minggu,
- TP: ± 30-05-2017.
- Plasenta di posterofundal grade 1
- Cairan amnion normal
3) Rontgen : Tidak ada
4) Terapi yang didapat: Infus RL, Injeksi analgesik

Surabaya, ...........................
.............
Pemeriksa

(..................................................)
ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


1. DS: Ibu mengeluh Agen pencedera fisik Nyeri Akut
merasakan nyeri pada area (prosedur invasif) (SDKI, 2017)
genetalianya beberapa saat
setelah persalinannya
- P : ketika bergerak
- Q : seperti di tusuk-
tusuk benda tajam
- R : area genetalias
- S:6
- T : terus menerus
DO:
- Terjadi laserasi pada
vagina dan perineum,
dilakukan penjahitan
dengan teknik jelujur
dan subkutis
menggunakan
anastesi.
- Wajah ibu tampak
meringis kesakitan
- Ibu tampak
memegangi area
perutnya yang nyeri
- Ibu tampak gelisah
- TD : 110/90
- Nadi : 80x/menit
2. DS: - Faktor Risiko Risiko Infeksi
DO: (Prosedur tindakan ( SDKI, 2017)
- Terjadi laserasi pada invasif)
vagina dan perineum,
dilakukan penjahitan
dengan teknik jelujur
dan subkutis
menggunakan
anastesi.
- Tanda infeksi
(REEDA)
 R:Rednes : ada
kemerahan di
area genetalia
 E:Edema : tidak
ada edema
 E: Echimosis :
tidak ada
 D: Discharge :
ada pengeluaran
darah
 A: Approximate
: baik
- WBC : 14.2x103 /µL
3. DS : Ibu mengatakan sulit Nyeri Gangguan Mobilitas
bergerak pasca Fisik
melahirkan, area ( SDKI, 2017 )
bawahnya masih terasa
nyeri terkadang, kakinya
juga masih gemetar jika
dipakai menapak.
DO :
- Ibu tampak cemas
ketika akan bergerak
- Keadaan umum Ibu
lemah
4. DS : - Penurunan konsentrasi Risiko Perfusi Perifer
DO : HB Tidak Efektif
- Wajah Ibu tampak (SDKI, 2017)
pucat
- Konjungtiva pucat
- CRT >2detik
- Pada kala III dan
IV Ibu kehilangan
darah ± 280 cc
- Hasil lab
Hemoglobin 10.0
g/dl

PRIORITAS MASALAH
Nama klien : Ny. S
Umur : 29 Tahun

Tanggal Nama
No
Masalah Keperawatan Perawat
.
Ditemukan Diatasi
1. Nyeri Akut berhubungan dengan 26/06/2020 Yuris
Agen cedera fisik (prosedur
invasif)
2 Risiko Infeksi : Faktor Risiko 26/06/2020 Mita
(Prosedur tindakan invasif)
3. Gangguan Mobilitas Fisik 26/06/2020 April
berhubungan dengan Nyeri

4. Risiko Perfusi Perifer Tidak 26/06/2020 Syovi


Efektif berhubungan dengan
Penurunan konsentrasi HB
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien : An.C No Rekam Medis : 308XXX Hari Rawat Ke : 2
No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Nyeri Akut Setelah dilakukan asuhan 1. Anjurkan ibu observasi nyeri 1. Untuk mengidentifikasi
berhubungan keperawatan selama 1x24 jam (P,Q,R,S,T) secara mandiri keparahan nyeri
dengan Agen diharapkan nyeri dapat berkurang saat dirumah. 2. Lingkungan yang nyaman
cedera fisiologis dengan 2. Kontrol lingkungan yang dapat membantu
Kriteri hasil : dapat mempengaruhi nyeri mengurangi nyeri
1. Klien dapat mengontrol nyeri ( (suhu, pencahayaan dan 3. Untuk membantu
tahu penyebab nyeri, mampu kebisingan) mengurangi nyeri dengan
mengunakan teknik non 3. Edukasi ibu teknik tanpa obat.
farmakologi untuk mengurangi nonfarmakologis untuk 4. Untuk mengurangi rasa
nyeri, mencari bantuan) mengurangi rasa nyeri yang nyeri dengan obat.

2. Klien dapat melaporkan bahwa bisa dilakukan dirumah (mis.

nyeri berkurang dengan mendengarkan murrotal

menggunakan manajemen Qur’an, teknik relaksasi

nyeri skala 0-2 nafas dalam, kompres


hangat)
3. Klien mampu mengenali nyeri
4. Kolaborasi dengan dokter
(skala, intensitas, frekuensi
dalam pemberian
dan tanda nyeri)
analgetik bila perlu
2. Risiko Infeksi : Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji keadaan kulit, warna dan 1. Untuk mengetahui tanda
Faktor Risiko keperawatan selama 1x24 jam tekstur infeksi.
(Prosedur diharapkan pasien tidak mengalami 2. Bersihkan lingkungan setelah 2. Untuk meminimalisir infeksi
tindakan invasif) infeksi dengan dipakai pasien lain nosokomial
Kriteria Hasil : 3. Instruksikan pada pengunjung 3. Untuk mengurangi resiko
1. Klien bebas dari tanda dan untuk mencuci tangan saat infeksi nosokomial
gejala infeksi berkunjung dan setelah 4. Untuk mengurangi resiko
2. Mendeskripsikan proses berkunjung meninggalkan pasien infeksi nosokomial
penularan penyakit, factor yang 4. Cuci tangan setiap sebelum dan 5. Untuk mengurangi resiko
mempengaruhi penularan serta sesudah tindakan kperawtan infeksi
penatalaksanaannya, 5. Pertahankan lingkungan aseptik 6. Meningkatkan nutrisi dapat
3. Menunjukkan kemampuan selama pemasangan alat membantu meningkatkan
untuk mencegah timbulnya 6. Tingktkan intake nutrisi antibodi pula.
infeksi 7. Kolaborasi dengan dokter 7. Untuk terapi penanganan
4. Jumlah leukosit dalam batas dalam pemberian terapi antibiotik infeksi.
normal bila perlu
5. Menunjukkan perilaku hidup
sehat
3. Gangguan Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi adanya nyeri atau 1. Mengetahui faktoryang
Mobilitas Fisik
keperawatan selama 1x24 jam keluhan fisik lainnya. menghambat mobilisasi.
berhubungan
dengan Nyeri diharapkan tidak ada gangguan 2. Jelaskan tujuan dan prosedur 2. Agar ibu mengetahui
mobilitas fisik dengan ambulasi. pentingnya ambulasi dini
Kriteria hasil : 3. Anjurkan melakukan ambulasi 3. Agar meningkatkan kekuatan
1. Nyeri menurun dini. sendi dan otot
2. Kecemasan menurun 4. Ajarkan ambulasi sederhana 4. untuk melatih otot dan sendi
3. Gerakan terbatas yang harus dilakukan (mis. 5. Meminimalisir terjadinya
menurun Berjalan dari tempat tidur ke kursi cidera (terpeleset)
4. Kelemahan fisik roda, berjalan dari tempat tidur ke 6. Melatih kemampuan
menurun kamar mandi, berjalan sesuai mobilissasi
toleransi). 7. Melatih kemampuan
5. Anjurkan menggunakan alas mobilissasi
kaki yang memudahkan berjalan
dan mencegah cedera.
6. Ajarkan duduk di tempat tidur,
di sisi tempat tidur (menjuntai),
atau di kursi, sesuai toleransi.
7. Ajarkan berdiri dan ambulasi
dalam jarak tertentu.
4. Risiko Perfusi Setelah dilakukan asuhan 1. Obsevasi jumlah perdarahan 1. Untuk mengetahui output
Perifer Tidak keperawatan selama 1x24 jam 2. Monitor vital sign dan mencegah syok
Efektif diharapkan perfusi perifer adekuat 3. Monitor tingkat HB dan 2. Tanda-tanda syok dapat
berhubungan dengan Hematokrit diketahui melalui vital sign
dengan Kriteria hasil : 4. Edukasi pada Ibu untuk 3. Untuk mengetahui kadar HB
Penurunan 1. Hemoglobin kembali normal meningkatkan pola nutrisi dalam tubuh
konsentrasi HB 2. Vital sign dalam batas normal 5. Kolaborasi dengan dokter 4. Meningkatkan pola nutrisi
3. Elistisitas turgor baik, membran dalam pemberian tranfusi bila dapat meningkatkan HB
mukosa lembab, tidak ada rasa haus perlu 5. Untuk meningkatkan kadar
yang berlebihan. HB dalam tubuh
BAB 4

Setelah kelompok melakukan Analisa kasus pada data pengkajian pasien Ny. S
Dengan Diagnosis Medis : G III P I A O, gestasi 39 minggu 6 hari, situs memanjang,
intra uterin, gemelli, keadaan ibu dan janin baik, inpartu kala I fase aktif Di Ruang RS
Premier Surabaya, maka kelompok dapat menarik kesimpulan sekaligus saran yang
dapat bermanfaat dalam meningkatkan mutu tindakan keperawatan pada pasien.

4.1 Kesimpulan

Mengacu pada hasil uraian yang telah menguraikan tentang tindakan


keperawatan pada Ny. S Dengan Diagnosis Medis : G III P I A O, gestasi 39 minggu 6
hari, situs memanjang, intra uterin, gemelli, keadaan ibu dan janin baik, inpartu kala I
fase aktif maka kelompok mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil data pengkajian tanggal 26 juni 2020 pada Ibu Ny S datang ke IGD RS
Premier pukul 22.10 WIB, Ibu mengeluh merasakan nyeri perut tembus
belakang disertai lendir dan darah (P: ketika dipakai beraktivitas , Q: seperti di
tusuk-tusuk benda tajam , R : perut tembus ke punggung , S: 4 , T: hilang timbul
semakin lama semakin sakit), usia kehamilan ibu kurang lebih 10 bulan, tidak
pernah merasakan nyeri hebat selama hamil, ibu merasakan pergerakan janin
sejak usia kehamilan kurang lebih 4 bulan sampai sekarang dan teras pada
bagian kanan dan kiri perut ibu.
2. Diagnosa pertama yang ditegakan Nyeri Akut berhubungan dengan Agen
cedera fisiologis dengan intervensi Anjurkan ibu observasi nyeri (P,Q,R,S,T)
secara mandiri saat dirumah, Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
nyeri (suhu, pencahayaan dan kebisingan), Edukasi ibu teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri yang bisa dilakukan dirumah (mis. mendengarkan
murrotal Qur’an, teknik relaksasi nafas dalam, kompres hangat), Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian analgetik bila perlu.
3. Diagnosa kedua ditegakkan Risiko Infeksi : Faktor Risiko (Prosedur tindakan
invasif) dengan intervensi Kaji keadaan kulit, warna dan tekstur, Bersihkan
lingkungan setelah dipakai pasien lain , Instruksikan pada pengunjung untuk
mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien,
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawatan, Pertahankan
lingkungan aseptik selama pemasangan alat , Tingkatkan intake nutrisi,
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi antibiotic.
4. Diagnosa ketiga ditegakan Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan
Nyeri dengan intervensi Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya,
Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi, Anjurkan melakukan ambulasi dini,
Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (mis. Berjalan dari tempat
tidur ke kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai
toleransi), Anjurkan menggunakan alas kaki yang memudahkan berjalan , dan
mencegah cedera.Ajarkan duduk di tempat tidur, di sisi tempat tidur (menjuntai),
atau di kursi, sesuai toleransi. , Ajarkan berdiri dan ambulasi dalam jarak
tertentu.
5. Diagnosa ke 4 ditegakkan Risiko Perfusi Perifer Tidak Efektif berhubungan
dengan Penurunan konsentrasi HB dengan intervensi, Obsevasi jumlah
perdarahan, Monitor vital sign, Monitor tingkat HB dan Hematokrit, Edukasi
pada Ibu untuk meningkatkan pola nutrisi, Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian tranfusi.

4.2 Saran

Bertolak dengan kesimpulan diatas kelompok dapat memberikan saran sebagai


berikut :
1. Bagi Institusi
Institusi Pendidikan mampu meningkatkan mutu dan memberikan bimbingan
dalam penyusunan asuhan keperawatan yang efektif sehingga menghasilkan
perawat – perawat yang professional.
2. Bagi Kelompok Selanjutnya
Kelompok selanjutnya dapat menggunakan seminar kasus sebagai referensi data
untuk selanjutnya sehingga dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan
sesuai dengan standart berkualitas.

Anda mungkin juga menyukai