Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

KOMPLIKASI DALAM KEHAMILAN


KEHAMILAN GANDA, DIABETES MELITUS, POLIHIDRAMNION DAN
OLIGOHIDRAMNION
Tugas ini diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Komplikasi Kehamilan,
Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir
Dosen Pembimbing : dr. Eko Setiawan Gunawardi, Sp.OG

Disusun Oleh :
Kelompok V (Kelas 3B Alih Jenjang)
Lia Nurcahyawati 2115201062
Yeni Yuningsih 2115201061
Siti Kholifah 2115201063
Amanda Amalia 2115201070
Intan Purnomo Wulan 2115201079

PROGRAM STUDI ILMU KEBIDANAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Komplikasi Kehamilan, Persalinan, Nifas dan
Bayi Baru Lahir. Makalah ini membahas tentang Komplikasi Dalam Kehamilan Ganda, Diabetes
Melitus, Polihidramnion dan Oligohidramnion.

Dengan disusunnya makalah ini diharapkan menjadi bahan kajian dalam pembelajaran
mata kuliah makalah Komplikasi Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir sehingga
pembelajaran menjadi lebih terstuktur dan dinamis dan memudahkan mahasiswa dalam
memahami topik pembelajaran.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini, penulis
banyak mengucapkan banyak terimakasih. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komplikasi kehamilan merupakan salah satu penyumbang terbesar dalam peningkatan
Angka Kematian Ibu (AKI). World Health Organization (WHO) memperkirakan 585.000
perempuan meninggal akibat komplikasi kehamilan dan persalinan, sekitar satu perempuan
meninggal setiap menitnya. Komplikasi kehamilan merupakan determinan langsung
kematian Ibu. Semakin tinggi kasus komplikasi, maka semakin tinggi pula kasus kematian
Ibu. (WHO 2015)

Menurut WHO 2019, angka kematian Ibu di dunia yaitu sebanyak 303.000 jiwa. AKI di
ASEAN tahun 2020 yaitu sebesar 235 per 100.000 kelahiran hidup, dan di Indonesia
berkisar 183 per 100 ribu kelahiran pada tahun 2022. Sementara di Provinsi Banten, angka
kematian Ibu mencapai 247 kasus dan di Kota Tangerang sebesar 6 kasus pada tahun 2018.

Masih tingginya angka kematian Ibu menegaskan betapa pentingnya deteksi dini
kehamilan. Dengan deteksi dini kehamilan, maka dapat dilakukan penanganan yang tepat
terkait dengan komplikasi kehamilan yang ditemui.

B. Tujuan
1. Mampu menjelaskan tentang kehamilan ganda
2. Mampu menjelaskan tentang diabetes mellitus dalam kehamilan
3. Mampu menjelaskan tentang polihidramnion dan oligohidramnion

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KEHAMILAN GANDA
1. Pengertian
Kehamilan kembar ialah suatu kehamilan dengan dua janin atau lebih yang ada
didalam kandungan selama proses kehamilan. Bahaya bagi ibu tidak begitu besar, tetapi
wanita dengan kehamilan kembar memerlukan perhatian dan pengawasan khusus bila
diinginkan hasil yang memuaskan bagi ibu janin (Wiknjosastro, 2007:286). Sedangkan
menurut Mochtar Rustam (2012:259) kehamilan ganda atau kembar adalah kehamilan
dengan dua jenis janin atau lebih.
Jadi, kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dengan dua jenis janin atau lebih
yang ada didalam kandungan selama proses kehamilan.

2. Etiologi
Menurut Mellyna (2007:64) kehamilan gemelli dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain:
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah : bangsa, umur dan paritas sering
mempengaruhi kehamilan 2 telur
b. Faktor obat-obat induksi ovulasi profertil, domid dan hormon gonadotropin dapat
menyebabkan kehamilan dizigotik dan kembar lebih dari dua
c. Faktor keturunan
d. Faktor yang lain belum diketahui
Bangsa, hereditas, umur dan paritas hanya mempunyai pengaruh terhadap
kehamilan kembar yang berasal dari 2 telur, juga hormon gonadotropin yang
dipergunakan untuk menimbulkan ovulasi dilaporkan menyebabkan kehamilan dizigotik.
Faktor-faktor tersebut dan mungkin pula faktor lain dengan mekanisme tertentu
menyebabkan matangnya 2 atau lebih folikel de graff atau terbentuknya 2 ovum atau
lebih dalam satu folikel. Kemungkinan pertama dibuktikan dan ditemukan 21
korporalutea pada kehamilan kembar. Pada fertilisasi in vitro dapat pula terjadi

4
kehamilan kembar, jika telur-telur yang diperoleh dapat dibuahi lebih dari satu, jika
semua embrio yang kemudian dimasukan kedalam rongga rahim ibu tumbuh berkembang
lebih dari satu. Pada kembar yang berasal darisatu telur, faktor bangsa, hereditas, umur
dan paritas tidak atau sedikitsekali mempengaruhi kehamilan kembar itu. Diperkirakan
disini sebab nya ialah faktor penghambat pada masa pertumbuhan dini hasil konsepsi.
Faktor penghambat yang mempengaruhi segmentasi sebelum blastula
terbentuk,menghasilkan kehamilan kembar dengan 2 amnion, 2korion dan 2 plasenta
seperti pada kehamilan kembar dizigotik.

3. Patofisiologi
Menurut Manuaba (2007:464) kehamilan kembar dibagi menjadi dua. Monozigot,
kembar yang berasal dari satu telur dan dizigot kembar yang berasal dari dua telur. Dari
seluruh jumlah kelahiran kembar,sepertiganya adalah monozigot. Kembar dizigot berarti
dua telur matang dalam waktu bersamaan, lalu dibuahi oleh sperma. Akibatnya, kedua sel
telur itu mengalami pembuahan dalam waktu bersamaan. Sedangkan kembar monozigot
berarti satu telur yang dibuahi sperma, lalu membelah dua. Masa pembelahan inilah yang
akan berpengaruh pada kondisi bayi kelak.
Masa pembelahan sel telur terbagi dalam empat waktu, yaitu 0 – 72 jam, 4 – 8 hari, 9-12
dan 13 hari atau lebih. Pada pembelahan pertama,akan terjadi diamniotik yaitu rahim
punya dua selaput ketuban, dan dikorionik atau rahim punya dua plasenta. Sedangkan
pada pembelahan kedua, selaput ketuban tetap dua, tapi rahim hanya punya satu
plasenta.Pada kondisi ini, bisa saja terjadi salah satu bayi mendapat banyak makanan,
sementara bayi satunya tidak. Akibatnya, perkembangan bayi bisa terhambat. Lalu, pada
pembelahan ketiga, selaput ketuban dan plasenta masing-masing hanya sebuah, tapi bayi
masih membelah dengan baik.
Pada pembelahan keempat, rahim hanya punya satu plasenta dan satu selaput ketuban,
sehingga kemungkinan terjadinya kembar siam cukup besar. Pasalnya waktu
pembelahannya terlalu lama, sehingga sel telur menjadi berdempet. Jadi kembar siam
biasanya terjadi pada monozigot yang pembelahannya lebih dari 13 hari. Dari keempat
pembelahan tersebut, tentu saja yang terbaik adalah pembelahan pertama, karena bayi
bisa membelah dengan sempurna. Namun, keempat pembelahan ini tidak bisa diatur

5
waktunya. Faktor yang mempengaruhi waktu pembelahan, dan kenapa bisa membelah
tidak sempurna sehingga mengakibatkan dempet, biasanya dikaitkan dengan infeksi,
kurang gizi,dan masalah lingkungan.

4. Jenis kehamilan Gemeli


Kehamilan kembar dibagi menjadi 3 macam, menurut Mochtar, Rustam(2012:260-
261) adalah sebagai berikut:
a. Gemelli dizigotik = kembar dua telur , heterolog, biovuler dan praternal :
Kedua telur berasal dari :
1) 1 ovarium dan dari dua folikel de graff
2) Ovarium dan dari 1 folikel de graff
3) Dari ovarium kanan dan satu lagi dari ovarium kiri

Gambar 2.1 plasenta dan selaput janin kembar dizigotik


(A) : 2 plasenta, 2 korion, 2 amnion.
(B) : 2 plasenta ( menjadi satu), 2 korion, 2 amnion (Wiknjosastro, 2007)

b. Gemelli monozigotik : kembar satu telur, homolog, uniovuler, identik dapat terjadi
karena :
1) Satu telur dengan 2 inti, hambatan pada tingkat blastula
2) Hambatan pada tingkat segmentasi
3) Hambatan setelah amnion dibentuk, tetapi sebelum primitf steak.

6
Gambar 2.2 : jenis kembar monozigotik ( wikjosastro,2007)

c. Conjoined twins, superfekkundasi 2 superfetasi


Conjoined twins atau kembar siam adalah kembar dimana janin melengket satu
dengan yang lainnya. Misalnya torakopagus(dada dengan dada), abdominopagus
(perlengketan antara keduaabdomen), kraniopagus (kedua kepala) dan sebagainya.
Banyak kembar siam telah dapat dipisahkan secara operatif dengan berhasil.
Superfekundasi adalah pembuahan dua telur yangdikeluarkan dalam ovulasi yang
sama pada dua kali koitus yangdilakukan pada jarak waktu yang pendek.

5. Tanda dan Gejala Kehamilan Gemelli


Menurut Dutton, dkk (2012:156) tanda dan gejala pada kehamilan kembar adalah
sebagai berikut:
a. Pada kehamilan kembar distensi uterus berlebihan, sehingga melewati batas
toleransinya dan seringkali terjadi partus prematurus. Usia kehamilan makin pendek
dan makin banyaknya janin pada kehamilan kembar.
b. Mual dan muntah berat karena HCG meningkat
c. Palpasi abdomen mendapatkan 3 atau lebih bagian tubuh yang besar
d. Auskultasi lebih dari satu denyut jantung yang terdengar jelas dan berbeda
(nonmaternal) lebih dari 10 denyut/menit. Kecurigaanmeningkat jika keluarga
memiliki riwayat kehamilan kembar
e. Penggunaan stimulator ovulasi.

7
f. Kebutuhan ibu akan zat-zat makanan pada kehamilan kembar bertambah sehingga
dapat menyebabkan anemia dan penyakitdefisiensi lain.
g. Frekuensi hidramnion kira-kira sepuluh kali lebih besar padakehamilan kembar
daripada kehamilan tunggal.
h. Frekuensi pre-eklamsia dan eklamsia juga dilaporkan lebih sering padakehamilan
kembar.
i. Solusio plasenta dapat terjadi kemudian seperti sesak nafas, seringkencing, edema
dan varises pada tungkai bawah dan vulva.

6. Pertumbuhan Janin Gemelli


Dalam masa kehamilan pertumbuhan janin perlu diperhatikan. Pertumbuhan janin
pada kehamilan kembar tentu berbeda dengan pertumbuhan janin pada kehamilan
tunggal. Menurut Mochtar Rustam(2012:261-262) pertumbuhan pada janin kembar
adalah sebagai berikut:
a. Berat badan satu janin kehamilan kembar rata-rata 1000 gr lebih ringan dari janin
tunggal.
b. Berat badan baru lahir biasanya pada kembar dibawah 2500 gr triplet dibawah 2000
gr, dua driplet dibawah 1500 gr dan duintuplet dibawah1000 gr.
c. Berat badan masing-masing janin dari kehamilan kembar tidak sama umumnya
berselisih antara 50 – 100 gr, karena pembagian sirkulasi darah tidak sama, maka
yang satu kurang bertumbuh dari yang lainnya.
d. Pada kehamilan ganda monozigotik
1) Pembuluh darah janin yang satu beranastomosis dengan pembuluh darah janin
yang lain, karena itu setelah bayi satu lahir tali pusatharus diikat untuk
menghindari perdarahan
2) Karena itu janin yang satu dapat terganggu pertumbuhannya danmenjadi
monstrum seperti akardiakus dan kelainan lainnya.
3) Dapat terjadi sindroma transfusi fetal : pada janin yang dapat darahlebih banyak
terjadi hidramnion, polisitemia, edema dan pertumbuhan yang baik. Sedangkan
janin kedua kurang pertumbuhannya terjadilah bayi kecil, anemia,
dehidrasi,oligohidrami dan mikrokardia, karena kurang mendapat darah

8
e. Pada kehamilan kembar dizigotik
1) Dapat terjadi satu janin meninggal dan yang satu tumbuh sampaicukup bulan.
2) Janin yang mati dapat diresorbsi (kalau pada kehamilan muda) atau pada
kehamilan agak tua janin jadi gepeng disebut fetus papyraseusatau kompresus.

7. Letak dan Presentasi Janin

Menurut Mochtar Rustam (2012:262) pada hamil kembar sering terjadi kesalahan
presentasi dan posisi kedua janin. Begitu pula letak janin kedua dapat berubah setelah
janin pertama lahir, misalnya dari letak lintang berubah jadi letak sungsang atau letak
kepala. Berbagai kombinasi letak, presentasi dan posisi bisa terjadi yang paling sering
dijumpai adalah:

a. Kedua janin dalam letak membujur, presentasi kepala (44-47 %).


b. Letak membujur, presentasi kepala bokong (37-38 %).
c. Keduanya presentasi bokong (8-10 %).
d. Letak lintang dan presentasi kepala (5-5,3 %).
e. Letak lintang dan presentasi bokong (1,5-2 %).
f. Keduanya letak lintang (0,2-0,6 %).
g. Letak dan presentasi 69 adalah letak yang berbahaya karena dapatterjadi kunci-
mengunci (interlocking)
Berbagai kombinasi letak, presentasi dan posisi bisa terjadi dan yang paling sering
dijumpai adalah :

9
Gambar 2. 3 : jenis dan frekuensi letak serta presentasi kehamilan kembar
( wiknjosastro, 2007)

8. Diagnosa Kehamilan Gemelli


Untuk mendiagnosa adanya suatu kehamilan kembar menurut Mochtar (2012:263)
dapat dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan sebagai berikut:

a. Anamnesa
1) Perut lebih buncit dari semestinya tua kehamilan
2) Gerakan janin lebih banyak dirasakan ibu hamil
3) Uterus terasa lebih cepat membesar
4) Pernah hamil kembar atau ada sejarah keturunan.

b. Inspeksi dan palpasia.


1) Pada pemeriksaan pertama dan ulang ada kesan uterus lebih besar dan cepat
tumbuhnya dari biasa.
2) Teraba gerakan-gerakan janin lebih banyak

10
3) Banyak bagian-bagian kecil teraba
4) Teraba 3 bagian besar janin
5) Teraba 2 balotemen

c. Auskultasi
Terdengar 2 denyut jantung janin pada 2 tempat yang agak berjauhandengan
perbedaan kecepatan sedikitnya 10 denyut per menit atausama-sama dihitung dan
berselisih 10.

d. Rontgen foto abdomen, tampak gambaran 2 janin.

e. Ultrasonografi
Tampak 2 janin, 2 jantung yang berdenyut telah dapat ditentukan padatriwulan I.

f. Elektrokardiogram fetal
Diperoleh dua EKG yang berbeda dari kedua janin.

g. Reaksi kehamilan
Karena pada hamil kembar umumnya plasenta besar atauada 2 plasenta, maka
produksi HCG akan tinggi. Jadi reaksi kehamilan bisa positif kadang-kadang sampai
1/200. Hal ini dapat meragukandengan molahidatidosa. Kadangkala diagnosa baru
diketahui setelah bayi pertama lahir, uterus masih besar dan ternyata ada satu janin
lagi di dalam rahim. Kehamilan kembar sering terjadi bersamaan denganhidramnion
dan toksemia gravidarum.

9. Komplikasi Kehamilan Gemelli


Dibandingkan dengan kehamilan tunggal, kehamilan multipel lebih mungkin terkait
dengan banyak komplikasi kehamilan. Komplikasi obstetrik yang sering didapatkan pada
kehamilan kembar meliputi polihidramnion, hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan
ketuban pecahdini, presentasi janin abnormal, dan prolaps tali pusat. Secara

11
umum,komplikasi tersebut dapat dicegah dengan perawatan antenatal yang baik
(Eisenberg, 2004:168).
Menurut Hartono, dkk (2006:852-897) beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada
janin yang dilahirkan pada kehamilan kembar diantaranya adalah:
a. Prematuritas
Janin dari kehamilan multipel cenderung dilahirkan pretermdan kebanyakan
memerlukan perawatan pada neonatal intensive careunit (NICU). Sekitar 50 persen
kelahiran kembar terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu. Lamanya kehamilan
akan semakin pendek dengan bertambahnya jumlah janin di dalam uterus. Sekitar
20% bayidari kehamilan multipel merupakan bayi dengan berat lahir rendah.
b. Hyalin Membrane Disease (HMD)
Bayi kembar yang dilahirkan sebelum usia kehamilan 35minggu dua kali lebih
sering menderita HMD dibandingkan dengan bayi tunggal yang dilahirkan pada usia
kehamilan yang sama. HMD atau yang dikenal sebagai Respiratory Distres Syndrom
(RDS) adalah penyebab tersering dari gagal nafas pada bayi prematur. Terjadi segera
setelah atau beberapa saat setelah bayi lahir. Ditandai dengan sukar bernafas, cuping
hidung, retraksi dinding dada dan sianosis yang menetap dalam 48-96 jam pertama
kehidupan. Prevalensi HMD didapatkan lebih tinggi pada kembar monozigotik
dibandingkan dengan kembar dizigotik. Bila hanya satu bayi dari sepasang
bayikembar yang menderita HMD, maka bayi kedua lebih cenderungmenderita HMD
dibandingkan dengan bayi pertama.
c. Asfiksia saat Kelahiran/Depresi Napas Perinatal
Bayi dari kehamilan multipel memiliki peningkatan frekuensi untuk mengalami
asfiksia saat kelahiran atau depresi perinatal dengan berbagai sebab. Prolaps tali
pusat, plasenta previa,dan ruptur uteri dapat terjadi dan menyebabkan asfiksia janin..
d. Infeksi Streptococcus group B
Infeksi onset cepat Streptococcus group B pada bayi berat lahir rendah adalah 5
kali lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan tunggal dengan berat
badan yang sama.

12
e. Vanishing Twin Syndrome
Kemajuan teknologi ultrasonografi memungkinkan dilakukannya studi
sonografik pada awal gestasi yang memperlihatkan bahwa insiden kembar trimester
pertama jauh lebih tinggi daripada insiden kembar saat lahir. Kehamilan kembar
sekarang diperkirakan terjadi pada 12 persen di antara semua konsepsi spontan, tetapi
hanya14 persen di antaranya yang bertahan sampai aterm.
Pada sebagian kasus, seluruh kehamilan lenyap, tetapi pada banyak kasus, satu
janin yang meninggal atau sirna (vanish) dan kehamilan berlanjut sebagai kehamilan
tunggal. Pada 21-63% konsepsi kembar meninggal atau sirna (vanish) pada trimester
kedua. Keadaan ini dapat menyebabkan kelainan genetik atau kelainan
neurologik/defek neural tube pada janin yang tetap bertahan hidup.
f. Kelainan Kongenital/Akardia/Rangkaian Perfusi Balik Arteri pada Janin Kembar
(twin reverse-arterial-perfusion/ TRAP)
Pada plasenta monokorionik, vaskularisasi janin biasanya tergabung, kadang-
kadang amat kompleks. Anastomosis vaskular pada plasenta monokorionik dapat
dari arteri ke arteri, vena ke venaatau arteri ke vena. Biasanya cukup berimbang
dengan baik sehingga tidak ada salah satu janin yang menderita.
Pada TRAP terjadi pirau dari arteri ke arteri plasenta, yang biasanya diikuti
dengan pirau vena ke vena. Tekanan perfusi padasalah satu kembar mengalahkan
yang lain, yang kemudian mengalami pembalikan aliran darah dari kembarannya.
Darah arteri yang sudahterpakai dan mencapai kembar resipien cenderung mengalir
ke pembuluh-pembuluh iliaka sehingga hanya memberi perfusi bagian bawah tubuh
dan menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan tubuh bagian atas.
Gangguan atau kegagalan pertumbuhan kepala disebut akardius asefalus. Kepala yang
tumbuh parsial dengan alat gerak yang masih dapat diidentifikasi disebut akardius
mielasefalus. Kegagalan pertumbuhan semua struktur disebut akardius amorfosa.
g. Twin-to-twin Transfusion Syndrome
Darah ditransfusikan dari satu kembaran (donor) ke dalamvena kembaran lainnya
(resipien) sedemikian rupa sehingga donor menjadi anemik dan pertumbuhannya
terganggu, sementara resipienmenjadi polisitemik dan mungkin mengalami kelebihan
bebansirkulasi yang bermanifestasi sebagai hidrops fetalis.

13
Menurut ketentuan, terdapat perbedaan hemoglobin 5 g/dldan 20% berat badan
pada sindrom ini. Kematian kembar donor dalamuterus dapat mengakibatkan trombus
fibrin di seluruh arteriol yanglebih kecil milik kembar resipien. Hal ini kemungkinan
diakibatkanoleh transfusi darah yang kaya tromboplastin dari janin donor
yangmengalami maserasi. Kembar yang bertahan hidup mengalamikoagulasi
intravaskular diseminata.
h. Kembar Siam
Apabila pembentukan kembar dimulai setelah cakrammudigah dan kantung
amniom rudimenter sudah terbentuk dan apabila pemisahan cakram mudigah tidak
sempurna, akan terbentuk kembar siam/kembar dempet. Terdapat beberapa jenis
kembar siam, yaitu:
1) Thoracopagus, bila kedua tubuh bersatu di bagian dada (30-40%).Jantung selalu
terlibat dalam kasus ini. Bila jantung hanya satu,harapan hidup baik dengan atau
tanpa operasi adalah rendah.
2) Omphalopagus, bila kedua tubuh bersatu di bagian perut (34%).Umumnya
masing-masing tubuh memiliki jantung masing-masing, tetapi kembar siam ini
biasanya hanya memiliki satu hati,sistem pencernaan, dan organ-organ lain.
3) Xyphopagus, bila kedua tubuh bersatu di bagian xiphoid cartilage.
4) Pyopagus (iliopagus), bila bersatu di bagian belakang (19%).
5) Cephalopagus/craniopagus, bila bersatu di bagian kepala dengantubuh terpisah.
i. Intra Uterine Growth Retardation (IUGR)
Pada kehamilan kembar, pertumbuhan dan perkembangan salah satuatau kedua janin
dapat terhambat. Semakin banyak jumlah janin yangterbentuk, maka kemungkinan
terjadinya IUGR semakin besar.
10. Penanganan dalam Kehamilan
Untuk kepentingan ibu dan janin perlu diadakan pencegahan terhadap pre-eklamsia
dan eklamsia, partus prematurus dan anemia. Pemeriksaan antenatal perlu diadakan lebih
sering. Sehingga tanda-tanda pre-eklamsia dapat diketahui dini dan penanganan dapat
dikerjakan dengan segera .Menurut Varney (2004:661) pemeriksaan antenatal dapat
dilakukan antaralain:
a. Pemeriksaan kehamilan setiap 2 minggu pada usia kehamilan 34 – 36minggu

14
b. Pemeriksaan kehamilan setiap minggu pada usia kehamilan >36minggu
c. Pertumbuhan janin dipantau dengan USG setiap 3 – 4 minggu yangdimulai pada usia
kehamilan 20 minggu
Istirahat baring dianjurkan lebih banyak karena hal itu menyebabkan aliran darah ke
plasenta meningkat, sehingga pertumbuhan janin lebih baik.
Penanganan dalam Kehamilan Mochtar (2012:264)
1) Perawatan prenatal yang baik untuk mengenal kehamilan kembar danmencegah
komplikasi yang timbul, dan bila diagnosis telah ditegakkan pemeriksaan ulangan
harus lebih sering (1× seminggu pada kehamilanlebih dari 32 minggu)
2) Setelah kehamilan 30 minggu, koltus dan perjalanan jauh sebaiknyadihindari,
karena akan merangsang partus prematurus.
3) Pemakaian korset gurita pada perut yang tidak terlalu ketatdiperbolehkan, supaya
terasa lebih ringan.
4) Periksa darah lengkap, Hb, dan golongan darah

11. Prognosis Kehamilan Gemelli


Menurut Zach (2006:154-155) komplikasi pada ibu akibat kehamilan kembar
lebih sering daripada kehamilan tunggal. Masalah-masalah yang sering didapatkan
meliputi polihidramnion, hiperemesis gravidarum, preeklampsi, vasa previa, insersi
seperti selaput tali pusat,kelainan presentasi dan sebagian besar kembar dilahirkan
prematur. Walaupun ada kenaikan yang bermakna pada mortalitas perinatal kembar
monokorionik, namun tidak ada perbedaan yang bermakna antara angka mortalitas
neonatus kelahiran kembar dan tunggal pada kelompok berat badan yang seimbang.
Tetapi karena kebanyakan kembar adalah prematur,mortalitas keseluruhannya menjadi
lebih tinggi daripada mortalitaskelahiran tunggal. Mortalitas perinatal kembar sekitar 4
kali lipatmortalitas anak tunggal.
Kembar monoamniotik mempunyai kemungkinan lebih tinggiuntuk terjerat tali
pusat, yang dapat menyebabkan asfiksia. Jika salah satu janin mengalami maserasi,
kembaran yang hidup biasanya dilahirkan lebihdulu. Secara teoritis, kembaran yang
kedua lebih mungkin menjadi sasarananoksia daripada yang pertama karena plasenta
dapat terlepas sesudahkelahiran kembar pertama dan sebelum kembar kedua lahir.

15
Lagipula persalinan kembar kedua kemungkinan lebih sulit karena ia mungkin berada
dalam presentasi abnormal, mungkin kontraksi uterus menurun,atau serviks mulai
menutup pasca kelahiran kembar pertama.
Kembar dengan retardasi pertumbuhan intrauterin (IUGR) beresiko tinggi untuk
mengalami hipoglikemia. Perbedaan ukuran padakembar monozigotik yang dapat dilihat
pada saat lahir biasanyamenghilang pada saat bayi berumur enam bulan. Mortalitas untuk
kehamilan multipel dengan 4 – 5 janin lebih tinggi untuk masing-masing janin.

B. DIABETES MELITUS
1. Pengertian
Diabetes melitus (DM) atau disebut diabetes saja meupakan penyakit gangguan
metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak
dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif. Insulin adalah hormon yang
mengatur keseimbangan kadar gula darah. Akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi
glukosa didalam darah (hiperglikemia).
Diabetes melitus gestasional adalah gangguan dari glukosa yang dipicu oleh
kehamilan, dan hilang setelah melahirkan. Diabetes melitus gestasional merupakan
gangguan kronik yang ditandai dengan hiperglikemia yang disertai abnormalitas utama
pada metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Intoleransi karbohidrat ini terjadi atau
diketahu pertama kali saat kehamilan berlangsung (morgan dan Hamilton, 2009).
WHO (2013) mendefinisikan diabetes melitus gestasional sebagai derajat apapun
intoleransi glukosa dengan onset atau pengakuan pertama selama kehamilan.Kehamilan
sendiri merupakan stres bagi metabolisme karbohidrat ibu. Pada kehamilan terjadi
peningkatan produksi hormonhormon antagonis insulin, antara lain: progesteron,
estrogen, human placenta lactogen, dan kortisol. Peningkatan hormon-hormon tersebut
menyebabkan terjadinya resistensi insulin dan peningkatan kadar glukosa darah. Diabetes
melitus dengan kehamilan atau Diabetes Melitus Gestasional (DMG), merupakan
penyakit diabetes melitus yang muncul pada saat mengalami kehamilan padahal
sebelumnya kadar glukosa darah selalu normal. Tipe ini akan normal kembali setelah
melahirkan (American Diabetes Association, 2012).

16
2. Etiologi
Penyebab dari terjadinya diabetese melitus gestasional (DMG) atau diabetes
kehamilan pada ibu hamil belum diketahui secara pasti, diabetes melitus gestasional
dapat terjadi karena kurangnya jumlahnya insulin yang diproduksi oleh tubuh yang
diperlukan untuk membawa glukosa melewati membran sel (Mitayani,2009) serta ada
beberapa faktor – faktor resiko yang mendukung terjadinya diabetes melitus gestasional
adalah usia kehamilan diatas 35 tahun, obesitas, riwayat keluarga dengan DM, memiliki
riwayat dibetes gestasional sebelumnya, melahirkan bayi makrosomia (>4000gram), diet
dan pola makan yang tidak teratur.

3. Patofisiologi
Proses terjadinya diabetes melitus gestasional pada ibu hamil dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang didukung oleh hormon-hormon yang aktif dan tinggi selama masa
kehamilan. Pada kehamilan terjadi peningkatan produksi hormon-hormon antagonis
insulin, antara lain: progesteron, estrogen, human placenta lactogen, dan kortisol.
Peningkatan hormon-hormon tersebut menyebabkan terjadinya resistensi insulin dan
peningkatan kadar glukosa darah. Metabolisme karbohidrat selama kehamilan karena
insulin jumlah sangat besar atau banyak masih dibutuhkan sesuai dengan perkembangan
kehamilan. Adanya hormon HPL dan progesteron dapat menyebabkan jarngan pada ibu
menjdi resisten pada insulin sehingga mengahsilkan enzim yang disebut insulinase yang
dihasilkan oleh placenta dan mempercepat terjadinya insulin. Bila pankreas tidak dapat
memproduksi insulin secara adekuat, maka akan timbul suatu kondisi yang disebut
hiperglikemia hal ini yng dapat menyebabkan kondisi kompensasi seperti meningkatkan
rasa haus (polidipsi), mengekskresikan cairan dan mudah lapar (polifagia)
(Mitayani,2009).

4. Manifestasi klinis
Pada ibu hamil penderita diabetes melitus gestaional tidak menunjukkan tanda dan
gejala yang langsung terlihat. Biasanya jika ibu sudah menderita diabetes sebelum hamil,
mungkin lebih difokuskan namun pada kasus diabetes melitus gestasional kuran di
perhatikan, karena tidak adanya tanda gejala tapi jika dilakukan skrinning sedini mungkin

17
bisa mengetahui ada atau tidaknya indikasi diabetes melitus gestasional. Jika dilakukan
pemeriksaan tanda gejala terjadinya diabetes gestasional ditandai dengan :
a. Polidipsi
b. Poliuri
c. polifagia
d. Glukosa plasma puasa 5.1-6.9 mmol / l (92 -125 mg / dl) - Glukosa plasma 1 jam ≥
10,0 mmol / l (180 mg / dl) mengikuti beban glukosa oral 75g
e. Glukosa plasma 2 jam 8,5 - 11,0 mmol / l (153 -199 mg / dl) mengikuti beban
glukosa oral 75g ( WHO 2013).
Jika dilakukan skrinning Strategi One-Step, ditandai dengan :
a. Puasa 92 mg/dL (5,1 mmol/L)
b. 1 jam 180 mg/dL (10 mmol/L)
c. 2 jam 153 mg/dL (8,5 mmol/L)

Strategi Two-Steps, ditandai dengan kriteria

Carpenter/ counstan NDDG


Puasa 95 mg/dL (5,3mmol/L)  105 mg/dL (5,8 mmol/L)
1 jam 180 mg/dL (10 mmol/L)  190 mg/dL (10,6 mmol/L)
2 jam 155 mg/dL (8,6 mmol/L)  165 mg/dL (9,2 mmol/L)
3 jam 140 mg/dL (7,8 mmol/L)  145 mg/dL (8 mmol/L)

Tabel 2.1. Batasan yang direkomendasikan adalah >135 mg/dL (7,5 mmol/L), sejumlah
ahli merekomendasikan >130 mg/dL (7,2 mmol/L) (Kurniawan, 2016).

5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
1) One-step 75 gram TTGO. Strategi One-Step Tes toleransi glukosa oral dengan
75 gram glukosa. Pengukuran glukosa plasma dilakukan saat pasien dalam
keadaan puasa, 1 jam, dan 2 jam setelah tes toleransi glukosa. Tes dilakukan
pada usia kehamilan 24-28 minggu pada wanita hamil yang sebelumnya belum

18
pernah terdiagnosis diabetes melitus. Tes toleransi glukosa oral harus dilakukan
pada pagi hari setelah puasa semalaman setidaknya selama 8 jam. One-step
strategy digunakan untuk mengantisipasi meningkatnya insidens DMG (dari 5-
6% menuju 15-20%) karena hanya diperlukan satu hasil abnormal untuk
diagnosis. Kekurangan strategi ini adalah kemungkinan over diagnosis sehingga
meningkatkan biaya medikasi.
2) Two-step approach menggunakan 50 gram glukosa (tanpa puasa) diikuti dengan
tes toleransi glukosa oral (TTGO) menggunakan 100 gram glukosa jika skrining
awalmemberikan hasil positif. Two-steps strategy lebih umum digunakan di
Amerika Serikat. Hal ini karena kurangnya percobaan klinis yang mendukung
keefektifan dan keuntungan one-step strategy dan potensi konsekuensi negatif
akibat risiko over sensitif berupa peningkatan intervensi ataupun biaya medis
selama kehamilan. Two-steps strategy juga mudah karena hanya diberi
pembebanan 50 gram glukosa tanpa harus puasa pada tahap awal skrining.
a) Step 1: Lakukan tes pembebanan glukosa 50 gram (tanpa puasa), kadar
glukosa plasma diukur 1 jam setelah pembebanan glukosa, dilakukan pada
wanita dengan usia kehamilan 24-28 minggu yang belum pernah
terdiagnosis diabetes melitus. Jika kadar glukosa plasma 1 jam setelah
pembebanan glukosa >140 mg/dL* (7,8 mmol/L), dilanjutkan dengan tes
toleransi glukosa oral dengan 100 gram glukosa.
b) Step 2: Tes toleransi glukosa oral dengan 100 gram glukosa dilakukan pada
pasien dalam keadaan puasa. (Kurniawan, 2016)

6. Penatalaksanaan
Penanganan DMG memerlukan kolaborasi tim yang terdiri dari ahli kebidanan dan
kandungan, dokter ahli diabetes, ahli gizi, perawat, edukator, dan ahli anak. Apabila
tidak mungkin, dapat dibentuk tim medis yang lebih kecil. Penatalaksanaan penderita
DMG antara lain:
a. Terapi diet dan Pengelolaan Gaya Hidup
Terapi ini merupakan strategi utama untuk mencapai kontrol glikemik. Diet
harus mampu menyokong pertambahan berat badan ibu sesuai masa kehamilan,

19
membantu mencapai normoglikemia tanpa menyebabkan lipolisis (ketonuria).
Latihan dan olah raga juga menjadi terapi tambahan untuk mencapai target kontrol
glikemik. Aktivitas fisik intensitas sedang 150 menit/minggu. Terapi nutrisi medis
Kebutuhan kalori = 35 kkal/kg x BBI BBI = (TB – 100) – 10% (TB – 100). IMT >
30 kg/m2  25 kkal/kg Karbohidrat 30-35% dari kalori total.

b. Kontrol glikemik.
Target glukosa pasien DMG dengan menggunakan sampel darah kapiler adalah:
1) Preprandial (setelah puasa) <95 mg/dL (5,3 mmol/L) dan
2) 1 jam post-prandial (setelah makan) <140 mg/dL (7,8 mmol/L) atau
3) 2 jam post-prandial (setelah makan) <120 mg/dL (6,7 mmol/L)
c. Terapi insulin.
Terapi insulin dipertimbangkan apabila target glukosa plasma tidak tercapai
setelah pemantauan DMG selama 1 - 2 minggu.
d. Obat hipoglikemik oral.
Obat hipoglikemik oral seperti glyburide dan metformin merupakan alternatif
pengganti insulin pada pengobatan DMG (Kurniawan,2016).

7. Dampak Diabetes Melitus Gestasional pada Ibu dan Bayi


a. Melahirkan Bayi Makrosomnia
Ibu hamil yang mengidap DM cenderung melahirkan bayi yang berukuran
lebih besar (makrosomia). Hal tersebut dapat menyulitkan proses persalinan yang
dapat menyebabkan trauma lahir, bahkan bayi baru lahir yang mempunyai berat
badan di atas nilai normal tidak dapat menangis atau bernapas secara spontan atau
teratur saat lahir. Bila kondisi ini berlangsung lama, kelak dapat menimbulkan cacat
lahir (Setiawan, dkk, 2014).
b. Abortus Spontan
Kelainan endokrin misalnya diabetes melitus, berkaitan dengan derajat
kontrol metabolik pada trisemester pertama. Selain itu juga hipotiroidism dapat
meningkatkan resiko terjadinya abortus, dimana autoantibodi tiroid menyebabkan
peningkatan insidensi abortus walaupun tidak terjadi hipotiroidsm yang nyata. Dalam

20
kejadian ini abortus yang terjadi adalah abortus spontan, yakini abortus yang terjadi
atau berlangsung tanpa tindakan. Kata lain yang luas digunakan adalah keguguran
(miscarriage) (Rahmawati, 2011).
c. Preeklamsi atau Hipertensi
Hal ini terutama jika sudah terdapat gangguan ginjal dan vaskuler. Hipertensi
yang dipicu atau mengalami eksaserbasi oleh kehamilan merupakan penyakit utama
yang paling memaksa dilakukannya pelahiran premature/ preterm pada ibu diabetik
(Maryunani,2013).
d. Infeksi
Infeksi lebih umu terjadi pada dan lebih berat pada wanita diabetik yang
hamil. Infeksi yang sering terjadi adalah vulvovaganitis kandida, infeksi saluran
kemih, infeksi panggul pada masa nifas dan infeksi pada jalan lahir. Yang umum
terjadi pada masa hamil, lebih sering terjadi pada wanita diabetik bersifat serius
karena infeksi ini dapat menyebabkan peningkatan resistensi insulin dan ketoasidosis
(Maryunani,2013).
e. Risiko DM Tipe 2 di Kemudian Hari
Ibu hamil yang terindikasi diabetes melitus gestasional, jika tidak
mendapatkan penanganan dan pengobatan serta terapi untuk menurunkan kadar
gulanya setelah melahirkan, diabetes melitus gestasional ini dapat berkembang
menjadi diabetes melitus tipe 2, dimana diabetes mleitus tipe 2 ini akan
mempengaruhi kesehatan ibu dikehamilan selanjutnya. Hal ini didukung oleh review
sistematis oleh Kim dkk pada tahun 2013, menyebutkan bahwa seseorang yang
mengalami diabetes selama kehamilannya setelah diikuti selama 5 tahun berkembang
menjadi diabetes melitus tipe 2 sebanyak 50% kasus. Tentunya hal ini sangat
menghawatirkan karena dampak –dampak dari diabetes pada kehamilan sendiri tidak
hanya mengenai ibu tetapi juga pada janin dan berarti di Indonesia akan bertambah
pula penderita diabetes melitus tipe 2.
f. Morbiditas Neonatus
Morbiditas neotatus pada kehamilan diabetik secara lebih signifikan lebih tinggi
dari pada bayi yang dilahirkan dari ibu non diabetik. Bayi yang dilahirkan oleh ibu

21
diabetik harus dipantau secara ketat pada awal periode neonatal untuk mengetahui
kemungkinan komplikasi, terutama hipoglikemia dan sindrom gawat napas.
g. Hipoglikemia, Polisitemia dan Hiperbilirubinemia
Pada trimester kedua kehamilan, pankreas janin dengan ibu diabetes mellitus
gestasional akan beradaptasi dengan hiperglikemik dalam lingkungan uterus dengan
meningkatkan produksi insulin, yang mengakibatkan hiperinsulinemia pada janin.
Titik kulminasi dari peristiwa metabolik yang terjadi di dalam uterus ini akan
mengakibatkan hipoglikemia, polisitemia dan hiperbilirubinemia. Hipoglikemia
neonatus setelah kelahiran bayi diantisipasi, terutama 24 jam pertama karena bayi
terus menghasilkan sejumlah besar insulin pada awal periode neonatal akibat
hiperglikemia janin yang baru-baru dialainya. Akan tetapi, setelah tali pusar diklem,
bayi tidak lagi terpajan dengan kadar glukosa yang tinggi dari ibu. Ibu harus
menyusui bayi mereka secara langsung setelah lahir dan pada interval yang sering
(setiap 3-4 jam) utuk mencegah hipoglikemia. Kadar glukosa bayi terus dikaji 1-2
jam setelah lahir kemudian 4-6 jam selama 24-48 jam pertama dengan tujuan
mempertahankan glukosa darah minimal 2 mmol/l. Hiperinsuinemia janin selama
kehamilan juga menyebabkan peningkatan produksi sel darah merah yang
mengakibatkan polisitemia, yang mungkin membutuhkan koreksi melalui transfusi
pertukaran darah parsial. Pemecahan kelebihan sel darah merah secara cepat dan
imaturitas relatif hati bayi baru lahir menyebabkan bayi tersebut mengalami ikterus.

C. POLIHIDRAMNION
1. Pengertian

Hidramnion merupakan keadaan dimana jumlah air ketuban lebih banyak dari normal
atau lebih dari dua liter.

2. Perjalanan penyakit
a. Hidramnion kronis

Banyak dijumpai pertambahan air ketuban bertambah secara perlahan-lahan


dalam beberapa minggu atau bulan, dan biasanya terjadi pada kehamilan yang lanjut.

22
b. Hidramnion akut

Terjadi penambahan air ketuban yang sangat tiba-tiba dan cepat dalam waktu
beberapa hari saja. Biasanya terdapat pada kehamilan yang agak muda, bulan ke-5
dan ke-6. Komposisi dari air ketuban pada hidramnion, menurut penyelidikan, serupa
saja dengan air ketuban yang normal.

3. Etiologi
Mekanisme terjadinya hidramnion hanya sedikit yang diketahui. Secara teori
hidramnion terjadi karena :
a. Produksi air ketuban bertambah; yang diduga menghasilkan air ketuban adalah epitel
amnion, tetapi air ketuban juga dapat bertambah karena cairan lain masuk kedalam
ruangan amnion, misalnya air kencing anak atau cairan otak pada anencephalus
b. Pengaliran air ketuban terganggu; air ketuban yang telah dibuat dialirkan dan diganti
dengan yang baru. Salah satu jalan pengaliran adalah ditelan oelh janin, diabsorbsi
oelh usus dan dialirkan ke plasenta akhirnya mask kedalam peredaran darah ibu.
Jalan ini kurang terbuka kalau anak tidak menelan seperti pada atresia esophogei,
anencephalus atau tumor-tumor plasenta. Pada anencephalus dan spina bifida diduga
bahwa hidramnion terjadi karena transudasi cairan dari selaput otak dan selaput sum-
sum tulang belakang. Selain itu, anak anencephaly tidak menelan dan pertukaran air
terganggu Karena pusatnya kurang sempurna hingga anak ini kencing berlebihan.
Pada atresia oesophagei hidramnion terjadi karena anak tidak menelan. Pada gemelli
mungkin disebabkan karena salah satu janin pada kehamilan satu telur jantungnya
lebih kuat dan oleh karena itu juga menghasilkan banyak air kencing. Mungkin juga
karena luasnya amnion lebih besar pada kehamilan kembar. Pada hiramnion seing
ditemukan plasenta besar.
Pendapat para ahli yang lain mengatakan hidramnion terjadi karena :
a. Produksi air jernih berlebih
b. Ada kelainan pada janin yang menyebabkan cairan ketuban menumpuk, yaitu
hidrocefalus, atresia saluran cerna, kelainan ginjal dan saluran kencing congenital
c. Ada sumbatan / penyempitan pada janin sehingga dia tidak bisa menelan air ketuban.
Alhasil volume ketuban meningkat drastis

23
d. Kehamilan kembar, karena adanya dua janin yang menghasilkan air seni
e. Ada proses infeksi
f. Ada hambatan pertumbuhan atau kecacatan yang menyangkut system syaraf pusat
sehingga fungsi gerakan menelan mengalami kelumpuhan
g. Ibu hamil mengalami diabetes yang tidak terkontrol
h. Ketidak cocokan / inkompatibilitas rhesus

4. Predisposisi

Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya hidramnion, antara lain :

a. Penyakit jantung
b. Nefritis
c. Edema umum (anasarka)
d. Anomaly kongenintal (pada anak), seperti anensefali, spina bifida, atresia atau striktur
esophagus, hidrosefalus, dan struma bloking oesaphagus. Dalam hal ini terjadi
karena :
1) Tidak ada stimulasi dari anak dan spina
2) Exscressive urinary secration
3) Tidak berfungsinya pusat menelan dan haus
4) Transudasi pusat langsung dari cairan meningeal keamnion
5) Simpul tali pusat
6) Diabetes mellitus
7) Gemelli uniovulair
8) Mal nutrisi
9) Penyakit kelenjar hipofisis
10) Pada hidramnion biasanya plasenta lebih besar dan terasa lebih berat dari biasa
karena itu transudasi menjadi lebih banyak dan timbul hidramnion

24
5. Diagnosis
a. Anamnesis
1) Perut lebih besar dan terasa lebih berat dari biasa
2) Pada yang ringan keluhan-keluhan subyektif tidak banyak
3) Pada yang akut dan pada pembesaran uterus yang cepat maka terdapat keluhan-
keluhan yang disebabkan karena tekanan pada organ terutama pada diafragma,
seperti sesak (dispnoea), nyeri ulu hati, dan sianosis
4) Nyeri perut karena tegangnya uterus, mula dan muntah
5) Edema pada tungkai, vulva, dinding perut
6) Pada proses akut dan perut besar sekali, berkeringat dingin dan sesak
b. Inspeksi
1) Kelihatan perut sangat buncit dan tegang, kulit perut berkilat, retak-retak, kulit
jelas dan kadang-kadang umbilicus mendatar
2) Jika akut si ibu telihat sesak (dispnoe) dan sianosis, serta terlihat payah membawa
kandungan
c. Palpasi
1) Perut tegang dan nyeri tekan serta terjadi oedema pada dinding perut valve dan
tungkai.
2) Fundus uteri lebih tinggi dari tuanya kehamilan sesungguhnya
3) Bagian-bagian janin sukar dikenali karena banyaknya cairan
4) Kalau pada letak kepala, kepala janin bisa diraba, maka ballottement jelas sekali.
Karena bebasnya janin bergerak dan kepala tidak terfiksir, maka dapat terjadi
kesalahan-kesalahan letak janin
d. Auskultasi
1) Denyut jantung janin tidak terdengar atau jika terdengar sangat halus sekali
e. Rontgen foto abdomen
1) Nampak bayangan terselubung kabur karena banyaknya cairan, kadang-kadang
banyak janin tidak jelas
2) Foto rontgen pada hidramnion berguna untuk diagnose dan untuk menentukan
etiologi, seperti anomaly congenital (anensefali atau gemelli)

25
f. Pemeriksaan dalam
Selaput ketuban teraba dan menonjol walaupun diluar his
6. Diagnosa banding
Bila seorang ibu datang dengan perut yang lebih besar dari kehamilan yang seharusnya,
kemngkinan :
a. Hidramnion
b. Gemelli
c. Asites
d. Kista ovary
e. Kehamilan beserta tumor
7. Prognosis
a. Pada janin, prognosanya agak buruk (mortalitas kurang lebih 50%) terutama karena :
1) Congenital anomaly
2) Prematuritas
3) Komplikasi karena kesalahan letak anak, yaitu pada letak lintang atau tali pusat
menumbung
4) Eritroblastosis
5) Diabetes mellitus
6) Splutio plasenta jika ketuban pecah tiba-tiba
b. Pada ibu :
1) Solution plasenta
2) Atonia uteri
3) Perarahan post partum
4) Retensio plasenta
5) Syok
6) Kesalahan-kesalahan letak janin menyebabkan partus jadi lama dan sukar

8. Penatalaksanaan
Terapi hidramnion dibagi dalam tiga fase :
a. Waktu hamil

26
1) Hidramnion ringan jarang diberi terapi klinis, cukup diabservasi dan berikan
terapi simptomatis
2) Pada hidramnion yang berat dengan keluhan-keluhan, harus dirawat dirumah sakit
untuk istirahat sempurna
a) Berikan diet rendah garam
b) Obat-obatan yang dipakai adalah sedative dan obat dieresis
c) Bila sesak hebat sekali disertai sianosis dan perut tegang, lakukan pungsi
abdominal pada bawah umbilicus. Dalam satu hari dikeluarkan 500 cc perjam
sampai keluhan berkurang.
d) Jika cairan dikeluarkan dikhawatirkan terjadi his dan solution plasenta, apalagi
bila anak belum viable
e) Komplikasi fungsi dapat berupa : timbul his, trauma pada janin, terkenanya
rongga-rongga dalam perut oleh tusukan, infeksi serta syok, bila sewaktu
melakukan aspirasi keluar darah, umpamanya janin mengenai plasenta, maka
fungsi harus dihentikan
b. Waktu partus
1) Bila tidak ada hal-hal yang mendesak, maka sikap kita menunggu
2) Bila keluhan hebat, seperti sesak dan sianosis maka lakukan fungsi transvaginal
melalui serviks bila sudah ada pembukaan. Dengan memakai jarum pungsi
tusuklah ketuban pada beberapa tempat, lalu air ketuban akan keluar pelan-pelan
3) Bila sewaktu pemeriksaan dalam, ketuban tiba-tiba pecah, maka untuk
menghalangi air ketuban mengalir keluar dengan deras, masukan tinju kedalam
vagina sebagai tempon beberapa lama supaya air ketuban pelan-pelan. Maksud
semua ini adalah supaya tidak terjadi solution plasenta, syok karena tiba-tiba perut
menjadi kosong atau perdarahan post partum karena atonia uteri
c. Post partum
1) Harus hati-hati akan terjadinya perdarahan post partum, jadi sebaiknya lakukan
pemeriksaan golongan dan transfuse darah serta sediakan obat uterotonika
2) Untuk berjaga-jaga pasanglah infuse untuk pertolongan perdarahan post partum
3) Jika perdarahan banyak, dan keadaan ibu setelah partus lemah, maka untuk
menghindari infeksi berikan antibiotika yang cukup.

27
D. OLIGOHIDRAMNION

1. Pengertian

Oligohidramnion adalah suatu keadaandimana air ketuban kurang dari normal,


yaitu kurang dari 500 cc (manuaba, 2007), atau jugadidefinisikan dengan indeks cairan
amnion 5 cm atau kurang dari 12% dari 511 kehamilandengan usia kehamilan 41
minggu atau lebih.

2. Etiologi

Etiologi yang pasti belum jelas, tetapi disangka ada kaitannya dengan renal
agenosis janin. Etiologi primer lainnya mungkin oleh karena amnion kurang baik
pertumbuhannya dan etiologi sekunder lainnya, misalnya pada ketuban pecah dini.
Penyebab sekunder biasanya dikaitkan dengan :

- Pecahnya membran ketuban


- Penurunan fungsi ginjal atau terjadinya kelinan ginjal bawaan pada janin sehingga
produksiurin janin berkurang, padahal urin janin termasuk salah satu sumber
terbentuknya air ketuban
- Kehamilan post-term sehingga terjadinya penurunan fungsi plasenta.
- Gangguan pertumbuhan janin
- Penyakit yang diderita ibu seperti Hipertensi, Dibetes mellitus, gangguan
pembekuan darah,serta adanya penyakit autoimmune seperti Lupus.
Penyebab oligohidramnion tidak dapat dipahami sepenuhnya. Mayoritas wanita
hamil yang mengalami tidak tau pasti apa penyebabnya. Penyebab oligohidramnion
yang telah terdeteksi adalahcacat bawaan janin dan bocornya kantung / membran cairan
ketuban yang mengelilingi janindalam rahim. Sekitar 7% bayi dari wanita yang
mengalami oligohidramnion mengalami cacat bawaan, seperti gangguan ginjal dan
saluran kemih karena jumlah urin yang diproduksi janin berkurang.
Masalah kesehatan lain yang juga telah dihubungkan dengan oligohidramnion
adalah tekanan darah tinggi, diabetes, SLE, dan masalah padaplasenta. Serangkaian
pengobatan yangdilakukan untuk menangani tekanan darah tinggi, yang dikenal dengan

28
nama angiotensin-converting enxyme inhibitor (miscaptopril), dapat merusak ginjal
janin dan menyebabkanoligohidramnion parah dan kematian janin. Wanita yang
memiliki penyakit tekanan darah tinggiyang kronis seharusnya berkonsultasi terlebih
dahulu dengan ahli kesehatan sebelummerencanakan kehamilan untuk memastikan
bahwa tekanan darah mereka tetap terawasi baikdan pengobatan yang mereka lalui
adalah aman selama kehamilan mereka.

Jika dilihat dari segi Fetal, penyebabnya bisa karena :


- Kelainan Kromosom
- Cacat Kongenital
- Hambatan pertumbuhan janin dalam rahim
- Kehamilan postterm
- Premature ROM (Rupture of amniotic membranes)
Jika dilihat dari sisi Maternal, penyebabnya :
- Dehidrasi
- Insufisiensi uteroplasental
- Hipertensi / Preeklamsia
- Diabetes Mellitus
- Hypoxia kronis

Induksi Obat :

- Seperti obat antihipertensi


Pada kehamilan lewat bulan, kekurangan air ketuban juga sering terjadi karena ukuran
tubuh janin semakin besar. Oligohydramnion dapat terjadi di masa kehamilan trimester
pertama atau pertengahan usia kehamilan cenderung berakibat serius dibandingkan
jika terjadi di masakehamilan trimester terakhir.
3. Patofisiologi

Terlalu sedikitnya cairan ketuban dimasa awal kehamilan dapat menekanorgan-


organ janin dan menyebabkan kecacatan, seperti kerusakan paru-paru, tungkai dan
lengan. Olygohydramnion yang terjadi dipertengahan masa kehamilan juga

29
meningkatkan resiko keguguran, kelahiran prematur dan kematian bayi dalam
kandungan. Jika ologohydramnion terjadi di masa kehamilan trimester terakhir, hal ini
mungkin berhubungan dengan pertumbuhan janin yang kurang baik. Disaat-saat akhir
kehamialn, oligohydramnion dapat meningkatkan resiko komplikasi persalinan dan
kelahiran, termasuk kerusakan pada ari-ari memutuskan saluran oksigen kepada janin
dan menyebabkan kematian janin.

Sindroma Potter dan Fenotip Potter adalah suatu keadaan kompleks yang
berhubungan dengan gagal ginjal bawaan dan berhubungan dengan oligohidramnion
(cairan ketuban yangsedikit).

Fenotip Potter digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada bayi baru lahir,
dimana cairan ketubannya sangat sedikit atau tidak ada. Oligohidramnion
menyebabkan bayi tidak memiliki bantalan terhadap dinding rahim. Tekanan dari
dinding rahim menyebabkan gambaran wajah yang khas (wajah Potter). Selain itu,
karena ruang di dalam rahim sempit, maka anggota gerak tubuh menjadi abnormal
atau mengalami kontraktur dan terpaku pada posisi abnormal.

Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan paru-paru ( paru-


paru hipoplastik), sehingga pada saat lahir, paru-paru tidak berfungsi sebagaimana
mestinya.

Pada sindroma Potter, kelainan yang utama adalah gagal ginjal bawaan, baik
karena kegagalan pembentukan ginjal (agenesis ginjal bilateral) maupun karena
penyakit lain pada ginjal yang menyebabkan ginjal gagal berfungsi.

Dalam keadaan normal, ginjal membentuk cairan ketuban (sebagai air kemih) dan
tidak adanya cairan ketuban menyebabkan gambaran yang khas dari sindroma Potter.

Gejala Sindroma Potter berupa :

- Wajah Potter (kedua mata terpisah jauh, terdapat lipatan epikantus, pangkal
hidung yang lebar,telinga yang rendah dan dagu yang tertarik ke belakang).
- Tidak terbentuk air kemih
- Gawat pernafasan,

30
Pada kehamilan sangat muda, air ketuban merupakan ultrafiltrasi dari plasma
maternal dandibentuk oleh sel amnionnya. Pada trimester II kehamilan, air ketuban
dibetuk oleh difusiekstraselular melalui kulit janin sehingga komposisinya mirip
dengan plasma janin. Selanjutnyasetelah trimester II, terjadi pembentukan zat tanduk
kulit janin dan menghalangi disfusi plasma janin sehingga sebagian besar air
ketubannya dibentuk oleh sel amnionnya dan air kencingnya.

Ginjal janin mengeluarkan urin sejak usia 12 minggu dan setelah mencapai usia
18 minggusudah dapat mengeluarkan urin sebanyak 7-14 cc/hari. Janin aterm
mengeluarkan urin 27 cc/jamatau 250 cc dalam sehari.Sirkulasi air ketuban sangat
penting, sehingga jumlahnya dapat dipertahankan dengantetap. Pengaturannya
dilakukan oleh tiga komponen penting berikut:

a. Produksi yang dihasilkan oleh sel amnion.


b. Jumlah produksi air kencing.
c. Jumlah air ketuban yang ditelan janin.
Setelah trimester II sirkulasinya makin meningkat sesuai dengan tuanya
kehamilansehingga mendekati aterm mencapai 500 cc/hari.Produksinya akan
berkurang jika terjadi insufisiensi plasenta, kehamilan post term,gangguan organ
perkemihan, janin terlalu banyak minum, sehingga dapat menimbulkan makin
berkurangnya jumlah air ketuban intrauteri “ologohidramnion” dengan kriteria:
a. Jumlah kurang dari 200 cc
b. Kental.
c. Bercampur mekonium.
Persalinan preterm dapat diperkirakan dengan mencari faktor resiko mayor atau
minor.Faktor resiko minor ialah penyakit yang disertai demam, perdarahan
pervaginam pada kehamilanlebih dari 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih
dari 10 batang perhari, riwayat abortus pada trimester II, riwayat abortus pada
trimester I lebih dari 2 kaliFaktor resiko mayor adalah kehamilan multiple,
hidramnion, anomali uterus, serviks terbukalebih dari 1 cm pada kehamilan 32
minggu, serviks mendatar atau memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32
minggu, riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali, riwayat persalinan preterm

31
sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi,
daniritabilitas uterus.Pasien tergolong resiko tinggi bila dijumpai 1 atau lebih faktor
resiko mayor atau bila ada 2 ataulebioh resiko minor atau bila ditemukan keduanya.
(Kapita selekta, 2000 : 274)

Wanita Dengan Kondisi Berikut Memiliki Insiden Oligohidramnion Yang Tinggi.

- Anomaly congenital ( misalnya agenosis ginjal, sindroma potter )


- Retradasi pertumbuhan intra uterin
- Ketuban pecah sebelum waktunya ( usia kehamilan 24 - 26 minggu )
- Sindroma paska maturitas
- Terdapat riwayat Hipertensi atau preeklampsia
- Riwayat obstetric yang jelek

4. Gambaran klinis

- Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen

- Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak.

- Sering berakhir dengan partus prematurus.

- Bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih jelas.

- Persalinan lebih lama dari biasanya.

- Sewaktu his akan sakit sekali.

- Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar

5. Pemeriksaan penunjang
a. USG ibu
Cara memeriksanya yaitu dengan memeriksa indeks cairan amnion, yakni
jumklah pengukurankedalaman air ketuban di empat sisi kuadran perut ibu. Nilai
normal adalah antara 10 – 20 cm. bila kurang dari 10 cm disebut air ketuban
telah berkurang, jika kurang dari 5 cm maka inilahyang disebut dengan
oligohidramnion.

32
b. Rontgen perut bayi
Rontgen paru-paru bayi
Analisa gas darah.
6. Akibat oligohidramnion
a. Bila terjadi pada permulaan kehamilan maka janin akan menderita cacat
bawaan dan pertumbuhan janin dapat terganggu bahkan bisa terjadi partus
prematurus yaitu picak sepertikertas kusut karena janin mengalami tekanan
dinding rahim.
b. Bila terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut akan terjadi cacat bawaan seperti
club-foot, cacat bawaan karena tekanan atau kulit jadi tenal dan kering (lethery
appereance).
c. Jika terjadi pada saat menjelang persalinan, akan meningkatkan resiko
terjadinya komplikasiselama kelahiran, seperti tidak efektifnya kontraksi rahim
akibat tekanan di dalam rahim yangtidak seragam kesegala arah, sehingga
proses persalinan akan melemah atau berhenti.

7. Komplikasi dari oligohidramnion


Komplikasi oligohidramnion pada maternal praktis tidak ada, kecuali
akibatPersalinannya oleh karena :
- Sebagian persalinannya dilakukan dengan induksi
- Persalinan dilakukan dengan sc Dengan demikian komplikasi maternal adalah
trias komplikasi persalinandengan tindakan
Komplikasi terhadap janinOligohidramnion menyebabkan tekanan langsung pada
janin:
- Deformitas janin
- Leher telalu menekuk miring
- Bentuk tulang kepala janin tidak bulat
- Deformitas ekstremitas
- Talipes kaki terpelintir keluar
- Kompresi tali pusat langsung sehingga dapat menimbulkan fetal distress.

33
- Fetal distres menyebabkan makin terangsangnya nervus vagus dengan
dikeluarkannyamekonium semakin mengentalkan air ketuban.
- Oligohidramnion makin menekan dada sehingga saat lahir terjadi kesulitan
bernafas, karena paru mengalami hipoplasia sampai atelektase paru.
- Sirkulus yang sulit diatasi ini akhirnya menyebabkan kematian janin intrauteri.
- Amniotic band Karena sediktnya air ketuban, dapat menyebabkan terjadi
hubungan langsungantara membrane dengan janin sehingga dapat
menimbulkan gangguan tumbuh kembang janinintrauteri. Dapat dijumpai
ekstremitas terputus oleh karena hubungan atau ikatan denganmembrannya.

8. Tindakan konservatif
a. Tirah baring
b. Hidrasi.
c. Perbaikan nutrisi.
d. Pemantauan kesejahteraan janin (hitung pergerakan janin, NST, Bpp).
e. Pemeriksaan USG yang umum dari volume cairan amnion.
f. Amnion infusion
g. Induksi dan kelahiran.

34
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Komplikasi kehamilan seperti kehamilan ganda, diabetes mellitus, polihidramnion, dan


oligohidramnion jika tidak ditangani dengan tepat dapat mengakibatkan kematian pada Ibu
dan bayi. Tak hanya tenaga kesehatan, namun diperlukan kerja sama dari berbagai pihak
langsung maupun tak langsung untuk ikut andil menurunkan angka kematian Ibu.

B. SARAN

Bidan sebagai tenaga kesehatan garda terdepan hendaknya dapat berkolaborasi dengan
dokter kandungan dalam menurunkan AKI. Dalam prosesnya, Bidan harus terus belajar dan
meningkatkan skill serta mampu berpikir kritis agar dapat mengambil keputusan yang tepat
dalam menangani komplikasi kehamilan.

35

Anda mungkin juga menyukai