Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Kehamilan ganda atau kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin
atau lebih . Kehamilan kembar mempengaruhi ibu dan janin, diantaranya adalah
kebutuhan akan zat-zat ibu bertambah sehingga dapat menyebabkan anemia dan
defisiensi zat-zat lainnya, terhadap janin yaitu usia kehamilan tambah singkat dengan
bertambahnya jumlah janin pada kehamilan kembar : 25% pada gemelli, 50% pada
triplet, 75% pada quadruplet, yang akan lahir 4 minggu sebelum cukup bulan.Jadi
kemungkinan terjadinya bayi premature akan tinggi. Persalinan dengan kehamilan
kembar memiliki resiko lebih tinggi dari pada persalinan satu janin ( Tunggal ).
Semakin banyak jumlah janin yang dikandung ibu, semakin tinggi resiko yang akan
ditanggung ibu.
Komplikasi pada ibu dan janin pada kehamilan kembar lebih besar
dibandingkan kehamilan tunggal. Angka kematian perinatal pada kehamilan kembar
cukup tinggi, dengan kembar monozigotik 2,5 kali angka kematian kembar dizigotik.
Resiko terjadinya abortus pada salah satu fetus atau keduanya tinggi. Pada trisemester
pertama kehamilan reabsorbsi satu janin atau keduanya kemungkinan terjadi. Anemia
sering ditemukan pada kehamilan kembar oleh karena kebutuhan nutrisi yang tinggi
serta peningkatan volume plasma yang tidak sebanding dengan peningkatan sel darah
merah mengakibatkan kadar hemoblobin menjadi turun, keadaan ini berhubungan
dengan kejadian edema pulmonum pada pemberian tokolitik yang lebih tinggi
dibandingkan kehamilan kembar. Angka kejadian persalinan preterm ( umur
kehamilan kurang 37 minggu ) pada kehamilan kembar 43,6 % dibandingkan dengan
kehamilan tunggal sebesar 5,6 %. Frekuensi terjadinya hipertensi yang diperberat
kehamilan, preklamsia dan eklamsia meningkat pada kehamilan kembar. Pendarahan

1
antepartum oleh karena solutio plasenta disebabkan permukaan plasenta pada
kehamilan kembar jelek sehingga plasenta mudah terlepas. Kematian satu janin pada
kehamilan kembar dapat terjadi, penyebab kematian yang umum adalah saling
membelitnya tali pusat. ( Benirschke, 1983 ). Bahaya yang perlu dipertimbangkan
pada kematian satu janin adanya koagulopati konsumtif berat yang dapat
mengakibatkan terjadinya disseminated intravascular coagulopathy.

B. Rumusan masalah

Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan bagaimana asuhan kebidanan terhadap
pasien dengan kehamilan gemelli?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum:

Mahasiswa diharapkan mampu mengerti dan menjelaskan mengenai


kehamilan gemelli dan asuhan kebidanan pada kasus kehamilan gemelli

2. Tujuan khusus:

Pada akhir pembuatan makalah ini mahasiswa diharapkan mapu

a. Mengetahui pengertian dari kehamilan kembar


b. Mengetahui etiologi dari kehamilan kembar
c. Mengetahui patofisiologi
d. Mengetahui tentang pertumbuhan janin kembar
e. Mengetahui perbedaan ciri, sifat antara kembar monozigotik dan dizigotik
f. Mengetahui cara mendiagnosis kehamilan kembar
g. Mengetahui pengaruh kehamilan kembar terhadap ibu dan janin.
h. Mengetahui cara penanganan hamil kembar dalam kehamilan dan
persalinan.
i. Mengetahui istilah, indikasi, jenis, kompliksi dalam gemelli

2
D. Manfaat

1. Pembaca dapat memahami definisi, etiologi, patofisiologi, serta


penatalaksanaan pada pasien dengan gemelli
2. Pembaca khususnya mahasiswa kebidanan memahami asuhan kebidanan
yang tepat terhadap pasien dengan gemelli
3. Perawat dapat menerapkan asuhan kebidanan yang tepat terhadap pasien
dengan kasus gemelli

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Kehamilan gemelli atau kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau
lebih (Rustam Mochtar, 1998 )

B. Etiologi

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah ; bangsa, umur, dan paritas sering


mempengaruhi kehamilan kembar 2 telur.

2. Faktor obat-obat induksi ovulasi: profertil, clomid, dan hormone gonadotropin


dapat menyebabkan kehamilan dizigotik dan kembar lebih dari 2.

3. Faktor keturunan

4. Faktor bangsa

Mempengaruhi kehamilan ganda : di AS lebih banyak dijumpai pada


wanita kulit hitam dibandingkan kulit putih. Angka tertinggi kehamilan
ganda dijumpai di Finlandia dan terendah Jepang.

5. Faktor umur

Makin tua, makin tinggi angka kejadian kehamilan kembar dan


menurunan lagi setelah umur 40 tahun.

4
6. Paritas
Pada primipara 9,8 per 1000 dan multipara ( Oktipara ) naik jadi 18,9 per
1000 persalinan.

7. Keturunan

Keluarga tertentu akan cenderung melahirkan anak kembar yang


biasanya diturunkan secara paternal, namun dapat pula secara maternal.

C. Patofisiologi

Pada kehamilan kembar distensi uterus berlebihan, sehingga melewati batas


toleransi dan seringkali terjadi putus prematurus. Lama kehamilan kembar dua rata-
rata 260 hari, triplet 246 hari dan kuadruplet 235 hari. Berat lahir rata-rata kehamilan
kembar ± 2500gram, triplet 1800gram, kuadriplet 1400gram. Penentuan zigositas
janin dapat ditentukan dengan melihat plasenta dan selaput ketuban pada saat
melahirkan. Bila terdapat satu amnion yang tidak dipisahkan dengan korion maka
bayi tesebut adalah monozigotik. Bila selaput amnion dipisahkan oleh korion, maka
janin tersebut bisa monozigotik tetapi lebih sering dizigotik.1,2 Pada kehamilan
kembar dizigotik hampir selalu berjenis kelamin berbeda. Kembar dempet atau
kembar siam terjadi bila hambatan pembelahan setelah diskus embrionik dan sakus
amnion terbentuk, bagian tubuh yang dimiliki bersama dapat. Secara umum, derajat
dari perubahan fisiologis maternal lebih besar pada kehamilan kembar dibanding
dengan kehamilan tunggal. Pada trimester 1 sering mengalami nausea dan muntah
yang melebihi yang dikarateristikan kehamilankehamilan tunggal. Perluasan volume
darah maternal normal adalah 500 ml lebih besar pada kehamilan kembar, dan rata-
rata kehilangan darah dengan persalinan vagina adalah 935 ml, atau hampir 500 ml
lebih banyak dibanding dengan persalinan dari janin tunggal. Massa sel darah merah
meningkat juga, namun secara proporsional lebih sedikit pada kehamilan-kehamilan

5
kembar dua dibanding pada kehamilan tunggal, yang menimbulkan” anemia
fisiologis” yang lebih nyata. Kadar haemoglobin. kehamilan kembar dua rata-rata
sebesar 10 g/dl dari 20 minggu ke depan. Sebagaimana diperbandingkan dengan
kehamilan tunggal, cardiac output meningkat sebagai akibat dari peningkatan denyut
jantung serta peningkatan stroke volume. Ukuran uterus yang lebih besar dengan
janin banyak meningkatkan perubahan anatomis yang terjadi selama kehamilan.
Uterus dan isinya dapat mencapai volume 10 L atau lebih dan berat lebih dari 20 pon.
Khusus dengan kembar dua monozygot, dapat terjadi akumulasi yang cepat dari
jumlah cairan amnionik yang nyata sekali berlebihan, yaitu hidramnion akut. Dalam
keadaan ini mudah terjadi kompresi yang cukup besar serta pemindahan banyak
visera abdominal selain juga paru dengan peninggian diaphragma. Ukuran dan berat
dari uterus yang sangat besar dapat menghalangi keberadaan wanita untuk lebih
sekedar duduk.Pada kehamilan kembar yang dengan komplikasi hidramnion, fungsi
ginjal maternal dapat mengalami komplikasi yang serius, besar kemungkinannya
sebagai akibat dari uropati obstruktif. Kadar kreatinin plasma serta urin output
maternal dengan segera kembali ke normal setelah persalinan. Dalam kasus
hidramnion berat, amniosintesis terapeutik dapat dilakukan untuk memberikan
perbaikan bagi ibu dan diharapkan untuk memungkinkan kehamilan Berbagai
macam stress kehamilan serta kemungkinan-kemungkinan dari komplikasi-
komplikasi maternal yang serius hampir tanpa kecuali akan lebih besar pada
kehamilan kembar.

D. Frekuensi
Menurut Hukum Hellin ; Frekuensi antara kehamilan kembar dan tunggal adalah :

1. Gemelli (2) : 1 : 80

2. Triplet (3) : 1 : 802

6
3. Quadruplet : 1 : 803

4. Quintuplet : 1 : 804

5. Sextuplet : 1 : 805

E. Jenis Gemelli

1. Gemelli Dizigotik ( Kembar 2 telur, heterolog, bioviler, dan fraternal )

a. 1 Ovarium dan dari 2 folikel de Graff

b. 1 Ovarium dan dari 1 folikel de Graff

c. 1 Ovarium kanan dan 1 dari ovarium kiri

2. Gemelli monozigotik ( Kembar 1 telur, homolog, uniovuler, identik )

Dapat terjadi karena :

a. 1 telur dengan 2 inti, hambatan pada tingakat blastula

b. Hambatan pada tingkat segmentasi

c. Hambatan setelah amnion dibentuk, tetapi sebelum primitive streak.

Perbedaan ciri, sifat, dan lain-lainnya antara kembar monozogotik dan dizigotik

1. Plasenta 1 (70%) 2 (+100%) 2 (30%)

2. Korion 1 (70%) 2 (+100%) 2 ( 30%)

3. Amnion 1 (70%) 2 (+100%) 2 (30%)

4. Tali pusat 2 2

5. Sirkulasi darah janin bersekutu terpisah

7
6. Sekat kedua kantong 2 lapis 4 lapis

7. Jenis kelamin sama sama atau tidak

8. Rupa dan sifat sama agak berlainan

9. Mata,telinga, gigi, kulit

a. sama

b. Berbeda

c. Sama atau tidak

d. Agak berlainan

e. Ukuran antropologik sama

3. Conjoinet twins, superfrekuendasi, dan superfetasi

a. Conjoined twins/ kembar siam adalah kembar dimana janin melekat satu
dengan yang lainnya. Misalnya : torakofagus ( Dada dengan dada ),
abdominofagus ( Perlekatan kedua abdomen ), Kraniofagus ( Kedua kepala ),
dsb

b. Superfekundasi adalah pembuahan dua telur yang dikeluarkan pada ovulasi


yanga sama pada dua kali coitus yang dilakukan pada jarak waktu yang
pendek.

c. Superfetasi adalah kehamilan kedua yang terjadi beberapa minggu atau bul,an
setelah kehamilan pertama

8
F. Pertumbuhan Janin kembar

1. Berat badan 1 janin kehamilan kembar rata – rata 1000 gram lebih ringan dari
jenis tunggal.

2. Berat badan baru lahir biasanya pada kembar dua di bawah 2500 gram, triplet
dibawah 2000 gram, zuadriplet 1500 gram, dan quintuplet dibawah 1000
gram.

3. Berat badan masing – masing janin dari kehamilan kembar tidak sama,
umumnya berselisih antara 50 sampai 1000 gram, dan karena pembegian
sirkulasi darah tidak sama, maka yang satu lebih kurang tumbuh dari yang
lainnya.

4. Pada kehamilan kembar dizigotik :

Dapat terjadi janin yang satu meninggal dan janin yang lain tumbuh
sampai cukup bulan. Janin yang mati bisa diresorbsi ( Kalau pada kehamilan
muda ), atau pada kehamilan yang agak tua, janin jadi pipih yang disebut fetus
papyraseus atau kompresus.

5. Pada kehamilan kembar monozogotik : Pembuluh darah janin yang satu


beranastomis dengan janin yang lainnya, karena itu setelah bayi satu lahir tali
pusat harus diikat untuk menghindari pendarahan. Karena itu janin yang satu
dapat terganggu pertumbuhannya dan menjadi monstrum, seperti akardiakus
dan kelainan lainnya. Dapat terjadi sindroma transfuse fetal : pada janin yang
mendapat darah lebih banyak terjadi hidramnion,polisitemia,oedema, dan
pertumbuhan yang baik. Sedangkan janin kedua terlihat kecil, anemis,
dehidrasi, oligohidrami, dan mikrokardia, karena kurang mendapat darah.

9
G. Letak pada presentasi janin

Pada kehamilan kembar sering terjadi kesalahan presentasi dan posisi kedua
janin. Begitu pula letak janin kedua, dapat berubah setelah janin pertama lahir,
misalnya : dari letak lintang dapat berubah menjadi letak sungsang atau letak kepala.
Berbagai kombinasi letak, presantasi dan posisi bisa terjadi. Yang paling sering di
jumpai adalah : Kedua janin dalam letak membujur, presentasi kepala ( 44-47%)
Letak membujur, presentasi kepala bokong ( 37-38%) Keduanya presentasi bokong
( 8-10 Letak lintang dan presentasi kepala ( 5-5,3%)
Letak lintang dan presentasi bokong ( 1,5-2%) Dua-duanya letak lintang ( 0,2-0,6%)
Letak dan presentasi “69” adalah letak yang berbahaya, karena dapat terjadi kunci-
mengunci ( Interlocking )

H. Diagnosis Kehamilan Kembar

1. .Anamnesis

Perut lebih buncit dari semestinya sesuai dengan umur tuanya


kehamilan. Gerakan janin lebih banyak dirasakan ibu hamil. Uterus terasa
lebih cepat membesar. Pernah hamil kembar atau ada riwayat keturunan
kembar. Apakah telah mendapat pengobatan infertilitas.

2. Inspeksi dan palpasi

Pada pemeriksaan pertama dan ulangan ada kesan uterus lebih besar dan lebih
cepat tumbuhnya dari biasa. Gerakan – gerakan janin terasa lebih sering
Bagian – bagian kecil terasa lebih banyak. Teraba ada 3 bagian besar janin.
Teraba ada 2 balotement

3. Auskultasi

10
Terdengar 2 denyut jantung janin pada 2 tempat yang agak berjauhan dengan
perbedaan kecepatan sedikitnya 10 denyut per menit atau bila dihitung
bersamaan terdapata selisih 10.

4. Rotgen foto abdomen

Tampak gambaran 2 Janin.

5. Ultrasografi

Bila tampak 2 janin atau 2 jantung yang berdenyut yang telah dapat
ditentukan pada triwulan I/pada kehamilan 10 minggu.

6. Elektrokardiogramn total

Terdapat gambaran 2 EKG yang berbeda dari kedua janin.

7. Reaksi kehamilan

Karena pada hamil kembar pada umumnya plasenta besar atau ada 2
plasenta, maka produksi HCG akan tinggi, jadi titrasi reaksi kehamilan bisa
positif, kadang – kadang sampai 1/200. Hal ini dapat dikacaukan dengan mola
hidatidosa. Kadangkala diagnose baru diketahui setelah bayi pertama lahir,
uterus masih besar, ternyata masih ada janin satu lamgi dalam rahim.
Kehamilan kembar sering terjadi bersamaan dengan hidramnion dan toksemia
gravidarum. 8.Pemeriksaan klinik gejala-gejala dan tanda-tanda Adanya
cairan amnion yang berlebihan dan renggangan dinding perut menyebabkan
diagnosis dengan palpasi menjadi sukar. Lebih kurang 50 % diagnosis
kehamilan ganda dibuat secara tepat jika berat satu janin kurang dari 2500
gram, dan 75 % jika berat badan satu janin lebih dari 2500 gram. Untuk
menghindari kesalahan diagnosis, kehamilan ganda perlu dipikirkan bila
dalam pemeriksaan ditemukan hal-hal berikut; besarnya uterus melebihi
lamanya amenorea, uterus tumbuh lebih cepat dari kehamilan normal, banyak
11
bagian kecil teraba, teraba tiga bagian besar, dan teraba dua balotemen, serta
terdengar 2 DJJ dengan perbedaan 10 atau lebih.

8. Diagnosis pasti :

a. Secara klinis :

1.) Terdapat 2 kepala, 2 bokong, dan 1 atau 2 punggung

2.) Terdengar 2 DJJ di tempat yang berjauhan dengan perbedaan 10


denyut permenit atau lebih.

3.) USG atau foto roentgen :

Bayangan janin lebih dari 1 . Berdasarkan pemeriksaan USG dapat


terlihat 2 bayangan janin atau lebih dengan 1atau 2 kantong amnion.
Diagnosis dengan USG sudah setelah kehamilan 6-8 minggu dapat
menentukan diagnosis akurat jumlah janin pada uterus dari jumlah
kantong gestasional yang terlihat

2. Diagnosis Differensial :

a. Kehamilan tunggal dengan janin besar

b. Hidramnion

c. Mola Hidatidosa

d. Kehamilan dengan tumor ( mioma/kista ovarium )

I. Komplikasi

Komplikasi pada ibu dan janin pada kehamilan kembar lebih besar dibandingkan
kehamilan tunggal. Angka kematian perinatal pada kehamilan kembar cukup
12
tinggi, dengan kembar monozigotik 2,5 kali angka kematian kembar dizigotik.
Resiko terjadinya abortus pada salah satu fetus atau keduanya tinggi. Pada
trisemester pertama kehamilan reabsorbsi satu janin atau keduanya kemungkinan
terjadi. Anemia sering ditemukan pada kehamilan kembar oleh karena kebutuhan
nutrisi yang tinggi serta peningkatan volume plasma yang tidak sebanding dengan
peningkatan sel darah merah mengakibatkan kadar hemoblobin menjadi turun,
keadaan ini berhubungan dengan kejadian edema pulmonum pada pemberian
tokolitik yang lebih tinggi dibandingkan kehamilan kembar. Angka kejadian
persalinan preterm ( umur kehamilan kurang 37 minggu ) pada kehamilan kembar
43,6 % dibandingkan dengan kehamilan tunggal sebesar 5,6 %. Frekuensi
terjadinya hipertensi yang diperberat kehamilan, preklamsia dan eklamsia
meningkat pada kehamilan kembar. Pendarahan antepartum oleh karena solutio
plasenta disebabkan permukaan plasenta pada kehamilan kembar jelek sehingga
plasenta mudah terlepas. Kematian satu janin pada kehamilan kembar dapat
terjadi, penyebab kematian yang umum adalah saling membelitnya tali pusat.
( Benirschke, 1983 ). Bahaya yang perlu dipertimbangkan pada kematian satu
janin adanya koagulopati konsumtif berat yang dapat mengakibatkan terjadinya
disseminated intravascular coagulopathy.
Kelainan kongenital mayor pada kehamilan kembar meningkat sesuai dengan
jumlah kembarnya. Pada kembar triplet, angka kelainan kongenital mayor lebih
tinggi dibandingkan kembar dua. Kelainan jantung pada kembar monozigotik 1 :
100 kasus. Perdarahan postpartum dalam persalinan kembar disebabkan oleh
overdistension uterus, tendesi terjadinya atonia uterus dan berasal dari insersi
plasenta.

Beberapa keadaan yang menyertai kehamilan kembar meliputi ;

1. Aborsi

13
Aborsi spontan lebih besar kemungkinannya terjadi pada kehamilan kembar.
Kembar dua monochorial jauh lebih banyak dibanding kembar dichorial, yang
mengimplikasikan monozygot sebagai faktor resiko untuk abortus spontan.

2.Berat Badan Lahir Rendah.

Kehamilan janin kembar lebih besar kemungkinannya dikarakterisasikan dengan


berat badan lahir rendah dibandingkan dengan kehamilan tunggal, paling sering
disebabkan oleh karena pertumbuhan janin yang terbatas serta persalinan preterm.
Secara umum, semakin besar jumlah janin, semakin besar derajat dari
keterbatasan pertumbuhan. Beberapa peneliti telah membuat sanggahan bahwa
pertumbuhan janin dalam kehamilan berganda berbeda dari yang tunggal, dan
bahwa pertumbuhan abnormal hanya dapat didiagnosa pada saat ukuran janin
kurang dari diharapkan untuk kehamilan berganda. Dalam kehamilan dizygotik,
perbedaan ukuran yang menyolok biasanya ditimbulakan dari plasentasi yang
tidak sama, dengan satu tempat plasenta enerima suplai darah yang lebih baik
dibandingkan yang lainnya, namun dapat juga merefleksikan potensial-potensial
pertumbuhan genetik yang berbeda. Dalam trisemester III, semakin besar massa
janin semakin bertambahnya maturasi plasenta serta insufisiensi plasenta relatif.
Perbedaan ukuran dapat juga disebabkan oleh karena abnormalitas umbilicus.
Derajat pembatasan pertumbuhan dalam kembar dua monozygot kemungkinannya
lebih besar dibandingkan pada pasangan dizygotik.
3. Durasi Kehamilan.

Pada saat jumlah dari janin meningkat, durasi dari kehamilan menurun. Kira-
kira separuh dari kembar dilahirkan pada 36 minggu atau kurang dan
persalinan sebelum genap bulan merupakan alasan utama untuk peningkatan
resiko morbiditas dan mortalitas neonatal pada kembar. Pembatasan
pertumbuhan serta morbiditas yang berhubungan, meningkat secara bermakna
pada kembar yang dilahirkan antara minggu ke 39 dan 41 dibandingkan
14
dengan persalinan pada 38 minggu atau kurang. Kehamilan kembar dua 40
minggu atau lebih harus dianggap posterm. Hal ini didasarkan pada
pengamatan bahwa bayi-bayi kembar dua lahir mati yang dilahirkan saat 40
minggu atau lebih memiliki gambaran-gambaran yang sama dengan bayi
tunggal postmatur.

J. Pengaruh terhadap ibu dan janin

1. Terhadap Ibu
a. Kebutuhan akan zat-zat bertambah sehingga dapat menyebabkan
anemia dan defisiensi zat- zat lainnya.
b. Kemungkinan terjadinya hidamnion bertambah 10 kali lebih besar
c. Frekuensi pre-eklamsi eklamsi lebih sering.
d. Karena uterus yang besar ibu mengeluh sesak napas, sering miksi,
serta terjadi adema dan
e. varises pada tungkai dan vulva.
f. Dapat terjadi inersia uteri, pendarahan post partum, dan solusio
plasenta setelah anak pertama lahir.
2. Terhadap Janin
Usia kehamilan tambah singkat dengan bertambahnya jumlah janin pada
kehamilan kembar : 25% pada gemelli, 50% pada triplet, 75% pada
quadruplet, yang akan lahir 4 minggu sebelum cukup bulan. Jadi
kemungkinan terjadinya bayi premature akan tinggi.
Bila sesudah bayi pertama lahir terjadi solusio plasenta, maka angka kematian
bayi kedua tinggi. Sering terjadi kesalahan letak janin, yang juga akan
mempertinggi angka kematian janin.

K. Penatalaksanaan kehamilan kembar

15
1. Perawatan Prenatal yang baik untuk mengenal kehamilan kembar dan
mencegah komplikasi yang timbul, dan bila diagnosis telah ditegakan
pemeriksaan ulang harus lebih sering ( 1x seminggu pada kehamilan > 32
minggu )
2. Setelah kehamilan 30 minggu, koitus dan perjalanan jauh sebaiknya dihindari,
karena akan merangsang portus prematurus.
3. Pemakaian korset gurita yang tidak terlalu ketat diperbolehkan, supaya terasa
lebih ringan.

4. Periksa darah lengkap, Hb, dan golongan darah.

5. Pematangan paru janin bila ada tanda – tanda portus prematurus yang
mengancam dengan pemberian bethametason 24 mg/hari.

6. Rawat inap bila :Ada kelainan obstetric Ada his/pembukaan serviks


Adanya hipertensi Pertumbuhan salah satu janin terganggu Kondisi social
yang tidak baik. Profilaksis/mencegah portus prematurus dengan obat
tokolitik. Untuk menurunkan mortalitas dan morbiditas perinatal pada
kehamilan kembar, perlu dilakukan tindakan-tindakan untuk mencegah
terjadinya komplikasi seawall mungkin. Diagnosis dini kehamilan kembar
harus dapat ditegakkan sebagai perencanaan pengelolaan kehamilan. Mulai
umur kehamilan 24 minggu pemeriksaan antenatal dilakukan tiap 2 minggu,
dan sesudah usia kehamilan 36 minggu pemeriksaan dilakukan tiap minggu.
Istirahat baring dianjurkan lebih banyak karena hal itu menyebabkan aliran
darah keplasenta meningkat agar pertumbuhan janin baik.Kebutuhan kalori,
protein, mineral, vitamin dan asam lemak esential harus cukup oleh karena
kebutuhan yang meningkat pada kehamilan kembar. Kebutuhan kalori harus
ditingkatkan sebesar 300 kalori perhari. Pemberian 60 sampai 100 mg zat besi
perhari, dan 1 mg asam folat diberikan untuk menambah zat gizi lain yang
telah diberikan. Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan untuk mengetahui
16
adanya diskordansi pada kedua janin pengukuran lingkar perut merupakan
indikator yang sensitif dalam menentukan diskordansi.Pada kehamilan
kembar terjadi peningkatan risiko persalinan preterm, sehingga dilakukan
pemberian kortikosteroid diperlukan untuk pematangan paru berupa
betamethsone 12 mg/hari , untuk 2 hari saja. Bila tak ada betamethasone dapat
diberikan dexamethasone serta pemberian tokolitik.

7. Percepatan Pematangan Fungsi Paru

Berdasarkan observasi sebelumnya bahwa kortikosteroid yang diberikan


kepada domba betina dapat mempercepat pematangan paru janin preterm,
Liggins dan Howie (1972) melakukan studi acak untuk mengevaluasi efek
betametason yang diberikan pada ibu (12 mg secara intramuskular dalam dua
dosis, selang 24 jam) untuk mencegah gawat nafas pada bayi preterm yang
kemudian dilahirkan. Bayibayi yang dilahirkan sebelum minggu ke-34
mengalami penurunan signifikan insiden gawat nafas dan kematian neonatal
akibat penyakit membran hialin bila kelahirannya ditunda sekurang-
kurangnya 24 jam setelah selesai pemberian betametason 24 jam kepada ibu
sampai 7 hari setelah selesai terapi steroid.

Glack (1979) menekankan bahwa produksi surfaktan kemungkinan


dipercepat jauh sebelum aterm pada kehamilan yang dipersulit oleh sejumlah
kondisi dan stress pada ibu atau janin. Seperti penyakit ginjal kronis,
kardiovaskuler kronis, hipertensi kehamilan, kecanduan heroin, pertumbuhan
janin terhambat, infark plasenta, korioamnionitis, atau ketuban pecah preterm.
Pandangan ini dianut secara luas meskipun data terbaru menyangkal
hubungan ini.

Owen dak (1990) menyimpulkan bahwa suatu kehamilan yang mengalami


“stress” (terutama hipertensi pada kehamilan) tak banyak memberi
keuntungan terhadap ketahanan hidup janin. Demikian pula Hallal dan
17
Bottoms (1993) mengkaji 1395 kehamilan yang dilahirkan pada usia gestasi
antara 24 dan 35 minggu serta menemukan bahwa ketuban pecah dini tidak
berkaitan dengan pematangan paru yang lebih cepat.

Kortikosteroid mempercepat produksi surfaktan dari pneumosit dan


mengurangi insiden kematian neonatus, perdarahan intraserebral, dan
enterokolitis. Dosis betametason yang dianjurkan adalah 12.0 mg
intramuskular, diulang dalam 24 jam.7 Deksametason diberikan dalam dosis 5
mg dengan interval 6 jam hingga tercapai dosis total 20 mg. Pemberian
kortikosteroid harus dimulai 24-48 jam sebelum persalinan.8 Kortikosteroid
diberikan untuk menginduksi pematangan paru janin pada kehamilan 24
sampai 34 minggu jika tidak ditemukan tanda-tanda infeksi. Pemberian
kortikosteriod pada kehamilan kurang dari 23 minggu masih kontroversi.
Pemberian kortikosteroid pada kehamilan kurang dari 23 minggu tidak
berguna untuk memperbaiki keadaan pernafasan karena pada janin kurang
dari 23 minggu belum terbentuk sel pneumosit yang memproduksi surfaktan.

Penelitian-penelitian yang dimulai tahun 1970an, yang menindaklanjuti


perkembangan anak-anak yang diberi terapi antenatal kortikosteroid sampai
umur 12 tahun tidak memperlihatkan efek buruk dibidang perkembangan saraf
jangka panjang. Hal ini diukur berdasarkan adanya gangguan belajar, perilaku,
dan motorik atau sensorik (National Institute of Health Consensus
Development Panel, 1995). Namun terdapat efek jangka pendek pada ibu,
antara lain edema paru, infeksi dan pengendalian glukosa yang lebih sulit
pada ibu diabetik. Tidak dilaporkan adanya efek jangka panjang pada ibu.

Kortikosteroid tidak hanya mempengaruhi pematangan paru saja,


melainkan juga merangsang persalinan. Jenssen dan Wright (1977), Mati dkk
(1973) melaporkan bahwa kortikosteroid dapat menginduksi persalinan pada
manusia lebih dari 20 tahun yang lalu. Selain itu, Elliot dan Radin (1995)
18
mengkonfirmasi bahwa kortikosteroid menginduksi kontraksi uterus dan
persalinan preterm pada manusia.

Esplin dkk (2000) membandingkan perkembangan mental dan psikomotor


pada 429 bayi dengan berat lahir rendah yang terpajan dua kali atau lebih
pemberian kortikosteroid antenatal dengan bayi yang terpajan satu kali
pemberian atau tidak mendapatkan pajanan sama sekali. Mereka tidak
menemukan adanya manfaat pada dosis berulang. Pajanan terhadap pemberian
kortikosteroid berulang secara independen dan signifikan diikuti dengan
perkembangan psikomotor yang abnormal.

Vermillion dkk (2000) dalam sebuah analisis terhadap 453 bayi,


menetapkan bahwa sepsis neonatorum awitan dini, korioamnionitis dan
kematian neonatal secara signifikan berhubungan dengan pemberian
betametason dosis multiple pada ibu. Thorp (2000) dan Guinn (2001) dkk
melakukan percobaan prospektif besar dan tidak menemukan manfaat pada
pemberian steroid berulang. Dilaporkan terdapat penurunan lingkar kepala
yang signifikan pada bayi-bayi yang terpajan steroid. Mercer dkk (2001)
melaporkan penurunan berat dan panjang badan lahir yang bergantung dosis
pada neonatus yang terpajan terapi steroid antenatal.

Tokolitik
Tokolitik berguna untuk mengurangi kontraksi uterus dan menahan
pembukaan
serviks. Pada pemberian tokolitik, pasien harus dirawat di rumah sakit untuk
observasi dan tirah baring.7 Pemberian tokolitik yang dianjurkan meliputi5:

a. Nifedipine 10 mg, diulang tiap 30 menit, maksimum 40 mg/6 jam.


Umumnya
hanya diperlukan 20 mg, dan dosis perawatan 3 x 10mg.

19
b. B-mimetik : terbutalin atau salbutamol.

L. Penanganan dalam persalinan

1. Bila anak pertama letaknya membujur, kala I diawasi seperti biasa, ditolong
seperti biasa dengan episiotomy mediolateralis.

2. Setelah itu baru waspada, lakukan periksa luar, periksa dalam untuk
menentukan keadaan anak kedua. Tunggu sambil memeriksa tekanan darah
dan lain – lain.

3. Biasanya dalam 5 – 10 menit lagi his akan kuat lagi. Bila anak kedua terletak
membujur, ketuban dipecahkan pelan-pelan supaya air ketuban tidak mengalir
deras keluar. Tunggu dan pimpin persalinan anak kedua seperti biasa.

4. Waspadalah atas kemungkinan terjadinya pendarahan post partum, maka


sebaliknya pasang infuse profilaksis.

5. Bila ada kelainan letak pada anak kedua, misalnya melintang atau prolaps atau
tali pusat dan solusio plasenta, maka janin dilahirkan dengan cara operatif
obstetric :
Pada letak lintang coba versi luar dulu, atau lahirkan dengan cara versi dan
ekstraksi
Pada letak kepala, persalinan dipercepat dengan ekstraksi vakum atau forceps
Pada letak bokong/kaki, ekstraksi bokong/kaki.

6. Idikasi seksio saesaria hanya pada :

a. Janin pertama letak lintang Bila terjadi prolaps tali pusat


Plasenta previa Terjadi interlocking pada letak janin 69, anak pertama
letak sungsang dan anak kedua letak kepala.

20
7. Kala IV di awasi terhadap kemungkinan terjadinya pendarahan postpartum :
berikan suntikan sinto metrin yaitu 10 satuan sintosinon tambah 0,2 mg
methergin IV.

8. Prinsip penanganan kehamilan kembar :

a. Cek Presentasi : Bila vertex lakukan pertolongan dengan presentasi normal


dan lakukan monitoring dengan portograf Bila presentasi bokong berikan
pertolongan sama bayi tunggal presentasi bokong. Bila letak lintang lakukan
seksio saesaria.

b. Monitor janin dengan auskultasi berkala DJJ

c. Pada kala II beri oksitosin 2,5 IU dalam 500 ml, Dektrose 5% atau RL/10
tetes/menit

d. Jangan melepaskan klem tali pusat dan jangan melahirkan plasenta sampai
bayi yang terakhir lahir. Bayi II dan seterusnya

e. Segera setelah kelahiran bayi I : Lakukan palpasi abdomen untuk menentukan


adanya bayi selanjutnya Bila letak lintang lakukan versi luar Periksa DJJ
2.Lakukan pemeriksaan vaginal untuk : adanya prolaps funikuli, ketuban
pecah dan intak, presentasi bayi Bila Presentasi vertex Bila kepala belum
masuk, masukkan pada PAP secara manual Ketuban dipecah

f. Periksa DJJ Bila tak timbul kontraksi dalam 10 menit, tetesan oksitosin
dpercepat sampai his edukuat. Bila dalam 30 menit bayi belum lahir lakukan
tindakan menurut persyaratan yang ada ( Vakum, forceps, seksio ) Bila
presentasi bokong Lakukan persalinan pervaginam bila pembukaan lengkap
dan bayi tersebut tidak lebih besar dari bayi I Bila tidak ada kontraksi sampai
10 menit, tetesan oksitosin dipercepat sampai his his edukuat Pecahkan
ketuban Periksa DJJ Bila gawat janin lakukan ekstraksi Bila tidak mungkin

21
melakukan persalinan pervaginam lakukan SC Bila letak lintang Bila ketuban
intak, lakukan versi luar Bila versi luar gagal dan pembukaan lengkap
lakukan versi ekstraksi Bila gagal lakukan SC

g. Paska persalinan berikan oksitosin drip 20 IU dalam 1 Liter cairan 60 tetes/


menit atau berikan ergometrin 0,2 mg IM 1 menit sesudah kelahiran anak
yang terakhir dan lakukan manajemen aktif kala III

h. Jangan memberikan ergometrin pada pre eklamsi, eklamsi, dan hipertensi


karena dapat menyebabkan resiko kejang dan CVA.

i. Seksio Sesaria

Seksio sesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan


membuka dinding perut dan dinding uterus (Ilmu Kebidanan, edisi ketiga,
Halaman 863).Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau
seksio sesarea adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari
dalam rahim (Sinopsis Obstetri Jilid 2, Halaman 133).Seksio sesarea
adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh serta berat janin diatas 500gram
(IlmuKebidanan,Edisiketiga,Hal133).

Penyebab dilakukannya seksio sesarea adalah lasenta previaGawat


janinDisproporsi sefalo-pelvik (ketidakseimbangan kepala dan
panggul).Pernah seksio sesarea.Kelainan letak.Pre eklampsia dan hipertensi
Incoordination uteri action ( tidak ada kerjasama yang teratur antara fungsi
alat kandungan). InsidenDulu angka morbiditas dan mortalitas untuk ibu dan
janin tinggi. Pada masa sekarang oleh karena kemajuan yang pesat dalam

22
tehnik operasi, anastesi, penyediaan cairan dan darah, indikasi dan antibiotika,
angka ini sangat menurun. Angka kematian ibu pada rumah – rumah sakit
dengan fasilitas operasi yang baik dan oleh tenaga-tenaga yang cekatan adalah
kurang dari 2 per 1000. nasib janin yang ditolong secara seksio sesarea sangat
tergantung dari keadaan janin sebelum dilakukan operasi. Menurut data dari
negara – negara dengan pengawasan antenatal yang baik dan fasilitas neonatal
yang sempurna, angka kematian perinatal sekitar 4 – 7 %.
Jenis – jenis seksio sesareaSeksio sesarea klasik (korporal)Dengan
sayatan memanjang pada korpus uteri kira – kira sepanjang 10 cm. Seksio
sesarea ismika (profunda)Dengan sayatan melintang konkaf pada segmen
bawah rahim kira-kira 10 cm. Komplikasi seksio sesareaInfeksi
puerperalKomplikasi ini bisa bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama
beberapa hari dalam masa nifas, bersifat berat seperti peritonitis, sepsis
dsb.PerdarahanPerdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika
cabang-cabang arteri ikut terbuka, atau karena atonia uteri.Komplikasi-
komplikasi lain seperti luka kandung kencing, embolisme paru-paru, dan
sebagainya sangat jarang terjadi.Suatu komplikasi yang baru kemudian
tampak, ialah kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada
kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri. Kemungkinan peristiwa ini
lebih banyak ditemukan sesudah seksio sesarea klasik.

1. Pathofisiologi Seksio sesaria


Suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding perut dan dinding rahim dalam keadaan utuh
mengingat bahwa terjadinya ruptur uteri sesudah seksio sesarea dilakukan
segmen bawah uterus tidak begitu besar, disini diambil sikap untuk
membolehkan wanita hamil untuk bersalin pervagina, kecuali jika sebab
seksio sesarea tetap ada misalnya kesempitan pada pinggul, mengenai

23
kontraindikasi perlu diingat bahwa seksio sesarea tidak dilakukan kecuali
dalam keadaan terpaksa, misalnya janin sudah meninggal dalam uterus
atau janin terlalu kecil untuk hidup diluar kandungan (Menurut
Prawirohardjo S, 1999).

2. Perawatan Post Operasi Seksio Sesaria


a. Analgesia
Untuk wanita dengan ukuran tubuh rata – rata dapat disuntikkan
intramuskuler yaitu mepedivin setiap 3 jam sekali bila diperlukan
untuk mengatasi rasa sakit atau dapat disuntikkan dengan cara serupa
10 mg morphin. Jika ibu berukuran kecil dosis mepedivin yang
diberikan adalah 50 mg dan jika berukuran besar dosis yang paling
tepat adalah 100 mg mepedivine.
b. Tanda vital
Pasien dievaluasi sekurang-kurangnya setiap jam sekali paling sedikit
4 jam dan tekanan darah, nadi, jumlah urine serta jumlah darah yang
hilang dan fundus uteri serta pengukuran suhu badan harus diperiksa
pada saat dini.Terapi cairan dan diet Karena selama 24 jam pertama
penderita puasa pasca operasi maka pemberian cairan infus harus
cukup banyak dan mengandung elektrolit yang diperlukan agar tidak
terjadi hipertermia dan dehidrasi.

c. Mobilisasi
Mobilisasi secara tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu
jalannya penyembuhan. Penderita miring ke kiri dan ke kanan sudah
dapat dimulai sejak 6 – 10 jam setelah penderita sadar. Latihan
pernafasan dilakukan penderita sambil tidur terlentang, sedini
mungkin setelah sadar.

24
d. Perawatan luka Luka insisi diinspeksi setiap hari untuk
mengetahui penyembuhan luka. Secara normal jahitan kulit
diangkat pada hari ke empat post partum. Pasien sudah dapat
mandi tanpa membahayakan luka insisi.

25
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS NY. Y UMUR 21 TAHUN P1 AO


AH2 NIFAS HARI PERTAMA POST SC ATAS INDIKASI GEMELI DI
RUANG SAKINAH RS. PKU MUHAMMAHDIYAH YOGYAKARTA
No MR :1051989
Masuk tgl/jam :1 Juni 2010/08.00

I. PENGKAJIAN Tgl/jam: 2 Juni 2010/14.00


A. Subyektif
1. Identitas Istri Suami
Nama : Ny.Y Tn.S
Umur : 21 25
Agama : islam islam
Pendidikan : SMP SMA
Pekerjaan : IRT Swasta
Suku/bangsa : Jawa/indonesia Jawa/Indonesia

Alamat : Ngajaran Sidomulyo Bambanglipuro Bantul


Telp :
2. Anamnesa
a. Keluhan Utama : Ibu mengatakan perutnya terasa nyeri pada
luka bekas operasi.
b. Riwayat Perkawinan
Perkawinan ke :I
Menikah sejak umur : 20 tahun
Lama perkawinan : 1 tahun
Status Perkawinan : sah

Riwayat Haid
Menarche : 12 tahun
Lama Menstruasi : 4-5 hari
Teratur/tidak : teratur
Sakit/tidak : tidak
Siklus : 30 hari
HPHT : 21-10-2009
HPL : 18-7-2010
UK : 32 mg

26
c. Riwayat Obstetric
G1P0A0

No Th UK Jenis Penolong Tempat H/M L/P BB Komplikasi


Persalinan Lahir
1 Hami
l ini

e.Riwayat KB
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun
f.Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Yang Lalu : ibu tidak mempunyai penyakit
menular,menurun maupun menahun
b. Riwayat Kesehatan Keluarga : di dalam keluarga tidak
mempunyai penyakit menular,menurun maupun menahun, dalam
keluarga terdapat keturunan kembar dari pihak ibu
c. Riwayat kehamilan kembar
Ibu mengatan paman dari suami nya kembar

f. Riwayat persalinan terakhir


Persalinan dilakukan secara SC
Janin lahir perabdominal pukul 11.15 WIB tanggal 1 Juni 2010
Anak pertama lahir jenis kelamin perempuan BBL 2250 gr ,PB 44 cm
Anak kedua lahir 5 menit kemudian, jenis kelamin perempuan, BBL 2590 gr,
PB 45 cm
Plasenta lahir perabdominal lengkap
Segmen bawah rahim dijahit lapis demi lapis, kulit dijahit secara intracutan

a. Pola Kebutuhan Sehari-hari


1) Nutrisi
Porsi makan sehari : 3X sehari
Jenis : bubur saring
Makanan pantang : tidak ada
Pola minum : 8-10X sehari
Jenis : air putih,susu,teh
Masalah : tidak ada
2) Eliminasi
27
a) BAK
Frekuensi : Dower Cateter
Warna : kuning jernih 200cc
Keluhan : tidak ada
b) BAB
ibu belum BAB pasca operasi

3) Istirahat
Siang : ÷ 2 Jam
Malam : ± 7 Jam
Keluhan : tidak ada
4) Aktivitas : ibu sehari-hari bekerja sebagai ibu rumah
tangga
5) personal higiene : ibu mandi 2X sehari, gosok gigi 2X sehari,
keramas 3X seminggu, selam post operasi ibu mandi diatas tempat
tidur dengan bantuan tenaga kesehatan

i. Data Psikososial Spiritual


1).Tanggapan ibu dan keluarga terhadap masa nifas : ibu dan keluarga
mengharapkan kelahiran ini
2).Pengambilan keputusan oleh : suami
3).Ketaatan ibu beribadah : ibu melakukan sholat 5 waktu dan
mengikuti pengajian rutin di kampungnya.
4).Ibu tinggal bersama : suami dan anak pertamanya
5).Hewan piaraan : ibu tidak memiliki hewan piaraan

B. Obyektif
1. pemeriksaan umum
KU : baik
Kesadaran : CM
TB : 150 cm
BB :saat hamil :59 kg Sekarang : belumdilakukan
LILA : 24 cm
Vital sign :TD :110/70 N :82X/menit S : 37ºCR : 22X/menit
2. Pemeriksaan Obstetrik
Kepala : mesocephal,rambut hitam,tidak ada benjolan abnormal,tidak
berketombe
Muka : bentuk simetris, tidak oedem
Mata : mata simetris, sclera tidak ikterik
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid,vena jugularis

28
Payudara : bentuk simetris,hiperpigmentasi, tidak ada benjolan abnormal
Abdomen : ada linea nigra, ada bekas luka operasi
TFU 2 jari bawah pusat, nyeri tekan,kontraksi uterus baik
Genetalia : tidak ada oedem, lochea rubra, terpasang DC
Ektremitas : akral hangat, reflek patella positif
3. Pemeriksaan penunjang
- Darah : tgl 1 Juni 2010
Hasil: Hb: 10,9 gr%, Al: 11,4, Gol.darah: O, PPT:13,7, APTT: 23,8

ASSESMENT
Seorang ibu Ny.S umur 21 tahun P1AOAh0 post SC a.i gemelli dan KPD hari
pertama

PLANNING tgl 2 Juni 2010


1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
- Ibu dan keluarga mengerti dengan hasil pemeriksaan
2. Memberikan KIE mengenai nyeri luka bekas operasi
- Ibu mengerti dengan penjelasan bidan
3. Menganjurkan kepada ibu untuk melakukan mobilisasi miring kanan kiri
- Ibu melakukan mobilisasi miring kanan kiri dengan bantuan
4. memandikan pasien diatas tempat tidur
-Ibu sudah dimandikan dengan bantuan nakes
5. melakukan vulva hygiene
- vulva higyene sudah dilakukan, locchea rubra, perdarahan 50 cc,
terpasang DC lancar.output 200 cc
6. Memberitahukan kepada ibu dan keluarga untuk tidak cemas dengan
keadaannya sekarang.
- Ibu dan keluarga mengerti dan sedikit tenang.
7. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap makan dan minum sebagai penambah
tenaga.
- Ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan akan tetap makan dan
minum walau masih terpasang infus RL kosongan 20 tpm.
8. memberikan injeksi ketorolac IV ke 4 sebagai analgetika
- injeksi sudah diberikan
9. Pendokumentasian

Ttd

Nama terang

29
BAB IV

PEMBAHASAN

Kehamilan gemelli atau kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua


janin atau lebih. Pada Keluarga tertentu akan cenderung melahirkan anak kembar
yang biasanya diturunkan secara paternal, namun dapat pula secara maternal, pada
kasus Ny. Y keturunan kembar didapat dari pihak suami. Presentasi kehamilan
gemelli Ny. Y adalah presentasi kepala dan letak lintang. Salah satu cara untuk
mengakhiri kehamilan gemeli dengan letak lintang yaitu dengan SC. Penanganan ibu
nifas post operasi karena indikasi gemelli pada dasarnya sama dengan memperhatikan
prinsip:

1. Analgesia
Pengobatan di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta, analgetik yang
digunakan adalah ketorolac dengan dosis per delapan jam ( 3x1ampul ) selama 2
hari yang diberikan secara IV. Ketorolak merupakan suatu analgesik non narkotik.
Obat ini merupakan obat anti implamasi. Ketarolak hanya dianjurkan untuk
operasi bedah umum, tidak dianjurkan untuk operasi bedah secara obstetri karena
ketorolak menghambat sintesis prostaglandin atau kontraksi rahim dan sirkulasi
fetus. Ketarolak tidak dianjurkan digunakan selama kehamilan, persalaninan, dan
menyusui karena sekresi ketarolak dalam air susu ibu terbatas. Rasio konsentrasi
ketorolak dalam air susu: plasma berkisar antara 0,015 dan 0,037 pada uji
terhadap 10 wanita.
Efek pemakaian ketorolak yaitu:
a. Efek renal: menghambat biosintesis prostaglandin. Pasien yang
mengalami deplesi volum akibat kehilangan darah atau dehidrasi berat
tergantung pada produksi prostaglandin ginjal untuk mempertahankan
perfusi ginjal. Oleh karena itu laju filtrasi glumerulus dan deflesi volum
harus dikoreksi. Pada situasi tersebut pemakaian obat- obat yang
30
menghambat sintesis prostaglandin dapat semakin menurunkan aliran
darah ginjal.
b. Efek hematologis: ketorolac agregasi trombosit dan dapat memperpanjang
waktu perdaran.
c. Efek hepar: bisa terjadi peningkatan borderline satu atau lebih fungsi hati.
2. Mobilisasi
Mobilisasi secara tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu
jalannya penyembuhan. Penderita miring ke kiri dan ke kanan sudah dapat
dimulai sejak 6 – 10 jam setelah penderita sadar. Latihan pernafasan dilakukan
penderita sambil tidur terlentang, sedini mungkin setelah sadar. Ny. Y memulai
mobilisasi 24 jam setelah Operasi dengan bantuan tenaga kesehatan saat
dilakukan washand ( dimandikan diatas tempat tidur)
3. Pencegahan infeksi
Pencegahan infeksi dilakukan dengan pemberian antibiotic ceftriakson
yang diberikan tiap 12 jam secara IV selama 3 hari. Perawatan luka Luka insisi
tidak diinspeksi setiap hari untuk mengetahui penyembuhan luka karena benang
jahitan tidak perlu diangkat, luka operasi diganti balutan saat hari ketiga.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

31
A. Kesimpulan

Kehamilan ganda atau kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih
( Rustam Mochtar,1998 ). Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah : bangsa, umur,
dan paritas, sering mempengaruhi kehamilan kembar 2 telur, factor obat obat induksi
ovulasi ; profertil, clomid, dan hermonegonadotropin dapat menyebabkan kehamilan
dizigotik dan kembar lebiah dari 2, factor keturunan. Berat badan satu janin
kehamilan kembar rata rata 1000 gram lebih ringan dari janin tunggal. Terdapat
beberapa perbedaan ciri, sifat, antara kembar monozogotik dan dizigotik. Kehamilan
kembar mempengaruhi ibu dan janin, diantaranya adalah kebutuhan akan zat zat
lainnya, terhadap janin yaitu usia kehamilan tambah singkat dengan bertambahnya
jumlah janin pada kehamilan kembar : 25 % pada gemelli, 50 % pada triplet, 75 %
pada quadruplet yang akan lahir pada 4 minggu sebelum cukup bulan. Jadi
kemungkinan terjadinya bayi premature akan tinggi. Pada kasus Ny Y, gemelli
disertai dengan Ketuban Pecah Dini dan juga posisi bayi presentasi presentasi kepala
dan letak lintang yang beresiko untuk dilahirkan secara normal sehingga dipilih cara
sectio caesarea.

B. Saran

1. Diperlukan penapisan awal saat kehamilan untuk mengetahui adanya


kehamilan gemelli

2. Perlunya pemberian KIE pada ibu mengenai perawatan bayi prematur

3. Pemberian KIE posisi menyusui untuk bayi gemelli sehingga mendukung


program ASI eksklusif

4. Ditinjau ulang lagi pemberian analgesik ketorolac pada pasien operasi


obstetri atau ibu menyusui.

32
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda juall. 2001. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC.

Dewi, yusmiati.2007. Operasi Caesar. Jakarta : EDSA Mahkota

Doenges, E, Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal / Bayi. Jakarta : EGC.

Lowdermilk, perta. 2005. Maternity Women’s Health Care. Seventh edition. Philadelphia :
Mosby.

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. Obstetri fisiologi. Jakarta : EGC.

Saifuddin, A.B. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.

Saifuddin, A.B. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.

Sjamjuhidayat & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC.

Smeltzer and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC.

33

Anda mungkin juga menyukai