PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Amerika serikat, jumlah dan frekuensi kehamilan kembar dua dan
kembar tiga (triplet) serta kehamilan multi janin lainnya telah meningkat
secara tidak terduga selama dua dekade terakhir(kogan dkk,2000; Martin dan
Park,1999). Antara tahun 1980 dan 1997, jumlah kelahiran kembar meningkat
52% dan jumlah kelahiran triplet serta kelahiran dengan janin yang jumlahnya
lebih besar lagi melonjak 404%. Sebaliknya, kelahiran janin tunggal hanya
menngkat 6%. Peningkatan luar biasa kehamilan multi janin ini merupakan
masalah kesehatan masyarakat karena para bayi ini lebih kecil kemungkinan
nya untuk bertahan hidup dan lebih sering mengalami kecacatan jangka
panjang akibat kelahiran preterm. Jewell dan Yip(1995) mengumpulkan profil
para wanita yang melahirkan multijanin di Amerika Serikat selama tahun
1980an dan mengamati bahwa meningkatnya persalinan multijanin
disebabkan oleh penggunaan terapi stimulasi kesuburan oleh wanita yang
biasanya berusia lebih tua, berkulit putih dan berstatus pendidikan tinggi.
Gestasi multiple saat ini meliputi 3% diantara semua kehamilan(American
College Of Obstetricians and gineconogists, 1998).
B. Rumusan Masalah
1. Kehamilan ganda?
2. Ketuban pecah dini?
C. Tujuan
BAB II
KEHAMILAN GANDA
A. Pengertian Kehamilan Kembar
1. Kehamilan kembar adalah satu kehamilan dengan dua janin atau lebih.
(Marmi,2011)
2. Kehamilan ganda adalah bila proses fertilisasi menghasilkan janin lebih dari
satu. (Sarwono, 2010)
3. Kehamilan ganda merupakan dimana terdapat dua atau lebih embrio atau janin
sekaligus, kehamilan ganda terjadi apabila dua atau lebih ovum dilepaskan dan
dibuahi atau bila satu ovum yang dibuahi membelah secara dini hingga
membentuk dua embrio yang sama pada stadium massa sel dalam atau lebih awal.
(Taufan, 2012)
4. Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih, sejak
ditemukannya obat-obat induksi ovulasi dari laporan-laporan seluruh pelosok
dunia. (Delfi, 1998)
5. Kehamilan ganda adalah segmentasi satu ovum fertile (identik,monovuler atau
monozigotik) atau fertilisasi ovum yang terpisah oleh spermatozoa yang berbeda
(fraternal atau dizigotik). (Benson, 2009)
B. Etiologi
Faktor- faktor yang mempengaruhi adalah
1. Faktor Ras
a. Frekuensi kelahiran janin multiple memperlihatkan variasi yang nyata diantara
berbagai ras yang berbeda.
b. Myrianthopoulos (1970), mengidentifikasi kelahiran ganda terjadi 1 diantara
100 kehamilan pada orang kulit putih, sedangkan pada orang kulit hitam 1
diantara 80 kehamilan.
c. Pada kawasan di afrika, frekuensi terjadinya kehamilan ganda sangat tinggi.
Knox dan Morley (1960) dalamsuatu survey pada salah satu masyarakat pedesaan
di Nigeria, mendapatkan bahwa kehamilan ganda terjadi sekali pada setiap 20
kelahiran,kehamilan pada orang timur atau oriental tidak begitu sering terjadi.
d. Perbedaan ras yang nyata ini merupakan akibat keragaman pada frekuensi
terjadinya kehamilan kembar dizigot.
e. Perbedaan kehamilan ganda ini disebabkan oleh perbedaan tinkat Folikel
Stimulating Hormone yang akan mengakibatkan multiple ovulasi.
2. Factor Keturunan
a. Sebagai penentu kehamilan ganda genotip ibu jauh lebih penting dari genotip
ayah.
b. White dan Wyshak (1964) dalam suatu penelitian terhadap 4000 catatan
mengenai jemaat gereja kristus orang-orang kudus hari terakhir, menemukan
bahwa para wanita yang dirinya sendiri dizigot dengan frekuensi 1/58 kelahiran.
Namun, wanita yang bukan kembar tetapi mempunyai suami kembar dizigot,
melahirkan bayi kembar dengan frekuensi 1/116 kehamilan.
c. Dalam analisis Burmer (1960) terhadap anak-anak kembar, 1 dari 25 (40%) ibu
mereka ternyata juga kembar, tetapi hanya 1 dari 60 (1,75) ayah mereka yang
kembar, keterangan didapatkan bahwa salah satu sebabnya adalah multiple
ovulasi yang diturunkan.
3. Factor umur dan faritas
a. Untuk peningkatan usia sampai sekitar 40 tahun atau paritas sampai dengan 7,
frekuensi kehamilan ganda akan meningkat.
b. Kehamilan ganda dapat terjadi kurang dari sepertiga pada wanita 20 tahun
tanpa riwayat kelahiran anak sebelumnya, bila dibandingkan dengan wanita yang
berusia diantara 35-40 tahun dengan 4 anak atau lebih.
c. Di Swedia, petterson dkk (1976), memastikan peningkatan yang nyata pada
angka kehamilan ganda yang berkaitan dengan meningkatnya paritas.
d. Dalam kehamilan pertama, frekuensi janin kembar adalah 1,3% dibandingkan
dengan kehamilan ke-4 sebesar 2,7%.
4. Factor nutrisi
a. Nylander (1971) mengatakan bahwa peningkatan kehamilan ganda berkaitan
dengan BB ibu. Ibu yang lebih tinggi dan berbadan besar mempunyai resiko hamil
ganda sebesar 25-30% dibandingkan dengan ibu yang lebih pendek dan berbadan
kecil.
b. McGillivray (1986) juga memaparkan bahwa kehamilan dizigotik lebih sering
ditemui pada wanita berbadan besar dan tinggi dibandingkan pada wanita pendek
dan bertubuh kecil.
5. Factor terapi infertilitas
a. Induksi ovulasi dengan menggunakan FSH plus chorionic gonadrotopin atau
chlomiphene citrate menghasilkan ovulasi ganda.
b. Insiden kehamilan ganda seiring penggunaan gonadotropin sebesar 16-
40%,75% kehamilan sengan dua janin. (Schenker, 1981)
c. Tuppin dkk (1993) melaporkan dari Prancis, insiden persalinan gemelli dan
triplet terjadi karena induksi ovulasi terapi human menopause gonadrotopin
(hMG).
d. Faktor resiko untuk kehamilan ganda setelah ovarium distimulasi denganh
hMG berpengaruh terhadap peningkatan jumlah estradiol dan injeksi chorionic
gonadrotopin pada saat bersamaan akan berpengaruh terhadap karasteristik
sperma, meningkatkan konsentrasi dan motilitas sperma. (Dickey, 1992)
e. Induksi ovulasi meningkatkan insiden kehamilan ganda dizigotik dan
monozigotik.
6. Factor assistend reproductive technology (ART)
a. Tekhnik ART didesain untuk meningkatkan kemungkinan kehamilan, dan juga
meningkatkan kemungkinan kehamilan ganda. Pasien pada kasus ini, pembuahan
dilakukan elalui teknik fertilisasi in vitro dengan melakukan seleksi terhadap
ovum yang benar-benar berkualitas baik, dan dua dari empat embrio ditransfer
kedalam uterus.
b. Pada umumnya, sejumlah embrio yang ditransfer kedalam uterus maka
sejumlah itulah akan beresiko kembar dan meningkatkan kehamilan ganda.
5. Velosimetri Doppler
Evaluasi resistensi vascular dengan Doppler dapat digunakan untuk menilai
kesejahtraan janin. Meningkatnya resistensi disertai berkurangnya kecepatan
diastolic sering menyertai pertumbuhan janin yang terhambat. Hasil-hasil
pemeriksaan Doppler pada kembar dua dan triplet sama dengan pada janin tunggal
dan karenya dapat digunakan dengan cara serupa.
6. Mencegah pelahiran preterm
Sebagai upaya untuk memperpanjang gestasi pernah digunakan beberapa tekhnik
antara lain tirah baring, terutama rawat inap di rumah sakit, pemberian obat
betamimetik profilaktik, dan cervical cerclage (pengikatan serviks) profilaktik.
7. Terapi tokolitik
Terapi tokolitik pada wanita dengan gestasi multiple menimbulkan resiko yang
lebih tinggi di bandingkan kehamilan tunggal,sebagian karena peningkatan
volume plasma dan kebutuhan kardiovaskular akan menyebabkan pasien rentan
terhadap edema paru setelah mendapat hidrasi dan terapi beta-mimetik.
8. Kortikosteroid untuk pematangan paru janin
Tidak terdapat bukti yang memuaskan bahwa kortikostiroid bermanfaat bagi janin
multipel . sebagai contoh Turrentine dkk.(1996) tidak menemukan perbedaan
hasil akhir neonates antara 21 pasangan kembar yang mendapat terapi
kortikosteroid optimal dan 63 pasangan kembar yang tidak mendapat terapi.
9. Prediksi peraslinan preterm
Goldendbreg dkk. (1996) secara prospektif menapis lebih dari 50 faktor resiko
protensial untuk persalinan premature pada 147 kehamilan kembar dan
mendapatkan bahwa hanya panjang serviks dan fibronektin janin yang dapat
memprediksi pelahiran preterm. Pada usia gestasi 24minggu,panjang serviks yang
lebih dari 25mm merupakan predictor terbaik akan terjadinya pelahiran sebelum
32 minggu, dan pada 28 mingggu, fibronektin janin yang positif merupakan
pretiktor terbaik.
10. Pematangan paru
Berdasarkan pengukuran rasio lesitin-sfingomieli, kematangan paru biasanya
berlangsung serentak di antara kembar ( levenu,dkk1984). Selain itu,walaupun
rasio ini biasanya besarnya lebih lebih dari 2 setelah 36 minggu pada janin
tunggal, pada kehamilan mutipel rasio tersebut sudah tercapai pada sekitar 32
minggu. Namun , pada sebagian kasus mungkin terjadi kesenjangan fungsi paru
yang mencolok, ketika janin yang paling kecil dan paling mengalami stress akan
lebih cepat matang.
11. Penatalaksanaan menuggu pada pecah ketuban
Gestasi kembar di sertai ketuban pecah dini di berikan pinatalaksanaan menuggu
seperti pada kehamilan tunggal. Mercer,dkk.(1993). Membandingkan hasil akhir
kehamilan kembar dan tunggal yang mengalami ketuban pecah dini pada gestasi
19-36 minggu dan mendapatkan bahwa persalinan terjadi lebih dini pada
kehamilan kembar. Secara spesifik, median waktu dari pecahnya ketuban sampai
lahir adalah 1,1 hari pada kembar dibandingkan 1,7 hari pada janin tunggal lebih
dari 90% bayi dari kedua kelompok lahir dalam 7 hari setelah ketuban pecah.
12. Penundaan lahirnya kembar kedua
Pernah di laporkan kasus-kasus dengan 1 atau lebih janin multipel lahir secara
sangat premature, dan karena aktifitas uterus terhenti,kehamilan di biarkan
berlanjut sampai lahirnya janin yang lain beberapa hri atau bahkan beberapa
minggu kemudian. Trivedi dan gillett (1998) mengkaji literature inggris dan
mendapatkan 45 laporan kasus kelahiran asinkron pada gestasi multipel umumnya
kelahiran pertama terjadi akibat ketuban pecah dini dan angka kelangsungan
hidup bagi para janin ini sanat kecil. Namun, kehamilan kembar atau triplet yang
sebagian janinnya bertahan hidup berlanjut rata-rata selama 49 hari pentalaksanan
dengan tokolitik,antibiotic, profilaktik,dan pengiktan serviks tanpaknya tidak
menghasilkan perbedaan. Apabila di usahakan terjadi kelahiran asinkron, harus
dilakukan evaluasi yang cermat atas infeksi, solusio, dan anomali congenital, dan
wanita yang bersangkutan di beri penyuluhan mendalam mengenai resiko-resiko
ini.
J. Diagnosis
Diagnosis kehamilan kembar dapat ditegakan jika di temukan hal-hal sebagai
berikut :
1. Anamnesis
a. Riwayat adanya keturunan kembar
b. Menapat pengobatan infertilitas
c. Uterus yang membesar lebih dari 4 cm
d. Gerakan janin yang banyak
2. Pemeriksaan klinis
a. Besarnya uterus melebihi lamanya amenorhoe
b. Uterus tumuh lebih cepat dari pada biasanya pada pemeriksaan ulang
c. Penambahan berat badan ibu yang tidak disebabkan oleh edema atau obesitas
d. Banyak bagian kecil yang teraba
e. Teraba tiga bagian besar janin
f. Teraba 2 balotement
g. Terdengar dua DJJ dengan perbedaan 10 denyutan atau lebih.
3. Pemeriksaan USG
a. Terlihat dua bayangan janin dengan 1 atau 2 kantong amnion.
b. Diagnosis dengan USGsudah dapat ditegakkan padakehamilan 10 minggu.
4. Pemeriksaan X-ray
Sudah jarang dilakukan karena terdapat bahaya radiasi dari penyinaran.
5. Diagnosis pasti dapat ditentukan dengan :
a. Teraba 2 kepala, 2 bokong, dan 1 atau 2 punggung.
b. Terdengar 2 denyut jantung yang letaknya berjauhan dengan perbedaan
kecepatan paling sedikit 10 denyut permenit.
c. Sonogram dapat mendiagnosa kehamilan kembar pada triwulan pertama.
d. Rontgen photo abdomen.
6. Diagnosis Banding
a. Hidramnion
Dapat menyertai kehamilan kembar, kadang kelainan hanya terdapat pada satu
kantong amnion dan yang lainnya oligohidramnion. Pemeriksaan USG dapat
menentukan apakah pada hidramnion ada kelainan kembar atau tidak.
b. Kehamilan dengan mioma uteri atau kista ovary
Tidak terdengarnya 2 jantung pada pemeriksaan berulang, bagian besar dan kecil
yang sukar digerakkan, lokasinya yang tidak berubah, dan pemeriksaan rontgen
dapat mmembedakan kedua hal tersebut.
K. Komplikasi
1. Ibu
a. Anemia
b. Hipertensi
c. Partus prematurus
d. Atonia uteri
e. Perdarahan post partum
2. Bayi
a. Hidramnion
b. Malpresentasi
c. Plasenta previa
d. Abruption plasenta
e. Ketuban pecah dini
f. Prolapsus funikuli
g. Pertumbuhan janin terhambat
h. Kelainan bawaan
i. Morbiditas dan mortalitas perinatal meningkat
M. Prognosis
Prognosis untuk ibu lebih jelek bila dibandingkan pada kehamilan tunggal, karena
seringnya terjadi toksemia gravidarum, hidraminon, anemia, pertolongan obstetric
opeatif, dan perdarahan postpartum. Angka kematian perinatal tinggi terutama
karena premature, prolasps tali pusat, solusio plasenta dan tindakan obstetric
karena kelainan letak janin.
N. Pengaruh yang di alami ibu saat hamil dan bersalin akibat janin kembar
1. Saat hamil
Akibat dari janin kembar ibu saat hamil mengalami keluhan sebagai berikut :
a. Sesak nafas
b. Sering BAK
c. Gerak banyak
d. Edema varises
e. Hiperemesis
f. Saki pinggang
2. Saat bersalin
a. Tenaga ibu lebih terkuras pada janin yang di lahirkan dengan pervaginam
(presentasi kepala), cepat lelah, dan bias mengakibatkan dehidrasi
b. Ibu kesulitan dalam memilih posisi yang nyaman
c. Kemungkinan terjadi perdarahan lebih besar
d. Kemungkinan besar persalinan dengan SC
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehamilan kembar merupakan suatu kehamilan dimana terdapat dua atau lebih
embrio atau janin sekaligus. Kehamilan ganda terjadi, apabila dua atau lebih ovum
dilepaskan dan dibuahi atau apabila satu ovum yang dibuahi membelah secara dini
sehingga membentuk dua embrio yang sama pada stadium massa sel dalam satu
atau lebih. Jenis kehamilan ganda ada dua yaitu kembar monozigotik dan
kehamilan dizigotik, adapun factor-faktor yang mempengaruhinya yaitu factor ras,
keturunan, umur dan paritas, nutrisi, dan infertilitas. Gejala yang dihadapi ibu
biasanya ibu mengalami sesak nafas, sering BAK, gerak banyak, edema dan
varises, hiperemesis, preeklamsi-eklampsia, dan hidramnion. Pada kehamilan
kembar perlu diantisispasi untuk terjadinya kelainan- kelainan pada ibu dan janin
sehingga perlu pengawasan yang lebih intensip dengan cara menganjurkan ibu
melakukan pemeriksaan kehamilan lebih sering agar bisa dideteksi secara dini
perkembangan ibu dan janin serta kelainan-kelainan yang ditimbulkan akibat
kehamilan kembar.
B. Saran
Dewasa ini penerapan asuhan pada ibu hamil sangat perlu dilakukan karena dapat
membantu ibu dalam menghadapi persalinannya kelak, dengan dilakukannya
ANC ibu menjadi lebih memahami betapa pentingnya menjaga kebersihan,
pemenuhan nutrisi, waspada akan terjadinya kelainan-kelainan dan komplikasi
yang dapat membahayakan ibu dan janinnya. Selain itu, juga dapat membantu
mahasiswa dalam belajar tentang betapa pentingnya asuhan kebidanan untuk ibu
hamil khususnya mahasiswa kebidanan.
SUMBER PUSTAKA
A. Latar Belakang
BAB I
PENDAHULUAN
Kehamilan ganda (multifetus) adalah kehamilan yang terdiri dari dua janin atau
lebih. Kehamilan ganda dapat menghasikan anak kembar dua (gemelli), kembar
tiga
(triplet), kembar empat (quadruplet), kembar lima (quintuplet), dan kembar enam
(sextuplet) (Mellyna,2001).
Prevalensi kejadian kehamilan ganda di dunia sebenarnya belum diketahui.
Menurut WHO kehamilan ganda yang dapat bertahan hidup pada masa kelahiran
tanpa menjalani pembedahan sebanyak 40-60% dan 20 % -25 menjalani
pembedahan
dan pengobatan (WHO,2009). Penemu kasus kehamilan ganda menjelaskan
bahwa
dari 16.288 persalinan terdapat 197 persalinan gemelli (kembar 2) dan 6
persalinan
triplet (kembar 3) (Prawirohardjo,2000). Di Provinsi Sumatera Utara angka
kelahiran
ganda sebanyak 30% dari kehamilan tunggal (Kompas,2010).
Pada kehamilan ganda, kemungkinan untuk terjadinya kematian perinatal lebih
besar dibandingkan dengan kehamilan tunggal yaitu sebesar 10-12%. Dan semua
kematian intrauterin yang terjadi pada kehamilan ganda 73% berhubungan dengan
plasenta yang monokorion (Nadiablog,2011). Pada kehamilan normal (satu janin)
angka mortalitas berkisar antara 33 per 1000 kelahiran, hal ini menunjukkan
bahwa
dari 1000 bayi tidak kembar ada 33 bayi yang meninggal pada usia kehamilan 28
minggu atau tujuh hari setelah lahir. Sedangkan angka mortalitas untuk kehamilan
ganda tercatat lebih tinggi, berkisar antara 139 per 1000 kelahiran, berarti dari
1000
bayi kembar yang lahir, 139-nya meninggal (Kompas, 2011). Kondisi ini lebih
mungkin terkait dengan komplikasi yang tinggi pada kehamilan ganda (Yeyeh,
2001).
Perubahan fisik pada ibu dengan kehamilan ganda pada umumnya sama dengan
kehamilan tunggal, namun biasanya lebih besar menimbulkan masalah. Perubahan
tersebut seperti peningkatan hCG yang dapat mengakibatkan hyperemesis
gravidarum,pembesaran payudara, peningkatan frekuensi berkemih, nafsu makan
meningkat dan mudah lelah. Pada trimester kedua akan terjadi sesak nafas,
pembengkakan pada bagian ekstremitas bawah (oedema), peningkatan berat
badan,
pembesaran rahim yang tidak seperti kehamilan tunggal,pergerakan janin yang
lebih
kuat (Obstetri Patologi,2009).
Penyulit yang mungkin timbul pada ibu dengan kehamilan ganda adalah
polihidramnion yang dapat mengakibatkan persalinan premature (Patologi
Kebidanan, 2010). Polihidramnion biasanya mulai terjadi pada usia gestasi 18-20
minggu dan frekuensi polihidramion pada hamil ganda sekitar 10 kali lebih besar
dibandingkan dengan kehamilan tunggal (Mochtar, 2000). Pertumbuhan dan
perkembangan uterus dan janin di awal kehamilan memerlukan cadangan zat besi
maternal yang lebih besar, di akhir kehamilan (28 minggu), kebutuhan janin
tersebut
dapat menyebabkan anemia dan defisiensi zat-zat lainnya (Myles, 2009).
Frekuensi
dan resiko pre-eklampsi dan eklampsi lebih besar, pembesaran uterus
mengakibatkan
sukar bernafas, sering berkemih, odema dan varises pada tungkai dan vulva.
Dapat
terjadi inersia uteri, perdarahan postpartum dan solusio plasenta (Prawirohardjo
2011). Sesudah anak pertama lahir, persalinan premature diakibatkan karena
peregangan rahim yang berlebihan, persalinan sesar, disseminated intravascular
coagulation atau perdarahan hebat (Obstetri Patologi, 2010). Nyeri punggung dan
(0,2-0,6%), letak dan presentasi “69” adalah letak yang berbahaya, karena dapat
terjadi kunci-mengunci (Interlocking) (Mochtar,2000).
Dalam kasus kehamilan kembar perawatan ekstra dengan pengawasan dan
perhatian khusus perlu dilakukan bila diinginkan hasil yang memuaskan bagi ibu
dan
janin, terutama diadakan pencegahan terhadap pre-eklamsia dan eklamsia, partus
prematurus dan anemia yang dapat mengakibatkan kematian pada ibu dan janin.
Salah satunya yaitu dengan perawatan prenatal yang baik untuk mengenal dan
mencegah komplikasi yang timbul pada ibu maupun bayi (Khanzima,2008). Oleh
karena itu berdasarkan dari uraian di atas penulis ingin meneliti bagaimanakah
pengalaman ibu hamil dengan kehamilan ganda?
B. Perumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini bagaimana pengalaman ibu
hamil dengan kehamilan ganda (gemelli).
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menggali pengalaman ibu dengan kehamilan ganda
(gemelli).
D. Manfaat Penelitian
Ada 3 (tiga) manfaat penelitian ini antara lain bagi layanan kebidanan,
pendidikan kebidanan, dan peneliti lanjutan.
1. Layanan kebidanan Hasil penelitian yang diperoleh nantinya dapat dijadikan
sumber pengetahuan dan strategi bagi tenaga pelayanan khususnya bidan untuk
memberikan asuhan kebidanan pada ibu dengan kehamilan ganda (gemelli).
2. Pendidikan kebidanan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk
menambah pengetahuan bagi mahasiswa nantinya dalam menerapkan asuhan
kebidanan khususnya pada ibu dengan kehamilan ganda.
3. Peneliti lanjutan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan dan
informasi untuk penelitian berikut yang sejenis atau penelitian lanjutan tentang
kehamilan ganda.