Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan kembar ialah satu kehamilan dengan dua janin atau lebih. Sedangkan
gemelli adalah satu kehamilan dengan dua janin. Dari tahun ke tahun angka kejadian
gemelli semakin meningkat. National Center for Health Statistics (2006) menyebutkan
bahwa antara tahun 1980 sampai tahun 2004, tingkat kelahiran gemelli meningkat secara
dramatis di Amerika Serikat (dari 18,9 menjadi 32,2 per 1000 kelahiran hidup).
Komplikasi pada ibu akibat gemelli lebih sering daripada kehamilan tunggal.
Sebagian besar bayi gemelli dilahirkan secara prematur sehingga mortalitas gemelli
menjadi 4 kali lipat dibandingkan mortalitas bayi tunggal. Walaupun kelahiran gemelli
hanya menggambarkan 1% dari seluruh kehamilan dan 2% dari kelahiran hidup, angka ini
mempresentasikan 12% dari kematian neonatal dan 17% angka kejadian infant dengan
retardasi pertumbuhan.
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berat janin kurang dari 500 gram, (prawirohardjo, 2009).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, (Mansjoer,dkk, 2000).
Abortus adalah terminasi kehamilan yang tidak diinginkan melalui metode obat-
obatan atau bedah, (Morgan, 2009).
Berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar disebut
abortus.Anak baru mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya telah mencapai 1000 gram
atau umur kehamilan 28 minggu.Ada juga yang mengambil sebagai batas untuk abortus
berat anak yang kurang dari 500 gram. Jika anak  yang lahir beratnya antara 500 – 999
gram disebut juga dengan immature.
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada
atau belum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu
untuk hidup diuar kandungan, (prawirohardjo, 2010).
Berdasarkan data-data yang telah didapatkan, maka faktor – faktor yang
diperkirakan berpengaruh terhadap kejadian abortus pada gemelli diantaranya adalah
faktor yaitu…..
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap kejadian abortus pada gemelli .Penentuan faktor risiko ini diharapkan dapat
memberikan arahan bagi penanganan yang lebih baik untuk mengurangi insidensi abortus
pada gemelli.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan


sebagai berikut :
1. Apa itu kehamilan Gemelli?
2. Apa sajakah faktor resiko kehamilan Gemeli?
3. Apakah riwayat abortus berpengaruh terhadap kehamilan Gemelli?
1.3 Tujuan

Berdasakarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui apa itu kehamilan Gemelli

2. Untuk mengetahui faktor resiko kehamilan Gemeli

3. Untuk mengetahui apakah riwayat abortus berpengaruh terhadap kehamilan

Gemelli

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah agar penulis
dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil gemelli dengan pendekatan
proses kebidanan.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penulisan laporan ini adalah:


a. Mampu melakukan pengkajian secara komprehensif pada ibu hamil dengan

gemelli.

b. Mampu membuat interpretasi data pada ibu hamil dengan gemelli.

c. Mampu merumuskan diagnosa potensial pada ibu hamil dengan gemelli.

d. Mampu menentukan tindakan segera pada kasus ibu hamil dengan gemelli.

e. Mampu membuat perencanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan

gemelli.

f. Mampu melaksanakan implementasi sesuai dengan rencana tindakan yang

telah ditetapkan pada ibu hamil dengan gemelli.

g. Mampu mengevaluasi terhadap tindakan kebidanan yang telah diberikan

pada ibu hamil dengan gemelli.

1.4 Ruang Lingkup

a. Sasaran

Sasaran asuhan kebidanan yang akan diberikan adalah pada ibu hamil dengan

gemelli.

b. Tempat

Lokasi pengambilan makalah ini adalah di Ruang Poli KIA/KB Puskesmas

Nagaswidak Palembang.

c. Waktu
Adapun waktu pengkajian kasus adalah pada tanggal 16 Maret 2020.
1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penulisan karya tulis ilmiah pada Ibu Hamil dengan Gemelli antara lain:

a. Bagi Pembaca

Diharapkan pembaca dapat mengetahui komplikasi yang dapat terjadi di

masyarakat luas dan mengetahui tentang kehamilan gemelli

b. Bagi Mahasiswa

Diharapkan mahasiswa mampu menerapkan asuhan kebidanan ini jika

menemukan kasus yang sama pada lahan yang berbeda


c. Bagi Pelayanan Kesehatan

Sebagai bahan informasi bagi tenaga kesehatan dalam penatalaksanaan

tindakan kebidanan pada ibu hamil dengan gemelli

d. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai sumber informasi untuk kemajuan perkembangan ilmu kebidanan dan

sebagai referensi untuk penulisan karya makalah tentang studi kasus pada ibu

hamil dengan gemelli

1.6 Metode Pengumpulan Data

Menurut Saminem (2009:34) untuk mendapatkan data-data pasien perlu dilakukan

pengumpulan data yang dapat diperoleh dari:

a. Anamnesa

Yaitu tekhnik pengumpulan data dengan cara menggali riwayat kesehatan ibu dan

keluarganya secara langsung, untuk mendapatkan informasi yang berhubungan

dengan masalah kesehatan klien dan keluarga. Anamnesa dilakukan dengan

wawancara secara langsung kepada pasien.

b. Pemeriksaan Fisik

Yaitu tekhnik pengumpulan data dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan

auskultasi.

c. Pemeriksaan Penunjang

Yaitu pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa misalnya

pemeriksaan USG.

d. Studi Dokumentasi

Yaitu tekhnik pengumpulan data dengan cara mempelajari data kesehatan dari

status klien.
e. Studi Kepustakaan

Yaitu cara mendapatkan informasi dan teori yang relevan dari literatur

berhubungan dengan kasus sebagai dasar acuan penulisan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kehamilan Gemeli


Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum kemudian
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan normal akan berlangsung
dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan menurut kalender Internasional
(Wiknjosatro,2007:286). Kehamilan merupakan hal fisiologis yang terjadi pada
seorang wanita. Meskipun demikian, semua jenis kehamilan memiliki resiko
terjadinya komplikasi pada masa persalinan atau bahkan masa kehamilan itu sendiri.
Salah satu contoh wanita yang beresiko selama kehamilan adalah wanita yang hamil
kembar.
Kehamilan kembar ialah suatu kehamilan dengan dua janin atau lebih yang
ada didalam kandungan selama proses kehamilan. Bahaya bagi ibu tidak begitu besar,
tetapi wanita dengan kehamilan kembar memerlukan perhatian dan pengawasan
khusus bila diinginkan hasil yang memuaskan bagi ibu janin (Wiknjosastro,
2007:286). Sedangkan menurut Mochtar Rustam (2012:259) kehamilan ganda atau
kembar adalah kehamilan dengan dua jenis janin atau lebih.
Jadi, kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dengan dua jenis janin atau
lebih yang ada didalam kandungan selama proses kehamilan.

2.1.1 Etiologi Kehamilan Gemelli


Menurut Mellyna (2007:64) kehamilan gemelli dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain:
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah : bangsa, umur dan paritas sering
mempengaruhi kehamilan 2 telur
b. Faktor obat-obat induksi ovulasi profertil, domid dan hormon gonadotropin
dapat menyebabkan kehamilan dizigotik dan kembar lebih dari dua
c. Faktor keturunan
d. Faktor yang lain belum diketahui
Bangsa, hereditas, umur dan paritas hanya mempunyai pengaruh terhadap
kehamilan kembar yang berasal dari 2 telur, juga hormon gonadotropin yang
dipergunakan untuk menimbulkan ovulasi dilaporkan menyebabkan kehamilan
dizigotik. Faktor-faktor tersebut dan mungkin pula faktor lain dengan mekanisme
tertentu menyebabkan matangnya 2 atau lebih folikel de graff atau terbentuknya 2
ovum atau lebih dalam satu folikel. Kemungkinan pertama dibuktikan dan
ditemukan 21 korpora lutea pada kehamilan kembar. Pada fertilisasi in vitro dapat
pula terjadi kehamilan kembar, jika telur-telur yang diperoleh dapat dibuahi lebih
dari satu, jika semua embrio yang kemudian dimasukan kedalam rongga rahim ibu
tumbuh berkembang lebih dari satu. Pada kembar yang berasal dari satu telur, faktor
bangsa, hereditas, umur dan paritas tidak atau sedikit sekali mempengaruhi
kehamilan kembar itu. Diperkirakan disini sebabnya ialah faktor penghambat pada
masa pertumbuhan dini hasil konsepsi.

Faktor penghambat yang mempengaruhi segmentasi sebelum blastula


terbentuk,menghasilkan kehamilan kembar dengan 2 amnion, 2 korion dan 2
plasenta seperti pada kehamilan kembar dizigotik.

2.1.2 Patofisiologi Kehamilan Gemelli


Menurut Manuaba (2007:464) kehamilan kembar dibagi menjadi dua.
Monozigot, kembar yang berasal dari satu telur dan dizigot kembar yang berasal dari
dua telur. Dari seluruh jumlah kelahiran kembar, sepertiganya adalah monozigot.
Kembar dizigot berarti dua telur matang dalam waktu bersamaan, lalu dibuahi oleh
sperma. Akibatnya, kedua sel telur itu mengalami pembuahan dalam waktu
bersamaan. Sedangkan kembar monozigot berarti satu telur yang dibuahi sperma,
lalu membelah dua. Masa pembelahan inilah yang akan berpengaruh pada kondisi
bayi kelak.
Masa pembelahan sel telur terbagi dalam empat waktu, yaitu 0 – 72 jam, 4 –
8 hari, 9-12 dan 13 hari atau lebih. Pada pembelahan pertama, akan terjadi
diamniotik yaitu rahim punya dua selaput ketuban, dan dikorionik atau rahim punya
dua plasenta. Sedangkan pada pembelahan kedua, selaput ketuban tetap dua, tapi
rahim hanya punya satu plasenta. Pada kondisi ini, bisa saja terjadi salah satu bayi
mendapat banyak makanan, sementara bayi satunya tidak. Akibatnya, perkembangan
bayi bisa terhambat. Lalu, pada pembelahan ketiga, selaput ketuban dan plasenta
masing-masing hanya sebuah, tapi bayi masih membelah dengan baik.
Pada pembelahan keempat, rahim hanya punya satu plasenta dan satu selaput
ketuban, sehingga kemungkinan terjadinya kembar siam cukup besar. Pasalnya
waktu pembelahannya terlalu lama, sehingga sel telur menjadi berdempet. Jadi
kembar siam biasanya terjadi pada monozigot yang pembelahannya lebih dari 13
hari. Dari keempat pembelahan tersebut, tentu saja yang terbaik adalah pembelahan
pertama, karena bayi bisa membelah dengan sempurna. Namun, keempat
pembelahan ini tidak bisa diatur waktunya. Faktor yang mempengaruhi waktu
pembelahan, dan kenapa bisa membelah tidak sempurna sehingga mengakibatkan
dempet, biasanya dikaitkan dengan infeksi, kurang gizi, dan masalah lingkungan.

2.1.3 Jenis Kehamilan Gemelli


Kehamilan kembar dibagi menjadi 3 macam, menurut Mochtar, Rustam (2012:260-
261) adalah sebagai berikut:
a. Gemelli dizigotik : kembar dua telur , heterolog, biovuler dan praternal
Kedua telur berasal dari :
1. 1 ovarium dan dari dua folikel de graff
2. ovurium dan dari 1 folikel de graff;
3. dari ovarium kanan dan satu lagi dari ovarium kiri.
Gambar 2.1 :

Plasenta dan selaput janin kembar dizigotik.

(A): 2 plasenta, 2 korion,2 amnion.

(B): 2 plasenta (menjadi satu), 2 korion, 2 amnion

(Wiknjosastro, 2007:390).
b. Gemelli monozigotik : kembar satu telur, homolog, uniovuler,

Identik dapat terjadi karena :

1. Satu telur dengan 2 inti, hambatan pada tingkat blastula :

2. Hambatan pada tingkat segmentasi

3. Hambatan setelah amnion dibentuk, tetapi sebelum primitif steak.

Gambar 2.2:

Jenis kembar monozigotik berhubungan dengan waktu

terjadinya faktor penghambat (Corner): Hambatan dalam tingkat

segmentasi (2- 4 hari). (B). Hambatan dalam tingkat blastula (4- 7 hari

(C). Hambatan setelah amnion dibentuk tetapi sebelum primitive streak.

(Wiknjosastro, 2007:388).
Tabel 2.1 hubungan antara saat segmentasi dan keadaan ketuban pada kehamilan
kembar monozigotik.

Saat segmentasi Keadaan ketuban

0-72 jam Diamniotik, dichorionik

4-8 hari Diamniotik, dichorionik

9-12 hari Monoamniotik, monochorionik

13-hari Monoamniotik,monochorionik

dan kemungkinan terjadinya

kembar siam.

Sumber: Wiknjosastro (2007:389)

Gambar 2.3 :

Plasenta dan selaput janin kembar monozigotik.

(A): 2 plasenta, 2 korion (melekat menjadi satu), 2 amnion.


(B): 2 plasenta (menjadi satu), 2 korion (melekat menjadi satu), 2 amnion.
(C): 1 plasenta, 1 korion, 2 amnion (melekat menjadi satu)

(D): 1 plasenta, 1 korion, 1 amnion

(Wiknjosastro, 2007:389).

Perbedaan ciri, sifat dan lain-lainnya antara kembar monozigotik dan zigotik (satu telur
dan dua telur):
Tabel 2.2 Perbedaan Kembar Monozygotik dan Zygotik

Perbedaan Kembar Monozigot Kembar Dizigot

Plasenta 1 (70%) 2 (±
100%)
2 (30%)
Khorium 1 (70%) 2 (±
100%)
2 (30%)
Amnion 1 (70%) 2 (±
100%)
2 (30%)
Tali pusat 2 2
Sirkulasi darah janin Berseku Terpisah
tu

Sekat kedua kantong 2 lapis 4 lapis

Jenis kelamin Sama Sama atau tidak

Rupa dan sifat Sama Agak

berlainan Mata, kuping, gigi, kulit Sama

Berbeda

Ukuran antropologik Sama Berbeda

Sidik jari Sama Berbeda

Cara pegangan Bisa sama kidal yang

Bisa satu lain kanan


Sumber: Mochtar, Roestam (2012:260) Sama,bisa keduanya

kanan
Kira-kira sepertiga kembar adalah monozigotik dan dua pertiga
lainnya adalah dizigotik.
c. Conjoined twins, superfekkundasi 2 superfetasi
Conjoined twins atau kembar siam adalah kembar dimana janin
melengket satu dengan yang lainnya. Misalnya torakopagus (dada dengan
dada), abdominopagus (perlengketan antara kedua abdomen), kraniopagus
(kedua kepala) dan sebagainya. Banyak kembar siam telah dapat
dipisahkan secara operatif dengan berhasil.
Superfekundasi adalah pembuahan dua telur yang dikeluarkan
dalam ovulasi yang sama pada dua kali koitus yang dilakukan pada jarak
waktu yang pendek.

2.1.4 Pertumbuhan Janin Gemelli


Dalam masa kehamilan pertumbuhan janin perlu diperhatikan.
Pertumbuhan janin pada kehamilan kembar tentu berbeda dengan
pertumbuhan janin pada kehamilan tunggal. Menurut Mochtar Rustam
(2012:261-262) pertumbuhan pada janin kembar adalah sebagai berikut:
a. Berat badan satu janin kehamilan kembar rata-rata 1000 gr lebih ringan
dari janin tunggal.
b. Berat badan baru lahir biasanya pada kembar dibawah 2500 gr triplet
dibawah 2000 gr, duadriplet dibawah 1500 gr dan duintuplet dibawah
1000 gr.
c. Berat badan masing-masing janin dari kehamilan kembar tidak sama
umumnya berselisih antara 50 – 100 gr, karena pembagian sirkulasi
darah tidak sama, maka yang satu kurang bertumbuh dari yang lainnya.
d. Pada kehamilan ganda monozigotik
1) Pembuluh darah janin yang satu beranastomosis dengan
pembuluh darah janin yang lain, karena itu setelah bayi satu lahir
tali pusat harus diikat untuk menghindari perdarahan
2) Karena itu janin yang satu dapat terganggu pertumbuhannya dan
menjadi monstrum seperti akardiakus dan kelainan lainnya.
3) Dapat terjadi sindroma transfusi fetal : pada janin yang dapat
darah lebih banyak terjadi hidramnion, polisitemia, edema dan
pertumbuhan yang baik. Sedangkan janin kedua kurang
pertumbuhannya terjadilah bayi kecil, anemia, dehidrasi,
oligohidrami dan mikrokardia, karena kurang mendapat darah
e. Pada kehamilan kembar dizigotik
1) Dapat terjadi satu janin meninggal dan yang satu tumbuh sampai
cukup bulan.
2) Janin yang mati dapat diresorbsi (kalau pada kehamilan muda)
atau pada kehamilan agak tua janin jadi gepeng disebut fetus
papyraseus atau kompresus.

2.1.5 Letak dan Presentasi Janin


Menurut Mochtar Rustam (2012:262) pada hamil kembar sering
terjadi kesalahan presentasi dan posisi kedua janin. Begitu pula letak janin
kedua dapat berubah setelah janin pertama lahir, misalnya dari letak lintang
berubah jadi letak sungsang atau letak kepala. Berbagai kombinasi letak,
presentasi dan posisi bisa terjadi yang paling sering dijumpai adalah:
a. Kedua janin dalam letak membujur, presentasi kepala (44-47 %).
b. Letak membujur, presentasi kepala bokong (37-38 %).
c. Keduanya presentasi bokong (8-10 %).
d. Letak lintang dan presentasi kepala (5-5,3 %).
e. Letak lintang dan presentasi bokong (1,5-2 %).
f. Keduanya letak lintang (0,2-0,6 %).
g. Letak dan presentasi 69 adalah letak yang berbahaya karena dapat terjadi
kunci-mengunci (interlocking)

Berbagai kombinasi letak, presentasi dan posisi bisa terjadi dan


yang paling sering dijumpai adalah :

Gambar 2.4 :

Jenis dan frekuensi letak serta presentasi kehamilan kembar


(Wiknjosastro, 2007:394)

2.1.6 Komplikasi Kehamilan Gemelli


Dibandingkan dengan kehamilan tunggal, kehamilan multipel lebih mungkin
terkait dengan banyak komplikasi kehamilan. Komplikasi obstetrik yang
sering didapatkan pada kehamilan kembar meliputi polihidramnion,
hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan ketuban pecah dini, presentasi
janin abnormal, dan prolaps tali pusat. Secara umum, komplikasi tersebut
dapat dicegah dengan perawatan antenatal yang baik (Eisenberg, 2004:168).

Menurut Hartono, dkk (2006:852-897) beberapa komplikasi yang


dapat terjadi pada janin yang dilahirkan pada kehamilan kembar diantaranya
adalah:
a. Prematuritas
Janin dari kehamilan multipel cenderung dilahirkan preterm dan
kebanyakan memerlukan perawatan pada neonatal intensive care unit
(NICU). Sekitar 50 persen kelahiran kembar terjadi sebelum usia
kehamilan 37 minggu. Lamanya kehamilan akan semakin pendek dengan
bertambahnya jumlah janin di dalam uterus. Sekitar 20% bayi dari
kehamilan multipel merupakan bayi dengan berat lahir rendah.
b. Hyalin Membrane Disease (HMD)
Bayi kembar yang dilahirkan sebelum usia kehamilan 35
minggu dua kali lebih sering menderita HMD dibandingkan dengan bayi
tunggal yang dilahirkan pada usia kehamilan yang sama. HMD atau yang
dikenal sebagai Respiratory Distres Syndrom (RDS) adalah penyebab
tersering dari gagal nafas pada bayi prematur. Terjadi segera setelah atau
beberapa saat setelah bayi lahir. Ditandai dengan sukar bernafas, cuping
hidung, retraksi dinding dada dan sianosis yang menetap dalam 48-96 jam
pertama kehidupan. Prevalensi HMD didapatkan lebih tinggi pada kembar
monozigotik dibandingkan dengan kembar dizigotik. Bila hanya satu bayi
dari sepasang bayi kembar yang menderita HMD, maka bayi kedua lebih
cenderung menderita HMD dibandingkan dengan bayi pertama.

c. Asfiksia saat Kelahiran/Depresi Napas Perinatal

Bayi dari kehamilan multipel memiliki peningkatan frekuensi


untuk mengalami asfiksia saat kelahiran atau depresi perinatal dengan
berbagai sebab. Prolaps tali pusat, plasenta previa, dan ruptur uteri dapat
terjadi dan menyebabkan asfiksia janin. Kejadian cerebral palsy 6 kali
lebih tinggi pada bayi kembar dua dan 30 kali lebih sering pada bayi
kembar tiga dibandingkan dengan janin tunggal. Bayi kedua pada
kehamilan kembar memiliki resiko asfiksia saat lahir/dpresi napas
perinatal lebih tinggi.

d. Infeksi Streptococcus group B


Infeksi onset cepat Streptococcus group B pada bayi berat lahir
rendah adalah 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang
dilahirkan tunggal dengan berat badan yang sama.

e. Vanishing Twin Syndrome


Kemajuan teknologi ultrasonografi memungkinkan dilakukannya
studi sonografik pada awal gestasi yang memperlihatkan bahwa insiden
kembar trimester pertama jauh lebih tinggi daripada insiden kembar saat
lahir. Kehamilan kembar sekarang diperkirakan terjadi pada 12 persen di
antara semua konsepsi spontan, tetapi hanya 14 persen di antaranya yang
bertahan sampai aterm.
Pada sebagian kasus, seluruh kehamilan lenyap, tetapi pada
banyak kasus, satu janin yang meninggal atau sirna (vanish) dan
kehamilan berlanjut sebagai kehamilan tunggal. Pada 21-63% konsepsi
kembar meninggal atau sirna (vanish) pada trimester kedua. Keadaan ini
dapat menyebabkan kelainan genetik atau kelainan neurologik/defek
neural tube pada janin yang tetap bertahan hidup.
f. Kelainan Kongenital/Akardia/Rangkaian Perfusi Balik Arteri pada Janin
Kembar (twin reverse-arterial-perfusion/TRAP)
Pada plasenta monokorionik, vaskularisasi janin biasanya
tergabung, kadang-kadang amat kompleks. Anastomosis vaskular pada
plasenta monokorionik dapat dari arteri ke arteri, vena ke vena atau arteri
ke vena. Biasanya cukup berimbang dengan baik sehingga tidak ada
salah satu janin yang menderita.
Pada TRAP terjadi pirau dari arteri ke arteri plasenta, yang
biasanya diikuti dengan pirau vena ke vena. Tekanan perfusi pada salah
satu kembar mengalahkan yang lain, yang kemudian mengalami
pembalikan aliran darah dari kembarannya. Darah arteri yang sudah
terpakai dan mencapai kembar resipien cenderung mengalir ke
pembuluh-pembuluh iliaka sehingga hanya memberi perfusi bagian
bawah tubuh dan menyebabkan gangguan pertumbuhan dan
perkembangan tubuh bagian atas. Gangguan atau kegagalan
pertumbuhan kepala disebut akardius asefalus. Kepala yang tumbuh
parsial dengan alat gerak yang masih dapat diidentifikasi disebut
akardius mielasefalus. Kegagalan pertumbuhan semua struktur disebut
akardius amorfosa.

g. Twin-to-twin Transfusion Syndrome

Darah ditransfusikan dari satu kembaran (donor) ke dalam vena


kembaran lainnya (resipien) sedemikian rupa sehingga donor menjadi
anemik dan pertumbuhannya terganggu, sementara resipien menjadi
polisitemik dan mungkin mengalami kelebihan beban sirkulasi yang
bermanifestasi sebagai hidrops fetalis.
Menurut ketentuan, terdapat perbedaan hemoglobin 5 g/dl dan
20% berat badan pada sindrom ini. Kematian kembar donor dalam uterus
dapat mengakibatkan trombus fibrin di seluruh arteriol yang lebih kecil
milik kembar resipien. Hal ini kemungkinan diakibatkan oleh transfusi
darah yang kaya tromboplastin dari janin donor yang mengalami maserasi.
Kembar yang bertahan hidup mengalami koagulasi intravaskular
diseminata.

a. Kembar Siam
Apabila pembentukan kembar dimulai setelah cakram mudigah
dan kantung amniom rudimenter sudah terbentuk dan apabila pemisahan
cakram mudigah tidak sempurna, akan terbentuk kembar siam/kembar
dempet. Terdapat beberapa jenis kembar siam, yaitu:
1. Thoracopagus, bila kedua tubuh bersatu di bagian dada (30-40%).
Jantung selalu terlibat dalam kasus ini. Bila jantung hanya satu,
harapan hidup baik dengan atau tanpa operasi adalah rendah.
2. Omphalopagus, bila kedua tubuh bersatu di bagian perut (34%).
Umumnya masing-masing tubuh memiliki jantung masing- masing,
tetapi kembar siam ini biasanya hanya memiliki satu hati, sistem
pencernaan, dan organ-organ lain.
3. Xyphopagus, bila kedua tubuh bersatu di bagian xiphoid cartilage.
4. Pyopagus (iliopagus), bila bersatu di bagian belakang (19%).
5. Cephalopagus/craniopagus, bila bersatu di bagian kepala dengan
tubuh terpisah.

b. Intra Uterine Growth Retardation (IUGR)


Pada kehamilan kembar, pertumbuhan dan perkembangan salah
satu atau kedua janin dapat terhambat. Semakin banyak jumlah janin
yang terbentuk, maka kemungkinan terjadinya IUGR semakin besar.

2.2 Faktor resiko kehamilan Gemelli


2.2.1 Terhadap Ibu
a. Kebutuhan akan zat-zat bertambah sehingga dapat
menyebabkan anemia dan defisiensi zat-zat lainnya.
b. Kemungkinan terjadinya hidramnion bertambah 10 kali lebih
besar.
c. Frekuensi pre-eklamsi eklamsi lebih sering.
d. Karena uterus yang besar ibu mengeluh sesak napas, sering
miksi, serta terjadi edema dan varises pada tungkai dan vulva.
e. Dapat terjadi inersia uteri, perdarahan post partum, dan solusio
plasenta setelah anak pertama lahir.

2.2.2 Terhadap Janin


a. Usia kehamilan tambah singkat dengan bertambahnya jumlah
janin pada kehamilan kembar yaitu 25% pada gemeli, 50%
pada triplet, 75% pada quadruplet akan lahir 4 minggu sebelum
cukup bulan. Jadi kemungkinan terjadinya beyi premature akan
tinggi
b. Bila sesudah bayi pertama lahir terjadi solusio plasenta, maka
angka kematian bayi kedua tinggi.
c. Sering terjadi kesalahan letak janin, yang juga akan
mempertinggi angka kematian janin.
2.2.3 Pengaruh pada Persalinan
a. Terjadi inersia uteri primer-sekunder.
b. Persalinan memanjang, kelainan letak janin sehingga
memerlukan tindakan operasi.
c. Terjadi ketuban pecah saat belum inpartu, permukaan kecil.
d. Terjadi prolapsus tali pusat.
e. Persalinan sulit sampai interlooking.
f. Terjadi solutio plasenta.

2.3 Hubungan abortus dengan kehamilan Gemelli

BAB III
PEMBAHASAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

NY ”N” G4P1A2 HAMIL 35 MINGGU DENGAN GEMELLI

DI PUSKESMAS NAGASWIDAK PALEMBANG TAHUN 2020

No. Registrasi : 7968


Pengkajian Data, Tanggal : 13 Maret 2020
Tempat : Puskesmas Nagaswidak
Waktu : 09.00 WIB
Kunjungan Ke :4

I. DATA SUBJEKTIF
A. Biodata
Nama Klien : Ny. N Nama Suami : Tn. S
Umur : 27 Thn Umur : 36
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan :
Wiraswasta
Agama : Islam Agama : Islam
Alamat : 13 ULU RT 24

B. Keluhan Utama : ibu mengeluh susah tidur karena ingin BAK terus
menerus

C. Riwayat Pernikahan : ibu menikah di usia 21 tahun dan sudah menikah


selama 6 tahun

D. Riwayat Kehamilan Sekarang


G4P1A2
HPHT : 16-07-2019
TP : 24-04-2020
Usia Kehamilan : 35 Minggu

E. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu :


N T T Usi Jeni Pe P K Anak
J B P
o ahun empat a s nolong enyulit .U
K B B e
P P Keh Pers Masa
artus artus amilan alinan N
ifas
1 2 P Post Nor Bi T B L 2 4
016 MB erm mal dan idak aik 90 9
Ada 0
2
3
4
5

F. Riwayat KB
Pernah menjadi Akseptor KB : Tidak pernah

G. Data Kesehatan
1. Riwayat Penyakit yang Pernah diderita : Tidak ada
2. Riwayat Operasi yang Pernah dijalani : Tidak ada
3. Riwayat Penyakit Keluarga/Keturunan : Tidak ada
4. Riwayat Alergi : Tidak ada

H. Data Kebiasaan Sehari-Hari (Activity Daily Living/ADL)


1. Nutrisi
Pola Makan : 3x /hari
Porsi : Sepiring nasi, sepotong ikan, lauk-pauk,
sayuran, dan buah
Minum : 8 gelas/hari
Pantangan : Tidak ada
2. Eliminasi
BAK BAB
Frekuensi : 6x/hari Frekuensi
: 1x/hari
Warna : Kuning jernih Warna
: Kecoklatan
Konsistensi
: Lunak
3. Istirahat
- Tidur Siang : ± 2jam
- Tidur Malam : ±6jam
- Masalah : Susah tidur dimalam hari
4. Aktivitas/Olahraga : Tidak ada
5. Personal Hygiene : Mandi 2x /hari, sikat gigi 2x /hari, dan
ganti pakaian 2x /hari

I. Riwayat Psikososial
Hubungan ibu dengan Suami : Baik
Hubungan Ibu dengan Keluarga : Baik
Rencana Persalinan : Dokter
Persiapan yang sudah dilakukan :Biaya dll
Rencana Menyusui : ASI
Rencana Merawat Anak : Sendiri
Pengambilan Keputusan dalam Keluarga : Suami
Kebiasaan/Adat Istiadat yang dilakukan Selama Kehamilan :
Tidak ada

II. DATA OBJEKTIF


1. Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
2. Tanda Vital
TD : 120/80 mmHg Nadi : 80x/menit
Suhu : 36,5°C Respirasi : 20x/menit
3. Tinggi Badan : 158 cm
4. Berat Badan
BB Sekarang : 70 Kg
BB Sebelum Hamil : 58 Kg
5. LILA : 28 cm
6. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Bersih, tidak ada ketombe,benjolan dan rambut
rontok
b. Muka : Tidak ada cloasma dan oedema
c. Mata : Sklera tidak ikterik, konjungtiva merah muda
d. Mulut : Bibir tampak lembab, tidak pucat, gigi bersih,
tidak ada caries,
tidak ada stomatitis, lidah bersih
e. Telinga : Pendengaran baik, tidak ada serumen
f. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena
jugularis
g. Payudara :Simetris, tidak ada benjolan, putting susu menonjol
dan
kolostrum Sudah keluar
h. Abdomen :
- Leopold I : TFU 3 jari dibawah PX/ 34 cm, pada fundus teraba
bokong
- Leopold II : Pada bagian abdomen kanan teraba punggung,
pada bagian
abdomen kiri teraba ekstremitas
- Leopold III : Bagian terbawah janin teraba kepala
- Leopold IV : Tidak dilakukan
- TBJ : 3410 gram
- DJJ : (+)
- Frekuensi : DJJ 1 : 136x/menit DJJ2 : 148x/menit
i. Genetalia Eksterna : Terdapat keputihan
j. Ekstremitas Bawah : Terdapat oedema
k. Pengukuran Panggul Luar : Tidak dilakukan
7. Pemeriksaan Penunjang : Hb: 11 gr %

III. ANALISA DATA


Ny . N 27 tahun dengan hamil gemelli

IV. PENATALAKSANAAN
1. Pukul 09.30 : Menginformasikan hasil pemeriksaan TD : 120/80 mmHg
S: 36,5°C
P : 20x/menit N: 80x/menit hamil gamely.
Pasien mendengarkan penjelasan bidan.
2. Pukul 09.35 : Memfasilitasi KIE tentang sering BAK di kehamilan
trimenster 3 dan
keputihan pada ibu yaitu : memberi tau ibu bahwa
sering BAK di kehamilan trimester 3 itu hal yang wajar
karena semakin janin membesar maka kandung kemih ibu
akan semakin tertekan yang menyebabkan sering BAK terus
menerus,serta menganjurkan ibu agar mengurangi minum
sebelum tidur sehingga frekuensi BAK di malam hari
berkurang.
Kemudian menganjurkan ibu untuk slalu menjaga
kebersihan alat reproduksinya dengan slalu membersihkan
alat reproduksi dengan air bersih dan sering mengganti
celana dalam agar bagian reproduksi tetap kering
dan keputihan pada ibu teratasi.
Pasien mengerti dengan penjelasan bidan.
3. Pukul 09.50 : Menjelaskan pada ibu tentang bahaya kehamilan gemeli
trimester 3 yaitu
seperti perdarahan dan preeklampsia.
Pasien mendengarkan penjelasan bidan.
4. Pukul 10.00 : Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk
persiapan persalinan
ibu nanti.

Kunjungan rumah ibu hamil :

Anda mungkin juga menyukai