Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Makrosomia didefenisikan bayi lahir dengan berat badan ≥3900g. Hasil

penelitian diujung pandang dari 40 pasien yang dipantau selama 3,5 tahun

mempunyai komplikasi yang paling sering adalah terjadi makrosomia

(Adam,2015).

Bila dirinci terdapat 157.000 bayi meninggal dunia per tahun, atau 430 bayi

per hari. Penyebab kematian terbanyak disebabkan oleh sepsis (infeksi

sistemik), kelainan bawaan, dan infeksi saluran pernapasan akut (Riset

Kesehatan Dasar Depkes,2013).

Hasil dari Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI),

menyatakan bahwa sepanjang tahun 2007-2013 kematian ibu melonjak

naik. Pada tahun 2013 Angka Kematian Ibu mencapai 359 per 100.000

penduduk atau meningkat sekitar 57% bila dibandingkan dengan kondisi

pada tahun 2007, yaitu sebesar 228 per 100.000 penduduk. Hal ini

disebabkan karena terjadinya ibu hamil dengan resiko tinggi, perioritas

penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan (28%), infeksi(11%),

Abortus(5%), dan partus lama(5%) (SDKI, 2013).

Di Kota Tanjung balai pernah dilahirkan bayi laki-laki dengan berat

6 kg pada tahun 2018. Sedangkan di Provinsi Sumatera Utara Kabupaten

Batu Bara bayi terberat pernah dilahirkan oleh seorang ibu yang berumur

41 tahun pada tahun 2017 dengan berat mencapai 8,7 kg. Kelahiran bayi

1
2

besar ini menimbulkan komplikasi dalam persalinan, apalagi jika

melahirkan tidak dirumah sakit. Kemungkinan bayi akan lahir dengan

gangguan nafas dan kadang kala bayi lahir dengan trauma tulang leher dan

bahu Serta kemungkinan harus melahirkan lewat operasi seksio caesar.

Semuanya ini terjadi akibat massa bayi yang besar sehingga tidak mungkin

atau sangat sulit melewati panggul ibu (Bobak,2013).

Bayi yang lahir dengan berat badan lebih dari 4000 gram

berpotensi mengalami obesitas setelah dewasa. Obesitas dapat

mengakibatkan berbagai penyakit diantaranya penyakit jantung dan stroke.

Oleh sebab itu, diharapkan berat badan ibu selama hamil dalam batasan

normal sehingga berat badan bayi ketika lahir juga dalam kisaran normal

(Rudolf, 2017). Kami mendapat banyak pelajaran selama melakukan praktik

lapangan di Rumah Sakit Permata Hati.

1.2 Rumusan masalah

Bagaimana manajemen asuhan kebidanan pada bayi baru lahir

dengan Makrosomia di Rumah Sakit Permata Hati?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Dapat memberikan asuhan kebidanan pada bayi Ny “Y” dengan

Makrosomia di Rumah Sakit Permata Hati.


3

1.3.2. Tujuan khusus

Dapat melaksanakan Pengkajian Data tentang bayi baru lahir dengan

makrosomia di Rumah Sakit Permata Hati.

a) Dapat melaksanakan Identifikasi Diagnosa Masalah dan Kebutuhan

bayi baru lahir dengan makrosomia di Rumah Sakit Permata Hati.

b) Dapat menentukan Diagnosa Masalah Potensial tentang bayi baru lahir

dengan makrosomia Di Rumah Sakit Permata Hati.

c) Dapat melaksanakan Tindakan ataupun Kolaborasi dengan bidan pada

bayi baru lahir dengan makrosomia di Rumah Sakit Permata Hati.

d) Dapat melaksanakan Tindakan Perencanaan pada bayi baru lahir

dengan makrosomia di Rumah Sakit Permata Hati.

e) Dapat melaksanakan Tindakan Pelaksanaan pada bayi baru lahir dengan

makrosomia di Rumah Sakit Permata Hati.

f) Dapat melaksanakan Evaluasi pada bayi baru lahir dengan makrosomia

di Rumah Sakit Permata Hati.

1.4 Manfaat

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Agar dapat mendeteksi secara dini adanya kehamilan dengan makrosomia

sehingga dapat memberikan asuhan kebidanan yang tepat sehingga tidak

membahayakan jiwa ibu dan janin.


4

2. Bagi mahasiswa

Agar dapat membantu bidan mendeteksi secara dini adanya kehamilan

dengan makrosomia sehingga dapat memberikan asuhan yang sesuai

dengan wewenang bidan.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Makrosomia

Pengertian dari makrosomia menurut pendapat para ahli sebagai berikut :

- Makrosomia adalah bayi yang berat badannya pada saat lahir lebih dari

4.000 gram. (Keperawatan Maternitas Edisi 4. Bobak Lowdermilk,

Jensen).

- Menurut Cunningham (2011) semua neonatus dengan berat badan 4000

gram atau lebih tanpa memandang umur kehamilan dianggap sebagai

makrosomia.

Kondisi bayi dengan berat lahir makrosomia membutuhkan perawatan yang

lebih/intensif dan harus selalu dipantau untuk menghindari resiko dikemudian

hari. Berat neonatus pada umumnya kurang dari 4000 gram dan jarang melebihi

5000 gram. Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4000 gram adalah 5,3% dan

yang lebih dari 4500 gram adalah 0,4%. (Aninomause./2013).

2.2 Etiologi

Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan terjadinya kelahiran bayi

besar / Baby giant. Faktor-Faktor tersebut diantaranya :

1. Ibu yang menderita Diabetes Mellitus (DM) sebelum dan selama

kehamilan.

Kadar gula darah ibu hamil penderita Diabetes Melitus tergolong tinggi.

5
6

Kondisi inilah yang memberi peluang janin untuk tumbuh melebihi ukuran

rata-rata. Jika fungsi plasenta dan tali pusat baik, maka si calon bayi dapat

tumbuh makin subur.

2. Ibu mempunyai riwayat melahirkan bayi besar. Ibu yang pada kehamilan

pertama melahirkan Baby giant berpeluang besar melahirkan anak kedua

dengan kondisi yang sama pada kehamilan berikutnya.

3. Faktor genetik Obesitas dan overweight yang dialami ayah-ibu dapat

menurun pada bayi.

4. Pengaruh kecukupan gizi porsi makanan yang dikonsumsi ibu hamil akan

berpengaruh terhadapa bobot janin. Asupan gizi yang berlebih bisa

mengakibatkan bayi lahir dengan berat diatas rata-rata. Pola makan ibu

yang tidak seimbang atau berlebihan juga mempengaruhi kelahiran bayi

besar.

5. Bukan kehamilan pertama. Ada kecenderungan berat badan lahir anak

kedua dan seterusnya lebih besar daripada anak pertama.

2.3 Manifestasi Klinis

1. Pada saat kehamilan :

a. Uterus lebih besar dari biasanya atau tidak sesuai dengan usia

gestasi

b. Tinggi fundus pada kehamilan aterm lebih dari 40 cm.

c. Taksiran berat badan janin (TBBJ) dari 4000 gram.

2. Pada bayi baru lahir :

a) Berat badan lebih dari 4000 gram


7

b) Badan montok dan kulit kemerahan

c) Organ internal membesar (hepatosplenomegali, spenomegali,

kardiomegali)

d) Lemak tubuh banyak. (Markum, A.H. 2015)

2.3. Patofisiologis

Makrosomia ini disebabkan oleh terjadinya hiperglikemia pada janin (akibat

hiperglikemia ibu) dan hiperinsulinisme janin yang menyebabkan :

- Timbunan lemak subkutan janin dan glikogen hati bertambah

- Pertambahan ukuran dan berat dari hampir seluruh organ, yang

memperlihatkan hipertropf dan hyperplasia seluler Hematopiesis

ektramedularis khususnya dari hepar yang menyebabkan pertambahan

berat badan. (Markum, A.H. 2015)

Umumnya bayi dengan makrosomia ini dilahirkan oleh ibu diabetik kelas A,

B dan C. Insulin dikatakan merupakan hormon pertumbuhan primer untuk

perkembangan intra uterin. Diabetes Maternal mengakibatkan peningkatan kadar

asam-asam amino bus plasenta, pancreas janin berespon dengan memproduksi

insulin untuk disesuaikan dengan sediaan bahan baker akselerasi sintesis protein

yang diakibatkan bersama dengan penyimpanan glikogen dan lemak berlebih

bertanggung jawab terhadap terjadinya makrosomia yang khas pada kehamilan

diabetik. (Markum, A.H. 2015)

Bayi dari ibu yang menderita diabetes memperlihatkan insiden sindrom

kegawatan pernafasan yang lebih besar dari pada bayi ibu yang normal pada umur
8

kehamilan yang sama. Insiden yang lebih besar mungkin terkait dengan pengaruh

antagonis antara kortisol dan insulin pola sintesis surfakton. (Arvin Behrman

Kliegmen, 2016)

2.4. Komplikasi

Bayi besar yang sedang berkembang merupakan suatu indikator dari efek

ibu. Yang walaupun dikontrol dengan baik dapat timbul pada janin, maka sering

disarankan persalinan yang lebih dini sebelum aterm. Situasi ini biasanya dinilai

pada sekitar kehamilan 38 minggu. Penilaian yang seksama terhadap pelvis ibu.

Tingkat penurunan kepala janin dan diatas serviks. Bersama dengan pertimbangan

terhadap riwayat kebidanan sebelumnya. Seringkali akan menunjukkan apakah

induksi persalinan kemungkinan dan menimbulkan persalinan pervaginam.

(Bobak, dkk. 2015)

Jika terjadi penyulit-penyulit ini dapat dinyatakan sebagai penatalaksanaan

yang salah. Karena hal ini sebenarnya dapat dihindarkan dengan seksio sesarea

yang terencana. Walaupun demikian, yang perlu dingat bahwa persalinan dari

bayi besar (baby giant) dengan jalan abdominal bukannya tanpa resiko dan hanya

dapat dilakukan oleh dokter bedah kebidanan yang terampil. (Arvin Behrman

Kliegmen, 2015).

Bayi besar juga kerap menjadi penyulit pada saat persalinan normal, karena

dapat menyebabkan cedera baik pada ibu maupun bayinya.

Kesulitan yang dapat terjadi adalah :

1. Kesulitan pada ibu :

a) Robekan hebat jalan lahir


9

b) Perdarahan

c) Terjadi peningkatan persalinan dengan sectio caesaria.

d) Ibu sering mengalami gangguan berjalan pasca melahirkan akibat

peregangan maksimal struktur tulang panggul. Keluhan keluhan

tersebut bisa sembuh dengan perawatan yang baik.

2. Pada bayi :

a) Terjadinya distosia bahu yaitu kepala bayi telah lahir tetapi bahu

tersangkut di jalan lahir.

b) Asfiksia pada bayi sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan untuk

melahirkan bahu.

c) Brachial Palsy (kelumpuhan syaraf di leher) yang ditandai dengan

adanya gangguan motorik pada lengan.

d) Patah tulang selangka (clavicula) yang sengaja dilakukan untuk dapat

melahirkan bahu.

e) Kematian bila bayi tidak dapat dilahirkan.

Makrosomia dapat meningkatkan resiko pada bayi mengalami hipoglikemia,

hipokalsemia, hiperviskostas, dan hiperbilirubinemia.

1. Hipoglikemia

Hipoglikemi sering terjadi pada bayi dari ibu yang menderita penyakit DM

karena cadangan glukosa rendah. Pada ibu DM terjadi transfer glukosa yang

berlebihan pada janin sehingga respon insulin juga meningkat pada janin. Saat

lahir di mana jalur plasenta terputus maka transfer glukosa berhenti sedangkan

respon insulin masih tinggi (transient hiperinsulinisme) sehingga terjadi


10

hipoglikemi.

Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat

menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya hipoksi otak. Bila tidak dikelola

dengan baik akan menimbulkan kerusakan pada susunan saraf pusat bahkan

sampai kematian.

Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan hidup

selama proses persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir. Setiap stress yang

terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada karena meningkatkan penggunaan

cadangan glukosa, misalnya pada asfiksia, hipotermi, hipertermi, gangguan

pernapasan. (Khosim MS, dkk. 2013)

Istilah hipoglikemia digunakan bila kadar gula darah bayi secara bermakna

dibawah kadar rata-rata. Dikatakan hipoglikemia bila kadar glukosa darah kurang

dari 30 mg/dl pada semua neonatus tanpa menilai masa gestasi atau ada tidaknya

gejala hepoglikemia. Umumnya hepoglikemia terjadi pada neonatus umur 1 – 2

jam.

2. Hipokalsemia

Bayi menderita hipokalsemia bika kadar kalsium dalam serum kurang dari

7 mg/dl (dengan/tanpa gejala), atau kadar kalsium 10 n kurang dari 3 mg/dl.

Kejadiannya adalah kira-kira 50% pada bayi dari ibu penderita DM. Beratnya

hipokalsemia berhubungan dengan beratnya diabetes ibu dan berkurangnya fungsi

kelenar paranoid kadar kalsium terendah terjadi pada umur 24-72 jam.
11

3. Polestemia dan Hiperviskositas

Penyebab polestemia kurang jelas akan tetapi mungkin disebabkan oleh

meningkatnya produksi sel darah merah yang sekunder disebabkan oleh hipoksia

intra uterin kronik pada ibu dengan penyakit vaskuler dan oleh transfusi plasenta

intra uterin akibat hipoksia akut pada persalinan atau kelahiran.

Dengan adanya polisetemia akan menyebabkan hiperviskositas darah dan akan

merusak sirkulasi darah. Selain itu peningkatan sel darah yang akan dihemolisis

ini meningkatkan beban hederobin potensial heperbilirubinemia. Bayi

makrosomia dapat menderita fraktur klavikula, laserasi limpa atau hati cedera

flesus brakial, palsi fasial, cedera saraf frenik atau hemoragi subdural.

Hiperviskositas mengakibatkan menurunnya aliran darah dan terjadinya hipoksia

jaringan serta manifestasi susunan saraf pusat berupa sakit kepala, dizziness,

vertigo, stroke, tinitus dan gangguan penglihatan berupa pandangan kabur,

skotoma dan diplopia. (Markum, A.H. 2015).

4. Hiperbilirubinemia

Hiperbilirubinemia adalah keadaan kadar bilirubin dalam darah >13

mg/dL. Bilirubin pada neonatus meningkat akibat terjadinya pemecahan eritrosit.

Bilirubin mulai meningkat secara normal setelah 24 jam, dan puncaknya pada hari

ke 3-5. Setelah itu perlahan-lahan akan menurun mendekati nilai normal dalam

beberapa minggu. Pada bayi baru lahir, ikterus yang terjadi pada umumnya adalah

fisiologis, kecuali:
12

a) Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan

b) Bilirubin total/indirek untuk bayi cukup bulan > 13 mg/dL atau bayi

kurangbulan >10 mg/dL

c) Peningkatan bilirubin > 5 mg/dL/24 jam

d) Kadar bilirubin direk > 2 mg/Dl

e) Ikterus menetap pada usia >2 minggu

f) Terdapat faktor resiko

Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir, karena:

- Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan

berumur lebih pendek.- Fungsi hepar yang belum sempurna

5. Mekanisme Persalinan

Pada panggul normal, janin dengan berat badan 4000 - 5000 gram pada

umumnya tidak mengalami kesulitan dalam melahirkannya. Menentukan besarnya

janin secara klinis memang sulit. Kadang-kadang baru diketahui adanya janin

besar setelah tidak adanya kemajuan persalinan pada panggul normal dan his yang

kuat. Pemeriksaan yang teliti tentang adanya disproporsi sefalopelvik dalam hal

ini perlu dilakukan. Besarnya kepala dan tubuh janin dapat diukur pula secara

teliti dengan menggunakan alat ultrasonik.

Pada panggul normal, janin dengan berat badan kurang dari 4500 gram pada

umumnya tidak menimbulkan kesukaran persalinan. Kesukaran dapat terjadi

karena kepala yang besar atau kepala yang lebih keras (pada post maturitas) tidak

dapat memasuki pintu atas panggul, atau karena bahu yang lebar sulit melalui

rongga panggul. Apabila kepala anak sudah lahir tetapi kelahiran bagian-bagian
13

lain macet karena lebarnya bahu, janin dapat meninggal akibat asfiksia.

(Aninomause/2013).

Pada disproporsi sefalopelvik (tidak seimbang kepala panggul) karena janin

besar, seksio sesarea perlu dipertimbangkan. Kesulitan melahirkan bahu tidak

selalu dapat diduga sebelumnya. Apabila kepala sudah lahir sedangkan bahu sulit

dilahirkan, hendaknya dilakukan episiotomi mediolateral yang cukup luas, hidung

serta mulut janin dibersihkan, kemudian kepala ditarik curam ke bawah secara

hati-hati dengan kekuatan yang terukur.

Bila tidak berhasil, tubuh janin diputar dalam rongga panggul, sehingga bahu

belakang menjadi bahu depan dan lahir di bawah simfisis. Bila dengan cara ini

pun belum berhasil, penolong memasukkan tangannya ke dalam vagina dan

berusaha melahirkan lengan belakang janin dengan menggerakkan di muka

dadanya. Untuk melahirkan lengan kiri digunakan tangan kanan penolong, dan

sebaliknya. Kemudian bahu depan diputar ke diameter miring dari panggul guna

melahirkan lengan depan.

Pada keadaan dimana janin telah mati sebelum bahu dilahirkan, dapat

dilakukan kleidotomi pada satu atau kedua klavikula (tulang disamping leher)

untuk mengurangi kemungkinan perlukaan jalan lahir. (Aninomause/2013).

6. Pencegahan

Selama perawatan antepartal dilakukan pengkajian ukuran pelvic ibu dan

ukuran janin yang sedang berkembang. Ukuran janin ditentukan dengan palpasi

panjang crown-rump janin dalam uterus. Sonografi pelvimetri dapat memberikan

informasi lebih lanjut. Bila terlihat uterus yang sangat besar, hidramnion, atau
14

ukuran janin yang sangat besar, atau janin lebih dari satu merupakan hal yang

perlu dipertimbangkan sebagai kemungkinan penyebab.

Hal hal yang dilakukan untuk mengantisipasi makrosomia :

1. Melakukan pemeriksaan kehamilan yang teratur sehingga kenaikan berat

badan janin saat masih dalam kandungan dapat dikontrol dengan baik.

2. Melakukan pemeriksaan kadar gula dalam darah.

3. Konsultasikan pola makan dan asupan gizi semasa hamil dengan dokter.

4. Sesuaikan kenaikan berat badan ibu selama kehamilan antara 8-12 kg

5. Lebih banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung protein (ikan,

susu, daging, tahu, tempe) vitamin dan mineral (sayur dan buah buahan)

6. Kurangi makan makanan yang banyak mengandung karbohidrat seperti

nasi, gula, mie, roti/kue, dll. Melakukan USG secara rutin selama

kehamilan, sehingga dapat memantau penambahan berat badan bayi

selama dalam kandungan dan dapat diambil langkah langkah untuk

mencegah terjadinya bayi besar. (Hendrik, 2013)

7. Penatalaksanaan Medis

Pemeriksaan klinik dan ultrasonografi yang seksama terhadap janin yang

sedang tumbuh, disertai dengan faktor-faktor yang diketahui merupakan

predisposisi terhadap makrosomia (bayi besar) memungkinkan dilakukannya

sejumlah kontrol terhadap pertumbuhan yang berlebihan. Peningkatan resiko bayi

besar jika kehamilan dibiarkan hingga aterm harus diingat dan seksio sesarea

efektif harus dilakukan kapan saja persalinan pervaginam. (Arvin Behrman

Kliegmen, 2015).
15

Tanpa memandang besarnya semua bayi dari ibu diabetes sejak semula harus

mendapat pengamatan dan perawatan yang intensif, kadar gula darah pada bayi

harus ditentukan pada 1 jam post partum dan kemudian setiap 6 – 8 jam

berikutnya, jika secara klinis baik dan kadar gula darahnya normal. Mula-mula

diberikan makanan oral/sonde air glukosa 5% dilanjutkan dengan ASI. Air susu

formula yang dimulai pada umur 2 – 3 jam dan diteruskan dengan interval

makanan oral. Pemberian makanan harus dihentikan dan glukosa di berikan

dengan infus intravena perifer pada kecepatan 4 – 8 mg/kg BB/menit untuk

mengatasi :

1. Hipoglikemia

Tujuan utama pengobatan hipoglikemia adalah agar kadar glukosa serum

tetap normal pada kasus hipoglikemia tanpa gejala lakukan tindakan berikut :

- Apabila kadar glukosa dengan dextrosix 25 mg/dl maka bayi diberi larutan

glukosa sebanyak 6 mg/kg BB/menit dan kemudian diperiksa tiap 1 jam

hingga normal dan stabil.

- Bila doxtrosix menunjukkan hasil 25 – 46 mg/dl dan bayi tidak tampak

sakit maka diberi minum glukosa 5% lalu diperiksa tiap jam hingga stabil.

Padakasus hipoglikemia dengan gejala diberikan larutan glukosa 10%

sebanyak 2 4 ml/kg BB intra vena selama 2 – 3 menit hingga kadar

glukosa stabil.

2. Hipokalsemia

Hipokalsemia dengan kejang harus diobati dengan larutan kalsium glukonat

10% sebanyak 0.2 – 0.5 ml/kg BB intravena yang harus diperhatikan selama
16

pemberian adalah aritmia jantung, bradikardi dan ekstravasasi cairan dan alat

infuse, kadar kalsium serum harus dipantau tiap jam.

3. Hiperbilirubinemia

Sejak bayi mulai kurang kadar bilirubin harus dipantau dengan teliti kalau

perlu berikan terapi sinar/transfusi darah.

4. Polisitemia

Dicoba dengan penambahan pemberian minum sebanyak 20 – 40 ml/kg BB/

hari disamping itu dipantau Hb darah tiap 6 – 12 jam tanpa gejala, bila

dengan gejala seperti gangguan nafas jantung atau kelainan neurologik harus

dilakukan transfusi parsial dengan plasma beku segar. (Bobak, dkk. 2015).
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI Ny “N”
DENGAN MAKROSOMIA

Tanggal Lahir : 24 Juli 2022

Jam : 19.35 WIB

Tanggal Pengkajian                 : 24 Juli 2022

Jam : 19.35 WIB

Pengkaji : Bidan

LANGKAH I. IDENTIFIKASI DATA DASAR

A.    DATA SUBJEKTIF

1.      Identitas Bayi

Nama Bayi                  : Bayi Ny. “Y”

Tanggal Lahir              : 24 Mei 2022

Jam : 19.35 WIB

Anak ke                       : I (Pertama)

Jenis Kelamin              : ♂ ( Laki-laki )

17
18

2.      Identitas Orang Tua

Nama                     : Ny. “Y” Nama : Tn. “P”

Umur :27 tahun Umur : 29 tahun

Nikah : 1 kali Nikah : 1 kali

Lamanya      : 2 tahun Lamanya : 2 tahun

Suku                       : Jawa Suku : Jawa

Agama                   : Islam Agama : Islam

Pendidikan            : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan              : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat                  : Jln. Mutiara Alamat : Jln. Mutiara

B.            DATA OBJEKTIF

1. Riwayat kehamilan ibu

- GI PI A0

- HPHT 17 November 2021

- TTP 24 Juli 2022

- Ibu melakukan pemeriksaan ANC sebanyak 3 kali selama kehamilannya.

2. Riwayat persalinan

- Bayi lahir tanggal 24 Juli 2022, jam 19.35 WIB.

- Tempat persalinan di Rumah Sakit Permata Hati.

- Persalinan di tolong oleh Dokter dan Bidan.

3. Riwayat kelahiran bayi

- Bayi lahir tanggal 24 Juli 2022, jam 19.35 WIB

- Jenis kelamin ♂ ( laki-laki ), BBL 4100 gr, PBL 52 cm.


19

- Bayi lahir segera menangis dengan Apgar score: 9.

Tampilan 0 1 2 nilai

A Badan
Seluruh
Apperence Pucat merah,ekstremit 2
tubuh merah
as biru

P Pulce Tidak ada <    100 >   100 2

G Gremence Tidak ada Menyeringai Bersin,batuk 2

A Ekstermitas Reaksi
Aktivity Tidak ada 1
sedikit refleks melawan

R Lemah tidak Menangis


Respiration Tidak ada 2
teratur kuat

Skor/jumlah 8         10

C.      Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar Bayi

a. Nutrisi / Cairan

- Bayi disusui dalam 30 menit setelah lahir (IMD)

- Bayi disusui setiap saat atau setiap menangis

b. Eliminasi

- Bayi belum BAK dan BAB

c. Personal Hygiene

- Bayi tampak bersih


20

D.      RIWAYAT PSIKOSOSIAL, EKONOMI, dan SPIRITUAL

1. Ibu, suami dan keluarga senang dengan kelahiran bayinya.

2. Pekerjaan rumah tangga dibantu oleh ibu dan adik.

3. Ibu menikah 1 kali dengan suami sekarang.

4. Biaya perawatan ditanggung oleh suami.

E.       Pemeriksaan fisik

1. Kulit : Berwarna  kemerahan, tidak ada verniks casiosa.

2. Kepala : Tidak ada caput sucsadeneum, dan cephal hematoma.

3. Wajah :  Kemerahan, terdapat Lanugo

4. Mata    : Simetris kiri dan kanan, pupil mata bereaksi dengan baik.

5. Hidung : Tidak ada gerakan cuping hidung, hidung tampak bersih.

6. Telinga : Simetris kiri dan kanan, tekuk telinga lunak dan mudah

kembali.

7. Mulut dan bibir : Reflex mengisap baik, keadaan bibir merah muda

dan basah, mulut bersih.

8. Dada                : Gerakan dada sesuai/seirama dengan nafas bayi.

9. Abdomen        : Tali pusat masih basah dan berdarah

10. Genetalia : Testis dua buah sudah masuk ke dalam ke skrotum.

11. Anus : tidak terdapat atrenia anus.

12. Ekstremitas      : jumlah jari-jari lengkap


21

Riwayat ukuran pertumbuhan

- Lingkar kepala            : 38 cm

- Lingkar dada               : 37 cm

- Lingkar perut              : 34 cm

- Lila                             : 18 cm

- Panjang badan             : 52 cm

- Berat badan                 : 4100 gram

- TTV bayi                     :

1. S   : 370c

2. P   : 30 x/ menit

3. N  : 140x/ menit     

4. Afgar Score : 9

LANGKAH II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA, MASALAH, DAN KEBUTUHAN

Diagnosa         :   Bayi baru lahir dengan makrosomia

Data dasar : - BB : 4100 gram

- PB : 52 cm

- Lk : 38 cm

- Ld : 37 cm

- Lila : 18 cm

- Afgar Score :9

Masalah : - Tidak ada masalah pada bayi

- Masalah pada ibu Diabetes

- Dilakukan episiotomy pada ibu


22

Kebutuhan : - Pemenuhan nutrisi bayi

- Perawatan tali pusat

- Penjahitan luka perenium

LANGKAH III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL

Tidak ada

LANGKAH IV TINDAKAN SEGERA / KOLABORASI

Tidak ada

LANGKAH V RENCANA TINDAKAN / INTERVENSI

1. Beritahu ibu dan keluarga mengenai keadaan bayi.

2. Jaga suhu tubuh bayi.

3. Lakukan perawatan tali pusat pada bayi.

4. Lakukan IMD.

5. Beri suntikan vit k.

6. Penjahitan luka perenium

7. Beri imunisasi pada bayi.

8. Anjurkan kepada ibu untuk memberikan ASI eksklusif.

LANGKAH VI. IMPLEMENTASI

1. Memberitahukan kepada ibu dan keluarga mengenai keadaan bayi dengan

melakukan vital sign

- S : 370c

- P : 30 x/i

- N : 140 x/i
23

- Lingkar kepala            : 38 cm

- Lingkar dada               : 37 cm

- Lingkar perut              : 34 cm

- Lila                             : 18 cm

- Panjang badan             : 52 cm

- Berat badan                 : 4100 gram

- TTV bayi                     :

1. S   : 370c

2. P   : 30 x/ menit

3. N  : 140x/ menit     

4. Afgar Score : 9

2. Menjaga suhu tubuh bayi agar tetap hangat dengan cara membedong bayi

dengan menggunakan kain yang bersih dan hangat.

3. Melakukan perawatan tali pusat pada bayi dengan menggunakan kassa yang

steril.

4. Melakukan inisiasi menyusui dini kepada bayi dengan cara meletakkan bayi di

atas payudara ibu.

5. Memberikan suntikan vit k di paha sebelah kanan bayi.

6. Penjahitan luka perenium

7. Memberikan imunisasi Hb0 di paha sebelah kiri bayi.

8. Menganjurkan kepada ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi

selama 6 bulan.
24

LANGKAH VII. EVALUASI

1. Ibu dan keluarga sudah mengetahui keadaan bayi

2. Bayi sudah dibedong dengan menggunakan kain yang bersih dan hangat.

3. Tali pusat sudah dibungkus dengan menggunakan kassa.

4. Bayi sudah di IMD.

5. Bayi sudah diberikan suntikan vit k.

6. Perenium ibu sudah dijahit

7. Bayi sudah diberikan imunisasi Hb0.

8. Ibu sudah bersedia untuk memberikan ASI eksklusif.


BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

Setelah melakukan asuhan kebidanan pada bayi Ny “Y” dengan

makrosomia, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : penulis dapat

melakukan pengkajian dari bayi Ny “Y” dengan makrosomia. Dari diagnosa

tersebut dilakukan impelementasi sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Bayi

diberikan penghangatan suhu tubuh dengan cara dibedong, perawatan tali pusat,

dilakukan IMD, pemberian imunisasi dan pemberian suntikan vit k.

a. Pengkajian

Dalam melakukan pengkajian penulis tidak menemukan kesulitan yang

berarti, baik dalam pengumpulan data subjektif, dan objektif, data primer dan

data sekunder, dimana didukung oleh peralatan yang baik.

1. Riwayat kesehatan

Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal

pada kasus makrosomia.

2. Riwayat post natal

Yang perlu dikaji antara lain:

Berat badan baru lahir 3900 gram, untuk aterm 2500 gram lingkar kepala

kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).

3. Pola nutrisi

Yang perlu dikaji pada bayi dengan makrosomia merupakan pola makan

dan nutrisi/pemenuhan nutrisi dan cairan, muntah aspirasi, cairan, kalori.

25
26

b. Interpretasi Data

1. Diagnosa : Bayi baru lahir dengan makrosomia

- BB : 4100 gram

- PB : 52 cm

- LK : 39 cm

- LD : 37 cm

- LILA : 18 cm

- AFGAR SCORE : 9

2. Masalah

Bayi baru lahir dengan berat badan 4100 gram, berat badan lahir rendah

dengan gangguan pola nafas.

3. Kebutuhan

- Pemenuhan nutrisi bayi

- Perawatan tali pusat

- Penjahitan luka perenium

c. Tindakan Segera Dan Kolaborasi

Segera masukkan bayi dalam incubator pada bayi

d. Pelaksanaa Tindakan

Pada waktu pelaksanaan tindakan semua pelaksanaan tindakan dapat

dilakukan
27

e. Evaluasi

Merupakan tahap akhir proses manajemen kebidanan dan semua tujuan yang

direncanakan dapat dilakukan dengan baik. Bayi Ny. “Y” usia 0 hari dengan

penanganan bidan.
BAB V

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Setelah penyusun melakukan Asuhan Kebidanan pada bayi Ny “Y” dengan

makrosomia, penulis dapat mengambil kesimpulaan sebagai berikut : penulis

dapat melakukan pengkajian dari bayi Ny “Y” dengan makrosomia. Dari diagnosa

tersebut dilakukan implementasi sesuai dengan rencana yang telah di buat. Bayi di

berikan penghangatan suhu tubuh dengan cara dibedong, perawatan tali pusat,

dilakukan IMD, pemberian imunisasi dan pemberian suntikan vit k.

4.2 Saran

4.2.1 Bagi tenaga kesehatan

Agar dapat mendeteksi secara dini kehamilan dengan makrosomia dan dapat

melakukan asuhan yang sesuai dengan prosedur dan sesuai dengan kapasitas

bidan sehingga dapat menghindari komplikasi yang terjadi dari makrosomia.

4.2.2. Bagi mahasiswa

Agar dapat menerapkan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan

makrosomia sesuai dengan teori yang telah dipelajari. Serta dapat

mendeteksi secara dini makrosomia sehingga dapat mencegah komplikasi

yang terjadi dari makrosomia.

28
DAFTAR PUSTAKA

Arvin Behrman Kliegmen.2013, Ilmu Kesehatan Anak “Nelson“ edisi 15

volumeI. Jakarta : Egc.

Bobak, dkk. 2015. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC

Markum, A.H. 2014. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FAkultas Kedokteran

Universitas Indonesia.s

Persis mary. 2015. “Dasar-dasar keperawatan maternitas”. Jakarta : EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Buku Acuan pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

http://www.drdidispog.com/2013/11/makrosomia-bayi-besar.html.

http://www.google.com/Posted on Juni 17, 2013/by ayurai.

29
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU
LAHIR NY. Y DENGAN MAKROSOMIA DI RUMAH
SAKIT PERMATA HATI KISARAN
TAHUN 2022

OLEH :

PUTRI SRI KARTIKA


21154013005

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


STIKES AS SYIFA KISARAN
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU


LAHIR NY. Y DENGAN MAKROSOMIA DI RUMAH
SAKIT PERMATA HATI KISARAN
TAHUN 2022

Telah Mendapatkan Persetujuan Dari :

Pembimbing Lapangan Pembimbing Akademik


(Clinical Instruktur)

(Nova Sukar Ningsih, Am.Keb) (Herviza Wulandary Pane, SST, M.Kes)


NIDN: 0110128901

Ketua STIKes
As-Syifa Kisaran

(Ustifina Hasanah Hasibuan SST, M.Kes)


NIDN. 0112129001
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan

karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan laporan praktik Rumah Sakit

kebidanan dengan judul “Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

Ny. A Dengan Makrosomia Di Rumah Sakit Permata Hati Kisaran"

Penyusun menyadari bahwa laporan klinik ini masih jauh dari yang

diharapkan baik isi maupun penyusunannya. Oleh karna itu penyusun

mengharapkan petunjuk, bimbingan dan saran yang bersifat membangun

kesempurnaan laporan praktikum Rumah Sakit Permata Hati.

Penyelesaian laporan ini tidak terlepas dari bimbingan dan arahan dari

berbagai pihak yang terlibat secara langsung, oleh karena itu pada kesempatan ini

kami mengucapkan terima kasih kepada ibu :

1. Ibu Dr. Hj. Musadalifah Pasaribu, S.Kep, SKM. M.Kes Selaku Ketua

Yayasan STIKes As Syifa Kisaran.

2. Ibu Usti Fina Hasanah Hasibuan, SST, M.Kes selaku Ketua STIKes As syifa

Kisaran

3. Ibu Herviza Wulandary Pane, SST,M.Kes selaku dosen pembimbing laporan

STIKes As syifa Kisaran

4. Staf pegawai Rumah Sakit Permata Hati telah banyak memberikan

pengetahuan dan bimbingan untuk menyusun laporan ini.

Kisaran, Juli 2022

Putri Sri Kartika

ii

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................

KATA PENGANTAR......................................................................................... ii

DAFTAR ISI........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1

1.1. Latar Belakang.......................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah..................................................................... 2

1.3. Tujuan ...................................................................................... 2

1.4. Manfaat..................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN TEORITIS................................................................... 4

2.1 Pengertian Makrosomia............................................................ 4

2.2 Etiologi...................................................................................... 4

2.3 Manifestasi Klinis..................................................................... 5

2.4 Patofisiologis............................................................................. 6

2.5 Komplikasi................................................................................ 7

...................................................................................................

BAB III MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN...................................... 16

BAB IV PEMBAHASAN KASUS................................................................. 23

BAB V PENUTUP......................................................................................... 26

5. 1 Kesimpulan............................................................................... 26

5.2 Saran.......................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................29

iii

Anda mungkin juga menyukai