Anda di halaman 1dari 29

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU

LAHIR DENGAN MAKROSOMIA (BAYI BESAR)


DI KLINIK ARMI YANTI BUNUT BARAT
TAHUN 2019

OLEH :

ARMINA FISA AYU DITA


NURUL KHAIRANI PANJAITAN
RAJA PUJI ASTUTI
SURI RATNA WATI

DOSEN PEMBIMBING: ATIKA POHAN, SST

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


AKADEMI KEBIDANAN AS-SYIFA
KISARANTAHUN2016
LEMBAR PERSETUJUAN

PROPOSAL INI TELAH DISETUJUI UNTUK DIPERTAHANKAN


PADA UJIAN SIDANG PROPOSAL
TANGGAL 31 MEI 2016

OLEH :

Pembimbing I

Mahyunidar, SST
NUPN. 9901114549

Pembimbing II

Atika Pohan, SST


NIDN 0110068301
KATA PENGANTAR

Puji syukur kelompok ucapkan kepada Allah SWT atas berkat,

Rahmat,Hidayah, dan Karunia-Nya sehingga kelompok dapat menyelesaikan laporan

praktek klinik yang berjudul “ Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru

Lahir Dengan Makrosomia Di Klinik Armi Yanti Bunut Barat Tahun 2016 ”.

Kelompok mengucapkan terma kasih yang sebesar-besarnya kepada semua

pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini. Terutama kepada ibu

Atika Pohan, SST selaku dosen pembimbing, serta kepada :

1. Yayasan Pendidikan Akademi Kebidanan As Syifa Kisaran

2. Ibu Nani Jahriani, SST.M.Kes Selaku Direktur Akademi Kebidanan As Syifa

Kisaran

3. Ibu Atika Pohan, SST selaku dosen pembimbing

4. Ibu Armiyanti selaku ibu klinik dan pembimbing selama di klinik

Walaupun kelompok telah menerima banyak bantuan, namun segala

kesalahan dalam laporan ini sepenuh nya menjadi tanggung jawab kelompok. Oleh

karena itu, kelompok mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan laporan ini.

Sekali lagi kelompok ucapkan terima kasih, Kepada Allah SWT kelompok mohon

ampun dan kepada seluruh pihak kelompok mohon maaf. Semoga laporan ini dapat

bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Kisaran, Mei 2016

Kelompok
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2005 kondisi derajat

kesehatan indonesia masih sangat memprihatinkan, antara lain ditandai dengan masih

tingginya Angka Kematian Ibu yang menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia

(SDKI) tahun 2009 berkisar 226/100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi

Baru Lahir yaitu 26/1000 kelahiran hidup. Angka kematian Ibu dan Bayi masih

tinggi, berarti pelayanan kesehatan Ibu dan Bayi belum baik. Sebaliknya jika Angka

Kematian Ibu dan Bayi rendah, berarti pelayanan kesehatan Ibu dan Bayi sudah

baik(Affandi, 2000).

Berdasarkan penelitian WHO tahun2007, diseluruh dunia terdapat kematian Ibu

sebesar 500.000 jiwa/tahun dan kematian bayi khususnya neonatus sebesar 10 juta

jiwa/tahun. Di Indonesia, menurut Survei Demografi kesehatan Indonesia (SDKI)

tahun2009 mengungkapkan rata-rata pertahun terdapat 401 bayi di Indonesia yang

meninggal dunia sebelum umurnya mencapai 1 tahun. Bila dirinci terdapat 157.000

bayi meninggal dunia pertahun, atau 430 bayi perhari. Penyebab kematian terbanyak

disebabkan oleh sepsis (infeksi sistemik), kelainan bawaan, dan infeksi saluran

pernafasan akut (Riset Kesehatan Dasar Depkes, 2007).


Salah satu penyebab bayi mengalami gangguan pernafasan adalah bayi yang

ukuran tubuhnya diatas normal. Kelahiran bayi besar ini menimbulkan komplikasi

dalam persalinan, apalagi jikamelahirkan tidak dirumah sakit. Kemungkinan bayi

akan lahir dengan gangguan nafas dan kadang kala bayi lahir dengan trauma tulang

leher dan bahu. Semuanya ini terjadi akibat masa bayi yang besar sehingga tidak

mungkin atau sangat sulit melewati panggul ibu. Kondisi bayi dengan berat lahir

berlebih atau abnormal di istilahkan dengan fetal makrosomia atau bayi makrosomia.

Makrosomia adalah bayi yang lahir dengan berat badan lebih dari 4000 gram.

Kemunculan bayi-bayi seperti ini disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, faktor

kondisional atau hanya diduga penyebabnya, misaalnya orang tuanya memang besar.

Kedua, faktor ibu yang mengalami kelebihan berat badan pada saat hamil dan terakhir

faktor ibu yang mengalami kehamilan lewat waktu (Partiwi, 2009).

Makrosomia juga dapat meningkatkan resiko trauma lahir, asfiksia dan

persalinan dengan seksio caesar. Perlu diperhatikan bahwa janin yang terlampau

besar beresiko mempersulit proses kelahiran, seperti meningkatkan kemungkinan

robekan atau perdarahan, serta kemungkinan harus melahirkan lewat operasi caesa.

Sementara janin sendiri beresiko mengalami macet di bahu atau patah tulang selangka

pada saat proses persalinan. Bayi yang lahir berat badan lebih dari 4000 gram

berpotensi mengalami obesitas dewasa. Obesitas dapat mengakibatkan berbagai

penyakit diantaranya penyakit jantung, diabetes milletus dan stroke. Oleh sebab itu

usahakan berat badan ibu selama hamil dalam batasan normal sehingga berat badan

bayi ketika lahir juga dalam kisaran normal (Rudolph,2006).


Mengingat resiko bayi makrosomia besar, ibu hamil diharapkan agar dapat

menghindarinya. Misalnya, ibu hamil menjaga berat badannya selama hamil dalam

batas normal. Sebuah penelitian yang dilakukan Asosiasi Kebidanan dan Kandungan

Amerika pada tahun 2002 yang di publikasikan dalam kebidanan dan kandungan

mengungkapkan bahwa ibu hamil yang mengalami peningkatan berat badan lebih

dari 18kg tetap berpotensi melahirkan bayi besar sekalipun ibu tidak mengidap

diabetes milletus. Ini karena ibu hamil gemuk beresiko 4-12 kali untuk melahirkan

bayi besar (Partiwi, 2009).

Saat ini insiden makrosomia umumnya berkisar 5-7%. Menurut Guinnes Book

of World Record menunjukkan bahwa bayi terberat didunia dilahirkan dikanada pada

tahun 1997 dengan berat badan mencapai 10,8kg,bayi ini hanya dapat bertahan hidup

dalam waktu 11jam. Sedangkan di Indonesia, tepatnya di Medan Sumatra Utara bayi

terberat pernah dilahirkan oleh seorang ibu yang berumur 41 tahun pada tahun 2009

dengan berat mencapai 8,7kg. Dari data yang diperoleh penelitian di Klinik Bersalin

Niar Medan didapatkan dari 718 kelahiran tahun 2010 periode januari-oktober

terdapat 87 (12,12%) kelahiran bayi dengan makrosomia. Dimana dari 87 kelahiran

tersebut terdapat 63 (54,81%) kelahiran yang tidak dapat lahir spontan, dimana bayi

dilahirkan melalui proses operasi caesar. Bayi yang lahir dengan makrosomia rata-

rata mengalami kesulitan bernafas (52,2%). Sementara ibu yang melahirkan bayi

makrosomia rata-rata mengalami perdarahan (38,4%). Melalui survei awal, peneliti

melakukan wawancara pada 7 orang ibu hamil, 5 diantaranya tidak mengetahui

tentang makrosomia, mereka tidak dapat menjawab pertanyaan yang peneliti ajukan
mengenai pengetahuan dasar tentang makrosomia. Sedangkan 2 diantaranya

mengetahui tentang makrosomia, mereka dapat menjawab pertanyaan yang peneliti

ajukan mengenai defenisi dan penyebab makrosomia.

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengangkat kasus tentang “Manajemen

Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru lahir Dengan Makrosomia di Klinik Bersalin

Armi Yanti Tahun 2016”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan pada latar belakang di atas maka masalah dalam

kasus ini adalah: “ Bagaimana Manajemen Asuhan Kebidanan Pada By. D dengan

Makrosomia di klinik Armi Yanti ”?.

1.3 Tujuan Penulis

1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswi dapat melakukan Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru

Lahir Dengan Makrosomia

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Dapat melaksanakan pengkajian dan analisis data pada bayi baru lahir dengan

makrosomia di klinik Armi Yanti

2. Dapat mengidentifikasi tindakan segera dan kolaborasi pada bayi baru lahir

dengan makrosomia di klinik Armi Yanti

3. Dapat menetapkan rencana tindakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir

dengan makrosomia di klinik Armi Yanti


4. Dapat melaksanakan asuhan kebidanan yang telah disusun pada bayi baru

lahir dengan makrosomia di klinik Armi Yanti

5. Dapat mengevaluasi tindakan yang telah dilaksanakan pada bayi baru lahir

dengan makrosomia di klinik Armi Yanti

6. Dapat mendokumentasikan semua tindakan yang diberikan kepada bayi baru

lahir dengan makrosomia di klinik Armi Yanti

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Institusi pendidikan

Meningkatkan kualitas keterampilan mahasiswi Akademi Kebidanan As- syifa

Kisaran tentang Manajemen Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir dengan

Makrosomia

1.4.2 Bagi Pasien

Menambah pengetahuan ibu tentang penanganan pada Manajemen Asuhan

Kebidanan Pada bayi baru lahir dengan Makrosomia.

1.4.3 Bagi Kelompok

Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman tentang penanganan bayi baru

lahir dengan Makrosomia.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1.1 Bayi Baru Lahir

1.1.1 Pengertian BBL

Bayi baru lahir juga di namakan neonatus merupakan individu yang sedang

sedang berkembang dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat

melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstra uterine.

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan

berat badannya 2500-4000 gram (Dewi, 2010).

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang

kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 3742 minggu,

dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai apgar score >7 dan tanpa cacat bawaan

(Rukiyah, 2010).

Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir mengalami sejumlah adaptasi

psikologik, bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan masa transisi

kehidupannya ke kehidupan luar uterus berlangsung baik. Bayi baru lahir juga

membutuhkan asuhan yang dapat meningkatkan kesempatan untuknya menjalani

masa transisi dengan baik (Muslihatun, 2010).

1.1.2 Ciri ciri bayi normal

1. Berat badan 2500-4000 gram

2. Panjang badan 84-52 cm

3. Lingkar badan 30-38 cm


4. Lingkar kepala 33-35 cm

5. Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180 x/menit kemudian menurun

sampai 120-160 x/menit.

6. Pernapasan pada menit pertama kira-kira 80 x/menit kemudian turun sampai

40 x/menit

7. Kulit kemrah-merahan dan licin karena jaringan subkutan terbentuk dan

diliputi verniks caseosa.

8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut tampak tak sempurna

9. Kuku agak panjang dan lemas

10. Testis sudah turun (pada anak laki-laki), genetalia labio mayora telah terlihat

11. menutupi labia minora (pada anak perempuan)

12. refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik

13. reflekss morro sudah baik, bayi dikagetkaan akan memperlihatkan gerakan

tangan seperti memeluk

14. Graff refleks sedah baik, bila diletakkan suatu benda ke telapak tangan maka

akan menggenggam

15. Eliminasi, urin dan mekonium akan keluar dalam 24 jam, pertama

16. Mekonium berwarna kecoklatan (saifuddin,2006).

2.1.3 Penanganan bayi baru lahir

Menurut Prawihardjo (2008). Tujuan utama perawatan bayi segera

sesudah lahir, yaitu :


1. Pencegahan Infeksi

Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan atau

kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa

saat setelah lahir. Sebelum menangani bayi baru lahir penolong harus melakukan

upaya pencegahan infeki berikut :

a. Cuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh bayi

b. Memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum

dimandikan

c. Memastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan terutama klem,

gunting, penghisap lendir Del ee dan benang tali pusat telah didesinfeksikan

tingkat tinggi atau steril. Gunakan bola karet yang baru dan bersih jika ingin

melakukan penghisapan lendir dengan alat tersebut.

d. Pastikan semua pakaian, handuk,selimut dan kain yang digunakan untuk bayi,

sudah dalam keadaan bersih. Demikian pula hal nya timbangan , pita pengukur ,

thermometer , stetoskop dan benda lain yang akan bersentuhan dengan bayi juga

bersih.

2. Penilaian awal

Biasanya untuk mengevaluasi bayi baru lahir pada menit pertama dan menit

kelima setelah kelahirannya menggunakan sistim APGAR. Nilai APGAR akan

membantu dalam menentukan tingkat keseriusan dari depresi bayi baru lahir yang

terjadi serta langkah segera yang akan diambil. Hal yang perlu dinilai antara lain

warna kulit bayi, frekuensi jantung, reaksi terhadap rangsangan , aktivitas tonus otot,
dan pernafasan bayi, masing masing diberi tanda 0, 1, 2. Sesuai dengan kondisi bayi.

Klafikasi klinik :

a. Nilai 7-10 : bayi normal

b. Nilai 4 - 6 : bayi dengan asfiksia ringan dan sedang

c. Nilai 1 -3 : bayi dengan asfiksia berat

3. Membersihkan jalan nafas

Bayi normal akan menangis spontan segara setelah lahir. Apabila tidak

langsung menangis, penolong segera memberihkan jalan napas dengan cara sebagai

berikut :

a. Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.

b. Gulung sepotong kain dan letakkan dibawah bahu sehingga leher bayi lebih

lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus lebih sedikit tengah

dan kebelakang.

c. Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan yang

dibungkus kasa steril.

d. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2 – 3 kali atau gosok kulit bayi

dengan kain kering. Dengan rangsangan ini biasanya bayi segera menangis.

Kekurangan zat asam pada bayi baru lahir dapat menyebabkan kerusakan otak.

Sangat penting membersihkan jalan napas. Sehingga upaya bayi bernapas

tidak akan menyebabkan aspirasi lendir (masuknya lendir ke paru-paru).

e. Alat penghisap lenir mulut (DeLee) atau alat penghisap lainnya yang steril,

tabung oksigen dengan selangnya harus telah siap ditempat


f. Segera lakukan usaha menghisap mulut atau hidung.

g. Petugas harus memantau dan mencatat usaha napas yang pertama.

h. Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau mulut harus

diperhatikan. Bantuan untuk memulai pernapasan smungkin diperlukanuntuk

mewujudkan ventilasi yang adekuat. Dokter atau tenaga medis lain hendaknya

melakukan resusitasi setelah satu menit bayi tak bernapas.

4. Memotong dan Merawat Tali Pusat

Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah placenta lahir tidak begitu menentukan

dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi kurang bulan. Apabila bayi

lahir tidak menangis.

5. Mempertahankan suhu tubuh bayi

Pada waktu baru lahir, bayi mampu beum mampu mengatur tetap suhu badan

nya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat.

6. Pemberian Vit K

Kejadian perdarahan karena difisiensi vitamin K pada bayi baru lahir dilaporkan

cukup tinggi berkisar antara 0,25 sampai 0,5 %.

7. Memberi obat tetes mata atau salap mata

Didaerah dimana prevalensi gonorhoe tinggi , setiap bayi baru lahir perlu diberi

salap mata sesudah 5 jam.

8. Identifikasi bayi

Apabila bayi dilahirkan ditempat bersalin yang persalinannya mungkin lebih

dari satu persalinan maka sebuah alat pengenal yang efektif harus diberikan
kepada setiap bayi baru lahir dan harus ditempatkannya sampai waktu bayi

dipulangkan.

9. Pemberian ASI

Rangsangan hisapan bayi pada puting susu akan diteruskan oleh serabut saraf

kehipofisis anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin inilah yang memacu

payudara untuk menghasilkan ASI.

2.1.4 Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan diluar uterus

Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan diluar uterus menurut Maryunani

dan Nurhayati, (2008) adalah :

1. Penyusuaian sistem pernapasan

Penyesuaian yang paling kritis dan segera terjadi yang dialami bayi baru lahir

adalah sistem pernapasan.

2. Penyesuaian sistem cardiovaskuler atau sistem sirkulasi jantung

Mulai berdenyut pada minggu ke-3 kehamilan.

3. Penyesuaian sistem termoregulasi

Termogenesis berarti produksi panas. Tempratur pada bayi saat lahir adalah

sekitar 3 derajat lebih tinggi dari ibunya.

4. Penyesuaian gastro intestinal

Sebelum lahir, janin cukup menghisap dan menelan air ketuban. Refleks gumo

dan batuk yang matang sudah terbentuk dengan baik pada saat lahir.
5. Penyesuaian sistem kekebalan tubuh

Pada masa awal kehidupan janin, sel-sel yang menyuplai imunitas janin sudah

mulai berkembang , namun sel-sel ini tidak aktif selama beberapa bulan. Bayi baru

lahir dilindungi oleh kekebalan pasif yang dierima dari ibunya.

2.1.5 Penguran rutin bayi baru lahir

Pengukuran rutin bayi baru lahir menurut Maryunani dan Nurhayati, (2008) ,

yaitu :

1. Berat badan

Berat badan pada bayi cukup bulan normal nya 2500 – 4000 gram

2. Panjang badan

Panjang badan diukur dari puncak kepala sampai tumit pada cukup bulan

normalnya 48 – 53 cm.

3. Lingkar Kepala

Lingkar kepala diukur dengan meteran , mulai dari bagian depan kepala (diatas

alis atau area prontal) dan area occipital yang merupakan diameter terbesar.

Lingkar kepala normalnya 31 – 35,5 cm pada bayi cukup bulan.

4. Lingkar Dada

Lingkar dada pada bayi cukup bulan normalnya 30,5 – 33 cm sekitar 2 cm lebih

kecil dari lingkar kepala.

2.1.6 Pemeriksaan pada bayi

Menurut Syaifuddin (2006), lakukan pemeriksaan fisik yang lengkap ketika

memeriksa bayi baru lahir :


1. Gunakan tempat yang hangat dan bersih untuk pemeriksaan

2. Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan, gunakan sarung tangan dan

bertindak lembut ada saat menangani bayi.

3. Lihat, dengarkan dan rasakan tiap-tiap daerah, dimulai dari kepala dan berlanjut

secara sistematis menuju jari kaki.

4. Jika ditemukan faktor resiko atau masalah, carilah bantuan lebih lanjut yang

memang diperlukan.

5. Rekam hasil pengamatan dan tiap tindakan jika diperlukan tindakan lebih lanjut.

2.1.7 Penilaian bayi untuk tanda tanda kegawatan

Menurut Prawihardjo (2002). Bayi baru lahir dinyatakan sakit apabila

mempunyai salah satu atau beberapa tanda berikut:

1. Pernapasan sulit atau lebih dari 60 kali per menit

2. Kehangatan dengan suhu antara 37 – 380 c.

3. Warna kulit ( terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat memar.

4. Pemberian makanan seperti hisapan lemah, mengantuk berlebihan dan banyak

muntah.

5. Tali pusat seperti merah bengkak, keluar cairan, bau busuk dan pernapasan

sulit.

6. Tinja atau kemih seperti tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering

berwarna hijau tua, ada lendir atau darah pada tinja (BAB)

7. Aktivitas seperti menggigil atau tangis tidak biasa, lemas , lunglai, kejang

halus, tidak bisa tenang dan menangis terus menerus.


2.2 Makrosomia

2.2.1 Pengertian Makrosomia

Makrosomia atau bayi besar adalah bila berat badan bayi melebihi dari 4000

gram. (Williyam, 2001). Dalam dunia kedokteran makrosomia disebut Giant Baby.

Menurut Cuningham (2005) semua nenonatus dengan berat badan 4000 gram atau

lebih tanpa memandang usia kehamilan dianggap sebagai makrosomia.

Pada janin besar, faktor keturunan memegang peran penting. Selain itu janin

besar dijumpai pada wanita hamil dengan diabetes milletus, pada post maturitas dan

pada grandmultipara. Hubungan antara ibu hamil yang makannya banyak dan

bertambah besar janin.

Manentukan besarnya janin secara klinis memang sulit. Kadang-kadang baru

diketahui adanya janin besar setelah tidak adanya kemajuan persalinan pada panggul

normal dan his yang kuat. Besarnya kepala dan tubuh janin dapat diukur pula secara

teliti dengan menggunakan alat ultra sonik.

2.3 Karakteristik Makrosomia

1. Mempunyai wajah berubi (menggembung), pletoris (Wajah Tomat)

2. Badan montok dan bengkak

3. Kulit kemerahan

4. Lemak tubuh banyak

5. Plasenta dan tali pusat lebih besar dari rata-rata.


2.4 Etiologi

Genetik, obesitas dan overweight yang dialami oleh ayah dan ibu

dapatmenurun pada bayi.

Penambahan berat badn ibu yang berlebihan selama kehamilan , porsi makanan

yang dikomsumsi ibu hamil akan berengaruh pada berat badan ibu.

Ibu dengan diabetes milletus, tingginya gula darah ibu bisa berpengaruh pada

berat badan bayi. Jika fungsi plasenta dan tali pusat baik, maka janin dapat tumbuh

makin subur.

Ibu hamil dengan riwayat melahirkan bayi makrosomia , ibu yang sebelum nya

pernah melahirkan bayi makrosomia beresiko 5-10 kali lebih tinggi untuk kembali

melahirkan bayi makrosomia dibandingkan ibu yang belum pernah melahirkan bayi

makrosomia.

Multigravida, ada kecendrungan berat badan lahir anak kedua dan seterusnya

lebih besar dari pada anak pertama.

Wanita hamil yang memiliki berat badan yang lebih dari 150 kg , janinnya

memiliki resiko 30% mengalami makrosomia (Pendit, 2004).

2.5 Diagnosis

Menentukan apakah bayi besar atau tidak kadang-kadang sulit. Hal ini dapat

diperkirakan dengan cara :

1. Keturunan atau bayi yang lahir terdahulu besar dan sulit melahirkannya dan

adanya diabetes milletus lainnya (Edema, dsb)


2. Pemeriksaan teliti tentang disproporsi cepalo atau feto-pelvic, dalam hal ini

dianjurkan untuk mengukur kepala bayi dengan ultra sonografi ( Mochtar,

1998).

2.6 Prognosis

Pada panggul normal janin dengan berat badan 4000-4500 gram umumnya

tidak menimbulkan kesukaran persalinan. Distosia akan diperoleh bila janin lebih

besar dari 4500 – 5000 gram atau pada kepala yang sudah keras (Postmaturitas) dan

pada bahu yang lebar.

2.7 Pencegahan

Pencegahan dilakukan dengan melakukan penimbangan berat badan ibu secara

teratur, dan ANC yang teratur.

Ibu harus slalu menjaga berat badannya agar tetap normal, ibu hamil sebaiknya

melakukan pengaturan pola makan sesuai kebutuhan kalori. Ngemil boleh saja

dilakukan, tapi hindari cemilan manis.

Lakukan olahraga ringan. Penelitian yang dilakukan oleh para ahli dari

norwegia menyebutkan, resiko bayi baru lahir dengan ukuran besar bisa berkurang

hingga 28 % bila dimasa kehamilan ibu tetap berolahraga secara teratur terutama

pada trimester 2 dan 3.

Ibu hamil hendaknya memeriksakan kadar gula darahnya, meskipun

sebelumnya tidak ada diabetes milletus (Rukiyah, 2010).


BAB III

PEMBAHASAN

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

BIODATA

Nama Bayi : Bayi.D

Umur Bayi :1 Hari

Tgl/Jam/Lair : 09-05-2016 / 20:00WIB/Spontan

Jenis kelamin : Laki-laki

A. ANAMNESA (DATA SUBJEYEKTIF)

Pada tanggal : 06-05-16 Pukul 14: 00 wib

1. Riwayat penyakit kehamilan :

 Pendarahan : Tidak ada

 Pre eklampsia : Tidak ada

 Eklamsia : Tidak ada

 Penyakit kelamin : Tidak ada

 Lain-lain : Tidak ada

2. Kebiasaan waktu hamil

 Makanan : 3x/hari Nasi, ikan, sayur

 Obat-obatan/jamu : Tidak ada

 Merokok : Tidak ada

 NAZAT : Tidak ada


 Lain-lain : Tidak ada

3. Riwayat persalinan sekarang

a. Jenis persalinan : Spontan

b. Ditolong oleh : Bidan

c. Lama persalinan : 12 jam 10menit

 Kala I : 10 jam 15 menit

 Kala II : 2 jam

d. Ketuban pecahan : Amniotomi

Warna : jernih Jumlah : 500 cc

e. Komplikasi persalinan

 Ibu : Tidak ada

 Bayi : Tidak ada

f. Keadaan Bayi baru lahir :

 Nilai apgar :1–5=4 5 – 10 = 7

Tanda 0 1 2 Jlh Nilai


Menit [ ] Frekwenswi [ ] Tidak ada [ √ ] <100 [ ] >100
Ke-1 jantung
[ ] Usaha bernafas [ ] Tidak ada [ √ ] Lambat tak [ ] Menangis kuat
teratur 5
[ ] Tonus otot [ ] Lumpuh [ √ ] Ext. flexi [ ] Gerakan aktiv
sedikit
[ ] Reflex [ ] Tak [√ ] Gerakan [ ] Menangis
bereaksi sedikit
[ ] Warna [ ] Biru/Pucat [ √ ] Tumbuh [ ] Kemerahan
kemerahan tangan
dan kaki
Menit [ ] Frekwenswi [ ] Tidak ada [ √ ] <100 [ ] >100
Ke-5 jantung
[ ] Usaha bernafas [ ] Tidak ada [ √ ] Lambat tak [ ] Menangis kuat
teratur 7
[ ] Tonus otot [ ] Lumpuh [ √ ] Ext. flexi [ ] Gerakan aktiv
sedikit
[ ] Reflex [ ] Tak [ ] Gerakan [ √ ] Menangis
bereaksi sedikit
[ ] Warna [ ] Biru/Pucat [ ] Tumbuh [ √ ] Kemerahan
kemerahan tangan
dan kaki

RESUSITASI

Pengisapan lendir : Ya Rangsangan : Ya

Ambu : tidak Lamanya :-

Massage jantung : tidak Lamanya :-

Intubasi endotraheal : tidak Nomor :-

Oksigen : Ya lamanya : -menit

Therapi :-

Keterangan :-

B. PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBYEKTIF)

 Keadaan umum : compos mentis

 Suhu : 36◦C

 Pernafasan : 40 x/i

 HR : 120 x/i

 Berat badan sekarang : 4.900 gram


Pemeriksaan fisik secara sistematis :

 Kepala : Tidak ada kelainan ( normal )

 Ubun-ubun : UUB dapat diraba, rata, terbuka

 Muka : Tidak edema, normal

 Mata : Seklera tidakikterus, konjungtiva tidakanemis

 Telinga : Bersih, kenyal, lunak, tidak ada kelainan.

 Mulut : Bersih

 Hidung : Normal

 Leher : Tidak ada pembengkakan dan benjol

 Dada : Simetris

 Ekstremitas : Ada

 Genitalia : Ada dan normal

 Anus : Ada

Refleks

 Refleks Moro : Baik

 Refleks Rooling : Baik

 Refleks Walking : Baik

 Refleks Graphs/plantar : Baik

 Refleks Sucking : Baik

 Refleks Tonic Neck : Baik


Antropometri

 BeratBadan : 4.900 gram

 PanjangBadan : 49 cm

 Lingkar Kepala : 34 cm

 Lingkar Dada : 35 cm

I. INTERPRETASI DATA

Diagnosa: Bayi baru lahir usia 1 hari

Data dasar : - Tanggal lahir 06-05-2016

- Berat badan 4.900 gram

- Panjang badan 49 cm

- Lingkar kepala 34 cm

- Lingkar dada 35 cm

- Reflex baik

- Apgar skor 5/7

Masalah: Keadaan bayi lemah

Kebutuhan : Pemberian oksigen pada bayi

Memberikan jalan nafas pada bayi

Memberikan kehangatan pada bayi


II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL

Asfiksia

III.IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA ATAU

KOLABORASI

Rujuk Rumah Sakit

IV. MERENCANAKAN ASUHAN YANG MENYELURUH

1. Beritahu ibu keadaan bayinya

2. Memberikan oksigen Pada bayi

3. Jaga kehangatan tubuh bayi

4. Beri jalan nafas pada bayi

5. Beri bayi cukup nutrisi

6. Jaga kebersihan tubuh bayi

7. Rawat tali pusat bayi

8. Rujuk bayi

V. PELAKSANAAN

1. Memberitahu ibu keadaan bayinya dengan hasil pemeriksaan Temp: 36◦C

RR : 40 x/I, HR : 120 x/i

2. Menjaga kehangatan tubuh bayi dengan cara merawat bayi di dalam incubator

dengan suhu 34◦C.

3. Memberikan jalan nafas pada bayi dengan cara memberi oksigen pada bayi

4. Memberikan cukup nutrisi kepada bayi dengan cara memberikan ASI kepada

bayi setiap bayi merasa haus dan lapar


5. Menjaga kebersihan tubuh bayi dengan cara membersihkan tubuh bayi dengan

air hangat dan mengganti bajunya

6. Merawat tali pusat bayi dengan cara menjaga tali pusat tetap kering dan

mengganti perbannya setiap hari

7. Melakukan rujukan pada bayi

VI. EVALUASI

1. Ibu sudah mengetahui keadaan bayinya

2. Bayi sudah berada di dalam incubator

3. Bayi sudah diberikan oksigen

4. Bayi sudah di beri ASI ketika haus dan lapar

5. Kebersihan bayi sudah dijaga

6. Tali pusat tetap kering dan sudah diganti perban dengan kasa steril

7. Bayi sudah dirujuk


BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Setelah kelompok melakukan asuhan kebidananpada By.D umur 1 hari dengan

makrosomia BB 4900 gram, maka dari itu kelompok dapat mengambilkesimpulan

yaitu dengan memberikan asuhan padabayi baru lahir dengan makrosomia. Berupa

jagakehangatan bayi dan memberi jalan napas. Jika adakelainan pada bayi seperti

apgar score melemahmaka lakukan rujukan.

4.2 Saran

a. Agar dapat mendeteksi secara dini makrosomia pada ibu bersalin dan dapat

melakukan asuhan yang sesuai dengan prosedur dan sesuai dengan kapasitas

komplikasi yang akan terjadi dari makrosomia.

b. Agar dapat menerapkan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan

makrosomia sesuai dengan teori yang telah dipelajari. Serta dapat mendeteksi

secara dini makrosomia sehingga dapat mencegah komplikasi yang terjadi dari

makrosomia.
DAFTAR PUSTAKA

Wiknjosastro.Hanifa.2005.Ilmu Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Surasmi, asriningsih dkk.2003.

“Perawatan bayi resiko tinggi”.Jakarta:EGChttp://www.askep-askeb-

kita.blogspot.com

Neonatal”.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo

Depkes.2005.Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial.

Anda mungkin juga menyukai