Anda di halaman 1dari 38

PROPOSAL

HUBUNGAN INSIASI MENYUSUI DINI TERHADAP INVOLUSI UTERI


PADA IBU POST PARTUM DI BPM MEYRISKA WR A.MD.KEB
TAHUN 2019

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat dalam menyelesaikan pendidikan


Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan

Disusun Oleh

1. Vanny P Hukky Lena NPM : 07180100109


2. Efi Yulinda Famani NPM : 07180100110
3. Lenny C Djami Hau NPM : 07180100111

4. Maria Anyta Bara NPM: 07180100113

5. Inan Muzaina NPM : 07180100096

6. Putri Rezky Wahyuni NPM : 07180100097

7. Yurika A.S.M Lusi NPM : 07190100020

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
TAHUN 2019
2

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kita penjatkan ke khadirat Allah yang maha kuasa atas
rahmatnya sehinggga penulis dapat menyelesaikan Tugas proposal ini dengan
judul “ HUBUNGAN INSIASI MENYUSUI DINI TERHADAP INVOLUSI
UTERI PADA IBU POST PARTUM DI BPM MEYRISKA WR A.MD.KEB
TAHUN 2019”. Penulisan proposal ini salah satu syarat untuk menyelesaikan
salah satu tugas mata kulia. Kami mengakui bahwa kami adalah manusia yang
mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat
diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula dengan karya tulis ini yang telah kami
selesaikan. Tidak semua hal dapat kami deskripsikan dengan sempurna dalam karya tulis
ini. Kami melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang kami miliki.
Maka dari itu, kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang
budiman. Kami akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu
loncatan yang dapat memperbaiki proposal kami di masa datang. Dengan
menyelesaikan Proposal ini kami mengharapkan banyak manfaat yang dapat
dipetik dan diambil dari karya ini.. Dengan begitu maka kesehatan akan lebih
terjamin dan tidak ada lagi muncul Angka Kematian Ibu di Indonesia bahkan
dunia untuk lebih menurun.

Jakarta, November 2019

Penulis

2
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Involusi merupakan perubahan retrogresif pada uterus yang menyebabkan
berkurangnya ukuran uterus, involusi puerperium dibatasi pada uterus dan apa
yang terjadi pada organ dan struktur lain hanya dianggap sebagai perubahan
puerperium (Varney’s, 2007).
Involusi atau pengerutan uterus merupakan sutau proses dimana uterus
kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini
dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
Proses involusi uteri pada akhir kala III persalinan, uterus berada di garis
tengah, kira-kira 2 cm dibawah umbilicus dengan fundus bersandar pada
promontorium sakralis. Pada saat inii bedar uterus kira-kira sama dengan
besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu dengan berat 1000 gram
peningkatan kadar estrogen dan progesterone bertanggung jawab untuk
pertumbuhan massif uterus selama masa kehamilan. Pertumbuhan uterus pada
masa prenatal tergantung pada hyperplasia, peningkatan jumlah sel-sel otot
hipertropi, yaitu pembesaran sel-sel yang sudah ada pada masa post partum
penurunan kadar hormone-hormon ini menyebabkan autolysis.

Insiasi menyusui dini (IMD) adalah proses bayi menyusui segera setelah
dilahirkan selama 1 jam. Protocol evidenbased yang baru telah diperbaharui
oleh WHO dan UNICEF tentng asuahan bayi baru lahir satu jam pertama
salah satu dari pernyataanya, yaitu bayi harus mandapatkan kontak kulit
dengan ibunya segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam (Ambarwati
dan Walandari, 2008). Pendekatan Inisiasi menyusui Dini (IMD) yang
sekarang dianjurkan adalah dengan metode breast crawl di mana segerrah
setelah bayi lahir ia diletakkan di perut ibu dan dibiarkan merangkak untuk

1
2

mencari sendiri putting ibunya dann akhirnya mengisapnya tanpa bantuan


siapapun. Kerena proses ini menekaknkan kata (menyusu) bukan (menyusui)
sebab bayinya yang menajdi pusat bantuan perhatian untuk aktif
melakukannya sendiri.
IMD (Inisiasi Menyusui Dini) adalah proses alamiah dalam hal
mengembalikan bayi manusia untuk menyusu, yaitu dengan memberikan
kesempatan pada bayi untuk mencari dan menghisap ASI sendiri, dalam satu
jam pertama pada awal kehidupannya. Hal ini dapat terjadi jika segera setelah
lahir, bayi dikeringkan dan setelah dipotong tali pusatnya bayi langsung
dibiarkan melakukan kontak kulit dengan kulit ibunya, setidak nya selama 1
(satu) jam untuk menjamin berlangsungnya proses menyusui yang benar
(Roesli U, 2008).
Inisiasi menyusu dini merupakan salah satu factor yang mempengaruhi
involusimuterus kerena saat menyusui terjadi rangsangan dan dikeluarnya
hormone antara lain oksitosin yang berfungsi selain merangsang kontraksi
otot-otot polos payudara, juga menyebabkan terjadinya kontraksi dan retrasi
otot uterus. Hal ini akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan
berkurangnya sampai darah ke uterus. Proses ini mebantu untuk mengurangi
situs atau tepat implantasi palsenta serta mengurangi perdarahan (Roesli,
2008). Menurut Praborini (2008) ibu yang melakukan insiasi menyusu dini
akan mempercepat involui uterus karena pengaruh hormone oksitosin yang
dapat meningkatkan kontraksi uterus. Peningkatan pemberian ASI perlu
dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan bagi bayi dan ibu.
Beberapa faktor, antara lain usia ibu, jumlah anak yang dilahirkan
(paritas), menyusui eksklusif, mobilisasi dini, dan menyusui dini. IMD
merupakan titik awal yang penting untuk proses menyusui, serta untuk
membantu mempercepat pengembalian rahim ke bentuk semula dan
mengurangi perdarahan setelah kelahiran. Hal ini disebabkan adanya isapan
bayi pada payudara dilanjutkan melalui saraf ke kelenjar hipofise di otak yang
mengeluarkan hormon oksitosin. Oksitosin selain bekerja untuk
mengkontraksikan saluran ASI pada kelenjar air susu juga merangsang uterus

2
3

untuk berkontraksi sehingga mempercepat proses involusi uterus


(Sujiyatini, 2010).
Menurut WHO (world health organization), pada tahun 2012 angka
kematian ibu di dunia 287.000, WHO memperkirakan ada 500.000 kematian
ibu melahirkan di seluruh dunia setiap tahunnya, penyumbang terbesar dari
angka tersebut merupakan negara berkembang yaitu 99%. Perempuan
meninggal akibat komplikasi selama dan setelah kehamilan serta persalinan.
Sebagian besar komplikasi ini berkembang selama kehamilan. Komplikasi
utama penyumbang 80% kematian ibu adalah perdarahan parah (sebagian
besar perdarahan postpartum akibat involusi yang tidak baik ), infeksi
(biasanya setelah melahirkan), tekanan darah tinggi selama kehamilan
(preeklampsia dan eklampsia) dan aborsi tidak aman. Sisanya disebabkan oleh
penyakit malaria dan AIDS selama kehamilan. Menurut WHO (world health
organization), diseluruh dunia setiap menit seorang wanita meninggal karena
komplikasi yang terkait dengan kehamilan, persalinan dan masa nifas. Dengan
kata lain, 1.400 wanita meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000 setiap
tahun (WHO, 2012). Di Asia Tenggara (ASEAN), sebanyak 232.000 ibu
meninggal setiap tahun karena komplikasi maternal, artinya terdapat 1
kematian ibu setiap 2,3 menit. Tujuh faktor kematian maternal di Asia antara
lain: kehamilan ektopik dan komplikasi lain 15%, Anemia 13%, Hipertensi
dalam kehamilan 9%, persalinan obstruktif, abortus 6%, infeksi 12%, serta
perdarahan 31% yang disebabkan oleh retensio plasenta, atonia uteri, dan sisa
plasenta yang tidak segera ditangani (Depkes RI, 2014). Berdasarkan Survey
Demografi Kesehatan Indonesia ( SDKI ) terakhir tahun 2007 Angka Kematin
Ibu (AKI ) Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran Hidup (KH), angka
tersebut masih menempati urutan tertinggi di Asia. Tiga faktor utama
penyebab tingginya AKI yaitu, perdarahan pervaginam (28 %), hipertensi saat
hamil atau pre eklamsi dan eklamsi (24 %), dan infeksi (11 %). Diperkirakan
bahwa 60 % kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50
% kematian ibu pada masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama yang sebagian
besar disebabkan karena perdarahan post partum akibat involusi uterus yang

3
4

tidak baik (Depkes RI, 2014). Data SDKI tahun 2007 menunjukkan bahwa
lebih dari empat pada setiap sepuluh anak atau (44%), disusui dalam satu jam
pertama setelah kelahiran, dan lebih dari enam pada setiap sepuluh anak
(62%) disusui dalam satu hari setelah kelahiran. Penundaan IMD merupakan
faktor resiko yang dapat meningkatkan kematian neonatus sebesar 2,4 %.
Memulai menyusu dini akan mengurangi 22% kamatian bayi berusia 28 hari
kebawah, meningkatkan keberhasilan menyusui secara eksklusif dan lamanya
bayi disusui, merangsang produksi ASI, memperkuat refleks menghisap bayi,
karena refleks menghisap bayi paling kuat dalam beberapa jam setelah
melahirkan (Depkes RI, 2014). Menurut Profil Kesehatan kota bogor Dan
studi pendahuluan di PPM terdapat 79 puskesmas di Bogor dan terdapat BPM
Bidan Meyriska, Wr, Amd. Keb di wilayah cakupan Bogor . Hasil penelitian
ini pada tahun 2019 yang berjudul Hubungan antara Menyusui Dini dengan
Involusi . Dapat disimpulkan bahwa semakin sering ibu menyusui, semakin
cepat uterus berinvolusi, oleh karena itu diharapkan  pada ibu nifas untuk
lebih sering menyusui bayinya karena banyak sekali manfaatnya antara lain
untuk merangsang produksi air susu ibu dan yang penting adalah
mempercepat proses involusi uterus.
Berdasarkan uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa inisiasi menyusu
dini (IMD) sangat penting karena pengaruh hisapan bayi pada payudara Ibu
dapat mengakibatkan pengeluaran hormon oksitosin yang dapat mengurangi
kejadian perdarahan setelah nifas dan membantu percepat pemulihan rahim
Ibu. Dari kesimpulan di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul ” Hubungan IMD pada proses Involusi uteri”
menyusui dini sehingga dapat mempercepat kembalinya posisi fundus uterus
ke posisi normal dan menghentikan perdarahan serta dapat memberikan imun
kepada bayi melalui ASI ekslusif. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti
tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang Hubungan IMD terhadap proses
Involusi uteri di BPM Bidan Meyriska, Wr, Amd. Keb pada tahun 2019.
Akan dilakukan penelitian tentang Hubungan IMD terhadap proses involusi
uteri pada ibu nifas di BPM Bidan Meyriska, Wr, Amd. Keb untuk

4
5

mengetahui Hubungan IMD terhadap proses involusi uteri pada ibu nifas di
BPM Bidan Meyriska, Wr, Amd. Keb.

1.2 Rumusan Masalah

IMD pada proses Involusi uteri, khususnya mereka yang meiliki Bayi juag
ibu post partum di BPM Bidan Meyriska, Wr, Amd. Keb . Dalam upaya
melakukan IMD sangat penting bagi semua ibu-ibu post pasrtum tanpa
terkecuali. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Hubungan IMD
terhadap proses involusi uteri pada ibu post partum di BPM Bidan Meyriska,
Wr, Amd. Keb.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Bagaimana Hubungan IMD terhadap proses involusi uteri pada ibu post
partum di BPM Bidan Meyriska, Wr, Amd. Keb ?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui Hubungan IMD terhadap proses involusi uteri pada ibu


Post Partum di BPM Bidan Meyriska, Wr, Amd. Keb .
1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui Hubungan IMD pada ibu Post Partum di BPM Bidan


Meyriska, Wr, Amd. Keb .
2. Mengetahui Hubungan Involusi uteri pada ibu Post Partum di BPM
Bidan Meyriska, Wr, Amd. Keb .

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini secara teoritis bermanfaat untuk menguji teori dan
menunjukan hubungan antar variabelnya untuk melihat hasilnya.
1.5.2 Manfaat Metodologi

5
6

Penelitian ini digunakan sebagai refrensi untuk melakukan penelitian


selanjutnya terkait dengan Mengetahui Hubungan IMD terhadap
proses involusi uteri pada ibu Post Partum di BPM Bidan Meyriska,
Wr, Amd. Keb .

1.5.3 Manfaat Praktis


Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap
tenaga medis dan ibu post partum agar memberikan IMD pada bayi,
kususnya ibu post partum.
1.6 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari penelitian ini untuk mengetahui Mengetahui


Hubungan IMD terhadap proses involusi uteri pada ibu Post Partum di BPM
Bidan Meyriska, Wr, Amd. Keb. Dalam penelitian ini terdapat 79 puskesmas
di Jakarta selatan dan BPM Bidan Meyriska, Wr, Amd. Keb di wilayah Bogor
selatan Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan metode
penelitian Survey Analitik menggunakan rancangan survey cross sectional
atau potong lintang di BPM Bidan Meyriska, Wr, Amd. Keb dengan total 35
responden yang keseluruhannya adalah ibu post partum. Pengelolaan
penelitian ini dengan program SPPS 18

6
7

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Teori Involusi Uteri


2.1.1 Pengertian
Involusi uteri merupakan pengecilan yang normal dari
suatu organ setelah organ tersebut memenuhi fungsinya,
misalnya pengecilan uterus setelah melahirkan, Involusi uteri
adalah mengecilnya kembali rahim setelah persalinan kembali
ke bentuk asal.
1. Proses involusi uteri
Pada akhir kala III persalinan, uterus berada di garis
tengah, kira-kira 2 cm dibawah umbilikus dengan fundus
bersandar pada promontorium sakralis. Pada saat ini besar
uterus kira-kira sama dengan besar uterus sewaktu usia
kehamilan 16 minggu dengan berat 1000 gram.
Peningkatan kadar estrogen dan progesteron bertanggung
jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama masa hamil.
Pertumbuhan uterus pada masa prenatal tergantung pada
hyperplasia, peningkatan jumlah sel- sel otot dan hipertropi,
yaitu pembesaran sel-sel yang sudah ada.
Pada masa post partum penurunan kadar hormon-hormon
ini menyebabkan autolisis. Proses involusi uterus adalah
sebagai berikut :
a. Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri
sendiri yang terjadi didalam otot uterine. Enzim
proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang
telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya
dari semula dan lima kali lebar dari semula selama

7
8

kehamilan. Sitoplasma sel yang berlebihan akan


tercerna sendiri sehingga tertinggal jaringan fibro
elastic dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan.
b. Atofi jaringan
Jaringan yang berpoliferasi dengan adanya estogen
dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofi
sebagai reaksi terhadap penghentian produksi
estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain
perubahan atrofi pada otot-otot uterus, lapisan
desidua akan mengalami atrofi dan terlepas dengan
meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi
menjadi endomaterium yang baru.
c. Efek Oksitoksin ( Kontraksi )
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara
bermakna segera setelah bayi lahir, diduga terjadi
sebagai respon terhadap penurunan volume
intrauterin yang sangat besar. Hormon oksitoksin
yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan
mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh
darah dan membantu proses hemostasis. Kontraksi
dan retraksi otot uterin akan mengurangi suplai darah
ke uterus. Proses ini akan membantu mengurangi
bekas luka implantasi plasenta serta mengurangi
perdarahan. Luka bekas perlekatan plasenta
memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total.
Selama 1 sampai 2 jam pertama post partum
intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan
menjadi teratur. Karena itu penting sekali menjaga
dan mempertahankan kontraksi uterus pada masa
ini.Suntikan oksitoksin biasanya diberikan secara
intravena atau intramuskuler segera setelah kepala

8
9

bayi lahir. Pemberian ASI segera setelah bayi lahir


akan merangsang pelepasan oksitoksin karena isapan
bayi pada payudara.
Faktor-faktor yang mempengaruhi involusi uterus
diantaranya :

a. Senam nifas
Merupakan senam yang dilakukan pada ibu yang
sedang menjalani masa nifas. Tujuan senam :
mempercepat pemulihan kondisi tubuh ibu setelah
melahirkan, mencegah komplikasi yang mungkin terjadi
selama masa nifas, memperkuat otot perut, otot dasar
panggul, dan mem memperlancar sirkulasi pembuluh
darah, membantu memperlancar terjadinya proses
involusi uteri.
b. Mobilisasi dini ibu post partum
Merupakan suatu gerakan yang dilakukan bertujuan
untuk merubah posisi semula ibu dari berbaring, miring-
miring, duduk sampai berdiri sendiri setelah beberapa
jam melahirkan. Tujuan mem perlancar pengeluaran
lochea (sisa darah nifas), mempercepat involusi,
melancarkan fungsi organ gastrointestinal dan organ
perkemihan, memperlancar peredaran sirkulasi darah .
c. Menyusui dini
Menyusui dini merupakan salah satu faktor
pendukung terjadinya Proses involusi uteri karena
dengan memberikan Air Susu Ibu kepada bayi segera
setelah melahirkan sampai satu jam pertama,
memberikan efek kontraksi pada otot polos uterus .
d. Gizi
Merupakan proses organisme dengan menggunakan

9
10

makanan yang dikonsumsi, secara normal melalui proses


digesti, transportasi, penyimpanan metabolisme dan
pengeluaran zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi
normal dari organ - organ, serta menghasilkan
energi .
e. Psikologis
Terjadi pada pasien post partum blues merupakan
perubahan perasaan yang dialami ibu saat hamil
sehingga sulit menerima kehadiran bayinya. Ditinjau
dari faktor hormonal, kadar estrogen, progesteron,
prolactin, estriol yang terlalu tinggi maupun terlalu
rendah. Kadar estrogen yang rendah pada ibu post
partum memberikan efek supresi pada aktifitas enzim
mono amineoksidase yaitu enzim otak yang bekerja
menginaktifkan baik nor adrenalin maupun serotinin
yang memberikan efek pada suasana hati dan kejadian
depresi pada ibu post partum.
f. Faktor usia
Elastisitas otot uterus pada usia lebih 35 tahun keatas
berkurang.
g. Faktor paritas
Ukuran uterus primipara dan multipara juga
mempengaruhi proses berlangsungnya involusi uterus
(Hanifa, 2002) dan (Ambarwati & Wulandari, 2008).
2. Bagian bekas implantasi plasenta
a. Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta
lahir seluas 12x5cm, permukaan kasar, dimana
pembuluh darah besar bermuara.
b. Pada pembuluh darah terjadi pembentukan
trombosis disamping pembuluh darah tertutup

10
11

karena kontraksi otot rahim.


c. Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada
minggu kedua sebesar 6 - 8 cm dan pada akhir masa
nifas sebesar 2 cm.
d. Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk
jaringan nekrosis bersama dengan lokhea.
e. Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh karena
pertumbuhan endometrium yang berasa l dari tepi
luka dan lapisan basalis endometrium.
f. Luka sembuh sempurna pada 6 - 8 minggu post
partum.
3. Perubahan normal pada uterus selama post partum.

Tinggi
Involusi Diameter Palpasi Cervik
Fundus
Uteri Uterus Uterus
Berat Uteri
Plasenta Setinggi 12,5 cm Lembut/lunak
Lahir Pusat / 1000
gr
7 Hari Pertengahan 7,5 cm 2 cm
antara pusat
dan
symphisis /
500 gr
14 Hari Tidak 5 cm 1 cm
Teraba / 350
gr
6 Minggu Normal / 60 2,5 cm Menyempit
gr

Tabel 1.1 Perubahan normal pada uterus selama post partum


(Sumber : Pusdiknakes, 2003)

11
12

Gambar 2.1. Tinggi fundus uteri masa nifas (Sumber :


Pusdiknakes, 2003).

Involusi dapat diamati dari luar dengan memeriksa


fundus uteri sebagai berikut : Segera setelah melahirkan,
tinggi fundus uteri 2 cm dibawah pusat, 12 jam kemudian
kembali 1cm diatas pusat dan menurun kira-kira 1cm
setiap hari. Pada hari ke dua setelah persalinan tinggi
fundus uteri 1cm dibawah pusat. Pada hari ke 3 - 4 tinggi
fundus uteri 2 cm dibawah pusat. Pada hari 5 - 7 tinggi
fundus uteri setengah pusat sampai simpisis. Pada hari ke
10 tinggi fundus uteri tidak teraba. Pemeriksaan uterus
meliputi mencatat lokasi, ukuran, dan konsistensi.
a. Penentuan lokasi uterus
Dilakukan dengan mencatat apakah fundus berada
diatas atau dibawah umbilikus dan apakah fundus
berada pada garis tengah abdomen atau bergeser
kesalah satu sisi.

12
13

b. Penentuan ukuran uterus


Dilakukan melalui palpasi dan mengukur TFU pada
puncak fundus dengan jumlah lebar jari dari umbilikus
atas atau bawah .
c. Penentuan konsistensi uterus
Ada dua ciri konsistensi uterus yaitu uterus keras teraba
sekeras batu dan uterus lunak dapat dilekukkan, terasa
mengeras dibawah jari-jari ketika tangan melakukan
masase pada uterus (Varney’s, 2004).
Bila uterus mengalami atau terjadi kegagalan dalam
involusi disebut subinvolusi. Subinvolusi sering
disebabkan oleh infeksi dan tertinggalnya sisa plasenta
dalam uterus sehingga proses involusi uterus tidak
berjalan dengan normal atau terhambat, bila subinvolusi
uterus tidak ditangani dengan baik, akan
mengakibatkan perdarahan yang berlanjut atau
postpartum haemorrhage. Ciri-ciri subinvolusi atau
proses involusi yang abnormal diantaranya : tidak
secara progresif dalam pengembalian ukuran uterus,
uterus teraba lunak dan kontraksinya buruk, sakit pada
punggung atau nyeri pada pelvik yang persisten,
perdarahan pervagina abnormal seperti perdarahan
segar, lochea rubra banyak, persisten, dan berbau
busuk.

2.1.2 Ibu Post Partum


Merupakan perempuan yang mengalami masa pulih
kembali dalam waktu empat puluh hari, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum
hamil (Bobak dkk, 2004). Masa nifas (puerperium) dimulai
setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan

13
14

kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung


selama kira-kira 6 minggu. Perempuan yang melalui periode
puerperium disebut puerpera. Puerperium berlangung selama 6
minggu atau 42 hari
1. Lochea
Merupakan eksresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea
mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik
dari dalam uterus. Lochea mempunyai reaksi basa/alkhalis
yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat
daripada kondisi asam yang ada pada vagina normal.
Lochea mempunyai bau amis/ anyir seperti darah menstruasi,
meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda -
beda pada setiap wanita. Lochea yang berbau tidak sedap
menandakan adanya infeksi. Lochea mempunyai perubahan
karena proses involusi.
2. Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri atas 4
tahapan :
a. Lochea Rubra / Merah ( Kruenta ).
Lochea ini muncul pada hari 1 sampai hari ke 4
masa post partum. Cairan yang keluar berwarna merah
karena berisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta,
dinding rahim, lemak bayi, lanugo, dan mekonium.
b. Lochea Sanguilenta
Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan
berlendir. Berlangsung dari hari ke 4 sampai hari ke 7
postpartum.
c. Lochea serosa
Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena
mengandung serum, leukosit dan laserasi plasenta.
Muncul pada hari ke 7 sampai hari ke 14 post partum.
d. Lochea alba

14
15

Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput


lendir servik dan serabut jaringan yang mati. Lochea
alba bisa berlangsung selama 2 sampai 6 minggu
postpartum
2.1.3 Pengertian Subinvolusi
Subinvolusi adalah kegagalan perubahan fisiologis pada sistem
Reproduksi pada masa nifas yang terjadi pada setiap organ dan
saluran yang reproduktif. Subinvolusi uteri dapat terjadi pada :
1. Subinvolusi Uterus
Subinvolusi uterus adalah kegagalan uterus untuk
mengikuti pola normal involusi/proses involusi rahim
tidak berjalan sebagai mestinya sehingga proses
pengecilan uterus terhambat.
Tanda dan gejala :
a. Fundus Uteri letaknya tetap tinggi di dalam
abdomen/pelvis dari yang seharusnya atau
penurunan fundus uteri lambat.
b. Konsistensi uterus lembek
c. Pengeluaran lochea seringkali gagal berubah
d. Terdapat bekuan darah
e. Lochea berbau menyengat
f. Uterus tidak berkontraksi
2. Pucat, Pusing, dan tekanan darah rendah serta suhu tubuh
tinggi
Penyebab:
a. Terjadi infeksi pada miometrium
b. Terdapat sisa plasenta dan selaput plasenta di
dalam uterus
c. Lochea rubra lebih dari 2 minggu post partum dan
pengeluaran lebih banyak dari yang di perkirakan
3. Subinvolusi tempat Plasenta

15
16

Yaitu kegagalan bekas tempat implantasi untuk berubah


Tanda dan gejala:
a. Tempat implantasi masih meninggalkan parut dan
menonjol
b. Perdarahan
2.1.4 Indikator Variabel involusi uteri
1.Involusi Tidak Normal
2.Involusi Normal
2.1.5 Cara Ukur Variabel Involusi Uteri
Cara Ukur dari variabel involusi uteri ini yaitu dengan
menggunakan kuesioner dan responden diminta untuk
memberikan jawabn atas pertanyaan yang diberikan oleh
peneliti, kemudian diukur dengan menggunakan skala Guttman
dimana jawaban didapatkan hanya “Ya” dan “tidak” serta skala
ini hanya digunakan untuk mengukur variabel yang memiliki
nilai 1 poin.
2.1.6 Sintesa Variabel Involusi Uteri
Involusi uterus adalah suatu proses dimana uterus kembali
ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini
dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot
polos uterus.

2.2 Inisiasi Menyusui Dini


2.2.1 Pengertian Inisiasi Menyusu Dini
IMD merupakan kemampuan bayi mulai menyusu sendiri
segera setelah dia dilahirkan. Pada prinsipnya IMD merupakan
kontak langsung antara kulit ibu dan kulit bayi, bayi segera
ditengkurapkan di dada atau di perut ibu setelah seluruh badan
dikeringkan (bukan dimandikan), kecuali pada telapak tangannya.
Kedua telapak tangan bayi dibiarkan tetap terkena cairan ketuban

16
17

karena bau dan rasa cairan ketuban ini sama dengan bau yang
dikeluarkan payudara ibu yang akan menuntun bayi untuk
menemukan puting (Siswosuharjo dan Chakrawati, 2010).
Menurut pokok-pokok Peraturan Pemerintah No.33 Tahun
2012 tentang pemberian ASI eksklusif IMD adalah suatu proses
dimana bayi begitu dilahirkan dari rahim ibu, tanpa dimandikan
terlebih dahulu segera diletakkan pada perut dan dada ibu dengan
kulit bayi melekat atau bersentuhan langsung pada kulit ibu.
Proses ini dilakukan sekurangnya selama 1 jam dan /atau sampai
dengan bayi berhasil meraih puting ibu untuk menyusu langsung
sesuai kebutuhannya atau lamanya menyusu saat IMD ditentukan
oleh bayi. IMD dapat dilakukan dalam semua jenis kelahiran
normal maupun dengan bantuan vakum atau operasi.

2.2.2 Manfaat Inisiasi Menyusui Dini


Manfaat kontak kulit dengan kulit segera setelah lahir dan bayi
menyusu sendiri dalam satu jam pertama kehidupan (Roesli, 2012):
1. Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi
merangkak mencari payudara.
2. Ibu dan bayi merasa lebih tenang. Pernapasan dan detak jantung
bayi lebih stabil.
3. Saat merangkak mencari payudara, bayi memindahkan bakteri
dari kulit ibunya dan dia akan menjilat-jilat kulit ibu, menelan
bakteri baik dari kulit ibu. Bakteri baik ini akan berkembang
biak membentuk koloni di kulit dan usus bayi, menyaingi
bakteri jahat dari lingkungan.
4. Ikatan kasih sayang (Bonding) antara ibu-bayi akan lebih baik
karena pada 1-2 jam pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah
itu, biasanya bayi tidur dalam waktu yang lama. Pemberian ASI
lebih awal dapat membantu bayi untuk belajar menyusu
5. Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil

17
18

menyusui eksklusif dan akan lebih lama disusui. Menunda


permulaan menyusu lebih dari satu jam menyebabkan kesukaran
menyusui.
6. Pelekatan bayi pada ibu dan penghisapan puting ibu merangsang
pengeluaran horman oksitosin dan prolaktin. Hormon prolaktin
akan merangsang produksi ASI. Sedangkan, fungsi hormon
oksitosin adalah:
a. Membantu rahim berkontraksi sehingga membantu
pengeluaran ari-ari (plasenta) dan mengurangi perdarahan
ibu.
b. Merangsang produksi hormon lain yang membuat ibu
menjadi lebih rileks, lebih mencintai bayinya, meningkatkan
ambang nyeri, dan perasaan sangat bahagia.
c. Menenangkan ibu dan bayi serta mendekatkan mereka
berdua.
d. Merangsang pengaliran ASI dari payudara. Jika dirangsang
oleh hormon oksitosin, otot yang melingkari pabrik ASI ini
akan mengerut (berkontraksi) dan menyemprotkan ASI dari
pabrik ASI ke saluran ASI .
7. Bayi mendapatkan ASI kolostrum yaitu ASI yang pertama kali
keluar. Bayi yang diberi kesempatan inisiasi menyusu dini
lebih dulu mendapatkan kolostrum daripada yang tidak diberi
kesempatan.
2.2.3 Syarat-Syarat Ibu dan Bayi dapat dan tidak dapat dilakukan
IMD
Syarat dilakukannya IMD adalah apabila ibu dan bayi dalam
keadaan sehat, bugar, tidak gawat darurat, meskipun kelahiran
dilakukan melalui operasi caesar, IMD tetap bisa dilakukan (Info,
2013). Menurut PP No. 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI
eksklusif bahwa pelaksanaan IMD ini dapat tidak dilaksanakan
apabila terdapat indikasi medis demi keselamatan ibu dan bayi.

18
19

2.2.4 Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui


Berdasarkan keputusan menteri kesehatan Republik
Indonesia nomor 03 Tahun2010 tentang Sepuluh Langkah Menuju
Keberhasilan Menyusui:
1. Gender adalah pandangan masyarakat tentang perbedaan peran,
fungsi dan tanggung jawab antara perempuan dan laki-laki yang
merupakan hasil konstruksi sosial budaya dan dapat berubah
sesuai dengan perkembangan zaman dan dukungan masyarakat
itu sendiri
2. Kesetaraan gender adalah kesamaan kondisi dan posisi bagi
laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan dan
hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan
berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial budaya,
pendidikan, pertahanan, keamanan sosial dan kesamaan dalam
menikmati hasil pembangunan yang dampaknya seimbang.
3. Air Susu Ibu yang selanjutnya disebut ASI adalah cairan hidup
yang mengandung sel-sel darah putih, imunoglobulin, enzim dan
hormon, serta protein spesifik, dan zat-zat gizi lainnya yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.
4. Pemberian ASI Eksklusif adalah pemberian hanya air susu ibu
saja tanpa makanan atau minuman lain kepada bayi sejak lahir
sampai berusia enam bulan
5. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah segera menaruh bayi di
dada ibunya, kontak kulit dengan kulit (skin to skin contact)
segera setelah lahir setidaknya 30 menit sampai satu jam atau
lebih sampai bayi menyusu sendiri.
6. Kelompok Pendukung ASI yang selanjutnya disebut KP-ASI
adalah kelompok yang dibentuk oleh fasilitas pelayanan
kesehatan dan masyarakat untuk mendukung ibu hamil, ibu baru
melahirkan serta ibu menyusui.
7. Suami Siaga adalah suami yang selalu siap, antar, jaga dalam

19
20

mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan kehamilan,


persalinan, pengasuhan dan perawatan bayi termasuk pemberian
ASI serta upaya-upaya komplikasi.
8. Pendampingan bagi Ibu dan Keluarga adalah pendampingan
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (konselor) bagi ibu dan
keluarga khususnya dalam mengatasi permasalahan/kesulitan
menyusui.
9. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah alat dan atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan
baik promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilakukan
oleh Pemerintah, Pemda dan atau masyarakat.
10. Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi yang selanjutnya disebut
RSSIB adalah rumah sakit pemerintah maupun swasta, umum
maupun khusus yang telah melaksanakan Sepuluh Langkah
Menuju Perlindungan Ibu dan Bayi secara terpadu dan
paripurna.
2.2.5 Indikator Varibel IMD
1. Melakukan Inisiasi Menyusu dini
2. Tidak Melakukan Inisiasi Menyusu dini
2.2.6 Cara Ukur Variabel IMD
Cara Ukur dari variabel involusi uteri ini yaitu dengan
menggunakan checklist dan responden diminta untuk memberikan
jawabn atas pertanyaan yang diberikan oleh peneliti, kemudian
diukur dengan menggunakan skala Guttman dimana jawaban
didapatkan hanya “Ya” dan “tidak” serta skala ini hanya
digunakan untuk mengukur variabel yang memiliki nilai 1 poin.
2.2.7 Sintesa Variabel IMD
Inisiasi menyusu dini (IMD) adalah proses menyusu segera yang
dilakukan dalam satu jam pertama setelah bayi lahir. Satu jam
pertama kelahiran bayi adalah saat paling penting, karena di masa
satu jam pertama ini terjadi fase kehidupan yang mempengaruhi

20
21

proses menyusui.

2.3 Landasan Teori Menuju Konsep


Faktor yang mempengaruhi dalam proses involusi uteri adalah umur,
paritas, inisiasi menyusu dini, usia, status gizi, mobilisasi dini. Inisiasi
Menyusu Dini melakukan akan mempercepat involusi uterus karena
pengaruh hormon oksitosin ditandai dengan rasa mulas karena rahim yang
berkontraksi.
Inisiasi menyusu dini pada masa nifas berkaitan dengan proses
involusio ueri. Hal ini dikarenakan adanya hubungan antara menyusui
dengan pengaturan kadar hormonal prolaktin dan oksitosin dalam darah.
Kedua hormon ini sangat diperlukan dalam proses pengeluaran permulaan
dan pemeliharaan penyediaan ASI selama proses menyusui. Pengeluaran
prolaktin dihambat oleh faktor yang menghambat pengeluaran prolaktin
seperti bahan dopamin, serotonin. Pengeluaran oksitosin ternyata disamping
dipengaruhi isapan bayi juga oleh suatu reseptor yang terletak dalam sistem
duktus.
Hasil penelitian Justina (2008), tentang pengaruh IMD terhadap lama
persalinan kala III dan involusi uterus didapatkan hasil, ada hubungan antara
IMD dengan proses involusi uterus dengan nila p = 0,000. Ibu yang
melakukan IMD mempunyai peluang 25 kali memiliki TFU normal
dibadingkan yang tidak IMD. Penelitian yang menunjang hasil diatas adalah
pendapat Siswono (2001) yang mengatakan bahwa isapan bayi pada outing
susu ibu akan merangsang dikeluarkannya hormon oksitosin yang
merangsang uterus berkontraksi dan mempercepat involusi uterus. Sejalan
dengan hasil penelitian ini, peneliti lain juga mengatakan bahwa perilaku
menyusu yang baik segera setelah kelahiran dapat membantu kontraksi
uterus dan penurunan TFU dengan respon hormonal oksitosin di otak yang
akan memperkuat kontraksi uterus.

21
22

BAB III
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN KERANGKA
ANALISIS

22
23

3.1 Kerangka Teori

Pendidikan Terhadap Involusi


Inisiasi Menyusui Dini Uteri
Mobilisasi Dini

Sumber : Apriyani Sri Wulandari, Sholaikah Sulistyoningtyas

3.2 Kerangka Konsep


Variabel Independen Variabel Dependen

Inisiasi Menyusui Dini Terhadap Involusi Uteri

3.3 Kerangka Analisis


Kerangka analisis dalam penelitian ini yaitu:

X1 Y
Gambar 3.3 Kerangka Analisis

Keterangan:
X1= Variabel Inisiasi Menyusui Dini
Y = Variabel

23
24

3.4 Definisi Konsep, Definisi Operasional dan Pengukuran


Cara Skala
No Variabel Definisi Konsep Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur
Ukur Ukur
1. Involusi Proses pemulihan uterus Proses pemulihan uterus Kuesioner Responden 1. Ya Ordinal
Uteri ke bentuk semula setelah kembali ke bentuk semula mengisi 2. Tidak
melahirkan setelah melahirkan pada ibu kuesioner
post partum
2. Inisiasi Proses membiarkan bayi Bayi segera setelah lahir dinilai Checklist Observasi 1. Ya Nominal
Menyusui dengan nalurinya sendiri selintas, dipotong dan diikat 2. Tidak
Dini dapat menyusu segera tali pusatnya, sesegera
dalam satu jam pertama mungkin diletakkan di dada
setelah lahir, bersama ibu, kemudian merangkak
dengan kontak kulit antara sampai bayi dapat
bayi dengan kulit ibu bayi menyusu/menghisap puting
dibiarkan setidaknya susu ibu sendiri
selama satu jam di dada
ibu, sampai dia menyusu
sendiri

24
25

3.5 Hipotesis Penelitian


Hipotesis adalah jawaban / dugaan sementara yang kebenarannya masih perlu
diteliti lebih lanjut (Notoadmodjo, 2005). Hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Ha : ada hubungan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang dilakukan oleh ibu 7 hari
post partum terhadap proses involusi uteri

26
26

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain dan Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan metode
penelitian Survey Analitik. Penelitian kuantitatif adalah sebuah metode penelitian
yang memberlakukan kuantifikasi pada variabel-variabelnya, menguraikan
distribusi variabel secara numerik (menggunakan angka mutlak berupa frekuensi
dan nilai relatif berupa persentase) kemudian menguji hubungan antar variabel
dengan memakai formula statistik. Penelitian jenis kuantitatif dipakai karena
peneliti mengambil sampel dari satu populasi dengan memakai kuesioner sebagai
alat ukur pengumpulan data. Penelitian survey analitik adalah penelitian yang
mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi.
Penelitian ini menggunakan rancangan survey cross sectional atau potong
lintang. Jenis penelitian potong lintang atau cross sectional, merupakan penelitian
deskriptif dimana subjek penelitian diamati atau diukur atau diminta jawabannya
satu kali saja. Pada penelitian cross sectional atau potong lintang variabel-variabel
yang diteliti ditimpakan sekali saja pada sejumlah subjek yang menjadi sampel
penelitian dan kemudian dilihat hubungan antar variabelnya hanya berdasar satu
kali pengamatan sesaat saja.
Jenis desain penelitian Cross Sectional ini di gunakan untuk mengetahui
hubungan antara IMD terhadap proses involusi uteri pada ibu post partum di BPM
Jenda tahun 2019. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ialah kuesioner
yaitu teknik pengumpulan data yang dikerjakan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis pada responden untuk dijawabnya.
4.1.1 Gambaran Daerah Penelitian
Data yang dikumpulkan ialah dengan memakai data primer, data yang
didapatkan dari pengambilan kuesioner kepada ibu post partum yang melakukan
IMD di BPM Jenda. Sebelum melakukan penelitian peneliti mengumpulkan data
dengan cara menggunakan data sekunder yang di dapat dari BPM Jenda.
4.2 Pengembangan Instrumen
Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang diaplikasikan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data supaya pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
bagus, dalam arti lebih akurat, komplit dan sistematis sehingga lebih mudah
diolah. Variasi jenis instrumen penelitian ialah angket atau kuesioner, ceklis atau
daftar centang, pedoman wawancara, pedoman pengamatan. Dalam instrumen
penelitian terdapat variabel, subvariabel dan indikatornya. Didalam penelitian ini
penulis memakai alat untuk mengumpulkan data dengan menggunakan kuesioner.
Dalam penelitian ini format kuesioner yang digunakan adalah pertanyaan-
pertanyaan tertutup yang kemungkinan jawabanya sudah ditentukan terlebih
dahulu oleh peneliti dan responden tidak diberi kesempatan untuk memberikan
jawaban yang lain.
Dalam penelitian ini jawaban yang diberikan oleh responden kemudian
diberi skor dengan mengacu pada skala Guttman. Skala pengukuran dengan tipe
Guttman ialah, bentuk skala pengukuran yang akan mendapatkan jawaban yang
tegas yaitu ya-tidak, benar-salah, pernah-tidak pernah, positif-negatif, dan lain
sebagainya. Sehingga penelitian yang mengaplikasikan skala ini hanya dilakukan
apabila peneliti ingin mendapatkan jawaban yang tegas dari responden terhadap
suatu masalah yang akan diteliti.
4.3 Pengumpulan Data
4.3.1 Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian ialah keseluruhan obyek penelitian, atau disebut
juga universe. Populasi ialah keseluruhan subyek yang terdiri dari manusia,
benda-benda, binatang, tumbuhan, gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa
yang terjadi sebagai sumber. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
ibu post patum yang melakukan IMD di BPM Meyriska Wr, A.Md.Keb
sebanyak 35 responden.
2. Sampel

27
Sampel dapat diistilahkan sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
Sampel penelitian ialah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang
diteliti yang dianggap mewakili terhadap seluruh populasi dan diambil
dengan memakai teknik tertentu.
4.3.2 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik sampling ialah teknik pengambilan sampel. Untuk menetapkan
sampel yang akan dipakai dalam penelitian, terdapat bermacam-macam teknik
sampling yang bisa digunakan.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilaksanakan dengan
menggunakan teknik total sampling, yaitu teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel.
4.3.3 Cara Pengambilan Sampel
Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini yakni menggunakan
kuesioner. Sebelum membagikan kuesioner, peneliti terlebih dahulu menjelaskan
tata cara pengisian kuesioner kepada responden. Peneliti menunggu responden
selesai mengisi pertanyaan yang diberikan.
4.3.4 Syarat Sampel atau Syarat Informasi
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi yaitu kriteria atau ciri-ciri yang mesti dipenuhi oleh
setiap anggota populasi sehingga bisa diambil sebagai sampel dalam sebuah
penelitian.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
1) Ibu post partum yang melakukan IMD di BPM Meyriska Wr,
A.Md.Keb
2) Ibu post partum yang melakukan IMD di BPM Meyriska Wr,
A.Md.Keb yang bersedia menjadi responden.
3) Ibu post partum yang melakukan IMD di BPM Meyriska Wr,
A.Md.Keb yang dapat menulis, berbicara dan berkomunikasi dengan
baik.
2. Kriteria Non Inklusi
Kriteria non inklusi yaitu kriteria yang tidak termasuk dalam
penelitian atau responden yang tidak memiliki ciri-ciri atau kriteria yang
terdapat didalam kriteria inklusi sehingga responden tersebut tidak dapat
dijadikan sebagai sampel dalam penelitian. Kriteria non inklusi dalam
penelitian ini adalah Ibu post partum yang melakukan IMD di BPM
Meyriska Wr, A.Md.Keb yang tidak berada di wilayah kerja BPM Meyriska
Wr, A.Md.Keb .
3. Kriteria Eksklusi
Kriteria ekslusi yaitu merupakan bagian dari kriteria inklusi namun
dikeluarkan karena faktor tertentu.
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:
1) Ibu post partum yang melakukan IMD di BPM Meyriska Wr,
A.Md.Keb yang memiliki gangguan atau kesulitan menulis, membaca
dan berkomunikasi.
2) Ibu post partum yang melakukan IMD di BPM Meyriska Wr,
A.Md.Keb yang tidak bersedia menjadi responden.
4.4 Manajemen Data
4.4.1 Uji Coba Instrument
Sebelum instrumen atau alat ukur mengukur data penelitian maka perlu
dilakukan uji coba kuesioner untuk mencari validitas dan reliabilitas alat ukur
tersebut.
4.4.2 Pengolahan Uji Coba
Dalam penelitian ini pengujian validitas instrumen dan reliabilitas
instrumen mengguakan alat bantu pengolahan SPSS Versi 18. Uji coba validitas
menggunakan rumus kolerasi Produc Moment. Sedangkan dalam pengujian
reliabilitas memakai uji konsistensi internal dengan menggunakan rumus
Cronbach Alpha.
4.4.3 Hasil Uji Coba
2. Uji Validitas
Validitas ialah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-
benar mengukur apa yang diukur. Suatu instrumen atau alat pengukur
dikatakan valid, jika alat ukur itu mengukur apa yang harus diukur oleh alat
itu. Suatu instrumen yang valid atau masih memiliki validitas tinggi
sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti validitasnya rendah.
Untuk mengukur validitas dari kuesioner bisa dilakukan dengan
menghitung korelasi antara skor masing-masing item dari pernyataan
dengan total skor yang terdapat pada konstruknya sehingga hal tersebut
disebut analisis butir atau item. Jika nilai r hitung (dalam output SPSS
dinotasikan sebagai corrected item total correlation) hasil positif dan r
hitung > r tabel, maka akan dikatakan bahwa item pernyataan tersebut
adalah valid. Sebaliknya, jika r hitung < r tabel maka dapat dikatakan bahwa
item dari pernyataan tersebut tidak valid. Item pernyataan yang tidak valid
akan dikeluarkan dan tidak dimasukkan dalam proses analisis berikutnya,
sedangkan untuk pernyataan yang valid akan diteruskan sampai ke tahap
pengujian reliabilitas.
3. Uji Reliabilitas
Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
ukur bisa dipercaya atau bisa diandalkan. Instrumen yang reliabel berarti
hasil pengukurannya tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran
berulangkali terhadap gejala yang sama dan memakai alat ukur yang sama.
Kuesioner telah memiliki reliabilitas, berarti semua item yang ada di dalam
kuesioner tersebut hasil pengukurannya tetap konsisten, apabila dilakukan
pengukuran berulangkali terhadap gejala yang sama dan menggunakan alat
ukur yang sama.
Dalam penelitian ini teknik untuk menghitung indeks reliabilitas yaitu
dengan teknik Cronbach Alpha. Untuk menghitung reliabel atau tidak yaitu
dapat membandingkan nilai r hasil (Cronbach Alpha) dengan nilai r tabel
(0,444). Apabila nilai r hasil > r tabel, maka instrumen penelitian tersebut
dikatakan reliabel. Pengujian reliabilitas dimulai dengan melakukan
pengujian validitas terlebih dahulu.
4. Analisis dengan perbaikan instrumen
4.4.4 Pengumpulan Data
1. Pengorganisasian pengumpulan data
Langkah pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:
1) Membuat surat permohonan izin pengambilan data dan izin penelitian
kepada pemilik BPM Jenda yang di keluarkan oleh BAAK Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM).
2) Mengajukan izin penelitian kepada BPM Jenda untuk mengadakan
penelitian.
3) Mengadakan pengkajian data yang relevan yang dapat mendukung
penelitian ini di BPM Jenda tahun 2019.
4) Memberikan penjelasan secara singkat perihal rencana kegiatan serta
tujuan penelitian kepada responden yang setuju berpartisipasi dalam
penelitian ini.
5) Responden diberikan pertanyaan dari kuesioner untuk dijawab sesuai
dengan petunjuk yang sudah diberi dalam format kuesioner.
6) Responden dibimbing untuk mengisi semua pertanyaan dan pernyataan
yang sudah disiapkan oleh peneliti dan jika pernyataan tersebut kurang
dimengerti ibu tersebut dapat menanyakan kepada peneliti dan
kemudian akan dijelaskan oleh peneliti.
7) Langkah terakhir setelah kuesioner dikumpulkan ialah dilakukan
pengolahan data dan analisis data.
2. Input data ke dalam instrumen
Instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner yang berisi
pernyataan yang diberikan dan diisi oleh responden untuk mengetahui
hubungan antara IMD terhadap proses involusi uteri di BPM Jenda tahun
2019.
3. Data entry atau input
1) Editing
Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan pengisian
kuesioner di mana harus lengkap, jelas, relevan, dan konsisten.
2) Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Setelah semua
kuesioner diedit atau disunting, langkah selanjutnya yaitu dilakukan
pengkodean atau coding, yaitu mengubah data yang semula berbentuk
kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan (data entry).
3) Checking
Checking merupakan kegiatan pengecekan kuesioner apakah
jawaban dalam kuesioner sudah lengkap dan diisi dengan jelas oleh
responden.
4) Memasukan data (data entry) atau processing
Prosessing atau data entry adalah kegiatan memasukan data yang
telah dikumpulkan kedalam master tabel atau data base komputer
membuat distribusi frekuensi sederhana atau deangan membuat tabel
kontingensi.
5) Pembersihan data (cleaning)
Jika semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
dimasukan, maka perlu dilakukan pengecekan seluruh data untuk
melihat kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidak lengkapan, dan
sebagainya, kemudian dilakukan koreksi.
6) Data bersih
Setelah di cleaning tidak ada (kuesioner) yang belum terisi,
kemudian dengan menggunakan coding atau pengkodean agar data bisa
dimasukkan ke dalam SPSS untuk pengolahan data.
4.4.5 Pengolahan Data
Pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu SPSS versi 18.
Yang hasilnya melputi:
1. Deskriptif data (univariat)
Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap tiap
variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya
menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari setiap variabel. Di
dalam penelitian ini dilaksanakan untuk menerangkan atau mendeskripsikan
karakteristik masing-masing variabel yang diteliti menggunakan
komputerisasi.

2. Bivariat
Analisis bivariat yaitu analisis yang dilaksanakan untuk menerangkan
dan menganalisa adanya hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen dengan menggunakna uji Chi Square.
Melalui uji satatistik Chi Square akan di peroleh nilai P-value dimana
didalam penelitian ini menggunakan tingkat kemaknaan 5% (0,05). Untuk
melihat ada tidaknya hubungan antara variabel dependen dengan variabel
independen serta apakah hubungan yang dihasilkan tersebut bermakna atau
tidak, jika kedua variabel tersebut mempunyai nilai P-value < 0,05 artinya
terdapat hubungan yang bermakna antara kedua variabel tersebut maka Ho
ditolak dan Ha diterima, namun jika nilai P-value > 0,05 maka tidak ada
hubungan yang bermakna antara variabel tersebut yang artinya Ho diterima
dan Ha ditolak dan untuk mengetahui besarnya peluang yaitu dapat dilihat
dari nilai Odds Ratio (OR), namun jika kedua variabel tersebut tidak
berhubungan maka didalam penyejian data nilai OR tidak perlu di sertakan.
4.4.6 Analisa Data
Agar hasil didalam penelitian ini dapat dipercaya, maka data yang telah
diperoleh harus dianalisis dengan tepat. Analisis data ialah suatu proses
penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dipahami, dibaca dan
diinterprestasikan oleh peneliti. Analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah melalui statistik Chi Square yang diolah dan dianalisis sampai dengan
penarikan suatu kesimpulan.
4.4.7 Penyajian Data
Dalam penelitian ini data yang dipakai berupa media lembar pertanyaan
(kuesioner). Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan cara
memberikan tanda cek list pada jawaban yang dipilih. Metode dalam
menganalisa data menggunakan program komputerisasi. Program SPSS
digunakan untuk melakukan analisa univariat dan bivariat. Setelah diperoleh
hasil, maka data tersebut disajikan secara tabular dan terstruktur supaya
informasi data lebih lengkap.
1. Naratif
Naratif adalah suatu penyajian data dalam bentuk narasi (kalimat) atau
memberikan keterangan secara tulisan. Penyajian data dalam bentuk tertulis
digunakan didalam penelitian ini dimulai dari pengambilan sampel,
pelaksanaan pengumpulan data, sampai hasil yang berupa informasi dari
pengumpulan data tersebut.
2. Tabel
Penyajian data secara tabular yaitu memberikan keterangan berbentuk
angka. Jenis yang dipakai dalam penelitian ini adalah master tabel atau tabel
distribusi frekuensi. Dimana data disusun dalam baris dan kolom dengan
sedemikian rupa sehingga dapat memberikan gambaran dan informasi yang
mudah untuk dimengerti dan dipahami.
4.4.8 Interpretasi
Interpretasi data disajikan dalam bentuk narasi sehingga memudahkan
pemahaman terhadap hasil penelitian, penelitian ini diungkapkan berdasarkan
teori yang ada dan dapat dilihat hubungan antara IMD terhadap proses involusi
uteri di BPM Meyriska Wr, A.Md.Keb tahun 2019.
DAFTAR PUSTAKA

(ika, 2004; Martini, 2012; Sari, Darwin and Nurjasmi, 2014; Agustivina, 2015;
Nelwatri, 2015; Wulandari, 2017; Ibrahim Dincer, Marc A. Rosen, 2019)

Agustivina, R. (2015) ‘Hubungan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)Keberhasilan ASI


Eksklusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur’, (Imd), p. 108.

Ibrahim Dincer, Marc A. Rosen, P. A. (2019) ‘済無No Title No Title’, Journal of


Chemical Information and Modeling, 53(9), pp. 1689–1699. doi:
10.1017/CBO9781107415324.004.

ika (2004) ‘BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Konsep Teori Involusi Uteri 1.


Pengertian’, pp. 7–21. Available at:
http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=812.

Varney, et al. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. 2007. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Ambarwati, E R dan Wulandari, D. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta:
Mitra Cendika Press. Arikunto,S. 2006.
arney, et al. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. 2007. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Ambarwati, E R dan Wulandari, D. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta:
Mitra Cendika Press. Arikunto,S. 2006.

Varney, et al. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Martini (2012) ‘Hubungan inisiasi..., Martini, FKM UI, 2012’.

Nelwatri, H. (2015) ‘Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Terhadap Involusi


Uterus Pada Ibu Bersalin Di BPS Kota Padang Tahun 2013’, Jurnal Ipteks
Terapan, 8(3), pp. 83–87. doi: 10.22216/jit.2014.v8i3.2.
Sari, F. N., Darwin, E. and Nurjasmi, E. (2014) ‘Hubungan Inisiasi Menyusu Dini
dengan Kadar Oksitosin dan Involusi Uteri 2 Jam Post Partum di Klinik Bersalin
Swasta Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2014’, Kesehatan Andalas, 5(1), pp.
16–19.

Wulandari, A. S. (2017) ‘Hubungan Umur Ibu Dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Dengan Involusi Uteri Di Rsu Pku Muhammadiyah’, Naskah Publikasi, 1(1), pp.
1–12.
Elisabeth siwi walyani.asuhan kebidanan masa nifas dan menyusui.PT pustaka
Baru 2017
Wibowo A. Metodologi Penelitian Praktis Bidang Kesehatan. Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada; 2014
Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2012
Wibowo A. Loc. Cit
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta; 2016.
Sujarweni W. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustakabarupress; 2014.
Sugiyono. Metode Penelitan Pendidikan. Bandung: Alfabeta; 2011.
Taniredja T. Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta; 2012.
Ibid. Hlm. 34
Sugiyono. 2016. Op. Cit.
Nurvenia K. Op. Cit.
Ibid. Hlm. 79
Ibid. Hlm. 80
Sugiyono. Metodologi Penelitian Statistika. Jakarta: Rineka Cipta; 2011
Ibid
Riduwan. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alpabeta;
2015
Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2012

Anda mungkin juga menyukai