Anda di halaman 1dari 13

ARTIKEL ILMIAH

PENGARUH PERSEPSI REMAJA, PERSONAL HYGIENE HABITS


DAN PERAN TENAGA KESEHATAN TERHADAP FLUOR ALBUS
PADA REMAJA PUTRI DI SMA 13 BEKASITAHUN 2019

Disusun Oleh :

THERESIA KURNIA VAN


07180100023

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


DEPARTEMEN KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
TAHUN 2020
PENGARUH PERSEPSI REMAJA, PERSONAL HYGIENE HABITS
DAN PERAN TENAGA KESEHATAN TERHADAP FLUOR ALBUS
PADA REMAJA PUTRI DI SMA 13 BEKASITAHUN 2019

Theresia Kurnia Van1, Retno Sugesti2, Jesy Fatimah3

Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan Departemen Kebidanan


1,2,3

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju


Jln. Harapan No. 50 Lenteng Agung, Jakarta Selatan 12610, Telp: (021) 78894045
Email :1nurkhasanah11031996@gmail.com,2retnosugesti.stikim@gmail.com,3

Abstrak
Berdasarkan data WHO (2012), angka prevalensi tahun 2009, 25%-50% candidiasis, 20% - 40% bacterial vaginosis
dan 5%-15% trichomoniasis. Semua wanita dengan segala umur dapat mengalami keputihan. Jumlah remaja yang
ada di kabupaten bekasi mencapai 318.864 jiwa atau wanita yang mengalami keputihan sebesar 29,48% dari jumlah
penduduk keseluruhan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh presepsi remaja, personal hygiene
habits dan peran tenaga kesehatan terhadap flour albus pada remaja putri di SMA 13 Bekasi Tahun 2019. Penelitian
ini menggunakan metode survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah populasi sama dengan sampel
yaitu 62 responden diperoleh dengan teknik total sampling, penelitian dilakukan pada bulan desember. Data diolah
menggunakan smart PLS versi 2.0. hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel persepsi remaja nilai T-statistik
sebesar 2,570064, variabel personal hygiene habitsnilai T-statistik sebesar2,532289, variabel peran tenaga kesehatan
nilai T-statistik sebesar 2,940031. Kesimpulan penelitian ini ada pengaruh presepsi remaja, personal hygiene habits
dan peran tenaga kesehatan terhadap flour albus pada remaja putri di SMA 13 Bekasi Tahun 2019. Saran untuk
tenaga kesehatan diharapkan untuk memberikan edukasi kepada remaja putri tentang fluor albus dengan melakukan
penyuluhan kesehatan reproduksi ke sekolah.

Kata Kunci : Persepsi Remaja, Personal Hygiene Habits, Peran Tenaga Kesehatan, Fluor Albus

Abstract

Based on WHO data (2012), the prevalence rate in 2009, 25% -50% candidiasis, 20% - 40% bacterial
vaginosis and 5% -15% trichomoniasis. All women of all ages can experience vaginal discharge. The
number of adolescents in the Bekasi regency reached 318,864 people or women who experienced vaginal
discharge by 29.48% of the total population. The purpose of this study was to determine the effect of
adolescent perception, personal hygiene habits and the role of health workers on flour albus in young
women at SMA 13 Bekasi in 2020. This study used an analytical survey method with cross sectional
approach. The number of samples 62 respondents were obtained by accidental sampling technique. Data
is processed using smart PLS version 2.0. The results showed that the teenage perception variable T-
statistic value of 2.570064, personal hygiene habits variable T-statistic value of 2.532289, the role of
health care worker variable T-statistic value of 2.940031. The conclusion of this study is the influence of
adolescent perception, personal hygiene habits and the role of health workers on albus flour in girls at
SMA 13 Bekasi in 2020. Suggestions for health workers are expected to provide education to girls about
fluor albus by conducting reproductive health education to schools.

Keywords: Adolescent Perception, Personal Hygiene Habits, Role of Health Workers, Fluor Albus
1

Pendahuluan Perencanaan Pembangunan Nasional pada tahun


2010, 63 juta remaja di Negara Indonesia
World Health Organization (WHO) men-
memiliki perilaku yang tidak sehat. Misal,
definisikan kesehatan adalah suatu kondisi se-
kurangnya tindakan merawat kebersihan organ
jahtera jasmani, rohani, dan sosial-ekonomi, bu-
reproduksi ketika mengalami menstruasi. Angka
kan hanya bebas dari penyakit atau
insiden penyakit infeksi yang terjadi pada
kecacatan.Widyastuti dalam Riska
saluran reproduksi pada remaja (10–18 tahun),
mendefinisikan kesehatan reproduksi adalah
yaitu 35% sampai 42% serta dewasa muda (18–
suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial
22 tahun) sebesar 27% hingga 33%. Rahmatika
secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari
(2010) dalam penelitiannya mengungkapkan
penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang
bahwa faktor pemicu kasus ISR antara lain
berkaitan dengan sistem reproduksi dan fungsi-
imunitas yang rendah sejumlah 10%, perilaku
fungsinya serta prosesnya.1
kurang dalam merawat hygiene ketika
Penelitian tentang kesehatan reproduksi
menstruasi sejumlah 30%, lingkungan buruk
menunjukkan bahwa sekitar 75% perempuan
dan tata cara dalam penggunaan pembalut yang
didunia pasti akan mengalami keputihan paling
kurang tepat ketika menstruasi sejumlah 50%.
tika sekali seumur hidupnya, dan sebanyak 45%
Pemaparan tersebut juga diperkuat dari hasil
akan mengalami 2 kali atau lebih. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Ariyani tahun
wanita eropa yang mengalami keputihan sebesar
2009 terkait dengan biopsikososialhygiene saat
25%. Berdasarkan data WHO (2012), angka
menstruasi pada siswi SMP di ibukota Jakarta
prevalensi tahun 2009, 25%-50% candidiasis,
menekankan bahwa remaja putri yang
20% - 40% bacterial vaginosis dan 5%-15%
mempunyai perilaku baik dalam perawatan
trichomoniasis. Semua wanita dengan segala
hygiene genetalia ketika mendapati dirinya
umur dapat mengalami keputihan.2
menstruasi hanya 17,4%. Sisanya, yaitu
Berdasarkan data statistik Indonesia tahun
sejumlah 82,6% memiliki perilaku yang kurang
2013 dari 45,3 juta jiawa remaja berusia 15-24
dalam menjaga kebersihan alat genetalia ketika
tahun berprilaku tidak sehat. Dan dari 30 juta
menstruasi. 5
jiwa remaja berusia 15-24 tahun, 83,3% tidak
Remaja cenderung malu untuk
mendapat informasi mengenai kesehatan
membicarakan permasalahan kesehatan
reproduksi. Menurut data statistik, jumlah
reproduksi salah satunya tentang keputihan
penduduk di Propinsi Jawa Barat mencapai
karena merupakan hal yang dianggap tabu dan
11.350.740 jiwa atau wanita yang mengalami
sensitif. Remaja lebih nyaman
keputihan sebesar 27,60% dari total jumlah
membicarakannya dengan teman sebaya karena
penduduk di Jawa Barat adalah usia remaja dan
mereka lebih banyak berinteraksi dengan teman
wanita usia subur yang berusia 10-24 tahun,
apalagi remaja yang tinggal di pondok atau
berdasarkan sensus penduduk tahun 2014
asrama. Sehingga pengetahuan keputihan pada
jumlah remaja yang ada di kabupaten bekasi
remaja dipengaruhi oleh pengetahuan teman
mencapai 318.864 jiwa atau wanita yang
sebayanya. Hal ini mengakibatkan remaja
mengalami keputihan sebesar 29,48% dari
mendapatkan pengetahuan dan informasi
jumlah penduduk keseluruhan.3
keputihan yang sering salah dan tidak dapat
Keputihan yang terjadi tersebut cenderung
dipertanggungjawabkan.6
disebabkan oleh masih minimnya kesadaran un-
Menurut Teori Precede-Proceed Model
tuk menjaga kesehatan terutama kesehatan
yang dikemukakan oleh Lawrence W. Green,
organ genitalianya. Selain itu, keputihan sering
perilaku kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 3
dikaitkan dengan kadar keasaman daerah sekitar
faktor, yaitu faktor predisposisi, faktor
vagina, bisa terjadi akibat pH vagina tidak
pendukung, dan faktor pendorong. Ketiga faktor
seimbang. Sementara kadar keasaman vagina
tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor
disebabkan oleh dua hal yaitu faktor internal dan
penyuluhan. Cara untuk meningkatkan
faktor eksternal. Faktor eksternal antara lain
pengetahuan seseorang hingga merubah
kurangnya personal hygiene, pakaian dalam
perilakunya yaitu dengan cara dilakukan
yang ketat, dan penggunaan WC umum yang
pendidikan kesehatan yang tepat sehingga dapat
tercemar bakteri Clamydia.4 Saraswati dalam
mudah dipahami dan memberikan dampak
Paryono menyatakan bahwa penyebab
perubahan perilaku yang signifikan. Program
keputihan karena perilaku atau kebiasaan
pengajaran terstruktur juga perlu dilakukan
seseorang yang tidak memperhatikan kebersihan
untuk meningkatkan pengetahuan tentang fluor
organ reproduksinya. Berdasarkan data yang
albus.7
dihimpun dari Badan Pusat Statistik dan Badan
2

Salah satu fenomena perilaku hygiene menggunakan pendekatan cross sectional yaitu
remaja pada saat menstruasi masih rendah, penelitian deskriptif dimana subjek penelitian
diperlihatkan oleh sebuah penelitian Widyantoro diamati atau diukur atau diminta jawabannya
Mohammad (1998) mengenai hygienitas satu kali saja. Pada penelitian cross sectional
menstruasi pada perempuan pengunjung rumah atau potong lintang variabel-variabel yang
sakit di Subang dan Tangerang (N=305) diteliti ditimpakan sekali saja pada sejumlah
mengungkapkan bahwa sebagian besar (77.5 % subjek yang menjadi sampel penelitian dan
di Tangerang dan 68.3 % di Subang) kemudian dilihat hubungan antar variabelnya
mempunyai status hygienitas menstruasi yang hanya berdasar satu kali pengamatan sesaat saja.
buruk. Dalam hal hygienitas individu, masih Jenis desain penelitian Cross Sectional ini di
terdapat responden yang salah dalam mencuci gunakan untuk mengetahu pengaruh persepsi
alat kelaminnya yaitu dari arah belakang ke remaja, personal hyygiene habits dan peran
depan ( 19.8 % pada saat menstruasi).8 tenaga kesehatan terhadap fluor albus pada
Berdasarkan hasil penelitian remaja putri di SMA 13 Bekasi Tahun 2020.
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
(2010) terhadap responden remaja usia 14-24 ialah kuesioner yaitu teknik pengumpulan data
tahun yang melibatkan 2.479 responden, yang dikerjakan dengan cara memberi
diketahui bahwa sebanyak 52,67% responden seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
memiliki pengetahuan kesehatan reproduksi pada responden untuk dijawabnya 12.
yang tidak memadai, sebanyak 72,77% memiliki Data yang dikumpulkan yaitu dengan
pengetahuan mengenai cara penularan infeksi memakai data primer, data yang didapatkan dari
saluran reproduksi. Sekitar 16,46% responden pengambilan kuesioner kepada siswi di SMA 13
mengaku pernah melakukan hubungan seksual. Bekasi. Sebelum melakukan penelitian peneliti
Sesuai hasil penelitian yangmenyatakan bahwa mengumpulkan data dengan cara menggunakan
seanyak 80% wanita di dunia dan 75% wanita data sekunder yang di dapat dari SMA 13
di Indonesia pernah mengalami keputihan paling Bekasi, kecamatan bekasi utara, Jawa Barat
sedikit satu kali dalam hidup dan 45% Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-
diantaranya bisa mengalaminya sebanyak dua Maret tahun 2020 di SMKN 13 Bekasi.
kali atau lebih.9 Populasi merupakan suatu subjek yang
Menurut penelitian Persia Anissa (2013) memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh
dalam penelitian Hubungan pemakaian Panty peneliti. Populasi dalam penelitian ini adalah
Liner dengan kejadian Fluor Albus di Kota semua siswidi SMA 13 bekasi tahun 2020.
Padang didapatkan bahwa lebih dari separuh Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau
responden yang memakai panty liner mengalami yang digunakan sebagai subjek peneliti yang
fluor albus (69,2%) dan 80% diantaranya didapatkan melalui teknik pengambilan sampel
mengganti panty liner<2 kali perhari. Uji atau yang diisebut dengan sampling. Sampel
statistik chi- square menunjukkan ada hubungan yang digunakan untuk penelitian ini diperoleh
yang bermakna antara pemakaian panty liner dengan menggunakan teknik total sampling
dengan kejadian fluor albus (p<0,05) dan dimana pemilihan mengacuh pada semua dari
frekuensi penggantian panty liner perhari populasi yang ditetapkan yaitu 62 siswi di SMA
dengan kejadian fluor albus (p<0,05). Terdapat 13 Bekasi tahun 2020.
hubungan bermakna antara pemakaian panty Data penelitian ini menggunakan data
liner dengan fluor albus pada siswi SMA di primer. Data primer yang didapatkan langsung
Kota Padang.10 dari responden yaitu remaja putri yang
Metode mengalami fluor albus, dengan cara wawancara
dan menggunakan kuisioner ceklist. Instrument
Penelitian ini adalah jenis penelitian penelitian ini menggunakan alat bantu berupa
kuantitatif dengan metode survey analitik yaitu kuesioner yang dibuat berdasarkan teori yang
sesuai metode penelitian yang dilakukan dengan ada, kuesioner adalah daftar pertanyaan yang
Penelitian kuantitatif adalah sebuah metode sudah tersusun dengan baik dimana responden
penelitian yang memberlakukan kuantifikasi (dalam hal angket) dan interview (dalam hal
pada variabel-variabelnya, menguraikan wawancara) tinggal memberikan jawaban atau
distribusi variabel secara numerik dengan memberikan tanda – tanda tertentu.
(menggunakan angka mutlak berupa frekuensi Uji validitas dan reliabilitas dilakukan
dan nilai relatif berupa persentase) kemudian untuk mengetahui apakan instrumen yang
menguji hubungan antar variabel dengan dilakukan betul-betul mengukur apa yang perlu
memakai formula statistik.11 Penelitian ini diukur dan sejauh mana instrumen yang
3

digunakan dapat dipercaya atau diandalkan. Uji Lebih jelasnya dalam penelitian ini disajikan
validitas dan reliabilitas dengan menggunakan dalam beberapa bentuk yaitu:
smart partial square (PLS) versi 2.0 Dinyatakan a. Narasi
valid jika mempunyai loading factor 0,5-0,6 Penyajian data dalam narasi (kalimat)
(masih dapat di tolerir sepanjang model masih atau memberikan keterangan secara tulisan.
dalam tahap pengembangan) namun loading Pengumpulan data dalam bentuk tertulis mulai
factor yang direkomindasikan diatas 0,7 dari pengambilan sampel, pelaksanaan
Dalam penelitian ini analisis data-data pengumpulan data dan sampai hasil analisis
menggunaka pendekatan partial lest square yang berupa informasi dari pengumpulan data
(PLS) dengan menggunakan software smart tersebut.
PLS. PLS dalah model persamaan struktur b. Tabel
(SEM) yang berbasis komponen atau varian Penyajian data secara tabulasi
(variance). PLS merupaka pendekatan alternatif memberikan keterangan berbentuk angka. Jenis
yang bergeser dari pendekatan SEM berbasis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
covariance menjadi berbasis kovarian umumnya master tabel dan tabel distribusi frekuensi.
menguji kwalitas/ teori sedangkan PLS lebih Dimana data disusun dalam basis dan kolom
bersifat predective model. dengan sedemikian rupa sehingga dapat
Dinyatakan oleh wold (1985) PLS meberikan gambaran.
merupakan metode analisis yang powerfull c. Grafik
karena tidak didasarkan banyak asumsi, yang Data disebut juga diagram data adalah
tidak harus berdistribusi normal, indikator penyajian data dalam bentuk gambar-gambar.
dengan skala (kategori, ordinal, internal, sampai Grafik data biasanya berasal dari tabel dan
rasio) dapat digunakan model PLS dapat grafik biasanya dibuat bersama-sama, yaitu
menganalisis skaligus konstruk yang dibentuk tabel dilengkapi dengan grafik. Grafik data
dengan indikator refreksi dan indikator formatif. sebenarnya merupakan penyajian data secara
Model refreksi mengasumsikan bahwa visual dari data bersangkutan. Dengan adanya
kontruks atau variabel laten yang mempengaruhi grafik dapat meberikan informasi dengan cepat
indikator (arah hubungan kualitas dari kontruks yang ada pada sekelompok data dalam bentuk
ke indikator atau manifest) dalam penelitian ini yang ringkas.
pada variabel persepsi remaja, persnal hygiene
habits dan peran tenaga kesehatan terhadap fluor
Hasil
albus pada remaja putri.
Model analisis semua jalur variabel laten 1. Analisis Deskriptif
dalam PLS terdiri dari tiga set: (1) inner model Tabel 1 Deskriptif Statistik Jawaban Responden
yang spesifikasinya pengaruh antara variabel di SMA 13 Bekasi Tahun 2020
laten (structural model) di ukur dengan
menggunakan Ǫ= squqre predictive relevance Variabel Mean Median Range Min Max Std.
dengan rumus Ǫ2= 1-(1-R12, (1-Rp2), (2) other Devia
model yang menspesifikasikan hubungan antara si
variabel laten dengan indikatornya atau variabel Fluor 23,29 28,00 19 12 31 8,11
manivesnya (measurment model) diukur dengan Albus
melihat convergent validity dan distriminant, Persepsi 26,87 19,50 23 16 39 9,81
convergen validity dengan nilai loading 0,5 remaja
sampai 0,6 dianggap cukup, untuk jumlah Personal 26,00 20,00 21 17 38 8,20
indikator dari variabel laten berkisar 3 sampai 7, hygiene
sedangkan discriminant validity habits
direkomendasikan nilai AVE lebih besar dari Peran 23,31 19,00 18 16 34 6,64
tenaga
0,5 dan juga dengan melihat (3) weight relation
kesehata
dimana nilai kasus ini variabel laten dan n
indikator atau menifest variabel diskala zero
Sumber : Pengolahan data 2020
mens dan unit varience sehingga parameter
lokasi (parameter konstan).
2. Analisis Structural Equation Modelling
Data yang terkumpul ( data mentah/ raw
(SEM)
data) dalam penelitian ini akan disajikan dalam
bentuk tabel umum maupun bentuk gambar dan
Structural equation modeling (SEM)
dijelaskan secara tulisan (tekstural/ narasi).
merupakan salah satu analisis multivariate yang
4

dapat menganalisis hubungan variabel secara Tujuan cross loading adalah untuk
kompleks. Analisis ini pada umumnya dapat mengetahui apakah variabel mampu
digunakan untuk penelitian-penelitian yang memprediksi lebih tinggi faktor loading
menggunakan banyak variabel. Teknik analisis indikatornya dibandingkan prediksi terhadap
data menggunakan structural equation modeling indikator lainnya dengan melihat nilai cross
(SEM), digunakan untuk menjelaskan secara loading. Selian itu, untuk melihat validitas
menyeluruh hubungan antar variabel yang ada indikator yang digunakan dalam penelitian dapat
dalam penelitian. SEM digunakan bukan untuk dilakukan dengan mengevaluasi hasil cross
merancang suatu teori, tetapi lebih ditujukan loading semua indikator.
untuk memeriksa dan membenarkan suatu Suatu indikator dinyatakan valid jika
model. Syarat utama menggunakan SEM adalah mempunyai loading faktor tertinggi kepada
membangun suatu model hipotesis yang terdiri konstruk yang dituju dibandingkan loading
dari model structural dan model pengukuran faktor kepada konstruk lain. Berdasarkan tabel
dalam bentuk diagram jalur yang berdasarkan diatas menunjukkan bahwa korelasi konstruk
justifikasi teori. SEM merupakan sekumpulan lebih besar daripada konstruk lainnya. Hal ini
teknik-teknik statistik yang memungkinkan menunjukkan bahwa konstruk laten
pengujian sebuah rangkaian hubungan secara memprediksi ukuran pada bloknya lebih baik
simultan. Hubungan itu dibangun antara satu dari pada ukuran pada blok lainnya.
atau beberapa variabel independen.
Outer Loading
3. Evaluasi Outer Model
Suatu indikator reflektif dinyatakan valid
Model pengukuran atau outer model jika mempunyai loading faktor diatas 0,5
dengan indikator reflektif dievaluasi dengan terhadap konstruk yang dituju berdasarkan pada
convergent, dan discriminant validity dari substantive content-nya dengan melihat
indikatornya, composite reliability untuk blok signifikansi dari weight (t=1,96). Berdasarkan
indikator dan AVE, serta nilai composite hasil penelitian menunjukkan bahwa semua
reliability. Sedangkan outer model dengan konstruk memiliki nilai faktor loading lebih
formatif indicator dievaluasi berdasarkan besar 0,5 sehingga kriteria uji terhadap indikator
substantif content-nya, yaitu dengan ukur dinyatakan semua valid.
membandingkan besarnya relatif weight dan
melihat signifikansi dari ukuran weight tersebut Discriminant Validity dari akar AVE
(Ghozali, 2011)
Cara untuk melihat discriminant validity
Model Faktor Loading dengan melihat nilai square root of average
variance extracted (AVE). Nilai yang
diharapkan di atas 0,50. Berdasarkan hasil
output dapat dijelaskan bahwa semua variabel
dinyatakan valid karena memberikan nilai AVE
diatas 0,50, sehingga dapat disimpulkan bahwa
evaluasi pengukuran model memiliki
discriminant validity yang baik. Metode lain
menunjukkan nilai akar kuadrat AVE lebih besar
dari nilai square root of average extracted
(AVE) setiap konstruk, sehingga dapat
disimpulkan bahwa evaluasi pengukuran model
memiliki discriminant validity yang baik.

Cronbach’s Alpha dan Composite Reliability

Setelah di uji validitas dan dan dinyatakan


Berdasarkan gambar diatas dapat variabel dan indikator telah valid, maka
dijelaskan bahwa nilai loading faktor telah dilakukan uji reliabilitas. Hasil evaluasi
memenuhi persyaratan yaitu loading faktor lebih reliabilitas outer model diatur dalam tabel
besar dari 0,05. dibawah ini dengan mengevaluasi nilai
Cross Loading Crobach’s Alpha dan Composite Reliability.
5

Nilai square berfungsi untuk menilai


Tabel 2 Evaluasi Reliabilitas Outer Model besaran keragaman atau variasi data penelitian
DariVariabel Fluor Albus, Persepsi Remaja, terhadap fenomena yang sedang dikaji.
Personal Hygiene Habit, Peran Tenaga Pengujian terhadap model struktural dilakukan
Kesehatan Di SMA 13 Bekasi Tahun 2020 dengan melihat nilai R-Square yang merupakan
Reliabilita Hasil Uji Kriteria uji goodness fit model. Uji yang kedua adalah
s Pengaruh Loading uji >0,70 melihat signifikansi pengaruh antar konstruk
Persepsi 0.97829 Reliabel (Ghozali, 2011). Berikut ini adalah hasil
remaja 6 pengukuran nilai R-Square yang juga
Personal 0.97155 Reliabel merupakan nilai goodness fit model.
Cronbach’s hygiene habit 9 Berdasarkan hasil penelitian dapat
Alpha Peran tenaga 0.95365 Reliabel dijelaskan bahwa persepsi remaja berkontribusi
kesehatan 2
terhadap peran tenaga kesehatan sebesar
Fluor albus 1,00000 Reliabel
0 0,542744, persepsi remaja dan peran tenaga
Persepsi 0.98926 Reliabel kesehatan berkontribusi terhadap personal
remaja 4 hygiene habit sebesar 0,262708, persepsi
Personal 0.98597 Reliabel remaja, peran tenaga kesehatan dan personal
Composite hygiene habit 3 hygiene habit berkontribusi terhadap fluor albus
reliability Peran tenaga 0.97734 Reliabel sebesar 0,874021. Berdasarkan hasil
kesehatan 7 pengukuran tersebut dapat disimpulkan bahwa
Fluor albus 1,00000 Reliabel variabilitas persepsi remaja berkontribusi
0 terhadap valiabilitas peran tenaga kesehatan
Sumber : Smart PLS 2.0 report, 2020 sebesar 54,27%. Variabilitas persepsi remaja
dan peran tenaga kesehatan berkontribusi
Berdasarkan tabel 3 dapat dijelaskan terhadap variabilitas personal hygiene habit
bahwa nilai Crobach’s Alpha dan Composite sebesar 26,26%. Variabilitas persepsi remaja,
Reliability dari setiap konstruk memiliki nilai peran tenaga kesehatan dan personal hygiene
lebih besar dari 0,70. Sehingga semua konstruk habit berkontribusi terhadap variabilitas fluor
dalam model yang diestimasi memenuhi syarat albus sebesar 87,40%.
construct reliability.
Uji Hipotesis T Statistik
4. Evaluasi Inner Model
Model Faktor Loading Tabel 3 Evaluasi Refleksi Nilai T-Statistik
Hasil evaluasi signifikan outer model terhadap Indikator Dari Variabel Fluor Albus,
diatur dalam output PLS di bawah ini dengan Persepsi Remaja, Personal Hygiene Habit,
mengevaluasi refleksi nilai T-statistic indikator Peran Tenaga Kesehatan Di SMA 13 Bekasi
terhadap variabelnya. Evaluasi signifikansi outer Tahun 2020
model dilakukan untuk menilai signifikansi Uji Hasil Uji Kriteria
signifik Indikator T uji >1,96
konstruk laten dengan konstruknya, yaitu
an statistik
dengan membandingkan nilai t-statistik masing-
Menerima 123.1662 Signifika
masing konstruk laten dengan nilai α = 0,05 Persepsi remaja 13 n
(1,96). Untuk mengukur nilai t statistik Mengerti 113.2447 Signifika
dilakukan persepsi remaja 43 n
Setelah dilakukan bootstrapping untuk Pengetahuan 42.01271 Signifika
mengukur nilai t statistic dari masing-masing personal hygiene habit 3 n
T
konstruk laten terhadap konstruknya, maka nilai Kebiasaan seseorang 38.74889 Signifika
Statisti
t statistik dibandingkan dengan nilai α = 0,05 k
personal hygiene habit 4 n
(1,96). Ketentuannya, apabila nilai t statistik Fasilitator peran 41.90617 Signifika
lebih besar dari nilai α = 0,05 (1,96), maka tenaga kesehatan 5 n
konstruk laten tersebut signifikan terhadap Health educator 40.47752 Signifika
konstruknya (Ghozali, 2011). Inner model peran tenaga kesehatan 9 n
disebut juga dengan nilai R Square, uji hipotesis Fluor albus fluor Signifika
albus n
T-Statistik, pengaruh variabel langsung dan
prediktif (nilai Q Square). Sumber : Smart PLS 2.0 report, 2020
Berdasarkan tabel 3 dapat dijelaskan
Nilai R Square bahwa hasil pengukuran T statistik dari setiap
indikator ke variabel lebih besar dari 1,96
6

dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05). Hal ini berarti, semua indicator berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel yang diteliti
Tabel 4 Hasil Pengukuran Path Coefficients dan T-Statistik pada pengaruh antarVariabel dalam
struktur model Fluor Albus, Persepsi Remaja, Personal Hygiene Habit, Peran Tenaga Kesehatan Di
SMA 13 Bekasi Tahun 2020
Hubungan antar variabel Original sampel Nilai T H0 Kesimpulan
(Rho) (>1,96)
Persepsi remaja peran tenaga Berpengaruh positif dan signifikan
0,736712 10,794978 Ditolak
kesehatan
Persepsi remaja Personal Berpengaruh positif dan tidak
0,245329 1,651574 Diterima
hygiene habits signifikan
Persepsi remaja fluor albus Berpengaruh positif dan signifikan
0,578350 4,474952 Ditolak
Personal hygiene habit fluor Berpengaruh positif dan signifikan
0,182055 3,424712 Ditolak
albus
Peran tenaga kesehatan Berpengaruh positif dan signifikan
0,304224 2,125787 Ditolak
personal hygiene habit
Peran tenaga kesehatan fluor Berpengaruh positif dan signifikan
0,305452 2,462500 Ditolak
albus
Sumber : Smart PLS 2.0 report, 2020

Berdasarkan tabel 4 dapat dijelaskan


bahwa persepsi remaja berpengaruh positif
terhadap peran tenaga kesehatan, hasil uji Nilai Direct dan Indirect
menunjukkan ada pengaruh positif 0,736712,
sedangkan nilai T-statistic sebesar 10,794978 Berdasarkan hasil penelitian menyatakan
dan signifikan pada α=5%, nilai T-Statistic bahwa persepsi remaja berpengaruh secara
tersebut berada di atas nilai kritis (1,96). langsung dan tidak langsung terhadap fluor
Persepsi remaja berpengaruh positif terhadap albus. Hasil uji koefisien parameter antara
personal hygiene habit, hasil uji menunjukkan persepsi remaja terhadap fluor albus
ada pengaruh positif 0,245329, sedangkan nilai menunjukkan terdapat pengaruh langsung
T-statistic sebesar 1,651574 dan tidak signifikan sebesar 51,32%, sedangkan untuk pengaruh
pada α=5%, nilai T-Statistic tersebut berada di tidak langsung mendapat nilai sebesar 4,83%.
bawah nilai kritis (1,96). Persepsi remaja Personal hygiene habit berpengaruh
berpengaruh positif terhadap fluor albus, hasil secara langsung terhadap fluor albus. Hasil uji
uji menunjukkan ada pengaruh positif 0,578350, koefisien parameter antara personal hygiene
sedangkan nilai T-statistic sebesar 4,474952 dan habit terhadap fluor albus menunjukkan terdapat
signifikan pada α=5%, nilai T-Statistic tersebut pengaruh langsung sebesar 10,93%.
berada di atas nilai kritis (1,96). Personal Peran tenaga kesehatan berpengaruh
hygiene habitberpengaruh positif terhadap fluor secara langsung dan tidak langsung terhadap
albus, hasil uji menunjukkan ada pengaruh fluor albus. Hasil uji koefisien parameter antara
positif 0,182055, sedangkan nilai T-statistic peran tenaga kesehatan terhadap fluor albus
sebesar 3,424712 dan signifikan pada α=5%, menunjukkan terdapat pengaruh langsung
nilai T-Statistic tersebut berada di atas nilai sebesar 24,97%, sedangkan untuk pengaruh
kritis (1,96). Peran tenaga kesehatan tidak langsung mendapat nilai sebesar 0,13%.
berpengaruh positif terhadap personal hygiene Sehingga nilai dari masing-masing
habit, hasil uji menunjukkan ada pengaruh pengaruh langsung variabel laten independen
positif 0,304224, sedangkan nilai T-statistic tersebut apabila secara bersama-sama
sebesar 2,125787 dan signifikan pada α=5%, menunjukkan kesesuaian dengan nilai R Square
nilai T-Statistic tersebut berada di atas nilai atau dengan kata lain hal ini menyatakan bahwa
kritis (1,96). Peran tenaga kesehatan variabel persepsi remaja, personal hygiene habit
berpengaruh positif terhadap fluor albus, hasil dan peran tenaga kesehatan mampu menjelaskan
uji menunjukkan ada pengaruh positif 0,304224, variabel fluor albus sebesar (51,32% + 10,93%
sedangkan nilai T-statistic sebesar 2,462500 dan + 24,97%) = 87,24%. Sedangkan total pengaruh
signifikan pada α=5%, nilai T-Statistic tersebut tidak langsung (4,84% + 0,13%) = 4,96% serta
berada di atas nilai kritis (1,96) total pengaruh langsung dan tidak langsung
(18,49% + 0,17%) = 92,20%.
7

Perhitungan pengaruh langsung dan tidak x 100


langsung dijabarkan sebagai berikut: Jalur Dilalui
0,737 x 0,737 0,484 x 0,304 0,601 x 0,182
= x x x 100
Perhitungan Besar Pengaruh Langsung (Direct 3 2 4
%)
a. Persepsi Remaja terhadap Fluor Albus = 0,03%
= LVC persepsi remajafluor albus x Direct Path persepsi 3. Persepsi Remaja ke Personal Hygiene Habit
remajafluor albus x 100
ke Fluor Albus
= 0,888 x 0,578 x 100 LVC persepsi remajapersonal hygienex Direct Path persepsi
= 51,32% remajapersonal hygiene

b. Personal Hygiene Habit terhadap Fluor = x


Albus Jalur Dilalui
= LVC personal hygienefluor albus x Direct Path personal
hygienefluor albus x 100 LVC personal hygienefluor albus x Direct Path personal
= 0,601 x 0,182 x 100 hygienefluor albus

= 10,93% Jalur Dilalui


c. Peran Tenaga Kesehatan terhadap Fluor
Albus
= LVC peran nakesfluor albus x Direct Path peran 0,469 x 0,245 0,601 x 0,182
nakesfluor albus x 100
= x x 100
= 0,819 x 0,305 x 100 2 4
= 24,97%
= 0,15%
Perhitungan Besar Pengaruh Tidak Langsung
(Indirect %) Jadi total pengaruh tidak langsung = 4,64% +
a. Persepsi Remaja terhadap Fluor Albus 0,03% + 0,15% = 4,82%
1. Persepsi Remaja ke Peran Tenaga Kesehatan
ke Fluor Albus 4. Peran Tenaga Kesehatan terhadap Fluor
LVC persepsi remajaperan nakes x Direct Path persepsi Albus Peran Tenaga Kesehatan ke Personal
remajaperan nakes
Hygiene Habit ke Fluor Albus
= x
Jalur Dilalui LVC peran nakespersonal hygiene x Direct Path peran
LVC peran nakesfluor albus x Direct Path peran nakesfluor nakespersonal hygiene

albus
= x
x0 Jalur Dilalui
Jalur Dilalui
LVC personal hygienefluor albus x Direct Path personal
0,737 x 0,737 0,888 x 0,578 hygienefluor albus

= x x 100 Jalur Dilalui


3 2
= 4,64% 0,484 x 0,304 0,601x 0,182
2. Persepsi Remaja ke Peran Nakes ke Personal = x x 100
Hygiene Habit ke Fluor Albus 3 4
LVC persepsi remajaperan nakes x Direct Path persepsi
remajaperan nakes
= 0,13%
= x
Jalur Dilalui Keterangan jalur dilalui:
1. Persepsi Remaja terhadap Peran Tenaga
LVC peran nakespersonal hygiene habit x Direct Path peran Kesehatan 3 kali dilalui:
1) Persepsi RemajaPeran Tenaga
nakespersonal hygiene habit
x Kesehatan
Jalur Dilalui 2) Persepsi RemajaPeran Tenaga
KesehatanFluor Albus
LVC personal hygienefluor albus x Direct Path personal
hygienefluor albus
8

3) Persepsi RemajaPeran Tenaga 2. Dalam penelitian ini pemilihan responden


KesehatanPersonal Hygiene hanya terbatas pada remaja di sekolah SMA
HabitFluor Albus 13 Bekasi saja, sehingga sampel penelitian
2. Persepsi Remaja terhadap Personal Hygiene menjadi sangat terbatas.
Habit 2 kali dilalui: 3. Pengumpulan data dengan menggunakan
1) Persepsi RemajaPersonal Hygiene kuesioner bersifat subyektif, sehingga
Habit kebenaran data sangat tergantung kepada
2) Persepsi RemajaPersonal Hygiene kejujuran responden pada saat menjawab.
Habit Fluor Albus Pengambilan data responden awalnya
3. Persepsi Remaja terhadap Fluor Albus 1 kali menggunakan sampel populasi.
dilalui
Pengaruh Persepsi Remaja Terhadap Fluor
1) Persepsi Remaja Fluor Albus
Albus
4. Peran Tenaga Kesehatan terhadap Personal
Hygiene Habit 3 kali dilalui:
Hasil uji koefisien parameter antara
1) Peran Tenaga KesehatanPersonal
persepsi remaja terhadap fluor albus
Hygiene Habit
menunjukkan terdapat pengaruh langsung
2) Peran Tenaga KesehatanPersonal sebesar 51,32%, dan pengaruh tidak langsung
Hygiene Habit Fluor Albus sebesar 4,83%.Nilai T-statistic sebesar
3) Persepsi RemajaPeran Tenaga 10,794978 dan signifikan pada α=5%,nilai T-
KesehatanPersonal Hygiene Habit Statistic tersebut berada di atas nilai kritis
Fluor Albus (1,96).Berdasarkan hasil uji tersebut dapat
5. Peran Tenaga Kesehatan terhadap Fluor dijelaskan bahwa pengaruh langsung persepsi
Albus 2 kali dilalui: remaja lebih besar nilainya dibandingkan
1) Peran Tenaga KesehatanFluor Albus dengan pengaruh tidak langsung dan signifikan
2) Persepsi RemajaPeran Tenaga ada pengaruh yang positif dari kedua variabel
KesehatanFluor Albus tersebut. Nilai T-statitik menunjukkan, bahwa
6. Personal Hygiene Habitterhadap Fluor Albus ada pengaruh signifikan antara persepsi remaja
4 kali dilalui: terhadap fluor albus di SMA 13 Bekasi.
1) Personal Hygiene HabitFluor Albus Penelitian ini didukung oleh penelitian
2) Persepsi RemajaPeran Tenaga yang dilakukan oleh Hirza (2018) dengan hasil
KesehatanPersonal Hygiene penelitian terdapat hubungan yang signifikan
HabitFluor Albus persepsi remaja dengan fluor albus pada
3) Persepsi RemajaPersonal Hygiene siswi/remaja putri, SMA PGRI 1 Kudus
HabitFluor Albus (p=0,003). Wijaya mengungkapkan bahwa
persepsi remaja akan mempengaruhi terjadinya
4) Peran Tenaga KesehatanPersonal
keputihan. Persepsi merupakan salah satu
Hygiene HabitFluor Albus
faktoryangmempengaruhi tindakan atau
perilaku remaja. Apabila seseorang
Pembahasan
berpersepsi benar, maka kemungkinan besar
Penelitian tentang pengaruh persepsi seseorang mempunyaiperilaku yang benar.
remaja, personal hygiene habits dan peran Begitu pun sebaliknya, apabila
tenaga kesehatan terhadap fluor albus pada seseorangberpersepsi salah, maka akan
remaja putrid di SMA 13 Bekasi memiliki berperilaku salah pula dalam mencegah dan
keterbatasan dalam penelitian, yaitu: menangani keputihan.13
Peneliti berasumsi bahwa semakin positif
1. Penelitian ini dilakukan pada saat tertentu
(cross sectional) dan melalui kuesioner yang persepsi remaja putri terhadap fluor albus maka
akan mempengaruhi sikap dan perilaku remaja
berdasarkan persepsi dari skor jawaban
responden, sehingga sulit melihat kebenaran putri untuk mencari tahu lebih banyak tentang
fluor albus sehingga dapat melakukan tindakan
jawaban yang ditulis oleh responden. Dalam
penelitian ini menggunakan instrumen yang pencegahan serta dapat membedakan fluor albus
yang fisiologis maupun yang patologis. Ada
memiliki kehandalan validitas dan reliabilitas
instrumen yang teruji belum cukup baik, beberapa hal yang dapat mempengaruhi persepsi
yaitu adanya pengalaman, pendidikan, dan
sehingga terdapat item-item pertanyaan
dalam instrumen yang tereliminasi. kebudayaan. Maka untuk meningkatkan persepsi
diperlukanya pengalaman yang cukup,
9

pendidikan yang memadai, dan juga pengaruh Peran tenaga kesehatan berpengaruh secara
dari kebudayaan setempat. langsung dan tidak langsung terhadap fluor
albus. Hasil uji koefisien parameter antara peran
tenaga kesehatan terhadap fluor albus
Pengaruh Personal Hygiene Terhadap Fluor menunjukkan terdapat pengaruh langsung
Albus sebesar 24,97%, sedangkan untuk pengaruh
tidak langsung mendapat nilai sebesar
Personal hygiene habit berpengaruh secara 0,13%.Peran tenaga kesehatan berpengaruh
langsung terhadap fluor albus. Hasil uji positif terhadap fluor albus, hasil uji
koefisien parameter antara personal hygiene menunjukkan ada pengaruh positif 0,304224,
habit terhadap fluor albus menunjukkan terdapat sedangkan nilai T-statistic sebesar 2,462500 dan
pengaruh langsung sebesar 10,93%.Nilai T- signifikan pada α=5%, nilai T-Statistic tersebut
statistic sebesar 3,424712 dan signifikan pada berada di atas nilai kritis (1,96).Berdasarkan
α=5%, nilai T-Statistic tersebut berada di atas hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa
nilai kritis (1,96).Nilai T-statitik menunjukkan, pengaruh langsung peran tenaga kesehatan lebih
bahwa ada pengaruh signifikan antarapersonal besar nilainya dibandingkan dengan pengaruh
hygiene habit terhadap fluor albus di SMA 13 tidak langsung dan signifikan ada pengaruh
Bekasi. yang positif dari kedua variabel tersebut. Nilai
Prasetyowati (2009) mengemukakan bahwa T-statitik menunjukkan, bahwa ada pengaruh
remaja yang membersihkan daerah kewanitaan signifikan antara peran tenaga kesehatan
tidak baik mempunyai peluang 3,5 kali terjadi terhadap fluor albus di SMA 13 Bekasi.
keputihan dibandingkan pada remaja putri yang Penelitian ini didukung oleh penelitian
membersihkan daerah kewanitaan dengan baik. yang dilakukan Winna (2017) yang meneliti
Remaja yang tidak baik membersihkan daerah tentang identifikasi faktor penyebab keputihan
kewanitaan sebanyak 42 orang (84%) pada remaja putri dengan hasil penelitian
mengalami keputihan.14 terdapat hubungan sikap (p value = 0,001),
Penelitian ini sejalan dengan penelitian motivasi (p value = 0,029), keterpaparan
yang dilakukan oleh Nikmah (2018) dengan informasi (p value = 0,000), peran orang tua (p
hasil uji statistik didapatkan p=0.000 dan value = 0,006), vulva hygiene (p value = 0,001)
C=0,517, sehingga terdapat hubungan yang dengan keputihan.
positif dan signifikan antara personal hygiene Peneliti berpendapat bahwa tenaga
habits dengan kejadian fluor albus patologis. kesehatan memiliki peran dalam meningkatkan
Keputihan yang terjadi tersebut cenderung kesehatan pada remaja putri. Hal ini
disebabkan oleh masih minimnya kesadaran dikarenakan tenaga kesehatan memiliki tugas
untuk menjaga kesehatan terutama kesehatan untuk memberikan informasi yang benar pada
organ genitalianya. Selain itu, keputihan sering semua masyarakat terutama remaja putri tentang
dikaitkan dengan kadar keasaman daerah sekitar fluor albus sehingga remaja putri memiliki
vagina, bisaterjadi akibat pH vagina tidak pengetahuan yang baik serta mengetahui cara
seimbang. Sementara kadar keasaman vagina pencegahan dari informasi yang diberikan oleh
disebabkan oleh dua hal yaitu faktor internal dan petugas kesehatan.
faktor eksternal. Faktor eksternal antara lain
Kesimpulan
kurangnya personal hygiene, pakaian dalam
yang ketat, dan penggunaan WC umum yang Kesimpulan dari penelitian ini yaitu
tercemar bakteri Clamydia. Terdapat pengaruh langsung persepsi remaja
Peneliti berasumsi bahwa salah satu faktor terhadap fluor albus di SMA 13 Bekasi sebesar
yang memegang peranan penting untuk 51,32%, nilai T-statistik sebesar 2,57 dan
menghindari infeksi yang dapat menyebabkan signifikan pada α=5%. Terdapat pengaruh
keputihan adalah personal hygiene yang langsung personal hygiene habits terhadap fluor
baik.Kebersihan merupakan hal yang sangat albus di SMA 13 Bekasi sebesar 10,93%., nilai
penting dan harus diperhatikan karena T-statistik sebesar2,53 dan signifikan pada
kebersihan akan mempengaruhi kesehatan α=5%. Terdapat pengaruh langsung peran
seseorang. tenaga kesehatan terhadap fluor albus di SMA
13 Bekasi sebesar 24,97%, nilai T-statistik
Pengaruh Peran Tenaga Kesehatan sebesar 2,94 dan signifikan pada α=5%.
Terhadap Fluor Albus
Saran
10

2012;8(1):1-11.
Di harapkan bagi orang tua terutama ibu
untuk memberikan informasi kepada remaja 5. Paryono IN. Perilaku Penggu¬naan Tisu
perempuan atau anak gadisnya mengenai Toilet terhadap Kejadian Keputihan pada
personal hygiene terutama saat mestruasi. Remaja. Jurnal Kebidanan dan
Sehingga pada saat remaja putri mengalami Keseha¬tan Tradisional. 2016;1(1):25.
keputihan atau infeksi saluran reproduksi
mereka bisa meminalisir gejalah bahkan dampak 6. Zulva R. Pengaruh Peer Education
yang timbul akibat infeksi saluran reproduksi. Terhadap Sikap Manajemen Higiene
Diharapkan bagi tenaga kesehatan lebih Menstruasi Pada Santriwati Remaja
aktif untuk memberikan penyuluhan tentang Awal di Pondok Pesantren Al Qodiri.
kesehatan reproduksi terhadap remaja selain Univ Jember. Published online 2011.
untuk remaja tenaga kesehatan juga memberikan 7. Sharma A. A Pre-experimental Study to
penyuluhan dan pengetahuan tentang kesehatan Assess the Effectiveness of Structured
reproduksi pada orang tua terutama ibu karena Teaching Program on Leucorrhoea
ibu sangat berperan penting dalam among Nursing Students in Hgpi Kala-
perkembangan remaja. Amb. 2018. 1–7.
Diharapkan bagi remaja dengan adanya
penelitian ini dapat dipahami dan dimengerti 8. Indriastuti P. Hubungan antara
bahwa kesehatan reproduksi itu sangat penting pengetahuan kesehatan reproduksi
dan harus slalu dijaga kebersihannya agar dengan perilaku hygienis remaja rutri
terhindar dari infeksi, bakteri dan kuman. pada saat menstruasi. Thesis, Univ
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya Muhammadiyah Surakarta. Published
dapat menyempurnakan dan mengembangkan online 2014.
lagi lebih lanjut mengenai penelitian ini dengan
sampel dan penelitian yang berbeda. 9. Ninda. Seluk Beluk Kesehatan
Reproduksi Wanita.Jogjakarta. A.Plus
Daftar Pustaka Books; 2011.

1. WHO. Basic Documents (Including 10. Persia annisa, Rina dan E. Hubungan
Amend¬ments Adopted up to 31 Pemakaian Panty Liner Dengan Kejadian
December 2014. WHO Press; 2014. Fluor Albus Pada Siswi SMA di kota
Padang Berdasarkan Wawancara
2. Setiani, Tri Indah, Tri Prabowo DPP. Terpimpin (Kuesioner). Artik Penelitia
Kebersihan Organ Kewanitaan dan Pendidik Dr Fak Kedokt Univ Andalas.
Kejadian Keputihan Patologi pada 2013;padang.
Santriwati di Pondok Pesantren Al
Munawwir Yogyakarta. JKNI. 2015; 11. A W. Metodologi Penelitian Praktis
(3(1):39-42.). Bidang Kesehatan. PT. Rajagrafindo
Persada; 2014.
3. Sunarti. Perbedaan Perilaku Remaja
Putri da¬lam Mencegah Keputihan 12. Notoatmodjo. Metode Penelitian
Sebelum dan Se-sudah Diterapkan Kesehatan. Rineka Cipta; 2014.
Metode Think Pair Share di Pondok
13. Wijaya. Eksplorasi 55 Masalah Seksual.
Pesantren As-Salafi Susukan Sema¬rang.
Gramedia; 2004.
STIKES Ngudi Waluyo Ung. Published
online 2015. 14. Prasetyowati. Hubungan personal
hygiene dengan kejadian keputihan pada
4. Kristiana, Dita, Karjiyem EK. Hubungan
siswi SMU Muhammadiyah Metro tahun
Persepsi tentang Kesehatan Re¬produksi
2009. Medan Skripsi tidak
dengan Personal Hygiene pada Sis¬wi
dipublikasikan. Published online 2009.
Sekolah Menengah Pertama. J
Ke¬bidanan dan Keperawatan.
11

Anda mungkin juga menyukai