Anda di halaman 1dari 27

Ringkasan penelitian tidak lebih dari 500 kata yang berisi latar belakang penelitian, tujuan dan

tahapan metode penelitian, luaran yang ditargetkan, serta uraian TKT penelitian yang diusulkan.
RINGKASAN
Inisiasi menyusu dini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi involusi uterus kerena
saat menyusui terjadi rangsangan dan dikeluarnya hormon antara lain oksitosin yang berfungsi
selain merangsang kontraksi otot-otot polos payudara, juga menyebabkan terjadinya kontraksi
dan retrasi otot uterus. Hal ini akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya
sampai darah ke uterus. Proses ini mebantu untuk mengurangi situs atau tepat implantasi palsenta
serta mengurangi perdarahan (Roesli, 2008). Menurut Praborini (2008) ibu yang melakukan
insiasi menyusu dini akan mempercepat involui uterus karena pengaruh hormone oksitosin yang
dapat meningkatkan kontraksi uterus. Peningkatan pemberian ASI perlu dilakukan dalam upaya
peningkatan kesehatan bagi bayi dan ibu. Frekuensi pemberian ASI terhadap penurunan tinggi
fundus uterus pada ibu post partum di BPM Jenda didapatkan data bahwa ibu post partum yang
frekuensi pemberian ASI lebih dari 3 kali perhari sebanyak 10 orang (33,3%) dengan penurunan
TFU rata-rata 3.08 cm, frekuensi pemberian ASI 10-12 kali perhari sebanyak 8 orang (26,7%)
dengan penurunan TFU rata-rata 4,03 cm, frekuensi pemberian ASI kurang dan 10 kali perhari
sebanyak 12 orang (40%) dengan penurunan TFU rata-rata 5,22 cm dan didapatkan adanya
pengaruh secara signifikan antara frekuensi pemberian ASI dengan penurunan TFU (p-value =
0,000 < 0,05).
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan IMD terhadap proses involusi uteri pada ibu
Post Partum di BPM MEYRISKA WR, Amd.Keb Tahun 2019.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan metode penelitian Survey Analitik.
Penelitian kuantitatif adalah sebuah metode penelitian yang memberlakukan kuantifikasi pada
variabel-variabelnya, menguraikan distribusi variabel secara numerik (menggunakan angka
mutlak berupa frekuensi dan nilai relatif berupa persentase) kemudian menguji hubungan antar
variabel dengan memakai formula statistik. Penelitian jenis kuantitatif dipakai karena peneliti
mengambil sampel dari satu populasi dengan memakai kuesioner sebagai alat ukur pengumpulan
data. Penelitian survey analitik adalah penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan
mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Penelitian ini menggunakan rancangan survey cross
sectional atau potong lintang. Jenis penelitian potong lintang atau cross sectional, merupakan
penelitian deskriptif dimana subjek penelitian diamati atau diukur atau diminta jawabannya satu
kali saja. Pada penelitian cross sectional atau potong lintang variabel-variabel yang diteliti
ditimpakan sekali saja pada sejumlah subjek yang menjadi sampel penelitian dan kemudian
dilihat hubungan antar variabelnya hanya berdasar satu kali pengamatan sesaat saja. Jenis desain
penelitian Cross Sectional ini di gunakan untuk mengetahui hubungan IMD dengan proses
involusi uteri pada ibu post partum di BPM MEYRISKA WR, Amd.Keb Tahun 2019. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini ialah kuesioner yaitu teknik pengumpulan data yang
dikerjakan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis pada responden
untuk dijawabnya.

Kata kunci maksimal 5 kata


Kata Kunci: IMD ; Involusi Uteri; Ibu Post Partum
Latar belakang penelitian tidak lebih dari 500 kata yang berisi latar belakang dan permasalahan
yang akan diteliti, tujuan khusus, dan urgensi penelitian. Pada bagian ini perlu dijelaskan
uraian tentang spesifikasi khusus terkait dengan skema.
LATAR BELAKANG
Inisiasi menyusu dini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi involusi uterus kerena
saat menyusui terjadi rangsangan dan dikeluarnya hormone antara lain oksitosin yang berfungsi
selain merangsang kontraksi otot-otot polos payudara, juga menyebabkan terjadinya kontraksi
dan retrasi otot uterus. Hal ini akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya
sampai darah ke uterus. Proses ini mebantu untuk mengurangi situs atau tepat implantasi palsenta
serta mengurangi perdarahan (Roesli, 2008). Menurut Praborini (2008) ibu yang melakukan
insiasi menyusu dini akan mempercepat involui uterus karena pengaruh hormone oksitosin yang
dapat meningkatkan kontraksi uterus. Peningkatan pemberian ASI perlu dilakukan dalam upaya
peningkatan kesehatan bagi bayi dan ibu.
Frekuensi pemberian ASI terhadap penurunan tinggi fundus uterus pada ibu post partum di BPM
MEYRISKA WR, Amd.Keb didapatkan data bahwa ibu post partum yang frekuensi pemberian
ASI lebih dari 3 kali perhari sebanyak 10 orang (33,3%) dengan penurunan TFU rata-rata 3.08
cm, frekuensi pemberian ASI 10-12 kali perhari sebanyak 8 orang (26,7%) dengan penurunan
TFU rata-rata 4,03 cm, frekuensi pemberian ASI kurang dan 10 kali perhari sebanyak 12 orang
(40%) dengan penurunan TFU rata-rata 5,22 cm dan didapatkan adanya pengaruh secara
signifikan antara frekuensi pemberian ASI dengan penurunan TFU (p-value = 0,000 < 0,05).
Tujuan khusus penelitian ini adalah mengetahui hubungan IMD terhadap proses involusi uteri
pada ibu Post Partum di BPM MEYRISKA WR, Amd.Keb Tahun 2019. Adapun urgensi
penelitian ini adalah untuk menguji teori dan menunjukan hubungan antar variabelnya untuk
melihat hasilnya apakah ada hubungan IMD terhadap proses involusi uteri pada ibu Post Partum
di BPM MEYRISKA WR, Amd.Keb.
Dalam penelitian ini terdapat 79 Puskesmas di Bogor dan terdapat 1 Puskemas di Bogor dan juga
BPM MEYRISKA WR, Amd.Keb di wilayah cakupan Bogor. Hasil penelitian ini kelompok
kami tahun 2019 yang berjudul Hubungan antara Menyusui Dini dengan Involusi Uteri pada Ibu
Post Partum di BPM MEYRISKA WR, Amd.Keb diperoleh hasil Berdasarkan hasil korelasi
dengan uji Fisher’s exact test didapatkan nilai p sebesar 0,000 yang berarti terdapat hubungan
yang bermakna antara menyusui dini yang dilakukan ibu post partum dengan kondisi involusi
hari pertama. Pada pengujian kedua dengan uji Fisher’s exact test didapatkan nilai p sebesar
0,000 yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara menyusui dini yang dilakukan ibu
post partum dengan kondisi involusi hari kedua. Pada pengujian ketiga dengan uji Fisher’s exact
test didapatkan nilai p sebesar 0,005 yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara
menyusui dini yang dilakukan ibu post partum dengan kondisi involusi hari ketiga.
Berdasarkan latar belakang tersebut, akan dilakukan penelitian tentang Hubungan IMD terhadap
proses involusi uteri pada ibu post partum di BPM Jenda untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan IMD terhadap proses involusi uteri pad ibu nifas di BPM Jenda Kel. Lenteng Agung
Kec. Jagakarsa Jakarta Selatan Tahun 2019.
Tinjauan pustaka tidak lebih dari 1000 kata dengan mengemukakan state of the art dalam
bidang yang diteliti. Bagan dapat dibuat dalam bentuk JPG/PNG yang kemudian disisipkan
dalam isian ini. Sumber pustaka/referensi primer yang relevan dan dengan mengutamakan hasil
penelitian pada jurnal ilmiah dan/atau paten yang terkini. Disarankan penggunaan sumber
pustaka 10 tahun terakhir.
TINJAUAN PUSTAKA
Involusi uteri merupakan pengecilan yang normal dari suatu organ setelah organ tersebut
memenuhi fungsinya, misalnya pengecilan uterus setelah melahirkan, Involusi uteri adalah
mengecilnya kembali rahim setelah persalinan kembali ke bentuk asal. IMD merupakan
kemampuan bayi mulai menyusu sendiri segera setelah dia dilahirkan. Pada prinsipnya IMD
merupakan kontak langsung antara kulit ibu dan kulit bayi, bayi segera ditengkurapkan di dada
atau di perut ibu setelah seluruh badan dikeringkan (bukan dimandikan), kecuali pada telapak
tangannya. Kedua telapak tangan bayi dibiarkan tetap terkena cairan ketuban karena bau dan rasa
cairan ketuban ini sama dengan bau yang dikeluarkan payudara ibu yang akan menuntun bayi
untuk menemukan puting (Siswosuharjo dan Chakrawati, 2010).
Menurut pokok-pokok Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2012 tentang pemberian ASI
eksklusif IMD adalah suatu proses dimana bayi begitu dilahirkan dari rahim ibu, tanpa
dimandikan terlebih dahulu segera diletakkan pada perut dan dada ibu dengan kulit bayi melekat
atau bersentuhan langsung pada kulit ibu. Proses ini dilakukan sekurangnya selama 1 jam dan
/atau sampai dengan bayi berhasil meraih puting ibu untuk menyusu langsung sesuai
kebutuhannya atau lamanya menyusu saat IMD ditentukan oleh bayi. IMD dapat dilakukan
dalam semua jenis kelahiran normal maupun dengan bantuan vakum atau operasi. Manfaat IMD
salah satunya adalah membantu rahim berkontraksi sehingga membantu pengeluaran ari-ari
(plasenta) dan mengurangi perdarahan ibu. Hal tersebut dapat mempengaruhi involusi uteri agar
lebih cepat terjadi (Roesli, 2012).
Masa nifas (post partum) secara harfiah didefinisikan sebagai masa segera setelah kelahiran,
masa ini juga meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke
keadaan tidak hamil yang normal, umumnya berlangsung 6 minggu atau tidak lama sesudahnya.
Selama masa nifas, alat-alat reproduksi berangsur-angsur kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Salah satu perubahan pada alat reproduksi yaitu terjadi involusi. Involusi uterus atau
pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil.
Involusi uteri dapat juga dikatakan sebagai proses kembalinya uterus pada keadaan semula atau
keadaan sebelum hamil. Jika involusi uterus berjalan dengan normal maka akan dapat
mengurangi kejadian perdarahan terutama perdarahan post partum yang merupakan salah satu
penyebab langsung dari kematian ibu. (Ambarwati, 2008)
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi involusi uterus antara lain senam nifas, mobilitas dini
ibu post partum, inisiasi menyusu dini, gizi, psikologis dan faktor usia serta faktor paritas.
Inisiasi menyusu dini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi involusi uterus karena
Saat menyusui terjadi rangsangan dan dikeluarkannya hormon antara lain oksitosin yang
berfungsi selain merangsang kontraksi otot-otot polos payudara, juga menyebabkan terjadinya
kontraksi dan retraksi otot uterus. Hal ini akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan
berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat
implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan. (Bahiyatun, 2008)
Selama kehamilan, hormon prolaktin dari plasenta meningkat, tetapi ASI belum dapat
dikeluarkan karena masih di hambat oleh kadar hormon estrogen yang masih tinggi. Setelah
proses persalinan dengan terlepasnya plasenta, hormon estrogen dan progesteron menurun secara
drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah ASI mulai di sekresi.
Hormon oksitosin yang terlepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi
uterus, mengkompresi pembuluh darah dan membantu proses hemostasis. Kontraksi dan retraksi
otot uterin akan mngurangi perdarahan. Selama 1 sampai 2 jam pertama post partum intensitas
kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi teratur, karena itu penting sekali menjaga dan
mempertahankan kontraksi uterus pada masa ini. Pemberian ASI segera setelah bayi lahir akan
merangsang pelepasan oksitosin karena hisapan bayi pada payudara. Selama tahap ketiga
persalinan, oksitosin menyebabkan pemisahan plasenta. Kemudian seterusnya bertindak ataas
otot yang menahan kontraksi, melepaskan plasenta dan mencegah perdarahan. Pada wanita yang
memilih menyusui bayinya, isapan sang bayi akan merangsang keluarnya oksitosin lagi dan ini
membantu uterus kembali ke bentuk normal dan pengeluaran air susu (Ambarwati, 2009)

State of The Art


Penelitian terdahulu
Dalam penelitiannya Nelwatri (2013) menggambarkan bahwa rata-rata tinggi fundus uteri pada
ibu nifas hari ke 6 yang dilakukan IMD adalah 10,54 dengan standar deviasi 1.103 dan rata rata
tinggi fundus uteri pada ibu nifas hari ke 6 yang tidak dilakukan IMD adalah 13,33 cm dengan
standar deviasi 1,129cm. Hasil uji statistik didapatkan nilai t = 8,665 dan nilai p = 0,000, berarti
dengan alpha 0,05 terlihat ada pengaruh yang signifikan terhadap tinggi fundus uteri ibu yang
dilakukan IMD dengan yang tidak dilakukan IMD. Penelitian lain yang dilakukan oleh Martini
(2012), bahwa ada hubungan yang signifikan antara ibu yang berhasil melakukan IMD terhadap
proses involusi uteri dan ibu yang tidak berhasil melakukan IMD terhadap proses involusi uteri
dengan p value < 0,05.
Penelitian Saat Ini
Penelitian saat ini dilakukan untuk melihat apakah masih terdapat hubungan yang signifikan
antara IMD terhadap proses involusi uteri yang dilakukan oleh ibu post partum.
Penelitian Masa Datang
Pada masa datang penelitian ini diarahkan untuk peningkatan minat dan pengetahuan pada ibu
post partum terkait IMD yang dapat bermanfaat bagi para praktisi dan akademisi.

Road Map Penelitian


Road map penelitian merangkum situasi pada masa lalu, saat ini, dan rencana di masa datang
mengenai progres penelitian ini.
Gambar 1
Roadmap Penelitian

Metode atau cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan ditulis tidak melebihi 600 kata.
Bagian ini dilengkapi dengan diagram alir penelitian yang menggambarkan apa yang sudah
dilaksanakan dan yang akan dikerjakan selama waktu yang diusulkan. Format diagram alir
dapat berupa file JPG/PNG. Bagan penelitian harus dibuat secara utuh dengan penahapan yang
jelas, mulai dari awal bagaimana proses dan luarannya, dan indikator capaian yang ditargetkan.
Di bagian ini harus juga mengisi tugas masing-masing anggota pengusul sesuai tahapan
penelitian yang diusulkan.
METODE
Untuk mencapai tujuan penelitian ini metode / desain penelitian yang digunakan adalah
rancangan survey cross sectional atau potong lintang. Jenis penelitian potong lintang atau cross
sectional, merupakan penelitian deskriptif dimana subjek penelitian diamati atau diukur atau
diminta jawabannya satu kali saja. Pada penelitian cross sectional atau potong lintang variabel-
variabel yang diteliti ditimpakan sekali saja pada sejumlah subjek yang menjadi sampel
penelitian dan kemudian dilihat hubungan antar variabelnya hanya berdasar satu kali pengamatan
sesaat saja. Jenis desain penelitian Cross Sectional ini di gunakan untuk mengetahui hubungan
IMD dengan proses involusi uteri pada ibu post partum di BPM MEYRISKA WR, Amd.Keb
Tahun 2019. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 35 responden ibu post
partum yang melakukan IMD di BPM MEYRISKA WR, Amd.Keb. Teknik pengambilan sampel
pada penelitian ini menggunakan metode Purposive Sampling, yaitu dipilih dari populasi
berdasarkan pertimbangan Kriteria Inklusi, Kriteria Eksklusi, dan Kriteria Drop Out (Sugiyono,
2016). Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat. Analisis univariat mendeskripsikan
setiap variabel dengan menampilkan persentase masing-masing variabel. Analisis bivariat yaitu
analisis yang dilaksanakan untuk menerangkan dan menganalisa adanya hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen dengan menggunakna uji Chi Square. Melalui uji
satatistik Chi Square akan di peroleh nilai P-value dimana didalam penelitian ini menggunakan
tingkat kemaknaan 5% (0,05). Untuk melihat ada tidaknya hubungan antara variabel dependen
dengan variabel independen serta apakah hubungan yang dihasilkan tersebut bermakna atau
tidak, jika kedua variabel tersebut mempunyai nilai P-value < 0,05 artinya terdapat hubungan
yang bermakna antara kedua variabel tersebut maka Ho ditolak dan Ha diterima, namun jika nilai
P-value > 0,05 maka tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel tersebut yang artinya
Ho diterima dan Ha ditolak dan untuk mengetahui besarnya peluang yaitu dapat dilihat dari nilai
Odds Ratio (OR), namun jika kedua variabel tersebut tidak berhubungan maka didalam
penyejian data nilai OR tidak perlu di sertakan.

Bagan Alur Penelitian

Gambar 2
Bagan Alur Penelitian

Tahap I
Anggota Peneliti I melakukan survey lokasi, identifikasi dan mengurus perijinan penelitian.
Kemudian melakukan penelitian proses involusi uteri dengan menggunakan kuesioner.
Tahap II
Peneliti bersama-sama melakukan observasi IMD terhadap proses involusi uteri. Kemudian
Peneliti melakukan pemantauan proses involusi uteri dengan kuesioner. Peneliti melakukan
pengolahan dan analisa data secara bersama-sama.
Tahap III
Peneliti membuat dan menyusun laporan penelitian beserta manuskrip artikel hasil penelitian
untuk di publikasikan pada Jurnal Nasional Terakreditasi.
Jadwal penelitian disusun dengan mengisi langsung tabel berikut dengan memperbolehkan
penambahan baris sesuai banyaknya kegiatan.
JADWAL
N November – Desember (Minggu ke-)
Nama Kegiatan
o. 2 3 4 1 2 3
Pembuatan surat
izin untuk
1 observasi data
pendahuluan
Izin ke BPM
2 MEYRISKA
WR, Amd.Keb
Kaji Etik
3
Penelitian
Pelaksanaan
4 Penelitian
Memperkaya
5 tinjauan pustaka
Mengolah dan
6 Interpretasi data
Pengumpulan
7 semua sumber
penelitian
8 Penyajian Data
Publikasi
9 Penelitian
1 Seminar Laporan
0 Akhir Penelitian

Daftar pustaka disusun dan ditulis berdasarkan sistem nomor sesuai dengan urutan pengutipan.
Hanya pustaka yang disitasi pada usulan penelitian yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
DAFTAR PUSTAKA
1. (ika, 2004; Martini, 2012; Sari, Darwin and Nurjasmi, 2014; Agustivina, 2015; Nelwatri,
2015; Wulandari, 2017; Ibrahim Dincer, Marc A. Rosen, 2019)
2. Agustivina, R. (2015) ‘Hubungan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)Keberhasilan ASI Eksklusif
di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur’, (Imd), p. 108.
3. Ibrahim Dincer, Marc A. Rosen, P. A. (2019) ‘済無 No Title No Title’, Journal of
Chemical Information and Modeling, 53(9), pp. 1689–1699. doi:
10.1017/CBO9781107415324.004.
4. ika (2004) ‘BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Konsep Teori Involusi Uteri 1. Pengertian’,
pp. 7–21. Available at:
5. http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=812.
6. Varney, et al. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. 2007. Edisi 4. Jakarta: EGC.
7. Ambarwati, E R dan Wulandari, D. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mitra
Cendika Press. Arikunto,S. 2006.
8. arney, et al. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. 2007. Edisi 4. Jakarta: EGC.
9. Ambarwati, E R dan Wulandari, D. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mitra
Cendika Press. Arikunto,S. 2006.
10. Varney, et al. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4. Jakarta: EGC.
11. Martini (2012) ‘Hubungan inisiasi..., Martini, FKM UI, 2012’.
12. Nelwatri, H. (2015) ‘Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Terhadap Involusi Uterus
Pada Ibu Bersalin Di BPS Kota Padang Tahun 2013’, Jurnal Ipteks Terapan, 8(3), pp. 83–
87. doi: 10.22216/jit.2014.v8i3.2.
13. Sari, F. N., Darwin, E. and Nurjasmi, E. (2014) ‘Hubungan Inisiasi Menyusu Dini dengan
Kadar Oksitosin dan Involusi Uteri 2 Jam Post Partum di Klinik Bersalin Swasta
Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2014’, Kesehatan Andalas, 5(1), pp. 16–19.
14. Wulandari, A. S. (2017) ‘Hubungan Umur Ibu Dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Dengan
Involusi Uteri Di Rsu Pku Muhammadiyah’, Naskah Publikasi, 1(1), pp. 1–12.
15. Elisabeth siwi walyani.asuhan kebidanan masa nifas dan menyusui.PT pustaka Baru 2017
16. Wibowo A. Metodologi Penelitian Praktis Bidang Kesehatan. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada; 2014
17. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2012
18. Wibowo A. Loc. Cit
19. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta; 2016.
20. Sujarweni W. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustakabarupress; 2014.
21. Sugiyono. Metode Penelitan Pendidikan. Bandung: Alfabeta; 2011.
22. Taniredja T. Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta; 2012.
23. Ibid. Hlm. 34
24. Sugiyono. 2016. Op. Cit.
25. Nurvenia K. Op. Cit.
26. Ibid. Hlm. 79
27. Ibid. Hlm. 80
28. Sugiyono. Metodologi Penelitian Statistika. Jakarta: Rineka Cipta; 2011
29. Ibid
30. Riduwan. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alpabeta; 2015
31. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2012
32. Rahayu, S., Suherni, T. Rujanti. (2015). Pengaruh Baby Spa terhadap Kenaikan Berat
Badan dan Perkembangan Bayi Umur 3-6 Bulan. Link Vol 11(2). 989-994.
33. Usman. (2014). Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia 3-24 bulan di daerah konflik.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol 9 (1), 44-49.0
34. UNICEF. (2012). Indonesia Laporan Tahunan 2012.
35. Kementrian Kesehatan RI. (2015). Situasi Balita Pendek.
(online).www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/situasi-balita-pendek-2016.pdf,
diakses 1 Oktober 2018)
36. Dinas Kesehatan Jawa Barat. (2012). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun
2012.Bandung : Dinkes Jawa barat.
37. Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor.2015
38. Roesli. (2010). Pedoman Pijat Bayi. Jakarta: Trubus Agriwidya.
39. Meyerhoff, SR. (2011). All about pediatric. Philadelphia: Wiliams & Wilkins.
40. Yahya, N. (2011). SPA Bayi & Anak. Solo: Metagraf
41. Prastiarini, B., Setyaningrum, I. (2017). Hubungan Frekuensi Baby Spa dengan Pertumbuhan Fisik
Bayi Usia 6-12 Bulan. Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta. 4 (1). 80-84.
42. Damayanti, M. (2016). Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) Anak. Sari Pediatri,
8(1), 9-15.
43. Setiawan, D.(2015). Pengaruh Baby Spa (Solus Per Aqua) terhadap Pertumbuhan Bayi Usia 3-4
Bulan. (Doctoral Dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
44. Noorbaya, S., Reny, D. P., & Lidia, B.(2018). Pengaruh Baby Spa terhadap peningkatan Berat
Badan pada bayi dengan Berat Badan Rendah usia 4-6 Bulan. Mahakam Midwifery Journal
(MMJ), 2 (3), 187-193.
45. Taradiva, D. (2016). Perbedaan Pengaruh Pemberian Massage Baby dan Spa Baby terhadap
Peningkatan Gross Motor Pada Bayi di Bawah Usia 6 Bulan (Doctoral dissertation, Universitas'
Aisyiyah Yogyakarta).
46. Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: PT. Alfabet.

PROPOSAL

HUBUNGAN INSIASI MENYUSUI DINI TERHADAP INVOLUSI UTERI PADA IBU POST
PARTUM DI BPM MEYRISKA WR, Amd.Keb TAHUN 2019

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat dalam menyelesaikan pendidikan Program Studi Sarjana Terapan
Kebidanan
Disusun Oleh

1. Vanny P Hukky Lena NPM : 07180100109

2. Efi Yulinda Famani NPM : 07180100110

3. Lenny C Djami Hau NPM : 07180100111

4. Maria Anyta Bara NPM: 07180100113

5. Inan Muzaina NPM : 07180100096

6. Putri Rezky Wahyuni NPM : 07180100097

7. Yurika A.S.M Lusi NPM : 07190100020

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
TAHUN 2019
Penelitian ini mengaplikasikan metodologi penelitian eksperimental dengan hasil membandingan
dua perlakuan yang diberikan kepada responden. Penelitian ini akan difokuskan pada Perawatan
Baby Massage dan Baby Spa terhadap Tumbuh Kembang Bayi Usia 6-12 Bulan. Setelah
dilakukan pengumpulan data pada bulan Agustus – Oktober 2019 di Posyandu Kenanga Kel.
Cilebut Barat Kec. Sukaraja Kab. Bogor Tahun 2019 dengan sampel penelitian berjumlah 20
Responden didapatkan hasil sebagai berikut :

Uji Normalitas
Melalui data yang didapat, peneliti melakukan uji normalitas data untuk mengetahui
apakah distribusi data normal atau tidak. Uji kenormalan data dapat diketahui dengan tiga
cara, yaitu :
1. Dilihat dari grafik histogram dan kurve normal, bila bentuknya menyerupai bel shape
maka berdistibusi normal.
2. Menggunakan nilai skiwness dan standar eror, bila nilai skiwness dibagi dengan standar
error menghasilkan angkan < 2 maka distribusinya normal.
3. Uji Kolmogorov-Smirno, jika jumlah sampel > 50 dan jika jumlah sampel < 50 maka uji
normal data yang digunakan adalah Shapiro Wilk bila hasil uji signifikan P-value > 0,05
maka distibusi normal.

Dikarenakan dalam penelitian yang dilakukan hanya menggunakan 20 bayi usia 6-12 bulan
dengan 10 bayi untuk kelompok dengan perlakuan Baby Spa dan 10 bayi untuk kelompok
dengan perlakuan Baby Massage., maka uji normalitas menggunakan Uji Shapiro Wilk.
Tabel 4.1
Uji Normalitas

Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
BB Sebelum Baby 0.929 10 0.441
Massage
BB Setelah 0.895 10 0.194
Baby Massage
PB Sebelum Baby 0.977 10 0.948
Massage
PB Setelah 0.927 10 0.416
Baby Massage
Perkembangan 0.824 10 0.028
Sebelum Baby
Massage
Perkembangan 0.731 10 0.002
Setelah
Baby Massage
BB Sebelum Baby 0.947 10 0.631
Spa
BB Setelah 0.922 10 0.376
Baby Spa
PB Sebelum Baby 0.965 10 0.839
Spa
PB Setelah 0.956 10 0.737
Baby Spa
Perkembangan 0.740 10 0.003
Sebelum Baby Spa
Perkembangan 0.366 10 0.000
Setelah
Baby Spa

Sumber : Olahan data tahun 2019

Berdasarkan tabel 4.1 hasil uji Normalitas untuk variabel Berat Badan Sebelum dan
Sesudah Baby Massage, Panjang Badan Sebelum dan Sesudah Baby Massage, Berat Badan
Sebelum dan Sesudah Baby Spa, Panjang Badan Sebelum dan Sesudah Baby Spa didapatkan
nilai sig. > 0,05 maka hasil tersebut dinyatakan berdistribusi normal. Variabel Perkembangan
Sebelum dan Sesudah Baby Massage dan Perkembangan Sebelum dan Sesudah Baby Spa
didapatkan nilai sig. < 0,05 maka hasil tersebut dinyatakan tidak berdistribusi normal.
Tabel 4.2 Perbedaan Pertumbuhan Berat Badan Bayi Usia 6-12 Sebelum dan Setelah Baby
Massage di Posyandu Kenanga Kel. Cilebut Barat Kec. Sukaraja
Kab. Bogor Tahun 2019
Variabel Sebelum dilakukan Baby Setelah dilakukan Baby
Massage Massage P
Δ Mean
Pertumbuhan N Rata- Standar N Rata- Standar Value
Berat Badan rata Deviasi rata Deviasi
Baby 10 8.330 0.9604 10 9.020 0.8483 -0.6900 0.000
Massage
Sumber : Olahan data tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.2 hasil analisis statistik dari Paired t-test pada penelitian yang
mendapatkan perlakuan berupa baby massage terhadap pertumbuhan berat badan bayi terdapat
perbedaan pertumbuhan berat badan bayi sebelum dan setelah diberikan perlakuan baby massage.
Hasil sebelum baby massage rata-rata berat badan adalah 8.330 gram dengan standar deviasi
0.9604 dan setelah dilakukan baby massage didapatkan hasil rata-rata berat badan 9.020 gram
dengan standar deviasi 0.8483 dan rata-rata mean -0.6900 dengan signifikansi P-value 0.000.
Dilihat dari hasil uji statistik nilai P value 0.000 lebih kecil daripada nilai α (taraf kesalahan)
0.05% maka disimpulkan H0 ditolak dan Hα diterima, artinya ada pengaruh baby massage
terhadap pertumbuhan berat badan bayi usia 6-12 di Posyandu Kenanga Kel. Cilebut Barat Kec.
Sukaraja Kab. Bogor Tahun 2019.

Tabel 4.3 Perbedaan Pertumbuhan Panjang Badan Bayi Usia 6-12 Sebelum dan Setelah Baby
Massage di Posyandu Kenanga Kel. Cilebut Barat Kec. Sukaraja
Kab. Bogor Tahun 2019

Sebelum dilakukan Baby Setelah dilakukan Baby


Variabel
Massage Massage
Pertumbuhan N Rata- Standar N Rata- Standar Δ Mean P Value
Panjang rata Deviasi rata Deviasi
Badan Baby
Massage 10 69.90 4.306 10 74.90 3.755 -5.000 0.000
Sumber : Olahan data tahun 2019

Berdasarkan tabel 4.3 hasil analisis statistik dari Paired t-test pada penelitian yang
mendapatkan perlakuan berupa baby massage terhadap pertumbuhan panjang badan bayi
terdapat perbedaan pertumbuhan panjang badan bayi sebelum dan setelah diberikan perlakuan
baby massage. Hasil sebelum baby massage rata-rata panjang badan adalah 69.90 cm dengan
standar deviasi 4.306 dan setelah dilakukan baby massage didapatkan hasil rata-rata
panjang badan
74.90 cm dengan standar deviasi 3.755 dan rata-rata mean -5.000 dengan signifikansi P-value
0.0. Dilihat dari hasil uji statistik nilai P value 0.000 lebih kecil daripada nilai α (taraf kesalahan)
0.05% maka disimpulkan H0 ditolak dan Hα diterima, artinya ada pengaruh baby massage
terhadap pertumbuhan panjang badan bayi usia 6-12 di Posyandu Kenanga Kel. Cilebut Barat
Kec. Sukaraja Kab. Bogor Tahun 2019.

Tabel 4.4 Perbedaan Perkembangan Bayi Usia 6-12 Sebelum dan Setelah Baby Massage di
Posyandu Kenanga Kel. Cilebut Barat Kec. Sukaraja Kab. Bogor Tahun 2019
Variabel Perkembangan Baby P value
Massage
Sebelum vs Sesudah 0.063
Sumber : Olahan data tahun 2019

Berdasarkan Tabel 4.4 yang merupakan hasil uji wilcoxon menggunakan SPSS, dapat
diketahui bahwa p value (Asymp.Sig) 2 tailed bernilai 0,063 uji wilcoxon tersebut lebih besar dari
nilai α (0.05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan perkembangan pada
bayi sebelum dan setelah diberikan perlakuan baby massage di Posyandu Kenanga Kel. Cilebut
Barat Kec. Sukaraja Kab. Bogor Tahun 2019.
Ranks
Variabel N Mean Rank Sum of Ranks
Perkembangan Setelah Negative Ranks 0 a .00 .00
Baby massage – Positive Ranks 4b 2.50 10.00
Perkembangan Sebelum Ties 6c
Baby massage Total 10
A. Perkembangan Setelah Baby Massage < Perkembangan Sebelum Baby Massage
B. Perkembangan Setelah Baby Massage > Perkembangan Sebelum Baby Massage
C. Perkembangan Setelah Baby Massage = Perkembangan Sebelum Baby Massage

Interpretasi Output : Negative Ranks atau selisih (negatif) antara Perkembangan untuk
sebelum dan Sesudah Baby Massage adalah 0, baik itu pada nilai N, Mean Rank dan Sum of
Ranks. Nilai 0 menunjukkan tidak ada penurunan (pengurangan) dari nilai sebelum ke nilai
sesudah Baby Massage. Positif Ranks atau selisih (positif) antara Perkembangan untuk sebelum
dan Sesudah Baby Massage. Disini terdapat 4 data positif (N) yang artinya ke 4 Bayi mengalami
perkembangan dari nilai sebelum ke nilai sesudah BabyMassage. Mean Rank atau rata-rata
peninkatan tersebut adalah sebesar 2.50 sedangkan jumlah ranking positif atau Sum of Rank
adalah sebesar 10.00. Ties adalah kesamaan nilai sebelum dan setelah, disini nilai Ties adalah 6,
sehinga dapat dikatakan bahwa ada 6 nilai yang sama antara sebelum dan sesudah perlakuan
baby massage.

Test Statisticsb

Perkembangan Setelah
Baby Massage –
Perkembangan Sebelum
Baby Massage
Z -1.857a
Asymp. Sig. (2-tailed) .063

Tabel 4.5 Perbedaan Pertumbuhan Berat Badan Bayi Usia 6-12 Sebelum dan Setelah Baby Spa di
Posyandu Kenanga Kel. Cilebut Barat Kec. Sukaraja
Kab. Bogor Tahun 2019
Variabel Sebelum dilakukan Baby Setelah dilakukan Baby Spa
Spa
P
N Rata- Standar N Rata- Standar Δ Mean
Pertumbuhan Value
Berat Badan rata Deviasi rata Deviasi
Baby Spa 10 8.800 0.7513 10 10.580 1.0820 -1.7800 0.000
Sumber : Olahan data tahun 2019

Berdasarkan tabel 4.5 hasil analisis statistik dari Paired t-test pada penelitian yang
mendapatkan perlakuan berupa baby spa terhadap pertumbuhan berat badan bayi terdapat
perbedaan pertumbuhan berat badan bayi sebelum dan setelah diberikan perlakuan baby spa. Hasil
sebelum baby spa rata-rata berat badan adalah 8.800 gram dengan standar deviasi 0.7513 dan
setelah dilakukan baby spa didapatkan hasil rata-rata berat badan 10.580 gram dengan standar
deviasi
1.0820 dan rata-rata mean -1.7800 dengan signifikansi P-value 0.000. Dilihat dari hasil uji statistik
nilai P value 0.000 lebih kecil daripada nilai α (taraf kesalahan) 0.05% maka disimpulkan H0
ditolak dan Hα diterima, artinya ada pengaruh baby spa terhadap pertumbuhan berat badan bayi
usia 6-12 di Posyandu Kenanga Kel. Cilebut Barat Kec. Sukaraja Kab. Bogor Tahun 2019.

Tabel 4.6 Perbedaan Pertumbuhan Panjang Badan Bayi Usia 6-12 Sebelum dan Setelah Baby Spa
di Posyandu Kenanga Kel. Cilebut Barat Kec. Sukaraja Kab. Bogor Tahun 2019

Variabel Sebelum dilakukan Baby Spa Setelah dilakukan Baby Spa


P
Pertumbuhan N Rata- Standar N Rata- Standar Δ Mean
Value
Panjang Badan rata Deviasi rata Deviasi
Baby Spa 10 72.10 2.726 10 78.80 2.781 -6.700 0.000
Olahan data tahun 2019

Berdasarkan tabel 4.6 hasil analisis statistik dari Paired t-test pada penelitian yang
mendapatkan perlakuan berupa baby spa terhadap pertumbuhan panjang badan bayi terdapat
perbedaan pertumbuhan panjang badan bayi sebelum dan setelah diberikan perlakuan baby spa.
Hasil sebelum baby spa rata-rata panjang badan adalah 72.10 cm dengan standar deviasi 2.726 dan
setelah dilakukan baby spa didapatkan hasil rata-rata panjang badan 78.80 cm dengan standar
deviasi 2.781 dan rata-rata mean -6.700 dengan signifikansi P-value 0.000. Dilihat dari hasil uji
statistik nilai P value 0.000 lebih kecil daripada nilai α (taraf kesalahan) 0.05% maka disimpulkan
H0 ditolak dan Hα diterima, artinya ada pengaruh baby spa terhadap pertumbuhan panjang
badan bayi usia 6-12 di Posyandu Kenanga Kel. Cilebut Barat Kec. Sukaraja Kab. Bogor Tahun
2019.

Tabel 4.7 Perbedaan Perkembangan Bayi Usia 6-12 Sebelum dan Setelah Baby Spa di Posyandu
Kenanga Kel. Cilebut Barat Kec. Sukaraja Kab. Bogor Tahun 2019
Variabel Perkembangan Baby Spa P value
Sebelum vs Sesudah 0.059
Olahan data tahun 2019

Tabel 4.7 tersebut merupakan uji wilcoxon menggunakan SPSS, Dapat diketahui bahwa p
value (Asymp.Sig) 2 tailed bernilai 0,059 uji wilcoxon tersebut lebih besar dari nilai α (0.05)
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan perkembangan pada bayi sebelum
dan setelah diberikan perlakuan baby spa di Posyandu Kenanga Kel. Cilebut Barat Kec. Sukaraja
Kab. Bogor Tahun 2019.

Ranks
Variabel N Mean Rank Sum of Ranks
Perkembangan Setelah Negative Ranks 0a .00 .00
Baby Spa – Perkembangan Positive Ranks 4b 2.50 10.00
Sebelum Baby Spa Ties 6c
Total 10
A. Perkembangan Setelah Baby Spa < Perkembangan Sebelum Baby Spa
B. Perkembangan Setelah Baby Spa > Perkembangan Sebelum Baby Spa
C. Perkembangan Setelah Baby Spa = Perkembangan Sebelum Baby Spa
Interpretasi Output : Negative Ranks atau selisih (negatif) antara Perkembangan untuk
sebelum dan Sesudah Baby Spa adalah 0, baik itu pada nilai N, Mean Rank dan Sum of Ranks.
Nilai 0 menunjukkan tidak ada penurunan (pengurangan) dari nilai sebelum ke nilai sesudah
Baby Spa. Positif Ranks atau selisih (positif) antara Perkembangan untuk sebelum dan Sesudah
Baby Spa. Disini terdapat 4 data positif (N) yang artinya ke 4 Bayi mengalami perkembangan
dari nilai sebelum ke nilai sesudah Baby Spa. Mean Rank atau rata-rata peninkatan tersebut
adalah sebesar
2.50 sedangkan jumlah ranking positif atau Sum of Rank adalah sebesar 10.00. Ties adalah
kesamaan nilai sebelum dan setelah, disini nilai Ties adalah 6, sehinga dapat dikatakan bahwa
ada 6 nilai yang sama antara sebelum dan sesudah perlakuan baby spa.
Test Statisticsb

Perkembangan Setelah
Baby Spa –
Perkembangan Sebelum
Baby Spa
Z -1.890a
Asymp. Sig. (2-tailed) .059

Tabel 4.8 Perbedaan Pertumbuhan Berat Badan Bayi Setelah Baby Massage dan Baby Spa di
Posyandu Kenanga Kel. Cilebut Barat Kec. Sukaraja Kab. Bogor Tahun 2019
Setelah baby massage Setelah baby spa Signifikansi
Δ Δ P Value
Mean Mean

9.020 10.580 0.002


Olahan data tahun 2019

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukan hasil beda rata-rata berat badan setelah baby massage
didapatkan hasil 9.020 gram dan setelah baby spa didapatkan 10.580 gram yang berarti lebih
besar peningkatan berat badan bayi yang di spa daripada bayi yang dilakukan massage. Serta
nilai p value 0.002 lebih kecil daripada nilai α (taraf kesalahan) 0.05% maka disimpulkan H0
ditolak dan Hα diterima, artinya ada pengaruh baby spa dibandingkan baby massage terhadap
pertumbuhan berat badan bayi usia 6-12 di Posyandu Kenanga Kel. Cilebut Barat Kec. Sukaraja
Kab. Bogor Tahun 2019.

Tabel 4.9 Perbedaan Pertumbuhan Panjang Badan Bayi Setelah Baby Massage dan Baby Spa di
Posyandu Kenanga Kel. Cilebut Barat Kec. Sukaraja Kab. Bogor Tahun 2019
Setelah baby massage Setelah baby spa Signifikansi
Δ Δ P Value
Mean Mean
74.90 78.80 0.017
Olahan data tahun 2019

Berdasarkan tabel 4.9 menunjukan hasil beda rata-rata panjang badan setelah baby
massage didapatkan hasil 74.90 cm dan setelah baby spa didapatkan 78.80 gram yang berarti
lebih
besar peningkatan panjang badan bayi yang di spa daripada bayi yang dilakukan massage. Serta
nilai p value 0.017 lebih kecil daripada nilai α (taraf kesalahan) 0.05% maka disimpulkan H0
ditolak dan Hα diterima, artinya ada pengaruh baby spa dibandingkan baby massage terhadap
pertumbuhan panjang badan bayi usia 6-12 di Posyandu Kenanga Kel. Cilebut Barat Kec.
Sukaraja Kab. Bogor Tahun 2019.

Tabel 4.10 Perbedaan Perkembangan Bayi Setelah Baby Massage dan Baby Spa di
Posyandu Kenanga Kel. Cilebut Barat Kec. Sukaraja Kab. Bogor Tahun 2019
Setelah baby massage Setelah baby spa Signifikansi
Mean Rank Mean Rank P Value

8.95 12.05 0.121


Olahan data tahun 2019
Tabel 4.10 menunjukkan hasil analisis 14tatistic dari uji Mann Whitney bahwa Mean Rank atau
rata –rata perkembangan pada kelompok Baby Massage 8.95 lebih rendah dibandingkan dengan
kelompok Baby Spa yaitu sebesar 12.05, Nilai P Value sebesar 0.121> 0.05. Apabila Nilai p value> 0.05
maka tidak terdapat perbedaan bermakna antara perkembangan kelompok yang di baby massage
dengan kelompok yang di baby spa.
BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Perbedaan Pertumbuhan Berat Badan Bayi Usia 6-12 Sebelum dan Setelah Baby Massage
di Posyandu Kenanga Kel. Cilebut Barat Kec. Sukaraja Kab. Bogor Tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.2 hasil analisis statistik dari Paired t-test pada penelitian yang
mendapatkan perlakuan berupa baby massage terhadap pertumbuhan berat badan bayi
terdapat perbedaan pertumbuhan berat badan bayi sebelum dan setelah diberikan perlakuan
baby massage. Hasil sebelum baby massage rata-rata berat badan adalah 8.330 gram dengan
standar deviasi 0.9604 dan setelah dilakukan baby massage didapatkan hasil rata-rata berat
badan
9.020 gram dengan standar deviasi 0.8483 dan rata-rata mean -0.6900 dengan signifikansi P-
value 0.000. Dilihat dari hasil uji statistik nilai P value 0.000 lebih kecil daripada nilai α (taraf
kesalahan) 0.05% maka disimpulkan H0 ditolak dan Hα diterima, artinya ada pengaruh
baby massage terhadap pertumbuhan berat badan
bayi usia 6-12 di Posyandu Kenanga Kel. Cilebut Barat Kec. Sukaraja Kab. Bogor Tahun
2019. Sejalan dengan teori (Roesli, 2013) bahwa salah satu manfaat pijat bayi yaitu dapat
menaikan berat badan bayi dengan pijat dapat menimbulkan efek biokimia dan fisik yang
positif. Karena, bayi mendapatkan pijatan pada bagian abdomen dimana pemijatan ini dapat
memperlancar proses pencernaan bayi. Pijat bayi menyebabkan peningkatan aktivitas nervus
vagus dan akan merangsang hormon pencernaan antara lain insulin dan gastrin. Insulin
memegang peranan penting pada metabolisme, menyebabkan kenaikan metabolisme
karbohidrat, penyimpanan glikogen, sintesa asam lemak, asam amino, sintesa protein. Jadi,
insulin merupakan suatu hormon anabolic penting peningkatan insulin dan gastrin
dapat merangsang fungsi pencernaan sehingga penyerapan terhadap sari makanan menjadi
lebih baik, penyerapan makanan yang lebih baik akan menyebabkan bayi cepat lapar. Hasil
penelitian (Palupi & Pratiwi, 2018) didapatkan ada pengaruh baby massage terhadap
pertumbuhan berat badan bayi usia 4-12 bulan di Kelurahan Purwokinanti, Pakualaman
Yogyakarta tahun 2017 dan terdapat perbedaan pertumbuhan berat badan bayi yang
signifikan antara sebelum dan setelah diberikan perlakuan baby massage.

5.2 Perbedaan Pertumbuhan Panjang Badan Bayi Usia 6-12 Sebelum dan Setelah Baby
Massage di Posyandu Kenanga Kel. Cilebut Barat Kec. Sukaraja Kab. Bogor Tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.3 hasil analisis statistik dari Paired t-test pada penelitian yang
mendapatkan perlakuan berupa baby massage terhadap pertumbuhan panjang badan bayi
terdapat perbedaan pertumbuhan panjang badan bayi sebelum dan setelah diberikan perlakuan
baby massage. Hasil sebelum baby massage rata-rata panjang badan adalah 69.90 cm dengan
standar deviasi 4.306 dan setelah dilakukan baby massage didapatkan hasil rata-rata panjang
badan 74.90 cm dengan standar deviasi 3.755 dan rata-rata mean -5.000 dengan signifikansi
P-value 0.000. Dilihat dari hasil uji statistik nilai P value 0.000 lebih kecil daripada nilai α
(taraf kesalahan) 0.05% maka disimpulkan H0 ditolak dan Hα diterima, artinya ada pengaruh
baby massage terhadap pertumbuhan panjang badan bayi usia 6-12 di Posyandu Kenanga
Kel. Cilebut Barat Kec. Sukaraja Kab. Bogor Tahun 2019. Hal ini sejalan dengan penelitian
Diana dan Fauziah (2018) didapatkan hasil Pemberian pijatan dan latihan gerak dapat
meningkatkan secara perkembangan fisik dan kecerdasan bayi mulai dari bayi lahir hingga
dengan bayi usia 6 bulan terjadinya peningkatan tinggi badan yang signifikan pada bayi yang
diberikan terapi sentuhan berupa pijat bayi dibandingkan dengan bayi yang tidak
mendapatkannya. Pengurangan sensasi taktil akan meningkatkan pengeluaran suatu
neurochemical beta-endhorphine. Sehingga bila terjadi pengurangan sensasi taktil juga akan
mengurangi pembentukan hormon pertumbuhan, karena menurunnya jumlah dan kepekaan
dari aktivitas ODC (Ornithine Decarboxylase) jaringan. Dimana ODC sebagai pemicu
hormon pertumbuhan sangat berpengaruh terhadap proses pertumbuhan yang tidak responsif
terhadap hormon tertentu, melainkan hanya merespon secara aktif terhadap stimulasi.
Sehingga stimulasi sentuhan ataupun pijat bayi sangat membantu peningkatan responsif dari
ODC (BAYI, n.d.)

5.3 Perbedaan Perkembangan Bayi Usia 6-12 Sebelum dan Setelah Baby Massage di
Posyandu Kenanga Kel. Cilebut Barat Kec. Sukaraja Kab. Bogor Tahun 2019
Berdasarkan Tabel 4.4 yang merupakan hasil uji wilcoxon menggunakan SPSS, dapat
diketahui bahwa p value (Asymp.Sig) 2 tailed bernilai 0,063 uji wilcoxon tersebut lebih besar
dari nilai α (0.05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan perkembangan
pada bayi sebelum dan setelah diberikan perlakuan baby massage di Posyandu Kenanga Kel.
Cilebut Barat Kec. Sukaraja Kab. Bogor Tahun 2019. Positif Ranks atau selisih (positif)
antara Perkembangan untuk sebelum dan Sesudah Baby Massage. Disini terdapat 4 data
positif (N) yang artinya ke 4 Bayi mengalami perkembangan dari nilai sebelum ke nilai
sesudah BabyMassage. Mean Rank atau rata-rata peninkatan tersebut adalah sebesar 2.50
sedangkan jumlah ranking positif atau Sum of Rank adalah sebesar 10.00. Ties adalah
kesamaan nilai sebelum dan setelah, disini nilai Ties adalah 6, sehinga dapat dikatakan bahwa
ada 6 nilai yang sama antara sebelum dan sesudah perlakuan baby massage. Fakta ini tidak
sejalan dengan pendapat (Roesli, 2013) yang menyatakan pijat bayi mempunyai banyak
manfaat diantaranya meningkatkan hubungan emosi antara orangtua dan bayi sehingga dapat
menstimulus perkembangan personal sosial bayi, selain itu gerakan remasan pada pijat bayi
berfungsi untuk menguatkan otot bayi sehingga dapat menstimulus perkembangan
motoriknya. Hal ini pun tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Sari, 2014)
tentang efektifitas baby massage terhadap perkembangan dan pertumbuhan bayi usia 6 bulan.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa baby massage efektif digunakan berpengaruh untuk
memaksimalkan perkembangan dan pertumbuhan bayi usia 6 bulan.

5.4 Perbedaan Pertumbuhan Berat Badan Bayi Usia 6-12 Sebelum dan Setelah Baby Spa di
Posyandu Kenanga Kel. Cilebut Barat Kec. Sukaraja Kab. Bogor Tahun 2019

Berdasarkan tabel 4.5 hasil analisis statistik dari Paired t-test pada penelitian yang
mendapatkan perlakuan berupa baby spa terhadap pertumbuhan berat badan bayi terdapat
perbedaan pertumbuhan berat badan bayi sebelum dan setelah diberikan perlakuan baby spa.
Hasil sebelum baby spa rata-rata berat badan adalah 8.800 gram dengan standar deviasi
0.7513 dan setelah dilakukan baby spa didapatkan hasil rata-rata berat badan 10.580 gram
dengan standar deviasi 1.0820 dan rata-rata mean -1.7800 dengan signifikansi P-value 0.000.
Dilihat dari hasil uji statistik nilai P value 0.000 lebih kecil daripada nilai α (taraf kesalahan)
0.05% maka disimpulkan H0 ditolak dan Hα diterima, artinya ada pengaruh baby spa
terhadap pertumbuhan berat badan bayi usia 6-12 di Posyandu Kenanga Kel. Cilebut Barat
Kec. Sukaraja Kab. Bogor Tahun 2019. Hal ini sejalan dengan teori menurut (Aditya, 2014),
Pentingnya memberikan stimulasi yang tepat bagi bayi untuk mendukung pertumbuhan pada
masa tumbuh kembang dapat dilakukan dengan baby spa. Peningkatan pertumbuhan yang
terjadi pada bayi yang telah mengikuti baby spayaitu, nafsu makan bayi semakin
meningkatsehingga berat badan
bayi semakin bertambah dan bayi terlihat sehat serta mengalami peningkatan baik dari berat
badan, tinggi badan, dan lingkar kepala jika dibandingkan dengan bayi dengan usia yang sama
yang tidak diberi perlakuan baby spa. Hal ini sejalan dengan penelitian (Palupi & Pratiwi,
2018) didapatkan bahwa ada pengaruh baby spa terhadap pertumbuhan berat badan bayi usia
4-12 bulan di Kelurahan Purwokinanti, Pakualaman Yogyakarta tahun 2017 dan terdapat
perbedaan berat badan yang signifikan pada bayi sebelum dan setelah perlakuan baby spa.

5.5 Perbedaan Pertumbuhan Panjang Badan Bayi Usia 6-12 Sebelum dan Setelah Baby Spa di
Posyandu Kenanga Kel. Cilebut Barat Kec. Sukaraja Kab. Bogor Tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.6 hasil analisis statistik dari Paired t-test pada penelitian yang
mendapatkan perlakuan berupa baby spa terhadap pertumbuhan panjang badan bayi terdapat
perbedaan pertumbuhan panjang badan bayi sebelum dan setelah diberikan perlakuan baby
spa. Hasil sebelum baby spa rata-rata panjang badan adalah 72.10 cm dengan standar deviasi
2.726 dan setelah dilakukan baby spa didapatkan hasil rata-rata panjang badan 78.80 cm
dengan standar deviasi 2.781 dan rata-rata mean -6.700 dengan signifikansi P-value 0.000.
Dilihat dari hasil uji statistik nilai P value 0.000 lebih kecil daripada nilai α (taraf kesalahan)
0.05% maka disimpulkan H0 ditolak dan Hα diterima, artinya ada pengaruh baby spa
terhadap pertumbuhan panjang badan bayi usia 6-12 di Posyandu Kenanga Kel. Cilebut Barat
Kec. Sukaraja Kab. Bogor Tahun 2019. Sejalan dengan penelitian (Setiawan, 2015) baby spa
berpengaruh terhadap pertumbuhan (tinggi badan dan berat badan) bayi di Surakarta. Setelah
bayi melakukan treatment baby spa nafsu makan bayi akan meningkat dan pola tidur bayi
akan menjadi lebih baik sehingga bayi mengalami peningkatan berat badan yang lebih baik
dari massage bayi yang bersifat relaksasi. a bayi. Dengan bermain air otot-otot bayi akan
berkembang dengan sangat baik, persendian tubuh akan bekerja secara optimal, pertumbuhan
badan meningkat dan tubuhpun menjadi lentur. Dengan kata lain gerakan di dalam air semua
anggota tubuh bayi akan terlatih, karena seluruh anggota tubuh digerakkan mulai dari kaki,
tangan, hingga kepala walaupun gerakannya belum sempurna (Yahya, 2011).

5.6 Perbedaan Perkembangan Bayi Usia 6-12 Sebelum dan Setelah Baby Spa di Posyandu
Kenanga Kel. Cilebut Barat Kec. Sukaraja Kab. Bogor Tahun 2019
Berdasarkan Tabel 4.7 tersebut merupakan uji wilcoxon menggunakan SPSS, Dapat diketahui
bahwa p value (Asymp.Sig) 2 tailed bernilai 0,059 uji wilcoxon tersebut lebih besar dari nilai
α (0.05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan perkembangan pada bayi
sebelum dan setelah diberikan perlakuan baby spa di Posyandu Kenanga Kel. Cilebut Barat
Kec. Sukaraja Kab. Bogor Tahun 2019. Positif Ranks atau selisih (positif) antara
Perkembangan untuk sebelum dan Sesudah Baby Spa. Disini terdapat 4 data positif (N) yang
artinya ke 4 Bayi mengalami perkembangan dari nilai sebelum ke nilai sesudah Baby Spa.
Mean Rank atau rata- rata peninkatan tersebut adalah sebesar 2.50 sedangkan jumlah ranking
positif atau Sum of Rank adalah sebesar 10.00. Ties adalah kesamaan nilai sebelum dan
setelah, disini nilai Ties adalah 6, sehinga dapat dikatakan bahwa ada 6 nilai yang sama antara
sebelum dan sesudah perlakuan baby spa. Berdasarkan hasil penelitian (Firdaus, 2019)
dijelaskan tentang perkembangan bayi usia 3-9 bulan di puskesmas Socah Bangkalan
menunjukkan bahwa ada perbedaan perkembangan bayi sebelum dilakukan baby spa dengan
perkembangan bayi sesudah dilakukan baby spa.Spa memiliki beberapa manfaat antara lain :
pola tidur teratur, pengenalan terhadap lingkungan serta ketenangan emosi lebih baik,
memperbaiki sistem imunitas sehingga
membuat bayi menjadi sehat, memperlancar peredaran darah dan membantu menguatkan otot-
otot bayi, mencegah bayi mengalami kembung dan kolik, mempengaruhi personal sosial yang
dalam hal ini adalah interaksi sosial, Mempengaruhi kemampuan berbahasa yang
mencerminkan kemampuan intelektual atau kecerdasannya serta komunikasi nonverbal sangat
penting karena membantu perkembangan sel sensorik (Tim Galenia, 2014).

5.7 Perbedaan Pertumbuhan Berat Badan Bayi Setelah Baby Massage dan Baby Spa di
Posyandu Kenanga Kel. Cilebut Barat Kec. Sukaraja Kab. Bogor Tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.8 menunjukan hasil beda rata-rata berat badan setelah baby massage
didapatkan hasil 9.020 gram dan setelah baby spa didapatkan 10.580 gram yang berarti lebih
besar peningkatan berat badan bayi yang di spa daripada bayi yang dilakukan massage. Serta
nilai p value 0.002 lebih kecil daripada nilai α (taraf kesalahan) 0.05% maka disimpulkan H0
ditolak dan Hα diterima, artinya ada pengaruh baby spa dibandingkan baby massage terhadap
pertumbuhan berat badan bayi usia 6-12 di Posyandu Kenanga Kel. Cilebut Barat Kec.
Sukaraja Kab. Bogor Tahun 2019. Hal ini sejalan dengan penelitian (Puteri, Taufik, & Nurul,
2019) Perbedaan hasil uji beda pada ke dua kelompok menunjukkan setelah pemberian
treatment baby spa ada perbedaan kenaikan berat badan bayi sebelum dan sesudah dilakukan
baby spa pada kelompok perlakuan sedangkan setelah treatment pijat bayi tidak ada perbedaan
kenaikan berat badan bayi sebelum dan sesudah dilakukan pijat bayi pada kelompok kontrol
dan pada uji pengaruh kedua kelompok didapatkan hasil ada pengaruh pemberian intervensi
pada kedua kelompok. Hal ini dikarenakan intervensi baby spa pada kelompok perlakuan dan
massage pada kelompok kontrol, sama-sama mempunyai manfaat yang sama untuk
meningkatkan berat badan bayi.Hal ini sejalan dengan penelitian (Setiawan, 2015) Baby spa
lebih terbukti meningkatkan berat badan karena pada saat baby spa bayi mengeluarkan energi
yang lebih besar pada saat melakukan berenang selama 15 menit dengan media air hangat
sehingga bayi mengeluarkan energi dalam tubuh yang lebih banyak, setelah bayi melakukan
treatment baby spanafsu makan bayi akan meningkat dan pola tidur bayi akan menjadi lebih
baik sehingga bayi mengalami peningkatan berat badan yang lebih baik dari massage
bayiyang bersifat relaksasi.

5.8 Perbedaan Pertumbuhan Panjang Badan Bayi Setelah Baby Massage dan Baby Spa di
Posyandu Kenanga Kel. Cilebut Barat Kec. Sukaraja Kab. Bogor Tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.9 menunjukan hasil beda rata-rata panjang badan setelah baby
massage didapatkan hasil 74.90 cm dan setelah baby spa didapatkan 78.80 gram yang berarti
lebih besar peningkatan panjang badan bayi yang di spa daripada bayi yang dilakukan
massage. Serta nilai p value 0.017 lebih kecil daripada nilai α (taraf kesalahan) 0.05% maka
disimpulkan H0 ditolak dan Hα diterima, artinya ada pengaruh baby spa dibandingkan baby
massage terhadap pertumbuhan panjang badan bayi usia 6-12 di Posyandu Kenanga Kel.
Cilebut Barat Kec. Sukaraja Kab. Bogor Tahun 2019. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
(Asih & WS, 2019) bahwa terlihat ada perbedaan yang signifikan rerata panjang badan bayi
antara bayi yang dilakukan baby massage and spa dengan bayi yang tidak dilakukan baby
massage and spa. Hasil ini sesuai dengan teori (Tim Galenia, 2014) bahwa manfaat baby spa
adalah mengoptimalkan pertumbuhan fisik anak seperti menjadikan berat badan dan tinggi
badan anak menjadi normal sesuai dengan anjuran dari Kementerian Kesehatan dalam tabel
pertumbuhan fisik normal. Baby spa juga mempunyai manfaat yang terdiri dari manfaat baby
swim (berenang) dan manfaat massage (pijat). Manfaat baby swim itu sendiri yaitu untuk
merangsang gerakan motorik pada
bayi sehingga otot-otot bayi akan berkembang dengan sangat baik, persendian tubuh akan
bekerja secara optimal yang mengakibatkan pertumbuhan badan meningkat secara optimal.
Hal ini sesuai teori dari (Tim Galenia, 2014) mengatakan bahwa manfaat dari baby swim
(berenang) itu sendiri merangsang gerakan motorik, pertumbuhan badan meningkat dan
tubuhpun menjadi lentur.

5.9 Perbedaan Perkembangan Bayi Setelah Baby Massage dan Baby Spa di Posyandu
Kenanga Kel. Cilebut Barat Kec. Sukaraja Kab. Bogor Tahun 2019
Berdasarkan Tabel 4.10 menunjukkan hasil analisis statistik dari uji Mann Whitney
bahwa Mean Rank atau rata –rata perkembangan pada kelompok Baby Massage 8.95 lebih
rendah dibandingkan dengan kelompok Baby Spa yaitu sebesar 12.05, Nilai P Value sebesar
0.121>
0.05. Apabila Nilai p value> 0.05 maka tidak terdapat perbedaan bermakna antara
perkembangan kelompok yang di baby massage dengan kelompok yang di baby spa. Hal ini
dikarenakan dari kelompok perlakuan baby massage dan baby spa ada 6 nilai yang sama
antara setelah baby massage dan setelah perlakuan baby spa. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian (Naufal & Artika, 2019) Hasil uji independent t-test yang tujuannya untuk
mengetahui perbandingan peningkatan motorik kasar pada kelompok baby massage dan
kelompok baby spa, hasil menunjukkan bahwa pada kelompok baby massage nilai p = 0,562
berarti Ha ditolak. Sedangkan pada kelompok baby spa nilai p = 0,562 berarti Ha ditolak.
Kedua nilai ini menunjukkan bahwa tidak terdapat adanya perbedaan pada kelompok baby
massage dan kelompok baby spa terhadap peningkatan motorik kasar pada bayi usia 4-6
bulan.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya
mengenai Perdedaan Baby Spa dan Baby Massage terhadap Tumbuh Kembang Bayi Usia 6-12
Bulan di Posyandu Kenanga Kel. Cilebut Barat Kec. Sukaraja Kab. Bogor Tahun 2019
didapatkan kesimpulan :
1.Ada perbedaan pertumbuhan berat badan bayi sebelum dan setelah diberikan perlakuan
baby massage di Posyandu Kenanga Kel. Cilebut Barat Kec. Sukaraja Kab. Bogor Tahun
2019 , hasil sebelum dilakukan baby massage rata-rata berat badan adalah 8.330 gram
dengan standar deviasi 0.9604 dan setelah dilakukan baby massage didapatkan hasil rata-
rata berat badan 9.020 gram dengan standar deviasi 0.8483. Hasil beda rata-rata mean
-0.6900 dan P-value didapatkan 0.000.
2. Ada perbedaan pertumbuhan panjang badan bayi sebelum dan setelah diberikan
perlakuan baby massage di Posyandu Kenanga Kel. Cilebut Barat Kec. Sukaraja Kab. Bogor
Tahun 2019, hasil sebelum dilakukan baby massage rata-rata panjang badan adalah 69.90
cm dengan standar deviasi 4.306 dan setelah dilakukan baby massage didapatkan hasil
rata-rata panjang badan 74.90 cm dengan standar deviasi 3.755. Hasil beda rata-rata
mean -5.000 dan P-value didapatkan 0.000.
3. Tidak terdapat perbedaan perkembangan pada bayi sebelum dan setelah diberikan
perlakuan baby massage di Posyandu Kenanga Kel. Cilebut Barat Kec. Sukaraja Kab. Bogor
Tahun 2019. Disini terdapat 4 data positif (N) yang artinya ke 4 Bayi mengalami
perkembangan dari nilai sebelum ke nilai sesudah BabyMassage. Mean Rank atau rata-
rata peninkatan tersebut adalah sebesar 2.50 sedangkan jumlah ranking positif atau Sum
of Rank adalah sebesar 10.00. Ties adalah kesamaan nilai sebelum dan setelah, disini nilai
Ties adalah 6, sehinga dapat dikatakan bahwa ada 6 nilai yang sama antara sebelum dan
sesudah perlakuan baby massage.
4. Ada perbedaan pertumbuhan berat badan bayi sebelum dan setelah diberikan perlakuan
baby spa di Posyandu Kenanga Kel. Cilebut Barat Kec. Sukaraja Kab. Bogor Tahun 2019,
hasil sebelum baby spa rata-rata berat badan adalah 8.800 gram dengan standar deviasi
0.7513 dan setelah dilakukan baby spa didapatkan hasil rata-rata berat badan 10.580
gram dengan standar deviasi 1.0820. Hasil beda rata-rata mean -1.7800 dan P-value
didapatkan 0.000.
5. Ada perbedaan pertumbuhan panjang badan bayi sebelum dan setelah diberikan
perlakuan baby spa di Posyandu Kenanga Kel. Cilebut Barat Kec. Sukaraja Kab. Bogor
Tahun 2019, hasil sebelum baby spa rata-rata panjang badan adalah 72.10 cm dengan
standar deviasi 2.726 dan setelah dilakukan baby spa didapatkan hasil rata-rata panjang
badan 78.80 cm dengan standar deviasi 2.781. Hasil beda rata-rata mean -6.700 dan P-
value didapatkan 0.000.
6. Tidak terdapat perbedaan perkembangan pada bayi sebelum dan setelah diberikan
perlakuan baby spa di Posyandu Kenanga Kel. Cilebut Barat Kec. Sukaraja Kab. Bogor
Tahun 2019. Positif Ranks atau selisih (positif) antara Perkembangan untuk sebelum dan
Sesudah Baby Spa. Disini terdapat 4 data positif (N) yang artinya ke 4 Bayi mengalami
perkembangan dari nilai sebelum ke nilai sesudah Baby Spa. Mean Rank atau rata-rata
peninkatan tersebut
adalah sebesar 2.50 sedangkan jumlah ranking positif atau Sum of Rank adalah sebesar
10.00. Ties adalah kesamaan nilai sebelum dan setelah, disini nilai Ties adalah 6,
sehinga dapat dikatakan bahwa ada 6 nilai yang sama antara sebelum dan sesudah
perlakuan baby spa.
7. Baby Spa lebih baik untuk meningkatkan berat badan bayi di Posyandu Kenanga Kel.
Cilebut Barat Kec. Sukaraja Kab. Bogor Tahun 2019 dengan hasil beda rata-rata berat
badan setelah baby massage didapatkan hasil 9.020 gram dan setelah baby spa
didapatkan 10.580 gram yang berarti lebih besar peningkatan berat badan bayi yang
di spa daripada bayi yang dilakukan massage dan nilai p value 0.002.
8. Baby Spa lebih baik untuk meningkatkan panjang badan bayi di Posyandu Kenanga
Kel. Cilebut Barat Kec. Sukaraja Kab. Bogor Tahun 2019 dengan hasil beda rata-rata
panjang badan setelah baby massage didapatkan hasil 74.90 cm dan setelah baby
spa didapatkan
78.80 gram yang berarti lebih besar peningkatan panjang badan bayi yang di spa
daripada bayi yang dilakukan massage dan nilai p value 0.017.
9. Baby massage dan baby spa sama-sama baik untuk meningkatkan perkembangan
bayi di Posyandu Kenanga Kel. Cilebut Barat Kec. Sukaraja Kab. Bogor Tahun 2019
dengan nilai Mean Rank atau rata –rata perkembangan pada kelompok Baby
Massage 8.95 lebih rendah dibandingkan dengan kelompok Baby Spa yaitu sebesar
12.05, namun pada Nilai P Value didapatkan 0.121. Hal ini dikarenakan dari
kelompok perlakuan baby massage dan baby spa ada 6 nilai yang sama antara
setelah baby massage dan setelah perlakuan baby spa.

6.2 Saran
1. Bagi Orang Tua
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatan pengetahuan pada ibu tentang
pentingnya Baby Spa untuk meningkatkan pertumbuhan (berat badan dan panjang badan)
bayi, sedangkan untuk perkembangan bayi dapat melakukan stimulasi baby massage dan
baby spa.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi dasar bagi petugas kesehatan untuk pro aktif
dalam melakukan pendeteksian dini tumbuh kembang anak dan diharapkan untuk dapat
memberikan pelatihan dan pengetahuan tentang baby massage dan baby spa kepada
orang tua.
3. Bagi STIKES Indonesia Maju
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tambahan pada STIKES
Indonesia Maju sehingga dapat diterapkan sebagai salah satu materi pembelajaran bagi
mahasiswa untuk dapat lebih mengetahui tentang pentingnya stimulasi baby massage dan
baby spa.
4. Peneliti Selanjutnya
Disarankan perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang stimulasi baby massage dan baby spa diluar dari variabel yang
diteliti sehingga penelitian selanjutnya dapat dilakukan secara mendalam baik melalui pendekatan kuantitatif dengan
multivariate maupun pendekatan kualitatif dengan wawancara secara mendalam.

Anda mungkin juga menyukai