Anda di halaman 1dari 163

SKRIPSI

PENGARUH PERSEPSI REMAJA, PERSONAL HYGIENE HABITS

DAN PERAN TENAGA KESEHATAN TERHADAP FLUOR

ALBUS PADA REMAJA PUTRI DI SMA 13

BEKASITAHUN 2019

Diajukan untuk memenuhi sebagia syarat dalam menyelesaikan pendidikan


Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan

Disusun oleh :
Theresia Kurnia Van
07180100023

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


DEPARTEMEN KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN INDONESAI MAJU
TAHUN 2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul:

Pengaruh Persepsi Remaja, Personal Hygiene Habits Dan Peran Tenaga


Kesehatan Terhadap Fluor Albus Pada Remaja Putri
Di SMAN 13 Bekasi Tahun 2019

Disusun Oleh:
Theresia Kurnia Van
07180100023

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing untuk diajukan
dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kebidanan Program
Sarjana Terapan Departemen kebidanan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju

Jakarta, 9 Maret 2020


Menyetujui
Pembimbing

(Retno Sugesti, S.ST., M.Kes)

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul:

Pengaruh Persepsi Remaja, Personal Hygiene Habits Dan Peran Tenaga


Kesehatan Terhadap Fluor Albus Pada Remaja Putri
Di SMAN 13 Bekasi Tahun 2019

Disusun Oleh:
Theresia Kurnia Van
07180100023

Skripsi ini telah disetujui dan dipertahankan dihadapan Tim


Penguji Skripsi Program Studi Kebidanan Program Sarjana
Terapan Departemen kebidanan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Indonesia Maju

Jakarta, 9 Maret 2020


Menyetujui
Pembimbing Penguji

(Retno Sugesti, S.ST., M.Kes) (Jesy Fatimah, S.ST, M.Kes)

Mengetahui,
Kepala Departemen Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju

(Hidayani, AM.Keb., SKM., MKM)

iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Theresia Kurnia Van

NPM : 07180100023

Program studi : Kebidanan Program Sarjana Terapan

Menyatakan bahwa, skripsi saya yang berjudul:

“Pengaruh Persepsi, Personal Hygiene Habits Dan Peran Tenaga Kesehata

Terhadap Fluor Albus Pada Remaja Putri Di Sman 13 Bekasi Tahun 2019” adalah

benar merupakan hasil karya saya sendiri dan tidak melakukan plagiat hasil karya

orang lain.

Apabila suatu saat terbukti saya melakukan plagiat, saya bersedia menerima

sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa paksaan

dari pihak manapun.

Jakarta, 9 Maret 2020

Theresia Kurnia Van

iv
LEMBAR RIWAYAT HIDUP

Biodata Diri

Nama : Theresia Kurnia Van

Usia : 23 tahun

Agama : Khatolik

Alamat : Jalan Syukur No 82a wisma yasmin Jakarta Selatan

No. Hp : 081329225182

E-mail : ecakkurnia22@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

Riwayat Pendidikan :

1. SDI Lento Lulus Tahun 2008

2. SMPN 1 Pocoranaka Lulus Tahun 2011

3. SMA St. Klaus Kuwu Lulus Tahun 2014

4. Akbid Wira Husada Nusantara Malang Lulus Tahun 2017

5. Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan

Biodata Orang Tua :

Nama Ayah : Yohanes Van Usia : 55 th

Nama Ibu : Teresia Jemina Usia : 54th

Alamat : Lento, Kab. Manggarai, Profinsi NTT

v
PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
SKRIPSI, MARET 2020

Theresia Kurnia Van


07180100023

Pengaruh Presepsi Remaja, Personal Hygiene Habits Dan Peran Tenaga


Kesehatan Terhadap Flour Albus Pada Remaja Putri Di SMA 13 Bekasi
Tahun 2019

VIII BAB+ 104 Halaman + 11 Gambar + 17 Tabel + 13 Lampiran

ABSTRAK

Berdasarkan data WHO (2012), angka prevalensi tahun 2009, 25%-50% candidiasis, 20%
- 40% bacterial vaginosis dan 5%-15% trichomoniasis. Semua wanita dengan segala
umur dapat mengalami keputihan. Jumlah remaja yang ada di kabupaten bekasi mencapai
318.864 jiwa atau wanita yang mengalami keputihan sebesar 29,48% dari jumlah
penduduk keseluruhan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh presepsi
remaja, personal hygiene habits dan peran tenaga kesehatan terhadap flour albus pada
remaja putri di SMA 13 Bekasi Tahun 2019. Penelitian ini menggunakan metode survey
analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah populasi sama dengan sampel yaitu
62 responden diperoleh dengan teknik total sampling, penelitian dilakukan pada bulan
desember. Data diolah menggunakan smart PLS versi 2.0. hasil penelitian menunjukkan
bahwa variabel persepsi remaja nilai T-statistik sebesar 2,570064, variabel personal
hygiene habitsnilai T-statistik sebesar2,532289, variabel peran tenaga kesehatan nilai T-
statistik sebesar 2,940031. Kesimpulan penelitian ini ada pengaruh presepsi remaja,
personal hygiene habits dan peran tenaga kesehatan terhadap flour albus pada remaja
putri di SMA 13 Bekasi Tahun 2019. Saran untuk tenaga kesehatan diharapkan untuk
memberikan edukasi kepada remaja putri tentang fluor albus dengan melakukan
penyuluhan kesehatan reproduksi ke sekolah.

Kata Kunci : Persepsi Remaja, Personal Hygiene Habits, Peran Tenaga Kesehatan,
Fluor Albus
Referensi : 27 (2011-2018)

vi
PROGRAM STUDY OF MIDWIFERY PROGRAM
APPLIEDUNDER GRADUATE
MIDWIFERY DEPARTMEN
INDONESIA MAJU SCHOOL OF HEALTH SCIENCE, MARCH 2020

Theresia Kurnia Van


07180100023

The Influence Of Adolescent Perception, Personal Hygiene Habits And The Role Of
Health Workers On Flour Albus In Girls In 13 Bekasi High School In 2019

VIII CHAPTER + 104 pages + 11 pictures + 17 tables + 13 appendices

ABSTRACT

Based on WHO data (2012), the prevalence rate in 2009, 25% -50% candidiasis, 20% -
40% bacterial vaginosis and 5% -15% trichomoniasis. All women of all ages can
experience vaginal discharge. The number of adolescents in the Bekasi regency reached
318,864 people or women who experienced vaginal discharge by 29.48% of the total
population. The purpose of this study was to determine the effect of adolescent
perception, personal hygiene habits and the role of health workers on flour albus in
young women at SMA 13 Bekasi in 2020. This study used an analytical survey method
with cross sectional approach. The number of samples 62 respondents were obtained by
accidental sampling technique. Data is processed using smart PLS version 2.0. The
results showed that the teenage perception variable T-statistic value of 2.570064,
personal hygiene habits variable T-statistic value of 2.532289, the role of health care
worker variable T-statistic value of 2.940031. The conclusion of this study is the
influence of adolescent perception, personal hygiene habits and the role of health
workers on albus flour in girls at SMA 13 Bekasi in 2020. Suggestions for health workers
are expected to provide education to girls about fluor albus by conducting reproductive
health education to schools.

Keywords: Adolescent Perception, Personal Hygiene Habits, Role of Health Workers,


Fluor Albus

References: 27 (2011-2018)

vii
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang tidak terhingga penulis panjatkan atas kehadirat Allah

SWT yang telah melimpahkan rahmat taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan penelitian ini yang berjudul Pengaruh Persepsi Remaja,

Personal Hygiene Habits Dan Peran Tenaga Kesehatan Terhadap Fluor Albus

Pada Remaja Putri Di SMAN 13 Bekasi Tahun 2019.

Pembuatan laporan ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan ujian akhir

Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Indonesia Maju. Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis banyak

memperoleh bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat

selesai tepat pada waktunya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Drs. H. Jacub Chatib selaku Ketua Yayasan Indonesia Maju Jakarta

2. Dr. Dr. dr. Hafizurrahman, MPH, selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Indonesia Maju.

3. Dr. Sobar Darmadja S.Psi, MKM, selaku Wakil Ketua I Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Indonesia Maju.

4. Astrid Novita SKM,MKM Selaku Wakil Ketua II dan III Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Indonesia Maju.

5. Hidayani, AM. Keb, SKM, MKM selaku Kepala Departemen Kebidanan dan

Profesi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju Jakarta.

viii
6. Retno Sugesti, SST. M.Kes, selaku Koordinator Program Studi Kebidanan

Program Sarjana Terapan Departemen Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Indonesia Maju dan selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam

penyusunan skripsi ini.

7. Jesy Fatimah, S.ST, M.Kes selaku dosen penguji yang telah menguji dan

memberikan masukan yang positif terhadap skripsi ini.

8. Kepada kepala Sekolah SMAN 13 Bekasi yang telah membantu dan

memberikan izin untuk melakukan penelitian dalam penyusunan skripsi ini.

9. Kepada kedua orang tua, saya mengucapkan terima kasih karena kalian selalu

memberikan dukungan, memberikan Do’a, dan mendampingi saya sampai

sekarang, dan kepada keluarga besar saya terima kasih telah memberikan

dukungan, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.

10. Rekan-rekan dan sahabat saya angkatan 2018 yang sama-sama berjuang

dalam menyelesaikan penelitian ini.

11. Kepada responden yang telah bekerjasama dan bersedia menjadi responden

untuk melakukan ujivaliditas dalam penelitian ini.

12. Kepada semua pihak yang telah membantu penulisan laporan penelitian ini

yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu atas segala bantuan selama penyusunan

laporan penelitian ini.

ix
Penulis menyadari keterbatasan baik pengetahuan, serta teori dalam

penulisan laporan penelitian ini, untuk itu penulis tidak menutup diri dan

mengharap adanya saran dan kritik dari berbagai pihak yang sifatnya membangun

dan menyempurnakan penulisan laporan penelitian ini.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan semua rahmat dan hidayah-

Nya, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat untuk kita semuanya dan

khususnya untuk penulis.

Jakarta, 9 Maret 2020

Penulis

x
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN...............................................................iv

LEMBAR RIWAYAT HIDUP................................................................................v

KATA PENGANTAR..........................................................................................viii

DAFTAR ISI...........................................................................................................xi

DAFTAR TABEL..................................................................................................xii

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xv

DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................6

1.3 Pertanyaan Penelitian.....................................................................................7

1.4 Tujuan Penelitian............................................................................................8

1.4.1 Tujuan Umum........................................................................................8

1.4.2 Tujuan Khusus.......................................................................................8

1.5 Manfaat Penelitian..........................................................................................8

1.5.1 Manfaat Teoritis....................................................................................8

1.5.2 Manfaat Metodologis.............................................................................9

1.5.3 Manfaat Praktis......................................................................................9

1.6 Ruang Lingkup Penelitian............................................................................10

xi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................11

2.1 Fluor Albus...................................................................................................11

2.1.1 Pengertian...........................................................................................11

2.1.2 Tanda-Tanda Keputihan.....................................................................12

2.1.3 Etiologi................................................................................................12

2.1.4 Gejala Keputihan (Fluor Albus)..........................................................14

2.1.5 Penatalaksanaan keputihan..................................................................15

2.1.6 Pencegahan Fluor Albus......................................................................16

2.1.7 Pengobatan...........................................................................................16

2.1.8 Cara Merawat Organ Reproduksi Remaja Putri..................................17

2.1.9 Cara Ukur Variabel Keputihan............................................................18

2.1.10 Sintesa Fluor Albus...........................................................................19

2.2 Konsep Presepsi Remaja..............................................................................19

2.2.1 Pengertian Presepsi..............................................................................19

2.2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Presepsi.................................................20

2.2.3 Syarat Terjadinya Presepsi..................................................................22

2.2.4 Indikator Presepsi................................................................................23

2.2.5 Presepsi Positif Dan Negatif................................................................24

2.2.6 Cara Ukur Variabel Presepsi Remaja.................................................25

2.3 Personal Hygiene Habits..............................................................................25

2.3.1 Pegertian Personal Hygiene.................................................................25

2.3.2 Jenis-Jenis Personal Hygiene...............................................................27

2.3.3 Tujuan Perawatan Personal Hygine.....................................................30

xii
2.3.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Personal Hygiene.......................31

2.3.5 Dampak Personal Hygiene..................................................................33

2.3.6 Manfaat Genetalia Hygiene.................................................................33

2.3.7 Tujuan Genetalia Hygiene...................................................................34

2.3.8 Cara Perawatan Genetalia Hygiene.....................................................34

2.3.9 Kebersihan Alat Kealamin Wanita (Vagina) Pada Saat Menstruasi.. .38

2.3.10 Cara Ukur Variabel Personal Higiene...............................................39

2.3.11 Sintesa Variabel Personal Hygiene....................................................39

2.4 Peran Tenaga Kesehatan..............................................................................40

2.4.1 Penegrtian Peran Tenaga Kesehatan....................................................40

2.4.2 Ciri-Ciri Peran Tenaga Kesehatan.......................................................41

2.4.3 Bentuk Peran Tenaga Kesehatan.........................................................42

2.4.4 Faktor Yang Mempengaruhi Peran Tenaga Kesehatan.......................44

2.4.5 Indikator Peran Tenaga Kesehatan......................................................46

2.4.6 Cara Mengukur Peran Tenaga Kesehatan...........................................48

2.4.7 Sintesa Variabel Peran Tenaga Kesehatan..........................................49

2.5 Landasan Teori Menuju Konsep..................................................................49

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPRASIONAL, DAN

KERANGKA ANALISA..................................................................................52

3.1 Kerangka Teori.............................................................................................52

3.2 Kerangka Konsep.........................................................................................54

3.3 Kerangka Analisa.........................................................................................55

xiii
3.4 Variabel, Definisi Konsep, Definisi Operasional Dan Pengukuran.............57

3.5 Hipotesis Penelitian......................................................................................61

BAB IV METODE PENELITIAN........................................................................62

4.1 Jenis Penelitian.............................................................................................62

4.2 Lokasi Dan Waktu........................................................................................63

4.2.1 Tempat Penelitian................................................................................63

4.2.2 Waktu Penelitian..................................................................................63

4.3 Populasi Dan Sampel....................................................................................63

4.3.1 Populasi...............................................................................................63

4.3.2 Sampel.................................................................................................63

4.4 Teknik Pengumpulan Data...........................................................................64

4.4.1 Sumber Data........................................................................................64

4.4.2 Instrumen Penelitian............................................................................64

4.5 Etika Penelitian.............................................................................................64

4.6 Uji Validitas Dan Reliabilitas.......................................................................65

4.7 Pengolahan Data...........................................................................................65

4.7.1 Kooding...............................................................................................65

4.7.2 Editing.................................................................................................66

4.7.3 Entri.....................................................................................................66

4.7.4 Cleaning...............................................................................................66

4.7.5 Transforming.......................................................................................66

4.8 Analisa Data.................................................................................................67

xiv
4.9 Penyajian Data..............................................................................................68

BAB V GAMBARAN AREA PENELITIAN.......................................................70

5.1 Sejarah Singkat.............................................................................................70

5.2 Sarana Dan Prasarana...................................................................................71

5.3 Organisasi Dan Kegiatan Ekstrakulikuler Sekolah......................................73

5.4 Visi Dan Misi SMAN 13 Bekasi..................................................................74

5.4.1 Visi.......................................................................................................74

5.4.2 Misi......................................................................................................74

5.5 Profil Sekolah..............................................................................................74

BAB VI HASIL PENELITIAN.............................................................................77

6.1 Analisis Deskriptif........................................................................................77

6.1.1 Deskriptif Karakteristik Responden....................................................77

6.1.2 Deskriptif Statistik Jawaban Responden.............................................77

6.1.3 Deskriptif Sebaran Jawaban Responden..............................................78

6.2.2 Evaluasi Inner Model...........................................................................91

BAB VII PEMBAHASAN..................................................................................102

7.1 Keterbatasan Penelitian..............................................................................102

7.2 Analisis terhadap Hasil Pengujian..............................................................103

7.2.1 Pengaruh Persepsi Remaja Terhadap Fluor Albus............................103

7.2.2 Pengaruh Personal Hygiene Terhadap Fluor Albus..........................104

7.2.3 Pengaruh Peran Tenaga Kesehatan Terhadap Fluor Albus...............106

xv
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................108

8.1 Kesimpulan.................................................................................................108

8.2 Saran...........................................................................................................108

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................110

xvi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Keterangan Notasi........................................................................................56


Tabel 6.1 Distribusi Frekuensi Menurut Umur Responden di SMA 13 Bekasi
Tahun 2020...................................................................................................77
Tabel 6.2 Deskripsif Statistik Jawaban Responden di SMA 13 Bekasi Tahun 2020
.......................................................................................................................78
Tabel 6.4 Deskriptif Sebaran Jawaban Responden DiSMA 13 Bekasi Tahun 2020
.......................................................................................................................81
Tabel 6.5 Deskriptif Sebaran Jawaban Responden Variabel Fluor Albus Di SMA
13 Bekasi Tahun 2020.................................................................................82
Tabel 6.6 Deskriptif Sebaran Jawaban Responden Variabel Persepsi Remaja Di
SMA 13 Bekasi Tahun 2020......................................................................83
Tabel 6.7 Deskriptif Sebaran Jawaban Responden Variabel Personal Hygiene
Habits Di SMA 13 Bekasi Tahun 2020.....................................................84
Tabel 6.8 Deskriptif Sebaran Jawaban Responden Variabel Peran Tenaga
Kesehatan Di SMA 13 Bekasi Tahun 2020..............................................85
Tabel 6.9 Evaluasi Cross Loading Dari Variabel Fluor Albus, Persepsi Remaja,
Personal Hygiene Habit, Peran Tenaga Kesehatan Di SMA 13 Bekasi
Tahun 2020...................................................................................................88
Tabel 6.10 Evaluasi Outer Loading Dari Variabel Fluor Albus, Persepsi Remaja,
Personal Hygiene Habit, Peran Tenaga Kesehatan Di SMA 13 Bekasi
Tahun 2020...................................................................................................89
Tabel 6.11 Hasil pengukuran AVE dan akar AVE dariVariabel Fluor Albus,
Persepsi Remaja, Personal Hygiene Habit, Peran Tenaga Kesehatan Di
SMA 13 Bekasi Tahun 2020......................................................................90
Tabel 6.12 Evaluasi Reliabilitas Outer Model DariVariabel Fluor Albus, Persepsi
Remaja, Personal Hygiene Habit, Peran Tenaga Kesehatan Di SMA 13
Bekasi Tahun 2020......................................................................................91
Tabel 6.13 Hasil Pengukuran R-Square DariVariabel Fluor Albus, Persepsi
Remaja, Personal Hygiene Habit, Peran Tenaga Kesehatan Di SMA 13
Bekasi Tahun 2020......................................................................................93
Tabel 6.14 Evaluasi Refleksi Nilai T-Statistik terhadap Indikator DariVariabel
Fluor Albus, Persepsi Remaja, Personal Hygiene Habit, Peran Tenaga
Kesehatan Di SMA 13 Bekasi Tahun 2020..............................................94

xvii
Tabel 6.15 Hasil Pengukuran Path Coefficients dan T-Statistik pada pengaruh
antarVariabel dalam struktur model Fluor Albus, Persepsi Remaja,
Personal Hygiene Habit, Peran Tenaga Kesehatan Di SMA 13 Bekasi
Tahun 2020...................................................................................................95
Tabel 6.16 Persentase Pengaruh Antar Variabel Persepsi Remaja, Personal
Hygiene Habit dan Peran Tenaga Kesehatan dan Fluor Albus di Sekolah
SMA 13 Bekasi tahun 2020........................................................................96

xviii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.2 Kerangka Teori ..................................................................................52


Gambar 3.3 kerangka konsep.................................................................................53
Gambar 3.4 Kerangka Analisa...............................................................................55
Gambar 6.1 Histogram Variabel Fluor Albus........................................................82
Gambar 6.2 Histogram Variabel Persepsi Remaja.................................................83
Gambar 6.3 Histogram Variabel Personal Hygiene Habits...................................84
Gambar 6.4 Histogram Variabel Peran Tenaga Kesehatan....................................85
Gambar 6.5 Model Struktural Penelitian...............................................................86
Gambar 6.6 Output PLS (Loading Faktor)............................................................87
Gambar 6.7 Output PLS (Loading Faktor 2).........................................................88
Gambar 6.8 Output PLS (T-Statistic)....................................................................94

xix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Formulir Pengajuan Judul Penelitian


Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Studi Pendahuluan
Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Validitas
Lampiran 4 Surat Balasan Penelitian
Lampiran 5 Surat Balasan Validitas
Lampiran 6 Surat Bebas Plagiat
Lampiran 7 Hasil Plagiat
Lampiran 8 Surat Bebas Kaji Etik
Lampiran 9 Kuesioner
Lampiran 10 Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Lampiran 12 PLS
Lampiran 13 Master Tabel
Lampiran 14 Lembar Konsultasi

xx
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah

suatu kondisi sejahtera jasmani, rohani, dan sosial-ekonomi, bukan hanya

bebas dari penyakit atau kecacatan.Widyastuti dalam Riska mendefinisikan

kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial

secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam

semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsinya serta

prosesnya.1

Penelitian tentang kesehatan reproduksi menunjukkan bahwa sekitar

75% perempuan didunia pasti akan mengalami keputihan paling tika sekali

seumur hidupnya, dan sebanyak 45% akan mengalami 2 kali atau lebih.

Sedangkan wanita eropa yang mengalami keputihan sebesar 25%.

Berdasarkan data WHO (2012), angka prevalensi tahun 2009, 25%-50%

candidiasis, 20% - 40% bacterial vaginosis dan 5%-15% trichomoniasis.

Semua wanita dengan segala umur dapat mengalami keputihan.2

Berdasarkan data statistik Indonesia tahun 2013 dari 45,3 juta jiawa

remaja berusia 15-24 tahun berprilaku tidak sehat. Dan dari 30 juta jiwa

remaja berusia 15-24 tahun, 83,3% tidak mendapat informasi mengenai

kesehatan reproduksi. 3

1
WHO. Basic Documents (Including amendments adopted up to 31 December 2014). Forty-eighth ed.
Geneva: WHO Press; 2014:1
2
Setiani, Tri Indah, Tri Prabowo, Dyah Pradnya Paramita. Kebersihan Organ Kewanitaan dan Kejadian
Keputihan Patologi pada Santriwati di Pondok Pesantren Al Munawwir Yogyakarta. JKNI. 2015;3(1):39-42.
3
Ibid

1
2

Menurut data statistik, jumlah penduduk di Propinsi Jawa Barat

mencapai 11.350.740 jiwa atau wanita yang mengalami keputihan sebesar

27,60% dari total jumlah penduduk di Jawa Barat adalah usia remaja dan

wanita usia subur yang berusia 10-24 tahun, berdasarkan sensus penduduk

tahun 2014 jumlah remaja yang ada di kabupaten bekasi mencapai 318.864

jiwa atau wanita yang mengalami keputihan sebesar 29,48% dari jumlah

penduduk keseluruhan.4

Keputihan yang terjadi tersebut cenderung disebabkan oleh masih

minimnya kesadaran untuk menjaga kesehatan terutama kesehatan organ

genitalianya. Selain itu, keputihan sering dikaitkan dengan kadar keasaman

daerah sekitar vagina, bisa terjadi akibat pH vagina tidak seimbang. Sementara

kadar keasaman vagina disebabkan oleh dua hal yaitu faktor internal dan

faktor eksternal. Faktor eksternal antara lain kurangnya personal hygiene,

pakaian dalam yang ketat, dan penggunaan WC umum yang tercemar bakteri

Clamydia.5Saraswati dalam Paryono menyatakan bahwa penyebab keputihan

karena perilaku atau kebiasaan seseorang yang tidak memperhatikan

kebersihan organ reproduksinya. Berdasarkan data yang dihimpun dari Badan

Pusat Statistik dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional pada tahun

2010, 63 juta remaja di Negara Indonesia memiliki perilaku yang tidak sehat.

Misal, kurangnya tindakan merawat kebersihan organ reproduksi ketika

mengalami menstruasi. Angka insiden penyakit infeksi yang terjadi pada

4
Sunarti. Perbedaan Perilaku Remaja Putri dalam Mencegah Keputihan Sebelum dan Se-sudah Diterapkan
Metode Think Pair Share di Pondok Pesantren As-Salafi Susukan Semarang Semarang: STIKES Ngudi
Waluyo Ungaran 2015.
5
Kristiana, Dita, Karjiyem, Ery Khusnal. Hubungan Persepsi tentang Kesehatan Reproduksi dengan Personal
Hygiene pada Siswi Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Kebidanan dan Keperawatan. 2012;8(1):1-11.
3

saluran reproduksi pada remaja (10–18 tahun), yaitu 35% sampai 42% serta

dewasa muda (18–22 tahun) sebesar 27% hingga 33%. Rahmatika (2010)

dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa faktor pemicu kasus ISR antara

lain imunitas yang rendah sejumlah 10%, perilaku kurang dalam merawat

hygiene ketika menstruasi sejumlah 30%, lingkungan buruk dan tata cara

dalam penggunaan pembalut yang kurang tepat ketika menstruasi sejumlah

50%. Pemaparan tersebut juga diperkuat dari hasil penelitian yang dilakukan

oleh Ariyani tahun 2009 terkait dengan biopsikososialhygiene saat menstruasi

pada siswi SMP di ibukota Jakarta menekankan bahwa remaja putri yang

mempunyai perilaku baik dalam perawatan hygiene genetalia ketika

mendapati dirinya menstruasi hanya 17,4%. Sisanya, yaitu sejumlah 82,6%

memiliki perilaku yang kurang dalam menjaga kebersihan alat genetalia ketika

menstruasi.6

Remaja cenderung malu untuk membicarakan permasalahan kesehatan

reproduksi salah satunya tentang keputihan karena merupakan hal yang

dianggap tabu dan sensitif. Remaja lebih nyaman membicarakannya dengan

teman sebaya karena mereka lebih banyak berinteraksi dengan teman apalagi

remaja yang tinggal di pondok atau asrama. Sehingga pengetahuan keputihan

pada remaja dipengaruhi oleh pengetahuan teman sebayanya. Hal ini

mengakibatkan remaja mendapatkan pengetahuan dan informasi keputihan

yang sering salah dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.7

6
Paryono, Intan Nugraheni. Perilaku Penggunaan Tisu Toilet terhadap Kejadian Keputihan pada Remaja.
Jurnal Kebidanan dan Kesehatan Tradisional. 2016;1(1):25.
7
Zulva R.,. Pengaruh Peer Education Terhadap Sikap Manajemen Higiene Menstruasi Pada Santriwati
Remaja Awal di Pondok Pesantren Al Qodiri.Universitas Jember. Jember. 2011
4

Menurut Teori Precede-Proceed Model yang dikemukakan oleh

Lawrence W. Green, perilaku kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 3 faktor,

yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong. Ketiga

faktor tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor penyuluhan. Cara untuk

meningkatkan pengetahuan seseorang hingga merubah perilakunya yaitu

dengan cara dilakukan pendidikan kesehatan yang tepat sehingga dapat mudah

dipahami dan memberikan dampak perubahan perilaku yang signifikan.

Program pengajaran terstruktur juga perlu dilakukan untuk meningkatkan

pengetahuan tentang fluor albus (Sharma, 2018).8

Salah satu fenomena perilaku hygiene remaja pada saat menstruasi

masih rendah, diperlihatkan oleh sebuah penelitian Widyantoro Mohammad

(1998) mengenai hygienitas menstruasi pada perempuan pengunjung rumah

sakit di Subang dan Tangerang (N=305) mengungkapkan bahwa sebagian

besar (77.5 % di Tangerang dan 68.3 % di Subang) mempunyai status

hygienitas menstruasi yang buruk. Dalam hal hygienitas individu, masih

terdapat responden yang salah dalam mencuci alat kelaminnya yaitu dari arah

belakang ke depan ( 19.8 % pada saat menstruasi).9

Berdasarkan hasil penelitian Perkumpulan Keluarga Berencana

Indonesia (2010) terhadap responden remaja usia 14-24 tahun yang

melibatkan 2.479 responden, diketahui bahwa sebanyak 52,67% responden

8
Sharma, A.. A Pre-experimental Study to Assess the Effectiveness of Structured Teaching Program on
Leucorrhoea among Nursing Students in Hgpi Kala- Amb, 1–7.(2018)
9
Indriastuti, Putri. Hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi dengan perilaku hygienis remaja
rutri pada saat menstruasi. Thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta. . (2014).
5

memiliki pengetahuan kesehatan reproduksi yang tidak memadai, sebanyak

72,77% memiliki pengetahuan mengenai cara penularan infeksi saluran

reproduksi. Sekitar 16,46% responden mengaku pernah melakukan hubungan

seksual. Sesuai hasil penelitian yangmenyatakan bahwa seanyak 80% wanita

di dunia dan 75% wanita di Indonesia pernah mengalami keputihan paling

sedikit satu kali dalam hidup dan 45% diantaranya bisa mengalaminya

sebanyak dua kali atau lebih.10

Menurut penelitian Persia Anissa (2013) dalam penelitian Hubungan

pemakaian Panty Liner dengan kejadian Fluor Albus di Kota Padang

didapatkan bahwa lebih dari separuh responden yang memakai panty liner

mengalami fluor albus (69,2%) dan 80% diantaranya mengganti panty liner<2

kali perhari. Uji statistik chi- square menunjukkan ada hubungan yang

bermakna antara pemakaian panty liner dengan kejadian fluor albus (p<0,05)

dan frekuensi penggantian panty liner perhari dengan kejadian fluor albus

(p<0,05). Terdapat hubungan bermakna antara pemakaian panty liner dengan

fluor albus pada siswi SMA di Kota Padang.11

1.2 Rumusan Masalah

Menurut data statistik, jumlah penduduk di propinsi jawa barat

mencapai 11.350.740 jiwa atau wanita yang mengalami keputihan sebesar


10
Aninda. Seluk Beluk kesehatan Reproduksi Wanita.Jogjakarta:A.Plus Books.2011,
11
Persia annisa, Rina, dan Elizabeth. “Hubungan Pemakaian Panty Liner Dengan Kejadian Fluor Albus Pada
Siswi SMA di kota Padang Berdasarkan Wawancara Terpimpin (Kuesioner)”. Artikel Penelitia Pendidikan
Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Padang(2013).
6

27,60% dari total jumlah penduduk di Jawa Barat adalah usia remaja dan

wanita usia subur yang berusia 10-24 tahun, berdasarkan sensus penduduk

tahun 2014 jumlah remaja yang ada di kabupaten bekasi mencapai 318.864

jiwa atau wanita yang mengalami keputihan sebesar 29,48% dari jumlah

penduduk keseluruhan

Berdasarkan survey awal dengan wawancara yang diakukan pada

bulan agustus terhadap 20 orang siswi SMA 13 Bekasi, didapat ada 5 orang

yang personal hygienenya baik dan 15 orang personal hygiene yang buruk.

Dari 15 responden yang personal hygiene buruk mengatakan kurangnya

informasi kesehatan mengenai kesehatan reproduksi dan ada 3 orang yang

mengganti celana dalam 1 kali sehari dan 10 responden mengatakan mereka

membersihkan alat genetalia dengan sabun setelah BAB dan BAK serta sering

menggunakan panty lainer, 2 responden mengatakan sering menggaruk daerah

kewanitaannya karena gatal. Semua responden yang personal hygiene tidak

baik sering bertukar handuk dengan keluarganya dan pada saat cebok mereka

membersikan alat kelaminnya dari arah belakang kedepan karena sudah

terbiasa dan setelah mencebok mereka tidak mengeringkan daerah

kewanitaannya sebelum memakai celana dalam sehingga celana dalamnya

lembab. Sedangkan 5 responden yang personal hygiene baik ada 2 responden

yang mengatakan saat membersihkan daerah kemaluan dari arah depan ke

belakang dan 3 responden mengatakan kadang-kadang menggunakan panty

lainer dan semua responden yang personal hygienenya baik tidak pernah

bertukar handuk dan selalu menggunakan handuk khusus untuk membersihkan


7

alat genetalianya dan selalu memperhatikan kelembaban/kekeringan daerah

genetalianya.

Dari hasil wawancara tersebut peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Pengaruh Persepsi Remaja, Personal Hygiene Habits, Dan

Peran Tenaga Kesehatan Terhadap Kejadian Fluor Albus Pada Remaja Putri

SMA 13 Bekasi Tahun 2019. Sehubungan dengan hal tersebut dan mengingat

belum pernah dilakukannya penelitian sejenis di SMA 13 Bekasi maka yang

menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu” Pengaruh Persepsi

Remaja, Personal Hygiene Habits, Dan Peran Tenaga Kesehatan terhadap

kejadian flour albus pada remaja putri DI SMA 13 Bekasi Tahun 2019”

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, muncul

pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut “ Apakah ada pengaruh persepsi

remaja, personal hygiene habits dan peran tenaga kesehatan terhadap flour

albus pada remaja putri di SMA 13 Bekasi Tahun 2019”

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum


8

Mengetahui pengaruh persepsi remaja, personal hygiene habits dan

peran tenaga kesehatan terhadap kejadian flour albus pada remaja putri di

SMA 13 Bekasi.

1.4.2 Tujuan Khusus

a. Diketahui adanya pengaruh antara Persepsi remaja dengan kejadian

flour albus

b. Diketahui adanya pengaruh antara personal hygiene habits dengan

kejadian flour albus

c. Diketahui adanya pengaruh antara peran tenga kesehatan dengan

kejadian flour albus

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian yang dilakukan dapat menjadi bahan masukkan bagi ilmu

pengetahuan dan dapat menjadi kajian yang akan diteliti mengenai pengaruh

persepsi remaja, persolan hygiene habits dan peran tenaga kesehatan

terhadap flour albus pada remaja putri di SMA 13 Bekasi tahun 2019.

1.5.2 Manfaat Metodologis


9

Penelitian ini tidak menghasilkan metodologi baru masih menggunakan

metodologi yang lama, tidak meghasilkan teori-teori baru hanya

membuktikan kebenaran teori yang sudah ada.

1.5.3 Manfaat Praktis

a. Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukkan dan ide-ide baru

dalam menerapkan pelayanan kebidanan, sebagai bahan referensi

diperpustakaan sekolah tinggi ilmu kesehatan indonesia maju yang

berkaitan dengan kejadin flour albus pada remaja.

b. Bagi tempat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan dan informasi dalam

upaya peningkatan pelayanan kesehatan di SMA 13 Bekasi tahun 2019.

c. Bagi peneliti

Dapat memperkaya ilmu pengetahuan serta menambah wawasan

khususnya yang berkaitan dengan pengaruhpersepsi remaja,

personalhygiene habits dan peran tenaga kesehatan terhadap flour albus

pada remaja di SMA 13 Bekasi tahun 2019.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian


10

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruhpersepsi

remaja, personal higyene habitsdan peran tenaga kesehatan terhadap flour

albus. Penelitian ini akan dilakukan pada tanggal 11 Desember 2019 di

SMAN 13 Bekasi. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk menurunkan

angka terjadinya gangguan Reproduksi pada remaja teruatama fluor albus

yang mencapai angka 29,48% dari 318.864 jiwa. Jenis penelitian ini adalah

kuantitatif dengan menggunakan metode survey analitik dengan pendekatan cross

sectional. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer

dimana data diperoleh secara langsung dengan cara responden mengisis

kuesioner. Populasi pada penelitian ini adalah siswi di SMA 13 Bekasi,

pengambilan sampel dilakukan dengan total sampling. Data diolah

menggunakan Smart PLS versi 2.0. Penyajian data dilakukan dengan

menggunakan tabel, narasi, dan grafik/gambar.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fluor Albus

2.1.1 Pengertian

Keputihan atau Fluor albus merupakan suatu gejala gangguan alat

kelamin yang dialami oleh wanita, berupa keluarnya cairan putih

kekuningan atau putih kelabu dari vagina. Secara normal, wanita dapat

mengalami keputihan. Namun perlu diwaspadai bahwa keputihan juga

dapat terjadi karena infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur.

Keputihan dapat dialami oleh setiap wanita. Keputihan yang keluar berupa

cairan putih ini biasanya berbau tidak sedap dan menimbulkan rasa gatal di

sekitar vagina. (Tjitraresmi, 2010).12

Keputihan merupakan masalah kesehatan reproduksi wanita yang

sering dialami. Keputihan yang normal tidak berwarna atau bening, tidak

berbau, tidak berlebihan dan tidak menimbulkan keluhan. Pada keadaan

ini, sekret meningkat utamanya masa menjelang ovulasi, stress emosional

dan saat terangsang secara seksual. Keputihan yang harus diwaspadai

adalah jika sekret berwarna kuning atau hijau keabu-abuan, berbau tidak

enak, jumlah banyak dan menimbulkan keluhan seperti gatal dan rasa

terbakar pada daerah intim, kadang-kadang terasa panas dan nyeri sesudah

buang air kecil dan pada saat bersetubuh. Hal ini disebabkan oleh infeksi
12
Widarti.2010. Identifikasi Candida albicans Pada Usap Vagina Ibu Hamil di Poliklinik
Kebidanan dan Penyakit Kandungan Rumah Sakit Haji Makasar. Makasar: Jurusan Analisis
Kesehatan Politeknik Kesehatan

11
12

2.1.2 Tanda-Tanda Keputihan

(Sarwono, 2010 dalam Imrok Atul ,2017)13

a. Cairan yang keluar berbeda dengan cairan keputihan normal karena

cairan yang keluar teksturnya lebih kental, lebih banyak dan berlangsung

dalam waktu yang lama.

b. Cairan yang keluar putih susu, kekuningan, keabu-abuan dan kehijauan.

c. Cairan yang keluar berbau amis atau berbau tidak sedap.

d. Cairan yang keluar terkadang lebih lengket.

e. Sering menyebabkan rasa gatal pada organ kewanitaan.

2.1.3 Etiologi

a. Keputihan Fisiologis

(Kusmiran dalam Yunianti,2015), Keputihan disebabkan oleh

pengaruh hormone dan proses menstruasi atau pengaruh estrogen yang

meningkat pada saat menarche, rangsangan saat koitus, adanya peningkatan

produksi kelenjar-kelenjar pada mulut rahim saat masa ovulasi. Dan mukus

servik yang padat pada masa kehamilan, fungsinya untuk mencegah kuman

masuk ke rongga uterus.

b. Keputihan Patologis

Penyebab utama keputihan ini adalah infeksi (jamur, parasit, kuman

dan virus). Keputihan patologis dapat disebabkan karena perilaku remaja

yang kurang dalam merawat genetalia seperti, menggunakan cairan

pembersih vagina yang berlebihan, stres yang berkepanjangan, penggunaan

tisu dan sabun dengan pewangi pada daerah vagina, dan sering memakai dan
13
Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka.2010
13

meminjam perlengkapan mandi yang memudahkan penularan keputihan

(Kusmiran, 2012).

Keputihan juga dipengaruhi perilaku yang kurang baik dalam

mencegah keputihan.diantaranya :

1. Menggunakan tisu terlalu sering setelah buang air kecil dan buang air

besar.

2. Sering menggunakan wc umum, yang memungkinkan ada bakteri yang

mengotori organ kewanitaan.

3. Kurang memperhatikan kebersihan organ genetalia seperti jarang

mencukur rambut kemaluan.

4. Aktivitas fisik yeng melelahkan sehingga daya tahan tubuh lemah.

5. Kondisi kejiwaan yang sedang mengalami stres berat

6. Menggunakan sabun pembersih untuk membersihkan organ kewanitaan

secara berlebihan, keasaman organ kewanitaan bisa terganggu.

Menurut (Kusmiran dalam Yuniati, 2015). Keputihan patolologis

disebabkan :

a. Infeksi Jamur yang ditandai dengan keputihan yang berwarna putih atau

kekuningan di sertai rasa gatal dan gumpal seperti butiran tepung

biasanya disebabkan candida albican (candidiasis vaginalis) atau

monilla. Penyakit ini tidak selalu akibat PMS dapat terjadi pada

perempuan yang belum menikah. Bisa disebabkan karena menurunnya

kekebalan tubuh seperti penyakit kronis dan bisa karena selalu memakai
14

pakaian dalam yang ketat dan terbuat dari bahan yang tidak menyerap

keringat.

b. Infeksi Bakteri vaginosis ditandai dengan keluar cairan ke abu-abuan dan

berbau.

c. Infeksi parasit atau kuman trichomonas merupakan parasit yang sering

menyebabkan keputihan. Penularan paling sering lewat koitus. Gejalanya

keputihan kental, kekuningan dan agak bau. 14

Akibat buruknya, tidak ditangani mengakibatkan tanda awal dari

penyakit yang lebih berat dari penyakit menular seksual seperti vaginal

candidiasis karna infeksi jamur, gonore (di tandai dengan cairan yang sangat

kental, berbuih berwarna kuning dan kehijauan), hingga kanker rahim yang

berujung kematian (ditandai keluar cairan gatal yang disertai bau busuk)

(Windah Roh ekawati 2018). 15

2.1.4 Gejala Keputihan (Fluor Albus)

Gejala yang ditimbulkan oleh bakteri penyakit berbeda-beda, yaitu:

a. Sekret yang berlebihan seperti susu dan dapat menyebabkan labia

menjadi terasa gatal, umumnya disebabkan oleh infeksi jamur kandida

dan biasa terjadi pada kehamilan.

b. Sekret yang berlebihan berwarna putih kehijauan atau kekuningan dan

berbau tak sedap, kemungkinan disebabkan oleh infeksi trikomonas atau

ada benda asing di vagina.

14
Kusmiran, EnySoft Skill Caring Dalam Pekayanan Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media. . 2015.
15
Winda roh ekawati. hubungan prilaku personal hygiene dengan kejadian keputihan pada remaja putri do
SMP Negeri 3 gamping. Yogyakarta.2018
15

c. Keputihan yang disertai nyeri perut di bagian bawah atau nyeri panggul

belakang, kemungkinan terinfeksi sampai pada organ dalam

d. Sekret sedikit atau banyak berupa nanah, rasa sakit dan panas saat

berkemih atau terjadi pada saat hubungan seksual, disebabkan oleh

infeksi gonorrhea.

e. Sekret kecoklatan (darah) terjadi saat bersenggama, kemungkinan

disebabkan oleh erosi pada mulut rahim.

f. Sekret bercampur darah dan disertai bau khas akibat sel-sel mati

kemungkinan adanya sel-sel kanker pada serviks (Iswati, 2013).16

2.1.5 Penatalaksanaan keputihan

Penatalaksanaan keputihan meliputi usaha pencegahan dan

pengobatan yang tujuannya untuk mengatasi dan menyembuhkan penderita

dari penyakitnya, tidak hanya yang sementara menyembuhkan tetapi

menyembuhkan untuk seterusnya dengan mencegah terjadinya infeksi

berulang (Ogy Ratna Kurniawati ,2016). Apabila keputihan yang dialami

fisiologis dan tidak berbahaya maka tidak perlu pengobatan, cukup dengan

menjaga perilaku yang baik dengan menjaga kebersihan pada bagian

genetalia. Apabila yang terjadi keputihan patologis, sebaiknya segera periksa

ke dokter, tujuannya untuk mengetahui dan menentukan bagian yang sakit

pada penderita dan menentukan dari mana keputihan tersebut berasal.

16
Isnawati, esti. Fluor albus pada masa remaja. Yogyakarta: penerbit ombak.2013
16

2.1.6 Pencegahan Fluor Albus

(Bahari, 2012 dalam Imrok Atul Hasanah, 2018). Ada beberapa hal untuk

mencegah keputihan diantaranya :

a. Membiasakan perilaku yang baik dengan mengenakan pakaian yang tidak

ketat, sehingga tidak terjadi peningkatan kelembaban maupun iritasi

karena ruang yang ada memadai.

b. Membiasakan perilaku yang baik dan bersih dengan tidak menggunakan

bedak atau bubuk yang tujuannya membuat vagina kering atau harum.

Karena bedak sangat halus dan mudah terselip dan sulit dibersihkan,

sehingga mengundang datangnya jamur di vagina.

c. Hindari perilaku menggunakan kloset atau WC umum yang kotor karena

memungkinkan adanya bakteri yang dapat mengotori organ kewanitaan.

d. Membiasakan perilaku mengganti celana dalam secara rutin terutama saat

berkeringat, mengurangi penggunaan pembersih vagina yang terlalu sering

seperti antiseptik atau sabun sirih, karena bisa membunuh mikroorganisme

normal dalam vagina.

2.1.7 Pengobatan

Untuk menghindari komplikasi yang serius dari keputihan,

sebaiknya penatalaksanaan dilakukan sedinimungkin sekaligus untuk

menyingkirkan adanya penyebab lain seperti kanker leher rahim yang juga

memberikan gejala keputihan berupa sekret encer, berwarna merah muda,

coklat mengandung darah atau hitam serta berbau busuk. Pengobatan


17

keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur, bakteri atau

parasit.

Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan

mengatasi proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Obat-obatan yang

digunakan dalam mengatasi keputihan biasanya berasal dari golongan

flukonazol untuk mengatasi infeksi kandida dan golongan metronidazol

untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit, Sediaan obat dapat berupa

sediaan oral (tablet, kapsul), topical seperti krim yang dioleskan dan uvula

yang dimasukkan langsung ke dalam liang vagina. Untuk keputihan yang

ditularkan melalui hubungan seksual, terapi juga diberikan pada pasangan

seksual dan dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual selama masih

dalam pengobatan.Selain itu, dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan

daerah intim (Iswati, 2013).17

2.1.8 Cara Merawat Organ Reproduksi Remaja Putri

(Kusmiran dalam Nur Fadhila Rahma, 2017).

a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh genetalia atau daerah

kewanitaan.

b. Hindari menggunakan sabun mandi pada alat kelamin karena bisa

menyebabkan kekeringan, gatal dan iritasi pada kulit.

c. Mengeringkan daerah vagina sebelum berpakaian agar celana dalam tidak

menjadi basah dan lembab. Karena celana dalam yang basah dan lembab

berpotensi mengundang jamur dan bakteri.

17
Ibit
18

d. Sediakan celana dalam ganti kemanapun pergi untuk menghindari jika

celana dalam basah. Pakai celana dalam yang dapat menyerap keringat.

e. Hindari celana dalam dari bahan sintetik karena organ intim bisa menjadi

panas dan lembab.

f. Bersihkan vagina dengan air yang langsung dari shower toilet.

g. Ganti celana dalam tiga kali sehari.

h. Setelah BAK dan BAB, bilas vagina dari arah depan ke belakang untuk

menghindari terbawanya kuman dari anus ke vagina.

i. Memotong atau mencukur rambut kemaluan sebelum panjang secara

teratur.

j. Memakai handuk khusus untuk mengeringkan daerah kewanitaan.

k. Apabila menggunakan WC umum, sebelum duduk siram dulu WC tersebut

baru gunakan.

l. Jangan garuk organ intim segatal apapun dan membilas dengan air hangat

juga tidak di sarankan karena cara itu bisa membuat kulit vagina menjadi

merah dan membuat semakin gatal. Lebih baik kompres dengan air es

karena bisa membuat warna merah berkurang dan rasa gatal menghilang.

m. Tidak memasukkan benda asing kedalam vagina.

2.1.9 Cara Ukur Variabel Keputihan

Cara mengukur variabel keputihan dengan menggunakan kuesioner

terstruktur sebanyak 10 pertanyaan, respoden diminta untuk menjawab

pertanyaan yang diberikan kemudian diukur menggunakan skala interval.

Cara interpretasi dapat berdasarkan presentasi sebaai berikut 1: sanagat


19

tidak setuju STS), 2: tidak setuju (TS), 3: setuju (S) dan 4: sangat setuju

(SS) .

2.1.10 Sintesa Fluor Albus

Fluor albus merupakan gangguan kesehatan reproduksi yang

sering terjadi pada wanita usia subur khususnya pada remaja putri. Ada

pun beberapa faktor yang menyebabkan keputihan. Keputihan pada remaja

putri seringkali terjadinya karena kurang menjaga kebersihan daerah

genetalia, remaja biasanya membiarkan daerah kemaluannya basah dan

lebab. Hal tersebut terjadi karena kurangnya informasih yang diperoleh

menegnai kesehatan reproduksi khususnya tentang Fluor albus.

2.2 Konsep Presepsi Remaja

2.2.1 Pengertian Presepsi

Persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan (bagaimana seseorang

memandang sesuatu), sedangkan dalam arti luas adalah pandangan atau

pengertian yaitu bagaimana seseorang memandang mengartikan sesuatu

(Leavitt, 1987 dalam Sobur 2013). Menurut Sunaryo (2013) persepsi

merupakan proses diterimanya rangsangan melalui pancaindran yang

didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui,

mengartikan dan mengahayati tentang hal-hal yang diamati, baik yang

berasal dari dalam maupun dari luar diri individu. Persepsi berperan penting

dalam pembetukan perilaku karena persepsi adalah sarana utama untuk

memindahkan energi yang berasal dari stimulus (rangsangan) melalui


20

neuron (saraf) ke simpul saraf yang seterusnya akan berubah menjadi

tindakan atau perilaku.

Persepsi merupakan daya mengenal barang, kualitas atau hubungan

serta perbedaan melalui proses mengamati, mengetahui, dan mengartikan

setelah mendapat pransangan dari panca indra. Sub proses psikologi lainnya

yang mungkin adalah pengenalan, perasaan dan penalaran. Dalam proses

persepsi terdapat tiga komponen utama yaitu (1) seleksi adalah proses

penyaringan oleh indera terhadap rengsangan dari luar, intensitas dan

jenisnya dapat banyak atau sedikit, (2) interpretasi yaitu proses

mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang, (3)

interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah

laku sebagai reaksi. Proses persepsi adalah melakukan seleksi, interpretasi

dan pembulatan terhadap informasi yang sampai (Sobur, 2013).

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan

cara pandang seseorang terhadap sesuatu, dimulai dari proses diterima

rangsangan melalui pengindraan, hasilnya individu mampu mengetahui dan

mengartikan rangsangan dari dalam diri dan lingkungannya. Persepsi ini

kemudian diartikan dalam tindakan sebagai reaksi.

2.2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Presepsi

Pemberian tanggapan atau persepsi terhadap suatu objek, masing-

masing individu atau perorangan tentunya akan berlainan satu dengan

yang lainnya. Hal ini dikarenakan pandangan seseorang dipengaruhi oleh


21

wawasan, pengalaman serta pengetahuannya terhadap suatu objek yang

dihadapkan. Menurut Slamento dalam Handayani (2013), faktor yang

mempengaruhi persepsi yaitu:

1. Relation, yaitu hubungan antara orang yang mempersepsikan dengan

objek yang dipersepsikan.

2. Set merupakan harapan seseorang yang akan timbul.

3. Kebutuhan, yang tetap pada diri seseorang akan mempengaruhi

persepsi individu.

4. Sistem nilai, berlaku pada masyarakat berpengaruh terhadap seseorang

Menurut Notoadmojo (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi

persepsi di bagi menjadi 2 yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor

eksternal ialah faktor yang mempengaruhi terjadinya persepsi yang datang

dari luar individu diantaranya kontras, perubahan intensitas, pengulangan

(repetition), sesuatu yang baru (novelty) dan menarik perhatian orang

banyak. Faktor internal yang memperngaruhi persepsi yaitu factor yang

datang dari dalam diri individu tersebut seperti pengalaman/ pengetahuan,

harapan atau expectation, kebutuhan, motivasi, emosi dan budaya.


22

2.2.3 Syarat Terjadinya Presepsi

Syarat terjadinya persepsi menurut Sunaryo (2013) diantaranya:

a. Adanya objek, objek berperan sebagai stimulus dan pancaindra sebagai

reseptor.

b. Adanya perhatian sebagai langkah pertama untuk mengadakan

persepsi.

c. Adanya pancaindra sebagai reseptor penerima stimulus.

d. Saraf sensorik sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak (pusat

saraf atau pusat kesadaran), kemudian dari otak dibawaa melalui saraf

motorik sebagai alat untuk mengadakan respon.

Persepsi terjadi melalui tiga proses yaitu proses fisik, fisiologis dan

psikologis. Proses fisik terjadi melalui kealaman, yakni objek diberikan

stimulus kemudian diterima oleh reseptor atau pancaindra. Proses fisiologi

terjadi melalui stimulus yang dihantarkan ke saraf sensorik lalu disampaikan

ke otak. Proses psikologis merupakan proses yang terjadi pada otak

sehingga individu menyadari stimulus yang diterima. Ketiga syarat diatas

diperlukan untuk mendapatkan persepsi yang baik (Sunaryo, 2013).

Proses terbentuknya persepsi menurut Suwartinah dalam Handayani,

(2013) yaitu:

1. Stimulus atau situasi yang hadir.

Awal mula terjadinya persepsi ketika seseorang dihadapkan pada

stimulus atau situasi. Stimulus atau situasi tersebut biasanya berupa


23

stimulus pengindraan dekat dan langsung atau berupa lingkungan

sosiokultural dan fisik yang menyeluruh dari stimulus tersebut.

2. Regristasi

Regristrasi merupakan suatu gejala yang nampak yaitu mekanisme

fisik untuk mendengar dan melihat suatu informasi maka mulailah

orang tersebut mendaftar, mencerna, dan menyerap suatu informasi.

3. Interpretasi Tahap selanjutnya setelah informasi terserap adalah

penafsiran terhadap informasi tersebut. Interpretasi merupakan suatu

aspek kognitif dari persepsi yang amat penting karena tergantung pada

proses pendalaman, motivasi dan kepribadian seseorang berbeda

dengan orang lain sehingga interpretasi seseorang terhadap informasi

atau stimulus akan berbeda dengan orang lain.

4. Umpan Balik

Umpan balik merupakan suatu proses yang terakhir dimana setelah

seseorang menafsirkan informasi tersebut akan memunculkan reaksi

yaitu reaksi positif dan negatif.

2.2.4 Indikator Presepsi

Indikator persepsi menurut Hariyadi 2014 adalah sebagai berikut:

1. Menerima dan menyerap.

Adalah stimulasi yang letaknya berada diluar individu dan diserap

melalui indra masuk ke dalam otak, kemudian mendapat tempat

disitulah terjadi proses analisis, diklarivikasi, dan diorganisisr sesuai

dengan pengalama-pengalaman individu yang telah dimiliki


24

sebelumnya. Oleh karena itu penyerapan itu memiliki sifat individual

yang dapat berbeda satu sama lain meskipun stimulus yang diserap

sama. Pengertian dan Pemahaman

2. Mengerti atau memahami

Setelah diperoleh adanya gambaran-gambaran atau kesan didalam otak,

kemudian gambaran tersebut diorganisir, diklasifikasi, (digolongkan),

dibandingkan, diinterpretasi sehingga dapat terbentuk pengertian atau

pemahaman. Dalam proses terjadinya pengertian dan pemahaman

tersebut sangat unik dan cepat. Pengertian yang terbentuk tergantung

pada gambaran-gambaran yang telah dimiliki individu sebelumnya

(apresiasi).

3. Menilai atau evaluasi

Setelah terbentuknya pemahaman dan pengertian, kemudian tejadi

penilaian dari idividu. Individu membuat perbandingan terhadap

pengertian atau pemahman yang baru diperoleh tersebut sesuai dengan

kriteria atau norma yang dimiliki individu secara subjekif. Penilain

individu berbeda-beda walaupun objeknya sama, oleh karena itu

presepsi bersifat individual.

2.2.5 Presepsi Positif Dan Negatif

Menurut Robbins (2012) bahwa persepsi positif adalah penilaian

individu pada objek dan informasi dengan pandangan yang positif, yang

diharapkan dari objek yang dipersepsikan dari aturan yang ada. Lalu,

persepsi negatif adalah persepsi individu pada objek dan informasi dengan
25

pandangan negatif, berlawanan dengan diharapkannya objek yang

dipersepsikan atau dari aturan yang ada. Penyebab munculnya persepsi

negatif karena adanya ketidakpuasan terhadap apa yang jadi sumber

persepsi dirinya, ketidaktahuan individu serta tidak adanya pengalaman

inidvidu terhadap apa yang dipersepsikan, munculnya persepsi positif

seseorang karena adanya kepuasan individu terhadap objek yang menjadi

sumber persepsinya, adanya pengetahuan individu, adanya pengalaman

terhadap objek yang dipersepsikan.

2.2.6 Cara Ukur Variabel Presepsi Remaja

Cara mengukur variabel presepsi remaja dalam penelitian ini

dengan menggunakan kuesioner terstruktur sebanyak 10 pertanyaan,

respoden diminta untuk menjawab pertanyaan yang diberikan kemudian

diukur menggunakan skala interval. Cara interpretasi dapat berdasarkan

presentasi sebaai berikut 1: sanagat tidak setuju STS), 2: tidak setuju (TS),

3: setuju (S) dan 4: sangat setuju (SS) .

2.2.7 Sintesa Presepsi Remaja Terhadap Fluor Albus

Presepsi adalah tanggapan atau proses penafsiran terhadap suatu objek

yang dilakukan individu sehingga memperoleh makna yang berarti dan

makna tersebut bisa berbeda antara individu yang satu dengan lainnya.

2.3 Personal Hygiene Habits

2.3.1 Pegertian Personal Hygiene

Personal hygiene merupakan tindakan memelihara kebersihan dan

kesehatan diri seseorang untuk kesejateraan fisik dan pesikisnya. Seseorang


26

dikatakan memiliki personal hygiene yang baik apabila orang tersebut dapat

menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, gigi, mulut,

rambut, kepala, hidung, telinga, kaki, kuku dan genitalia serta kebersihan

dan kerapihan pakayan. Menurut Potter dan Perry (2005) macam-macam

personal hygiene dan tujuannya adalah; 18

a. Perawatan kulit.

Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi sebagai pelindung dari

berbagai kuman atau taruma, sekresi, ekskresi, pengatur temperatur da

sensasi, sehingga diperlukan perawatan yang adikuat dalam

mempertahankan fungdinya. Pelembab pada permukaan kulit

merupakan media pertumbuhan bakteri dan menyebabkan iritasi lokal,

menghaluskan sel epidermis, dan dapat menyebabkan laserasi kulit.

Keringat, urine, material fekal berair dan drainase luka dapt

meangkumulasikan pada permukaan kulit dan akan menyyebabkan

kerusakan kulit dan infeksi.

b. Mandi

Mandi dapat menghilangkan mikroorganisme dari kulit serta sekresi

tubuh, menghilangkan bau tidak enak, memperbaiki sirkulasi darah

kekulit, dan membuat seseorang menjadi lebih rileks dan segar.

c. Perawatan hidung, mata, telinga dan mulut.

d. Perawatan rambut.

e. Perawatan kaki dan kuku

f. Perawata genitalia
18
Erlian Rista. Prilaku Personal Hygiene Untuk Mencegah Terjadinya Keputihan:Jakarta Tajun 2012.2012
27

Perawatan genitalia merupakan bagian dari mandi lengkap. Perawatan

genitalia dilakuan untuk mecegah terjadinya infeksi, dan

mempertahankan personal hygiene

2.3.2 Jenis-Jenis Personal Hygiene

Adapun jenis-jenis tindakan personal hygiene menurut potter dan perry

(2012), untuk menjaga kebersihan dan kesehatan seseorang yaitu dengan

kebersihan kulit, kebersihan rambut, perawatan mulut, kebersihan mata,

kebersihan telinga, kebersihan tangan, kaki, kuku sebagai berikut:

a. Kebersihan kulit

Pemeliharanaan kebersihan kulit tidak dapat terlepas dari kebersihan

lingkungan, makanan yang dikonsusi, serta kebiasaan hidup sehari-hari.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memelihara kebersihan kulit yaitu:

1. memegang barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri.

2. Mandi minimal 2 kali sehari

3. Mandi memakai sabun

4. Menjaga kebersihan pakayan

5. Makan yang bergizi terutama sayuran dan buah

6. Menjaga kebersihan lingkungan

b. Kebersihan rambut

Karakteristik rambut yang perlu diperhatikan dalam kaitannya terjadi

infeksi kutu kepala adalah:

1. Jenis rambut yaitu lurus, bergelombang, (ikala) atau kering


28

2. Ketebalan rambut yaitu tebal, sedang atau tipis

3. Panjang rambut yaitu pendek (diatas kerah dan telinga), sedang

(diatas bahu), panjang (lebih dari bahu). Karakteristik rambut tersebut

ditentukan secara visual.

Cara memcuci rambut menurut Maryunani (2012)

1. mencuci rambut dengan bahan pembersi atau shampoo, paling sedikit

2 kali seminggu secara teratur atau tergantung pada kebutuhan atau

keadaan

2. rambut disiram dengan air bersih, setelah basah semua (merata)

kemudian digosok dengan shampoo dan sebaiknya dilakukan

pemijatan pada seluruh kulit kepala untuk merangsang persarafan pada

kulit kepala sehingga rambut tumbuh sehat dan normal.

3. Bila rambut dirasa masih kurang bersih, gosok kembali menggunakan

shampoo setelah itu dibilas sampai rambut terasa kesat.

4. Kemudian rambut dikeringkan menggunakan handuk bersih dan

disisir.

c. Perawatan mulut

Perawatan mulut dapat membantu mempertahankan status

kesehatan mulut, gusi, dan bibir dengan cara sebagai berikut:

1. menggosok gigi secara benar dan teratur sehingga hari untuk

membersikan gigi dari partikel makanan, plak, dan bakteri.

2. Menghindari makanan yang merusak gigi


29

3. Membiasakan makan buah-buahan yang menyehatkan gigi

4. Memakai sikat gigi sendiri

5. Memeriksa gigi secara teratur

d. Kebersihan mata

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memelihara kebersihan mata yaitu:

1. membaca ditempat yang terang

2. memakan makanan yang bergizi

3. istirahat yang cukup dan teratur

4. memakai peralatan sendiri dan bersih

5. memelihara kebersihan lingkungan

e. kebersihan telinga

hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memelihara kebersihan telinga

yaitu:

1. memberikan telinga secara teratur

2. jangan mengorek-ngorek kuping dengan benda tajam

f. kebersihan tangan, kaki, dan kuku dalam membersihkan tangan, kaki, dan

kuku seringkali memerlukan perhatian yang khusus untuk mencegah

infeksi, bau, dan cidera pada jaringan. Untuk itu perlu diperhatikan dalam

memelihara kebersihan tangan, kaki, dan kuku yaitu dengan:

1. mencuci tangan sebelum makan

2. memotong kuku secara teratur

3. kebersihan lingkungan
30

4. mencuci kaki sebelum tidur

g. kebersihan pakayan

Pakayan berguna untuk melindungi kulit dari sengatan matahari

atau cuaca melindungi dan kotoran yang berasal dari luar seperti debu,

lumpur dan sebagainya. Pakayan banyak menyerap keringat, lemak, dan

kotorannya dikeluarkan oleh badan. Dalam sehari saja, pakian berkeringat

dan berlemak ini akan berbau busuk dan menganggu. Untuk itu perlu

mengganti pakaian dengan yang bersih setiap hari. Selain itu, pakayan juga

berfungsi untuk membantu mengatur suhu tubuh dan mencegah masuknya

bibit penyakit (Maryunani, 2013). 19

2.3.3 Tujuan Perawatan Personal Hygine

a. Menigkatkan derjat kesehatan seseorang

b. Memelihara kebersihn diri seseorang

c. Memperbaiki personal hygiene yang kurang

d. Pencegahan penyakit

e. Meningkatkan percaya diri seseorang

f. Menciptakan keindahan20

2.3.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Personal Hygiene

19
Maryunani. Asuhan patologi kebidanan. Yogyakarta. Nuha medika. 2013.
20
Tarwoto, Wartonah.Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Edisi Ketiga. Jakarta: Salembah
Medika.2014.
31

Menurut Tarworo, personal hygiene dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu: 21

a. Citra tubuh

Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tenang penampilan

fsiknya. Personal hygiene yang baik akan mempengaruhi peningkatan

citra tubuh individu. Gamabar individu terhadap dirinya sangat

mempengaruhi keersihan dirinya misalnya karena adanya pembahasan

fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebershannya.

b. Praktek sosial

Kebiasaan keluarga, jumlah orang dirumah, dan ketersediaan air panas

atau air mengalir hanya merupakan beberapa faktor yang

mempengaruhi perawatan personal hygiene. Praktek personal hygiene

pada lansia dapat berubah dikarenakan situasi kehidupan misalnya

mereka tinggal dipantai jompo mereka tidak dapat mempunyai privasi

dalam lingkungannya yang baru. Privasi tersebut akan mereka

dapatkan dalam rumah mereka sendiri, karena mereka tidak

mempunyai kemampuan fisik untuk melakukan personal hygiene

mandiri atau sendiri.

c. Status sosial dan ekonomi.

Personl hygiene memerlkan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,

siakt gigi, shampo, dan alat mandi yang semuanya memerlukan uang

untuk menyediakannya.

d. Pengetahuan
21
Ibid
32

Pengetahua personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang

baik dapat meningkatkan kesehatan, kendati demikian pengetahuan itu

sendiri tidak cuku. Seseorang ahrus termotivasi untuk memelihara

perawatan diri. Seringksli pembelajaran tentag penayakit atau kondisi

yang mendorong individu untuk meningkatkan personal hygiene.

e. Budaya

Kepercayaan kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi personal

hygiene. Orang dari latar kebudayaan berbeda mengikuti praktik

peraawatan diri yang berbeda. Disebagian masyarakat jika individu

sakit tertentu maka tidak boleh dimandikan.

f. Kebiasaan sesorang

Setiap individu memiliki pilihan kapan untuk mandi, bercukur dan

melakukan perawatan rambut. Adakebiasaan orang untuk

menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti

penggunaan shampo dan lain-lain.

g. Kondisi fisik

Pada keadaan sakit, tentu kemampuan untuk merawat diri berkurang

dan perlu bantuan untuk melakukannya.

2.3.5 Dampak Personal Hygiene

Dampak yang timbul apabila tidak melakukan personal hygiene yang benar

yaitu:22

22
Ibid
33

a. Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak

terpeliharanya kebersihan diri yang baik. Gangguan fisik yang sering

terjadi adalah munculnya kuku pada rambut, gangguan integrasi kulit,

gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga,

gangguan fisik pada kuku penularan infeksi menular seksual dan juga

terjadinya keputihan atau fluor albus.

b. Dampak psikologis

Masakah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah

gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai, kebutuhan

harga diri, aktualisasi diri dan gangguan iteraksi sosial.

2.3.6 Manfaat Genetalia Hygiene

Perawatan pada vagina memiliki beberapa manfaat yaitu :

a. Menjaga vagina dan daerah sekitarnya tetap besih dan nyaman

b. Mencegah munculnya keputihan, bau tidak sedap dan gatal-gatal

c. Mencegah agar PH vagina tetap normal 23

2.3.7 Tujuan Genetalia Hygiene

Tujuan dilakukan genetalia hygiene adalah:

a. Menjaga kesehatan dan kebersihan vagina

23
Ibid
34

b. Membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada disekitar vulva

diluar vagina.

c. Mempertahankan PH drajat kesamaan vagina normal yaitu 3.5 sampai

dengan 4,5

d. Mencegah rangsangan tumbuhnya jamur, bakteri dan protozoa

e. Mencegah timbulnya keputihan dan virus24

2.3.8 Cara Perawatan Genetalia Hygiene

Menjaga kebersihan berawal dari menjaga kebersihan diri. Hal ini

juga berlaku bagi kesehatan organ-organ seksual, cara memelihara organ

intim tanpa kuman dilakukan sehari-hari dimulai bangun tidur dan mandi

pagi. Alat reproduksi dapat terkena jamur atau kutu yang dapat mnyebabkan

rasa gatal atau tidak nyaman apabil atidak dirawat kebersihannya. Mencucui

vagina dengan air kotor, pemeriksaan dalam yang tidak benar, penggunaan

cairan pembersih vagina secara berlebihan, pemeriksaan yang tidak higenis,

dan adanya benda asing dalam vagina dapat menyebabkan keputihan yang

abnorma, celana yang tidak menyerap keringat, dan penyakit menular

seksual. Beberapa cara merawat organ reproduksi perempuan adalah sebagai

berikut: 25

1. Mencucui tangan sebelum dan sesudah meneyentuh daerah kewanitaan

2. Hindari menggunakan sabun mandi apada alat kelamin karena dapat

menyebabkan kekeringan dan iritasi kulit atau gatal. Gunakan pembersih

24
Kusmirah, Eni. Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika. 2011.
25
Ibid
35

kewanitaan yang mengandung PH Balance 3,5 untuk menghindari

irirtasi.

3. Mengeringkan daerah disekitar vagina sebelum berpakayan karena jika

tidak dikeringkan dapat menyebabkan celana dalam yang dipakai

menjadi basah dan lembab. Selain tidak nyaman dipakai, celana basah

dan lembab berpotensi mengandung bakteri dan jamur yang dapat

menuyebabkan fluor albus.

4. Tidak diperbolehkan menabur bedak pada vagina dan daerah sekitarnya,

karena kemungkinan bedak tersebut akan menggumpal disela-sela lipatan

vagina yang sulit terjangkau tangan untuk dibersihkan dan akan

mengandung kuman.

5. Disediakan celana dalam ganti ditas kemanapun kalian pergi, hal ini

menghindari celana dalam kita basah.

6. Pakailah celana dalam dari bahan katun karena dapat menyerap keringat

dengan sempurna.

7. Hindari menggunakan celana dalam dari bahan satin ataupun bahan

sintetik lainnya karena menyebabkan organ intim menjadi panas dan

lembab.

8. Membersihkan vagina dengan air sebaiknya dengan shower toilet.

Semprolan permukaan luar vagina dengan pelan dan menggosoknya

dengan tangan.

9. Gantilah celana dalam sekurang-kurangnya dua sampai tiga kali dalam

sehari.
36

10. Penggunaan pantyliner sebaiknya digunakan antara dua sampai 3 jam.

Penggunaan pantyliner setiapa hari justru dapat mengakibatkan bakteri,

jamur, jerawat atau bisul pada daerah genetalia. Hal ini terjadi karena

pantyliner membuat daerah kewanitaan makin lembab. Meskipun

lapisan atau pantyliner memiliki daya serap untuk menjaga higienitas

daerah kewanitaan, akan tetapi bagian adasar dari panty liner ini terbuat

dari plastik, sehingga kulit tidak bernafas legah karena kurangnya

sirkulasi udara. Jadi sebaiknya jangan menggunakan pantyliner terlalu

sering.

11. Sebaiknya tidaak menggunakan celana ketat, berbahan nilo, jeans dan

kulit.

12. Saat cebok setelah BAB dan BAK, bilas dari arah depan kebelakang.

Hal ini untuk menghindari terbawanya kuman dari anus ke vagina.

13. Memeotong atau mencukur rambut kemaluan sebelum pajang secara

teratur.

14. Memakai handuk khusus untuk mengeringkan daerah kemaluan.

15. Apabila kita menggunakan WC umum sebaiknya sebelum duduk siram

dulu WC tersebut (di flishing) terlebi dahulu baru kita gunakan.

16. Jangan garuk organ intim segatal apapun. Membilas dengan air hangat

juga tidak disarankan mengingat cara itu justru bisa membuat kulit

disekitar daerah kemaluan bertambah merah dan membuat rasa gatal

semaikn menjadi-jadi. Lebih baik kompres vagina dengan air es

sehingga pembulu darah diwilayah organ intim tersebut menciut, warna


37

merahnya berkurang, dan rasa gatal menghilang. Alternatif lain yaitu

membasuh vagina dengan rebusan air sirih ynag sudah didinginkan.

Atau gunakan pembersih kewanitaan yan dicampur dengan air dingin.

Akarannya 1 sendok teh untuk air satu ember ukuran sedang.

Penggunaan pembersih kewanitaan dengan dosis tidak tepat bisa

mebakar kulut dan membuatnya kering berwarna kecoklatan.

17. Bersihkan vagina setia buang air kecil (BAK) dan buang air besar

(BAB). Air yang digunakan untuk membasuh harus bersih, yakni air

yang mengalir lansung dari keran. Penelitian menguak air dalam bak

atau ember ditoilet-toilet umum mengandung 70% jamur candida

albican. Sedangkan air yang mengalir dari keran mengandung kurang

lebih 10-20% jenis jamur yang sama. Kebersihan vagina juga berkaitan

dengan trik pembasuhannya, yang benar adalah dari arah depan

(vagina) ke arah belakang (anus) dan biuka dari anus kevagina. Cara

yang disebut terakir diatas hanya akan membuat bakteri yang bersarang

didaerah anus masuk keliang vagina dan menyebabkan gatal-gatal.

Setelah dibasuh keringka menggunakan handuk lebut atau tisu.

18. Sebaiknya pilih pembalut berbahan lembut, dapat menyerap dengan

baik, tidak mengandung bahan yang membuat alergi (misalnya parfum

atau gel) dan merekat dengan baik dengan celana dalam.

Adapun cara memellihara organ reproduksi remaja perempuan yaitu:

a. Tidak memasukkan benda asing kedalam vagina

b. Menggunakan celana dalam yang meneyerap keringat


38

c. Tidak menggunakan celana yang terlalu ketat

d. Tidak menggunakan pantyliner atau pemakain cairan

pemebersih vagina secukupnya saja tidak berlebihan.

2.3.9 Kebersihan Alat Kealamin Wanita (Vagina) Pada Saat Menstruasi.

Menurut Burns (2019) saat menstruasi pembulu darah daerah dalam

rahim muda terkena infeksi. Oleh karena itu, kebersihan vagina harus dijaga

karena kuman mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan penyakit pada

saluran reproduksi.26

Beberpa penyakit yang mudah masuk saat menstruasi adalah infeksi

jamur dan bakteri salah satunya yaitu vaginitis. Vaginitsi (peradangan pada

vagina) adalah salah satu yang paling sering dikeluarakan oleh wanita.

Gejala seperti pruritus vulva, iritasi, sekresi vagina, dan rasa perih biasanya

diakibatkan oleh salah satu organisme berikut: Candida Albicans,

Trichomoniasis Vaginalis, dan Gardnerella Vaginalis, sekitar 25% dari

kasus yang ada disebabkan oleh Candida Albican dan Trichomoniasis

Vaginalisdan sisanya oleh G, Vaginalis. Salah satu penyebabnya adanya

bakteri pada pembalut yang kurang berkualitas sehingga pembalut tersebut

menjadi media perkembang biakan bakteri yang merugikan kaum wanita. 27

Dalam pemilihan pembalut sebaiknya pilih pembalut yang befrbahan

lembut, tidak mengandung bahaya yang membuat alergi dan iritasi pada

daerah kulit vagina dan merekat dengan baik pada celana dalam. Untuk
26
Burns, R.B. Konsep Diri. Teori Pengukuran, Perkembangan, Dan Prilaku Personal Hygiene. Jakarta:
Penerbit Arcan.2019.
27
Baradero. Seri Satu Keperawatan Klien Angguan Sistem Repsroduksi Dan Seksualitas. Jakarta: EGC.2017
39

menjaga kebersihan gantilah pembalut secara teratut 4-5 sehari, setelah

buang air kecil, buang air besar dan sewaktu mandi. 28

2.3.10 Cara Ukur Variabel Personal Higiene

Cara mengukur variabel Personal Higienedengan menggunakan

kuesioner terstruktur sebanyak 10 pertanyaan, respoden diminta untuk

menjawab pertanyaan yang diberikan kemudian diukur menggunakan

skala interval. Cara interpretasi dapat berdasarkan presentasi sebaai berikut

1: sanagat tidak setuju (STS), 2: tidak setuju (TS), 3: setuju (S) dan 4:

sangat setuju (SS) .

2.3.11 Sintesa Variabel Personal Hygiene

Personal hygiene merupakan salah satu tindakan yang bisa dilakukan

untuk memelihara kebersihan diri dan kesehatan tubuh seseorang termasuk

didalamnya perawatan organ genitalia agar tetap bersih, nyaman, dan

menghindari terjadinya infeksi yang disebabkan oleh jamur atau bakteri

terutama fluor albus.

2.4 Peran Tenaga Kesehatan

2.4.1 Penegrtian Peran Tenaga Kesehatan

Peran adalah prilaku individu yang diharapkan sesuai dengan posisi

yang dimiliki. Peran yaitu suatu pola tingkah laku, kepercayaan, nilai dan

sikap yang diharapkan dapat menggambarkan prilaku yang seharusnya

diperlihatkan oleh individu pemegang peran tersebut dalam situsasi yang

28
Ibid
40

umunya terjadi.29Peran merupakan suatu kegiatan yang bermanfaat untuk

mempelajari interaksi antara individu sebagai pelaku (actors) yang

menjalankan berbagaimacam peran didalam hidupnay sebagai dokter,

perawat, bidan atau petugas kesehatan lainnya yang mempunyai kewajiban

untuk menjalankan tugas atau kegiatan yang sesuai dengan peranaannya

masing-masing.30

Tenaga kesehatan indonesia berdasarkan Undang-Undang Republik

Indonesia Tentang Kesehatan No 36 tahun 2014 merupakan orang yang

mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan

keterampilan melalui pendidikan dibidang kesehatan serta memiliki

pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan dibidang kesehatan untuk

jenis tertentu yang memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya

kesehatan. Tenaga kesehatan juga memiliki peran penting untuk

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan memaksimal kepada masyarakat

agar masyarakat mampu meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan

hidup sehat sehingga mampu mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang

produktif secara sosial dan ekonomi. Tenaga kesehatan memiliki beberapa

petugas yang dalam bekerja saling berkaitan yaitu dokter, dokter gigi,

perawat, bidan, dan ketenagaan medislainnya. (Peraturan Pemerintah No 32

Tahun 1996) Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri

dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan

29
Ibid
30
Prawirohardjo, Sarwoo. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Sarwono Prawirohardjo. 2012.
41

memalui pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu

memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Prilaku

kesehatan seseorang sangat dipengaruhi oleh petugas kesehatan. Sesorang

yang sudah menegtahui manfaat dari sebuah perilaku yang sehat dapat

terhalang karena sikap dan tindakan tenaga kesehatan yang tidak mendukung

dan memotivasi untuk melakukan sebuah prilalku kesehatan.31

Menurut Green yang dikutip dari,32dukungan tenaga kesehatan

merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam menimbulkan

suatu prilaku kesehatan.

2.4.2 Ciri-Ciri Peran Tenaga Kesehatan

Menurut 33sebagian teaga profesional, petugas kesehatan memiliki

ciri-ciri sebagai berikut:

a. Mengembangkan pelayanan yag unik kepada masyarakat

b. Anggota-anggotanya dipersiapkan melalui suatu program pendidikan.

c. Memiliki serangkain pengetahuan ilmiah

d. Anggota –anggotanya menjalankan tugas profesional sesuai dengan

kode etik yang berlaku

e. Bebas mengambil keputusan dalam menjalankan profesinya

f. Memiliki lisensi

g. Wajar menerima imbalan jasa atau pelayanan yang diberikan

31
,Uzaham.Sosiologi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. 2017.
32
Notoadmojo. Promosi Kesehatan Dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.2015.
33
Mulyatinigsi,D.Pengaruh Tenaga Kesehatan, Dukungan Suami, Motivasi, Dan Peresepsi Terhadap Prilaku
Copy. Jakarta: Stikim.2010.
42

h. Jalur karier mempunyai kekuatan dan status dalam pengetahuan yang

spesifik

i. Memiliki sikap Altruiesme (rela berkorban).

2.4.3 Bentuk Peran Tenaga Kesehatan

Menurut 34 ada 4 aspek peran tenaga kesehatan sebagai berikut:

a. Informatif

Aspek ini pemberian informasi, penjelasan tentang situasi dan segala

sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang berhubungan dengan

masalah yang dihadapi oleh seseorang. Aspek informasi terdiri dari

pemberian nasehat, pengarahan, anjuran, petunjuk, masukkan, dan

keterangan lain yang dibutuhkan oleh individu yang bersangkutan.

Tenaga kesehatan berfungsi sebagai kolektor dan disseminatior,

(penyebab) informasi tentang kesehatan. Menjelaskan tentang

pemberian saran, sugesti informasi yang dapat digunakan dalam

mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah

dapat menekan munculnya stressor karena informasi yan diberikan

menyumbangkan aksi sugesti. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah

nasehat, usulan, saran, petunjuk, dan pemberian informasi. Bentuk

dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat meberikan

pertolongan langsung seperti pemberian informasi tentang kesehatan,

pelatihan serta bimbinan.

b. Penilaian

34
Potter, Perry. Fundamental Of Nursing: Cosper, Proses And Practice. Edisi 7. Vol 3. Jakarta:EGC.2010
43

Tenaga kesehatan bertindak sebagai sebuah pembimbing umpan balik

yang positif, menjadi penegah dalam menyelesaikan masalah yang

merupakan suatu sumber dan pengakuan identitas individual,

membimbing dan menjadi penegah dalam memecahkan masalah,

sebagai sumber dan validator. Aspek ini terdiri dari dukungan social

yang meliputi umpan balik, perbandingan sosial, informasi

c. Emosional

Tenaga kesehatan berfungsi sebagai tenpat urnuk berdiskusi dan

mencurahkan pendapat yang berpegaruh terhadap keterangan

emosional., pemberian empati, mendengarkan keluhan, menunjukkan

kasih sayang, kepercayaan dan pelatihan. Dukungan emosional dan

membuat seseorang merasa lebih dihargai, nyaman dan disayyangi.

Tengaa kesehatan juga sebagai tempat untuk mendapatkan informasi

dan bimbingan serta membantu penguasaan terhadap kesehatan. Aspek

dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam

bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan

didengarkan

d. Instrumental

Instrumental merupakan bentuk dukungan yang paling sederhana yang

berupa bantuan secara langsung dan nyata seperti membantu

meningkatkan tugas seseorang yang mebutuhkan. Tenaga kesehata

merupakan sumber pertolongan yang praktis dan konkrit. Aspek ini


44

meliputi penyediaan sarana perlengkapan, dan sarana pendukung lain

didalamnya.

2.4.4 Faktor Yang Mempengaruhi Peran Tenaga Kesehatan

Menurut Purnama (2010) fakror-faktor yang mempengaruhi dukungan

tenaga kesehatan adalah :

A. Faktor internal

1) Pendidikan atau tingkat pengetahuan

Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan yang terbentuk oleh

variabel intelektual yan terdiri dari pengetahuan, latar belakang

pendidikan, dan pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif aan

membentuk cara berfkir seseorang termasuk kemampuan untuk

memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan

menggunakan pengetahuan tentang kesehatan untuk menjaga kesehatan

dirinya.

2) Tahap perkembangan

Artinya dukungan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini adalah

pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia

memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang

berbeda-beda.

3) Faktor emosi

Fakor emosi juga dapat mempengaruhi keyakinan terhadap adanya

dukungan dan cara melaksanakannnya. Seseorang yang mengalami

respon stress dalam setiap perubahan hidupnya cenderung berespon


45

tehadap berbagai tanda sakit. Secara umum seseorang yag terlihat tenang

mungkin mempunyai respon emosional yang kecil selama ia sakit.

Seorang individu tidak mampu melakukan kontrol secara emosional

terhadap ancaman penyakit mungkin akan menyangkal adanya gejala

penyakit pada dirinya dan tidak mau menjalani pengobatan.

4) Spiritual

Aspek spiritual dapat dilihat dari bagaiman seseorang menjalani

kehidupannya, menckup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan,

hubungan dengan keluarga dan kemampuan mencari harapan dan arti

dalam hidup.

B. Faktor Eksternal

1) Praktk di keluarga

Bagaiman keluarga memberikan dukungan biasanya akan mempengaruhi

penderita dalam menjaga kesehatan

2) Faktor sosial Ekonomi

Faktor sosio psioko sosial dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit

dan mempengaruhi cara seseorang medefinisikan dan beraksi terhadap

penyakitnya. Seseorang biasanya mencari dukungan dari persetujuan

kelompok sosialnya, hal ini akan mempengaruhi keyakinan terhadap

kesehatan dan cara pelaksanaannya. Semakin tinggi tingkat ekonomi

seseorang biasanya ia akan lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit


46

yang dirasakan, sehingga ia akan segera mencari pertolongan ketika

mereka ada gangguan pada kesehatan.

3) Latar belakang budaya

Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai, dan kebiasaan

individu dalam memberika dukungan termasuk menjaga kesehatan

pribadi.

2.4.5 Indikator Peran Tenaga Kesehatan

Indikator peran tenga kesehatan dibagi menjadi beberapa macam yaitu:35

a. Sebagai tempat bertanya (Fasilitator)

Tenaga keehatan dapat dijadikan tempat bertanya oleh individu,

masyarakat, dan keluarga untuk memecahkan berbagai macam

permasalahan dalam bidang kesehatan. Petugas kesehatan diharapkan

dapat mebantu memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah

kesehtan yang masyarakat hadapi. Tenaga kesehatan harus menjadi

pendamping dalam forum dan memberikan kesematan kepada klien

untuk bertanya jika penjelasan kurang dimengerti.

b. Sebagai Pendidik (Healt Edukator)

Petugas kesehatan memberikan pendidikan kesehatan kepada individu,

keluarga, kelompok, dan masyarakat baik dirumah, dilingkungan,

masyarakat, dan dirumah sakit secara terorganisir dalam rangka

menanamkan prlaku sehat sehingga terjadi perubahan perilaku seperti

yang diharapkan dalam rangka mencapai tingkat kesehatan optimal.


35
A Potter Dan Perry A,G.. Buku Ajaran Fundamental, Keperawatan, Konsepproses, Dan Praktik . Edisi 4
Volume 2, Jakarta EGC. 2017
47

c. Sebagai Motivator

Motivator dalam KBBI adalah orang yang menyebabkan timbulnya

motivasi pada orang lain untuk melaksanakan sesuatu pendorong, dan

penggerak yang mampu menggerakan masyarakat untuk hidup sehat.

Petugas kesehatan dalam memberikan pelyanannya sebagai motivator

harus dapat melakukan pendampingan, menyadarkan, mendorong

kelompok untuk mengenal masalah yang dihadapi dan mampu

mengembangkan potensial dalam memecahkan masalah (Novita, 2011)

d. Sebagai Pengamat Kesehatan (Health Monitor)

Melaksanakan monitoring terhadap perubahan yang terjadi pada

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, yang menyangkut

masalah kesehatan yang timbul dan berdampak terhadap kesehatan

yang tibul dan berdampak status kesehatan melalui kunjungan rumah,

observasi, dan pengumpulan data.

e. Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator Of Service)

Mengkoordinir segala kegiatan dalam upaya pelayanan kesehatan

masyarakat dan rumah sakit dalam mencapai tujuan kesehatan melalui

kerja sama dengan tim kesehatan lalinnya sehingga tercipta keterpaduan

dalam sistem pelayanan kesehatan melalui kegiatan yang menyeluruh.

f. Sebagai Pembaharu (Inovator)

Petugas kesehatan dapat berperan sebagai agen pembaharuan terhadap

individu, keluarga dan masyarakat terutama dalam mengubah prilaku


48

dan pola hidup yang erat kaitannya dengan peninkatan dan

pemeliharaan kesehatan

g. Pengorganisasian Pelayanan Kesehatan (Organisator)

Petugas esehatan dapat berperan serta memberikan motivasi dalam

rangka meningkatkan keikutsertaan individu, keluarga dan masyarakat

dalam upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh masyarakat.

Misalnaya, dalam kegiatan yang dilaksanakan dipuskesmas atau rumah

sakit, dana sehat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai

dengan tahap penelitian, sehingga ikut berpartisipasi, dalam kegiatan

pengembangan pengorganisasian masyarakat dalam bidang kesehatan.36

2.4.6 Cara Mengukur Peran Tenaga Kesehatan

Cara mengukur variabel peran tenaga kesehatan dalam penelitian

ini dengan menggunakan kuesioner terstruktur sebanyak 10 pertanyaan,

respoden diminta untuk menjawab pertanyaan yang diberikan kemudian

diukur menggunakan skala interval. Cara interpretasi dapat berdasarkan

presentasi sebaai berikut 1: sanagat tidak setuju STS), 2: tidak setuju (TS),

3: setuju (S) dan 4: sangat setuju (SS) .

2.4.7 Sintesa Variabel Peran Tenaga Kesehatan

Dalam hal ini peran tenaga keseahatan sangatlah penting dalam

penanganan dan pencegahan terjadinya fluor albus khususnya pada remaja

putri. Draja kesehatan remaja akan meningkat ketika tenaga kesehatan bisa

36
Novita, N.. Promosi Kesehatan Dalam Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika. 2011
49

menjadi coustemer, komunikator, motivator, fasilitator, dan konselor yang

baik.

2.5 Landasan Teori Menuju Konsep

Masalah kesehatan reproduksi menjadi perhatian bersama dan

bukan hanya individu yang bersangkutan, karena dampaknya luas

menyangkut berbagai aspek kehidupan dan menjadi parameter

kemampuan negara menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap

masyarakat. Fluor albus sampai saat ini masih merupakan salah satu

masalah kesehatan reproduksi diseluruh dunia baik dinegara maju maupun

negara berkembang 37

Banyak faktor yang menyebabkan peningkatan kejadian fluor albus

diantaranya masih minimnya kesadaran untuk menjaga kesehatan terutama

kesehatan organ genitalianya. Selain itu, keputihan sering dikaitkan

dengan kadar keasaman daerah sekitar vagina, bisa terjadi akibat pH

vagina tidak seimbang. Sementara kadar keasaman vagina disebabkan oleh

dua hal yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal antara

lain kurangnya personal hygiene, pakaian dalam yang ketat, dan

penggunaan WC umum yang tercemar bakteri Clamydia.38

Remaja cenderung malu untuk membicarakan permasalahan

kesehatan reproduksi salah satunya tentang keputihan karena merupakan

hal yang dianggap tabu dan sensitif. Remaja lebih nyaman

37
Manuaba, 2019. Op.cit
38
Widyastyti, Y. OP.CIT.2019.
50

membicarakannya dengan teman sebaya karena mereka lebih banyak

berinteraksi dengan teman apalagi remaja yang tinggal di pondok atau

asrama. Sehingga pengetahuan keputihan pada remaja dipengaruhi oleh

pengetahuan teman sebayanya. Hal ini mengakibatkan remaja

mendapatkan pengetahuan dan informasi keputihan yang sering salah dan

tidak dapat dipertanggungjawabkan.39

Selain dari faktor yang menyebabkan tingginya kejadian fluor

albus pada remaja diatas ada beberapa faktor yang menyebabkan angka

kejadian fluor albus tersebut meningkat diantaranya faktor predisposisi,

faktor pendukung dan faktor pendorong. Faktor predisposisi diantaranya

terdapat presepsi dan penegtahuan praktek salah satunya genetalia

hygiene, faktor pendukung tempat pelayanan kesehatan dan faktor

pendorong yaitu peran tenaga kesehatan. 40

Penelitia ini dilakukan untuk mengetahui presepsi remaja, personal

hygiene habits dan peran tenaga kesehatan dalam upaya menurunkan

kejadian fluor albus pada remaja. 63 juta remaja di Negara Indonesia

memiliki perilaku yang tidak sehat. Misal, kurangnya tindakan merawat

kebersihan organ reproduksi ketika mengalami menstruasi. Angka insiden

penyakit infeksi yang terjadi pada saluran reproduksi pada remaja (10–18

tahun), yaitu 35% sampai 42% serta dewasa muda (18–22 tahun) sebesar

27% hingga 33%. Rahmatika (2010) dalam penelitiannya


39
Zulva RPengaruh Peer Education Terhadap Sikap Manajemen Higiene Menstruasi Pada Santriwati
Remaja Awal di Pondok Pesantren Al Qodiri.Universitas Jember. Jember. . 2011

40
Yohana, Verlina. Op. Cit
51

mengungkapkan bahwa faktor pemicu kasus ISR antara lain imunitas yang

rendah sejumlah 10%, perilaku kurang dalam merawat hygiene ketika

menstruasi sejumlah 30%, lingkungan buruk dan tata cara dalam

penggunaan pembalut yang kurang tepat ketika menstruasi sejumlah 50%.

Dari masalah tersebut khususnya masalah fluor albus ada upaya

yang sebaik mungkin dilakukan sebaik mungkin agar mencegah terjadinya

keputihan. Dari mulai upaya promrotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Pencegahan dini yang dapat dilakukan yaitu dengan menjaga kebersihan

diri atau personal hygiene. Personal hygiene merupakan salah satu

tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk

kesejahteraannya.41

Peran tenaga kesehatan dalam pencapaian MDG’S sangatlah

berpengaruh penting disetiap negara. Banyak negara maju yang mayoritas

negaranya maju karena bidang kesehatan dan industri. Peran serta tenaga

kesehatan dalam mengontrol kejadian fluor albus pada remaja sangatlah

penting, selama kelompok ini belum terjangkau dengan pencegahan dan

layanan pengobatan yang berkualitas baik, jangkauan yang efektif,

pendidikan sebayah serta layanan kelinik berjalan untuk mengurangi

prevalensi fluor albus di kalangan remaja putri.42

41
Andarmoyo. Keperawatan Kelurga, Konsep Teori, Proses, Dan Praktik Kesehatan. Yogyakarta: Graha
Ilmu. 2012.
42
Armwnia, Novita. Po Cit
BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPRASIONAL, DAN

KERANGKA ANALISA

3.1 Kerangka Teori

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan Berbagai faktor yang telah di identifikasi sebagai hal

yang penting.

Teori Ke-I

Presepsi Remaja
Fluor Albus Pada Remaja

Gambar 3.1

Teori Persepsi Remaja Terhadap Fluor Albus

Sumber: JPK,Vol 5 No 1 Januari 2018

Teori ke- II

Personal Hygiene
Habits Fluor Albus Pada Remaja Putri

Gambar 3.2

Teori Personal Hygiene Habits Terhadap Fluor Albus

Sumber: Jurnal Ilmu Kesehatan Dan Kebidanan, Vo.10 No 1 Januari 2019

52
53

Teori Ke- III

Peran Tenaga
Fluor Albus Pada Remaja
Kesehatan
Putri

Gambar 3.3

Peran Tenaga Kesehatan Terhadap Fluor Albus

Sumber: Yulfitriah, (2017)


54

3.2 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini adalah suatu uraian pengaruh antara

konsep satu dengan konsep lainnya, atau antara variabel yang satu dengan

variabel lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Berdasarkan kerangka teori

yang telah disusun maka dirancang kerangka konsep penelitian. Adapun

variabel yang diambil dari kerangka teori adalah variabel persepsi remaja,

personal hygiene habits dan peran tenaga kesehatan terhadap fluor albus pada

remaja putri di SMA 13 Bekasi Tahun 2020.

Menerima atau Mengerti atau


menyerap memahami

Pengetahuan Kebiasaan
seseorang
Presepsi Remaja

Fluor albus pada remaja


Personal Hygiene Habits

Peran Tenaga
Kesehatan

Fasilitator Health
Edukator
55

3.3 Kerangka Analisa

Kerangka analisa adalah kegiatan berpikir, untuk menguraikan suatu

pokok menjadi bagian-bagian atau komponen sehingga dapat diketahui ciri

atau tanda tiap bagian, kemudian hubungan satu sama lain serta fungsi

masing-masing bagian dari keseluruhan.

δ1 δ2

X1 X2
X2.1
X2.2
λX1 λX2
ζ3
η1
γ3

γ1 η2 β3 ξ1

ζ2

β2
η3

ζ1
λY164
λY λY2
X3.1 X3.2

ε1 ε2

Gambar 3.4 Kerangka Analisa


56

Persamaan matematisnya yang terbentuk menjelaskan hubungan antara satu

variabel eksogen dengan variabel endogen yaitu:

Tabel 3.1 Keterangan Notasi

Notas Cara Baca Keterangan

ᶓ Xi Variabel Laten Eksogen

Γ Gamma Pengaruh Antara Variabel Eksogen Dengan Variabel

Endogen

Ƞ Eta Variabel Alten Endogen

Λ Lambda Pengaruh Antara Variabel Eksogen Dan Variabel

Endogen (Terhadap Indikator-Indikatornya)

ß Beta Pengaruh Antara Variabel Endogen

ɛ Epsilon Kesalahan Pengukuran (Measurement Error) Dari

Indikator Variabel Endogen

ᵟ Delta Kesalahan Pengukuran (Measurement Error) Dari

Indikator Variabel Eksogen


57

3.4 Variabel, Definisi Konsep, Definisi Operasional Dan Pengukuran

No Variabel Definisi Konsep Definisi Oprasional Cara Alat Hasil Ukur Skala

Ukur Ukut

1. Variabel Keputihan atau Fluor Fluor albus merupakan Mengisi kuesioner Kuesioner interval

dependen albus merupakan suatu cairan (bukan darah) yang kuesioner diukur dari 10

Fluor Albus gejala gangguan alat merupakan salah satu dengan pertanyaan

kelamin yang dialami gangguan pada vagina. dipandu dengan 4 pilihan

oleh wanita, berupa oleh jawaban dengan

keluarnya cairan putih peneliti skor 10 – 40

kekuningan atau putih

kelabu dari vagina.

Secara normal, wanita

dapat mengalami
58

keputihan. Namun perlu

diwaspadai bahwa

keputihan juga dapat

terjadi karena infeksi

yang disebabkan oleh

bakteri, virus dan jamur.

2. Variabel Pandangan atau pemikiran iran


Pandangan atau pemikiran Mengisi kuesioner Kuesioner interval

independen remaja putri tentang keputihan


remaja tentang keputihan di kuesioner diukur dari 10

Persepsi Remaja SMA 13 Bekasi. dengan pertanyaan

Indikator persepsi: dipandu dengan 4 pilihan

1. Menerima Dan Menyerap oleh jawaban dengan

2. Memahami peneliti skor 10 – 40

3. Variabel Personal hygiene ialah Tindakan memelihara Mengisi kuesioner Kuesioner interval

independen suatu tindakan untuk kebersihan dan kesehatan diri kuesioner diukur dari 10
59

Personal memelihara kebersihan seseorang untuk dengan pertanyaan

Hygiene Habits dan kesehatan seseorang kesejahteraan fisik dan dipandu dengan 4 pilihan

untuk kesejahteraan fisik psikisnya. Indikator personal oleh jawaban dengan

dan psikis hygiene: peneliti skor 10 – 40

1. Pengetahuan

2. Kebiasaan

4. Variabel Peran seseorang sesuai Peran yaitu suatu pola Mengisi kuesioner Kuesioner interval

independen kedudukan dan perannya tingkah laku, kepercayaan, kuesioner diukur dari 10

Peran Tenaga dalam bidang kesehatan nilai dan sikap yang dengan pertanyaan

Kesehatan serta memiliki diharapkan dapat dipandu dengan 4 pilihan

pengetahuan dan menggambarkan prilaku oleh jawaban dengan

kemampuan yang seharusnya peneliti skor 10 – 40

diperlihatkan oleh individu

pemegang peran tersebut


60

dalam situsasi yang umunya

terjadi.

Indikator peran tenaga

kesehatan:

1. Fasilitator

2. Health edukator
61

3.5 Hipotesis Penelitian

Ada Pengaruh Persepsi Remaja, Personal Hygiene Habits,dan peran

tenaga kesehatan terhadap fluor albus pada remaja di SMA 13 Bekasi Tahun

2019.
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan metode

penelitian Survey Analitik. Penelitian kuantitatif adalah sebuah metode

penelitian yang memberlakukan kuantifikasi pada variabel-variabelnya,

menguraikan distribusi variabel secara numerik (menggunakan angka mutlak

berupa frekuensi dan nilai relatif berupa persentase) kemudian menguji

hubungan antar variabel dengan memakai formula statistik. 43 Penelitian jenis

kuantitatif dipakai karena peneliti mengambil sampel dari satu populasi

dengan memakai kuesioner sebagai alat ukur pengumpulan data. Penelitian

survey analitik adalah penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan

mengapa fenomena kesehatan itu terjadi.44

Penelitian ini menggunakan rancangan survey cross sectional atau

potong lintang. Jenis penelitian potong lintang atau cross sectional,

merupakan penelitian deskriptif dimana subjek penelitian diamati atau diukur

atau diminta jawabannya satu kali saja. Pada penelitian cross sectional atau

potong lintang variabel-variabel yang diteliti ditimpakan sekali saja pada

sejumlah subjek yang menjadi sampel penelitian dan kemudian dilihat

hubungan antar variabelnya hanya berdasar satu kali pengamatan sesaat

saja.45 Jenis desain penelitian Cross Sectional ini di gunakan untuk

43
Wibowo A. Metodologi Penelitian Praktis Bidang Kesehatan. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada; 2014
44
Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2012
45
Wibowo A. Loc. Cit

62
63

mengetahu pengaruh persepsi remaja, personal hyygiene habits dan peran

tenaga kesehatan terhadap fluor albus pada remaja putri di SMA 13 Bekasi

Tahun 2019.46

4.2 Lokasi Dan Waktu

4.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMAN 13 Bekasi

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Desember 2019

4.3 Populasi Dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi merupakan suatu subjek yang memenuhi kriteria yang telah

ditetapkan oleh peneliti (Nursalam, 2016). Populasi dalam penelitian ini

adalah semua siswidi SMA 13 bekasi tahun 2019.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang digunakan sebagai

subjek peneliti yang didapatkan melalui teknik pengambilan sampel atau

yang diisebut dengan sampling (Nursalam, 2016). Sampel yang digunakan

untuk penelitian ini diperoleh dengan menggunakan teknik total sampling

dimana pemilihan mengacuh pada semua dari populasi yang ditetapkan

yaitu 62 siswi di SMA 13 Bekasi tahun 2019.

46
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta; 2016.
64

4.4 Teknik Pengumpulan Data

4.4.1 Sumber Data

Data penelitian ini menggunakan data primer. Data primer yang

didapatkan langsung dari responden yaitu remaja putri dengan

menggunakan kuisioner.

4.4.2 Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan suatu alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data agar hasilnya lebih lengkap, pekerjaan lebih muda,

cermat, dan sitematis, yang kemudian dapat diolah (Arikunto, 2010).

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi

angket pertanyaan dan pernyataan. Pertanyaan yang muncul didalam angket

mencoba untuk menggali hal-hal yang berhubungan dengan persepsi remaja,

personal hygiene habits dan peran tenaga kesehatan terhadap fluor albus pada

remaja dengan menggunakan sekala interval dengan skor 1,2,3,4untuk jumlah

pertanyaan persepsi remaja, personal hygiene habits dan peran tenaga

kesehatan dengan 10 pertanyaan setiap variabel.

4.5 Etika Penelitian

Etika penelitian merupakan prosedur penelitan dengan tanggung

jawab profesional, legal, sosial, bagi subjek penelitian. Sebelum dilakukan

penelitian perlu dibuatkan surat persetujuan penelitian disampaikan kepada

kepala sekolah SMA 13 Bekasi, setelah mendapatkan ijin penelitin bisa

dilakukan.
65

Sebelum penelitian dilakukan penelitian responden yang menjadi

subjek penelitian diberikan informasi bahwa semua keterangan yang

diberikan kepada subjek peneliti dan hasil pengisisan kuisioner bersifat

rahasia. Setiap reponden diberikan hak penuh untuk menyetujuiapakah

bersedia menjadi responden atau menolak menjadi subjek penelitian dan

mereka yang telah setuju akan diberikan lembar persetujuan yang telah

disiapkan.

4.6 Uji Validitas Dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakan instrumen

yang dilakukan betul-betul mengukur apa yang perlu diukur dan sejauh mana

instrumen yang digunakan dapat dipercaya atau diandalkan. Uji validitas dan

reliabilitas dengan menggunakan smart partial square (PLS) versi 2.0

Dinyatakan valid jika mempunyai loading factor 0,5-0,6 (masih dapat di

tolerir sepanjang model masih dalam tahap pengembangan) namun loading

factor yang direkomindasikan diatas 0,7.

4.7 Pengolahan Data

4.7.1 Kooding

Kegiatan kooding untuk mengklasifikasikan data dan memberi kode

terhadap data. Untuk mempermudah proses kooding peneliti membuat

matriks. Proses kooding dimulai pada saat membuat kuisioner. Selanjutnya

setelah data terkumpul kemudian dilakukan pengkodean lebih lanjut.


66

4.7.2 Editing

Proes editing ini dilakukan sebelum memasukkan data kekomputer.

Tujuannya supaya nantinya data yang entri sudah tidak bermasalah. Proses

editing selain dapat dilakukan setelah proses kooding, dapat juga dikerjakan

pada saat masih dilapangan. Ini dapat mendeteksi lebih awal apabila

ditemukan ketidak beresan dan dapat diksocek kembali keada reponden.

4.7.3 Entri

Setelah melalui tahapan kooding dan editing data, kemudian yang

dilakukan adalah memasukkan data dalam komputer menggunakan program

SPSS. Harus diperhatikan dalam memasukkan data jangan sampai salah

mengentri, memasukkan data dua kali (doublea), tidak lengkap dalam

mengentri, mengisi yang harus diisi, alur lompatan, nilai minimal dan nilai

maksimal.

4.7.4 Cleaning

Pembersihan data masih diperlukan sebagai pengecekan akhir data

yang telah dimasukkan kedalam komputer. Hasil manajemen data yang

telah dilakukan akan disajikan dalam bentuk tabel.

4.7.5 Transforming

Setelah dipastikan tidak ada kesalahan dalam entri data, maka dilakukan

transforming yaitu perubahan dari exel csv ke program PLS.


67

4.8 Analisa Data

Dalam penelitian ini analisis data-data menggunaka pendekatan partial

lest square (PLS) dengan menggunakan software smart PLS. PLS dalah

model persamaan struktur (SEM) yang berbasis komponen atau varian

(variance). PLS merupaka pendekatan alternatif yang bergeser dari

pendekatan SEM berbasis covariance menjadi berbasis kovarian umumnya

menguji kwalitas/ teori sedangkan PLS lebih bersifat predective model. 47

Dinyatakan oleh wold (1985) PLS merupakan metode analisis yang

powerfull karena tidak didasarkan banyak asumsi, yang tidak harus

berdistribusi normal, indikator dengan skala (kategori, ordinal, internal,

sampai rasio) dapat digunakan model PLS dapat menganalisis skaligus

konstruk yang dibentuk dengan indikator refreksi dan indikator formatif.

Model refreksi mengasumsikan bahwa kontruks atau variabel laten

yang mempengaruhi indikator (arah hubungan kualitas dari kontruks ke

indikator atau manifest) dalam penelitian ini pada variabel persepsi remaja,

persnal hygiene habits dan peran tenaga kesehatan terhadap fluor albus pada

remaja putri.

Model analisis semua jalur variabel laten dalam PLS terdiri dari tiga

set: (1) inner model yang spesifikasinya pengaruh antara variabel laten

(structural model) di ukur dengan menggunakan Ǫ= squqre predictive

relevance dengan rumus Ǫ2= 1-(1-R12, (1-Rp2), (2) other model yang

47
Ghozali structural equation modelling metode alternative dengan partial lest square PLS. Semarang: padan
penerbit UNDIP, 2011
68

menspesifikasikan hubungan antara variabel laten dengan indikatornya atau

variabel manivesnya (measurment model) diukur dengan melihat convergent

validity dan distriminant, convergen validity dengan nilai loading 0,5 sampai

0,6 dianggap cukup, untuk jumlah indikator dari variabel laten berkisar 3

sampai 7, sedangkan discriminant validity direkomendasikan nilai AVE lebih

besar dari 0,5 dan juga dengan melihat (3) weight relation dimana nilai kasus

ini variabel laten dan indikator atau menifest variabel diskala zero mens dan

unit varience sehingga parameter lokasi (parameter konstan).

4.9 Penyajian Data

Data yang terkumpul ( data mentah/ raw data) dalam penelitian ini

akan disajikan dalam bentuk tabel umum maupun bentuk gambar dan

dijelaskan secara tulisan (tekstural/ narasi). Lebih jelasnya dalam penelitian

ini disajikan dalam beberapa bentuk yaitu:

a. Narasi

Penyajian data dalam narasi (kalimat) atau memberikan keterangan

secara tulisan. Pengumpulan data dalam bentuk tertulis mulai dari

pengambilan sampel, pelaksanaan pengumpulan data dan sampai hasil

analisis yang berupa informasi dari pengumpulan data tersebut.

b. Tabel

Penyajian data secara tabulasi memberikan keterangan berbentuk

angka. Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah master tabel
69

dan tabel distribusi frekuensi. Dimana data disusun dalam basis dan

kolom dengan sedemikian rupa sehingga dapat meberikan gambaran.

c. Grafik

Data disebut juga diagram data adalah penyajian data dalam bentuk

gambar-gambar. Grafik data biasanya berasal dari tabel dan grafik

biasanya dibuat bersama-sama, yaitu tabel dilengkapi dengan grafik.

Grafik data sebenarnya merupakan penyajian data secara visual dari

data bersangkutan. Dengan adanya grafik dapat meberikan informasi

dengan cepat yang ada pada sekelompok data dalam bentuk yang

ringkas.
BAB V

GAMBARAN AREA PENELITIAN

5.1 Sejarah Singkat

Beranjak dari kebijakan pemerintah kota Bekasi di bidang pendidika

yang didasari oleh semangat undang-undang No.22 Tahun 1999 yang

diberlakukan sejak tahun 2000. Pemerintah kota bekasi melalui dinas

pendidikan melakukan perencanaan, pelaksanaan, pengawas, pemegendalian

dan evaluasi pendidikan. Pengembangan populasi dan angka partisispasi

pendidikan meningkat setiap tahun, maka penigkatan partisipasi

pengembangan pendidikan melalui pembangunan sarana dan prasarana

dengan membangun Unit Sekolah Baru (USB) dilingkungan wilayah atau

kecamatan yang belum memiliki Unit Sekolah Menegah Atas. Dinas

pendidikan melalui keputusan kepala dinas pendidikan Kota Bekasi, nomor:

421/1142-Dik.2 tanggal 5 juni 2005 menyetujui unit sekolah baru (USB)

SMAN 13 Bekasi bergantung pada kecamatan Rawalumbu.

Manajemen USB SMAN 13 Bekasi dirujuk dan dibina SMAN 9 Kota

Bekasi dengan kepala Sekolah Drs. H Rochmat MM. Nomor 421/1207-

Disdik tanggal 21 november 2005 dan rekomendas dari kabid Dimkem

Nomor: 421/2060- Disk.2 tanggal 6 November 2005 yaitu Lukman Hakim

S.Pd MM. Tahun pelajaran 2005-2006 USB SMAN 13 Bekasi mebuka

pendaftaran baru sebanya 3 kelas dengan jumlah siswa 117 siswa. Awalanya

USB SMA 13 bekasi tempat belajar di SMPN 16 Bekasi, tahun 2006-2007

pindag dengan SDN Bojong Rawalumbu Kota Bekasi.

70
71

Setelah gedung baru SMAN 13 Bekasi berdiri yang beralamat di Jalan

Pariwisata Raya Perum Bumi Bekasi Baru Uatar Rawa Lumbu Kota Bekasi

Rampung Pembangunan, lalu Februari 2007 mulai ditempati untuk periapan

proses belajar. Pada tahun 2007-2008 SMAN 13 Bekais memiliki 3 kelas

terdiri dari kelas X 3 kelas, kelas X1 empat kelas (dua kelas IPA dan dua

kelas IPS) dan kelas XII tiga kelas (satu kelas IPA dan dua kelas IPS).

Berdasarkan keputusan wali kota bekasi nomor: 421/Kep.286-

Disdik/X/2007 tanggal 8 Oktober 2007 USB SMA 13 Bekasi mengubah

statusnya menjadi SMA N 13 Bekasi yang defitif dan mandiri. Dengan

keluarnya surat keputusan tersebut, pengelolaan SMAN 13 Bekasi tidak lagi

tergantung pada kebijakan SMAN 9 Bekasi. Keputuan ini berdrasarkan

Keputusan Wali Kota Bekasi nomor: 821.2/Kep.97-BKD/XII/2007 tentang

penunjukkan pengangkatan dan Alih Tugas Guru yang memberikan tugas

tambahan sebagai Kepala Sekolah Menegah Kejuruan Negeri dan Kepala

Sekolah Menegah Atas Lingkungan Dinas Pendidikan Kota Bekasim, maka

ditunjuklah saudara Lukman Hakim S.Pd., MM. Tanggal 11 Desember 2007,

kepala sekolah SMAN 13 Bekasi.

5.2 Sarana Dan Prasarana

Modernisasi pendidikan dengan memanfaatkan kewajiban dunia

teknologi informasi yang semakin pesat telah berupaya direspon oleh SMAN

13 Bekasi sebagai salah satu rintisan Sekolah Kategori Mandiri (SMK)/

Sekolah Standar Nasional (SSN) yang berupa pemenuhan 8 standar nasional


72

pedidikan, dengan salah satunya adalah berupaya memenuhi standar sarana

prasarana pendukung proses belajar mengajar yang berbasis ICT.

Mulai tahun pelajaran 2009/2010 SMAN 13 Bekasi berupaya sebagai

salah satu sekolah rintisan pusat sumber belajar berbasis TIK dengan

berusaha terus melengkapi sarana prasarana pendukung proses belajar

mengajar yang berbasis TIK baik sarana akademik maupun non akademik.

Sarana pendukung pembelajaran yang berbasis TIK yang terus dikembangkan

di SMAN 13 Bekasi adalah akses internet geratis bagi siswa dan guru serta

karyawan, laboratorium komputer, laboratorium IPA, (fisika-kimia-biologi),

fasilitas internet yang berisi bahan ajaran, dan perpustakaan sekolah. SMAN

13 Memiliki beberapa fasilitas untuk menunjang kegiatan proses belajar

mengajar yaitu :

1. Laboratorium Biologi, Fisika, dan Kimia

2. Laboratorium Bahasa

3. Laboratorium komputer

4. Ruang Perpustakaan dan Ruang Baca

5. Ruang Tabuh

6. Aula Sekolah

7. Taman Sekolah
73

5.3 Organisasi Dan Kegiatan Ekstrakulikuler Sekolah

Organisasi dan kegiatan ekstrakulikuler yang ada di SMAN 13 Bekasi yaitu:

1. OSIS (osmantilas)

2. MPK (Musyawara Perwakilan Kelas)

3. Rohani Islam (Reaction 13)

4. Rohani Kristen (Rokris)

5. IT ( Informasi Technology)

6. Pramuka (Garasi Nurilaka)

7. Paskibraka (KOPASGAS)

8. PMR

9. Basket (Thirteen Basketball)

10. Futsal (Perseglas)

11. Bola Voli (Vobgasi)

12. Japanese Club (Seini Yumeno)

13. English Club

14. KIR/TST (Teknologi Sains Terapan)

15. Taekwondo

16. Band (Thirteen Musical)

17. Mading (Gomawa)

18. Paduan suara (Padus Threenagers)

19. TALISTA (Tata Lingkungan Sekolah Kita)

20. Klinik Pancasila

21. PIK-R
74

22. Tari Saman

23. Traditional Dance

24. Moderen Dance

5.4 Visi Dan Misi SMAN 13 Bekasi

5.4.1 Visi

Menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, beriman dan

bertakwa melalui penyelenggaraan pendidikan yang profesional

5.4.2 Misi

a. Kualitas dala bidang akademik

b. Kualitas dalam bidang non akademik

c. Kualitas dalam pengembangan diri

d. Kualitas pengajaran melalui PAKEM

e. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

f. Total quality manajemen (TQM)

g. Meningkatkan kemampuan bahasa asing

h. Memberikan kepusana dalam pelayanan prima pendidikan

5.5 Profil Sekolah

1. Hasil Rekapitulasi Sekolah yang berada di SMA 13 Bekasi terdiri


dari:

Siswa/siswi : 666 murid

Kelas : 26 kelas

Guru : 44
75

Jurusan :3

Pelajaran : 225

Ekstrakurikuler : 6

2. Info Sekolah
Nama : SMAN 13 Bekasi

NPSN : 20231719 

NSS :301026510013 

Akreditasi : Akreditasi A 

Alamat : Jl. Pariwisata Raya Perum Bumi Bekasi Baru

Utara 

Kodepos : 17115 

Nomer Telpon : 02182409656

Nomer Faks : ["021 82418223"] 

Email : sman13_bekasi@yahoo.com 

Jenjang : SMA 

Status : Negeri 

Situs : sman13bekasiyahoo.com 

Lintang : -6.296530034716871 

Bujur : 107.16751098632812 

Ketinggian : 18 

Waktu Belajar : Sekolah Pagi dan Sore 


76

3. Lokasi

Kota : Bekasi

Profinsi : Jawa Barat

Kecamatan : Rawa Lumbu

Kelurahan : Pengasinan

Kode post : 17115


BAB VI

HASIL PENELITIAN

6.1 Analisis Deskriptif

6.1.1 Deskriptif Karakteristik Responden

Gambaran tentang karakteristik responden dalam penelitian ini yang

meliputi umur dapat dilihat pada tabel 6.1 sebagai berikut :

Tabel 6.1

Distribusi Frekuensi Menurut Umur Responden di SMA 13 Bekasi

Tahun 2020

No Umur Jumlah Persentase


1 17 tahun 25 40,3
2 18 tahun 37 59,7
Total 62 100
Sumber : Hasil Olah Data Penelitian Tahun 2020

Berdasarkan tabel 6.1 dapat dijelaskan bahwa dari 62 responden

sebagian besar umur 18 tahun yaitu sebanyak 37 responden (59,7%) dan

sebagian kecil umur 17 tahun yaitu sebanyak 25 responden (40,3%).

6.1.2 Deskriptif Statistik Jawaban Responden

Gambaran nilai mean, median dan parameter penyebaran dengan

mengetahui standar deviasi, minimum dan maksimum responden sebagai

berikut:

77
78

Tabel 6.2
Deskripsif Statistik Jawaban Responden di SMA 13 Bekasi
Tahun 2020
Variabel penelitian Mean Median Range Min Max Std.
deviasi
Fluor Albus 23,29 28,00 19 12 31 8,11
Persepsi remaja 26,87 19,50 23 16 39 9,81
Personal hygiene 26,00 20,00 21 17 38 8,20
habits
Peran tenaga 23,31 19,00 18 16 34 6,64
kesehatan
Sumber : Hasil Olah Data Penelitian Tahun 2020

6.1.3 Deskriptif Sebaran Jawaban Responden

Deskriptif sebaran jawaban responden penelitian digunakan untuk

mengevaluasi tanggapan responden terhadap variabel-variabel yang diteliti,

dengan melihat nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata dan standar

deviasi. Tanggapan responden terhadap item-item pernyataan dalam angket

digunakan untuk mengetahui nilai rentang aktual, rata-rata aktual dan

standar deviasi. Evaluasi statistik variabel dalam penelitian ini dapat

diuraikan sebagai berikut :

Tabel 6.3
Rentang Kisaran Jawaban Responden di SMA 13 Bekasi
Tahun 2020
Variabel penelitian Rentang Rata-rata Rentang Rata-rata Std.
kuesioner kuesinor aktual aktual deviasi
Fluor Albus 10-40 25 12-31 23,29 8,11
Persepsi remaja 10-40 25 16-39 26,87 9,81
Personal hygiene 10-40 25 17-38 26,00 8,20
habits
Peran tenaga 10-40 25 16-34 23,31 6,64
kesehatan
Sumber : Hasil Olah Data Penelitian Tahun 2020
79

Evaluasi selanjutnya adalah menilai distribusi jawaban responden

terhadap variabel-variabel yang diteliti. Pembagian kelas dengan memakai

rumus sturges yaitu :

K = (1+3,3 log N)

K = (1+ 3,3 log 62)

K = (1+ 3,3 . 1,7)

K = 6,6

Panjang interval di setiap kelas dalam variabel fluor albus dengan

rumus sebagai berikut :

Xmaks - Xmin
P =
K
31 – 12
P =
6
19
P =
6
P = 3, 16 (dibulatkan menjadi 3)

Panjang interval di setiap kelas dalam variabel persepsi remaja

dengan rumus sebagai berikut :

Xmaks - Xmin
P =
K
39 – 16
P =
6
23
P = P = 3,83 (dibulatkan menjadi 4)
6
Panjang interval di setiap kelas dalam variabel personal hygiene

habits dengan rumus sebagai berikut :


80

Xmaks - Xmin
P =
K
38 – 17
P =
6
21
P =
6
P = 3,5 (dibulatkan menjadi 4)

Panjang interval di setiap kelas dalam variabel peran tenaga

kesehatan dengan rumus sebagai berikut :

Xmaks - Xmin
P =
K
34 – 16
P =
6
18
P =
6
P =3
81

Tabel 6.4
Deskriptif Sebaran Jawaban Responden DiSMA 13 Bekasi
Tahun 2020
Variabel Interval Frekuens Persentase (%)
i
12-14 22 35,5
15-17 1 1,6
18-20 1 1,6
Fluor albus 21-23 0 0
24-26 0 0
27-29 16 25,8
30-31 22 35,5
16-19 31 50,0
20-23 4 6,5
24-27 0 0
Persepsi remaja
28-31 0 0
32-35 0 0
36-39 27 43,5
17-20 33 53,2
21-24 0 0
25-28 2 3,2
Personal hygiene habits
29-32 4 6,5
33-36 20 3,2
37-40 3 4,8
16-18 18 29,0
19-21 22 35,5
22-24 0 0
Peran tenaga kesehatan 25-27 0 0
28-30 2 3,2
31-33 18 29,0
34-36 2 3,2
Sumber : Hasil Olah Data Penelitian Tahun 2020

Variabel fluor albus dalam penelitian ini diukur melalui 10

pertanyaan dengan penilaian 1-4 sehingga skor kuesioner berkisar 10-40 dan

skor aktual 12-31. Distribusi frekuensi skor jawaban responden terhadap

variabel fluor albus adalah sebagai berikut :


82

Tabel 6.5
Deskriptif Sebaran Jawaban Responden Variabel Fluor Albus
Di SMA 13 Bekasi Tahun 2020

Interval Frek Std. Mean Media % % Kum


Deviasi
12-14 22 8,11 23,29 28,00 35,5 35,5
15-17 1 8,11 23,29 28,00 1,6 37,1
18-20 1 8,11 23,29 28,00 1,6 38,7
27-29 16 8,11 23,29 28,00 25,8 64,5
30-31 22 8,11 23,29 28,00 35,5 100,0
Sumber : Hasil Olah Data Penelitian Tahun 2020

Data-data tersebut dapat ditampilkan dalam bentuk grafik histogram

sebagai berikut :

Gambar 6.1 Histogram Variabel Fluor Albus

Variabel persepsi remaja dalam penelitian ini diukur melalui 10

pertanyaan dengan penilaian 1-4 sehingga skor kuesioner berkisar 10-40 dan
83

skor aktual 12-31. Distribusi frekuensi skor jawaban responden terhadap

variabel persepsi remaja adalah sebagai berikut :

Tabel 6.6
Deskriptif Sebaran Jawaban Responden Variabel Persepsi Remaja
Di SMA 13 Bekasi Tahun 2020

Interval Frek Std. Mean Media % % Kum


Deviasi
16-19 31 9,81 26,87 19,50 50,0 50,0
20-23 4 9,81 26,87 19,50 6,5 56,5
36-39 27 9,81 26,87 19,50 43,5 100,0
Sumber : Hasil Olah Data Penelitian Tahun 2020

Data-data tersebut dapat ditampilkan dalam bentuk grafik histogram

sebagai berikut :

Gambar 6.2 Histogram Variabel Persepsi Remaja


Variabel persepsi remaja dalam penelitian ini diukur melalui 10

pertanyaan dengan penilaian 1-4 sehingga skor kuesioner berkisar 10-40 dan

skor aktual 12-31. Distribusi frekuensi skor jawaban responden terhadap

variabel persepsi remaja adalah sebagai berikut :


84

Tabel 6.7
Deskriptif Sebaran Jawaban Responden Variabel Personal Hygiene Habits
Di SMA 13 Bekasi Tahun 2020

Interval Frek Std. Mean Media % % Kum


Deviasi
17-20 33 8,20 26,0 20,00 53,2 53,2
25-28 2 8,20 26,0 20,00 3,2 56,5
29-32 4 8,20 26,0 20,00 6,5 62,9
33-36 20 8,20 26,0 20,00 32,3 95,2
37-40 3 8,20 26,0 20,00 4,8 100,0
Sumber : Hasil Olah Data Penelitian Tahun 2020

Data-data tersebut dapat ditampilkan dalam bentuk grafik histogram

sebagai berikut :

Gambar 6.3 Histogram Variabel Personal Hygiene Habits


85

Tabel 6.8
Deskriptif Sebaran Jawaban Responden Variabel Peran Tenaga Kesehatan
Di SMA 13 Bekasi Tahun 2020

Interval Frek Std. Mean Media % % Kum


Deviasi
16-18 18 6,64 23,31 19,00 29,0 29,0
19-21 12 6,64 23,31 19,00 35,5 64,5
28-30 2 6,64 23,31 19,00 3,2 67,7
31-33 18 6,64 23,31 19,00 29,0 96,8
34-36 2 6,64 23,31 19,00 3,2 100,0
Sumber : Hasil Olah Data Penelitian Tahun 2020

Data-data tersebut dapat ditampilkan dalam bentuk grafik histogram

sebagai berikut :

Gambar 6.4 Histogram Variabel Peran Tenaga Kesehatan


86

6.2 Analisis Structural Equation Modelling (SEM)

Structural equation modeling (SEM) merupakan salah satu analisis

multivariate yang dapat menganalisis hubungan variabel secara kompleks.

Analisis ini pada umumnya dapat digunakan untuk penelitian-penelitian yang

menggunakan banyak variabel. Teknik analisis data menggunakan structural

equation modeling (SEM), digunakan untuk menjelaskan secara menyeluruh

hubungan antar variabel yang ada dalam penelitian. SEM digunakan bukan untuk

merancang suatu teori, tetapi lebih ditujukan untuk memeriksa dan membenarkan

suatu model. Syarat utama menggunakan SEM adalah membangun suatu model

hipotesis yang terdiri dari model structural dan model pengukuran dalam bentuk

diagram jalur yang berdasarkan justifikasi teori. SEM merupakan sekumpulan

teknik-teknik statistik yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan

secara simultan. Hubungan itu dibangun antara satu atau beberapa variabel

independen. Model structural dalam penelitian ini digambarkan dalam sebagai

berikut :

Gambar 6.5 Model Struktural Penelitian


87

6.2.1 Evaluasi Outer Model

Model pengukuran atau outer model dengan indikator reflektif dievaluasi

dengan convergent, dan discriminant validity dari indikatornya, composite

reliability untuk blok indikator dan AVE, serta nilai composite reliability.

Sedangkan outer model dengan formatif indicator dievaluasi berdasarkan

substantif content-nya, yaitu dengan membandingkan besarnya relatif weight dan

melihat signifikansi dari ukuran weight tersebut (Ghozali, 2011).

1. Model Faktor Loading

Hasil faktor loading terhadap masing-masing variabelnya dapat dilihat

pada gambar dibawah ini. Berikut output hasil run awal :

Gambar 6.6 Output PLS (Loading Faktor)

Berdasarkan gambar 6.6 dapat dijelaskan bahwa nilai loadingfaktor

telah memenuhi persyaratan yaitu loading faktor lebih besar dari 0,05.

2. Cross loading
88

Tujuan cross loading adalah untuk mengetahui apakah variabel mampu

memprediksi lebih tinggi faktor loading indikatornya dibandingkan prediksi

terhadap indikator lainnya dengan melihat nilai cross loading. Selian itu, untuk

melihat validitas indikator yang digunakan dalam penelitian dapat dilakukan

dengan mengevaluasi hasil cross loading semua indikator. Tabel hasilnya

sebagai berikut :

Tabel 6.9

Evaluasi Cross Loading Dari Variabel Fluor Albus, Persepsi Remaja,


Personal Hygiene Habit, Peran Tenaga Kesehatan
Di SMA 13 Bekasi Tahun 2020

Variabel Laten
Peran
Personal Kriteria
Validitas Indikator Persepsi tenaga Fulor
hygiene Uji
remaja kesehata albus
habits
n
Fasilitator 0.748817 0.451078 0.978205 0.812239 Valid
Health
0.690833 0.497749 0.976990 0.790385 Valid
educator
Menerima 0.989445 0.470417 0.732813 0.882827 Valid
Cross Mengerti 0.989197 0.458397 0.724831 0.875843 Valid
Loading Pengetahua
0.485120 0.986674 0.473767 0.608100 Valid
n
Kebiasaan
0.439744 0.985465 0.482851 0.577893 Valid
seseorang
Fluor albus 0.888846 0.601696 0.819818 1.000000 Valid
Sumber : Smart PLS 2.0 report, 2020

Suatu indikator dinyatakan valid jika mempunyai loading faktor

tertinggi kepada konstruk yang dituju dibandingkan loading faktor kepada

konstruk lain. Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa korelasi konstruk

lebih besar daripada konstruk lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa konstruk

laten memprediksi ukuran pada bloknya lebih baik dari pada ukuran pada blok

lainnya.
89

3. Outer Loading (Convergent Validity)

Suatu indikator reflektif dinyatakan valid jika mempunyai loading

faktor diatas 0,5 terhadap konstruk yang dituju berdasarkan pada substantive

content-nya dengan melihat signifikansi dari weight (t=1,96), output Smart PLS

untuk loading faktor memberikan hasil sebagai berikut :

Tabel 6.10
Evaluasi Outer Loading Dari Variabel Fluor Albus, Persepsi Remaja,
Personal Hygiene Habit, Peran Tenaga Kesehatan
Di SMA 13 Bekasi Tahun 2020

Hasil Uji Kriteria


Indikator Faktor Loading Uji > 0,50
Fasilitator 0.978205 Valid
Health educator 0.976990 Valid
Validitas Menerima 0.989445 Valid
Mengerti 0.989197 Valid
Pengetahuan 0.986674 Valid
Kebiasaan seseorang 0.985465 Valid
Fluor albus 1.000000 Valid
Sumber : Smart PLS 2.0 report, 2020

Berdasarkan tabel 6.10 menunjukkan bahwa semua konstruk memiliki

nilai faktor loading lebih besar 0,5 sehingga kriteria uji terhadap indikator ukur

dinyatakan semua valid.

4. Discriminant Validity dari akar AVE

Cara untuk melihat discriminant validity dengan melihat nilai square

root of average variance extracted (AVE). Nilai yang diharapkan di atas 0,50.

Hasil pengukuran dengan membandingkan nilai square root of average

variance extracted (AVE) setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk

dengan nilai akar kuadrat AVE dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
90

Tabel 6.11

Hasil pengukuran AVE dan akar AVE dariVariabel Fluor Albus,


Persepsi Remaja, Personal Hygiene Habit,
Peran Tenaga Kesehatan Di SMA 13
Bekasi Tahun 2020

Validitas Hasil Uji Kriteria


Pengaruh AVE Akar AVE uji>0,5
Evaluasi Persepsi remaja 0,978756 0,989320 Valid
Average Personal hygiene Valid
0,972333 0,986069
Variance habit
Extracted Peran tenaga Valid
0,955697 0,977597
(AVE) kesehatan
Fluor albus 1,000000 1,000000 Valid
Sumber : Smart PLS 2.0 report, 2020

Berdasarkan hasil output pada tabel 6.11 dapat dijelaskan bahwa semua

variabel dinyatakan valid karena memberikan nilai AVE diatas 0,50, sehingga

dapat disimpulkan bahwa evaluasi pengukuran model memiliki discriminant

validity yang baik. Metode lain menunjukkan nilai akar kuadrat AVE lebih

besar dari nilai square root of average extracted (AVE) setiap konstruk,

sehingga dapat disimpulkan bahwa evaluasi pengukuran model memiliki

discriminant validity yang baik.

5. Cronbach’s Alpha dan Composite Reliability

Setelah di uji validitas dan dan dinyatakan variabel dan indikator telah

valid, maka dilakukan uji reliabilitas. Hasil evaluasi reliabilitas outer model

diatur dalam tabel dibawah ini dengan mengevaluasi nilai Crobach’s Alpha dan

Composite Reliability. Berikut adalah nilai Crobach’s Alpha dan Composite

Reliability pada output :


91

Tabel 6.12
Evaluasi Reliabilitas Outer Model DariVariabel Fluor Albus,
Persepsi Remaja, Personal Hygiene Habit,
Peran Tenaga Kesehatan Di SMA 13
Bekasi Tahun 2020

Reliabilitas Hasil Uji Kriteria uji


Pengaruh Loading >0,70
Persepsi remaja 0.978296 Reliabel
Cronbach’s Personal hygiene habit 0.971559 Reliabel
Alpha Peran tenaga kesehatan 0.953652 Reliabel
Fluor albus 1,000000 Reliabel
Persepsi remaja 0.989264 Reliabel
Composite Personal hygiene habit 0.985973 Reliabel
reliability Peran tenaga kesehatan 0.977347 Reliabel
Fluor albus 1,000000 Reliabel
Sumber : Smart PLS 2.0 report, 2020

Berdasarkan tabel 6.12 dapat dijelaskan bahwa nilai Crobach’s Alpha dan

Composite Reliabilitydari setiap konstruk memiliki nilai lebih besar dari 0,70.

Sehingga semua konstruk dalam model yang diestimasi memenuhi syarat

construct reliability.

6.2.2 Evaluasi Inner Model

1. Model Faktor Loading

Hasil evaluasi signifikan outer model diatur dalam output PLS di bawah ini

dengan mengevaluasi refleksi nilai T-statistic indikator terhadap variabelnya.

Evaluasi signifikansi outer model dilakukan untuk menilai signifikansi

konstruk laten dengan konstruknya, yaitu dengan membandingkan nilai t-

statistik masing-masing konstruk laten dengan nilai α = 0,05 (1,96). Untuk

mengukur nilai t statistik dilakukan Bootstrapping pada model dengan hasil

sebagai berikut :
92

Gambar 6.8 Output PLS (T-Statistic)

Setelah dilakukan bootstrapping untuk mengukur nilai t statistic dari

masing-masing konstruk laten terhadap konstruknya, maka nilai t statistik

dibandingkan dengan nilai α = 0,05 (1,96). Ketentuannya, apabila nilai t

statistik lebih besar dari nilai α = 0,05 (1,96), maka konstruk laten tersebut

signifikan terhadap konstruknya (Ghozali, 2011). Inner model disebut juga

dengan nilai R Square, uji hipotesis T-Statistik, pengaruh variabel

langsung dan prediktif (nilai Q Square).

2. Nilai R Square

Nilai square berfungsi untuk menilai besaran keragaman atau variasi

data penelitian terhadap fenomena yang sedang dikaji. Pengujian terhadap

model struktural dilakukan dengan melihat nilai R-Square yang merupakan uji

goodness fit model. Uji yang kedua adalah melihat signifikansi pengaruh antar

konstruk (Ghozali, 2011). Berikut ini adalah hasil pengukuran nilai R-Square

yang juga merupakan nilai goodness fit model. Berikut hasil output dalam

bentuk tabel, yaitu:


93

Tabel 6.13
Hasil Pengukuran R-Square DariVariabel Fluor Albus,
Persepsi Remaja, Personal Hygiene Habit,
Peran Tenaga Kesehatan Di SMA 13
Bekasi Tahun 2020

Variabel R-Square
Personal hygiene habit 0,262708
Peran tenaga kesehatan 0,542744
Persepsi remaja
Fluor albus 0,874021
Sumber : Smart PLS 2.0 report, 2020

Berdasarkan tabel 6.13 dapat dijelaskan bahwa persepsi remaja

berkontribusi terhadap peran tenaga kesehatan sebesar 0,542744, persepsi

remaja dan peran tenaga kesehatan berkontribusi terhadap personal hygiene

habit sebesar 0,262708, persepsi remaja, peran tenaga kesehatan dan personal

hygiene habit berkontribusi terhadap fluor albus sebesar 0,874021.

Berdasarkan hasil pengukuran tersebut dapat disimpulkan bahwa variabilitas

persepsi remaja berkontribusi terhadap valiabilitas peran tenaga kesehatan

sebesar 54,27%. Variabilitas persepsi remaja dan peran tenaga kesehatan

berkontribusi terhadap variabilitas personal hygiene habit sebesar 26,26%.

Variabilitas persepsi remaja, peran tenaga kesehatan dan personal hygiene

habit berkontribusi terhadap variabilitas fluor albus sebesar 87,40%.

3. Uji Hipotesis T Statistik

Untuk melihat uji hipotesis terhadap indikator dari variabel yang

diteliti, dapat dilihat dari tabel berikut ini :


94

Tabel 6.14
Evaluasi Refleksi Nilai T-Statistik terhadap IndikatorDariVariabel
Fluor Albus, Persepsi Remaja, Personal Hygiene Habit,
Peran Tenaga Kesehatan Di SMA 13
Bekasi Tahun 2020

Uji Hasil Uji Kriteria uji


signifikan Indikator T statistik >1,96
Menerima Persepsi remaja 123.166213 Signifikan
Mengerti persepsi remaja 113.244743 Signifikan
Pengetahuan personal 42.012713 Signifikan
hygiene habit
Kebiasaan seseorang 38.748894 Signifikan
T Statistik personal hygiene habit
Fasilitator peran tenaga 41.906175 Signifikan
kesehatan
Health educator peran 40.477529 Signifikan
tenaga kesehatan
Fluor albus fluor albus Signifikan
Sumber : Smart PLS 2.0 report, 2020

Berdasarkan tabel 6.14 dapat dijelaskan bahwa hasil pengukuran T

statistik dari setiap indikator ke variabel lebih besar dari 1,96 dengan tingkat

kepercayaan 95% (α=0,05). Hal ini berarti, semua indicator berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel yang diteliti. Untuk uji hipotesis antar variabel

dapat dilihat pada tabel berikut ini :


95

Tabel 6.15
Hasil Pengukuran Path Coefficients dan T-Statistik pada pengaruh
antarVariabel dalam struktur model Fluor Albus, Persepsi Remaja,
Personal Hygiene Habit, Peran Tenaga Kesehatan
Di SMA 13 Bekasi Tahun 2020

Hubungan antar variabel Original Nilai T H0 Kesimpulan


sampel (Rho) (>1,96)
Persepsi remaja Berpengaruh positif
0,736712 10,794978 Ditolak
peran tenaga kesehatan dan signifikan
Persepsi remajaPersonal Berpengaruh positif
0,245329 1,651574 Diterima
hygiene habits dan tidak signifikan
Persepsi remaja Berpengaruh positif
0,578350 4,474952 Ditolak
fluor albus dan signifikan
Personal hygiene habit Berpengaruh positif
0,182055 3,424712 Ditolak
fluor albus dan signifikan
Peran tenaga kesehatan Berpengaruh positif
personal hygiene 0,304224 2,125787 Ditolak dan signifikan
habit
Peran tenaga kesehatan Berpengaruh positif
0,305452 2,462500 Ditolak
fluor albus dan signifikan
Sumber : Smart PLS 2.0 report, 2020

Berdasarkan tabel 6.15 dapat dijelaskan bahwa persepsi remaja

berpengaruh positif terhadap peran tenaga kesehatan, hasil uji menunjukkan

ada pengaruh positif 0,736712, sedangkan nilai T-statistic sebesar 10,794978

dan signifikan pada α=5%, nilai T-Statistic tersebut berada di atas nilai kritis

(1,96). Persepsi remaja berpengaruh positif terhadap personal hygiene habit,

hasil uji menunjukkan ada pengaruh positif 0,245329, sedangkan nilai T-

statistic sebesar 1,651574 dan tidak signifikan pada α=5%, nilai T-Statistic

tersebut berada di bawah nilai kritis (1,96). Persepsi remaja berpengaruh positif

terhadap fluor albus, hasil uji menunjukkan ada pengaruh positif 0,578350,

sedangkan nilai T-statistic sebesar 4,474952 dan signifikan pada α=5%, nilai T-

Statistic tersebut berada di atas nilai kritis (1,96). Personal hygiene

habitberpengaruh positif terhadap fluor albus, hasil uji menunjukkan ada


96

pengaruh positif 0,182055, sedangkan nilai T-statistic sebesar 3,424712 dan

signifikan pada α=5%, nilai T-Statistic tersebut berada di atas nilai kritis (1,96).

Peran tenaga kesehatan berpengaruh positif terhadap personal hygiene habit,

hasil uji menunjukkan ada pengaruh positif 0,304224, sedangkan nilai T-

statistic sebesar 2,125787 dan signifikan pada α=5%, nilai T-Statistic tersebut

berada di atas nilai kritis (1,96). Peran tenaga kesehatan berpengaruh positif

terhadap fluor albus, hasil uji menunjukkan ada pengaruh positif 0,304224,

sedangkan nilai T-statistic sebesar 2,462500 dan signifikan pada α=5%, nilai T-

Statistic tersebut berada di atas nilai kritis (1,96).

4. NilaiDirect dan Indirect

Setelah diketahui R-Square dan Path Coeficient, selanjutnya dilakukan

pengukuran untuk mengetahui besaran pengaruh langsung dan tidak langsung

antar variabel dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 6.16
Persentase Pengaruh Antar Variabel Persepsi Remaja, Personal Hygiene
Habit dan Peran Tenaga Kesehatan dan Fluor Albus
di Sekolah SMA 13 Bekasi tahun 2020
LV Direc Inderec Indire
Direct Total
Sumber Correlatio t t Total ct
% %
n Path Path %
Persepsi 0,71 51,32 56,15
0,888 0,578 0,141 4,832
remaja 9 6 8
Personal
0,18 10,93 10,93
hygiene 0,601 0,182 - -
2 8 8
habit
Peran
0,39 24,97 25,11
tenaga 0,819 0,305 0,092 0,133
7 9 2
kesehatan
87,24 92,20
Total
3 8
Sumber : SmartPLS 2.0 report, 2020
97

Berdasarkan tabel 6.16 menyatakan bahwa persepsi remaja

berpengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap fluor albus. Hasil

uji koefisien parameter antara persepsi remaja terhadap fluor albus

menunjukkan terdapat pengaruh langsung sebesar 51,32%, sedangkan untuk

pengaruh tidak langsung mendapat nilai sebesar 4,83%.

Personal hygiene habit berpengaruh secara langsung terhadap fluor

albus. Hasil uji koefisien parameter antara personal hygiene habit terhadap

fluor albus menunjukkan terdapat pengaruh langsung sebesar 10,93%.

Peran tenaga kesehatan berpengaruh secara langsung dan tidak

langsung terhadap fluor albus. Hasil uji koefisien parameter antara peran

tenaga kesehatan terhadap fluor albus menunjukkan terdapat pengaruh

langsung sebesar 24,97%, sedangkan untuk pengaruh tidak langsung

mendapat nilai sebesar 0,13%.

Sehingga nilai dari masing-masing pengaruh langsung variabel laten

independen tersebut apabila secara bersama-sama menunjukkan kesesuaian

dengan nilai R Square atau dengan kata lain hal ini menyatakan bahwa

variabel persepsi remaja, personal hygiene habit dan peran tenaga kesehatan

mampu menjelaskan variabel fluor albus sebesar (51,32% + 10,93% +

24,97%) = 87,24%. Sedangkan total pengaruh tidak langsung (4,84% +

0,13%) = 4,96% serta total pengaruh langsung dan tidak langsung (18,49%

+ 0,17%) = 92,20%.
98

Perhitungan pengaruh langsung dan tidak langsung dijabarkan

sebagai berikut:

Perhitungan Besar Pengaruh Langsung (Direct %)

a. Persepsi Remaja terhadap Fluor Albus

= LVC persepsi remajafluor albus x Direct Path persepsi remajafluor albus x 100

= 0,888 x 0,578 x 100

= 51,32%

b. Personal Hygiene Habit terhadap Fluor Albus

= LVC personal hygienefluor albus x Direct Path personal hygienefluor albus x 100

= 0,601 x 0,182 x 100

= 10,93%

c. Peran Tenaga Kesehatan terhadap Fluor Albus

= LVC peran nakesfluor albus x Direct Path peran nakesfluor albus x 100

= 0,819 x 0,305 x 100

= 24,97%

Perhitungan Besar Pengaruh Tidak Langsung (Indirect %)

a. Persepsi Remaja terhadap Fluor Albus

1. Persepsi Remaja ke Peran Tenaga Kesehatan ke Fluor Albus

LVC persepsi remajaperan nakes x Direct Path persepsi remajaperan nakes


= x
Jalur Dilalui

LVC peran nakesfluor albus x Direct Path peran nakesfluor albus


x 100
Jalur Dilalui
99

0,737 x 0,737 0,888 x 0,578


= x x 100
3 2

= 4,64%

2. Persepsi Remaja ke Peran Nakes ke Personal Hygiene Habit ke Fluor

Albus

LVC persepsi remajaperan nakes x Direct Path persepsi remajaperan nakes


= x
Jalur Dilalui

LVC peran nakespersonal hygiene habit x Direct Path peran nakespersonal hygiene habit
x
Jalur Dilalui

LVC personal hygienefluor albus x Direct Path personal hygienefluor albus


x 100
Jalur Dilalui
0,737 x 0,7370,484 x 0,304 0,601 x 0,182
= x x x 100
3 2 4

= 0,03%

3. Persepsi Remaja ke Personal Hygiene Habit ke Fluor Albus

LVC persepsi remajapersonal hygienex Direct Path persepsi remajapersonal hygiene


= x
Jalur Dilalui

LVC personal hygienefluor albus x Direct Path personal hygienefluor albus


x 100
Jalur Dilalui

0,469 x 0,245 0,601 x 0,182


= x x 100
2 4

= 0,15%

Jadi total pengaruh tidak langsung = 4,64% + 0,03% + 0,15%


100

= 4,82%

b. Peran Tenaga Kesehatan terhadap Fluor Albus

Peran Tenaga Kesehatan ke Personal Hygiene Habit ke Fluor Albus

LVC peran nakespersonal hygiene x Direct Path peran nakespersonal hygiene


= x
Jalur Dilalui

LVC personal hygienefluor albus x Direct Path personal hygienefluor albus


x 100
Jalur Dilalui

0,484 x 0,304 0,601x 0,182


= x x 100
3 4

= 0,13%

Keterangan jalur dilalui:

1. Persepsi Remaja terhadap Peran Tenaga Kesehatan 3 kali dilalui:

1) Persepsi RemajaPeran Tenaga Kesehatan

2) Persepsi RemajaPeran Tenaga KesehatanFluor Albus

3) Persepsi RemajaPeran Tenaga KesehatanPersonal Hygiene

HabitFluor Albus

2. Persepsi Remaja terhadap Personal Hygiene Habit 2 kali dilalui:

1) Persepsi RemajaPersonal Hygiene Habit

2) Persepsi RemajaPersonal Hygiene Habit Fluor Albus

3. Persepsi Remaja terhadap Fluor Albus 1 kali dilalui

1) Persepsi Remaja Fluor Albus


101

4. Peran Tenaga Kesehatan terhadap Personal Hygiene Habit 3 kali dilalui:

1) Peran Tenaga KesehatanPersonal Hygiene Habit

2) Peran Tenaga KesehatanPersonal Hygiene Habit Fluor Albus

3) Persepsi RemajaPeran Tenaga KesehatanPersonal Hygiene

Habit Fluor Albus

5. Peran Tenaga Kesehatan terhadap Fluor Albus 2 kali dilalui:

1) Peran Tenaga KesehatanFluor Albus

2) Persepsi RemajaPeran Tenaga KesehatanFluor Albus

6. Personal Hygiene Habitterhadap Fluor Albus 4 kali dilalui:

1) Personal Hygiene HabitFluor Albus

2) Persepsi RemajaPeran Tenaga KesehatanPersonal Hygiene

HabitFluor Albus

3) Persepsi RemajaPersonal Hygiene HabitFluor Albus

4) Peran Tenaga KesehatanPersonal Hygiene HabitFluor Albus


102

BAB VII

PEMBAHASAN

7.1 Keterbatasan Penelitian

Penelitian tentang pengaruh persepsi remaja, personal hygiene habits

dan peran tenaga kesehatan terhadap fluor albus pada remaja putrid di SMA

13 Bekasi memiliki keterbatasan dalam penelitian, yaitu:

1. Penelitian ini dilakukan pada saat tertentu (cross sectional) dan melalui

kuesioner yang berdasarkan persepsi dari skor jawaban responden,

sehingga sulit melihat kebenaran jawaban yang ditulis oleh responden.

Dalam penelitian ini menggunakan instrumen yang memiliki kehandalan

validitas dan reliabilitas instrumen yang teruji belum cukup baik, sehingga

terdapat item-item pertanyaan dalam instrumen yang tereliminasi.

2. Dalam penelitian ini pemilihan responden hanya terbatas pada remaja di

sekolah SMA 13 Bekasi saja, sehingga sampel penelitian menjadi sangat

terbatas.

3. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner bersifat subyektif,

sehingga kebenaran data sangat tergantung kepada kejujuran responden

pada saat menjawab. Pengambilan data responden awalnya menggunakan

sampel populasi.

102
103

7.2 Analisis terhadap Hasil Pengujian

7.2.1 Pengaruh Persepsi Remaja Terhadap Fluor Albus

Hasil uji koefisien parameter antara persepsi remaja terhadap fluor

albus menunjukkan terdapat pengaruh langsung sebesar 51,32%, dan

pengaruh tidak langsung sebesar 4,83%.Nilai T-statistic sebesar 10,794978

dan signifikan pada α=5%,nilai T-Statistic tersebut berada di atas nilai kritis

(1,96).Berdasarkan hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa pengaruh

langsung persepsi remaja lebih besar nilainya dibandingkan dengan

pengaruh tidak langsung dan signifikan ada pengaruh yang positif dari

kedua variabel tersebut. Nilai T-statitik menunjukkan, bahwa ada pengaruh

signifikan antara persepsi remaja terhadap fluor albus di SMA 13 Bekasi.

Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Hirza

(2018) dengan hasil penelitian terdapat hubungan yang signifikan persepsi

remaja dengan fluor albus pada siswi/remaja putri, SMA PGRI 1 Kudus

(p=0,003). Wijaya mengungkapkan bahwa persepsi remaja akan

mempengaruhi terjadinya keputihan. Persepsi merupakan salah satu

faktoryangmempengaruhi tindakan atau perilaku remaja. Apabila seseorang

berpersepsi benar, maka kemungkinan besar seseorang mempunyaiperilaku

yang benar. Begitu pun sebaliknya, apabila seseorangberpersepsi salah,

maka akan berperilaku salah pula dalam mencegah dan menangani

keputihan.48

48
Wijaya. 2004. eksplorasi 55 Masalah Seksual. Jakarta :Gramedia.
104

Peneliti berasumsi bahwa semakin positif persepsi remaja putri

terhadap fluor albus maka akan mempengaruhi sikap dan perilaku remaja

putri untuk mencari tahu lebih banyak tentang fluor albus sehingga dapat

melakukan tindakan pencegahan serta dapat membedakan fluor albus yang

fisiologis maupun yang patologis. Ada beberapa hal yang dapat

mempengaruhi persepsi yaitu adanya pengalaman, pendidikan, dan

kebudayaan. Maka untuk meningkatkan persepsi diperlukanya pengalaman

yang cukup, pendidikan yang memadai, dan juga pengaruh dari kebudayaan

setempat.

7.2.2 Pengaruh Personal Hygiene Terhadap Fluor Albus

Personal hygiene habit berpengaruh secara langsung terhadap fluor

albus. Hasil uji koefisien parameter antara personal hygiene habit terhadap

fluor albus menunjukkan terdapat pengaruh langsung sebesar 10,93%.Nilai

T-statistic sebesar 3,424712 dan signifikan pada α=5%, nilai T-Statistic

tersebut berada di atas nilai kritis (1,96).Nilai T-statitik menunjukkan,

bahwa ada pengaruh signifikan antarapersonal hygiene habit terhadap fluor

albus di SMA 13 Bekasi.

Prasetyowati (2009) mengemukakan bahwa remaja yang

membersihkan daerah kewanitaan tidak baik mempunyai peluang 3,5 kali

terjadi keputihan dibandingkan pada remaja putri yang membersihkan

daerah kewanitaan dengan baik. Remaja yang tidak baik membersihkan

daerah kewanitaan sebanyak 42 orang (84%) mengalami keputihan.49

49
Prasetyowati. (2009). Hubungan personal hygiene dengan kejadian keputihan pada siswi SMU
Muhammadiyah Metro tahun 2009. Medan. Skripsi tidak dipublikasikan
105

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nikmah

(2018) dengan hasil uji statistik didapatkan p=0.000 dan C=0,517, sehingga

terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara personal hygiene

habits dengan kejadian fluor albus patologis.

Keputihan yang terjadi tersebut cenderung disebabkan oleh masih

minimnya kesadaran untuk menjaga kesehatan terutama kesehatan organ

genitalianya. Selain itu, keputihan sering dikaitkan dengan kadar keasaman

daerah sekitar vagina, bisaterjadi akibat pH vagina tidak seimbang.

Sementara kadar keasaman vagina disebabkan oleh dua hal yaitu faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal antara lain kurangnya

personal hygiene, pakaian dalam yang ketat, dan penggunaan WC umum

yang tercemar bakteri Clamydia.

Peneliti berasumsi bahwa salah satu faktor yang memegang peranan

penting untuk menghindari infeksi yang dapat menyebabkan keputihan

adalah personal hygiene yang baik.Kebersihan merupakan hal yang sangat

penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi

kesehatan seseorang.

7.2.3 Pengaruh Peran Tenaga Kesehatan Terhadap Fluor Albus

Peran tenaga kesehatan berpengaruh secara langsung dan tidak

langsung terhadap fluor albus. Hasil uji koefisien parameter antara peran
106

tenaga kesehatan terhadap fluor albus menunjukkan terdapat pengaruh

langsung sebesar 24,97%, sedangkan untuk pengaruh tidak langsung

mendapat nilai sebesar 0,13%.Peran tenaga kesehatan berpengaruh positif

terhadap fluor albus, hasil uji menunjukkan ada pengaruh positif 0,304224,

sedangkan nilai T-statistic sebesar 2,462500 dan signifikan pada α=5%,

nilai T-Statistic tersebut berada di atas nilai kritis (1,96).Berdasarkan hasil

uji tersebut dapat dijelaskan bahwa pengaruh langsung peran tenaga

kesehatan lebih besar nilainya dibandingkan dengan pengaruh tidak

langsung dan signifikan ada pengaruh yang positif dari kedua variabel

tersebut. Nilai T-statitik menunjukkan, bahwa ada pengaruh signifikan

antara peran tenaga kesehatan terhadap fluor albus di SMA 13 Bekasi.

Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Winna

(2017) yang meneliti tentang identifikasi faktor penyebab keputihan pada

remaja putri dengan hasil penelitian terdapat hubungan sikap (p value =

0,001), motivasi (p value = 0,029), keterpaparan informasi (p value =

0,000), peran orang tua (p value = 0,006), vulva hygiene (p value = 0,001)

dengan keputihan.

Peneliti berpendapat bahwa tenaga kesehatan memiliki peran dalam

meningkatkan kesehatan pada remaja putri. Hal ini dikarenakan tenaga

kesehatan memiliki tugas untuk memberikan informasi yang benar pada

semua masyarakat terutama remaja putri tentang fluor albus sehingga

remaja putri memiliki pengetahuan yang baik serta mengetahui cara

pencegahan dari informasi yang diberikan oleh petugas kesehatan.


107
108

BAB VIII

KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian yang

diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Terdapat pengaruh langsung persepsi remaja terhadap fluor albus di SMA

13 Bekasi sebesar 51,32%, nilai T-statistik sebesar 2,57 dan signifikan pada

α=5%.

2. Terdapat pengaruh langsung personal hygiene habits terhadap fluor albus di

SMA 13 Bekasi sebesar 10,93%., nilai T-statistik sebesar2,53 dan signifikan

pada α=5%.

3. Terdapat pengaruh langsung peran tenaga kesehatan terhadap fluor albus di

SMA 13 Bekasi sebesar 24,97%, nilai T-statistik sebesar 2,94 dan signifikan

pada α=5%.

8.2 Saran

1. Bagi Responden

Mengetahui pentingnya penyebab dan bahaya keputihan pada remaja

putrisehingga mereka dapat lebih berupaya untuk meningkatkan kualitas

kesehatan, terlebih kesehatan reproduksi. Remaja putri diharapkan

meningkatkan pengetahuan dengan memperluas informasi dengan

mengikuti penyuluhan dari tenaga kesehatan.

108
109

2. Bagi institusi terkait

Diharapkan untuk lebih meningkatkan kerjasama lintas sektoral, salah

satunya berupa peningkatan kegiatan penyuluhan tentang kesehatan

reproduksi termasuk keputihan, meningkatkan kegiatan konseling di sekolah

dan memberikan edukasi kepada siswi disekolah terkait keputihan agar

siswi memahami tentang cara mencegah dan menangani terjadinya fluor

albus.

3. Kepada Peneliti Selanjutnya

Agar dapat melakukan penelitian kembali mengenai keputihan dengan

mengangkat variabel yang berbeda yaitu menambahkan variabel KIE dan

lingkungan yang berbeda pula, karena penelitian seperti ini dapat

menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang nyata di bidang ilmu

kesehatan reproduksi terutama pada remaja putri.


DAFTAR PUSTAKA

Aninda, 2011, Seluk Beluk kesehatan Reproduksi Wanita.Jogjakarta:A.Plus

BooksPersia annisa, Rina

A Potter Dan Perry A,G. Buku Ajaran Fundamental, Keperawatan,

Konsepproses, Dan Praktik . Edisi 4 Volume 2, Jakarta EGC 2017

Andarmoyo, Keperawatan Kelurga, Konsep Teori, Proses, Dan Praktik

Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2012

Baradero , Seri Satu Keperawatan Klien Angguan Sistem Repsroduksi Dan

Seksualitas. Jakarta: EGC.2007

Elizabeth. (2013). “Hubungan Pemakaian Panty Liner Dengan Kejadian Fluor

Albus Pada Siswi SMA di kota Padang Berdasarkan Wawancara Terpimpin

(Kuesioner)”. Artikel Penelitia Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Universitas Andalas. Padang

Ghozali structural equation modelling metode alternative dengan partial lest

square PLS. Semarang: padan penerbit UNDIP, 2011

Tarwoto, Wartonah. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Edisi

Ketiga. Jakarta: Salembah Medika:2014

Indriastuti, Putri. (2014). Hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi

dengan perilaku hygienis remaja rutri pada saat menstruasi. Thesis,

Universitas Muhammadiyah Surakarta


Kristiana, Dita, Karjiyem, Ery Khusnal. Hubungan Persepsi tentang Kesehatan

Reproduksi dengan Personal Hygiene pada Siswi Sekolah Menengah

Pertama. Jurnal Kebidanan dan Keperawatan. 2012;8(1):1-11.

Mulyatinigsi,D. Pengaruh Tenaga Kesehatan, Dukungan Suami, Motivasi, Dan

Peresepsi Terhadap Prilaku Copy. Jakarta: Stikim 2010

Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;

2012

Notoadmojo. Promosi Kesehatan Dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta

2015

Potter, Perry. Fundamental Of Nursing: Cosper, Proses And Practice. Edisi 7.

Vol 3. Jakarta:EGC 2010

Paryono, Intan Nugraheni. Perilaku Penggunaan Tisu Toilet terhadap Kejadian

Keputihan pada Remaja. Jurnal Kebidanan dan Kesehatan Tradisional.

2016;1(1):25.

Prawirohardjo, Sarwoo. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Sarwono

Prawirohardjo. 2012

Setiani, Tri Indah, Tri Prabowo, Dyah Pradnya Paramita. Kebersihan Organ

Kewanitaan dan Kejadian Keputihan Patologi pada Santriwati di Pondok

Pesantren Al Munawwir Yogyakarta. JKNI. 2015;3(1):39-42

Sunarti. Perbedaan Perilaku Remaja Putri dalam Mencegah Keputihan Sebelum

dan Se-sudah Diterapkan Metode Think Pair Share di Pondok Pesantren


As-Salafi Susukan Semarang Semarang: STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

2015.

Sharma, A. (2018). A Pre-experimental Study to Assess the Effectiveness of

Structured Teaching Program on Leucorrhoea among Nursing Students in

Hgpi Kala- Amb, 1–7.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta; 2016.

Uzaham.Sosiologi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. 2017

Wibowo A. Metodologi Penelitian Praktis Bidang Kesehatan. Jakarta: PT.

Rajagrafindo Persada; 2014

WHO. Basic Documents (Including amendments adopted up to 31 December

2014). Forty-eighth ed. Geneva: WHO Press; 2014:1

Zulva R., 2011. Pengaruh Peer Education Terhadap Sikap Manajemen Higiene

Menstruasi Pada Santriwati Remaja Awal di Pondok Pesantren Al

Qodiri.Universitas Jember. Jember


LAMPIRAN
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth:

Calon Responden Penelitian

Di SMAN 13 Bekasi

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini Mahasiswa Diploa IV kebidanan

sekolah tinggi ilmu kesehatan indonesia maju, akan mengadakan penelitian

tentang “ Pengaruh Presepsi, Personal Higyene Habits Dan Peran Tenaga

Kesehatan Terhadap Fluor Albus Pada Remaja Putri Di SMAN 13 Bekasi Tahun

2020”

Untuk tujuan tersebut, saya mohon kesediaan siswi SMAN 13

Bekasi untuk dapat dipakai sebagai sumber informasi bagi peneliti. Saya

akan menjami kerahasiaan identitas responden. Dalam penelitian ini

partisipasi semua siswi sangat kami hargai dan atas partisipasinya saya

mengucapkan terimakasih.

Jakarta, Januari 2020

Peneliti

Theresia Kurnia Van

NPM.07180100023
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya Yang Bertanda Tangan Dibawah Ini:

Nama :

Umur :

Kelas :

Alamat:

Menyatakan setuju untuk menjadi responden dalam penelitian yang

berjudul “Pengaruh Presepsi Remaja, Personal Hygiene Dan Peran Tenaga

Kesehatan Terhadap Fluor Albus Pada Remaja Putri Di SMAN 13 Bekasi

Tahun 2020” dan akan memberikan keterangan yang diperlukan dalam

penelitian tersebut.

Saya telah dijelaskan bahwa jawaban dalam kuisioner ini akan dijaga

kerahasiaannya dan hanya dipergunakan untuk keperluan penelitian. Oleh karena

itu, saya akan secara sukarela berpartisipaasi dalam penelitian ini. Demikian agar

menjadi maklum dan terimakasih.

Bekasi, Januari 2020

Responden,
(.............................................)

KUESIONER

Petunjuk pengisian kuisioner:

Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap sesuai dengan pernyataan dibawah ini

dengan memberi tanda ceklis (√) nilai yang mendekatai jawaban anda pada kotak

yang tersedia dengan keterangan:

1. Sangat Tidak Setuju

2. Tidak Setuju

3. Setuju

4. Sangat setuju

1. Variabel Keputihan Pada Remaja Putri

No Pernyataan Jawaban
1 2 3 4
1 Keputihan adalah cairan yang keluar dari vagina
berupa darah dan berbau
2 Keputihan normal ditemukan pada wanita saat
masa subur/ovulasi
3 Keluarnya cairan berwarna bening dari kemaluan
sebelum dan sesuda mentruasi
4 Keluarnya cairan berwarna putih pekat,
putihkekuningan, putih kehijauan atau putih
kelabu dari alat genetalia
5 Keluarnya cairan yang berbau dari alat genetalia
6 Keluarnya cairan encer dan tidak lengket dari
alat genetalia
7 Keluarnya cairan berwarna putih seperti susu
dari alat genetalia
8 Keluarnya cairan yang tidak berbau dari alat
genetalia
9 Keluarnya cairan berwarna bening dari alat
genetalia
10 Mengalami rasa gatal yang berlebihan pada
daerah genetalia

2. Variabel Persepsi Remaja

No Pernyataan Jawaban
1 2 3 4
1 Keputihan termasuk masalah kesehatan
reproduksi yang berbahaya
2 Dengan menjaga prilaku hidup yang bersih dan
sehat dapat terhindar dari keputihan
3 Keputihan dapat dicegah dengan tetap mejaga
kelembapan daerah kewanitaan
4 Keputihan dapat di cegah dengan berhati-hati
dan dalam penggunaan toilet umum
5 Apa bila saya mengalami keluar cairan dari alat
genetalia berwarna putih kehijauan dan berbau
khas saya perlu memeriksa kesehatan saya
6 Menggunakan peralatan mandi atau barang
lainnya yang dipakai bersama-sama
7 Keputihan yang tidak normal menyebabkan
gangguan pada serviks atau rahim
8 Keputihan yang tidak normal dapat
menyebabkan terjadinya radang panggul
9 Keputihan dapat menyebabkan gangguan yang
serius yaitu sulit memiliki anak
10 Keputihan tidak menyebabkan polip leher rahim

3. Variabel Personal Hygiene Habits

No Pernyataan Jawaban
1 2 3 4
1 Kebersihan alat genetalia adalah hal yang
penting untukmencega keputihan
2 Cairan antiseptic pada genetalia boleh dipakai
setiap hari
3 Cara yang baik utnuk mencebok yaitu dari arah
depan (vagina) ke arah belakang (anus) untuk
mencegah bakteri dari anus masuk ke vagina
4 Untuk menghindari kelembaban pada vagina,
seharusnya vagina dikeringkan menggunakan
tisu setelah BAB dan BAK
5 Mengganti celana dalam 2-3 kali sehari atau saat
merasa celana dalam lembab adalah contoh
menjaga kebersihan vagina
6 Jika sering mengganti pembalut saat menstru asi
maka tidak akan muda bakteri berkembang biak
yang menyebabkan infeksi
7 Celana daam berbahan nilon membuat keadaan
alat genetalia jadi lembab
8 Jika sering menjaga kebersihan daerah genetalia
akan menyebabkan rasa tidak nyaman
9 Menjaga kebersihan alat genetali adalah hal yang
wajib dilakukansemua perempuan
10 Saat menstruasi seharusnya mengganti pembalt
2-3 kali sehari

4. Variabel Peran Tenaga Kesehatan

No Pernyataan Jawaban
1 2 3 4
1 Tenaga kesehatan memberikan informasi apa itu
keputihan atau fluor albus
2 Tenaga kesehatan menginformasikan apa
dampak dari keputihan sejak usia remaja
3 Tenaga kesehatan bisa menjelaskan dengan
menggunakan kata-kata yang mudah dipahami
4 Tenaga kesehatan mengajarkan bagaimana cara
mencegah terjadinya keputihan
5 Tenaga kesehatan memberikan penaganan
tentang apa yang saya alamai
6 Tenaga kesehatan melakukan penyuluhan
tentang keputihan pada remaja
7 Tenaga kesehatan mengoreksi kebiasaan yang
sering saya lakukan yang bisa menyebabkan
keputihan
8 Tenaga kesehatan meberikan cara mencebok
yang baik dan benar
9 Tenaga kesehatan memfasilitasi untuk bertemu
dokter sehingga saya bisa berkonsultasi tentang
penyakit saya
10 Tenaga kesehatan memberikan motivasi
sehingga remaja putri lebih peduli dengan
kesehatan dirinya

Descriptives

Descriptive Statistics

N Range Minimum Maximum Mean Std. Variance


Deviation

Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Statistic

persepsi remaja 62 23 16 39 26.87 1.247 9.819 96.409


personal
62 21 17 38 26.00 1.042 8.206 67.344
hygiene
peran tenaga
62 18 16 34 23.31 .844 6.645 44.150
kesehatan
fluor albus 62 19 12 31 23.29 1.031 8.119 65.914
Valid N (listwise) 62

Statistics
persepsi personal peran tenaga fluor albus
remaja hygiene kesehatan

Valid 62 62 62 62
N
Missing 0 0 0 0
Mean 26.87 26.00 23.31 23.29
Median 19.50 20.00 19.00 28.00

fluor albus

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Valid 12-14 22 35.5 35.5 35.5

15-17 1 1.6 1.6 37.1

18-20 1 1.6 1.6 38.7


27-29 16 25.8 25.8 64.5

30-31 22 35.5 35.5 100.0

Total 62 100.0 100.0

persepsi remaja

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

16-19 31 50.0 50.0 50.0

20-23 4 6.5 6.5 56.5


Valid
36-39 27 43.5 43.5 100.0

Total 62 100.0 100.0


personal hygiene

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

17-20 33 53.2 53.2 53.2

25-28 2 3.2 3.2 56.5

29-32 4 6.5 6.5 62.9


Valid
33-36 20 32.3 32.3 95.2

37-40 3 4.8 4.8 100.0

Total 62 100.0 100.0


peran tenaga kesehatan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

16-18 18 29.0 29.0 29.0

19-21 22 35.5 35.5 64.5

28-30 2 3.2 3.2 67.7


Valid
31-33 18 29.0 29.0 96.8

34-36 2 3.2 3.2 100.0

Total 62 100.0 100.0


HASIL ANALISIS PLS
Quality Criteria
Overview

Composite
  AVE R Square Cronbachs Alpha
Reliability
fluor albus 0.839385 0.976616 0.865425 0.972498
peran nakes 0.771954 0.971295   0.967124
persepsi
0.859255 0.983881   0.981778
remaja
personal
0.791297 0.974295   0.970660
hygiene

Outer Loadings

  fluor albus peran nakes persepsi remaja personal hygiene


FA1 0.848523      
FA10 0.941743      
FA3 0.894309      
FA4 0.934286      
FA5 0.946799      
FA6 0.925721      
FA8 0.911934      
FA9 0.922237      
PH1       0.890765
PH10       0.847160
PH2       0.888162
PH3       0.903168
PH4       0.891692
PH5       0.903169
PH6       0.902475
PH7       0.895020
PH8       0.896112
PH9       0.876311
PR1     0.924703  
PR10     0.901830  
PR2     0.918396  
PR3     0.927806  
PR4     0.941379  
PR5     0.926184  
PR6     0.953516  
PR7     0.926850  
PR8     0.921546  
PR9     0.926500  
PTK1   0.907380    
PTK10   0.872763    
PTK2   0.857227    
PTK3   0.866819    
PTK4   0.875820    
PTK5   0.901542    
PTK6   0.904714    
PTK7   0.866158    
PTK8   0.869245    
PTK9   0.862618    

Inner Model T-Statistic


peran persepsi personal
  fluor albus
nakes remaja hygiene
fluor albus        
peran nakes 2.740412      
persepsi remaja 2.494018      
personal
2.499065      
hygiene

Total Effects (Mean, STDEV, T-Values)

Standard Standard
Original Sample
  Deviation Error
Sample (O) Mean (M)
(STDEV) (STERR)
peran nakes ->
0.380724 0.373365 0.138929 0.138929
fluor albus
persepsi remaja 0.355850 0.372380 0.142682 0.142682
-> fluor albus
personal
hygiene -> 0.272371 0.261310 0.108989 0.108989
fluor albus

  T Statistics (|O/STERR|)
peran nakes -> fluor albus 2.740412
persepsi remaja -> fluor albus 2.494018
personal hygiene -> fluor albus 2.499065
78

PERSEPSI REMAJA

PR1 PR2 PR3 PR4 PR5 PR6 PR7 PR8 PR9 PR10 total
4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 38
4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 39
4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 39
2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 23
2 1 2 2 3 2 2 1 1 1 17
2 2 2 2 2 2 1 1 1 3 18
3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 39
2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 17
3 2 2 2 2 2 1 1 1 1 17
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 39
2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 17
2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 19
4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 37
2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 18
4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 38
3 2 2 2 2 2 1 1 1 2 18
2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 19
3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 37
4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 38
4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 38
4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 38
4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 38
2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 17
2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 17
2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 18
2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 18
4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 38
2 2 1 2 2 2 3 1 1 2 18
2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 19
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 16
2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 19
2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 19
2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 19
2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 17
4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 38
2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 19
2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 18
4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 38
2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 19
2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 19
4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 38
2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 19
2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 19
3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 37
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 36
4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 38
2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 19
2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 19
4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 38
2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 17
2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 17
2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 18
4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 38
3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 38
3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 38
3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 38
3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 36
4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 39
4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 37
26.87097
PERSONAL HIGYENE
PH1 PH2 PH3 PH4 PH5 PH6 PH7 PH8 PH9 PH10 total
4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 36
4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 35
4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 36
2 2 2 1 2 2 2 2 2 3 20
2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 18
2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 18
3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 36
2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 19
3 2 2 2 2 2 1 2 1 1 18
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 34
2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 17
2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 19
4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 36
2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 18
4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 36
3 2 2 2 2 2 1 1 1 2 18
2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 19
3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 36
4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 36
4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 36
4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 36
3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 35
2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 18
2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 18
2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 18
2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 18
4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 37
2 2 1 2 2 2 3 1 1 2 18
2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 19
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 19
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 19
2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 18
2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 18
4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 38
2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 27
2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 18
4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 35
2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 19
2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 19
4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 35
2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 19
2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 19
3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 37
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 36
3 3 3 2 3 4 3 3 2 3 29
2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 19
2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 19
3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 31
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 18
2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 18
2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 27
3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 36
3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 36
3 3 3 4 3 3 3 3 2 2 29
3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 36
3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 34
4 3 3 4 4 4 3 4 3 4 36
26
PERAN TENAGA KESEHATAN
PTK1 PTK2 PTK3 PTK4 PTK5 PTK6 PTK7 PTK8 PTK9 PTK10 total
4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 33
3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 32
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 17
2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 19
2 3 2 1 2 2 2 2 1 2 19
2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 18
2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 17
1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 17
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 16
2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 19
2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 18
2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 19
2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 18
3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 31
2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 18
2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 19
3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 32
4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 32
4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 32
3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 32
4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 32
3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 33
2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 19
2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 19
2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 19
3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 34
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 19
2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 19
2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 19
2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 18
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 19
2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 19
2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 19
2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 19
2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 17
2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 17
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 33
2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 18
2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 17
3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 32
2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 18
2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 18
4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 32
2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 19
2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 18
3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 32
2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 19
2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 18
2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 18
3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 34
3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 33
3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 31
3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 31
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 33
3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 32
23.30645
FLUOR ALBUS

FA1 FA2 FA3 FA4 FA5 FA6 FA7 FA8 FA9 FA10 total
1 4 4 1 1 1 1 1 1 1 16
2 3 3 2 1 2 1 1 1 2 18
1 3 1 1 1 1 2 1 1 1 13
2 2 4 4 3 3 1 2 4 3 28
2 2 4 3 3 4 1 3 4 4 30
2 3 4 4 3 4 1 3 3 3 30
2 3 4 3 3 3 1 3 4 4 30
2 2 4 3 3 4 1 3 4 3 29
2 2 4 4 3 4 2 3 3 3 30
2 2 4 4 3 3 1 3 3 3 28
2 2 3 3 3 4 1 3 3 3 27
2 2 3 3 3 3 1 4 4 3 28
2 2 3 4 3 4 1 3 4 3 29
2 3 4 4 3 3 1 4 4 3 31
3 3 4 3 3 4 1 4 3 3 31
1 3 1 1 2 1 1 1 2 1 14
3 3 4 3 3 3 1 4 4 3 31
3 3 4 3 3 3 1 4 4 3 31
1 3 1 2 1 1 1 2 1 1 14
1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 12
1 2 2 1 1 2 1 1 1 2 14
1 3 1 1 2 1 1 1 1 1 13
1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 13
2 4 4 4 3 3 1 4 3 3 31
2 4 4 3 3 3 1 4 3 3 30
2 4 3 3 3 3 1 4 3 3 29
2 3 3 3 3 4 1 4 4 3 30
1 3 1 1 1 1 1 1 2 1 13
3 4 3 4 3 3 1 4 3 3 31
3 4 3 4 3 3 1 3 4 3 31
3 4 3 3 3 3 1 3 4 3 30
3 4 3 4 3 3 1 3 4 3 31
2 3 3 3 3 4 1 3 4 3 29
2 3 3 4 3 4 1 2 4 3 29
3 3 3 3 3 4 1 3 3 3 29
2 3 3 3 3 4 1 2 3 3 27
1 3 1 2 1 1 1 1 2 1 14
3 4 3 3 3 3 1 3 4 3 30
2 4 3 3 3 3 1 2 4 3 28
1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 13
3 4 3 3 3 3 1 3 3 3 29
2 4 3 3 3 3 1 3 3 3 28
2 3 1 1 1 1 1 1 2 1 14
3 3 3 3 3 3 1 3 3 4 29
3 3 3 4 3 3 1 3 4 4 31
1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 12
2 3 3 4 3 3 1 2 3 3 27
1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 12
2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 13
3 3 3 3 3 4 1 4 4 3 31
3 3 3 3 3 4 1 3 4 3 30
1 3 1 1 2 1 1 1 2 1 14
2 4 3 3 4 3 1 3 3 4 30
2 4 3 3 3 3 2 3 4 4 31
2 4 3 4 3 3 1 4 3 4 31
1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 12
1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 12
1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 12
1 2 1 1 1 2 1 1 1 2 13
1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 13
1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 12
1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 13
23.29032

Anda mungkin juga menyukai