Anda di halaman 1dari 24

PENGARUH EDUKASI KESEHATAN TERHADAP PERILAKU

PENCEGAHAN DIARE PADA ANAK DI SDN CILENTUNG 1 TAHUN


2023

SKRIPSI

DILA APRINA LIDIASARI

20.156.01.11.009

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1) DAN PENDIDIKAN


PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA

2023
PENGARUH EDUKASI KESEHATAN TERHADAP PERILAKU
PENCEGAHAN DIARE PADA ANAK DI SDN CILENTUNG 1 TAHUN
2023

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar


Sarjana Keperawatan

DILA APRINA LIDIASARI

20.156.01.11.009

PRPGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1) DAN PENDIDIKAN


PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA

2023
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul “PENGARUH EDUKASI KESEHATAN TERHADAP

PENCEGAHAN DIARE PADA ANAK DI SDN CILENTUNG 1 TAHUN 2023” telah


disetujui sebagai Skripsi dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diseminarkan.

Bekasi, 17 Maret 2023

Penguji
HALAMAN PENGESAHAN

PENGARUH EDUKASI KESEHATAN TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN


DIARE PADA ANAK DI SDN CILENTUNG 1 TAHUN 2023

SKRIPSI

Disusun Oleh :

DILA APRINA LIDIASARI

20.156.01.11.009

Diujikan Secara Ofline

Pada Tanggal 22 Agustus 2021

Mengetahui,

Penguji I Penguji II
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Dila Aprina Lidiasari

NPM : 20.15.601.11.009

Program Studi S1 Ilmu Keperawatan

Judul Skripsi : Pengaruh Edukasi Kesehatan Terhadap Perilaku Pencegahan Diare Pada
Anak Di SDN Cilentung 1

Menyatakan dengan sebenar benarnya bahwa Skripsi yang saya tulis ini benar-benar
hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang
saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila kemudian hari dapat dibuktikan
bahwa Skripsi ini adalah hasil jiplakan maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
sendiri.

Bekasi, 17 Maret 2023

Yang Membuat Pernyataan

Dila Aprina Lidiasari

NPM : 20.15.601.11.009
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmatdan anugrah-
nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Pengaruh Edukasi Kesehatan
Terhadap Perilaku Pencegahan Diare Pada Anak SDN Cilentung 1 Tahun 2023”. Penelitian
ini merupakan syarat untuk penelitian dan memperoleh gelar Sarjana Keperawatan Program
Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes Medistra Indonesia.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
untuk itu dengan segala hormat dan kerendahan hati penulis menyampaikan penghargaan
dan terima kasih kepada:

1. Usman Ompusunggu, SE., selaku Pembina Yayasan Medistra Indonesia


2. Saver Mangandar Ompusunggu, SE., M. Keb., selaku Ketua STIKes Medistra
Indonesia
3. Linda K Telaumbanua, SST., M. Keb., selaku Ketua STIKes Medistra Indonesia
4. Dr. Lenny Irmawati Sirait, SST., M. Kes., selaku Wakil Ketua I Bidang Akademik
STIKes Medistra Indonesia
5. Farida Banjarnahor,S. H., selaku Wakil Ketua II Bidang Akademik STIKes
Medistra Indonesia
6. Hainun Nisa, SST., M. Kes., selaku Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan dan
alumni STIKes Medistra Indonesia
7. Kiki Deniati S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Program Studi Ilmu Keperawatan S1 dan
Pendidikan Ners STIKes Medistra Indonesia
8. Rotua Suriany S. M.Kes., M.Kep, selaku Koordinator Skripsi sekaligus Dosen
Pembimbing Skripsi
9. Lina Indrawati, S.Kep ., Ns.,M.Kep, selaku Dosen Wali Kelas 3A Keperawatan
10. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Medistra Indonesia yang turut membantu
memberikan banyak ilmu, masukan dan arahan selama proses pendidikan
11. Kedua Orang Tua tercinta yang telah memberikan banyak support moral maupun
materi
12. Sahabat serta rekan-rekan S1 Ilmu Keperawatan yang telat memberikan banyak
bantuan dan dorongan dalam bentuk apapun serta doa dan semangat.

Dalam hal ini penulis menyadari, bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh
dari sempurna, maka penulis mohon kritik dan saran yang membangun kepada para
pembaca khususnya Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan jika ada
kesalahan dalam penulisan Penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat
bagi peneliti khususnya dan umumnya kepada para pembaca.

Bekasi, 17 maret 2023

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Keberhasilan sebuah edukasi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
pendidikan, lama waktu paparan jenis kelamin, sumber informasi/media edukasi,
pendidikan, stres psikologis, budaya dan efikasi diri dan dukungan social
(Hardan-khalil, 2020; oh, 2020). Media Pendidikan kesehatan berperan penting
dalam membantu audien memahami dan menangkap informasi yang terkandung.
Disebut media pendidikan karena alat-alat tersebut merupakan alat saluran untuk
menyampaikan informasi tentang kesehatan, karena alat-alat tersebut digunakan
untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan untuk masyarakat. Alat
bantu peraga atau atau media edukasi dapat dibagi menjadi 11 macam sesuai
dengan tingkat intensitas setiap media tersebut dalam suatu kerucut. Pada
kerucut tersebut benda asli memiliki intensitas paling tinggi, kemudian audio
visual berada pada urutan ketiga sampai kelima sedangkan kata-kata atau tulisan
intensitasnya paling rendah bila digunakan sebagai media edukasi (Muhson
2010; Notoadmojo, 2011; Sari 2019). Beberapa penelitian efektifitas video
terhadap pengetahuan telah dilakukan damenunjukan adanya peningkatan yang
signifikan terkait pengetahuan setelah diberi edukasi melalui video (Herron et al
2019) (Wischer et al 2018).
Menurut World Health Organization (WHO) 2013, diare adalah keluarnya
3 atau lebih feses yang longgar atau cair per hari, atau lebih sering daripada yang
normal untuk individu. Ini biasanya merupakan gejala infeksi gastrointestinal,
yang dapat disebabkan oleh berbagai organisme bakteri, virus, dan parasit.
Infeksi menyebar melalui makanan atau air minum yang terkontaminasi, atau
dari orang keorang sebagai akibat dari kebersihan yang buruk. Kejadian diare
masuk daftar penyebab kematian terbesar dunia yaitu 1,5 juta atau 2,7% dari
kematian diseluruh dunia disebabkan oleh diare.
Menurut Propil Kesehatan Indonesia (2018), target cakupan pelayanan
kesehatan penderita diare semua umur yang dating kesarana kesehatan adalah
10% dari perkiraan jumlah penderita diare (Insidens Diare dikali jumlah
penduduk disatu wilayah kerja dalam waktu 1 tahun). Pada tahun 2017 jumlah
penderita diare yang dilayani disarana kesehatan sebanyak 4.274.790 penderita,
dan terjadi peningkatan pada tahun 2018 yaitu menjadi 4.504.524 penderita atau
62,93% dari perkiraan diare disarana kesehatan. Insiden diare anak secara
Nasional pada tahu 2018 dengan cakupan tertinggi yaitu provinsi Nusa Tenggara
Barat (75,88%), DKI Jakarta (9,77%), Sumatra Utara (16,70%), dan Kepulauan
Riaw (18,68%), dan Jawa Barat sendiri ada diurutan ke 9 yaitu (46,35%), maka
dari itu menurut data dari tahun ke tahun ada peningkatan kasus diare pada anak
di Indonesia.
Penyakit diare di Indonesia, masih menjadi masalah kesehatan anak bila
dilihat dari angka kesakitan dan kematian yang terjadi. Penyakit diare termasuk
dalam 10 penyakit terbesar. Menurut Rohana 2018, upaya penurunan angka
kejadian diare dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya khususnya unsur
manusia meliputi upaya penemuan dan pengobatan secara dini, salah satunya
dengan pendidikan kesehatan. Salah satu penyebab anak diare adalah karena
kurangnya pengetahuan anak terhadap pencegahan diare. Oleh karena itu
pendidikan kesehatan di sekolah dasar harus diprioritaskan, karena jenjang
pendidikan dasar merupakan pondasi yang banyak menentukan perkembangan
karier seseorang dimasa mendatang. Dalam konteks membangun pondasi
kebiasaan hidup aktif dan positif, maka pendidikan kesehatan perlu
diselenggarakan dengan sebaik-baiknya dijenjang pendidikan dasar (Lutan Rusli
dkk, 2018).
Masalah diare timbul karena kurang kebersihan terhadap makanan yang
dimakan, anak usia sekolah pada umumnya belum paham betul akan kebersihan
bagi tubuhnya, apalagi anak sekolah bila jam istirahat tiba, mereka bermain dan
makan sehingga lupa mencuci tangan (Dian, 2015). Anak sekolah sering kali
membeli jajanan yang kurang sehat. Penelitian yang dilakukan Ayuningtyas
dalam Dian, (2015), menyatakan bahwa jajanan anak sekolah mengandung
bakteri E-coli (67,7) dan dalam penelitian tersebut frekuensi jajan mempunyai
hubungan yang bermakna dengan kejadian diare akut. Akibat yang ditimbulkan
diare adalah kekurangan cairan terus menerus akan berakibat dehidrasi. Selain
itu juga diare juga dapat mengakibatkan malnutrisi karena nafsu makan
berkurang. Malnutrisi akan menyebabkan resiko terjadinya diare lebih berat dan
lama, dan pada akhirnya akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan dan
kematian (Diana, 2015).
Diare dipengaruhi oleh faktor internal meliputi Infeksi, Malabsorbsi,
makanan dan Psikologis (Ngastiyah, 2014) sedangkan faktor eksternal antara
lain keadaan lingkungan, perilaku masyarakat, gizi kependudukan, pendidikan
keadaan sosial ekonomi. Penyakit diare dapat ditanggulangi dengan penanganan
yang tepat sehingga tidak sampai menimbulkan kematian terutama pada balita
(Zahroh et al, 2013).
Upaya peningkatan edukasi pencegahan diare antara lain dengan edukasi
kesehatan (Setiyorini, 2017), salah satu upaya dalam pencegahan diare yaitu:
peningkatan edukasi melalui pendidikan kesehatan, dimana edukasi kesehatan
adalah proses pemberdayaan individu dan masyarakat untuk meningkatkan
kemampuan mengendalikan determinan kesehatan sehingga dapat meningkatkan
derajat kesehatan (Subaris, 2016), pencegahan kesehatan, dipandang sebagai
salah satu kunci utama dari beberapa kebijakan dan strategi yang digunakan
untuk mencegah terjadinya penyakit diare (Adimayanti et al, 2017). Hal ini di
dukung hasil penelitan bawa edukasi kesehatan memberikan pengaruh yang
signifikan pada tingkat perilaku anak.
B. Rumusan Masalah
Berdasrkan uraian yang sudah dijelaskan tersebut, maka rumusan masalah
pada peneliti ini berkaitan dengan untuk mengetahui “pengaruh edukasi
kesehatan terhadap perilaku pencegahan diare pada anak di SDN Cilentung 1
Tahun 2023”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh edukasi kesehatan terhadap perilaku
pencegahan diare pada anak di SDN Cilentung 1 Tahun 2023
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik siswa-siswi di SDN Cilentng 1
b. Mengidentifikasi edukasi kesehatan pencegahan penyakit diare
sebelum dan sesudah diberikannya edukasi kesehatan di SDN
Cilentung 1
c. Mengetahuinya pengaruh pemberian edukasi kesehatan dengan
pencegahan diare pada anak di SDN Cilentung 1
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Pendidik dapat mengaplikasikan metode pemberian edukasi kesehatan
sebagai sarana edukasi di SDN Cilentung 1
2. Manfaat Bagi Keperawatan
Menambah informasi dalam mengembangkan sebagai data megenai
seberapa penting edukasi kesehatan dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan dan mengurangi apabila anak terkena diare.
3. Manfaat Bagi Peneliti
Sebagai bahan untuk melakukan penelitian edukasi kesehatan,
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan peneliti dalam mempelajari,
mengidentifikasi, dan mengembangkan teori-teori yang didapatkan, serta
untuk menambah wawasan dan pengalaman dalam melakukan penelitian.
4. Bagi Institusi STIKes Medistra Indonesia
Dapat dijadikan sumber referensi ataupun perbandingan bagi kegiatan
yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan khususnya penyakit diare.
E. Pernyataan Keaslian Penelitian
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka
1. Edukasi Kesehatan
a. Definisi Edukasi Kesehatan
Edukasi kesehatan adalah suatu pemberian informasi pada khalayak
umum sebagai upaya peningkatan pengetahuan dan mengubah perilaku
mengenai pencegahan diare. Tujuan mengenai edukasi kesehatan ialah
sebagai merubah pengetahuan & perilaku masyarakat dengan peranan untuk
meningkatkan kesehatan yang mumpuni. Oleh karena itu, konsep edukasi
kesehatan adalah konsep edukasi yang proses pembelajaran yang berarti
akan edukasi itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan
ke arah yang lebih kompleks, lebih baik, dan lebih matang pada individu,
kelompok atau masyarakat (Notoadmodjo, 2011).
Dalam keperawatan, edukasi kesehatan adalah bentuk intervensi
keperawatan yang mandiri untuk membantu masyarakat baik individu,
kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi permasalahan
kesehatannya dengan melalui kegiatan edukasi, yang didalamnya perawat
berperan aktif sebagai pendidik. Pelaksanaan edukasi kesehatan dalam
keperawatan adalah kegiatan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
pengkajian kebutuhan klien, penegakan diagnose keperawatan, perencanaan
edukasi kesehatan, implementasi edukasi kesehatan, evaluasi edukasi
kesehatan, dan dokumentasi edukasi kesehatan.
b. Ruang Lingkup Edukasi Kesehatan
Ruang lingkup edukasi kesehatan dapat ditinjau dari berbagai dimensi,
antara lain dimensi sasaran edukasi, dimensi tempat pelaksanaan atau
aplikasinya, dan dimensi tingkat pelayanan kesehatan. Dari dimensi
sasarannya, edukasi kesehatan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
1) Edukasi kesehatan individual, dengan sasaran individu.
2) Edukasi kesehatan kelompok, dengan sasaran kelompok.
3) Edukasi kesehatan masyarakat, dengan sasaran masyarakat luas.
Dimensi tempat pelaksanannya, edukasi kesehatan dapat
berlangsung di berbagai tempat atau tatanan dengan sendirinya
sasarannya berbeda pula, contohnya:
1) Edukasi kesehatan di dalam keluarga (rumah).
2) Edukasi kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan
sasarannya adalah pelajar.
3) Edukasi kesehatan di institusi pelayanan kesehatan, (dilakukan di
rumah sakit, rumah sakit dengan sasaran pasien atau keluarga pasien,
di puskesmas, dan sebagainya).
4) Edukasi kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran pekerja
atau karyawan yang bersangkutan.
5) Edukasi kesehatan di tempat-tempat umum (TTU)
Dimensi tingkat pelayanan kesehatan, edukasi kesehatan
dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five levels of
prevention) dari Leavel and Clark, sebagai berikut:
1) Promosi kesehatan (health promotion)
Dalam tingkat ini edukasi kesehatan diperlukan misalnya
dalam peningkatan gizi, kualitas hidup, perbaikan saluran atau
sanitasi lingkungan higiene perorangan, dan sebagainya.
2) Perlindungan khusus (specific protection)
Dalam program imunisasi sebagai bentuk pelayanan
perlindungan khusus ini edukasi kesehatan sangat diperlukan
terutama di negara-negara berkembang. Hal ini dikarenakan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi sebagai
perlindungan terhadap penyakit pada dirinya maupun pada anak-
anaknya masih rendah.
3) Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt
treatment)
Dikarenakan rendahnya pengetahuan dan kesadaran
masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit, maka sangat sulit untuk
mendeteksi penyakit-penyakit yang sering terjadi pada masyarakat.
Bahkan, masyarakat sangat sulit ataupun tidak mau diperiksa dan
diobati penyakitnya. Hal tersebut akan menyebabkan masyarkat tidak
mendapatkan pelayanan kesehatan dengan baik. Oleh karena itu,
edukasi kesehatan sangat diperlukan pada tahap ini
4) Pembatasan cacat (disability limitation)
Karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat
tentang kesehatan dan penyakit, maka masyarakat sering tidak
melanjutkan pengobatannya hingga tuntas. Dengan begitu, mereka
tidak melakukan pemeriksaan dan pengobatan yang sesuai dengan
penyakitnya. Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat
mengakibatkan pasien mengalami cacat atau mengalami kematian.
Oleh karena itu, edukasi kesehatan sangat diperlukan pada tahap ini.
5) Rehabilitasi (Rehabilitation)
Setelah mengalami sembuh dari penyakit, terkadang pasien
menjadi cacat. Untuk memulihkan cacatnya tersebut diperlukan
latihan atau terapi tertentu. Oleh sebab itu, kurangnya pengertian dan
kesadaran. Disamping itu, orang yang cacat sembuh dari penyakit,
pasien akan merasa malu dan tidak percaya diri. Sering terjadi
masyarakat tidak mau menerima pasien sebagai masyarakat yang
normal. Oleh sebab itu, sangat jelas sekali bahwa edukasi kesehatan
sangat diperlukan bukan hanya untuk pasien, tetapi juga kepada
masyarakat luas.
c. Subbidang Keilmuan Edukasi Kesehatan
Sebagai usaha intervensi perilaku edukasi kesehatan terdapat pada
tiga faktor, yakni faktor-faktor predisposisi, faktor-faktor pendukung, faktor-
faktor pendorong. Strategi dan pendekatan untuk ketiga faktor tersebut
sangatlah berbeda-beda, meskipun tidak secara eksplisit.
d. Tujuan Edukasi Kesehatan
Secara umum, tujuan dari edukasi kesehatan adalah merubah perilaku
individu/masyarakat di bidang kesehatan. Tujuan ini dapat diperinci menjadi
1) Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat.
2) Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok
mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup yang sehat.
3) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara cepat pelayanan
kesehatan yang tersedia.
Secara operasional, tujuan edukasi kesehatan adalah sebagai berikut:
1) Agar penderita (masyarkat) mempunyai tanggung jawab yang lebih
besar pada kesehatan (dirinya), keselamatan lingkungan, dan
masyarakatnya.
2) Agar masyarakat melakukan langkah-langkah positif dalam
mencegah terjadinya penyakit, mencegah terjadinya penyakit akan
menjadi lebih parah dan mencegah keadaan ketergantungan melalui
rehabilitasi cacat yang disebabkan oleh penyakit.
3) Agar masyarakat mempelajari apa yang dapat dilakukan dan
bagaimana caranya, tanpa selalu meminta pertolongan kepada system
pelayanan kesehatan yang formal.
Dari penjelasan mengenai tujuan dari edukasi kesehatan
diatas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya edukasi kesehatan
bertujuan untuk mengubah pemahaman masyarakat di bidang
kesehatan untuk menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang sangat
bernilai, mandiri dalam mencapai tujuan hidup yang sehat, serta
dapat menggunakan sarana pelayanan dengan tepat dan sesuai.
2. Diare
A. Definisi Diare
Diare adalah keluarnya 3 atau lebih feses yang longgar atau cair
perhari, atau lebih sering daripada yang normal untuk individu. Ini biasanya
merupakan gejala infeksi gastrointestinal, yang dapat disebabkan oleh
berbagai organisme bakteri, virus, dan parasite. Infeksi menyebar melaui
makanan atau air minum yang terkontaminasi, atau dari orang keorang
sebagai akibat dari kebersihan yang buruk. Kejadian diare masuk daftar
penyebab kematian terbesar di Dunia yaitu 1,5 juta atau 2,7% dari kematian
diseluruh dunia disebabkan oleh diare Menurut World Health Organization
(WHO) 2013.
Diare didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana terjadi
peningkatan jumlah buang air besar yang terjadi akibat adanya suatu infeksi.
Seseorang anak bisa dikatakan telah mengalami diare apabila volume buang
air besarnya terukur lebih besar dari 10 ml / kg per hari. Konsistensi tinja
yang encer, banyak mengandung cairan (cair) dan sering (pada umumnya
buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam).
B. Klasifikasi Diare
Berdasarkan waktunya, diare di bagi menjadi:
1. Diare Akut
Diare akut adalah sering juga didefinisikan sebagai gastroenteritis,
yaitu diare yang muncul cepat yang dapat disertai dengan beberapa
gejala seperti mual, muntah, demam, dan nyeri abdomen yang
berlangsung selama kurang dari 14 hari. Sekitar 80% disebabkan oleh
virus sedangkan infeksi akibat bakteri lebih sering bermanifestasi
sebagai diare berdarah.
2. Diare Kronik
Keluarnya tinja air dan elektrolit yang hebat. Dengan frekunsi buang
air besar yang terus meningkat, konsistensi tinja semakin lembek, atau
volume tinja yang semakin bertambah dalam rentang waktu yang lebih
dari 14 hari.
3. Diare Persisten
Diare persisten adalah diare yang mula mula bersifat akut, namun
berlangsung lebih dari 14 hari. Dapat dimulai sebagai diare cair akut atau
disentri. Diare persisten sering disebabkan oleh beberapa bakteri/
parasite yang masuk dalam tubuh seorang anak.
C. Etiologi Diare
Penyebab diare dapat dibagi menjadi beberapa faktor:
1. Faktor eksternal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak, infeksi enteral ini meliputi:
1) Infeksi bakteri, yaitu Aeromonas sp, Bacillius cereus,
Clostridium perfringens, Escherichia coli, Salmonella, Shingella,
Staphylococcus aureus, dan Vibrio cholera
2) Infeksi virus, yaitu Astrovirus, Koronavirus, Adenovirus enteric
dan Rotavirus.
3) Infeksi parasite, yaitu:
a. Cacing perut : Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura,
Strongyloides stercoralis dan Ancylostoma duodenala.
b. Jamur : Candida albicans
c. Protozoa : Entamoeba histolytica, Giardia lambia,
Balantidium coli dan Cryptosporidiu
D. Patogenesis
Mekanisme dasar yang mengakibatkan munculnya diare :
1. Gangguan osmotik
Makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
kenaikan tekanan osmotic rongga usus, sehingga air dan elektrolit
mengalami pergeseran kedalam rongga usus. Isi dari rongga usus yang
berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare.
2. Gangguan sekresi
Rangsangan tertentu (missal oleh toksin) pada dinding usus akan
mengalami meningkatnya sekresi air dan elektrolit masuk ke dalam
rongga usus dan timbulnya diare karena adanya peningkatan isi rongga
usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik tentunya mengakibatkan mengurangnya kesempatan
usus untuk menyerap makanan, sehingga diare timbul. Namun,
sebaliknya ketika peristaltik menurun akan menyebabkan bakteri
tumbuh secara berlebih dan akan menimbulkan diare pula.
a. Patogenesis akut
a. Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus
setelah berhasil melewati rintangan asam lambung.
b. Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus
halus.
c. Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik)
d. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare.
b. Patogenesis diare kronis
Lebih kompleks dan faktor-faktor yang menimbulkannya adalah
infeksi bakteri, parasite, malabsorbsi, malnutrisi, dan lain-lain.
E. Patofisiologi
Sebagai akibat diare baik akut atau kronis akan terjadi :
a. Kehilangan aid an elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan
dehidrasi, asidosis metabolic dan hypokalemia.
b. Gangguan sirkulasi darah dapat berupa ranjatan hipovolemik atau pra-
renjatan sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai dengan muntah,
perfusi jaringan berkurang, sehingga hipoksia dan asidosis metabolic
bertambah berat,ngangguan peredaran darah otak dapat terjadi berupa
kesadaran menurun (soporokomatosa) dan bila tidak cepat diobati dapat
berakibat kematian.
c. Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare
dan muntah, terkadang orangtua nya menghentikan pemberian makanan
karena takut bertambahnya muntah dan diare pada anak atau apabila
makanan tetap diberikan dalam bentuk diencerkan. Hipoglikemia akan lebih
sering terjadi pada anak yang sebelumnya telah menderita malnutrisi atau
bayi dengan gagal bertambah berat badan. Sebagai akibat dari hipoglikemia
dapat terjadi edema otak yang dapat mengakibatkan kejang dan koma.
F. Gejala Klinis
Sebagian besar manifestasi klinis yang muncul pada kasus diare
berkaitan erat dengan jenis pathogen yang menginfeksi dan seberapa besar
tingkat infeksi tersebut. manifestasi tambahan tergantung pada
perkembangan komplikai (seperti dehidrasi dan ketidakseimbangan
elektrolit) dan sifat pathogen yang menginfeksi. Biasanya, penyerapan
toksin sebelum terbentuk dikaitkan dengan onset mual dan muntah yang
cepat dalam waktu 6 jam, dengan kemungkinan demam, kram perut setelah
periode inkubasi 8-16 jam dikaitkan dengan produksi enterotoksin.
Clostridium perfringens dan bacillus cereus memiliki gejala berupa kram
andominal dan diare berair setelah periode inkubasi 16-48 jam dapat
dikaitkan dengan norovirus, beberapa bakteri penghasil enterotoksin.
Bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbuk diare.
Tinja cair dan mungkin disertai lender dan atau darah. Warna tinja makin
lama makin berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan
empedu. Anus dan daerah sekitarnya menjadi lecet karena seringnya
defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya
asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus
selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan
dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila penderita telah banyak
kehilangan cairan dan elektrolity, maka gejala dehidrasi mulai nampak.
Gejala dehidrasi yaiti :
a. Berat badan turun
b. Turgor kulit berkurang
c. Mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung
d. Selaput lender bibir dan mulut serta kulit tampak kering
G. Komplikasi
Kehilangan cairan dan elektrolit yang secara mendadak dapat
mengakibatkan berbagai macam komplikasi yang paling sering muncul
adalah dehidrasi baik dehidrasi ringan, sedang, ataupun berat. Komplikasi
yang muncul tergantung pada cepat lambatnya penanganan terhadap pasien,
pada keadaan lanjut renjatan hipovolemik dapat terjadi sebagai akibat dari
makin berkurangnya volume darah.
Komplikasi lainnya yang seringterjadi adalah hypokalemia, yaitu
suatu keadaan dimana kabar kalium dalam darah rendah dengan gejala
meteorismus (kembung perut karena pengumpulan gas secara berlebihan
dalam lambung dan usus), hipotonik otot, lemah, bradikardi, perubahan pada
elektrokardiogram. Serta beberapa gejala lainnya seperti hipoglikemia,
kejang terutama pada hidrasi hipotonik, malnutrisi energy protein.
H. Penatalaksanaan diare
Depertemen kesehatan mulai melakukan sosialisasi panduan tata
laksana pengobatan diare pada anak yang baru didukung oleh Ikatan Dokter
Anak Indonesia, dengan merujuk pada panduan WHO. Tata laksana ini
sudah mulai diterapkan di rumah sakit. Dehidrasi bukan satu-satunya strategi
dalam penatalaksanaan diare. Memperbaiki kondisi usus dan menghentikan
diare juga menjadi cara untuk mengobati pasien. Untuk itu, Depertemen
Kesehatan menetapkan 5 pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus
dirawat dirumah maupun sedang dirawat dirumah sakit yaitu:
a. Rehidrasi dengan oralit baru, dapat mengurangi rasa mual dan
muntah
b. Zink diberikan selama 10 hari berturut-turut
c. Air susu ibu dan makanan tetap diteruskan
d. Antibiotik
e. Nasihat pada ibu atau pengasuh
I. Pencegahan Diare
Pencegahan diare bertujuan untuk tercapainya angka kesakitan.
Upaya kegiatan pencegahan diare yaitu:
a. Pemberian air susu ibu
Air susu ibu mempunyai khasiat preventif secara imunologik
dengan adanya antibody dan zat-zat lain yang dikandungnya. Asi
turut memberikan perlindungan terhadap diare.
b. Makanan pendamping asi
Pemberian pendamping asi adalah saat bayi secara bertahap
mulai membiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada masa
tersebut merupakan masa yang berbahaya bagi bayi sebab
perilaku pemberian makanan pendamping asi dapat
menyebabkan meningkatkan resiko terjadinya diare ataupun
penyakit lain yang menyebabkan kematian
c. Menggunakan air bersih yang cukup
Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan
melaui jalur fekal oral. Mereka dapat ditularkan dengan
memasukan kedalam, mlut, cairan atau benda yang tercemar
dengan tinja, misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang
disiapkan dalam panic yang dicuci dengan air yang tercemar.
Yang harus diperhatikam oleh keluarga:
a. Ambil air dari sumber air bersih
b. Ambil dan simpan air dalam tempat bersih dan tertutup
serta gunakan gayung khusu untuk mengambil air
c. Pelihara atau jaga sumber air dari pencemaran oleh
binatang dan untuk mandi anak-anak
d. Gunakan air yang direbus
e. Cuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang
bersih dan cukup
d. Mencuci tangan
Kebiasaan berhubungan dengan kebersihan
perorangan penting dalam menularkan kuman diare adalah
mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama
sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak,
sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan
anak dan sbelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian
diare.
e. Penggunaan jamban
Pengalaman di beberapa Negara membuktikan bahwa upaya
penggunaan jamban mempunyai dampak besar dalam penurunan
resiko terhadap penyakit diare.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga:
1. Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan
dapat di pakai oleh seluruh anggota keluarga.
2. Bersihkan jamban secara teratur
3. Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke
tempat buang air besar hendaknya jauh dari rumah
f. Membuang tinja bayi yang benar
Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya.
Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat menularkan penyakit
pada anak-anak dan orang tuanya.
g. Cakupan pemberian imunisasi campak
Diare sering timbul menyertai campak, sehingga pemberian
imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu
beri anak imunisasi campak segera setelah berumur 9 bulan.

Anda mungkin juga menyukai