OLEH:
NAMA : DWI ANTASARI .H
NIM : 10012682226049
OLEH:
NAMA : DWI ANTASARI .H
NIM : 10012682226049
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Nur Alam Fajar, M.Kes., AIFO Dr. Rostika Flora, S.Kep., M.Kes., AIF
NIP. NIP.197109271994032004
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Sriwijaya
Karya tulis ilmiah berupa tesis dengan judul “Peran Keluarga Dalam Mendukung
Keberhasilan Pelaksanaan Asi Eksklusif Sebagai Upaya Pencegahan Stunting Di
Kabupaten Seluma” telah dipertahankan di hadapan Panitia Sidang Ujian Tesis
Program Studi Magister (S2) Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sriwijaya pada tanggal 2023 dan dan telah diperbaiki,
diperiksa, serta disetujui sesuai dengan masukan Panitia Sidang Ujian Tesis Program
Studi Magister (S2) Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sriwijaya.
Palembang, 2022
Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah berupa Tesis
HALAMAN PERNYATAAN INTEGRITAS
Menyatakan bahwa Laporan Tesis saya merupakan hasil karya sendiri didampingi tim
pembimbing dan bukan hasil penjiplakan/plagiat. Apabila ditemukan unsur
penjiplakan/plagiat dalam Tesis ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik
dari Universitas Sriwijaya sesuai aturan yang berlaku.
Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada paksaan dari
siapapun
Palembang, 2023
Dwi Antasari .H
10012682226049
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Stunting pada anak merupakan kondisi gangguan pertumbuhan yang ditandai
dengan nilai z-score kurang dari 2 standar deviasi (WHO, 2015). Meskipun penyebab
stunting lebih daripada sekedar malnutrisi, sebagain besar disebabkan oleh kondisi
kurang gizi yang kronis pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (WHO, 2021).
Kekurangan zat gizi selama masa kehamilan sampai dengan anak berusia dua tahun
dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan yang optimal dan meningkatkan
risiko terjadinya stunting, di samping factor lain seperti infeksi yang berulang dan
kurangnya stimulasi (WHO, 2015; Arini, Nursalam and Mahmudah, 2020).
Penelitian sebelumnya menemukan bahwa determinan stunting di Indonesia di
antaranya adalah rendahnya jumlah anak yang diberi ASI Ekslusif, berat badan lahir,
tinggi badan ibu, pendidikan ibu, dan penghasilan keluarga dalam sebulan (Beal et
al., 2018; Husnaniyah, Yulyanti and Rudiansyah, 2020; Agustin and Rahmawati,
2021).
Pengaruh pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada balita
ditemukan pada banyak penelitian terdahulu di mana balita yang tidak mendapatkan
ASI eksklusif lebih berisiko mengalami stunting. ASI ekslusif terbukti mencegah
terjadinya stunting pada bayi (Handayani, Kapota and Oktavianto, 2019; Latifah,
Purwanti and Sukamto, 2020; Gauchan, 2021; Hadi et al., 2021; Sari et al., 2021).
Oleh karena itu, pemberian ASI eksklusif merupakan salah satu intervensi gizi
spesifik yang dirancang oleh WHO dan merupakan salah satu dari poin dalam
Sasaran Srtategis pemerintah Indonesia untuk mengurangi angka kejadian stunting
(UNICEF, 2019; Kemkes, 2020). Pemberian ASI dipengaruhi juga oleh kualitas dan
kuantitas ASI yang diperoleh bayi. WHO merekomendasikan agar bayi disusui secara
on demand atau kapanpun bayi menunjukkan rasa lapar salah satunya dengan cara
menangis (CDC, 2010, 2021).
Keberhasilan pemberian ASI eksklusif di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
faktor predispsisi (pendidikan, pengetahuan, sikap, pengalaman ibu, jumlah anak,
pemeriksaan kehamilan dan IMD), faktor pemungkin (penolong persalinan dan upaya
mempersiapkan ASI eksklusif) dan faktor pendorong (dukungan tenaga kesehatan,
iklan susu formula, dukungan suami, dan dukungan ibu dan mertua) (Pratiwi et al.,
2019).
Selain itu, dukungan keluarga juga berpengaruh penting dengan perilaku tidak
memberikan ASI eksklusif. Penelitian yang dilakukan (Mardhiyah et al., 2018)
menyebutkan bahwa peran keluarga yaitu peran suami dan peran ibu mertua terhadap
perilaku pemberian ASI eksklusif oleh ibu kepada bayinya.
Kondisi stunting memberikan dampak jangka pendek maupun jangka panjang.
Anak dengan stunting lebih berisiko untuk mengalami berbagai penyakit non-infeksi
dan memiliki tingkat kecerdasan yang lebih rendah daripada anak normal (Alam et
al., 2020). Di masa dewasa, anak dengan riwayat stunting lebih berisiko untuk
mengalami penyakit non-infeksi seperti dislipidemia, hipertensi, dan diabetes serta
memiliki tingkat produktivitas yang lebih rendah (McGovern et al., 2017; De Lucia
Rolfe et al., 2018).
Berdasarkan data SSGI di tahun 2021, angka kejadian stunting di Provinsi
Bengkulu mencapai 22,1% sedangkan Kabupaten Seluma merupakan kabupaten
nomor 3 tertinggi angka kejadian stunting yaitu sebesar 24,7% (Kemenkes RI, 2021).
Angka ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan yang ditargetkan oleh Pemerintah
Bengkulu, di mana angka kejadian stunting ditargetkan turun menjadi 6,25% pada
tahun 2023 (RADPG, 2021).
Data profil Indonesia tahun 2021 menunjukkan cakupan salah satu provinsi
dengan cakupan pemberian ASI Eksklusif diatas capaian Nasional yaitu 66,3%. Dari
9 Kabupatendan 1 Kota di Provinsi Bengkulu, Cakupan ASI Eksklusif yang paling
rendah berada di Kabupaten Seluma yaitu 50,9% (Profil Dinkes Kab. Seluma, 2021)
Penelitian ini bertujuan untuk menilai peran keluarga dalam mendukung
keberhasilan pelaksanaan ASI Eksklusif sebagai upaya pencegahan stunting di
Kabupaten Seluma.
1.1 RumusanMasalah
Satu jurnal peran keluarga besar pengaruh dengan penilitian ini maka ...Apakah
terdapat hubungan antara peran keluarga dalam mendukung keberhasilan pelaksanaan
ASI Eksklusif sebagai upaya pencegahan stunting di Kabupaten Seluma.
1.2 TujuanPenelitian
1.3.1 TujuanUmum
Untuk menganalisis hubungan antara peran keluarga dalam mendukung
keberhasilan pelaksanaan asi eksklusif dengan kejadian stunting di Kabupaten
Selumah.
1.3.2 TujuanKhusus ( terlalu banyak2 sesuaikan dengan kerangka teori juga )
1. Menganalisis distribusi frekuensi kejadian stunting pada balita di Kabupaten
Seluma.
2. Menganalisis distribusi karakteristik balita di Kabupaten Seluma yang
meliputi jenis kelamin, usia, dan berat badan lahir.
3. Menganalisis distribusi frekuensi pemberian ASI eksklusif yang meliputi
riwayat pemberian ASI eksklusif, frekuensi menyusu, dan durasi menyusu.
4. Menganalisis peran keluarga dalam pelaksanaan pemberian ASI Ekslusif di
Kabupaten Seluma
5. Menganalisis hubungan antara karakteristik balita dengan kejadian stunting
pada balita di KabupatenSeluma.
6. Menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga balita dengan kejadian
stunting pada balita di KabupatenSeluma.
7. Menganalisis hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian
stunting pada balita di Kabupaten Seluma.
8. Menganalisis hubungan antara frekuensi dan durasi pemberian ASI dengan
kejadian stunting pada balita di Kabupaten Seluma.
9. Menganalisis hubungan antara peran keluarga dalam pemberian ASI Eksklusif
dengan kejadian stunting pada balita di Kabupaten Seluma.
10. Menganalisis factor dominan yang berhubungan dengan angka kejadian
stunting pada balita di Kabupaten Seluma.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan menjadi
referensi dalam bidang kesehatan masyarakat dan ilmu kesehatan anak mengenai
peran keluarga dalam mendukung keberhasilan pelaksanaan ASI Eksklusif sebagai
upaya pencegahan stunting di Kabupaten Seluma.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan di
masyarakat mengenai peran keluarga dalam mendukung keberhasilan
pelaksanaan ASI Eksklusif sebagai upaya pencegahan stunting di Kabupaten
Seluma.
2. Bagi Pemerintah Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pemerintah
dalam memutuskan kebijakan terkait promosi kesehatan terutama edukasi
peran keluarga dalam mendukung keberhasilan pelaksanaan ASI Eksklusif
sebagai upaya pencegahan stunting.
3. Bagi Tenaga Kesehatan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi
dalam mengedukasi dan melakukan penelitian lebih lanjut tentang peran
keluarga dalam mendukung keberhasilan pelaksanaan ASI Eksklusif sebagai
upaya pencegahan stunting.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Stunting
2.2.1 Pengertian Stunting
Stunting merupakan kondisi balita yang memiliki panjang atau tinggi badan
kurang jika dibandingkan dengan umur (Mega Purnamasari, dkk, 2021). Masalah
anak pendek (stunting) adalah salah satu permasalahan gizi yang menjadi fokus
Pemerintah Indonesia, Stunting adalah status gizi yang didasarkan pada indeks PB/U
atau TB/U dimana dalam standar antropometri penilaian status gizi anak, hasil
pengukuran tersebut berada pada ambang batas (Z-Score) <-2 SD sampai dengan -3
SD (pendek) dan <-3 SD (sangat pendek). Stunting yang telah tejadi bila tidak
diimbangi dengan catch-up growth (tumbuh kejar) mengakibatkan menurunnya
pertumbuhan, masalah stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
berhubungan dengan meningkatnya risiko kesakitan, kematian dan hambatan pada
pertumbuhan baik motorik maupun mental (Rahmadhita, 2020).
2.2.2 Penyebab Stunting
Kondisi Stunting dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya faktor
gizi buruk, kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi, masih
terbatasnya layanan kesehatan, masih kurangnya akses kepada makanan begizi dan
kurangnya akses air bersih dan sanitasi. Keadaan balita dengan postur tubuh yang
pendek dapat disebabkan oleh adanya masalah dengan kelenjar endokrin dan anemia
(Agustina, R., Mandala, Z., & Sahara, 2020), yang dialami akibat kondisi ibu saat
hamil mengalami anemia yang menyebabkan bayi kekurangan nutrisi sehingga lahir
dengan berat badan rendah atau premature (Rahmawati, 2019). Berat badan lahir,
panjang badan lahir, usia kehamilan, dan pola asuh ibu mempengaruhi kejadian
stunting (Sumardilah & Rahmadi, 2019). Selain itu, kondisi fisik pendek dan sangat
pendek merupakan salah satu akibat dari kurangnya asupan nutrisi/gizi pada balita
yang dialami mulai saat berada dalam kandungan, maupun setelah balita lahir sampai
umur dua tahun (Dinkes Aceh, 2019).
Salah satu penyebab stunting pada anak adalah pemberian ASI Eksklusif tidak
diberikan selama enam bulan karena ASI dibutuhkan selama masa tumbuh kembang
bayi agar kebutuhan nutrisinya terpenuhi (SJMJ, S. A., Toban, R., & Madi, 2020).
Balita umur 24-59 bulan termasuk dalam kelompok masyarakat yang paling mudah
menderita kelainan gizi (golongan masyarakat kelompok rentan gizi), sedangkan pada
saat itu mereka sedang mengalami proses pertumbuhan yang relatif pesat (Azriful et
al., 2018). Hal ini sesuai dengan pernyataan Sutomo dan Anggraini (2010),
pemenuhan gizi yang seimbang selama masa balita bahkan saat balita berada dalam
kandungan, sangat penting untuk mencegah terjadinya permasalahan gizi pada masa
balita.
2.2.3 Dampak Stunting
Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh stunting diantaranya adalah
Jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan
pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalamtubuh, dalam jangka panjang
akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya kemampuan kognitif dan
prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan resiko
tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan
pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua.
Stunting dapat mengakibatkan penurunan intelegensia (IQ), sehingga prestasi
belajar menjadi rendah dan tidak dapat melanjutkan sekolah. Anak yang menderita
Stunting berdampak tidak hanya pada fisik yang lebih pendek saja, tetapi juga pada
kecerdasan, produktivitas dan prestasinya kelak setelah dewasa, sehingga akan
menjadi beban negara. Selain itu dari aspek estetika, seseorang yang tumbuh
proporsional akan kelihatan lebih menarik dari yang tubuhnya. Gagal tumbuh yang
terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa emas ini akan berakibat buruk pada
kehidupan berikutnya dan sulit diperbaiki. Masalah Stunting menunjukkan
ketidakcukupan gizi dalam jangka waktu panjang yaitu kurang energi dan protein,
juga beberapa zat gizi mikro .
2.3.3 Pencegahan Stunting ( lebih banyak jurnal atau pembahasaanya lagi)
Kondisi stunting meskipun dialami oleh balita, namun diakibatkan karena
beberapa faktor risiko penting sejak masa kehamilan, yaitu kurangnya asupan gizi
ketika janin karena kurangnya pengetahuan ibu hamil mengenai kesehatan dan gizi
sebelum serta pada saat masa kehamilan lalu masih terbatasnya layanan kesehatan
termasuk layanan ANC (Ante Natal Care) yang berkualitas. Stunting dianggap
sebagai hasil kumulatif dari proses yang dimulai sejak kehamilan, sehingga masalah
gizi pada ibu hamil menjadi penyebab tidak langsung terhambatnya tumbuh kembang
janin yang menjadi faktor risiko kejadian stunting. Terdapatnya kaitan masa
kehamilan dengan kejadian stunting menyebabkan diperlukannya kegiatan
pencegahan yang efektif untuk mencegah stunting pada masa kehamilan. (Ekayanthi
& Suryani, 2019; Saputri dan Tumangger, 2019; TNP2K, 2017; Nurfatimah et al,
2021; Salamung, 2019). Salah satu penelitian di Indonesia menyatakan bahwa para
ibu hamil sebenarnya sudah mengetahui tentang stunting dan bahayanya, sehingga
perlu untuk dicegah sejak dini, namun mereka tidak memiliki pengetahuan tentang
cara pencegahan stunting bagi ibu hamil. Pencegahan stunting pada masa kehamilan
dapat dilakukan melalui upaya promotif dan preventif yang berfokus untuk
meningkatkan pengetahuan serta sikap positif ibu hamil terhadap pencegahan stunting
(Anggraini et al, 2020).
1. Pemberian TTD
2. PMT ibuhamil
3. Pemenuhangizi
4. Persalinandengandokterataubidan
Stunting 5. Pemberian IMD
6. Pemberian ASI Eksklusif
7. Memberikan (MP-ASI)
8. Pemberianimuniasaidasarlengkapdan
vitamin A
9. Pemantauanpertumbuhanbalita
10. Penerapan PHBS
Karakteristik balita:
1. Jenis kelamin
2. Usia
3. Berat badan lahir
Variabel Terikat
Karakteristik keluarga:
1. Peran keluarga
2. Pendidikan
3. Pendapatan
4. Pengetahuan
5. Sikap
6. Perilaku
2.7 Hipotesis