Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL

Hubungan PERAN KELUARGA pada pemberian ASI


EKSKLUSIF dalam PENCEGAHAN STUNTING
DI KABUPATEN SELUMA

OLEH:
NAMA : DWI ANTASARI .H
NIM : 10012682226049

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT (S2)


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
HALAMAN PENGESAHAN

PERAN KELUARGA DALAM MENDUKUNG KEBERHASILAN


PELAKSANAAN ASI EKSKLUSIF SEBAGAI UPAYA
PENCEGAHAN STUNTING DI KABUPATEN SELUMA

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar (S2)


Magister Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sriwijaya

OLEH:
NAMA : DWI ANTASARI .H
NIM : 10012682226049

Palembang, Januari 2023

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Nur Alam Fajar, M.Kes., AIFO Dr. Rostika Flora, S.Kep., M.Kes., AIF
NIP. NIP.197109271994032004

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Sriwijaya

Dr. Misnaniarti, S.K.M., M.K.M.


NIP.19760609200212001
HALAMAN PERSETUJUAN

Karya tulis ilmiah berupa tesis dengan judul “Peran Keluarga Dalam Mendukung
Keberhasilan Pelaksanaan Asi Eksklusif Sebagai Upaya Pencegahan Stunting Di
Kabupaten Seluma” telah dipertahankan di hadapan Panitia Sidang Ujian Tesis
Program Studi Magister (S2) Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sriwijaya pada tanggal 2023 dan dan telah diperbaiki,
diperiksa, serta disetujui sesuai dengan masukan Panitia Sidang Ujian Tesis Program
Studi Magister (S2) Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sriwijaya.

Palembang, 2022
Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah berupa Tesis
HALAMAN PERNYATAAN INTEGRITAS

Yang bertandatangan di bawah ini:


Nama : Dwi Antasari .H
NIM : 10012682226049
Judul Tesis : Peran Keluarga Dalam Mendukung Keberhasilan Pelaksanaan Asi
Eksklusif Sebagai Upaya Pencegahan Stunting Di Kabupaten
Selumah

Menyatakan bahwa Laporan Tesis saya merupakan hasil karya sendiri didampingi tim
pembimbing dan bukan hasil penjiplakan/plagiat. Apabila ditemukan unsur
penjiplakan/plagiat dalam Tesis ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik
dari Universitas Sriwijaya sesuai aturan yang berlaku.

Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada paksaan dari
siapapun

Palembang, 2023

Dwi Antasari .H
10012682226049
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Stunting pada anak merupakan kondisi gangguan pertumbuhan yang ditandai
dengan nilai z-score kurang dari 2 standar deviasi (WHO, 2015). Meskipun penyebab
stunting lebih daripada sekedar malnutrisi, sebagain besar disebabkan oleh kondisi
kurang gizi yang kronis pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (WHO, 2021).
Kekurangan zat gizi selama masa kehamilan sampai dengan anak berusia dua tahun
dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan yang optimal dan meningkatkan
risiko terjadinya stunting, di samping factor lain seperti infeksi yang berulang dan
kurangnya stimulasi (WHO, 2015; Arini, Nursalam and Mahmudah, 2020).
Penelitian sebelumnya menemukan bahwa determinan stunting di Indonesia di
antaranya adalah rendahnya jumlah anak yang diberi ASI Ekslusif, berat badan lahir,
tinggi badan ibu, pendidikan ibu, dan penghasilan keluarga dalam sebulan (Beal et
al., 2018; Husnaniyah, Yulyanti and Rudiansyah, 2020; Agustin and Rahmawati,
2021).
Pengaruh pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada balita
ditemukan pada banyak penelitian terdahulu di mana balita yang tidak mendapatkan
ASI eksklusif lebih berisiko mengalami stunting. ASI ekslusif terbukti mencegah
terjadinya stunting pada bayi (Handayani, Kapota and Oktavianto, 2019; Latifah,
Purwanti and Sukamto, 2020; Gauchan, 2021; Hadi et al., 2021; Sari et al., 2021).
Oleh karena itu, pemberian ASI eksklusif merupakan salah satu intervensi gizi
spesifik yang dirancang oleh WHO dan merupakan salah satu dari poin dalam
Sasaran Srtategis pemerintah Indonesia untuk mengurangi angka kejadian stunting
(UNICEF, 2019; Kemkes, 2020). Pemberian ASI dipengaruhi juga oleh kualitas dan
kuantitas ASI yang diperoleh bayi. WHO merekomendasikan agar bayi disusui secara
on demand atau kapanpun bayi menunjukkan rasa lapar salah satunya dengan cara
menangis (CDC, 2010, 2021).
Keberhasilan pemberian ASI eksklusif di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
faktor predispsisi (pendidikan, pengetahuan, sikap, pengalaman ibu, jumlah anak,
pemeriksaan kehamilan dan IMD), faktor pemungkin (penolong persalinan dan upaya
mempersiapkan ASI eksklusif) dan faktor pendorong (dukungan tenaga kesehatan,
iklan susu formula, dukungan suami, dan dukungan ibu dan mertua) (Pratiwi et al.,
2019).
Selain itu, dukungan keluarga juga berpengaruh penting dengan perilaku tidak
memberikan ASI eksklusif. Penelitian yang dilakukan (Mardhiyah et al., 2018)
menyebutkan bahwa peran keluarga yaitu peran suami dan peran ibu mertua terhadap
perilaku pemberian ASI eksklusif oleh ibu kepada bayinya.
Kondisi stunting memberikan dampak jangka pendek maupun jangka panjang.
Anak dengan stunting lebih berisiko untuk mengalami berbagai penyakit non-infeksi
dan memiliki tingkat kecerdasan yang lebih rendah daripada anak normal (Alam et
al., 2020). Di masa dewasa, anak dengan riwayat stunting lebih berisiko untuk
mengalami penyakit non-infeksi seperti dislipidemia, hipertensi, dan diabetes serta
memiliki tingkat produktivitas yang lebih rendah (McGovern et al., 2017; De Lucia
Rolfe et al., 2018).
Berdasarkan data SSGI di tahun 2021, angka kejadian stunting di Provinsi
Bengkulu mencapai 22,1% sedangkan Kabupaten Seluma merupakan kabupaten
nomor 3 tertinggi angka kejadian stunting yaitu sebesar 24,7% (Kemenkes RI, 2021).
Angka ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan yang ditargetkan oleh Pemerintah
Bengkulu, di mana angka kejadian stunting ditargetkan turun menjadi 6,25% pada
tahun 2023 (RADPG, 2021).
Data profil Indonesia tahun 2021 menunjukkan cakupan salah satu provinsi
dengan cakupan pemberian ASI Eksklusif diatas capaian Nasional yaitu 66,3%. Dari
9 Kabupatendan 1 Kota di Provinsi Bengkulu, Cakupan ASI Eksklusif yang paling
rendah berada di Kabupaten Seluma yaitu 50,9% (Profil Dinkes Kab. Seluma, 2021)
Penelitian ini bertujuan untuk menilai peran keluarga dalam mendukung
keberhasilan pelaksanaan ASI Eksklusif sebagai upaya pencegahan stunting di
Kabupaten Seluma.
1.1 RumusanMasalah
Satu jurnal peran keluarga besar pengaruh dengan penilitian ini maka ...Apakah
terdapat hubungan antara peran keluarga dalam mendukung keberhasilan pelaksanaan
ASI Eksklusif sebagai upaya pencegahan stunting di Kabupaten Seluma.
1.2 TujuanPenelitian
1.3.1 TujuanUmum
Untuk menganalisis hubungan antara peran keluarga dalam mendukung
keberhasilan pelaksanaan asi eksklusif dengan kejadian stunting di Kabupaten
Selumah.
1.3.2 TujuanKhusus ( terlalu banyak2 sesuaikan dengan kerangka teori juga )
1. Menganalisis distribusi frekuensi kejadian stunting pada balita di Kabupaten
Seluma.
2. Menganalisis distribusi karakteristik balita di Kabupaten Seluma yang
meliputi jenis kelamin, usia, dan berat badan lahir.
3. Menganalisis distribusi frekuensi pemberian ASI eksklusif yang meliputi
riwayat pemberian ASI eksklusif, frekuensi menyusu, dan durasi menyusu.
4. Menganalisis peran keluarga dalam pelaksanaan pemberian ASI Ekslusif di
Kabupaten Seluma
5. Menganalisis hubungan antara karakteristik balita dengan kejadian stunting
pada balita di KabupatenSeluma.
6. Menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga balita dengan kejadian
stunting pada balita di KabupatenSeluma.
7. Menganalisis hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian
stunting pada balita di Kabupaten Seluma.
8. Menganalisis hubungan antara frekuensi dan durasi pemberian ASI dengan
kejadian stunting pada balita di Kabupaten Seluma.
9. Menganalisis hubungan antara peran keluarga dalam pemberian ASI Eksklusif
dengan kejadian stunting pada balita di Kabupaten Seluma.
10. Menganalisis factor dominan yang berhubungan dengan angka kejadian
stunting pada balita di Kabupaten Seluma.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan menjadi
referensi dalam bidang kesehatan masyarakat dan ilmu kesehatan anak mengenai
peran keluarga dalam mendukung keberhasilan pelaksanaan ASI Eksklusif sebagai
upaya pencegahan stunting di Kabupaten Seluma.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan di
masyarakat mengenai peran keluarga dalam mendukung keberhasilan
pelaksanaan ASI Eksklusif sebagai upaya pencegahan stunting di Kabupaten
Seluma.
2. Bagi Pemerintah Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pemerintah
dalam memutuskan kebijakan terkait promosi kesehatan terutama edukasi
peran keluarga dalam mendukung keberhasilan pelaksanaan ASI Eksklusif
sebagai upaya pencegahan stunting.
3. Bagi Tenaga Kesehatan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi
dalam mengedukasi dan melakukan penelitian lebih lanjut tentang peran
keluarga dalam mendukung keberhasilan pelaksanaan ASI Eksklusif sebagai
upaya pencegahan stunting.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asi Ekslusif


2.1.1 Definisi dan Manfaat Asi Ekslusif ( dibedakan bagiannya)
Air Susu Ibu (ASI) merupakan sumber makanan yang mengandung nutrisi
yang lengkap untuk bayi, dengan komposisi yang sesuai dengan kebutuhan bayi, serta
sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan bayi sampai usia 6
bulan. Menurut WHO, menyusui ekslusif merupakan pemberian ASI saja tanpa
pemberian makanan atau minuman lain kecuali obat sirup, vitamin tetes dan mineral
pada bayi usia 0-6 bulan. Pemberian ASI eksklusif pada bayi baru lahir merupakan
salah satu upaya untuk mencegah penyakit infeksi, masalah kurang gizi, dan kematian
pada bayi dan balita, karena ASI merupakan nutrisi lengkap untuk bayi, yang dapat
meningkatkan daya tahan tubuh, karena ASI mengandung zat antibodi serta dapat
melindungi bayi dari serangan alergi (Kadir, 2014).
Air susu ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi selama enam bulan
pertama dan dilanjutkan sampai usia bayi dua tahun. Rekomendasi WHO dan
organisasi kesehatan anak lainnya untuk memberikan ASI terutama ASI eksklusif
didasarkan salah satunya pada manfaat yang diperoleh anak ketika memperoleh ASI.
Usia 18 bulan pertama adalah usia bayi mengalami pertumbuhan dan perkembangan
otak yang sangat pesat, sehingga pemberian ASI sebagai nutrisi utama bayi sangat
sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal. ASI pada tiga hari
pertama merupakan kolostrum yang banyak mengandung antibodi yang dapat
mencegah bayi dari berbagai macam penyakit (Mira R, dkk, 2020).
Manfaat ASI dan menyusu bagi bayi yaitu memperoleh semua zat gizi yang
dibutuhkan bagi bayi, yaitu karbohidrat, protein, lemak. ASI juga mengandung
probiotik yang baik untuk pencernaan bayi dan kolostrum bayi kaya akan antibiotik
alami untuk imunitas tubuh bayi. Pada perkembangan jangka panjang, anak yang
memperoleh ASI memiliki kecerdasan otak yang lebih baik dibandingkan anak yang
tidak mendapatkan ASI eksklusif. Proses menyusu pada ibu dapat mempererat
bounding antara ibu dan bayi, menstabilkan hemodinamik bayi, menstimulus panca
indera bayi, dan baik bagi perkembangan emosional bayi. Menyusui juga dapat
mencegah terjadinya kanker pada ibu. menghemat pengeluaran keluarga, dan
mengurangi sampah plastic (Fogarty, 2017).
2.1.2 Faktor2 yang mempengarui Asi atau apalah ? dijadikan sub satu persatu
pembahasanya Pengetahuan, Sikap dan Praktik Menyusui
Proses pemberian ASI merupakan proses fisiologis, namun tidak jarang ibu
mengalami kendala dalam menyusui eksklusif dan melanjutkan menyusui sampai dua
tahun akibat kurang pengetahuan tentang proses menyusui. Permasalahan yang
dialami ibu beragam seperti keluhan ASI sedikit, puting lecet, ibu bekerja, dan
keluhan lainnya yang pada dasarnya dapat diatasi dengan mempelajari ilmu tentang
pemberian ASI dan menyusui. Oleh karena itu, ibu menyusui membutuhkan
dukungan ilmu dan informasi, emosional, dan instrumental (Lepage, 2017) .
Berbagai permasalahan dapat muncul pada bayi dan anak akibat tidak
mendapatkan ASI ekslusif dan bahkan kekurangan gizi kronik, seperti pneumonia
(angka kematian anak karena pneumonia sebesar 56,51%), diare (kematian karena
diare 4,76%), asma bronkhial, obesitas. Selain itu juga terjadi permasalahan jangka
panjang seperti gangguan perkembangan, dan bahkan stunting (Kemenkes, 2019).
2.1.3 Peran Asi dalam Pencegahan Stunting ( tambah jurnal atau
pembahasanya lag)
Stunting pada anak dapat oleh beberapa faktor seperti pemeriksaan kesehatan
ibu hamil (Ante Natal Care) yang tidak rutin sehingga mampu mencegah anemia
defisiensi besi pada ibu hamil dan janin, pemberian ASI yang tidak eksklusif sampai
enam bulan, pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang tidak memenuhi
zat gizi seimbang yang sesuai kebutuhan anak usia diatas enam bulan, sampai kepada
sanitasi dan kebersihan lingkungan serta polusi udara tempat tinggal anak. Faktor
yang terkait nutrisi tersebut juga disebut dengan nutrisi pada masa 1000 Hari Pertama
Kehidupan (1000 HPK) yaitu nutrisi janin selama di dalam kandungan, dan
dilanjutkan dengan nutrisi sejak lahir sampai usia 2 tahun (Tangcharoensathien,
2018). Oleh karena itu, pemberian ASI pada masa ini sangat penting untuk mencegah
terjadinya stunting pada anak.
2.1.4 Klasifikasi Menyusui
WHO mengelompokkan pola menyusui dalam 3 kategori, yakni:
1. Menyusui Eksklusif
Menyusui ekslusif merupakan pemberian ASI saja tanpa pemberian
makanan atau minuman lain kecuali obat sirup, vitamin tetes dan
mineral pada bayi usia 0-6 bulan.
2. Menyusui Predominan
Menyusui predominan merupakan pemberian ASI disertai dengan
pemberian zat tambahan lain selain ASI, seperti teh atau air putih pada
bayi usia 0-6 bulan.
3. Menyusui Parsial
Menyusun parsial merupakan pemberian ASI disertai dengan
pemberian makanan buatan seperti susu formula dan bubur pada bayi
usia 0-6 bulan.

2.2 Stunting
2.2.1 Pengertian Stunting
Stunting merupakan kondisi balita yang memiliki panjang atau tinggi badan
kurang jika dibandingkan dengan umur (Mega Purnamasari, dkk, 2021). Masalah
anak pendek (stunting) adalah salah satu permasalahan gizi yang menjadi fokus
Pemerintah Indonesia, Stunting adalah status gizi yang didasarkan pada indeks PB/U
atau TB/U dimana dalam standar antropometri penilaian status gizi anak, hasil
pengukuran tersebut berada pada ambang batas (Z-Score) <-2 SD sampai dengan -3
SD (pendek) dan <-3 SD (sangat pendek). Stunting yang telah tejadi bila tidak
diimbangi dengan catch-up growth (tumbuh kejar) mengakibatkan menurunnya
pertumbuhan, masalah stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
berhubungan dengan meningkatnya risiko kesakitan, kematian dan hambatan pada
pertumbuhan baik motorik maupun mental (Rahmadhita, 2020).
2.2.2 Penyebab Stunting
Kondisi Stunting dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya faktor
gizi buruk, kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi, masih
terbatasnya layanan kesehatan, masih kurangnya akses kepada makanan begizi dan
kurangnya akses air bersih dan sanitasi. Keadaan balita dengan postur tubuh yang
pendek dapat disebabkan oleh adanya masalah dengan kelenjar endokrin dan anemia
(Agustina, R., Mandala, Z., & Sahara, 2020), yang dialami akibat kondisi ibu saat
hamil mengalami anemia yang menyebabkan bayi kekurangan nutrisi sehingga lahir
dengan berat badan rendah atau premature (Rahmawati, 2019). Berat badan lahir,
panjang badan lahir, usia kehamilan, dan pola asuh ibu mempengaruhi kejadian
stunting (Sumardilah & Rahmadi, 2019). Selain itu, kondisi fisik pendek dan sangat
pendek merupakan salah satu akibat dari kurangnya asupan nutrisi/gizi pada balita
yang dialami mulai saat berada dalam kandungan, maupun setelah balita lahir sampai
umur dua tahun (Dinkes Aceh, 2019).
Salah satu penyebab stunting pada anak adalah pemberian ASI Eksklusif tidak
diberikan selama enam bulan karena ASI dibutuhkan selama masa tumbuh kembang
bayi agar kebutuhan nutrisinya terpenuhi (SJMJ, S. A., Toban, R., & Madi, 2020).
Balita umur 24-59 bulan termasuk dalam kelompok masyarakat yang paling mudah
menderita kelainan gizi (golongan masyarakat kelompok rentan gizi), sedangkan pada
saat itu mereka sedang mengalami proses pertumbuhan yang relatif pesat (Azriful et
al., 2018). Hal ini sesuai dengan pernyataan Sutomo dan Anggraini (2010),
pemenuhan gizi yang seimbang selama masa balita bahkan saat balita berada dalam
kandungan, sangat penting untuk mencegah terjadinya permasalahan gizi pada masa
balita.
2.2.3 Dampak Stunting
Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh stunting diantaranya adalah
Jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan
pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalamtubuh, dalam jangka panjang
akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya kemampuan kognitif dan
prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan resiko
tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan
pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua.
Stunting dapat mengakibatkan penurunan intelegensia (IQ), sehingga prestasi
belajar menjadi rendah dan tidak dapat melanjutkan sekolah. Anak yang menderita
Stunting berdampak tidak hanya pada fisik yang lebih pendek saja, tetapi juga pada
kecerdasan, produktivitas dan prestasinya kelak setelah dewasa, sehingga akan
menjadi beban negara. Selain itu dari aspek estetika, seseorang yang tumbuh
proporsional akan kelihatan lebih menarik dari yang tubuhnya. Gagal tumbuh yang
terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa emas ini akan berakibat buruk pada
kehidupan berikutnya dan sulit diperbaiki. Masalah Stunting menunjukkan
ketidakcukupan gizi dalam jangka waktu panjang yaitu kurang energi dan protein,
juga beberapa zat gizi mikro .
2.3.3 Pencegahan Stunting ( lebih banyak jurnal atau pembahasaanya lagi)
Kondisi stunting meskipun dialami oleh balita, namun diakibatkan karena
beberapa faktor risiko penting sejak masa kehamilan, yaitu kurangnya asupan gizi
ketika janin karena kurangnya pengetahuan ibu hamil mengenai kesehatan dan gizi
sebelum serta pada saat masa kehamilan lalu masih terbatasnya layanan kesehatan
termasuk layanan ANC (Ante Natal Care) yang berkualitas. Stunting dianggap
sebagai hasil kumulatif dari proses yang dimulai sejak kehamilan, sehingga masalah
gizi pada ibu hamil menjadi penyebab tidak langsung terhambatnya tumbuh kembang
janin yang menjadi faktor risiko kejadian stunting. Terdapatnya kaitan masa
kehamilan dengan kejadian stunting menyebabkan diperlukannya kegiatan
pencegahan yang efektif untuk mencegah stunting pada masa kehamilan. (Ekayanthi
& Suryani, 2019; Saputri dan Tumangger, 2019; TNP2K, 2017; Nurfatimah et al,
2021; Salamung, 2019). Salah satu penelitian di Indonesia menyatakan bahwa para
ibu hamil sebenarnya sudah mengetahui tentang stunting dan bahayanya, sehingga
perlu untuk dicegah sejak dini, namun mereka tidak memiliki pengetahuan tentang
cara pencegahan stunting bagi ibu hamil. Pencegahan stunting pada masa kehamilan
dapat dilakukan melalui upaya promotif dan preventif yang berfokus untuk
meningkatkan pengetahuan serta sikap positif ibu hamil terhadap pencegahan stunting
(Anggraini et al, 2020).

2.3 Peran Keluarga dalam Pelaksanaan Asi Eksklusif


Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif dapat dikelompokan
menjadi faktor ibu (persepsi yang keliru, masalah kesehatan, ibu bekerja, dan
produksi ASI), faktor anak (inisiasi menyusui dini/IMD, pengenalan Makanan
Pendamping-Air Susu Ibu/MP-ASI dini), faktor keluarga (peran ibu mertua dan
suami), serta faktor tenaga kesehatan (peran tenaga kesehatan dalam menganjurkan
pemberian ASI eksklusif) (Ogunleye, dkk, 2017). Dukungan keluarga berpengaruh
penting dengan perilaku tidak memberikan ASI eksklusif (Aisyah, 2009).
Penelitian yang dilakukan Nemeh di Jordania tahun 2010 menyebutkan bahwa
adanya program dukungan yang diberikan oleh suami dapat mempengaruhi
pemberian ASI eksklusif oleh ibu kepada bayinya.8 Dukungan sang ayah merupakan
dukungan yang paling berarti untuk ibu menyusui. Ayah dapat berperan aktif dalam
keberhasilan pemberian ASI khususnya ASI eksklusif karena ayah akan turut
menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI (milk let down reflex) yang sangat
dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu. Ayah cukup memberikan
dukungan secara emosional dan bantuan-bantuan yang praktis.9 Undang-undang
Kesehatan No. 36 Tahun 2009 juga mengatur tentang peran keluarga yang
berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif undang-undang ini mengatakan
bahwa, selama pemberian air susu ibu, pihak keluarga, Pemerintah, pemerintah
daerah, dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan penyediaan
waktu dan fasilitas khusus (Siwi, 2014).
2.4 Penelitian Terdahulu

No. Judul Metode penelitian Hasil penelitian


1. Hubungan Pemberian Asi Literatur Review Studi menunjukkan
Eksklusif dengan Kejadian bahwa pemberian
Stunting Pada Balita Umur 24- ASI eksklusif
59 Bulan memiliki hubungan
yang signifikan
dengan kejadian
stunting pada balita
umur 24-59 bulan.
Kesimpulan; dimana
balita yang
mendapatkan ASI
eksklusif akan
mengurangi resiko
kejadian stunting.
2. Analisis Peran Keluarga observasional Hasil Penelitian ini
terhadap Perilaku Pemberian analitik dengan menunjukkan 50,8%
ASI Eksklusif pada Bayi desain cross responden yang
Usia 6-24 Bulan di Wilayah sectional memberikan ASI
Kerja Puskesmas Way Halim eksklusif. Peran
Kota Bandar keluarga
Lampung menunjukkan
sebesar 64,4% peran
suami yang
mendukung asi
ekslusif dan 59,3%
peran ibu mertua
yang mendukung asi
eksklusif. Analisis
bivariat
menunjukkan
terdapat hubungan
antara peran suami
dengan perilaku asi
eksklusif (p < 0,001)
dan
peran ibu mertua
dengan perilaku
eksklusif (p <
0,001). Terdapat
hubungan antara
peran keluarga yaitu
peran suami dan
peran ibu mertua
terhadap perilaku
pemberian ASI
eksklusif namun
kedua variabel ini
saling berinteraksi
secara bersamaan.
3. Faktor Pendorong Keberhasilan Cross Sectional Sebesar 51,6% Ibu
Asi Eksklusif Di Wilayah Kerja memberikan ASI
Puskesmas Eksklusif, 88,7%
Lingkar Barat Kota Bengkulu mendapat dukungan
dari petugas
kesehatan,
53,2% mendapat
dukungan suami,
66,1% mendapat
dukungan orang tua.
Terdapat hubungan
antara Dukungan
Petugas Kesehatan
dan dukungan orang
tua dengan
pemberian ASI
Eksklusif (p
value = 0,05 dan
0,020). Dukungan
orang tua merupakan
faktor yang paling
dominan
berhubungan
dengan pemberian
ASI Esklusif.

2.5 Kerangka Teori


Factor yang berhubungandengan Faktor Keberhasilan pemberian ASI Eksklusif
stunting
1. faktorpredispsisi (pendidikan,
1. BBLR pengetahuan, sikap, pengalamanibu,
2. ASI Eksklusif jumlahanak,
3. Pendidikan pemeriksaankehamilandan IMD)
4. Status pekerjaan 2. faktorpemungkin
5. Social ekonomiibu (penolongpersalinandanupayamem
6. Persalinan persiapkan ASI eksklusif)
7. Status Imunisasi danfaktorpendorong
8. Penyakitinfeksianak (dukungantenagakesehatan,
9. KEK iklansusu formula, dukungansuami,
dandukunganibudanmertua)
(Hidayah et al, 2021)
(Pratiwi et al, 2019)

Upaya pencegahan stunting

1. Pemberian TTD
2. PMT ibuhamil
3. Pemenuhangizi
4. Persalinandengandokterataubidan
Stunting 5. Pemberian IMD
6. Pemberian ASI Eksklusif
7. Memberikan (MP-ASI)
8. Pemberianimuniasaidasarlengkapdan
vitamin A
9. Pemantauanpertumbuhanbalita
10. Penerapan PHBS

(Atikah et al, 2020)

2.6 Kerangka Konsep


Variabel Bebas

Karakteristik balita:

1. Jenis kelamin
2. Usia
3. Berat badan lahir
Variabel Terikat

Riwayat ASI Eksklusif: Angka Kejadian Stunting

1. Pemberian ASI Eksklusif


2. Frekuensi menyusu
3. Durasi menyusu

Karakteristik keluarga:

1. Peran keluarga
2. Pendidikan
3. Pendapatan
4. Pengetahuan
5. Sikap
6. Perilaku

2.7 Hipotesis

Ada hubungan antara peran keluarga dalam keberhasilan pelaksanaan


pemberian ASI Eksklusif sebagai upaya pencegahan stunting di Kecamatan Selumah.
DAFTAR PUSTAKA

Agunbiade, O.M. and O.V. Ogunleye. 2012. Constraint to Exclusive Breastfeeding


Practise Among Breastfeeding Mothers in Southwest Nigeria:
Implications for Scaling Up. International Breastfeeding Journal, 7(5).
Agustina, R., Mandala, Z., & Sahara, R. (2020). Hubungan Kadar Serum Feritin
Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Talasemia β Mayor. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Sandi Husada, 11(1), 265–270. https://akper-sandikarsa.e-
journal.id/JIKSH/article/view/258
Aisyah, D. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kegagalan Pemberian Air Susu
Ibu (ASI) Eksklusif pada Ibu Bekerja (Sudi Kualitatif di Tempat Penitipan
Anak (TPA) Dian Dharma Putra Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009).
Semarang.
Anggraini S., Siregar S., dan Dewi R. (2020). Pengaruh audio visual terhadap tingkat
pengetahuan dan sikap pada ibu hamil tentang pencegahan stunting di Desa
Cinta Rakyat. Jurnal Ilmiah Kebidanan Imelda;6(1):26-31.
Azriful, Bujawati, E., Habibi, Aeni, S., & Yusdarif. (2018). Determinan Kejadian
Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan Di Kelurahan Rangas Kecamatan
Banggae Kabupaten Majene. 10(2), 192–203.
Cetthakrikul N, Topothai C, Suphanchaimat R, Tisayaticom K, Limwattananon S,
Tangcharoensathien V. Childhood Stunting in Thailand: when prolonged
breastfeeding interacts with household poverty. BMC Pediatr. 2018;18(1):1-9.
Dinkes Aceh. (2019). Cegah Stunting Itu Penting. Dinas Kesehatan Aceh.
Ekayanthi N W D dan Suryani P. (2019). Edukasi gizi pada ibu hamil mencegah
stunting pada kelas ibu hamil. Jurnal Kesehatan;10(3):312-318.
Galipeau R, Dumas L, Lepage M. Perception of Not Having Enough Milk and Actual
Milk Production of First-Time Breastfeeding Mothers: Is There a Difference?
Breastfeed Med. 2017;12(4):210-217. doi:10.1089/bfm.2016.0183
Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia 2018.; 2019.
Kinanti Rahmadhita. (2020). Permasalahan Stunting dan Pencegahannya. JIKSH
Leissner S, Ryan-Fogarty Y. Challenges and opportunities for reduction of single use
plastics in healthcare: A case study of single use infant formula bottles in two
Irish maternity hospitals. Resour Conserv Recycl. 2019;151(August):104462.
doi:10.1016/j.resconrec.2019.104462
Mega Purnamasari, Teti Rahmawati. (2021). Hubungan Pemberian ASI Eksklusif
dengan Kejadian Stunting Pada Balita Umur 24-59 Bulan. JIKSH
Mugianti, Mulyadi, Anam, Najah. Faktor penyebab anak Stunting usia 25-60 bulan di
Kecamatan Sukorejo Kota Blitar.2018. http://jnk.phb.ac.id/index.php/jnk
Nova F, Sri Intan R, Nevi H, Mira R. Kebutuhan Dan Kendala Kader Kesehatan
Dalam Membantu Keberhasilan Ibu Menyusui. SEL Jurnal Penelitian
Kesehatan Vol. 7 No.2, November 2020, 89-97
Nurfatimah N, Anakoda P, Ramadhan K, Entoh C, Sitorus S B M, dan Longgupa L
W. (2021). Perilaku pencegahan stunting pada ibu hamil. Poltekita: Jurnal
Ilmu Kesehatan;10(4):97-104.
Rahmawati, T. (2019). Dukungan Informasi Suami Dengan Kejadian Anemia Pada
Ibu Hamil. Persada Husada Indonesia, 6(22), 50–59.
Salamung S, Haryanto J, dan Sustini F. (2019). Faktor-faktor yang berhubungan
dengan perilaku pencegahan stunting pada saat ibu hamil di Wilayah Kerja
Puskesmas Kabupaten Bondowoso. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara
Forikes;10(4):264-269.
Saputri R A dan Tumangger J. (2019). Hulu-hilir penanggulangan stunting di
Indonesia. Journal of Political Issues; 1(1):1-10.
Siwi, T.K. 2014. Hubungan Dukungan Mertua dengan Perilaku Pemberian ASI
Eksklusif di Puskesmas Sewon I Bantul. STIK Aisyah, Yogyakarta.
SJMJ, S. A., Toban, R., & Madi, M. (2020). Hubungan Pemberian ASI Eksklusif
Dengan Kejadian Stunting Pada Balita. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi
Husada, 11(1), 448–455.
https://akper-sandikarsa.e-journal.id/JIKSH/article/view/314
Sumardilah, D. S., & Rahmadi, A. (2019). Risiko Stunting Anak Baduta (7-24 bulan).
Jurnal Kesehatan, 10(1), 93. https://doi.org/10.26630/jk.v10i1.1245
Sutomo, B., & Anggraini, D. Y. (2010). Menu Sehat Alami untuk Balita Battita
&Balita (Pertama). Demedia.
TNP2K. (2017). 100 Kabupaten/Kota prioritas untuk intervensi anak kerdil
(stunting): Tim Nasional Peecepatan Penanggulangan Kemiskinan di Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai