Anda di halaman 1dari 11

Lampiran : 1 Bundel

Perihal : Usulan Judul Skripsi

Kepada Yth,
Ketua Jurusan Kebidanan
STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu
Di
Bengkulu
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Diyan Aseptu Putri
NPM : 1726040249.P
Prodi/Semester : DIV Kebidanan/ I
Bermaksud untuk mengajukan judul guna menyusun laporan tugas akhir (Skripsi)
pada jurusan kebidanan jenjang DIV Kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Tri Mandiri Sakti. Adapun judul yang saya ajukan:
1. Hubungan Pemberian Susu Formula dengan Kejadian Diare pada Bayi
Usia 0-12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Basuki Rahmat Kota
Bengkulu
2. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI
pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Basuki Rahmat
Kota Bengkulu
3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pengetahuan Ibu pada
Pelaksanaan Perawatan Tali Pusat pada Bayi Umur 0-7 Hari di Wilayah
Kerja Puskesmas Sidomulyo Kota Bengkulu
Demikian surat permohonan ini saya buat, atas perhatian dan kebijaksanaan dari
ibu, saya ucapkan terimakasih.
Bengkulu, Januari 2018
Hormat saya,

(Diyan Aseptu Putri)

Lampiran :

1. Surat permohonan pengajuan usulan judul skripsi.


2. Fotocopy bukti pembayaran uang ganjil semester ganjil dari bank
3. Fotocopy KRS Semester 1
4. 3 buah judul dengan lampiran BAB 1
Hubungan Pemberian Susu Formula dengan Kejadian Diare pada Bayi Usia
0-12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Basuki Rahmat Kota Bengkulu
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih
sering (biasanya tiga kali sehari atau lebih) dalam satu hari (Buku Saku Petugas
Kesehatan Lintas Diare Depkes RI, 2011).

Berdasarkan publikasi World Health Organization (WHO)/The United


Nations Children’s Fund (UNICEF) tahun 2009, diare adalah suatu gejala
penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang
lembek sampai cair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari
biasa, yaitu ≥ 3 kali perhari yang disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2010


menunjukkan pemberian ASI di Indonesia saat ini memprihatinkan, presentase
bayi yang menyusu eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 15,3%. Hal ini
disebabkan kesadaran masyarakat dalam mendorong peningkatan pemberian ASI
masih relative rendah (Depkes, 2011).

Angka kesakitan adalah sekitar 200-400 kejadian diare diantara 1000


penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian di Indonesia diperkirakan ditemukan
penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya, sebagian besar 70-80%
dari penderita ini adalah dibawah 5 tahun (±40 juta kejadian) kelompok ini setiap
mengalami lebih dari satu kali kejadian diare. Sebagian dari penderita (1-2%)
akan jatuh kedalam dehidrasi jika tidak segera ditolong 50-60% diantaranya dapat
meninggal (Sudaryat, 2010).

Menurut Khasanah (2011), prinsip pemilihan susu yang tepat dan baik untuk
anak adalah susu yang sesuai dan bisa diterima oleh sistem tubuh bayi. Susu
terbaik tidak harus susu yang disukai bayi atau susu yang harganya mahal. Susu
terbaik tidak akan menimbulkan gangguan saluran cerna seperti diare, muntah,
atau kesulitan buang air besar. Pemberian susu formula dengan takaran yang
kurang tepat dapat menganggu pertumbuhan bayi, sedangkan pemberian yang
berlebihan dapat menyebabkan bayi berisiko mengalami berlebih atau obesitas.
Sebaliknya, jika pemberian susu formula terlalu encer atau jumlahnya dibatasi
dapat menyebabkan maramus atau kurang gizi.

Berdasarkan data Dinkes Provinsi Bengkulu pemberian ASI ekslusif pada


tahun 2013 adalah 78,7%, pada tahun 2014 mengalami peningkatan menjadi
81,3%, dan pada tahun 2015 menunjukkan penurunan menjadi 77,9% (Profil
Kesehatan Provinsi Bengkulu, 2015).

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa


banyak faktor yang mempengaruhi kejadian diare. Diantaranya faktor penyebab
diare tidak berdiri sendiri akan tetapi saling terkait dan sangat kompleks. Susu
formula sebagai salah satu makanan pengganti ASI pada bayi yang
penggunaannya semakin meningkat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah


dalam penelitian ini adalah meningkatnya kejadian diare yang berkaitan dengan
pemberian susu formula di Wilayah Kerja Puskesmas Basuki Rahmat Kota
Bengkulu. Pertanyaan penelitian yang dirumuskan apakah ada hubungan
pemberian susu formula dengan kejadian diare di Wilayah Kerja Puskesmas
Basuki Rahmat Kota Bengkulu ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahui hubungan antara pemberian susu formula dengan kejadian diare di
Wilayah Kerja Puskesmas Basuki Rahmat Kota Bengkulu
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya hubungan antara pemberian susu formula dengan kejadian
diare
b. Diketahuinya gambaran pemberian susu formula dengan kejadian diare di
Wilayah Kerja Puskesmas Basuki Rahmat Kota Bengkulu

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Akademik
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah sebagai
referensi yang bermanfaat bagi mahasiswa jurusan Kebidanan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Tri Mandiri Sakti Kota Bengkulu.
2. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan yang
bermanfaat tentang hal-hal yang berkaitan dengan perawatan tali pusat pada
bayi 0-7 hari, khususnya bagi bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo
Kota Bengkulu
3. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi atau
rekomendasi bagi penelitian lain yang ingin mengembangkan penelitian ini.
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI
pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Basuki Rahmat
Kota Bengkulu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

ASI ekslusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai usia
6 (enam) bulan tanpa pemberian makanan dan minuman lain. ASI merupakan
makanan bayi yang paling sempurna, bersih dan sehat. ASI dapat mencukupi
kebutuhan gizi bayi untuk tumbuh kembang dengan normal dan dapat
meningkatkan kekebalan tubuh bayi.

ASI juga mengandung immunoglobulin terutama Ig A yang tidak diserap


tetapi bekerja di usus dalam menahan bakteri tertentu seperti E. Coli dan virus,
sehingga ASI memberikan kekebalan terhadap penyakit infeksi, diantaranya dapat
terhindar dari risiko diare (Kementerian Kesehatan, 2010).

Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan anak


yang pesat, sehingga dapat diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode
kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa bayi dan anak
memperoleh asupan gizi yang sesuai dengan tumbuh kembang yang optimal.
Sebaliknya pada bayi dan anak yang masa usia 0-24 bulan tidak memperoleh
makanan sesuai dengan kebutuhan gizi, mka periode ini akan berubah menjadi
periode kritis yang akan menganggu tumbuh kembang bayi dan anak, saat ini
maupun selanjutnya (Asne, 2006).

Berdasarkan data Dinkes Provinsi Bengkulu pada tahun 2014 dari sebanyak
35.245 bayi, kelahiran hidup di Provinsi Bengkulu berjumlah 33.667 bayi, dan
jumlah kematian bayi sebesar 374. Angka Kematian Bayi (AKB) pada tiga tahun
terakhir mengalami naik turun dimana pada tahun 2012 mencapai 10,7 per
kelahiran hidup, tahun 2013 turun menjadi 3,1 per kelahiran hidup, dan terakhir
tahun 2014 naik kembali menjadi 11 per kelahiran hidup. (Profil Kesehatan
Provinsi Bengkulu, 2015).

Pedoman Internasional yang menganjurkan pemberian ASI ekslusif selama


6 bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya
tahan tubuh bayi, pertumbuhan dan pekembangannya, ASI memberi semua energi
dan gizi (nutrisi) yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama kehidupannya.
Pemberian ASI ekslusif mengurangi tingkat kematian yang disebabkan berbagai
penyakit yang umum menimpa anak-anak seperti diare, radang paru serta
mempercepat pemulihan bila sakit, serta menjarangkan kelahiran
(Linkagesproject, 2010).

Banyak faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian ASI ekslusif


diantaranya yaitu hubungan pengetahuan ibu tentang ASI ekslusif, pemberian
MP-ASI, dengan rendahnya pengetahuan tentang cara dan waktu pemberian MP-
ASI yang tepat akan menyebabkan rendahnya kemauan ibu untuk memberikan
Asi secara ekslusif (Roesli, 2001).

Berdasarkan data Dinkes Provinsi Bengkulu pemberian ASI ekslusif pada


tahun 2013 adalah 78,7%, pada tahun 2014 mengalami peningkatan menjadi
81,3%, dan pada tahun 2015 menunjukkan penurunan menjadi 77,9% (Profil
Kesehatan Provinsi Bengkulu, 2015).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah


dalam penelitian ini adalah kurangnya pengetahuan ibu dalam pemberian
Makanan Pendamping ASI pada bayi usia 6-12 bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Basuki Rahmat Kota Bengkulu. Pertanyaan penelitian yang
dirumuskan apakah ada hubungan pengetahuan ibu dalam pemberian Makanan
Pendamping ASI pada bayi usia 6-12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Basuki
Rahmat Kota Bengkulu ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahui hubungan antara pengetahuan pengetahuan ibu dalam pemberian
Makanan Pendamping ASI pada bayi usia 6-12 bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Basuki Rahmat Kota Bengkulu.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya hubungan antara pengetahuan ibu dalam pemberian
Makanan Pendamping ASI pada bayi usia 6-12 bulan
b. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu dalam pemberian Makanan
Pendamping ASI pada bayi usia 6-12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Basuki Rahmat Kota Bengkulu.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Akademik
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah sebagai
referensi yang bermanfaat bagi mahasiswa jurusan Kebidanan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Tri Mandiri Sakti Kota Bengkulu.
2. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan yang
bermanfaat tentang hal-hal yang berkaitan dengan perawatan tali pusat pada
bayi 0-7 hari, khususnya bagi bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo
Kota Bengkulu
3. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi atau
rekomendasi bagi penelitian lain yang ingin mengembangkan penelitian ini.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pengetahuan Ibu pada
Pelaksanaan Perawatan Tali Pusat pada Bayi Umur 0-7 Hari di Wilayah
Kerja Puskesmas Sidomulyo Kota Bengkulu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kematian maternal dan neonatal merupakan salah satu masalah kesehatan


yang terus menjadi perhatian masyarakat. Angka kematian bayi (AKB)
merupakan salah satu indikator sensitif untuk menilai derajat kesehatan
masyarakat (Wiknjosastro, 2007). AKB yang dimiliki Indonesia menurut The
UN-Inter Agency Group for Child Mortality Estimates (IGME) tahun 2011 adalah
24,8 kematian per 1.000 kelahiran hidup pada 2011. Meski AKB di Indonesia
terus menurun tiap tahun, namun tingkat kematian bayi di Indonesia masih
tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN, yaitu
4,2 kali lebih tinggi dari Malaysia, 1,2 kali lebih tinggi dari Filipina, dan 2,2 kali
lebih tinggi dari Thailand (Profil Kesehatan Indonesia, 2012).

Angka kematian bayi diseluruh dunia setiap tahun hampir mencapai empat
juta. Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih sangat tinggi dibandingkan
dengan negara ASEAN lainnya. Pada hasil Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2012 didapatkan data AKB sebesar 32 kematian per 1.000
kelahiran hidup. Lebih dari tiga perempat dari semua kematian balita terjadi
dalam tahun pertama kehidupan anak dan mayoritas kematian bayi terjadi pada
periode neonatus. Walaupun angka ini telah turun dari tahun 2007 dengan AKB
yang berjumlah 34/1000 kelahiran hidup, penurunan ini masih jauh dari target
MDG’s tahun 2015 dimana AKB diharapkan turun menjadi 23 per 1000 kelahiran
hidup (SDKI, 2012).

Masalah utama penyebab kematian pada bayi dan balita di Indonesia adalah
pada masa neonatus (bayi baru lahir 0-28 hari). Komplikasi yang menjadi
penyebab kematian terbanyak adalah asfiksia 36,9%, bayi berat lahir rendah
32,4%, infeksi 12%, hipotermi 6,8%, kelainan darah atau ikterus 6,6% dan lain-
lain (Kemenkes RI, 2013).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kesakitan
(morbilitas) dan angka kematian (mortalitas) adalah dengan memberikan
pelayanan kesehatan yang efektif pada masyarakat tentang perawatan tali pusat
bayi, dalam melaksanakan upaya tersebut diperlukan sumber daya manusia yang
mempunyai kemampuan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas yaitu
dengan memberikan penyuluhan tentang kesehatan kepada masyarakat sehingga
pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat diharapkan dapat mempengaruhi
perilaku masyarakat terhadap kesehatan dan kemampuan hidup sehat dimulai
sejak bayi karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang
menentukan kualitas otak pada masa dewasa. Supaya terciptanya bayi yang sehat
maka dalam perawatan tali pusat pada bayi baru lahir dilakukan dengan benar-
benar sesuai dengan prosedur kesehatan (Hapsari, 2009).

Bayi tetap berhubungan dengan tali pusat sampai tali pusat digunting.
Pemotongan dan pengikatan tali pusat menyebabkan pemisahan fisik terakhir
antara ibu dan bayi. Dan kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan steril, bersih
dan terhindar dari infeksi tali pusat. Perawatan tali pusat yang baik dan benar akan
menimbulkan dampak positif yaitu tali pusat akan pupus pada hari ke-5 dan hari
ke-7 tanpa ada komplikasi, sedangkan dampak negatif dari perawatan tali pusat
yang tidak benar adalah bayi akan mengalami penyakit tetanus neonatorum dan
dapat mengakibatkan kematian.

Tujuan perawatan tali pusat adalah untuk mencegah terjadinya penyakit


tetanus pada bayi baru lahir penyakit ini disebabkan karena masuknya spora
kuman tetanus kedalam tubuh melalui tali pusat, baik dari alat steril, pemakaian
obat-obatan, bubuk atau daun-daunan yang ditaburkan ke tali pusat sehingga dapat
mengakibatkan infeksi (Depkes RI, 2009). Perawatan tali pusat secara umum
bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi dan mempercepat putusnya tali
pusat. Bila tali pusat basah, berbau dan menunjukkan tanda-tanda infeksi, harus
waspada terhadap infeksi tali pusat. Infeksi ini harus segera diobati untuk
menghindari infeksi yang lebih berat. Dimana infeksi tali pusat pada bayi dapat
menyebabkan sepsis, meningitis dan tetanus. Infeksi tali pusat pada dasarnya
dapat dicegah dengan melakukan perawatan tali pusat yang baik dan benar, yaitu
dengan prinsip perawatan kering dan bersih (Wiknjosastro, 2002).

Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu pada tahun 2012


dari sebanyak 33.184 kelahiran hidup di Provinsi Bengkulu terdapat 225 bayi lahir
mati dan jumlah kematian bayi sebesar 355. AKB per 1.000 kelahiran hidup di
Provinsi Bengkulu pada tahun 2012 10,7/1000 kelahiran hidup. Angka kematian
balita (AKABA) 11,8/1000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Provinsi
Bengkulu, 2012).

Berdasarkan data Profil Kesehatan Kota Bengkulu pada tahun 2012,


kematian bayi berjumlah 47 orang dan bayi lahir mati berjumlah 24 orang. AKB
per 1.000 kelahiran hidup di Kota Bengkulu pada tahun 2012 sebesar 8,5/1000
kelahiran hidup (Profil Kesehatan Kota Bengkulu, 2012).

Berdasarkan data Dinkes Provinsi Bengkulu pada tahun 2014 dari sebanyak
35.245 bayi, kelahiran hidup di Provinsi Bengkulu berjumlah 33.667 bayi, dan
jumlah kematian bayi sebesar 374. Angka Kematian Bayi (AKB) pada tiga tahun
terakhir mengalami naik turun dimana pada tahun 2012 mencapai 10,7 per
kelahiran hidup, tahun 2013 turun menjadi 3,1 per kelahiran hidup, dan terakhir
tahun 2014 naik kembali menjadi 11 per kelahiran hidup. (Profil Kesehatan
Provinsi Bengkulu, 2015).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah


dalam penelitian ini adalah kurangnya pengetahuan ibu dalam pelaksanaan
perawatan tali pusat di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Kota Bengkulu.
Pertanyaan penelitian yang dirumuskan apakah ada hubungan pengetahuan ibu
dengan pelaksanaan perawatan tali pusat pada bayi 0-7 hari di Wilayah Kerja
Puskesmas Sidomulyo Kota Bengkulu ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahui hubungan antara pengetahuan dengan keterampilan ibu dalam
merawat tali pusat bayi umur 0-7 hari di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomlyo
Kota Bengkulu.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya hubungan antara pengetahuan dengan keterampilan ibu
dalam merawat tali pusat bayi umur 0-7 hari
b. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu dengan pelaksanaan perawatan
tali pusat pada bayi 0-7 hari di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Kota
Bengkulu

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Akademik
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah sebagai
referensi yang bermanfaat bagi mahasiswa jurusan Kebidanan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Tri Mandiri Sakti Kota Bengkulu.
2. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan yang
bermanfaat tentang hal-hal yang berkaitan dengan perawatan tali pusat pada
bayi 0-7 hari, khususnya bagi bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo
Kota Bengkulu
3. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi atau
rekomendasi bagi penelitian lain yang ingin mengembangkan penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai