Anda di halaman 1dari 6

JURNAL

KEBIDANAN
Tugas ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan
Neonatus,Bayi dan Balita
Dosen :
Dewi Vimala, SST, MPH

Disusun oleh:
Ovi Heldiana NIM : P20624219024

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN CIREBON
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
PENGARUH PENGGUNAAN GURITA TERHADAP FREKUENSI GUMOH PADA
BAYI DI KABUPATEN KARANGANYAR

Oleh :

Ana Wigunantiningsih, N.Kadek Sri Eka Putri, Luluk Nur Fakhidah

Bayi sering mengalami gmoh atau regurgitasi yaitu mengeluarkan sejumlah kecil susu
ketika atau setelah menyusu. Hal ini merupakan hl yang normal. Regurgitasi ini terjadi
akubat bayi terlalu cepat minum atau saat minum bayi menelan udara. Regurgitasi lebih
sering terjadi pada bayi yang diberi susu botol dari pada yang bayi diberi ASI. Karena itu
pemberian ASI saja kepada bayi akan mengurangi frekuensi gumoh pada bayi
( Muslihatun,2012).

Kedua pemicu terjadinya gumoh yaitu bayi dengan susu botol dan tidak
menyendawakan bai dalam penelitian ini telah dikendalikan dengan hanya mengambil
responden bayi yang diberi ASI Eksklusif dan di sendawakan setelah menyusui. Hasil
penelitian menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan antara penggunaan gurita
denagn kejadian gumoh pada bayi, artinya frekuensi kejadian gumogh pada bayi saat
memakai gurita lebih sering dari pada saat bayi tidak menggunakan gurita. Hal ini disebabkan
karena pemakaian gurita akan menekan dinding perut bayi sehingga jika lambung bayi penuh
setelah minum susu ini tekanan ini akan menyebabkan keluarnya sebagian susu yang telah
diminum tadi (gumoh) (Admin,2009;Tari,2012).

Pemakaian gurita pada bayi juga akan menyebabkan bayi merasa tidak nyaman
karena tekanan pada dinding perut bisa menyebabkan bayi merasakan sesak. Pemakaian
gurita pada bayi juga dapat mengganggu pertumbuhan organ tubuh bayi dan mengganggu
proses pernafasan bayi (Moms and Kids,2010).

Sebenarnya gumoh merupakan hal yang normal pada bayi jika terjadi dengan
frekuensi 4 – 5 kali sehari (Innes, 2012). Gumoh yang teralu sering pada bayi akan berakibat
bayi kurang nutrisi, jika hal ini terjado secara terus menerus bayi bisa mengalami mal nutrisi
yang akan berakibat pada pertumbuhan dan perkembangan bayi. Selain itu gumoh pada bayi
juga tidak bisa dianggap hal yang sepele karena pada saat bayi gumoh, bayi bisa mengalami
apirasi yaitu masknya cairan susu kedalam paru-paru. Gumoh pada bayi ini akan berkurang
seiring dengan bertambahnya usia bayi. Biasanya akan menghilang sendiri pada usia 12-15
bulan (Wyeth Indonesia, 2013:Admin,2012)

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemakaian gurita pada bayi dapat
menyebabkan peningkatan frekuensi gumoh pada bayi. Sehingga diharapkan para ibu tidak
lagi menggunakan gurita pada bayinya dengan tujuan salah satunya untuk mengurangi
kejadian gumoh pada bayi. Tetapi jika orang tua tetap harus memakai gurita karena
tradisimaka orang tua bisa memakaikan gurita pada bayinya secara longgar sehingga tidak
akan meekandinding perut bayi dan menyebabkan gumoh.
HUBUNGAN ANTARA METODE PERAWATAN TALI PUSAT DENGAN
LAMANYA PELEPASAN TALI PUSAT DI PMB NY. T SUBANG

Oleh :

Putri Selvia1 dan Darnialis Darwis2

1). Mahasiswa Prodi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Ilmu Kesehatan

2). Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Indonesia

Jl. Bambu Apus I No. 3 Cipayung Jakarta Timur 13890

Email : urindo@indo.net.id

Metode yang digunakan dalam perawatan tali pusat pada bayi baru lahir sangat
mempengaruhi lamanya waktu pelepasan tali pusat. Perawatan tali pusat dengan yang
memiliki fungsi efektif sebagai anti infeksi dan anti inflamasi. Dengan berbagai macam
kandungan zat yang bermanfaat tersebut kolostrum menjadi bahan alternative untuk
perawatan tali pusat disamping biayanya yang murah, bersifat steril, tekniknya mudah
dilakukan oleh ibu dan memberikan kepuasan psikologis bagi ibu yang merawat bayi.
Menurut penelitian Eni (2011) bahwa penelitian tali pusat menggunakan topical ASI lebih
cepat lepas daripada metode perawatan kering. Hasil penelitian ini ada perbedaan rentang
waktu lepas tali pusat dengan topical ASI lebih singkat (5,69 hari) dibanding dengan
perawatan kering (7,06 hari).

Hasil penelitian Smith, et al (2007) mayoritas respond dengan menggunakan ASI


lebih cepat pelepasannya dibandingkan dengan metode kassa kering. Hal ini disebabkan
karena ASI mengandung anti infeksi dan anti inflamasi sehingga cepat dalam pelepasan tali
pusat (Suprianik dan Handayani, 2011 4, http://stikes-yogyakarta.ac.id, diperoleh tanggal 5
Februari 2015). Sedangkan yang menggunakan metode kassa kering bersih dikategorikan
lama, karena kelembaban tali pusat, tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun,
karena akan membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga
menimbulkan resiko infeksi. Farahani, Mohammadzedah, Tafazzoli, Esmail dan Ghazvini
(2008) membuktikan bahwa jenis bakteri yang paling banyak ditemukan pada ujung tali pusat
adalah S. Epidemis, S. Aureus. E Coli dan Klebsiela Pnemoniae. Koloni bakteri yang terdapat
pada tali pusat yang dirawat dengan metode bersih kering rata-rata lebih banyak dari tali
pusat yang dirawat dengan kolostrum (Sofiana dan Agustina, 2011, 4 http://akbidylpp.ac.id,
diperoleh tanggal 5 Februari 2015).

Berdasarkan fakta dilapangan masih ada orang tua responden bayi yang baru lahir
melakukan perawatan tali pusat tidak menerapkan prinsip pencegahan infeksi seperti mencuci
tangan sebelum melakukan perawatan tali pusat yang secara tidak langsung mempengaruhi
proses pelepasan tali pusat, hal ini tidak sesuai dengan teori Winiasis (2012: 37) yang
mengatakan sebelum melakukan tindakan perawatan tali pusat cuci tangan terlebih dahulu.
DUKUNGAN TENAGA KESEHATAN DALAM MENINGKATKAN
PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF IBU DI POSYANDU WILAYAH PUSKESMAS
KECAMATAN MAMPANG PRAPATAN JAKARTA

Oleh :

Najah Syamsiyah1 dan Helda2

1). Program Magister Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas


Indonesia, Depok 16424, Indonesia.

2). Departemen Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia,


Depok 16424 Indonesia.

Dalam penelitian ini, IMD tidak berhubungan secara statistik dengan pemberian ASI
eksklusif. Namun, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kota Bengkulu Tahun
2010-2011 didapatkan bahwa IMD meningkatkan hampir 2 kali peluang seorang ibu untuk
memberikan ASI eksklusif. Peran tenaga kesehatan dalam mendukung pelaksanaan IMD
perlu ditingkatkan tidak hanya melalui peningkatan keterampilan teknis tentang IMD,
melainkan juga dengan membangun sikap positif agar tenaga kesehatan menjadi lebih serius
dalam menjalankan program IMD. Kendala utama dalam pelaksanaan IMD yang ditemukan
di lapangan adalah belum optimalnya komitmen serta dukungan Rumah Sakit dan penolong
persalinan untuk menerapkan IMD pada bayi baru lahir.

Penelitian ini menemukan hubungan yang bermakna secara statistik antara dukungan
tenaga kesehatan yang di nilai dengan perilaku pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian ini
tidak jauh berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
Kemiri Muka Kota Depok, dimana ibu yang mendapatkan dukungan dari tenaga kesehatan
memiliki peluang 3,97 kali memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan ibu yang kurang
mendapatkan dukungan dari tenaga kesehatan.

Keterbatasan instrumen dalam menilai dukungan tenaga kesehatan pada penelitian ini
juga dapat menjadi penyebab kemungkinan kecilnya angka PR untuk hubungan antara
variabel dependent dan independent. Namun demikian, selain terbukti secara statistik bahwa
dukungan tenaga kesehatan berhubungan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif, proporsi
ibu yang memberikan ASI eksklusif pada kelompok ibu yang mendapatkan dukungan baik
dari tenaga kesehatan juga lebih besar jika dibandingkan dengan proporsi ibu yang
memberikan ASI eksklusif pada kelompok ibu yang mendapatkan dukungan kurang dari
tenaga kesehatan.

Hampir semua wanita bisa menyusui jika mereka didukung untuk percaya diri serta
mendapat promosi dan edukasi tentang teknik praktik menyusui yang benar. Untuk
mendukung keberhasilan pemberian ASI eksklusif, seorang ibu membutuhkan motivasi yang
baik. Sebagimana pada hasil penelitian Lakshmi di Yogyakarta menemukan bahwa seorang
ibu yang mengikuti kegiatan KP Ibu (Kelompok Ibu) lebih dari 3 kali memiliki peluang 1,97
kali memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan ibu yang tidak pernah mengikuti
kegiatan KP Ibu.
Orang yang berpengaruh bagi ibu mempunyai peran yang penting dalam memberikan
dukungan informasi karena faktor keterkaitan emosional dengan ibu menyusui. Oleh karena
itu, membina lingkungan yang positif disekitar ibu menyusui adalah hal yang penting
dilakukan bagi ibu menyusui agar informasi yang diterima mampu mendorong terwujudnya
pemberian ASI eksklusif. Bukan hanya keluarga dan teman, tenaga kesehatan juga mampu
menjadi orang berpengaruh bagi ibu menyusui karena dianggap sebagai orang yang lebih
paham tentang ASI.

Penelitian ini menemukan bahwa ibu yang persalinannya ditolong oleh bidan
memiliki pelung yang lebih besar untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan ibu
yang persalinanya ditolong oleh dokter hal ini kemungkinan berkaitan denagn tindakan
operasi dan IMD tidak terbukti secara statistik berhubungan dengan perilaku pemberian ASI
eksklusif. Mungkin hal ini bisa menjadi evaluasi bagi tenaga kesehatan yang bertugas
memberikan pertolongan persalinan. Penolong utama persaliann memiliki peran yang sangat
penting pada ssat pelaksanaan IMD. Perbedaan peran, tugas, dan fungsi pokok bisa menjadi
penyebab mengapa dalam penelitian ini ibu yang ditolong oleh bidan lebih besar peluangnya
untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan ibu yang di tolong oleh dokter.
Sebagaimana penelitian kualitatif yang dilakukan pada dua rumah sakit berbeda di Jakarta
menemukan bahwa peran dokter spesialis kebidanan dan bidan di rumah sakit hanya di
khususkan untuk proses persalinan, sedangkan konselor aktasi yang juga adalah doter anak
berpearn mendorong ibu untuk memberikan ASI kepada bayi mereka pasca melahirkan.
DAFTAR PUSTAKA

http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/kesehatan/article/download/160/145

https://ejurnal.stikesmhk.ac.id/index.php/maternal/articla/download/490/444

https://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/jpppk/article/download/54/816

Anda mungkin juga menyukai