Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN PELAKSANAAN RAWAT GABUNG DENGAN

FREKUENSI MENYUSUI PADA IBU POST PARTUM


DI RSKIA SADEWA SLEMAN YOGYAKARTA
TAHUN 20101

Wahyu Pertiwi2 , Anjarwati3

Abstract: The purpose of this research is to know the


relationship between a united treatment performance and the
frequency of suckling activities. The method used in this
research is analytical survey, with cross sectional approach.
The results can be concluded that there is a relationship
between a united treatment performance and the frequency
of suckling activities of childbed mothers (p < 0,05).

Kata kunci: rawat gabung, frekuensi menyusui

PENDAHULUAN Berarti sama halnya dengan setiap hari


Pembangunan kesehatan pada terdapat 246 bayi meninggal atau setiap
umumnya bertujuan agar 6 menit, satu bayi di indonesia
terselenggaranya program pembangunan meninggal (Roesli, 2008: 35-36). Bila
kesehatan yang dapat memberi jaminan bayi diberi kesempatan menyusu dini
tercapainya derajat kesehatan dalam waktu kurang dari 1 jam, 22%
masyarakat yang setinggi-tingginya. kematian bayi dibawah 28 hari akan
Salah satu indikator untuk menilai atau dapat dihindarkan.
mengukur derajat kesehatan masyarakat Berdasarkan SDKI tahun 2007,
tersebut adalah Angka Kematian Bayi hanya 32 % bayi dibawah 6 bulan
(AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) mendapatkan ASI eksklusif dengan 65
(Depkes RI, 2001: 127). Angka % bayi baru lahir mendapatkan makanan
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih selain ASI selama tiga hari pertama.
tinggi dan bahkan tertinggi diantara Data tersebut memberi gambaran bahwa
negara tetangga. Berdasarkan Survey masih rendahnya bayi yang disusui
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) untuk memperoleh ASI, sehingga harus
pada tahun 2007, AKI sebesar 228 tiap ditingkatkan pelaksanaannya dengan
100.000 kelahiran hidup sedangkan melakukan rawat gabung pada ibu dan
AKB sebesar 34 tiap 1000 kelahiran bayinya (www.litbang.depkes.go.id).
hidup (www.dinkes.malangkab. go.id). Ketika pelaksanaan rawat
Menurut The World Health gabung, bayi harus selalu berada di
Report 2005, apabila seorang bayi samping ibu sejak segera setelah
disusui dengan benar, dapat dicegah dilahirkan sampai pulang. Di Indonesia,
angka kematian bayi baru lahir (24 jam persalinan 80% terjadi di rumah dan
setelah lahir sampai 28 hari) di Indonesia bayinya langsung dirawat gabung
sekitar 20 tiap 1000 kelahiran hidup. (Prawirohardjo, 2007: 266). ASI adalah

1
Judul Karya Tulis Ilmiah
2
Mahasiswa DIII Prodi Kebidanan STIKES ’Aisyiyah Yogyakarta
3
Dosen STIKES ’Aisyiyah Yogyakarta
makanan paling ideal untuk bayi karena pelayanan kesehatan menerapkan 10
itu pemerintah indonesia menetapkan langkah menuju keberhasilan menyusui.
target sekurangnya 80% ibu menyusui Selain itu, jika diamati komitmen
secara eksklusif (IBI, 2003: 1). ASI pemerintah indonesia terhadap
mengandung semua zat gizi yang penggunaan ASI telah diperlihatkan
dibutuhkan untuk membangun dan dalam pekan ASI sedunia tahun 2009,
menyediakan energi bagi pertumbuhan yang dimaksudkan untuk meningkatkan
dan perkembangan bayi secara optimal. komitmen dan dukungan kita terhadap
Pemberian ASI membantu mengurangi keberhasilan ibu dalam menyusui
angka kejadian kurang gizi dan bayinya secara ekslusif selama 6 bulan
pertumbuhan yang terhenti pada dan dilanjutkan hingga anak berusia 2
umumnya terjadi pada usia ini (Roesli, tahun meskipun dalam situasi darurat
2008: 33). sekalipun (www.menegpp.go.id).
Ada beberapa bayi yang tidur Salah satu usaha untuk
panjang selama 6-8 jam, maka untuk menggalakkan kembali pemberian ASI
memberikan asi pada bayi sebaiknya adalah dengan cara melaksanakan rawat
adalah dengan membangunkannya gabung yang merupakan langkah awal
selama siklus tidurnya. Namun pada yang sangat penting. Pada saat ini rawat
kenyataannya masih banyak para ibu gabung disebarluaskan dengan gigih,
yang beranggapan bahwa bayi yang untuk meningkatkan mutu dan kualitas
sedang tidur jangan di bangunkan untuk sumber daya manusia sejak awal
menyusu. Padahal bayi yang baru lahir kehidupan bayi diluar rahim dengan
sering tidur, karena mereka belum dapat jalan memberikan ASI dan dirawat
menyesuaikan dengan lingkungan langsung oleh ibunya dalam satu
barunya. Sewaktu dalam kandungan, ruangan.
kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi melalui Rendahya pelaksanaan rawat
plasenta, sedangkan saat bayi telah lahir, gabung disebabkan karena kurangnya
bayi mendapatkan nutrisinya harus pengetahuan tentang manfaat rawat
dengan menyusu pada ibu. Maka dari itu gabung serta kurangnya motivasi ibu dan
bayi harus dibangunkan untuk menyusu sikap ibu yang kurang merespon atau
paling tidak setiap 2-3 jam sekali kurang bisa menerima terhadap
(Prawirohardjo, 2007: 266). pelaksanaan rawat gabung dalam
Fenomena di masyarakat ternyata merawat bayinya. Ketergantungan ibu
masih banyaknya ibu setelah melahirkan nifas terhadap petugas sangat tinggi. Hal
tidak langsung menyusui bayinya dan ini disebabkan antara lain karena
tetap berlanjut setelah diruang kurangnya sosialisasi dari petugas atau
perawatan. Kebanyakan ibu merasa bidan tentang perawatan bayi dalam
kelelahan dan ASInya tidak mencukupi rawat gabung (Seif, 2008: 5-6).
sehingga ibu lebih jarang menyusui Prinsip utama dalam melakukan
bayinya (Marshal, 2008: 13). tindakan rawat gabung adalah dimana
Implementasi ’Rumah Sakit Sayang seorang ibu mampu menyusui, dan
Bayi’ yang diamanahkan oleh resolusi bayinya mampu untuk menyusu.
World Health Assembly (WHA) 45.34 Kemampuan ibu untuk menyusui
adalah mendorong agar semua sarana dimulai dengan keinginan ibu sendiri

1
Judul Karya Tulis Ilmiah
2
Mahasiswa DIII Prodi Kebidanan STIKES ’Aisyiyah Yogyakarta
3
Dosen STIKES ’Aisyiyah Yogyakarta
atau ketersediaan yang berupa motivasi ibu post partum di RSKIA Sadewa
ibu untuk menyusui bayinya sendiri. Sleman Yogyakarta tahun 2010?”
Disinilah pentingnya motivasi tentang Tujuan dari penelitian ini adalah
rawat gabung yang harus diberikan Mengetahui hubungan pelaksanaan
kepada ibu hamil sejak awal kehamilan rawat gabung dengan frekuensi
(Prawirohardjo, 2002: 267). menyusui pada ibu post partum di
Bidan sebagai tenaga kesehatan RSKIA Sadewa Sleman Yogyakarta
berperan penting dalam rangka memberi tahun 2010.
ASI sedini mungkin dan meningkatkan
frekuensi menyusui yaitu dengan cara METODE PENELITIAN
melaksanakan rawat gabung, Jenis penelitian ini adalah
memberikan informasi dan dukungan penelitian survei analitik dengan
yang berkaitan dengan ASI. Oleh karena menggunakan pendekatan waktu secara
itu, dengan adanya pelaksanaan rawat crossectional.
gabung akan memberikan kontribusi Subyek penelitian adalah semua ibu -
terhadap semakin meningkatnya ibu post partum yang menyusui bayinya
frekuensi menyusui oleh para ibu (Pitt, yang dirawat gabung di RSKIA Sadewa
2000: 141). Sleman Yogyakarta pada bulan Maret
Berdasarkan studi pendahuluan tahun 2010, yang berjumlah 30 orang
yang dilakukan peneliti, didapatkan data dengan teknik pengambilan sampel
bahwa RSKIA Sadewa telah menggunakan kuota sampling.
menerapkan program rawat gabung dan Alat yang digunakan dalam
sudah menjadi rekomendasi lisan penelitian ini adalah menggunakan
akantetapi belum terdapat kebijakan kuesioner tertutup. Variabel dalam
tertulis untuk rawat gabung, selain itu penelitian ini menggunakan variabel
melalui wawancara langsung pada 10 bebas yaitu pelaksanaan rawat gabung
ibu-ibu post partum di RSKIA Sadewa dan variabel terikat yaitu frekuensi
Sleman Yogyakarta didapatkan hasil 7 menyusui, yang diukur dengan
orang ibu postpartum yang dirawat mengunakan skala nominal. Analisa data
gabung menyusui bayinya dengan menggunakan chi square.
frekuensi yang masih kurang dari 8 kali
dalam 24 jam, sedangkan ibu lainnya HASIL DAN PEMBAHASAN
sudah menyusui dengan frekuensi lebih Penelitian ini dilaksanakan di
dari 8 kali dalam 24 jam. RSKIA SADEWA Sleman Yogyakarta
Dari latar belakang diatas, yang terletak di wilayah kecamatan
penulis tertarik untuk meneliti ”adakah Depok kabupaten Sleman dengan alamat
hubungan pelaksanaan rawat gabung di jalan Babarsari TB 16 No. 13,
dengan frekuensi menyusui pada ibu Sleman, Yogyakarta.
post partum di RSKIA Sadewa Sleman Di RSKIA SADEWA, pelayanan
Yogyakarta tahun 2010?” persalinan rata-rata tiap bulannya ± 100
Berdasarkan masalah yang orang. Perawatan ibu dan bayi dengan
dikemukakan, maka dapat dirumuskan metode rawat gabung. Tenaga di RSKIA
”adakah hubungan pelaksanaan rawat ini adalah dokter, bidan dan perawat.
gabung dengan frekuensi menyusui pada Jumlah tenaga kesehatan meliputi 5

1
Judul Karya Tulis Ilmiah
2
Mahasiswa DIII Prodi Kebidanan STIKES ’Aisyiyah Yogyakarta
3
Dosen STIKES ’Aisyiyah Yogyakarta
dokter kandungan, 3 dokter anak, 8 latar belakang pendidikan SD yaitu
dokter umum, 4 dokter anastesi, 1 dokter sebanyak 1 orang (3%).
andrologi, 24 bidan dan 16 perawat.
Kapasitas yang ada di RSKIA ini
meliputi 15 ruang rawat inap, 1 ruang
bersalin, 1 ruang operasi, 1 ruang bayi, 1
ruang gizi, 2 poli kandungan, dan 1 poli
umum. Bentuk bangunan di RSKIA
SADEWA adalah tingkat 3.
Gambar 3. Karakteristik responden
Karakteristik responden yang
berdasarkan jumlah anak
diamati dalam penelitian ini meliputi
Berdasarkan gambar 3. dapat
umur, pendidikan, dan jumlah anak.
diketahui bahwa sebagian besar
Karakteristik responden selengkapnya
responden dengan jumlah anak 1 yaitu
dapat dilihat pada gambar berikut:
sebanyak 13 orang (44%). Responden
2; 7%
paling sedikit dengan jumlah anak 5
yaitu sebanyak 1 orang (7%).
20 ‐ 35 th
> 35 th

28; 93%

Gambar 1. Karakteristik responden


berdasarkan umur.
Berdasarkan gambar 1. dapat Gambar 4. Pelaksanaan rawat gabung
diketahui bahwa sebagian besar Berdasarkan gambar 4. dapat
responden berumur antara 20-35 tahun diketahui bahwa sebagian responden
yaitu sebanyak 28 orang (93%). Jumlah dilakukan rawat gabung intermitten yaitu
responden paling sedikit dengan umur sebanyak 17 orang (57%). Responden
lebih dari 35 tahun yaitu sebanyak 2 paling sedikit dilakukan rawat gabung
orang(7%). secara kontinyu yaitu sebanyak 13
orang(43%).

Gambar 2. Karakteristik responden


berdasarkan pendidikan Gambar 5. Frekuensi menyusui
Berdasarkan gambar 2. dapat Berdasarkan gambar 5. dapat
diketahui bahwa sebagian besar diketahui bahwa hanya 12 responden
responden berlatar belakang pendidikan (40%) yang menyusui bayinya dengan
PT yaitu sebanyak 14 orang (47%). baik. Dan 18 responden (60%) yang
Jumlah responden paling sedikit dengan menyusui bayinya kurang.

1
Judul Karya Tulis Ilmiah
2
Mahasiswa DIII Prodi Kebidanan STIKES ’Aisyiyah Yogyakarta
3
Dosen STIKES ’Aisyiyah Yogyakarta
Tabel 1. Hubungan Pelaksanaan Rawat Gabung Dengan Frekuensi Menyusui pada
ibu postpartum di RSKIA SADEWA

No Frekuensi menyusui Baik Kurang Total

Pelaksanaan rawat gabung F % F % F %

1. Kontinyu 12 40 1 3 13 43
2. Intermitten 0 0 17 57 17 57
Jumlah 12 40 18 60 30 100
Sumber data primer 2010

Berdasarkan tabel 1. dapat koefisien korelasi dibandingkan dengan


diketahui bahwa responden yang paling pedoman interpretasi koefisien korelasi.
banyak adalah responden yang dilakukan Berdasarkan hasil perbandingan
rawat gabung secara intermitten yaitu diperoleh bahwa ada hubungan yang
sebanyak 17 orang (57%) dari kuat antara pelaksanaan rawat gabung
keseluruhan responden. Responden yang dengan frekuensi menyusui yang
paling sedikit adalah responden yang ditunjukkan dengan nilai C sebesar
dilakukan rawat gabung secara kontinyu 0,687 berada diantara 0,600 – 0,799
yaitu sebanyak 13 orang (43%). (0,600 < 0,687 < 0,799) yang berarti
Berdasarkan hasil uji statistik Chi dalam tingkatan kuat.
square diperoleh nilai X2 hitung sebesar
27,017 pada df 1 dengan taraf Pelaksanaan Rawat Gabung
signifikansi 0,000. untuk menentukan Berdasarkan penelitian yang telah
hipotesis diterima atau ditolak, maka dilakukan, didapatkan gambaran
besarnya taraf signifikansi (p) pelaksanaan rawat gabung seperti yang
dibandingkan dengan taraf kesalahan 5% ditunjukkan gambar 7. yang
(0,05). Jika nilai p lebih besar dari 0,05 memperlihatkan bahwa sebagian besar
maka hipotesis ditolak dan jika p lebih responden dilakukan rawat gabung
kecil dari 0,05 maka hipotesis diterima. secara intermitten yaitu keadaan dimana
Hasil penelitian ini menunjukkan bayi sewaktu-waktu ingin menyusu atau
bahwa nilai p lebih kecil dari 0,05 (0,000 atas permintaan ibunya dapat dibawa
< 0,050) sehingga hipotesis diterima. kepada ibunya sebanyak 17 orang (57%)
Dengan demikian dapat disimpulkan sedangkan responden yang paling sedikit
bahwa ada hubungan antara pelaksanaan dilakukan rawat gabung secara kontinyu
rawat gabung dengan frekuensi yaitu sebanyak 13 orang (43%).
menyusui pada ibu postpartum di Hasil penelitian menunjukkan
RSKIA Sadewa Sleman Yogyakarta bahwa kurang optimalnya pelaksanaan
tahun 2010. rawat gabung secara kontinyu
Kemudian untuk memberikan dikarenakan adanya body image yang
interpretasi terhadap hubungan terdapat dalam diri ibu sehingga ibu
pelaksanaan rawat gabung dengan terkesan lebih menuntut untuk dilayani
frekuensi menyusui, maka besarnya dan perawatan bayi lebih diserahkan

1
Judul Karya Tulis Ilmiah
2
Mahasiswa DIII Prodi Kebidanan STIKES ’Aisyiyah Yogyakarta
3
Dosen STIKES ’Aisyiyah Yogyakarta
pada petugas. Sebagian besar responden dengan umur kurang dari 20 tahun dan
di RSKIA Sadewa adalah keluarga lebih dari 35 tahun lebih terfokus pada
menengah keatas, dilihat dari pendidikan kelahiran bayinya dengan selamat dari
tinggi yaitu PT. Banyak ibu yang lebih pada memikirkan pelaksanaan rawat
senang bayinya dirawat oleh petugas, ini gabung sebab usia responden merupakan
terlihat dari ibu yang dirawat gabung usia beresiko untuk hamil dan
ketika ingin istirahat, cenderung melahirkan.
menitipkan bayi ke ruang bayi Hasil penelitian ini menunjukkan
dikarenakan agar ibu bisa istirahat karakteristik responden berdasarkan
dengan tenang tanpa terdengar tangisan tingkat pendidikan seperti ditunjukkan
bayi. gambar 5. yang memperlihatkan bahwa
Selain body image, dikarenakan asi sebagian besar responden dengan
belum keluar sehingga ibu lebih memilih pendidikan PT yaitu sebanyak 14 orang
memberikan bayinya kepada petugas (47%) sedangkan responden paling
untuk disusui dengan susu formula, sedikit dengan pendidikan SD yaitu
walaupun pada dasarnya pihak rumah sebanyak 1 orang (3%). Sebagian besar
sakit sudah memberikan kesempatan responden yang dirawat di RSKIA
pada ibu untuk dirawat gabung secara Sadewa adalah sosial ekonomi
kontinyu dengan bayinya agar bayinya menengah keatas dan umumnya yang
tetap disusui untuk merangsang berpendidikan PT sebagian besar lebih
payudara tetap memproduksi ASI. terarah pada body image yaitu sikap ibu
Menurut Prawirohardjo (2007: 166) yang cenderung untuk dilayani sehingga
rawat gabung adalah suatu sistem dalam perawatan bayi lebih diserahkan
perawatan dimana bayi serta ibu dirawat pada petugas jaga. Akibatnya,
dalam satu unit. pelaksanaan rawat gabung secara
Hasil penelitian ini menunjukkan kontinyu tidak dapat dilakukan
karakteristik responden berdasarkan walaupun kenyataannya petugas telah
umur seperti ditunjukkan gambar 4. yang memberikan kesempatan pada ibu untuk
memperlihatkan bahwa sebagian besar dilakukan rawat gabung secara kontinyu
responden berumur antara 20-35 tahun dengan bayinya.
yaitu sebanyak 28 orang (93%) Notoatmodjo cit Sumiati, N (2007:
sedangkan responden paling sedikit 10) menyatakan bahwa salah satu faktor
dengan umur lebih dari 35 tahun yaitu yang mempengaruhi tingkat
sebanyak 2 orang (7%). Responden pengetahuan seseorang adalah informasi.
dengan umur 20-35 tahun, merupakan Orang yang memiliki informasi lebih
usia reproduksi sehat yang aman untuk banyak akan mempunyai wawasan dan
hamil dan melahirkan sehingga pengetahuan lebih baik dibandingkan
responden tidak merasa khawatir dengan orang yang mempunyai informasi lebih
persalinannya. Sedangkan usia kurang sedikit.
dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
merupakan usia yang beresiko untuk Frekuensi Menyusui
hamil dan melahirkan sehingga Berdasarkan penelitian yang telah
kemungkinan responden mengalami dilakukan, didapatkan gambaran
penyulit selama persalinan. Responden frekuensi menyusui sebagaimana

1
Judul Karya Tulis Ilmiah
2
Mahasiswa DIII Prodi Kebidanan STIKES ’Aisyiyah Yogyakarta
3
Dosen STIKES ’Aisyiyah Yogyakarta
diperlihatkan pada gambar 8. yang melakukan pendampingan teknik
menunjukkan bahwa sebagian besar menyusui dan memberikan kesempatan
responden frekuensi menyusuinya masih pada ibu untuk sering menyusui bayi
kurang yaitu sebanyak 18 orang (60%) agar dapat merangsang payudara untuk
sedangkan responden yang paling sedikit memproduksi ASI, akantetapi pada
dengan frekuensi menyusui baik yaitu kenyataannya masih banyak ibu yang
sebanyak 12 orang (40%). lebih memilih menyusukan bayi dengan
Menurut Pusdiknakes (2003), susu formula sehingga frekuensi
sebaiknya bayi disusui sesering menyusui menjadi kurang dari 8 kali
mungkin, karena biasanya bayi baru dalam sehari.
lahir ingin minum ASI setiap 2-3 jam Pemberian ASI yang kurang dapat
atau 8-12 kali dalam 24 jam. Menyusui menimbulkan kerugian bagi ibu dan
bagi bayi sebaiknya tidak dijadwal, bayinya. Salah satu dampak yang
karena bayi akan menentukan sendiri muncul adalah produksi ASI yang tidak
kebutuhannya. lancar sebab tidak mendapatkan
Menyusui yang dijadwal akan rangsangan untuk memproduksinya. Ibu
berdampak tidak baik, karena isapan yang tidak menyusui bayinya akan
bayi berpengaruh pada rangsangan berdampak kurang baik bagi sang ibu
produksi ASI berikutnya. Semakin maupun bayinya sendiri. Ibu yang tidak
sering bayi menyusu pada ibunya maka menyusui beresiko terjadinya
semakin banyak payudara memproduksi perdarahan, bendungan payudara
ASI, serta semakin cepat dan semakin maupun mastitis, proses involusi lama
mudah ASI dikeluarkan. Dalam sumber dan dapat menyebabkan ikatan emosi
lain dikatakan bahwa cara untuk dengan bayi kurang. Sedangkan bayi
meningkatkan produksi ASI pada ibu yang frekuensi menyusu kurang akan
yaitu dengan sering menyusui bayinya, memperlambat bayi untuk mendapat
paling tidak 8 kali dalam 24 jam (WHO ASI, sehingga bayi akan kekurangan
dan UNICEF, 2000). nutrisi, menyebabkan gangguan
Hasil penelitian ini menunjukkan pencernaan, kurangnya kekebalan tubuh
bahwa frekuensi menyusui bayi kurang dan gangguan saluran kemih.
dikarenakan sebagian besar ASI belum Ibu yang mengetahui informasi
keluar dan ibu lebih memilih tentang manfaat menyusui tanpa
memberikan dengan susu formula. dijadwal, zat-zat yang terkandung dalam
Tingginya promosi mengenai susu ASI dan akibat jika frekuensi
formula dari berbagai media dan menyusuinya kurang, akan termotivasi
minimnya pengetahuan ibu tentang ASI untuk menyusui bayinya sesering
serta zat-zat penting yang terkandung mungkin.
dalam ASI mengakibatkan ibu
cenderung lebih memilih menyusukan Hubungan Pelaksanaan Rawat
bayi dengan susu formula daripada ASI, Gabung dengan Frekuensi Menyusui
selain itu dikarenakan body image, ibu Gambaran dari hubungan
beranggapan lebih praktis menyusui bayi pelaksanaan rawat gabung dengan
dengan susu formula dari pada dengan frekuensi menyusui pada ibu postpartum
ASI. Pada dasarnya petugas sudah di RSKIA Sadewa Sleman Yogyakarta

1
Judul Karya Tulis Ilmiah
2
Mahasiswa DIII Prodi Kebidanan STIKES ’Aisyiyah Yogyakarta
3
Dosen STIKES ’Aisyiyah Yogyakarta
dapat diperlihatkan pada tabel 1. yang KESIMPULAN DAN SARAN
memperlihatkan bahwa responden yang Kesimpulan
paling banyak adalah responden yang Berdasarkan hasil penelitian tentang
dilakukan rawat gabung secara “hubungan pelaksanaan rawat gabung
intermitten dengan frekuensi menyusui dengan frekuensi menyusui pada ibu
kurang yaitu sebanyak 17 orang (57%) postpartum di RSKIA SADEWA
dari keseluruhan responden. Responden Sleman Yogyakarta tahun 2010 dapat
yang paling sedikit adalah responden dibuat kesimpulan bahwa sebagian besar
yang dilakukan rawat gabung secara responden dilakukan rawat gabung
kontinyu dengan frekuensi menyusui secara intermitten yaitu sebanyak 17
baik yaitu sebanyak 12 orang (40%), orang (57%) dan sebagian besar
Tabel 1. juga menunjukkan bahwa ada responden menyusui bayinya dengan
responden yang dilakukan rawat gabung frekuensi kurang dari 8 kali dalam 24
secara kontinyu dengan frekuensi jam yaitu sebanyak 18 orang (60%).
menyusui kurang sebanyak 1 orang Hasil uji statistik Chi Square
(3%). diperoleh nilai χ2 hitung sebesar 27,017
Hasil uji statistik Chi Square pada df 1 dengan taraf signifikansi 0,000
memberikan kesimpulan bahwa ada sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang kuat antara pelaksanaan hubungan antara pelaksanaan rawat
rawat gabung dengan frekuensi gabung dengan frekuensi menyusui pada
menyusui pada ibu postpartum di ibu postpartum di RSKIA SADEWA
RSKIA Sadewa Sleman Yogyakarta. Sleman Yogyakarta tahun 2010.
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa pelaksanaan rawat gabung Saran
mempengaruhi frekuensi menyusui. Bagi Tenaga Kesehatan (bidan,
Responden yang dilakukan rawat gabung perawat) dengan melakukan upaya
secara kontinyu, frekuensi menyusuinya monitoring dan evaluaasi untuk
akan lebih baik dari pada yang dilakukan meningkatkan frekuensi menyusui pada
rawat gabung secara intermitten karena ibu postpartum saat ibu masih ada di
bayi yang dilakukan rawat gabung ruangan bersama dengan bayi setiap
secara kontinyu akan selalu bersama- hari, serta memberikan KIE tentang
sama dengan ibunya selama 24 jam pentingnya ASI setelah dilakukan
penuh sehingga ibu langsung dapat pendampingan teknik menyusui.
menyusui bayinya dikarenakan ibu Bagi Direktur RSKIA SADEWA
mudah dalam menjangkau bayi untuk dapat mengembangkan program rawat
menyusui, sebaliknya bayi yang gabung dengan cara sosialisasi misal
dilakukan rawat gabung secara setiap ruangan diberi poster tentang
intermitten tidak selalu bersama-sama rawat gabung, frekuensi menyusui, dan
dengan ibu selama 24 jam dan hanya pentingnya menyusui dengan ASI atau
sewaktu-waktu bayi ingin menyusu saja dengan pemberian liflet sehingga setiap
dibawa ke tempat ibu sehingga ibu tidak ibu post partum mengerti tentang
bisa langsung menyusui bayi karena ibu pentingnya rawat gabung dalam upaya
sulit untuk menjangkau bayi. meningkatkan frekuensi menyusui.

1
Judul Karya Tulis Ilmiah
2
Mahasiswa DIII Prodi Kebidanan STIKES ’Aisyiyah Yogyakarta
3
Dosen STIKES ’Aisyiyah Yogyakarta
Bagi Ibu Postpartum dapat IBI., 2003, Kode Dalam Kartun,
mengerti dan memahami tentang DepKes, Jakarta.
pentingnya rawat gabung dalam proses Kristiyansari, W., 2009, ASI, Menyusui
menyusui sehingga ibu termotivasi untuk dan SADARI, Nuha Medika,
menyusui bayinya sesering mungkin. Yogyakarta.
Bagi peneliti selanjutnya dapat Marshall., 2008, Menyusui Bayi Anda,
melanjutkan penelitian dengan Dian Rakyat, Jakarta
mengendalikan seluruh variabel Notoatmodjo, S., 2007, Ilmu Kesehatan
pengganggu untuk menggali lebih Masyarakat, Rineka Cipta,
mendalam alasan responden dilakukan Jakarta
rawat gabung secara kontinyu dan Perinasia., 2002, Bahan Bacaan
intermitten yang dapat mempengaruhi Manajemen Laktasi, Perinasia
frekuensi menyusui sehingga diperoleh BKKBN, Jakarta
hasil penelitian yang lebih baik lagi. _______, 2004, Bahan Bacaan
Manajemen Laktasi, Perinasia
DAFTAR RUJUKAN BKKBN, Jakarta
Baskoro, A., 2008, ASI Panduan Praktis Pitt, B., 2000, Kehamilan dan
Ibu Menyusui, Banyu Media, Persalinan Menikmati Tugas
Yogyakarta Sang Ibu, ARCAN, Jakarta
Chumbley, J., 2004, Menyusui, Prawirohardjo, S., 2002, Ilmu
Erlangga, Jakarta Kebidanan, Yayasan Bina
Depkes., 2001, Rencana Strategis Pustaka Sarwono Prawiroharjo,
Pembangunan Kesehatan 2001- Jakarta
2004, Indonesia Sehat _______________, 2007, Ilmu
2010, Jakarta Kebidanan, Yayasan Bina
______, 2009, ASI untuk bayi, 15 April Pustaka Sarwono Prawiroharjo,
2009, www.litbang.depkes.go.id. Jakarta
______, 2009, Pekan ASI Sedunia Tahun Roesli, U., 2001, Inisiasi Menyusu Dini,
2009 “Menyusui: Sebuah Respon Pustaka Bunda, Jakarta
yang Sangat Penting dalam _______, 2008, Inisiasi Menyusu Dini,
Situasi Darurat”, 29 Juli 2010, Pustaka Bunda, Jakarta
www.menegpp.go.id Rulina Suradi dan Utami Roesli., 2008,
______, 2010, Ibu Selamat, bayi Sehat, Manfaat ASI dan Menyusui,
Suami Siaga dan Desa Siaga, 18 FKUI, Jakarta
Februari 2010, Sugiyono., 2005, Statistika Untuk
www.dinkes.malangkab.go.id. Penelitian, Alfabeta, Bandung
Habib, H., 2004, Pembangunan ________, 2007, Statisik Untuk
Kesehatan di Indonesia, Gadjah Penelitian, Alfabeta, Bandung
Mada University, Yogyakarta Welford, H., 2008, Menyusui Bayi Anda,
Hegar, B, dkk., 2008, Bedah ASI, FKUI, Dian Rakyat, Jakarta
Jakarta WHO dan UNICEF., 2000, Asuhan Bayi
Hetti, S., 2009, Kamar Bersalin dan Baru Lahir, Depkes, Manila
Rawat Gabung, 18 Februari Widiastuti, P., 2003, Paket Ibu dan Bayi,
2010, www.doctorlibrary.co.id. EGC, Jakarta

1
Judul Karya Tulis Ilmiah
2
Mahasiswa DIII Prodi Kebidanan STIKES ’Aisyiyah Yogyakarta
3
Dosen STIKES ’Aisyiyah Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai