Anda di halaman 1dari 119

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) merekomendasikan dalam rangka menurunkan


angka kesakitan dan kematian bayi sebaiknya bayi hanya disusui Air Susu Ibu (ASI)
selama paling sedikit 6 bulan, dan pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berumur dua
tahun agar melakukan inisiasi menyusui dalam satu jam pertama kehidupan, bayi hanya
menerima ASI tanpa tambahan makanan atau minuman, termasuk air, menyusui sesuai
permintaan atau sering yang diinginkan bayi, dan tidak menggunakan botol atau dot.
WHO mempunyai target pada tahun 2025 salah satunya adalah meningkatkan pemberian
ASI ekslusif dalam 6 bulan pertama, saat ini capaian ASI ekslusif di dunia sebesar 63,8%.
ASI ekslusif di Asia menunjukkan angka yang tidak banyak perbedaan, sebagai
perbandingan cakupan ASI ekslusif di Afrika Tengah sebanyak 31,5%, Amerika Latin
dan Karibia sebanyak 39,0%, Asia Timur sebanyak 50,0%, Asia Selatan sebanyak 81,3%,
secara keseluruhan kurang dari 63,8% anak di bawah usia enam bulan diberi ASI
Eksklusif (WHO, 2018).
Profil Kesehatan RI pada tahun 2018, secara Nasional persentase bayi baru lahir
yang mendapat IMD yaitu sebesar 71,17%. Angka ini telah melampaui target Renstra
Kemenkes tahun 2018 yaitu sebesar 47,0%. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah salah
satu program Kemenkes Kesehatan Republik Indonesia, yang memberikan rangsangan
awal dimulai pemberian Air Susu Ibu secara dini, dan diharapkan berkelanjutan selama
enam bulan pertama. Kegagalan IMD dan pemberian ASI Ekslusif pada periode tersebut,
berpotensi menimbulkan defisiensi zat gizi pada bayi, serta memungkinkan terjadi status
gizi kurang, yang berujung pada penurunan poin kecerdasan intelektual bayi dan menjadi
ancaman terhadap sumber daya manusia pada masa mendatang. (Kemenkes RI 2018). Hal
ini diperkuat dengan hasil penelitian bahwa bayi yang mendapat IMD dalam waktu lebih
dari satu jam setelah kelahiran memiliki risiko 1,661 kali lebih besar untuk tidak
menyusu secara eksklusif dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI pertama dalam
waktu satu jam setelah kelahiran.(Retno, 2016).
vi
ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi karena mengandung protein
untuk daya tahan tubuh dan bermanfaat untuk mematikan kuman dalam jumlah tinggi
sehingga pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko kematian pada bayi.
Kolostrum berwarna kekuningan yang dihasilkan pada hari pertama sampai dengan hari
ketiga. Hari keempat sampai hari kesepuluh ASI mengandung immunoglobulin, protein,
dan laktosa lebih sedikit dibandingkan kolostrum tetapi lemak dan kalorinya lebih tinggi
dengan warna susu yang lebih putih. (Kemenkes RI, 2018). Ibu primipara yang
memberikan ASI tidak tahu tentang cara menyusui dengan benar dan tidak mengetahui
cara memerah ASI. Pendidikan kesehatan manajemen laktasi pada ibu primipara penting
untuk merubah perilaku ibu primipara yang menyusui, ini sesuai dengan hasil penelitian
bahwa ada perbedaan tingkat keefektifan pendidikan kesehatan menggunakan audio
visual dan poster terhadap perilaku ibu primipara dalam manajemen laktasi (Sholehah,
2020).
Data profil Dinkes 2019 bahwa capaian indikator bayi usia kurang dari 6 bulan
yang mendapatkan ASI eksklusif di provinsi Bengkulu sebesar 76%. Angka ini melebihi
target yang ditetapkan dalam renstra kemenkes RI untuk Tahun 2018 Sebesar 47 %
(Profil Dinkes Provinsi Bengkulu, 2019). Cakupan pemberian ASI eksklusif tahun 2017
sebanyak 2.096 orang (61,2%). Cakupan ASI ekslusif menunjukan trend menurun
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Cakupan pemberiaan ASI Eksklusif Tahun 2016
adalah 61,74%, Tahun 2015 adalah 77,9%, tahun 2014 capaian adalah 81,3%, tahun 2013
adalah 78,7%, dan capaian cakupan pemberian ASI tahun 2012 adalah 51,5%. ASI
eksklusif adalah pemberian ASI sedini dan sebanyak mungkin sejak bayi dilahirkan
dilahirkan hingga bayi berusia 6 bulan tanpa tambahan apapun. (Profil Dinkes Kota
Bengkulu 2017).
Penyebab rendahnya pemberian ASI di Indonesia adalah kurangnya pengetahuan
ibu hamil, keluarga dan masyarakat akan pentingnya ASI, meningkatnya pemberian
MPASI sebelum waktunya dan kurangnya dukungan dari masyarakat, termasuk institusi
tempat perempuan bekerja yang belum memberikan kesempatan dan ruang khusus untuk
menyusui. Penelitian ini merupakan deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional.
Faktor yang paling dominan berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif adalah
pengetahuan.(Hanulan, 2017). Proses pembentukan air susu merupakan proses yang
vi
kompleks melibatkan hipotalamus, pituitary dan payudara, yang sudah dimulai saat fetus
sampai pada masa pasca persalinan. ASI yang dihasilkan memiliki komponen yang yang
konstan dan tidak sama dari waktu ke waktu tergantung stadium laktasi. Kehamilan pada
wanita akan berdampak pada pertumbuhan payudara dan proses pembentukan air susu
ibu (Laktasi) (Wijayanti, 2019).
Persiapan laktasi pada masa kehamilan merupakan hal yang penting dan harus
dilakukan sejak awal kehamilan. Perawat harus mampu mengajarkan teknik perawatan
payudara pada ibu hamil dan memberikan konseling persiapan laktasi. Persiapan ini
penting karena tidak hanya mempersiapkan ibu secara fisik tetapi juga secara psikologi.
Banyak ibu yang tidak berhasil memberikan ASI bukan karena masalah fisiknnya tetapi
lebih ke psikologisnya. (Fauziah, 2019) Perawatan payudara termasuk dalam bagian
asuhan ibu hamil yang berguna untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah
tersumbatnya saluran susu, sehingga pengeluaran ASI lancar. Perawatan payudara
dilakukan sedini mungkin. Kebersihan payudara paling tidak dilakukan minimal satu kali
dalam sehari (Huriah, 2018). Laktasi merupakan proses produksi, sekresi, dan
pengeluaran ASI Menyusui dimulai dari setelah bayi lahir atau dikenal IMD. ASI yang
keluar diawali oleh keluarnya kolostrum (kuning), 2-3 hari setelah melahirkan
(Wahyuningsih, 2019).
Masa Nifas merupakan periode pengawasan pada ibu post partum, yang
berlangsung dari persalinan sampai 6 minggu setelah melahirkan. Pada masa ini terjadi
pemulihan Organ Reproduksi kedalam sebelum hamil, salah satunya adalah Uterus.
(Nuraini, 2019) Hasil penelitian produksi ASI meningkat pada ibu postpartum primipara
yang mengkonsumsi sayur pepaya muda dilihat dari rata-rata kenaikan berat badan bayi
pada usia 30 hari yaitu 930 gram dan ibu post partum primipara yang mengkonsumsi
sayur daun kelor rata-rata kenaikan berat badan bayi 1270 gram. Sedangkan pada ibu
postpartum primipara yang tidak mengkonsumsi sayur pepaya muda dan sayur daun kelor
rata-rata kenaikan berat badan bayi usia 30 hari 847 gram. Ada produksi ASI pada ibu
post partum primipara antara mengkonsumsi sayur pepaya muda dan sayur daun kelor
terhadap penambahan berat badan bayi pada usia 30 hari dengan p value 0,001.
(Warjidin, 2019).

vi
Berdasarkan survey awal yang dilakukan di PMB P Surabaya Kota Bengkulu pada
tahun 2019, terdapat 50 ibu hamil yang melakukan pemeriksaan ANC rutin, 10 ibu
bersalin dan 10 ibu nifas. Dari Data diatas diantaranya ada Ny.M. umur 20 tahun sebagai
salah satu pasien baru di PMB. Ny. M merupakan pasien usia muda, UK 36 minggu yang
belum berpengalaman dan belum mempuyai pengetahuan tentang laktasi sehingga perlu
pemberian edukasi, maka penulis tertarik untuk mengangkat kasus Laporan Tugas Akhir
yang berjudul “Pemberian Edukasi dan Pendampingan Persiapan Laktasi Pada Ny.M
G1P0A0 di PMB P Surabaya Kota Bengkulu Tahun 2020.
Berdasarkan hasil penelitian Continuity of care (CoC) yang dilakukan oleh bidan
memberikan pelayanan yang sama terhadap perempuan di semua kategori (tergolong
kategori tinggi maupun yang rendah) serta berdasarkan evidence based perempuan yang
melahirkan di bidan memiliki intervensi intrapartum yang lebih sedikit termasuk operasi
saesar. Penggolongan klasifikasi resiko rendah pada akhir kehamilan merupakan
tantangan bagi bidan untuk memberikan pelayanan secara intensif dan dukungan ketika
persalinan dan nifas. Sementara itu juga meningkatkan kualitas asuhan pada perempuan
berisiko tinggi dan dengan kompleksitas sosialnya. CoC merupakan isu yang sangat
penting bagi perempuan karena memberi kontribusi rasa aman dan nyaman bagi mereka
selama kehamilan, persalinan dan nifas. Simpulan penelitian ini yaitu dapat menambah
pengetahuan tentang lingkup praktik kebidanan secara komprehensif, dapat
meningkatkan mutu layanan kebidanan untuk menciptakan pengalaman positif (Dewi,
2017).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah
adalah Belum diketahuinya bagaimana keberhasilan pemberian edukasi dan
pendampingan pada Ny “M” dalam persiapan laktasi yang dimulai sejak masa
kehamilan terhadap keberhasilan IMD dan proses menyusui dalam 2 minggu pertama
masa nifas di PMB P, Kota Bengkulu pada tahun 2020.

vi
C. Tujuan Penulisan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Penulis melaksanakan dan meningkatkan kemampuan dalam penanganan dan
pelayanan asuhan kebidanan secara Komprehensif pada ibu dari hamil sampai
pemberian Asi Ekslusif sesuai teori manajemen yang diaplikasikan dalam asuhan
kebidanan dengan metode SOAP.

2. Tujuan Khusus
Penulis mampu
a. Pengkajian data subjektif dan objektif terkait kondisi Ny”M” ibu yang
membutukan pendampingan persiapan laktasi sejak kehamilan TM III saat
persalinan dan nifas di PMB “P” Surabaya Kota Bengkulu.
b. Pengkajian data subjektif dan objektif yang terkait kondisi bayi Ny”M”
dimulai pada saat dilahirkan hingga 2 minggu pertama di PMB “P” Surabaya
Kota Bengkulu.
c. Analisis atau analisa selama masa kehamilan, persalinan dan nifas khususnya
terkait persiapan laktasi di PMB “P” Surabaya Kota Bengkulu.
d. Implementasi dan pendampingan asuhan kebidanan terhadap Ny”M”
khususnya terkait edukasi dan pendampingan persiapan laktasi yang dimulai
sejak masa kehamilan TM III hingga 2 minggu pertama nifas di PMB “P”
Surabaya Kota Bengkulu.

vi
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
a) Diharapkan dengan melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil hingga nifas
pada khususnya terkait edukasi dan pendampingan persiapan laktasi yang dimulai
sejak masa kehamilan TM III hingga 2 minggu partama nifas.
b) Menambah keterampilan sehingga dapat memberikan asuhan secara tepat dan
lebih memiliki keberhasilan yang baik dalam memberikan asuhan pada ibu hamil
hingga nifas pada khususnya terkait edukasi dan pendampingan persiapan Iaktasi
yang dimulai sejak masa kehamilan TM III hingga 2 minggu pertama nifas .
2. Bagi Institusi
Dijadikan bahan referensi bagi mahasiswa tentang asuhan kebidanan pada asuhan
yang komprehensif khususnya terkait edukasi dan pendampingan persiapan laktasi
yang dimulai sejak kehamilan TM III hingga 2 minggu pertama nifas.
3. Bagi Lahan Praktek
Dijadikan sebagai acuan untuk dapat mempertahankan mutu pelayanan terutama
dalam memberikan asuhan pelayanan kebidanan yang terkait edukasi dan
pendampingan persiapan laktasi yang dimulai sejak masa kehamilan TM III hingga
2 minggu pertama nifas.
4. Bagi Pasien
Memberikan asuhan kebidanan diharapkan ibu hamil lebih mengerti akan
pentingnya pemeriksaan antenatal untuk mengetahui komplikasi secara dini, dan
memeriksakan secara rutin ke tenaga kesehatan. Mempersiapkan proses laktasi
mulai dari hamil sampai dengan nifas secara baik dan benar, sehingga dapat
menyuseskan Asi Ekslusif.

vi
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Kehamilan
1. Fisiologi Kehamilan
a. Pengertian Kehamilan
Kehamilan yang dihitung sejak Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)
hingga dimulainya persalinan sejati yang menandai awal periode antepartum.
Kehamilan adalah suatu keadaan di dalam rahim seorang wanita terdapat hasil
konsepsi (pertemuan ovum dan spermatozoa). Kehamilan merupakan suatu
proses yang alamiah dan fisiologis. Setiap wanita yang memiliki organ
reproduksi sehat yang telah mengalami menstruasi dan melakukan hubungan
seksual dengan seorang pria yang organ reproduksinya sehat sangat besar
kemungkinannya akan mengalami kehamilan (Yanti, 2017).
Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya
kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari), dihitung dari
hari pertama haid terkhir. Kehamilan didefinisikan sebagai suatu proses yang
diawali dengan penyatuan dari spermatozoa dengan ovum (fertilisasi) dan
dilanjutkan dengan implantasi hingga lahirnya bayi, yang lamanya berkisar 40
minggu atau 10 bulan atau 9 bulan (Widatiningsih, 2017).
b. Perubahan Fisiologi dan Psikologi
1) Perubahan Fisiologi dalam kehamilan
a) Rahim atau Uterus
Selama kehamilan uterus akanberadaptasi untuk menerima dan
melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan.
Pembesaran uterus meliputi peregangan dan penebalan sel otot,
sementara produksi miosit yang baru sangat terbatas.Bersamaan dengan
hal itu terjadi akumulasi jaringan sel ikat dan elastic, terutama pada
lapisan otot luar. Kerja sama tersebut akan meningkatkan kekuatan
dinding uterus. Daerah korpus pada bulan – bulan pertama akan
vi
menebal, tetapi seiring dengan bertambahnya usia kehamilan akan
menipis.
Pada akhir kehamilan ketebalannya hanya berkisar 1,5 cm bahkan
kurang. Pada awal kehamilan penebalan uterus distimulasi oleh hormon
estrogen dan sedikit progesteron. Pada awal kehamilan tuba falopi,
ovarium dan ligamentum rotundum berada sedikit di bawah apeks
fundus, sementara pada akhir kehamilan akan berada sedikit diatas
pertengahan uterus.
Posisi plasenta juga akan mempengaruhi penebalan sel otot
uterus, dimana bagian uterus yang mengelilingi tempat implantasi
plasenta akan bertambah besar lebih cepat sehingga membuat uterus
tidak rata. Seiring dengan perkembangan kehamilannya. Daerah fundus
dan korpus akan membulat dan akan menjadi bentuk seperti pada usia
kehamilan 12 minggu. Pada akhir kehamilan 12 minggu uterus akan
terlalu besar dalam rongga pelvis dan seiring perkembangannya, uterus
akan menyentuh dinding abdominal, mendorong usus kesamping atas,
terus tumbuh hingga hampir menyentuh hati. Pada kahir kehamilan otot
– otot uterus bagian atas akan berkontraksi sehingga segmen bawah
uterus akan melebar dan menipis (Yulizawati, 2017).
b) Serviks uteri
Satu bulan setelah kondisi serviks akan menjadi lebih lunak dan
kebiruan. Perubahan ini terjadi akibat penambahan vaskularisasi dan
terjadi edema dapat seluruh serviks, bersamaan dengan terjadinya
hipertrofi dan hyperplasia pada kelenjar serviks. Serviks merupakan
organ yang kompleks dan heterogen yang mengalami perubahan yang
luar biasa selama kehamilan dan persalinan. Bersifat seperti katup yang
bertanggung jawab menjaga janin dalam uterus sampai akhir kehamilan
dan selama persalinan (Yulizawati, 2017).
c) Vagina dan Vulva
Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia
terlihat jelas pada kulit dan otot-otot diperineum dan vulva, sehingga
vi
vagina akan terlihat berwarna keunguan. Perubahan ini meliputi
mukosa dan hilangnya sejumlah ikat dan hipetrofi pada sel – sel otot
polos. Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang merupakan
persiapan untuk mengalami peregangan pada saat persalinan dengan
meningkatnya ketebalan mukosa, mengendornya jaringan ikat, dan
hipetrofi sel otot polos (Yulizawati, 2017).
d) Sistem Darah
Volume darah semakin meningkat dimana jumlah serum darah
lebih banyak dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi semacam
pengenceran darah (hemodilusi) dengan puncaknya pada umur hamil 32
minggu. Serum darah (volume darah) bertambah sebesar 25%
sampai30% sedangkan sel darah bertambah sekitar 20% (Fatimah,
2017).
e) Sistem Pernapasan
Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk
dapat memenuhi kebutuhan oksigen. Disamping itu juga terjadi desakan
diafragma, karena dorongan rahim yang membesar pada
umurkehamilan 32 minggu (Fatimah, 2017).
f) Sistem Pencernaan
Karena pengaruh estrogen pengeluaran asam lambung meningkat,
dapat menyebabkan terjadinya mual dan sakit atau pusing kepala pada
pagi hari, yang disebut moming sickness, muntah yang disebut emesis
gravidarum, sedangkan muntah yang berlebihan sehingga mengganggu
kehidupan sehari-hari disebut hiper emisis progesteron juga
menimbulkan gerak usus makin berkurang dan dapat menyebabkan
obstipasi (Fatimah, 2017).
g) Perubahan pada Kulit
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi
Karena pengaruh melanophone stimulating hormone lobus anterior dan
pengaruh kelenjar supranelis hiperpigmentasi ini terjadi pada striae

vi
gravidarum livide atau alba, aerola papilla mamae, pada pipi (Cloasma
gravidarum) (Fatimah, 2017).
2) Perubahan Psikologis dalam kehamilan
a) Trimester I
Segera setelah konsepsi kadar hormon progestron dan estrogen
dalam tubuh akan meningkat dan ini menyebabkan timbulnya mual dan
muntah pada pagi hari, lemah, lelah dan membesarnya payudara lbu
merasa tidaksehat dan sering kali membenci kehamilannya Banyak ibu
yang merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan dan kesedihan.
Seringkali, biasanya pada awal kehamilannya, ibu berharap tidak hamil.
Pada trimester pertama seorang ibu akan selalu mencari tanda-tanda untuk
lebih meyakinkan bahwa dirinya memang hamil. Setiap perubahan yang
terjadi pada tubuhnya akan selalu diperhatikan dengan seksama. Karena
perutnya masih kecil, kehamilan merupakan rahasia seorang ibu yang
mungkin diberitahukannya kepada orang lain atau dirahasiakannya
(Fatimah, 2017).
b) Trimester II
Trimester kedua biasanya adalah saat ibu merasa sehat, tubuh ibu
sudah terbiasa dengan kadar hormon yang lebih tinggi dan rasa tidak
nyaman karena hamil sudah berkurang perut ibu belum terlalu besar
sehingga belum dirasakan sebagai beban, ibu menerima kehamilannya dan
mulai dapat menggunakan energi dan pikiran nya secara lebih konstruktif.
Pada trimester ini pula ibu dapat merasakan gerakan bayinya. Banyak ibu
yang merasa terlepas dari rasa kecemasan dan rasa tidak nyaman seperti
yang dirasakannya pada trimester pertama dan merasakan meningkatnya
libido (Fatimah, 2017).
c) Trimester III
Trimester ketiga seringkali disebut periode menunggu dan waspada
sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya.
Gerakanbayi dan membesarnya perut merupakan 2 hal yang mengingatkan
ibu akan bayinya. Kadang kadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya
vi
akan lahir sewaktu waktu. Ini menyebabkan ibu meningkatkan
kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan gejala akan terjadinya
persalinan. Ibu seringkali merasa khawatir atau takut kalau-kalau bayi
yang akan dilahirkannya tidak nomal. Kebanyakan ibu juga akan bersikap
melindungi bayinya dan akan menghindari orang atau benda apa saja yang
dianggapnya membahayakan bayinya. Seorang ibu mungkin mulai merasa
takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu
melahirkan. Rasa tidak nyaman akibat kehamilan pada trimester ketiga dan
banyak ibuyang merasa dirinya aneh dan jelek. Ibu mulai merasa sedih
karena akan berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang
diterima selama hamil. Pada trimester inilah ibu memerlukan keterangan
da ndukungan dari suami keluarga dan bidan (Fatimah, 2017).

2. Proses Laktasi Kehamilan

a. Laktasi
Laktasi adalah proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI. Menyusui
dimulai dari setelah bayi lahir atau dikenal dengan Inisiasi Menyusui Dini
(IMD).ASI yang keluar diawali oleh keluarnya colostrum (kuning) 2 – 3 hari
(Wahyuningsih, 2019).
b. Payudara
Payudara adalah salah satu organ reproduksi dan merupakan kumpulan
kelenjar sekresi yang terdiri atas jaringan glandular, fungsi utama payudara
pada masa reproduksi karena payudara matur dapat menjalankan produksi ASI
dengan baik apabila mendapatkan stimulasi dan kondisi yang tepat selama
kehamilan dan persalinan (Astuti, 2016).
Ada 3 bagian payudara yaitu :
1) Korpus (badan payudara)
Korpus adalah bagian melingkar yang mengalami pembesaran pada
payudara atau bisa disebut dengan badan payudara. Sebagian besar
badan payudara terdiri dari kumpulan jaringan lemak yang dilapisi
oleh kulit (Deswani, 2018).
vi
2) Areola
Areola merupakan bagian hitam yang mengeliligi putting susu. Ada
banyak kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan kelenjar susu. Kelenjar
sebasea berfungsi sebagai pelumas pelindung bagi areola dan puting
susu. Bagian areola inilah yang akan mengalami pembesaran selama
masa kehamilan dan menyusui (Deswani, 2018).

3) Puting Susu (papilla)


Puting susu terletak dibagian tengah areola yang sebagian besar
terdiri dari serat otot polos, berfungsi untuk membantu putting agar
terbentuk saat distimulasi (Deswani, 2018).

Gambar 2.1 : Bentuk Putting


Sumber : Deswani, 2018

c. Perawatan Payudara
Perawatan payudara perlu dipersiapkan sejak sebelum bayi lahir sehingga
dapat segera berfungsi dengan baik pada saat diperlukan. Pengurutan
payudara untuk mengeluarkan sekresi dan membuka duktus dan sinus
laktiferus (Saifuddin, 2014).

vi
Adapun cara/tekhnik perawatan payudara sebagai berikut :
1) Persiapan alat dan bahan :
a) Minyak kelapa/baby oil dalam wadah.
b) Kapas atau kasa beberapa lembar.
c) Handuk kecil 2 buah.
d) Waskom 2 buah (isi air hangat/dingin).
e) Nierbekken.
2) Persiapan Pasien
Sebelum melakukan perawatan payudara terlebih dahulu dilakukan
persiapan pasien dengan memberitahukan kepada ibu apa yang akan
dilaksanakan. Sedangkan petugas sendiri persiapannya mencuci tangan
terlebih dahulu.
3) Langkah Tugas (Pelaksanaan)
a) Basahi kapas/kasa dengan minyak kelapa/baby oil, kemudian
bersihkan putting susu dengan kapas/kasa tersebut hingga kotoran
disekitar areola dan puting terangkat.
b) Tuang minyak kelapa sedikit di kedua telapak tangan kemudian
ratakan dikedua payudara.
c) Cara pengurutan (massage) payudara :
1) Dimulai dengan gerakan melingkar dari dalam keluar, gerakan
ini diulang sebanyak 20-30 kali selama lima menit.
2) Selanjutnya lakukan gerakan sebaliknya yaitu mulai dari dalam
ke atas, ke samping, ke bawah hingga menyangga payudara
kemudian dilepas perlahan-lahan.
3) Tangan kiri menopang payudara kiri, tangan kanan mengurut
payudara dari pangkal atau atas kearah puting. Lakukan
gerakan selanjutnya dengan tangan kanan menopang payudara
kiri, tangan kanan menopang payudara kanan kemudian tangan
kiri mengurut dengan cara yang sama. Dengan menggunakan
sisi dalam telapak tangan sebanyak 20-30 kali selama lima
menit.
vi
4) Telapak tangan kiri menopang payudara kiri, tangan kanan
digenggam dengan ujung kepalan tangan, lakukan urutan dari
pangkal kearah puting.
d) Rangsangan payudara dengan pengompresan memakai washlap air
hangat dan dingin secara bergantian selama lebih kurang 5 menit.
Setelah selesai keringkan payudara dengan handuk kecil,
kemudian pakai BH khusus untuk menyusui.
e) Mencuci tangan (Rini, 2017).
d. Nutrisi Selama Hamil
1) Kalori
Jumlah kalori yang diperlukan bagi ibu hamil untuk setiap harinya
adalah 2500 kalori (Saifuddin, 2014)
2) Protein
Jumlah protein yang diperlukan oleh ibu hamil adalah 85 gram per
hari, sumber protein tersebut dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan
(kacang-kacangan) atau hewani (ikan, ayam, keju, telur dan susu).
Difisiensi protein dapat menyebabkan kelahiran prematur, anemia dan
edema (Saifuddin, 2014)
3) Kalsium
Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 gram per hari. Kalsium
dibutuhkan untuk pertumbuhan janin, terutama bagi pengembangan
otot dan rangka. Sumber kalsium yang mudah diperoleh adalah susu,
keju, yogurt, dan kalsium karbonat. Defisiensi kalsium dapat
menyebabkan riketsia pada bayi osteomolasia pada ibu (Saifuddin,
2014)
4) Zat besi
Metabolisme yang tinggi pada ibu hamil memerlukan kecukupan
oksigenisasi jaringan yang diperoleh dari pengikatan dan pengantaran
oksigen melalui hemoglobin didalam sel-sel darah merah. Untuk
menjaga konsentrasi hemoglobin yang normal, diperlukan asupan zat
besi bagi ibu hamil dengan jumlah 30 mg/hari terutama setelah
vi
trimester kedua, untuk mencegah anemia dan risiko saat persalinan
(perdarahan persalinan) dengan lebih banyak makan telur , roti, buah-
buahan dan sayuran hijau, daging segar, sereal, kacang-kacangan
(Saifuddin, 2014).
5) Asam folat
Selain zat besi, sel-sel darah merah juga memerlukan asam folat
bagi pematanagn sel. Jumlah asam folat yang dibutuhkan oleh ibu
hamil adalah 400 mikrogram per hari, sumber asam folat yang baik
dikonsumsi antara lain sperti hati, brokoli dan sayuran berwarna hijau
(Saifuddin, 2014).
e. Kandungan ASI
ASI mengandung komponen makronutrien dan mikronutrien. Komponen
yang termasuk makronutrien adalah karbohidrat, protein, dan lemak,
sedangkan mikronutrien mencakup vitamin, mineral dan hampir tersusun 90%
air.
Hal yang harus diketahui adalah ASI memiliki beberapa tahapan pada saat
menyusui yang dijelaskan pada tabel berikut :
Tabel 2.1 : Tahapan ASI
Kolostrum ASI Transisi ASI Matang
Definisi Kolostrum merupakan ASI Peralihan ASI yang
cairan pertama yang dari kolostrum berwarna putih
keluar dan berbentuk ke ASI dan dan
kekuning-kuningan warnanya mulai merupakan
yang lebih kental dari memutih makanan
ASI Matang lengkap untuk
bayi
Produksi Produksi kolostrum Diproduksi Foremilk
dimulai pada masa mulai dari merupakan
kehamilan sampai berhentinya ASI yang
beberapa hari setelah produksi keluar pada
kelahiran kolostrum awal bayi
sampai kurang menyusu dan
lebih dua hindmilk
minggu setelah keluar setelah
melahirkan permulaan let-
down
Kandungan Mengandung kadar Kandungan Foremilk
tinggi immunoglobulin protein dalam mengandung
A (IgA) pasif bagi ASI transisi vitamin,
vi
bayi. Kolostrum ini semakin protein, dan
juga berfungsi sebagai menurun, tinggi akan air,
pencahar untuk namun sedangkan
membersihkan saluran kandungan hindmilk
pencernaan bayi baru lemak, laktosa, mengandung
lahir dan vitamin lemak empat
larut air sampai lima
semakin kali lebih
meningkat banyak dari
foremilk
Sumber : (Astuti, 2017)

B. Persalinan
1. Fisiologi Persalinan
a. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah rangkaian peristiwa keluarnya bayi yang sudah cukup
berada dalam rahim ibunya, dengan disusul oleh keluarnya plasenta dan selaput
janin dari tubuh ibu. Dalam ilmu kebidanan, ada berbagai jenis persalinan, di
antaranya adalah persalinan spontan, persalinan buatan, dan persalinan anjuran.
Persalinan spontan adalah persalinan yang berlangsung dengan adanya kekuatan
ibu melalui jalan lahirnya. Persalinan buatan adalah proses persalinan yang
dibantu dengan tenaga dari luar atau selain dari ibu yang akan melahirkan.
Tenaga yang dimaksud, misalnya ekstraksi forceps, atau ketika dilakukan
operasi sectio caesaria. Berbeda dengan persalinan anjuran, yaitu, proses
persalinan yang tidak dimulai dengan proses yang seperti biasanya, akan tetapi
baru berlangsung setelah pemevahan ketuban, pemberian pitocin, atau
prostaglandin (Fitriana, 2018).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun
ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran
janin yang teradi pada kehamilan cukup bulan (37-40 minggu) lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun janin. (Nurhayati, 2019).

vi
b. Tahapan proses persalinan
Pada persalinan normal dibagi menjadi 4 kala yang berbeda, yaitu :
1) Kala I
a) Pengertian Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan
pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm).
Persalinan kala I berlangsung 18 – 24 jam dan terbagi menjadi dua fase
yaitu :
(1) Fase laten persalinan
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan servix secara bertahap, pembukaan servix secara
bertahap, berlangsung lambat dari pembukaan 1-3 cm, lama 7-8
jam.Fase aktif persalinan
(2) Fase Aktif
Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi
adekuat/3 kali atau lebih dalam 10 enit dan berlangsung selama 40
detik atau lebih. Serviks membuka dari 4 ke 10, biasanya dengan
kecepatan 1 cm/lebih perjam hingga pembukaan lengkap (10 cm).
Terjadi penurunan bagian terbawah janin, berlangsung selama 6 jam
dan di bagi atas 3 fase yaitu :
(a) Periode akselerasi (Pembukaan 3-4 cm, lama 2 jam).
(b) Periode dilatasi maksimal, (Pembukaan 4-9 cm, lama 2 jam).
(c) Periode diselerasi, (Pembukaan 9-10 cm, lama 2 jam)
(Nurhayati, 2019).

2) Kala II
a) Pengertian Kala II
Persalinan kala II adalah proses pengeluaran buah kehamilan sebagai
hasil pengenalan proses dan penatalaksanaan pembukaan, batasan kala II,
dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir
dengan kelahiran bayi. Proses fisiologis kala II persalinan diartikan sebagai
vi
serangkaian peristiwa alamiah yang terjadi sepanjang periode tersebut dan
diakhiri dengan lahirnya bayi secara normal (dengan kekuatan ibu sendiri).
Proses ini biasanya berlangsung selama 2 jam pada primi dan 1 jam
multigravida. Kontraksi yang terjadi selama kala II adalah sering, kuat, dan
sedikit lebih lama yaitu kira-kira 2 menit yang berlangsung 60-90 detik.
Gejala dan tanda kala II juga merupakan mekanisme alamiah bagi ibu dan
penolong persalinan bahwa proses pengeluaran bayi sudah dimulai.
(Nurhayati, 2019).
b) Tanda dan gejala kala II
Tanda-tanda bahwa kala II persalinan sudah dekat adalah:
(1) Ibu ingin meneran.
(2) Perineum menonjol.
(3) Vulva vagina dan sphincter anus membuka.
(4) Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat.His lebih kuat dan lebih
cepat 2-3 menit sekali.
(5) Pembukaan lengkap (10 cm ).
(6) Pada Primigravida berlangsung rata-rata 1.5 jam dan multipara rata-rata
0.5 jam.
Pemantauan
(a) Tenaga atau usaha mengedan dan kontraksi uterus.
(b) Janin yaitu penurunan presentasi janin dan kembali normalnya detak
jantung bayi setelah kontraksi.
(c) Kondisi ibu (Nurhayati, 2019).
c) Mekanisme Persalinan Normal
(1) Engagement
(a) Masuknya Kepala ke dalam Pintu Atas Panggul
Pada primigravida, masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul
biasanya sudah terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan, tetapi pada
multigravida biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan.
Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya ditunjukkan
dengan sutura sagitalis yang berada di tengah-tengah jalan lahir, tepat di
vi
antara symphysis dan promontorium. Keadaan yang demikian dikatakan
kepala dalam keadaan synclitismus (Nurhayati, 2019).
Pada synclitismus os parietale depan dan belakang sama tingginya. Jika
sutura sagitalis agak ke depan mendekati symphysis atau agak ke
belakang mendekati promontorium, maka dikatakan kepala dalam
keadaan asinklitismus. Ada dua jenis asinklilismus, yaitu:
(1) Asinklitismus posterior :bila sutura sagitalis mendekati symphysis
dan os parietal belakang lebih rendah dari os parietal depan.
(2) Asinklitismus anterior :bila sutura sagitalis mendekati
promontorium sehingga os parietal lebih rendah dari os parietal
belakang.

Gambar 2.2 Mekanisme Persalinan


Sumber : (Marmi, 2016)

(b) Majunya Kepala


Pada primigravida, majunya kepala teljadi setelah kepala masuk ke dalam
rongga panggul dan biasanya baru mulai pada kala II. Pada multipara
sebaliknya majunya kepala dan masuknya kepala dalam rongga panggul
teljadi bersamaan. Majunya kepala ini bersamaan dengan gerakan-gerakan
yang lain, yaitu fleksi, putaran paksi dalam, dan ekstensi. Penyebab
majunya kepala, antara lain:
(1) Tekanan cairan intra uterin.
(2) Tekanan langsung oleh fundus pada bokong.
(3) Kekuatan mengejan.
(4) Melurusnya badan anak oleh perubahan bentuk rahim (Nurhayati,
2019).
vi
(2) Fleksi
Pada awal persalinan, kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan. Dengan
majunya kepala, biasanya fleksi juga akan bertambah. Pada pergerakan ini,
dagu dibawa lebih dekat ke arah dada janin sehingga ubun-ubun kecil lebih
rendah dari ubunubun besar. Kondisi ini disebabkan karena adanya tahanan
dari dinding serviks, dinding pelvis, dan lateral pelvis. Dengan adanya fleksi,
diameter suboccipito bregmatika (9,5cm) menggantikan diameter
suboccipitofrontalis (11cm) sampai di dasar panggul, biasanya kepala janin
berada dalam keadaan fleksi maksimal.
Fleksi disebabkan oleh:
1) Persendian leher, dapat berputar ke segala arah termasuk mengarah ke
dada.
2) Letak leher bukan di garis tengah, tetapi ke arah tulang belakang sehingga
kekuatan his dapat menimbulkan fieksi kepala.
3) Terjadi perubahan posisi tulang belakang janin yang lurus sehingga dagu
lebih menempel pada tulang dada janin.
4) Kepala janin yang mencapai dasar panggul dan menerima tahanan
sehingga memaksa kepala janin mengubah kedudukannya menjadi fleksi
untuk mencari lingkaran kecil yang akan melalui jalan lahir (Nurhayati,
2019).
(3) Desensus
Desensus adalah turunnya kepala di jalan lahir. Untuk menggambarkan
tingkat desensus digunakan istilah “station” (level spina ischiadica). “o
station” berarti bahwa puncak kepala telah mengalami desensus setinggi spina
ischiadica. Keadaan umum disebut sebagai engage oleh karena diameter
terbesar kepala sudah masuk ke pintu atas panggul. Bila puncak kepala sudah
berada di bawah ketinggian spina ischiadica, maka keadaan ini ditandai
dengan (+), seperti +2 yang berarti puncak kepala sudah berada 2 cm di bawah
spina ischiadica.

vi
Station -3 menunjukkan bahwa kepala masih “mengapung” dan station
yang lebih besar dari +3 menunjukkan bahwa kepala sudah mengalami
“crowning” dan siap untuk dilahirkan. Pada primigravida, engagemen (station
0 atau +1) umumnya sudah berlangsung beberapa hari atau beberapa minggu
menjelang persalinan. Pada multigravida, station -2, atau -3 sering terjadi
sampai menjelang persalinan atau bahkan saat dilatasi serviks sudah hampir
lengkap.
(4) Rotasi Dalam (Putaran Paksi Dalam)
Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian
rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan janin memutar ke depan dan
ke bawah symphysis. Pada presentasi belakang kepala, bagian yang terendah
ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutarkan ke
depan kc arah symphysis. Rotasi dalam berperan untuk menyelesaikan
persalinan, karena rotasi dalam merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan
posisi kepala dengan bentuk jalan lahir, khususnya bidang tengah dan pintu
bawah panggul.
(5) Ekstensi
Putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul, terjadilah
ekstensi atau defleksi dari kepala. Kondisi tersebut disebabkan karena sumbu
jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah kc depan atas, sehingga kepala
harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya. Apabila kepala yang fleksi
penuh pada waktu mencapai dasar panggul tidak melakukan ekstensi, maka
kepala akan tertekan pada perineum dan dapat menembusnya.
Subocciput yang tertahan pada pinggir bawah simfisis akan menjadi pusat
pemutaran (hypomochlion), maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas
perineum: ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut, dan dagu bayi dengan
gerakan ekstensi. (Nurhayati, 2019).
(6) Rotasi Luar (Putaran Paksi Luar)
Maka kepala bayi akan memutar kembali ke arah punggung anak untuk
menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam.
Gerakan ini disebut putaran restitusi (putaran balasan atau putaran paksi luar).
vi
Selanjutnya, putaran dilanjutkan hingga belakang kepala berhadapan dengan
tuber isciadicum sepihak. Gerakan yang terakhir ini adalah putaran paksi luar
yang sebenarnya dan disebabkan karena ukuran bahu (diameter biacromial)
menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul.

(7) Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simfisis dan
menjadi hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Setelah kedua bayi
lahir, selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan searah dengan paksi jalan lahir.
Dengan kontraksi yang efektif, fleksi kepala yang adekuat, dan janin dengan
ukuran yang rata-rata, sebagian besar oksiput yang posisinya posterior berputar
cepat segera setelah mencapai dasar panggul, dan persalinan tidak begitu
bertambah panjang (Nurhayati, 2019).
3) Kala III
a) Pengertian Kala III
Pengertian Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban yang berlangsung tidak lebih dari
30 menit, disebut dengan kala uri atau kala pengeluaran plasenta, pada kala III
dilakukan Peregangan Tali pusat Terkendali (PTT) untuk mengeluarkan
plasenta dan dilanjutkan pemberian oksitosin untuk kontraksi uterus dan
mengurangi perdarahan (Legawati, 2018).
b) Tanda-tanda pelepasan plasenta :
Perubahan ukuran dan bentuk uterus, Uterus menjadi bundar dan uterus
terdorong ke atas karena plasentasudah terlepas dari Segmen Bawah Rahim,
Tali pusat memanjang, Semburan darah tiba-tiba (Legawati, 2018).
c) Fisiologi Kala III
Segera setelah bayi dan air ketuban sudah tidak lagi berada di dalam
uterus, kontraksi akan terus berlangsung dan ukuran rongga uterus akan
mengecil. Pengurangan dalam ukuran uterus ini akan menyebabkan
pengurangan dalam ukuran tempat melekatnya plasenta. Oleh karena tempat
melekatnya plasenta tersebut menjadi lebih kecil, makaplasenta akan menjadi
vi
tebal atau mengkerut dan memisahkan diri dari dinding uterus.Sebagian dari
pembuluh-pembuluh darah yang kecil akan robek saat plasenta lepas. Tempat
melekatnya plasenta akan berdarah terus hingga uterus seluruhnya
berkontraksi. Setelah plasenta lahir, dinding uterus akan berkontraksi dan
menekan semua pembuluh-pembuluh darah ini yang akan menghentikan
perdarahan dari tempat melekatnya plasenta tersebut.Sebelum uterus
berkontraksi, wanita tersebut bisa kehilangan darah 350-360cc/menit dari
tempat melekatnya plasenta tersebut.Uterus tidak bisa sepenuhnya berkontraksi
hingga plasenta lahir dahulu seluruhnya.
d) Pemantauan Kala III
(1) Palpasi uterus untuk menentukan apakah ada bayi yang kedua. Jika ada
makatunggu sampai bayi kedua lahir.
(2) Menilai apakah bayi beru lahir dalam keadaan stabil, jika tidak rawat bayi
segera.(Legawati, 2018).
4) Kala IV
a) Pengertian Kala IV
Fisiologi persalinan kala IV adalah waktu setelah plasenta lahir sampai empat
jam pertama setelah melahirkan. Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan
berakhir dua jam setelah proses tersebut. (Yuzilawati, 2019).
Observasi yang harus dilakukan pada kala IV:
(a) Tingkat kesadaran.
(b) Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah.nadi dan pernafasan.
(c) Kontraksi uterus
(d) Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya
tidak melebihi 400 sampai 500 cc (Yuzilawati, 2019).
b) Pemantauan pada kala IV yaitu:
(1) Lakukan rangsangan taktil (seperti pemijatan) pada uterus, untuk
merangsang uterus berkontraksi.
(2) Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara melintang
antara pusat dan fundus uteri.
(3) Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.
vi
(4) Periksa perineum dari perdarahan aktif (misalnya apakah ada laserasi atau
episotomi).
(5) Evaluasi kondisi ibu secara umum.
(6) Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama kala IV persalinan di
halaman belakang partograf segera setelah asuhan diberikan atau setelah
penilaian dilakukan. (Yuzilawati, 2019).

2. Proses Laktasi Pada Proses Persalinan


a. Proses Pembentukan Laktogen
Proses pembentukan laktogen dimulai sejak kehamilan, yang meliputi
proses sebagai berikut :

Laktogenesis I
Pada fase terakhir kehamilan, payudara wanita memasuki fase
laktogenesis I. Payudara memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan kental
yang kekuningan. Pada saat itu, tingkat progesteron yang tinggi mencegah
produksi ASI sebenarnya. Namun, bukan merupakan masalah medis apabila
ibu hamil mengeluarkan kolostrum sebelum bayi lahir. Hal ini juga bukan
indikasi sedikit atau banyaknya produksi ASI setelah melahirkan nanti.
laktogenesis II
Saat melahirkan, keluarnya plasenta menyebabkan turunnya tingkat
hormon progesteron, estrogen, dan human placental lactogen (HPL) secara
tiba-tiba, tetapi hormon prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan produksi
ASI secara maksimal yang dikenal dengan fase laktogenesis II. Apabila
payudara dirangsang, level prolaktin dalam darah meningkat, memuncak dalam
periode 45 menit, kemudian kembali ke level sebelum rangsangan tiga jam
kemudian. Keluarnya hormon prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli
untuk memproduksi ASI. Hormon ini juga keluar dalam ASI itu sendiri.
Penelitian mengindikasikan bahwa level prolaktin dalam susu lebih tinggi
apabila produksi ASI lebih banyak, yaitu sekitar pukul 2 pagi hingga 6 pagi,
tetapi level prolaktin rendah saat payudara terasa penuh.

vi
Hormon lainnya, seperti insulin, tiroksin, dan kortisol terdapat dalam
proses ini, tetapi peran hormon tersebut belum diketahui. Penanda biokimiawi
mengindikasikan bahwa proses laktogenesis II dimulai sekitar 30-40 jam
setelah melahirkan, tetapi biasanya para ibu baru merasakan payudara penuh
sekitar 50-73 jam (2-3 hari) setelah melahirkan. Artinya, memang produksi
ASI sebenarnya tidak langsung setelah melahirkan.
Laktogenesis III
Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama
kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan. Ketika produksi ASI
mulai stabil, sistem kontrol autokrin dimulai. Fase ini dinamakan laktogenesis.
Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, maka payudara akan
memproduksi ASI dengan banyak pula. Penelitian berkesimpulan bahwa
apabila payudara clikosongkim secara menyeluruh juga akan meningkatkan
taraf produksi ASI. Dengan demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi
seberapa sering dan seberapa baik bayi mengisap, serta seberapa sering
payudara dikosongkan.

Proses Pengeluaran ASI


Menurut Shelov (2005), ketika bayi mengisap, beberapa hormon Yan berbeda
bekerja sama untuk menghasilkan air susu dan melepaskannya untuk diisap.
Gambar di bawah ini mengambarkan hal yang terjadi dalam tubuh ibu ketika
mulai menyusui.

Gambar 2.3 Proses Pengeluaran Asi

vi
Keterangan :
Gerakan isapan bayi merangsang serat saraf dalam puting. Serat saraf ini
membawa permintaan agar air susu melewati kolumna spinalis ke kelenjar
hipofisis dalam otak. Kelenjar hipohsis merespons pesan ini dengan
melepaskan hormon prolaktin dan oksitosin. Prolaktin merangsang payudara
untuk menghasilkan lebih banyak susu. Oksitosin merangsang kontraksi otot-
otot yang sangat kecil yang mengelilingi duktus dalam payudara. Kontraksi ini
menekan duktus dan mengeluarkan air susu ke dalam tempat penampungan di
bawah areola (Astutik, Reni Yuli, 2017).
b. Pengertian IMD
Inisiasi menyusui dini (IMD) pada bayi yang baru dilahirkan. Inisiasi
menyusui dini merupakan kemampuan bayi menyusu sendiri setelah lahir. Pada
prinsipnya inisiasi menyusui dini merupakan kontak langsung antara kulit ibu
dan kulit bayi, yaitu dengan cara menengkurapkan bayi di dada atau perut ibu
setelah seluruh badan dikeringkan (bukan dimandikan). Inisiasi menyusui dini
ini dapat dilakukan sekitar satu jam sampai bayi selesai menyusu. Inisiasi
menyusui dini mempunyai beberapa manfaat di antaranya adalah mendekatkan
kasih sayang antara ibu dan bayi. Inisiasi menyusui dini dapat menurunkan
risiko perdarahkan pada ibu setelah melahirkan. Selain itu bagi ibu, inisiasi
menyusui dini juga dapat menstimulasi bormon oksitosin yang dapat membuat
Rahim berkontraksi dalam proses pengecilan rahim kembali ke ukuran semula
(Meihartati, 2018).
lnisiasi menyusu dini mempunyai arti permulaan kegiatan menyusu dalam
satu jam pertama setelah bayi Iahir. Bayi menyusu pada ibunya, bukan disusui
ibunya ketika bayi baru saja lahir, yang dapat diartikan juga sebagai cara bayi
menyusu satu jam pertama setelah lahir dengan usaha sendiri bukan disusui.
Cara bayi meiakukan inisiasi menyusu dini ini dinamakan “the breast crawl”
atau merangkak mencari payudara (kemampuan alami yang ajaib). Inisiasi
menyusu dini dapat memunculkan refleks bayi untuk menyusu dan berperan
penting dalam menyusui ASI eksklusif. Bayi tidak akan kedinginan. karena bila
bayi kedinginan. suhu dada ibu akan meningkat hangat sampai 2 derajat, dan
vi
bila bayi kepanasan secara otomatis suhu dada ibu menurun sampai 1 derajat.
IMD memberikan motivasi yang sangat besar dan mengurangi kesulitan ibu
untuk menyusui. IMD juga berlaku untuk bayi yang lahir dengan tindakan,
misalnya dengan cara caesar atau vakum ekstraksi (Astuti, 2016).
c. Langkah – langkah IMD
Mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, serta bagian tubuh yang lainnya
kecuali kedua tangannya, karena bau cairan amnion pada tangan bayi akan
membantunya mencari puting ibu yang berbau sama. Memotong dan mengikat
tali pusat, kemudin bayi ditengkurapkan di perut ibunya dengan kepala bayi
menghadap ke kepala ibu. Adapun tahapan IMD yaitu :
1) Tahap pertama disebut istirahat siaga (rest/quite alert stage).
Dalam waktu 30 menit, biasanya bayi hanya akan terdiam, akan tetapi
jangan menganggap proses menyusu dini gagal bila setelah 30 menit sang
bayi tetap diam. Bayi jangan diambil, paling tidak 1 jam melekat.
2) Tahap kedua, bayi mulai mengeluarkan suara kecapan dan gerakan
menghisap pada mulutnya. Pada menit ke-30 sampai 40 ini, bayi
memasukkan tangannya ke mulut.
3) Tahapan ketiga, bayi mengeluarkan air liur. Namun, air liur yang menetes
dari mulut bayi jangan dibersihkan. Bau inilah yang dicium bayi. Bayi juga
mencium bau air ketuban ditangannya yang baunya sama dengan puting
susu ibunya.
4) Tahap keempat, bayi sudah mulai menggerakkan kakinya. Kaki mungilnya
menghentak untuk membantu tubuhnya bermanuver mencari puting susu.
Khusus tahap keempat, ibu juga merasakan manfaatnya. Hentakkan bayi di
perut bagian rahim membantu proses persalinan selesai, hentakkan itu
membantu ibu mengeluarkan ari – ari.
5) Pada tahap kelima, bayi akan menjilati kulit ibunya. Bakteri yang masuk
lewat mulut akan menjadi bakteri baik di pencernaan bayi. Jadi biarkan si
bayi melakukan kegiatan itu.

vi
6) Tahap terakhir adalah saat bayi menemukan puting susu ibunya. Bayi akan
menyusu untuk pertama kalinya. Proses sampai bisa menyusu bervariasi,
ada yang sampai 1 jam (Astuti, 2016).
d. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini
1) Dada Ibu menghangatkan bayi dengan tepat. Kulit Ibu akan menyesuaikan
suhunya dengan kebutuhan bayi. Kehangatan saat menyusu menurunkan
risiko kematian karena hipotermia (kedinginan).
2) Ibu dan bayi merasa lebih tenang, sehingga membantu pernapasan dan detak
jantung bayi lebih stabil. Dengan demikian, bayi akan lebih jarang rewel
sehingga mengurangi pemakaian energi.
3) Bayi memperoleh bakteri yang tidak berbahaya (bakteri baik) dari ASI ibu.
Bakteri baik ini akan membuat koloni di usus dan kulit bayi untuk menyaingi
bakteri yang lebih ganas dari lingkungan.
4) Bayi mendapatkan kolostrum (ASI pertama) yaitu cairan berharga yang kaya
antubodi (zat kekebalan tubuh) dan faktor pertumbuhan sel usus. Usus bayi
ketika dilahirkan masih mudah dilalui oleh kuman dan antigen lainnya. ASI
merupakan makanan separuh dicerna sehingga mudah ducerna dan diserap
oleh usus.
5) Antibodi dalam ASI penting untuk ketahanan terhadap infeksi, sehingga
menjamin kelangsungan hidup sang bayi. Bayi memperoleh ASI (makanan
awal) yang tidak menyebabkan alergi. Makanan lain selain ASI mengandung
protein yang bukan protein manusia (misalnya susu hewani), yang tidak dapat
dicerna dengan baik oleh usus bayi.
6) Bayi yang menyusu dini akan leblh berhasil menyusu ASI eksklusif dan
mempertahankan menyusu setelah 6 bulan.
7) Sentuhan, kuluman, dan jilatan bayi pada puting ibu akan merangsang
keluarnya hormon oksitosin. Hormon ini penting karena perannya dalam:
(a) Mengurangi perdarahan pascapersalinan dan mempercepat pengecilan
uterus.

vi
(b) Merupakan hormon yang membuat ibu menjadi tenang, relaks, dan
mencintai bayi. lebih kuat menahan sakit/nyeri (karena hormon
meningkatkan ambang nyeri), dan menimbulkan rasa sukacita/bahagia.
(c) Mengontraksikan otot-otot di sekeliling kelenjar ASI sehingga ASI dapat
terpencar keluar (Astuti, 2016).
8) Pada menit-menit ketika bayi merayap di perut dan dada ibunya. Bayi mulai
mengecap-ngecapkan bibir dan menjilati permukaan kulit Ibunya. sebuum
akhirnya berhasil mengisap area puting dan areola. Mengecap dan menjilati
permukaan kulit ibu sebelum mulai mengisap puting adalah cara alami bayi
mengumpulkan bakteri-bakteri baik yang ia perlukan untuk mambangun
sistem kekebalan tubuhnya layaknya suatu imunisasi alami (Astuti, 2016).
e. Laktasi Pada Persalinan
1) Melakukan inisiasi menyusui dengan benar.
2) Membantu ibu dibantu menyusui 30 menit setelah kelahiran dan ditunjukkan
cara menyusui yang baik dan benar, yakni tentang posisi dan cara melakatkan
bayi pada payudara ibu.
3) Membantu terjadinya kontak langsung antrara bayi-ibu selama 24 jam sehari
agar menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal.
4) Ibu nifas diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000Sl) dalam waktu
dua minggu setelah melahirkan (Setyowati, 2018).

C. Nifas
1) Fisiologi Nifas
a. Pengertian Nifas
Masa nifas (postpartum/puerperium) berasal dari bahasa latin yaitu dari
kata ”Puer” yang artinya bayi dan ”Parous” yang berarti melahirkan. Masa nifas
dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil, biasanya berlangsung selama 6 minggu atau 42
hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan.Masa nifas
merupakan masa penting bagi ibu maupun bayi baru lahir. Dalam masa nifas
perubahan besar terjadi dari sisi perubahan fisik, emosi, dan kondisi psikolog&is
vi
ibu. Penting sekali memahami perubahan apa yang secara umum dapat dikatakan
normal. sehingga setiap penyimpangan dari kondisi normal ini dapat segera
dikenal sebagai kondisi abnormal atau patologis (Astuti, 2016).
b. Perubahan Fisiologi
1) Sistem Reproduksi
a) Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya
kembali seperti sebelum hamil.
Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000 gr
(1) Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat
dengan berat uterus 750 gr.
(2) Satu minggu postpartum tinggi fundus uteri teraba pertengahan pusat
simpisis dengan berat uterus 500 gr.
(3) Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas
simpisis dengan berat uterus 350 gr.
(4) Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan berat
uterus 50 gr.

Gambar 2.4 Penurunan Tinggi Fundus Uteri pada Proses Involusi


(Sumber : Ningrum, 2015)

a) Uterus setelah Partus (b) Uterus 6 hari post partum (c) Uterus Norma
Gambar 2.5 Perubahan uterus pada pasien postpartum
(Sumber : Ningrum, 2015)
vi
b) Lochea
Lochea adalah cairat sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam
masa nifas.
Macam-macam lochea:
(1) Lochea rubra (cruenta):berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban,
sel-sel desidua, verniks kaseos, lanugo dan mekonium, selama 2 hari
postpartum.
(2) Lochea sanguinolenta: berwarna kuning berisi darah dan lendir, hari 3-7
pospartum.
(3) Lochea serosa: berwarna king cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-
14 postpartum.
c) Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali
kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur angsur
akan muncul kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol. Pada masa
nifas biasanya terdapat luka-luka pada jalan lahir. Luka pada vagina
umumnya tidak seberapa luas dan akan sembuh secara sembuh dengan
sendirinya. kecuali apabila terdapat infeksi. Infeksi mungkin menyebabkan
selulitis. Yang dapat menjalar sampai terjadi sepsis (Mansyur, 2014).
d) Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendor karena sebelumnya
teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke-5,
perinium sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap
lebih kendor dari pada keadaan sebelum hamil. (Mansyur, 2014).
e) Payudara
Kadar prolaktin yang disekresi oleh kelenjar hypofisis anterior meningkat
secara stabil selama kehamilan, tetapi hormon plasenta menghambat
reproduksi ASI. Setelah pelahiran plasenta, konsentrasi estrogen dan
progesterone menurun, prolaktin dilepaskan dan sintesis ASI dimulai.Suplai

vi
darah ke payudara meningkat dan menyebabkan pembengkakan vascular
sementara. Air susu, saat diproduksi, disimpan di alveoli dan harus
dikeluarkan dengan efektif dengan cara diisap oleh bayi untuk pengadaan dan
keberlangsungan laktasi. Pelepasan oksitosin dari kelenjar hipofisis posterior
distimulasi oleh isapan bayi. Hal ini menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel
di dalam payudara dan pengeluaran ASI.

f) Perubahan Sistem Pencemaan


Biasanya ibu akan mengalami keadaan konstipasi setelah persalinan. Hal ini
disebabkan karena pada waktu persalinan, alat percemaan mengalami tekanan
yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebihan
pada waktu persalinan, kurangnya asupan cairan dan makanan, serta
kurangnya aktifitas tubuh. Selain konstipasi, ibu juga mengalami aneroksia
akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi
perubahan sekresi, serta penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan
kurang nafsu makan. (Mansyur, 2014).
g) Perubahan Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan biasanya ibu akan sulit untuk buang air kecil. Hal
ini disebabkan terdapat spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih
sesudah bagian ini mengalami konpresi(tekanan) antara kepala janin dan
tulang pubis selama persalinan berlangsung. (Mansyur, 2014).
h) Perubahan Sistem Musculoskeletal
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan,
setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali
sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan men. jadi retrofleksi,
karena ligamen rotundum menjadi kendor. Stabilisasi secara sempuma terjadi
pada 6-8 minggu setelah persalinan. Sebagai akibat putusnya serat-serat
elastik kulit dan distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada
saat hamil, dinding abdomen masih lunak dan kendur untuk sementara waktu.
Pemulihan dibantu dengan latihan (Mansyur, 2014).
i) Pembahan Sistem Endokrin
vi
(1) Hormon plasenta
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. Human
Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan menetap
sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 postpartum dan sebagai onset
pemenuhan mamae pada hari ke-3 postpartum.
(2) Hormon pituitary
Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui
menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH meningkat pada fase
konsentrasi folikuler pada minggu ke-3, dan LH tetap rendah hingga
ovulasi terjadi.
(3) Hipotalamik Pituitary Ovarium
Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan memv pengaruhi
lamanya ia mendapatkan menstruasi. Seringkali menstruasi pertama itu
bersifat anovulasi'yang dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan
progesteron. Diantara wanita laktasi sekitar 15% memperoleh menstruasi
selama 6 minggu dan 45% setelah 12 minggu. Diantara wanita yang tidak
laktasi 40% menstruasi setelah 6 minggu, 65% setelah 12 minggu dan 90%
setelah 24 minggu. Untuk wanita laktasi 80% menstruasi pertama ovulasi
dan untuk wanita yang tidak laktasi 50% siklus pertama. (Mansyur, 2014).
j) Pembahan Sistem Kardiovaskuler
Selama kehamilan volume darah normal digunakan untuk me~ nampung
aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh
darah uterin. Penarikan kembali esterogen menyebabkan diuresis terjadi, yang
secara cepat mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal.
Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi.
Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300-400 cc. Bila
kelahiran melalui seksio sesarea, maka kehilangan darah dapat dua kali lipat.
Perubahan terdiri dari volume darah (blood volume) dan hematokrit
(haemoconcentration). Bila persalinan pervaginam, hematokrit akan naik dan
pada seksio sesaria, hematokrit cenderung stabil dan kembali nor. mal setelah
4-6 minggu (Mansyur, 2014).
vi
k) Perubahan Sistem Hematologi
Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan
plasma serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama
postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah
lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor
pembekuan darah. Leukositosis yang meningkat dimana jumlah sel darah
putih dapat mencapai 15000 selama persalinan akan tetap tinggi dalam
beberapa hari pertama dari masa postpartum. Iumlah sel darah putih tersebut
masih bisa naik lagi sampai 25000 atau 30000 tanpa adanya kondisi patologis
jika wanita tersebut mengalami persalinan lama.
Jumlah hemoglobine, hematokrit dan erytrosyt akan sangat bervariasi
pada awal-awal masa postpartum sebagai akibat dari volume darah, volume
plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah. Semua tingkatan ini
akan dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi wanita tersebtit. Kira-kira
selama kelahiran dan masa postpartum terjadi kehilangan darah sekitar 200-
500 ml. (Mansyur, 2014).
c. Adaptasi Perubahan Psikologi Nifas
Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang
juga mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari psikisnya. Ia mengalami
stimulasi kegembiraan yang luar biasa, menialam' proses eksplorasi dan
asimilasi terhadap bayinya, berada di bawah tekanan untuk dapat menyerap
pembelajaran yang diperlukan tentang apa yang harus diketahuinya dan
perawatan untuk bayinya, dan merasa tanggung jawab yang luar biasa sekarang
untuk menjadi seorang ”Ibu”.
Tidak mengherankan bila ibu mengalami sedikit perubahan perilaku dan
sesekali merasa kerepotan. Masa ini adalah masa rentan yang terbuka untuk
bimbingan dan pembelajaran.

vi
Reva Rubin membagi periode ini menjadi 3 bagian, antara lain:
1) Periode ”Taking In”
(a) Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada umumnya
pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan
tubuhnya.
(b) Ia mungkin akan mengulang-ulang menceritakan pengalamannya waktu
melahirkan.
(c) Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mengurangi gangguan
kesehatan akibat kurang istirahat.
(d) Peningkatan nutrisi dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan dan
penyembuhan luka, serta persiapan proses laktasi aktif.
(e) Dalam memberikan asuhan, bidan harus harus dapat memfasilitasi
kebutuhan psikologis ibu. Pada tahap ini, bidan dapat menjadi pendengar
yang baik ketika ibu menceritakan pengalamannya. Berikan juga
dukungan mental atau apresiasi atas hasil perjuangan ibu sehingga dapat
berhasil melahirkan anaknya. Bidan harus dapat menciptakan suasana
yang nyaman bagi ibu sehingga ibu dapat dengan leluasa dan terbuka
mengemukakan permasalahan yang dihadapi pada bidan. Dalam ha] ini,
sering tejadi kesalahan dalam pelaksanaan perawatan yang dilakukan
oleh pasien terhadap dirinya dan bayinya hanya karena kurangnya jalinan
komunikasi yang baik antara pasien dan bidan (Astuti, 2016)
2) Periode ”Taking Hold”
(a) Periode ini berlangsung pada hari ke 2-4 psot partum.
(b) Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orang tua yang
sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi.
(c) Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, BAB, BAK, serta
kekuatan dan ketahanan tubuhnya.
(d) Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan perawatan bayi,
misalnya menggendong, mamandikan memasang popok, dan sebagainya.
(e) Pada masa ini, ibu biasanya agak sensitif dan merasa tidak mahir dalam
melakukan hal-hal tersebut.
vi
(f) Pada tahap ini, bidan harus tanggap terhadap kemungkinan perubahan
yang terjadi.
(g) Tahap ini merupakan waktu yang tepat bagi bidan untuk memberikan
bimbingan cara perawatan bayi, namun harus selalu di perhatikan teknik
bimbingannya, jangan sampai menyinggung perasaan arau membuat
perasaan ibu tidak nyaman karena ia sangat sensitif. Hindari kata ”jangan
begitu” atau ”kalau kayak gitu salah” pada ibu karena hal itu akan sangat
menyakiti perasaanya dan akibatnya ibu akan putus asa untuk mengikuti
bimbingan yang bidan berikan.
3) Periode ”Letting Go”
(a) Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Periode ini pun
sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh
keluarga.
(b) Ibu mangambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi dan ia hams
beradaptasi dengan segala kebutuhan bayi yang sangat tergantung padanya.
Hal ini menyebabkan berkurangnya hak ibu, kebebasan, dan hubungan
social.
(c) Depresi Post Partum umumnya terjadi pada periode ini. (Astuti, 2016)

2) Proses Laktasi Pada Masa Nifas


a) Pengertian ASI Eksklusif
ASI adalah makanan alamiah berupa cairan dengan kandungan gizi yang
cukup dan sesuai dengan kebutuhan bayi, sehingga bayi tumbuh dan
berkembang dengan baik. Asi Ekslusif adalah bayi sejak lahir usia 0-6 bulan
hanua diberi ASI saja tanpa makanan atau minuman. (Jamayanti, 2015).

b) Fisiologi Pengeluaran ASI


Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat komplek antara
rangsangan mekanik, saraf dan bermacam – macam hormon. Pengaturan
hormon terhadap pengeluaran ASI, dapat dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu

vi
1) Pembentukan kelenjar payudara.
(a) Masa Kehamilan
Pada permulaan kehamilan terjadi peningkatan yang jelas dari –
duktus yang baru, percabangan – percabangan dan lobulus, yang
dipengaruhi oleh hormon – hormon plasenta dan korpus luteum.
Hormon – hormon yang ikut membantu mempercepat pertumbuhan
adalah prolaktin, laktogen plasenta, karionik gonadotropin, insulin,
kortisol, hormon tiroid, hormon paratoroid, hormon pertumbuhan.
(b) Pada 3 bulan Kehamilan.
Prolaktin dari adenohipofise / hipofise anterior mulai merangsang
kelenjar air susu untuk menghasilkan air susu yang disebut kolostrom.
Pada masa ini pengeluaran kolostrum masih dihambat oleh estrogen
dan progesterone, tetapi jumlah prolaktin meningkat hanya aktifitas
dalam pembuatan kolostrum yang ditekan. Pada Trimester Kedua
Kehamilan. Laktogen plasenta mulai merangsang untuk pembuatan
kolostrum. Keaktifan dari rangsangan hormon – hormon terhadap
pengeluaran air susu telah didemontrasikan kebenaranya bahwa
seorang Ibu yang melahirkan bayi berumur 4 bulan dimana bayinya
meninggal, tetap keluar kolostrum.
(c) Pembentukan Air Susu.
Pada seorang Ibu yang menyusui dikenai 2 reflek yang masing-
masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu:
Ada 2 refleks yang sangat dipengaruhi oleh keadaan jiwa ibu, yaitu:
(1) Refleks Prolaktin
Pada waktu bayi menghisap payudara ibu, ibu menerima
rangsangan neurohormonal pada putting dan areola, rangsangan
ini melalui nervus vagus diteruskan ke hypophysa lalu ke lobus
anterior, lobus anterior akan menga luarkan hormon prolaktin
yang masuk melalui peredaran darah sampai pada kelenjar-
kelenjar pembuat ASI dan merangsang untuk memproduksi ASI.

vi
(2) Refleks Let Down
Refleks ini mengakibatkan memancamya ASI keluar, isapan bayi
akan merangsang putting susu dan areola yang dikirim lobus
posterior melalui nervus vagus, dari glandula pituitary posterior
dikeluarkan hormon oxytosin ke dalam peredaran darah yang
menyebabkan adanya kontraksi otot-otot myoepitel dari saluran
air susu, karena adanya kontraksi ini maka ASI akan terperas ke
arah ampula.

2) Pemeliharaan Pengeluaran Air


Susu Hubungan yang utuh antara hipotalamus dan hipofise akan mengatur
kadar prolaktin dan oksitosin dalam darah. Hormone ini sangat perlu untuk
pengeluaran permulaan dan pemeliharaan penyediaan air susu selama
menyusui. Bila susu tidak dikeluarkan akan mengakibatkan berkurangnya
sirkulasi darah kapiler yang menyebabkan terlambatnya proses menyusui.
Berkurangnya rangsangan menyusui oleh bayi misalnya kekuatan isapan
yang kurang, frekuensi isapan yang kurang dan singkatnya waktu
menyusui ini berarti pelepasan prolaktin yang cukup untuk
mempertahankan pengeluaran air susu mulai sejak minggu pertama
kelahiran. (Jamayanti, 2015).
c) Komposisi ASI
1) Komposisi ASI berubah menurut stadium penyusuan (kolostrum, susu
peralihan, susu matur) yang sesuai dengan kebutuhan bayi pada stadium
itu, dan tidak dapat ditiru  dengan pemberian susu formula. Komposisi zat-
zat yang terkandung dalam ASI adalah karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, mineral dan air dengan komposisi yang seimbang dan sesuai
dengan kebutuhan bayi. ASI mengandung 200 zat gizi dan memberikan
kekebalan buat bayi hingga 20 kali lipat. Zat-zat itu antara lain putih telur,
lemak, protein, karbohidrat, vitamin, mineral, hormon pertumbuhan,
berbagai enzim dan zat kekebalan (Yulaikhah, 2015).

vi
Tabel 2.2 Komposisi ASI

No Kandungan Kolostrum ASI transisi ASI matur


1. Energi (kg/kal) 57,0 63,0 65,0
2. Laktosa (gr/100 ml) 6,5 6,7 7,0
3. Lemak (gr/100 ml) 2,9 3,6 3,8
4. Protein (gr/100 ml) 1,195 0,965 1,324
5. Mineral (gr/100 ml) 0,3 0,3 0,2
6. Ig A (gr/100 ml) 335,9 - 119,6
7. Ig G (gr/100 ml) 5,9 - 2,9
8. Ig M (gr/100 ml) 17,1 - 2,9
9. Lisosin (gr/100 ml) 14,2-16,4 - 24,3-27,5
10. Laktoferin 420-520 - 250-270
2) Zat gizi di dalam ASI
(a) Zat hidrat Arang
Zat hidrat arang dalam ASI dalam bentuk laktosa yang jumlahnya
akan berubah-ubah setiap hari menurut kebutuhan tumbuh kembang bayi.
Misalnya, hidrat arang dalam kolostrum untuk tiap 100 ml ASI adalah 5,3
g, dalam ASI peralihan 6,42 g, ASI hari ke-9 adalah 6,72 g, ASI hari ke-30
adalah 7 g, ASI minggu ke-34 adalah 7,11 g. Rasio jumlah laktosa dalam
ASI dan PASI adalah 7:4 yang berarti ASI terasa lebih manis bila
dibandingkan dengan PASI (pengganti ASI).
Produk dari laktosa adalah galaktosa dan glukosamin. Galaktosa
merupakan nutrisi vital untuk pertumbuhan jaringan otak dan juga
merupakan kebutuhan nutrisi medulla spinalis, yaitu untuk pembentukan
mielin (selaput pembungkus sel saraf). Dari hasil penelitian, semakin
tinggi kadar laktosa dari jenis susu mamalia, semakin besar pertumbuhan
otaknya. Laktosa sangat diperlukan untuk pertumbuhan juga merupakan
sumber kalori bagi serabut saraf otak. Laktosa meningkatkan penyerapan
kalsium fosfor dan magnesium yang sangat penting untuk pertumbuhan
tulang, terutama pada masa bayi untuk proses pertumbuhan gigi dan
perkembangan tulang. Hasil pengamatan terhadap bayi yang mendapat
ASI eksklusif menunjukkan rata-rata pertumbuhan gigi sudah terlihat pada

vi
bayi  berusia 5 atau 6 bulan, dan gerakan  motorik kasarnya lebih cepat.
(Yulaikhah, 2015).
(b) Protein
Protein ASI merupakan bahan baku untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Protein ASI sangat cocok karena unsur protein di
dalamnya hampir seluruhnya terserap oleh sistem pencernaan bayi. Hal ini
disebabkan oleh protein ASI merupakan kelompok protein whey (protein
yang bentuknya lebih halus). Kelompok whey merupakan protein yang
sangat halus, lembut, dan mudah dicerna. Sedangkan komposisi protein
yang ada dalam Air Susu Sapi (ASS) adalah kelompok kasein yang kasar,
bergumpal, dan sangat sukar dicerna oleh usus bayi.
(c) Lemak
Kadar lemak dalam ASI pada  mulanya rendah kemudian
meningkat jumlahnya. Lemak ASI berubah kadarnya setiap kali diisap
oleh bayi yang terjadi secara otomatis. Komposisi lemak pada lima menit
pertama isapan akan berbeda pada 10 menit kemudian. Kadar lemak pada
hari pertama berbeda dengan hari kedua dan akan berubah menurut
perkembangan bayi dan kebutuhan energi yang dibutuhkan bayi.
(d) Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap, walaupun kadarnya relatif
rendah, tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. Zat besi dan
kalsium di dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan
jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Walaupun jumlah kecil tetapi
dapat diserap secara keseluruhan dalam usus bayi. Berbeda dengan Air
Susu Sapi  yang jumlahnya tinggi, tetapi sebagian besar harus dibuang
melalui sistem urinaria maupun pencernaan karena tidak dapat dicerna.
Hal ini sangat membebankan ginjal bayi. Kadar mineral yang tidak diserap
akan memperberat kerja usus bayi untuk mengeluarkan, mengganggu
keseimbangan (ekologi) dalam usus bayi, dan meningkatkan pertumbuhan
bakteri merugikan yang akan mengakibatkan kontraksi usus bayi tidak

vi
normal sehingga bayi kembung, gelisah karena obstipasi atau gangguan
metabolisme.
(e) Vitamin
ASI mengandung vitamin yang lengkap. Vitamin cukup untuk 6
bulan sehingga tidak perlu ditambah kecuali vitamin K karena bayi baru
lahir ususnya belum mampu membentuk vitamin K. Oleh karena itu, perlu
tambahan vitamin K pada hari pertama, ketiga dan ketujuh. Vitamin K1
dapat diberikan oral (Yulaikhah, 2015).

d) Cara Mengatasi Puting Datar dan ke Dalam

Gambar 2.6 Puting susu datar


Sumber : (Yanti, 2015)

1) Tentukan tingkat keparahan puting datar yang Anda alami. Buka pakaian


Anda dan berdiri di depan cermin. Pegang payudara di bagian pinggir
areola (area gelap yang mengelilingi puting) dengan jempol dan telunjuk,
lalu tarik puting keluar sekitar satu inci. Lakukan dengan perlahan-lahan.
Dari reaksi puting, Anda bisa menentukan sampai sejauh mana puting
Anda masuk ke dalam. (Mansyur, 2015).
2) Teknik Hoffman. Letakkan kedua ibu jari di kedua sisi dasar puting.
Lalu, perlahan-lahan renggangkan kedua ibu jari menjauhi satu sama
lain. Lakukan dengan arah horizontal dan vertikal. (Mansyur, 2015).

vi
Gambar 2.7 Teknik Hoffman
Sumber : (Nurwiandani, 2015)

(a) Lakukan dua kali sehari, lalu secara bertahap tingkatkan jadi lima kali
sehari.
(b) Teknik ini dipercaya mampu memecah daya lekat di bagian dasar
puting yang membuatnya jadi melesak ke dalam.
3) Putar-putar puting Anda di antara ibu jari dan telunjuk beberapa kali
sehari. Tarik puting perlahan-lahan ketika sedang tegak untuk
membuatnya tetap berada di posisi demikian. Setelah itu, basahi handuk
dengan air dingin dan usapkan ke puting untuk menstimulasinya lebih jauh
(Rahayu, 2016).
4) Pompa payudara. Jika Anda sedang hamil atau menyusui, gunakan pompa
untuk meregangkan jaringan di daerah puting.

Gambar 2.8 Pompa payudara


Sumber : (Ramos, 2015)

1) Letakkan ujung pompanya di sekitar payudara dan pastikan puting


Anda tepat berada di tengah-tengah. Ujung pompa bisa ditemukan
dalam berbagai ukuran, jadi jenis apa pun yang Anda pilih, pastikan
bentuknya benar-benar pas di puting.

vi
2) Tahan ujung pompa tadi di sekitar payudara untuk memastikan
permukaannya menempel di kulit.
3) Pegang ujungnya atau pegang botol pompanya dengan satu tangan,
setelah itu mulailah memompa.
4) Pompa payudara dengan tekanan yang terasa nyaman untuk Anda.
5) Setelah itu, matikan mesin pemompa, pegang kedua botol di hadapan
Anda dengan satu tangan, dan matikan pompanya dengan tangan
satunya.
6) Jika Anda menyusui, segera berikan puting ke bayi saat sedang
mencuat tegak.
7) Jangan memompa terlalu sering jika Anda sedang menyusui, karena
itu justru akan membuat susu mengalir terus-terusan (Rahayu, 2016).
5) Niplette adalah alat yang mampu memanjangkan saluran susu dengan cara
menarik puting setegak mungkin. Alat ini bentuknya kecil dan terbuat dari
plastik transparan, dipasang di sekitar puting. Gunakan sebelum memakai
bra.

Gambar 2.9 Niplette


Sumber : (Nurwiandani, 2015)

1) Aplikasikan pelembap secukupnya ke daerah puting dan areola sebelum


memakai Niplette.
2) Pasang katup ke botol suntik, dan dorong dengan perlahan.
3) Posisikan Niplette di sekitar puting dengan satu tangan, dan tarik botol
suntiknya dengan tangan yang lain, membuat gerakan menghisap.
Jangan menarik terlalu keras untuk menghindari rasa sakit.
vi
4) Saat puting sudah tertarik keluar, lepaskan Niplette.
5) Pegang katupnya dan lepaskan dari botol suntik. Lakukan ini dengan
hati-hati sehingga tidak ada udara yang masuk lagi, yang bisa
menyebabkan Niplette jatuh.
6) Kenakan Niplette di bawah pakaian. Jika Anda mengenakan atasan
ketat, Niplette bisa disamarkan dengan menggunakan penutup khusus.
7) Lepas Niplette dengan cara menarik botol suntik ke katupnya untuk
menghentikan proses tarikan.
8) Mulai gunakan Niplette satu jam tiap hari. Lalu tingkatkan
pemakaiannya dari satu jam ke delapan jam tiap harinya.
9) Jangan menggunakan Niplette siang malam.
10) Dalam 3 minggu, Anda akan lihat hasilnya puting akan mengisi cetakan
di katup dengan sempurna tanpa harus ditarik lagi (Rahayu, 2016).
e) Manfaat pemberian ASI
1) Manfaat ASI untuk bayi :
(a) Nutrien (zat gizi) dalam ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.
Zat yang terdapat dalam ASI antara lain lemak, karbohidrat, protein,
garam, mineral serta vitamin. ASI memberikan seluruh kebutuhan
nutrisi dan energy selama 1 bulan pertama, dan 1/3 nutrisi atau lebih
selama tahun kedua.
2) ASI mengandung zat protektif
Dengan adanya zat protektif yang terdapat dalam ASI, maka bayi jarang
mengalami sakit. Zat-zat protektif tersebut antara lain :
(a) Laktobasilus bifidus (mengubah laktosa menjadi asam laktasi dan
asam asetat, yang membantu memberikan keasaman pada
pencernaan sehingga menghambat pertumbuhan mikroorganisme).
(b) Laktoferin, mengikat zat besi sehingga membantu menghambat
pertumbuhan kuman.
(c) Lisozim, merupakan enzim yang memecah dinding bakteri dan anti
inflamatori bekerjasama dengan peroksida dan askorbat untuk
menyerang E-coli dan salmonela. Menghancurkan dinding sel
vi
bakteri, terdapat dalam ASI dalam konsentrasi 5000 kali lebih
banyak dari susu sapi.
(d) Komplemen C3 dan C4. Membuat daya opsenik.
(e) Faktor anti streptokokus, melindungi bayi dari kuman streptokokus.
(f) Antibodi dan Tidak menimbulkan alergi.
(g) Imunitas seluler, ASI mengandung sel-sel yang berfungsi membunuh
dan memfagositosis mikroorganisme, membentuk C3 dan C4,
lisozim dan laktoferin.(Yulizawati, 2019)
3) Manfaat ASI untuk Ibu
(a) Dilepasnya Oksitosin selamakeluarnya ASI menyebabkan uterus
berkontraksi, sehingga memperkuat involusi uterus kembali ke
keadaan sebelum kehamilan dan mengurangi perdarahan pada
periode postpartum.
(b) Memperkuat perasaan kelekatan dan relaksasi karena dilepasnya
oksitosin dan proklaktin.
(c) Menyusui merupakan cara yang relatif mudah untuk memberi
makanan bayi tidak perlu membawa botoldan susu formula saat
berpegian tidak perlu mencuci dan membersihkan botol serta ujung
dot setelah membersihkan dot.
(d) Dapat menurunkan risiko osteoporosis.
(e) Biaya menjadi lebih efektif dibandingkan dengan pemberian susu
formula.(Ramos, 2017)
f) Cara memerah ASI dengan tangan
1) Gunakan wadah yang terbuat dari plastik atau bahan metal untuk
menampung ASI.
2) Cuci tangan terlebih dahulu dan duduk dengan sedikit mencondongkan
badan ke depan.
3) Payudara dipijat dengan lembut dari dasar payudara ke arah puting susu.
4) Rangsang puting susu dengan ibu jari dan jari telunjuk anda.
5) Letakkan ibu jari di bagian atas sebelah luar areola (pada jam 12) dan jari
telunjuk serta jari tengah di bagian bawah areola (pada jam 6).
vi
6) Tekan jari-jari ke arah dada, kemudian pencet dan tekan payudara di
antara jari-jari, lalu lepaskan, dorong ke arah puting seperti mengikuti
gerakan mengisap bayi. Ulangi hal ini berulang-ulang.
7) Hindari menarik atau memeras terlalu keras. Bersabarlah, mungkin pada
awalnya akan memakan waktu yang agak lama.
8) Ketika ASI mengalir lambat, gerakkan jari di sekitar areola dan
berpindah-pindah tempat, kemudian mulai memerah lagi.
9) Ulangi prosedur ini sampai payudara menjadi lembek dan kosong.
10) Menggunakan kompres hangat atau mandi dengan air hangat sebelum
memerah ASI akan membantu pengeluaran ASI (Wahyuningsih, 2018)

g) Penyimpanan ASI
1) ASI perah disimpan dalam lemari pendingin atau menggunakan portable
cooler bag.
2) Untuk tempat penyimpanan ASI, berikan sedikit ruangan pada bagian
atas wadah penyimpanan karena seperti kebanyakan cairan lain, ASI
akan mengembang bila dibekukan.
3) ASI perah segar dapat disimpan dalam tempat/wadah tertutup selama 6-8
jam pada suhu ruangan (26ºC atau kurang). Jika lemari pendingin (4ºC
atau kurang) tersedia, ASI dapat disimpan di bagian yang paling dingin
selama 3-5 hari, di freezer satu pintu selama 2 minggu, di freezer dua
pintu selama 3 bulan dan di dalam deep freezer (-18ºC atau kurang)
selama 6 sampai 12 bulan.
4) Bila ASI perah tidak akan diberikan dalam waktu 72 jam, maka ASI
harus dibekukan.
5) ASI beku dapat dicairkan di lemari pendingin, dapat bertahan 4 jam atau
kurang untuk minum berikutnya, selanjutnya ASI dapat disimpan di
lemari pendingin selama 24 jam tetapi tidak dapat dibekukan lagi.
6) ASI beku dapat dicairkan di luar lemari pendingin pada udara terbuka
yang cukup hangat atau di dalam wadah berisi air hangat, selanjutnya

vi
ASI dapat bertahan 4 jam atau sampai waktu minum berikutnya tetapi
tidak dapat dibekukan lagi.
7) Jangan menggunakan microwave dan memasak ASI untuk mencairkan
atau menghangatkan ASI.
8) Sebelum ASI diberikan kepada bayi, kocoklah ASI dengan perlahan
untuk mencampur lemak yang telah mengapung.
9) ASI perah yang sudah diminum bayi sebaiknya diminum sampai selesai,
kemudian sisanya dibuang (Wahyuningsih, 2018)

h) Cara memilih botol penyimpanan ASI yang berkualitas


1) Botol berbahan kaca dan tutup karet
Botol penyimpanan ASI yang pertama adalah berbahan kaca dan memiliki
tutup karet yang digunakan saat menyimpan ASI. Menyimpan ASI dengan
menggunakan botol kaca buktinya akan bertahan lebih lama jika
dibandingkan dengan botol berbahan plastik. Hal ini dikarenakan tidak
mudah terkontaminasi bakteri dan menggunakan botol kaca akan lebih
aman dan tidak mudah kotor.
2) Botol bahan kaca dan tutup plastik
Botol bahan kaca dan memiliki tutup plastik juga akan menjadi botol tahan
lama seperti halnya botol kaca dengan tutup karet. Menggunakan botol
kaca dengan tutup plastik akan membuat botol tidak mudah bocor dan juga
dapat menghemat tempat.
3) Botol berbahan plastik keras
Jenis botol yang terakhir adalah botol berbahan keras. Botol dengan bahan
plastik keras hanya dapat disimpan dalam satu kali pemakaian saja. Hal ini
dikarenakan bahan plastik kertas akan mudah bocor sehingga anda harus
menambahkan wadah lain sebagai lapisnya misalnya anda dapat
menggunakan box lalu diletakkan di stabilizer (Wahyuningsih, 2018).
i) Faktor penghambat ketika menyusui
Faktor kendala ketika menyusui dibedakan menjadi 2 yakni :

vi
1) Faktor eksternal terkait segala sesuatu yang tidak akan terjadi bila faktor
Internal dapat dipenuhi oleh ibu, misalnya ASI belum keluar pada hari-hari
pertama setelah kelahiran bayi, sehingga ibu berfikir untuk memberikan
susu formula kepada bayi, sebenarnya hal tersebut tidak perlu terjadi bila
ibu-ibu dapat menjalankan manajemen laktasi dengan baik atau berhasil.
2) Faktor Internal.
Faktor Internal sangat mempengaruhi keberhasilan menyusui bayi
diantaranya ialah kurangnya pengetahuan yang terkait penyusuan, karena
tidak mempunyai pengetahuan yang memadai, ibu tidak mengerti tentang
cara menyusui yang tepat, manfaat ASI, berbagai dampak yang akan
ditemui bila ibu tidak menyusui bayinya dengan benar (Astuti, 2016).

j) Pijat Oksitosin

Gambar 2.10 Teknik pijat oksitosin


(Sumber: Perinasia, 2014)

Pijat oksitosin adalah suatu tindakan pemijatan tulang belakang mulai dari
nervus ke 5-6 sampai scapula yang akan mempercepat kerja saraf parasimpatis
untuk menyampaikan perintah ke otak bagian belakang sehingga oksitosin
keluar. Mempercepat penyembuhan luka bekas implantasi plasenta, mencegah
perdarahan, serta memperbanyak produksi ASI. Pijat stimulasi oksitosin untuk
ibu menyusui berfungsi untuk merangsang hormon oksitosin agar dapat
memperlancar ASI dan meningkatan kenyamanan ibu.
Teknik pijat oksitosin adalah sebagai berikut.
1) Menstimulasi puting susu: bersihkan puting susu ibu dengan menggunakan
kassa yang telah dibasahi air hangat, kemudian tarik putting susu ibu secara

vi
perlahan. Amati pengeluaran ASI.
2) Mengurut atau mengusap payudara secara perlahan, dari arah pangkal
payudara ke arah puting susu.
3) Penolong pemijatan berada di belakang pasien, kemudian licinkan kedua
telapak tangan dengan menggunakan baby oil. Pijat leher, posisikan tangan
menyerupai kepalan tinju. Lakukan pemijatan ini sebatas leher selama 2 –
3 menit.
4) Pijat punggung belakang ibu (sejajar daerah payudara) menggunakan ibu
jari. Tekan kuat membentuk gerakan melingkar kecil – kecil. Lakukan
gerakan sebatas tali bra selama 2 – 3 menit.
5) Kemudian, telusuri kedua sisi tulang belakang, posisikan kedua tangan
menyerupai kepalan tinju dan ibu jari menghadap kearah atas atau depan.
6) Amati respon ibu selama tindakan.(Wahyuningsih, 2018)
k) Mekanisme Menyusui
Beri yang sehat mempunyai tiga refleks intrinsic yang dibutuhkan agar menyusui
berhasil.
1) Reflek mencari ( Rooting Reflex )
Payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut
merupakan rangsangan yang menimbulkan reflek mencari pada bayi. Ini
menyebabkan kepala bayi berputar menuju putting susu yang menempel tadi
diikuti dengan membuka mulut dan kemudian putting susu ditarik masuk ke
dalam mulut.
2) Reflek menghisap ( Sucking Reflex )
Putting susu yang sudah masuk ke dalam mulut dengan bantuan lidah, putting
susu ditarik lebih jauh dan rahang rnenekan kalang payudara dibelakang
putting susu yang pada saat itu sudah terletak pada langit - langit keras.
Dengan tekanan bibir dan gerakan rahang secara berirama, maka gusi akan
menjepit kalang payudara dan sinus laktiferus, sehingga air susu akan
mengalir ke puting susu, selanjutnya bagian belakang lidah menekan putting
susu pada langit - langit yang mengakibatkan air susu keluar dari putting

vi
susu. Cara yang dilakukan oleh bayi, tidak akan menimbulkan cedera pada
putting susu.
3) Reflek menelan (swallowing reflek )
Pada saat air susu keluar dari putting susu, akan disusul dengan gerakan
menghisap yang ditimbulkan oleh otot - otot pipi, sehingga pengeluaran air
susu akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme menelan masuk ke
lambung. Keadaan akan berbeda bila bayi diberi susu botol dimana rahang
mempunyai peranan sedikit di dalam menelan dot botol, sebab susu mengalir
dengan mudah dari lubang dot. Dengan adanya gaya berat, yang disebabkan
oleh posisi botol yang dipegang kearah bawah dan selanjutnya dengan adanya
isapan pipi, yang semuanya ini akan membantu aliran susu, sehingga tenaga
yang diperlukan oleh bayi untuk menghisap susu menjadi minimal (Legawati,
2015).
l) Cara Menyusui yang Benar
1) Pastikan ibu dan bayi berada dalam kondisi rileks dan nyaman.
Posisi kepala bayi harus lebih tinggi dibandingkan tubuhnya, hal ini
dimaksudkan agar bayi lebih mudah menelan. Ibu dapat menyangga dengan
tangan ataupun mengganjal dengan bantal. Kemudian, tempatkan hidung bayi
sejajar dengan puting. Hal ini akan mendorong bayi membuka mulutnya.
2) Mendekatkan bayi ke payudara.
Ketika bayi mulai membuka mulutnya dan ingin menyusu, maka dekatkan
bayi ke payudara ibu. Tunggu hingga mulutnya terbuka lebar dengan posisi
lidah ke arah bawah. Jika bayi belum melakukannya, ibu dapat membimbing
bayi dengan dengan menyentuh lembut bagian bawah bibir bayi dengan
puting susu ibu
3) Perlekatan yang benar.
Posisi perlekatan terbaik bayi menyusui yaitu mulut bayi tidak hanya
menempel pada puting, namun pada area bawah puting payudara dan selebar
mungkin. Perlekatan ini merupakan salah satu syarat penting dalam cara
menyusui dengan benar. Tanda bahwa perlekatan sudah baik yaitu ketika ibu

vi
tidak merasakan nyeri saat bayi menyusu dan bayi memperoleh ASI yang
mencukupi. Ibu dapat mendengarkan saat bayi menelan ASI.
4) Membetulkan posisi bayi
Jika ibu merasa nyeri, lepas perlekatan dengan memasukan jari kelingking ke
dalam mulut dan letakkan di antara gusinya. Gerakan ini akan membuatnya
berhenti menyusu sementara Anda bisa menyesuaikan posisi bayi. Kemudian,
coba lagi untuk perlekatan yang lebih baik. Setelah perlekatan sudah benar,
umumnya bayi akan dapat menyusu dengan baik.
5) Waktu menyusu.
Bayi menyusu sekitar 5 hingga 40 menit, tergantung kebutuhannya. Untuk
bayi yang baru lahir, biasanya bayi perlu disusui setiap 2–3 jam dengan
dengan waktu menyusu 15–20 menit setiap kalinya. Umumnya dibutuhkan
beberapa waktu untuk adaptasi ibu dan bayi, agar proses menyusui berjalan
lancar. (Ramos, 2017)
m) Posisi Menyusui
Posisi menyusui yang akan dibahas di sini yaitu
1) Posisi berbaring
(a) Kepala dan badan bayı dalam satu garis lurus.
(b) Wajah bayi menghadap payudara dan hidung menghadap puting.
(c) Ibu memegang bayı dekat pada ibu.
(d) Pada bayi baru lahir, ibu memegang tubuh bayi tidak hanya kepala dan
bahunya, tetapi sampai ke bokong bayi

Gambar 2.11 Posisi Menyusui dengan berbaring


(Sumber : Astuti, 2016)

vi
2) Posisi menyusui sambil duduk
Ibu dipastikan duduk dengan nyaman dan santai pada kursi yang rendah,
blasanya kursi yang disertai sandaran lebih baik. Apabila kursinya agak
Tinggi, maka diperlukan kursi untuk meletakkan kaki ibu. Posisi menyusui
dengan ASI yang memancar (penuh) Bayi ditengkurapkan di atas dada ibu
dengan tangan ibu sedikit menahan kepala bayi. Pada posisi ini bayi tidak
akan tersedak (Maternety, 2018)

Gambar 2.12 Posisi Menyusui sambil duduk


(Sumber : Astuti, 2016)
3) Posisi menyusui bayi kembar
Ibu dapat menyusui sekaligus dua bayi, yaitu dengan posisi seperti memegang
bola (footballposition), Jika ibu menyusui bersama-sama, maka bayi
sebaiknya menyusu pada payudara secara bergantian, jangan menetap pada
satu payudara. Walaupun footballposition merupakan cara yang baik, namun
ibu sebaiknya mencoba posisi lainnya secara berganti-ganti, dan yang penting
adalah menyusui bayi lebih sering (Maternety, 2018)

Gambar 2.13 Posisi menyusui bayi kembar


(Sumber : Astuti, 2016)
vi
4) Posisi menyusui dengan ASI yang memancar (penuh)
Bayi ditengkurapkan diatas dada ibu dengan tangan ibu sedikit makan
menahan kepala bayi. Pada posisi ini bayi tidak tersedak. (Maternety, 2018).

Gambar 2.14 Posisi menyusui bayi bila ASI penuh


(Sumber : Astuti, 2016)

n) Makanan Khusus Untuk Meningkatkan ASI


Beberapa makanan yang dapat meningkatkan pasokan ASI di antaranya
oatmeal, bawang putih, serta jahe. Ienis sayuran yang dapat meningkatkan
pasokan ASI di antaranya adalah daun ubi jalar, daun katuk, daun kelor, serta
daun pepaya muda. Sayuran ini mengandung provitamin A yang tinggi serta
protein.
1. Daun ubi jalar
Ubi jalar (Ipomea batatas) merupakan tanaman yang mudah ditemukan di
Indonesia. Penggunaan daun ubi jalar untuk meningkatkan produksi ASI sudah
diterapkan di negara lain, misalnya di Thailand, tetapi di Indonesia masih
belum populer. Daun ubi jalar memiliki serat yang tinggi dan komponen
bioaktif yang bersifat laktagogum yaitu bisa meningkatkan produksi ASI.
Selain itu, juga mengandung karotenoid, zat besi, provitamin A, dan protein
2. Daun Katuk
Penelitian yang menyatakan bahwa katuk [Sauropus androgynus ( L) Merr]
efektif meningkatkan ASI pernah dimuat dalam jurnal Media Litbang
Kesehatan volume XIV No. 3 tahun 2004. Dalam jurnal tersebut, disebutkan
bahwa ibu menyusui yang sejak hari kedua setelah melahirkan diberi ekstrak
vi
daun katuk sebanyak 3 x 300 mg setiap hari selama 15 hari berturut-turut,
maka produksi ASI meningkat sebanyak 50,7%. Selain itu, daun katuk
mengandung protein, lemak, kalium fosfor, besi, vitamin A, B1, dan C yang
lengkap. Kandungan nutrisi inilah yang membuat daun katuk melancarkan ASI
dengan berperan mencukupi asupan nutrisi. Tanaman yang daunnya bersifat
dingin dan manis ini juga mengandung flavonoid, saponin, dan tanin.
Kandungan tersebut menyebabkan daun katuk juga berperan sebagai
antidemam, melancarkan air seni (diuretic), dan membersihkan darah, sehingga
baik untuk ibu yang baru melahirkan. Sebaiknya, konsumsi daun katuk yang
telah dimasak. Perebusan daun katuk dapat menghilangkan sifat racun
(antiprotozoa) yang terkandung di dalamnya
3. Daun kelor
Pohon kelor (Moringa oleivera) adalah pohon yang mudah tumbuh di daerah
tropis dan diduga berasal dari daerah sekitar Nepal dan India. Di Indonesia,
pohon ini tumbuh di mana-mana dan banyak ditanam oleh petani sebagai pagar
atau batas kebun karena pohon ini memang awet hidup walaupun pada musim
kemarau panjang sekalipun. Di Kamboja, Filipina, India Selatan, dan Afrika,
daun kelor sudah banyak dimanfaatkan. Keunggulan daun kelor terletak pada
kandungan nutrisinya yang luar biasa, terutama golongan mineral dan Vitamin.
Setiap 100 g daun kelor mengandung 3.390 SI vitamin A, yaitu dua kali lebih
tinggi dari bayam dan 30 kali lebih tinggi dari "buncis. Daun kelor juga tinggi
kalsium, sekitar 440 mg/ 100 g, serta fosfor 70 mg/ 100 g. Kandungan gizi
inilah yang menyebabkan daun kelor sebagai salah satu tumbuhan yang bisa
memperlancar produksi ASI.
4. Daun pepaya muda
Tumbuhan pepaya ( Carica papaya L) berasal dari Meksiko dan Amerika
Selatan. Nama pepaya di Indonesia diambil dari bahasa Belanda yaitu papaja
yang pada akhirnya mengambil bahasa Arawak yaitu papaya. Berdasarkan
penelitian para ahli, daun pepaya diketahui mengandung 35 mg/100 mg
tocophenol. Sementara itu, daun pepaya muda juga diketahui banyak
mengandung zat alkaloid dan enzim papain. Enzim ini identik dengan getah
vi
berwarna putih kental. Fungsi dari enzim ini adalah untuk memecah protein
sebab mempunyai sifat proteolitik. Sementara itu, pada daun pepaya yang
sudah tua, senyawa yang dominan justru fenolik. Daun pepaya mengandung
tiga varian enzim yakni papain, khimoprotein, dan lisozim. Mencermati
kandungan daun pepaya yang kompleks ini, maka tidak mengherankan jika
banyak testimoni kesehatan yang menyatakan keampuhan daun pepaya dalam
menyembuhkan beberapa penyakit serta melancarkan produksi ASI. Rasa pahit
pada daun pepaya disebabkan oleh kandungan senyawa alkaloid karpainnya
(C14H25NO2) (Reni, 2017).

Berdasarkan penelitian tentang efektivitas rebusan daun katuk (sauropus


androgynus) dan ekstrak daun katuk terhadap kecukupan ASI pada ibu me-
nyusui di wilayah kerja Puskesmas Kuta Baro Aceh Besar Tahun 2018
terhadap 20 orang responden ibu menyusui dengan membagi dua kelompok
yaitu 10 responden kelompok rebusan daun katuk dan 10 responden
kelompok ekstrak daun katuk yang telah dilaksanakan pada tanggal 15 Juli s/d
23 September 2018 di wilayah kerja Puskesmas Kuta Baro maka dapat
disimpulkan bahwa : Dari 10 responden ibu menyusui yang telah dilakukan
intervensi rebusan daun katuk ternyata di- dapatkan hasil bahwa rata-rata
kenaikan berat badan bayi untuk memenuhi kecukupan ASI sebanyak 259
gram, dan intervensi ekstrak daun katuk rata-rata ke- naikan berat badan bayi
untuk memenuhi kecukupan ASI sebanyak 182 gram. Terdapat perbandingan
yang signifikan terhadap kenaikan berat badan bayi pada ibu menyusui setelah
diberikan rebusan daun katuk dan ekstrak daun katuk dengan p value
0,000 (Yuliastuti, 2019).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden tidak
bekerja sebanyak 30 orang (75%). Diawal proses menyusui responden yang
mengalami masalah diantaranya 17 orang (37,5%) puting lecet dan 15 orang
(42,5%) pengeluaran ASI belum lancar. Dari 40 orang responden, sebelum
diberikan intervensi susu kedelai sebanyak 14 orang (35%) mengeluh ASI-nya
sedikit lancar. Peningkatan produksi ASI sesudah diberikan susu kedelai

vi
sebanyak 35 orang (77,5%) dengan kategori ASI sangat lancar dan 5 orang
(12,5%) ASI lancar. Hasil analisis bivariat dengan membandingkan nilai pre
dan posttest menunjukkan nilai p=0,000 (p<0,05). Simpulannya pemberian
susu kedelai berpengaruh positif terhadap peningkatan produksi ASI pada ibu
nifas (Puspitasari, Erika, 2018).

D. Bayi Baru Lahir


1. Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir normal (BBL) normal adalah bayi yang dilahirkan pada usia
kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dengan berat badan lahir 2500 gram
sampai dengan 4000 gram dengan nilai APGAR > 7 dan tanpa cacat bawaan.
Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahlran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterm kc kehldupan ekstra uterin. Tiga
faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi dun proses vital neonatus yaitu
maturasi, adaptasi dan toleransi. Empat aspek transisi pada bayi baru lahlr yang
paling dramatik dan cepat berlangsung adalah pada sistem pernafasan, sirkulasi,
kemampuan menghasilkan glukosa (Maternety, 2018).
Ciri – ciri bayi lahir normal
a) Berat badan 2.500-4.000 gr.
b) Panjang Badan 48-52 cm.
c) Lingkar dada 30-38 cm
d) Lingkar kepala 33-35 cm
e) Frekuensi jantung 120-160 kali/menit
f) Pernapasan ± 40-60 kali/menit(Maternety, 2018).

2. Kebutuhan Bayi Baru Lahir


a) Nutrisi
Pemberian makanan bayi di mulai sejak masih di dalam rahim ibu. Oleh karena
ini makanan yang baik selama kehamian sangat penting sehingga bayi lahir
dengan gizi yang baik. Setelah bayi lahir usahakan kontak dini antara ibu dan
vi
bayi untuk memungkinkan pemberian ASI. ASI adalah yang terbaik untuk bayi
karena selalu segar, sangat aman dan bebas infeksi, di buat secara ilmiah untuk
bayi, mudah dicerna, suhu tepat, mengandung beberapa antibodi, dan menolong
bayi menerima kasih sayang dari ibu. Pemberian ASI dilakukan pada satu jam
pertama setelah lahir, beri ASI sesering mungkin sesuai kebutuhan bayi 2-3 jam
sekali jangan di batasi, jangan beri empeng pada bayi yang di beri ASI, karena
dapat membuat bayi bingung puting atau bias sehingga bayi tidak mau diberi
ASI lagi, jangan memberi makanan lain selain ASI sampai berusia 6 bulan
(Farrer, 2015).
b) Imunisasi
Pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan suatu
kuman penyakit kedalam tubuh agar tahan terhadap penyakit yang sedang
mewabah atau berbahaya bagi seseorang (Martenity, 2018).
1) HB 0
0- 24 jam.
2) Hepatitis B
Memberi kekebalan aktif terhadap penyakit dan kerusakan hati. Hepatitis B
diberikan tiga kali, pertama dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dilanjutkan
saat bayi berumur 1 bulan, kemudian diberikan lagi saat 3-6 bulan.
(Maternety, 2018)
3) Imunisasi BCG
Memberikan kekebalan dan diberikan pada bayi sejak lahir, untuk mencegah
penyakit TBC (tubercolosis). Kekebalan yang diperoleh anak tidak mutlak
100%. Jadi kemungkinan anak memderita penyakit TBC ringan, tetapi
terhindar dari TBC berat-ringan, diberikan 1 kali (pada usia bulan)
(Maternety, 2018)
4) Polio
Polio dapat memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis dan
mencegah lumpuh layu pada tungkai kaki an lengan. Polio-0 diberikan saat
kunjungan pertama setelah lahir. Selanjutnya vaksin ini diberikan 3 kali, saat

vi
bayi berumur 2, 4, dan 6 bulan. Pemberian vaksin ini diulang pada usia 18
bulan dan 5 tahun. (Maternety, 2018)
5) DPT
DPT untuk mencegah penyakit Difteri, Tetanus, dan Pertusis, dan mencegah
infeksi HIB menyebabkan maningitis (radang selaput otak). Diberikan
pertama kali saat bayi berumur lebih dari enam minggu, lalu umur 4 dan 6
bulan. Ulangan DPT diberikan umur 18 bulan dan 5 tahun. Pada anak umur
12 tahun, imunisasi ini diberikan lagi dalam program BIAS SD kelas VI
(Maternety, 2018).
6) Campak
Campak untuk mencegah komplikasi radang paru, radang otak dan kebutaan.
Campak pertama kali diberikan saat anak umur 9 bulan. Campak-2 diberikan
pada usia 2 tahun dan campak ketiga diberikan usia 7 tahun (Maternety,
2018)
c) Kebutuhan tidur atau istirahat
Bayi perlu tidur atau istirahat  karena hal ini bermanfaat untuk :
1) Merangsang hormon pertumbuhan, meningkatkan nafsu makan, merangsang
metabolisme karbohidrat, lemak, dan  protein.
2) Merangsang pertumbuhan otot dan tulang
3) Merangsang perkembangan
(a) Umur 0-6 bulan, waktu tidur 20-18 jam 
(b) Umur 6-12 bulan, waktu tidur 18-16 jam. 
4) Pelayanan Kesehatan
Bayi perlu diperiksa secara teratur tujuannya untuk :
(a) mendeteksi secara dini dan menanggulangi bila ada penyakit dan
gangguan tumbuh-kembang.
(b) mencegah penyakit
(c) memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi.
d) Kebutuhan kasih sayang dan emosi
Sejak dalam kandungan bayi memerlukan ikatan yang erat, serasi dan selaras
dengan ibunya untuk menjamin tumbuh kembang fisik-mental dan piskososial
vi
bayi Hubungan orang tua dan anak sangat penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Kasih sayang orang tua yang rukun, bahagia dan sejatera
yang memberikan bimbingan, perlindungan dan rasa aman menjadikan tumbuh
dan berkembang secara optimal (Iriani, 2014).
e) Personal hygiene
Neonatus 0-28 hari, bayi baru lahir sebenarnya tidak langsung dimandikan, karena
dianjurkan bayi setelah 6 jam. Agar bayi tidak kehilangan panas dan berlebihan
sebelum 6 jam pasca, setelah 6 jam kelahiran bayi dimandikan agar bersih dan
segar, dan bayi dimandikan air hangat dan ruangan yang hangat agar suhu tidak
hilang dengan sendiri. Segera bersihkan bayi selesai BAB agar tidak terjadi iritasi
didaerah genetalian. Bayi baru lahir paling lambat berkemih 12-24 jam pertama
kelahirannya, BAK 8 kali sehari salah satu tanda bayi cukup nutrisi. Sehabis BAK
segere ganti popok agar tidak terjadi iritasi didaerah genetalia (Noordianti, 2018)
f) Keamanan
Bayi harus selalu di jaga baik dari trauma maupun dari infeksi, baik dari infeksi
karena ketidaksterilan ataupun infeksi nosokomial. Bayi harus dijaga dari trauma
dengan tidak meletakkan bayi sendiria tanpa pengaman, dan tidak meletakkan
barang-barang yang mungkin membahayakan di dekat bayi Pencegahan infeksi
diakukan dengan mencuci tangan sebelum memegang bayi, memastikan semua
peralatan sudah di desinfeksi tingkat tinggi atau steril, memasikan pakaian bayi
dalam keadaan bersih (Kurniarum, 2016).

vi
E. Keluarga berencana
1. Pengertian KB
Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma
(konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke
dinding rahim (Nugroho dan Utama, 2014).
2. Jenis-jenis Alat Kontrasepsi
Tabel 2.2 Jenis Alat Kontrasepsi
Jenis Alat Kontrasepsi
No. Jenis Indikasi Efek samping Penanganan
Alkon

1. Pil 1) Usia reproduksi 1) Amenorhoe Tidak perlu penanganan


2) Ibu yang menyusui tapi 2) Perdarahan khusus, cukup beri
tidak memberikan asi bercak atau stting konsling dan cara
ekslusif 3) Mual pusing dan minum pil dengan benar
3) Ibu yang siklus haid tidak muntah
teratur dan teratur
4) Riwayat kehamilan
ektopik
2. Suntik 1) Nulipara dan yang telah 1) Amenorhoe Tidak perlu penanganan
memiliki anak 2) Perdarahan khusus, cukup beri
2) Usia reproduksi, telah 3) Jerawat konsling dan beritahu
mempunyai anak 4) Perubahan berat apaila terjadi erdarahan
3) Ibu yang menyusui badan
4) Ibu post partum selama 3 bulan
5) Perokok konsultasi untuk
6) Nyeri haid yang hebat dan menggantikan KB jenis
ibu yang sering lupa lain
menggunakan kontrasepsi
pil
3. AKDR/I 1) Usia reproduktif, keadaan 1) Perdarahan Konsling pada beberapa
UD nullipara 2) Kram perut bulan pertama terjadi
2) Perokok 3) Benang AKDR perdarahan
3) Pasca abortus
4) Sedang memakai obat
5) Obesitas/ Kurus
6) Sedang menyusui
7) Tumor jinak payudara
8) Varises kaki dan
vulvaVarises kaki dan
vulva
4. Implant 1) Menyukai metode yang 1) Amenorhoe Lakukan konseling dan
tidak memerlukan 2) Perdarahan jelaskan pada daerah
tindakan setiap hari bercak atau insersi atau luka selalu
sebelum senggama, spotting. di bersihkan
misalnya keharusan 3) Infeksi pada
vi
minum pil daerah insersi menggunakan sabun lalu
2) Menghendaki metode 4) Berat badan berikan antiseptik dan
yang sangat efektif untuk bertmbah dan bisa antibiotik oral selama 7
jangka panjang turun
hari
3) Pasca persalinan dan tidak 5) Nyeri perut
menyusui bagian bawah

5. Sederha 1) Ingin segera mendapatkan 1) Menginginkan Buang dan pakai


na kontrasepsi kontrasepsi kondom baru atau pakai
2) Ingin kontrasepsi tambahan jangka panjang spermisisda digabung
3) Pria yang ingin 2) Alergi terhadap kondom. Jika dicurgai
berpertisipasi dalam program bahan dasar
KB kondom adanya kebocoran
4) Pria yang mempunyai 3) Tidak mau
riwayat penyakit genetalia terganggu
5) Sensitivitas penis pada dengan berbagai
vagina persiapan untuk
melakukan
hubungan
seksual
Sumber : Endang Th, 2015

BAB III
vi
METODE STUDI KASUS

A. Lokasi Dan Waktu


Lokasi merupakan tempat pengambilan kasus dilaksanakan. Lokasi Studi
kasus akan dilakukan di PMB “P” Kota Bengkulu.
Waktu laporan kasus merupakan perkiraan waktu untuk menyelesaikan. Studi
kasus akan dilakukan pada Tanggal 31 februari- 4 Maret.

B. Subjek Laporan Kasus


Subjek atau populasi yang ditetapkan oleh penulis untuk di pelajari dan ditarik
kesimpulannya, subjek studi kasus adalah ibu hamil TM III, yang memerlukan
Pemberian Edukasi dan Pendampingan Persiapan Laktasi di PMB “P” Kota
Bengkulu.

C. Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen Pengumpulan Data adalah alat bantu yang digunkan oleh peneliti
untuk mengumpulkan data penelitian.
Pada penulisan ini menggunakan instrumen untuk mendapatkan data yaitu
1. Buku KIA
2. Format catatan SOAP
3. Catatan Perkembangan
4. Kurva IMT
5. Pemeriksaan Penunjang
6. Partograf

vi
D. Teknik Dan Cara Pengumpulan Data
1. Data primer
Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dengan melakukan
sendiri pengumpulan terhadap objek (Ariani, 2014). Data primer diperoleh
dengan cara :
a) Pengkajian data Subjektif
b) Pemeriksaan fisik
(1) Inspeksi
Merupakan proses pengamatan atau obsevasi untuk mendeteksi masalah
kesehatan pasien. Pengamatan yang dilakukan mulai dari melihat keadaan
umum, kesadaran, rambut, wajah, ekstremitas, dan genetalia.
(2) Palpasi
Merupakan pemeriksaan dengan indra peraba, yaitu tangan, untuk
menentukan ketahanan, kekenyalan, kekerasan, tekstur dan mobilitas.
Palpasi pada pemeriksaan ini dilakukan dari muka untuk mengetahui
oedema pada muka, palpasi pada leher untuk mengetahui adanya
pembengkakan kelenjar tyroid, palpasi pada payudara, palpasi pada
abdomen untuk mengetahui tinggi fundus uteri, bagian punggung, bagian
kepala, bagian bokong, kontraksi dan gerakan janin.
(3) Auskultasi
Merupakan pemeriksaan dengan mendengakan bunyi yang dihasilkan oleh
tubuh melalui stetoskop, dopler dan linex (Ardhiyanti dkk, 2014).
Pemeriksaan auskultasi dilakukan untuk memeriksa denyut jantung janin
(DJJ).
(4) Perkusi
Merupakan pemeriksaan dengan melakukan pengetukan yang
menggunakan ujung-ujung jari pada bagian tubuh untuk mengetahui
ukuran, batasan, konsistensi organ-organ tubuh dan menentukan adanya
cairan dalam rongga tubuh.Pemeriksaan perkusi digunakan untuk reflek
patella.

vi
c) Wawancara
Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi
atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang
digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam.
Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap
muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai,
dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana
pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif
lama .Pada laporan kasus ini wawancara dilakukan pada pasien, keluarga,
dan tenaga kesehatan.
d) Observasi
Observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan,
kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan peneliti melakukan
observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau
kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu perilaku manusia,
dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu
melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut. Pada laporan kasus
ini observasi yang dilakukan adalah vital sign, DJJ, PPV, lochea, kontraksi
dan TFU.

2. Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang berasal dari olahan data primer. Data sekunder
biasanya didapatkan dari instansi pengumpul data seperti Badan Pusat Statistik,
Dinas Kesehatan, Rumah Sakit, Puskesmas (Ariani, 2014). Adapun data
sekunder meliputi :
a) Studi Dokumentasi
Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk
dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat,
vi
catatan harian, cendramata, laporan, artefak, foto dan sebagainya. Dalam
kasus ini dokumen dilakukan dengan mengumpulkan data yang diambil dari
catatan rekam medis klien di PMB “P” Kota Bengkulu.
b) Studi Kepustakaan
Studi Kepustakaan adalah kegiatan penelitian yang dilakukan leh penulis
untuk menghimpun informasi yang relevan dengan masalah yang akan ditelti
dengan kepustakaan sebagai sumber utama. Pada kasus ini mengambil studi
kepustakaan dari buku, jurnal dan sumber terbaru yang berhubungan dengan
ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahirdan keluarga berencana yaitu tahun
2015-2020.

E. Bahan Dan Alat


Alat dan bahan yang dibutuhkan adalah alat - alat yang digunakan dalam
pengumpulan data:
1. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan wawancara :
a) Format asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas.
b) bayi baru lahir dan keluarga berencana.
c) Alat tulis.
2. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan observasi dan pemeriksaan
fisik :
a) Alat pengukur tanda vital.
b) Antrometri.
c) Arloji.
d) Stetoskop.
e) Dopler.
f) Timbangan berat badan.
g) Thermometer.
h) Handscoon.
i) HB set.
j) Partus set.
k) Penligt.
vi
l) Reflek Hammer.
3. Alat dan bahan dalam pendokumentasi :
a) Status atau catatan medik pasien.
b) Buku kesehatan ibu dan anak untuk mengetahui riwayat kehamilan, alat
tulis dan lembar observasi.

F. Perencanaan Asuhan Studi Kasus


Perencanaan asuhan studi kasus ini yaitu asuhan kebidanan bersinambungan (COC)
dengan pendampingan persiapan laktasi selama masa kehamilan, persalinan, nifas
yaitu:
1. Membina hubungan hak antara bidan dan pasien dan selalu mendengar keluhan
pasein.
2. Melakukan pemeriksaan umum.
3. Mendiskusikan kepada ibu tentang persiapan laktasi dan dampaknya pada masa
kehamilan, persalinan, dan nifas.
4. Mendiskusikan kepada ibu cara melakukan persiapan laktasi dan dampaknya
pada masa kehamilan, persalinan, dan nifas.
5. Mendiskusikan kepada ibu untuk rutin memeriksa kehamilannya
6. Mendokumentasikan seluruh asuhan kebidanan dalam bentuk SOAP.

G. Etika Pengambilan Kasus


Dalam penelitian ini, penulis akan memperhatikan etika dalam penelitian yang
dilakukan dengan langkah-langkah :
1. Respect for persons
Prinsip ini merupakan unsur mendasar dari penelitian. prinsip ini menekankan
pemberian asuhan menghormati orang lain, dan memberikan perlindungan
terhadap hak nya. Setiap subjek memiliki hak autotomi, bersifat unik dan bebas.
Setiap individu memiliki hak dan kemampuan untuk memutuskan bagi dirinya
sendiri, memiliki nilai dan kehormatan/martabat, dan memiliki hak untuk
mendapatkan infomed consent. Subjek harus mendapatkan penjelasan sebelum
persetujuan, keikutsertaan secara sadar, dan membubuhkan tanda tangan pada
vi
lembar persetujuan. Pemberi asuhan harus menjaga kerahasiaan dari subjek
asuhan. Dalam hal ini penulis telah menyediakan inform consent kepada subjek
studi kasus dan telah ditandatang.
2. Beneficence dan non maleficence
Prinsip ini menekankan pencegahan pada terjadinya resiko, dan melarang
perbuatan yang berbahaya selama melakukan asuhan. kewajiban pemberi asuhan
adalah memaksimalkan manfaat dan meminimalkan bahaya risiko, termasuk
ketidaknyamanan fisik, emosi, psikis, kerugian sosial, dan ekonomi. dalam hal ini
penulis melakukan tindakan asuhan kebidanan sesuai dengan kewenangan dan
didampingi oleh dosen serta bidan pembimbing.
3. Justice
Prinsip justice menekankan adanya keseimbangan antara manfaat dan risiko
bila ikut serta dalam penelitian. Selain itu pada saat seleksi subjek penelitian harus
adil dan seimbang, berkaitan langsung dengan masalah yang akan diteliti dan
tidak ada unsur manipulatif. Pemberi asuhan juga harus memberi perhatian secara
khusus kepada subjek penelitian sebagai vulnerable subjects.

BAB IV

TINJAUAN KASUS
vi
Hari/Tanggal/Jam Masuk : Selasa, 10 Maret 2020, 16,00 WIB
Hari/Tanggal/Jam Masuk : Selasa, 10 Maret 2020, 16.00 WIB
Tempat : Praktik Bidan Mandiri (PMB) P
Pukul : 16.00 WIB
Nama Pengkaji : Riadela Nur Amanah

A. Data Subjektif
1. IDENTITAS
Nama ibu : Ny “M “ Nama ibu : Ny “E“
Umur : 20 Tahun Umur : 23 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl.Surabaya RT.01 Alamat : Jl.Surabaya RT.01

2. Keluhan Utama
Ibu datang ingin memeriksakan kehamilannya, Ibu mengatakan kehamilannya
berjalan baik, dan memiliki kekawatiran untuk tidak dapat memberikan ASI
ekslusif karena belum memiliki pengelaman dan pengetahuan tentang ASI dan
cara menyusui dengan benar.
3. Riwayat Kehamilan
a. Hamil ke : 1 (Pertama)
b. Usia Kandungan : 37 minggu
c. HPHT : 14 - 06 – 2019
d. TP : 21 – 03 – 2020

e. Gerakan janin sekarang


Ibu mengatakan merasakan gerakan janin mulai terasa sejak usia kehamilan 4
bulan (16 minggu) dan sekarang pergerakan janin terasa 10-15 kali dalam

vi
sehari.
f. Obat yang dikonsumsi
Ibu mengatakan hanya mengonsumsi obat yang diberikan oleh bidan tablet
Kalk 500 mg 1 × 1 tablet, 60 fe yang dikonsumsi
Etabion 1 × 1 tablet
Vit C 25 mg 1 × 1 tablet, 30 fe yang dikonsumsi
Riwayat alergi obat: tidak ada
g. Keluhan-keluhan pada (tergentung kebutuhan)
1. Trimester I : Ibu mengatakan kurang nafsu makan, ibu
sering mual muntah di pagi hari.
2. Trimester II : Ibu mengatakan tidak ada keluhan
3. Trimester III : Ibu mengatakan sudah ada kolustrum di
usia kehamilan 38 minggu
h. ANC
Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya 6 kali teratur di bidan yaitu
pada:
1) Trimester I :
Sebanyak 2 x di bidan dengan keluhan sering mual , dan bidan
menyarankan ibu untuk sering melakukan perawatan payudara dan sering
membersihkan payudaranya.
2) Trimester II :
Sebanyak 2 x di bidan dengan keluhan sering ngantuk dan bidan
mengajarkan ibu cara pemijatan payudara menganjurkan makan- makanan
yang bergizi untuk membantu menghasilkan ASI yang banyak.
3) Trimester III :
Sebanyak 1 x di bidan dengan keluhan sering buang air kecil, bidan
mengatakan itu biasa untuk ibu hamil dan bidan menyarakan untuk sering
jalan dan jongkok.
i. Penyuluhan yang pernah didapat
Informasi yang diketahui ibu
1) Perawatan Payudara
vi
2) Gizi kehamilan
j. Imunisasi TT
1) Imunisasi TT 2× yaitu
1) TT1 : umur kehamilan 22 minggu
2) TT2 : umur kehamilan 30 minggu
k. Perasaan tentang diri dan kehamilannya
Ibu mengatakan cemas karena takut tidak dapat menyusui bayi pertamanya
nanti, karena baru pertama dan belum mengerti bagaimana memberikan ASI
pada bayinya nanti, bidan mengajarkan ibu tentang perawatan payudara cara
membersihkan payudara dan makan makanan yang bergizi untuk membantu
konsumsi ASI yang baik. Dan mengajarkan posisi menyusui.
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Sekarang :
Ibu mengatakan kuatir bagaimana pemberian ASI pada bayinya nanti bidan
pun mengajarkan teknik menyusui kepada ibu untuk mencegah kesulitan
dalam pemberian ASI. Ada berbagai macam posisi menyusui, posisi yang
tergolong biasa dilakukan dengan duduk atau berbaring, saat ini tidak sedang
menderita penyakit yang menyertai kehamilannya seperti DM, Asma,
Hipertensi, TBC, PMS dan lain-lain.
b. Riwayat Penyakit Keluarga
1) Penyakit menular
Ibu mengatakan dalam keluarganya maupun keluarga suami tidak ada
menderita penyakit menular, seperti hepatitis, HIV/AIDS, dan TBC.
2) Penyakit menurun
Ibu mengatakan dala keluarganya maupun keluarga suami tidak ada
menderita penyakit menurun, seperti hipertensi, jantung dan lain-lain.

c. Riwayat keturunan kembar (tergatung situsi dan kondisi ibu yang hamil
kembar)
Ibu mengatakan dalam keluarganya maupun keluarga suami tidak ada
vi
keturunan kembar.
d. Riwayat operasi
Ibu mengatakan belum pernah dilakukan operasi.
5. Riwayat penggunaan Kontrasepsi
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi.
6. Pola kebiasaan sehari-hari (pengkajian pola kebiasaan sehari-hari perlu dikaji
sebelum dan selama hamil, tergantung pada kasus yang diperoleh).
a. Nutrisi
1) Makan
a. Sebelum hamil
Ibu mengatakan makan 3-4 kali sehari porsi kecil dengan menu
makanan bervariasi dalam 1 minggu dengan komposisi sama seperti
saat sebelum hamil yaitu nasi, sayur berupa ( sawi, kangkung, daun
singkong).
b. Saat hamil
Ibu mengatakan makan 3-5 kali sehari porsi kecil dengan menu
makanan saat hamil yaitu nasi, dan sayur-sayuran seperti sayur katu
untuk membantu menghasilkan ASI yang banyak.
2) Minum
Ibu mengatakan sebelum hamil biasa minum kurang lebih 6-8 gelas/hari,
jenisnya air putih 5-6 gelas, teh 1 gelas.
Ibu mengatakan saat hamil minum kurang lebih 8-10 gelas/hari jenis air
putih, ditambah susu ibu hamil 1 gelas/hari.
3) Pantangan Makan
Tidak terdapat pantangan makan sebelum haml maupun saat hamil
sekarang.

b. Eliminasi
1) BAB
Ibu mengatakan BAB 1× sehari konsistensi lunak, warna dan bau khas
feces, ibu tidak merasa sakit saat BAB.
vi
2) BAK
Ibu mengatakan BAK meningkat menjadi 7-8× sehari, warna dan bau
khas urine, ibu mengatakan tidak merasa sakit saat BAK.
c. Aktivitas
1) Selama hamil: Ibu mengatakan tetap melakukan pekerjaan rumah
seperti biasa seperti mencuci, menyapu dan memasak.
d. Istirahat/tidur
1) Selama hamil: Ibu mengatakan tidur siang kurang lebih 2 jam,
tidur
malam ± 8 jam.
e. Pola personal hygiene
1) Selama hamil: Ibu mengatakan mandi sehari 2 kli,
gosok gigi 3 kali, keramas 2 hari sekali dan ganti baju 2
kali 1 hari.
f. Keadaan psikologis
1) Perasaan tentang kehamilan ini
Ibu mengatakan senang terhadap kehamilan ini, tetapi cemas dengan
keadaaan karena takut tidak bisa mnyusui setelah bayinya lahir.
2) Kehamilan ini direncanakan/tidak
Ibu mengatakan kehamilan ini direncanakan.
3) Jenis kelamin yang diharapkan
Ibu mengatakan mengharapkan anak perempuan, tetapi tetaap mau
menerima dengan senang jika anaknya perempuan.
4) Dukungan keluarga terhadap kehamilan ini
Ibu mengatakan keluarga sangat mendukung kehamilan ini.
5) Kebiasaan adat istiadat dalam kehamilan
Ibu mengatakan keluarga sangat mendukung kehamilan ini.
6) Kebiasaan adat istiadat dalam kehamilan
7) Ibu mengatakan di keluarganya ada kegiatan adat istiadat yaitu mitoni
pada umur kehamilan 7 bulan.

g. Pengguna obat-obatan/rokok
vi
Ibu mengatakan tidak menggunakan obat dan tidak merokok.
h. Jaminan kesehatan
Ibu dan suami sudah mempersiapkan asuransi persalinan melalui BPJS.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Tanda-tanda vital: TD : 100/ 60 mmhg S: 36,5 ˚C
N : 78 x/menit R: 22 x/menit
d. TB : 156 cm
e. BB sebelum hamil : 47 kg
f. BB sekarang : 61 kg
g. LILA : 26 cm
h. IMT : 61 : 2,19 = 27,85
2. Pemeriksaan Sistematis
a. Kepala
1) Rambut : Bersih, warna hitam, tidak berktombe, tidak
rontok.
2) Muka : Bersih, tidak oedema, tidak closma gravidarum
3) Mata
(a) Conjungtiva : Merah muda, tidak pucat
(b) Sklera : Putih
4) Hidung : Bersih, tidak ada polip.(pertimbangan)
5) Telinga : Bersih, simetris kanan dan kiri, tidak ada serumen.
6) Mulut/gigi/gusi : Bersih, bibir lembab, tidak ada stomatitis, gigi
tidak ada caries, gusi tidak berdarah dan tidak bengkak.
b. Leher
Pembekakan kelenjar limfe : Tidak ada
Pembekakan kelenjar Tyroid : Tidak ada
Pembekakan kelenjar Parotis : Tidak ada
vi
Pembekakan vena jugularis : Tidak ada
c. Dada dan axilla
1) Mammae
(a) Pembesaran posirf, simetris, bersih
(b) Areola : Hyperpigmentasi
(c) Puting susu : Menonjol
(d) Kolostrum : Belum keluar
2) Axilla
(a) Benjolan : Tidak ada
(b) Nyeri : Tidak ada
d. Abdomen
Inspeksi
1) Luka bekas operasi : Tidak ada
Palpasi
1) Leopold I : TFU 3 jari diatas pusat ( (32 cm) teraba
bagian yang lunak, bulat, tidak melenting (bokong)
2) Leopold II : Bagian kanan teraba bagian-bagian kecil
janin (ekstremitas) kiri teraba tahanan keras memanjang
seperti papan (punggung)
3) Leopold III : Dibagian bawah perut teraba bulat keras tidak melenting
(kepala) dan masih bisa digoyangkan
4) Leopold II : Kepala belum masuk PAP
TBJ : (32-12) × 155 = 3,100 gram
Auskultasi
DJJ:
1) Punctum maximum durasi : Di kuadran kanan bawah perut ibu
2) Frekuensi : 134×/menit, irama teratur.
e. Genetalia
1) Keputihan : Tidak ada
2) Nyeri tekan : Tidak ada
3) Keluhan : Tidak ada
vi
f. Eksteremitas
1) Varices : Tidak ada varices
2) Warna kuku : Tidak pucat
3) Oedema : Ada, bengkak pada kaki
4) Reflek patella : Positif (+/++ atau lainnya) kanan dan kiri.
5) Betis merah/lembek/keras : Keras (di nifas ajahh)
g. Anogenital
Ibu tidak bersedia dilakukan pemeriksaan.

3. Pemeriksaan penunjang
Tanggal 24 Juni 2019
a) Pemeriksaan laboratorium
1) Protein urine : (-)
2) Hepatitis : (-)
3) Sifilis : (-)
4) DDR : (-)
5) HB : 11, 5gr.
6) Golongan darah : O
b) Pemeriksaan penunjang lain
1) USG tanggal : 02-03-2020

4. Analisa
G1P0A0, hamil UK 37 minggu, janin tunggal hidup, presentasi kepala, keadaan
umum ibu dan janin baik.

5. Penatalakanaan

vi
No Hari/Tgl/Waktu Penatalaksanaan Evaluasi Nama
&Paraf
1 Selasa, Melakukan informent consent untuk Ibu mengizinkan Bidan Bidan
10 Maret 2020 melakukan pemeriksaan fisik pada untuk dilakukan dan ria dan ria
Pukul 15.00 WIB ibu. pemeriksaan
2 Pukul 16.00 WIB Memberitahu ibu hasil pemeriksaan K/U : Baik Bidan
Kesadaran : CM dan ria
TTV :
TD : 100/70 mmhg
N : 85 ×/menit
S : 36,5˚C
R : 22 ×/menit
DJJ : 138 ×/menit
Mendisusikan pada ibu tentang
3 Pukul 16.10 WIB Ibu mengerti tentang Bidan
perubahan fisiologi seperti
perubahan yang dan ria
perubahan uterus, vagina, payudara,
dialami oleh ibu selama
sistem perkemihan, sistem
hamil
perencanaan, dan perubahan kulit,
Sedangkan perubahan psikologi
TM III seperti rasa
ketidaknyamanan akibat kehamilan
timbul kembali pada trismester
ketiga, ibu merasa dirinya jelek,
disamping itu ibu mulai merasa
sedih karena akan berpisah dari
bayinyadan kehilangan perhatian
khusus yang diterima selama hamil
pada trimester ini lah ibu sangat
membutuhkan dukungan dari suami
dan keluarga.
Mendiskusikan ketidaknyamanan
4 Pukul 16.15 WIB Ibu mengerti tentang Bidan
TM III seperti nyeri punggung
ketidaknyamanan, cara dan ria
bagian bawah, sering buang air
Ibu mengerti tentang
kencing, keputihan, varises,
ketidaknyamanan, cara
hemoroid. Serta mendiskusikan
mengatasi dan tanda
tanda bahaya TM III adalah
bahaya kehamilan TM
pendarahan pervaginam, sakit
III.
kepala yang hebat, penglihatan
kabur, bengkak diwajah dan jari-
jari tangan, keluar cairan
pervaginam, sakit kepala yang
hebat, gerakan janin tidak terasa,
dan nyeri perut yang hebat.
Mendiskusikan pada ibu tentang
5 Pukul 16.25 WIB Ibu tampak lebih Bidan
kecemasan yang ia alami dan cara
tenang dan lebih siap dan ria
mengatasinya serta memberi ibu
untuk mempersiapkan
support mental agar ibu merasa
kehamilan hingga
lebih tenang dalam melewati proses
nifasnya nanti.
kehamilannya.
Mendiskusikan pada ibu dan suami
6 Pukul 16.35 WIB Ibu dapat mengulang Bidan
tentang kebutuhan selama TM III kembali cara merawat dan ria
1) Nutrisi : tetap menjaga payudara dan
pola makan seperti makan melakukannya secara
buah-buahan, sayuran, rutin di rumah.

vi
makanan kaya kabohidrat
dan protein.
2) Personal hygien :
menganjurkan ibu untuk
mandi minimal 2 kali
sehari, menganjurkan ibu
mengantikan celana dalam
jika basah atau lembab.
3) Istirahat : anjurkan ibu
untuk tidur yang cukup
tetapi jangan kurangi
aktifitas di siang hari.
7 Pukul 16.40 WIB Mendiskusikan pada ibu dan suami
tentang Ibu dan suami mengerti Bidan
1) Tanda persalinan : seperti tentang tanda-tanda dan ria
kelur lendir bercampur persalinan dan akan
darah dari jalan lahir, dan
mempersiapkan
his yang semakin sering
untuk segera ke tempat persiapan persalinan
bidan
2) Persiapan persalinan :
B :Bidan
A :Alat
K :Keluarga
S :Surat
O :Obat
K : Kendaraan
U : Uang
DA: Darah
8 Pukul 16.45 WIB Mendiskusikan pada ibu dan suami Ibu dan suami mengerti Bidan
tentang macam-macam kebutuhan dan akan memenuhi dan ria
nutrisi yang baik untuk kebutuhannya nutrisi
mempelancar produksi ASI. selama hamil
9 Pukul 16.50 WIB Mendiskusikan pada ibu tentang Ibu memahami dan
perawatan payudara dan persiapan berkomitmen untuk Bidan
laktasi di masa hamil. mengulang kembali dan ria
cara merawat payudara
dan melakukan nya
secara rutin dirumah.
10 Pukul 16.55 WIB Mendiskusikan jadwal kunjngan Ibu bersedia kontrol
ulang pasien untuk kunjunga uang ulang lebih rutin yaitu Bidan
lebih seing yaitu 1 miggu sekali 1 minggu sekali dn dan ria
atau bila ada keluhan. segera datang jika ada
keluhan.

a. Perkembangan kasus
vi
Kontak Tanggal
Catatan SOAP/ Catatan perkembangan/hasil dokumentasi lainnya

Masa hamil

Selasa,11 maret 2020 S :Ibu mengatakan ingin sekali memberkan ASI Ekslusif pada bayinya.
16.00 WIB O : K/U : Baik
Dirumah pasien Kesadaran : CM
Alamat : Surabaya TTV : TD : 100/70 mmhg
Pukul 16.10 WIB N : 78 x/menit
R : 20 x/menit
S : 36,2 ᵒC
Leopold
1) Leopold I : TFU 3 jari diatas pusat (30 cm) teraba bagian yang lunak,
bulat, tidak melenting (bokong)
2) Leopold II: Bagian kanan teraba bagian-bagian kecil janin
(ekstremitas) kiriteraba tahanan keras memanjang seperti papan
(punggung)
3) Leopold III: Dibagian bawah perut ibu teraba keras, bulat, melenting
(kepala) dan masih bisa digoyangkan.
4) Leopold IV: Kepala belum masuk PAP (konvergen)
TBJ: (30-11) × 155 = 2,945 gram
A : G1P0A0 hamil 37 minggu 1 hari, janin tunggal hidup, presentasi kepala,
keadaan umum ibu dan janin baik.
P:
1. Menanyakan kepada ibu identitasnya
Ev : ibu menjelaskan identitasnya
2. Menanyakan kepada ibu apa saja keluhan yang dirasakan selama hamil
Ev : ibu menjelaskan jika ibu mempunyai keluhan nyeri pada
payudaranya dan kakinya.
3. Menjelaskan tentang perawatan payudara guna menghasilkan ASI ekslusif
Ev : ibu akan berusaha untuk memberikan ASI Ekslusif pada bayinya
4. Mendiskusikan pada ibu tentang makanan khusus yang bisa memperlancar
ASI seperti mengkonsumsi daun katuk, daun ubi jalar, daun kelor, papaya
muda, jantung pisang dan susu kedelai
Ev : ibu mengetahui mengenai makanan khusus yang bisa memperlancar
ASI
5. Menjelaskan tentang persiapan persalinan
Ev : ibu mengerti dan akan mempersiapkannya
6. Mendiskusikan pada ibu untuk konsultasi jika ada keluhan.
Ev : ibu mengerti.

Jumat, 13 Maret 2020 S : Ibu mengatakan tidak ada keluhan


Pukul 16.00 WIB A : G1P0A0 hamil 37 minggu 3 hari, janin tunggal hidup, presentasi kepala,
Via WA keadaan umum ibu dan janin baik.
P :
1. Menanyakan kepada ibu mengenai keluhan apa yang di rasakan saat ini.
Ev : Ibu mengatakan tidak ada keluhan.
2. Mengingatkan kembali pada ibu tetap melakukan perawatan payudara.
Ev : Ibu bersedia melakukan anjuran yang diberikan.
3. Mendiskusika pada ibu untuk tetap konsultasi jika ada keluhan yang
dirasakan.
Ev : Ibu bersedia
Minggu, 15 Maret 2020 S : Ibu mengatakan berencana ingin memberikan ASI Ekslusif pada bayinya
Dirumah pasien dan mau mengikuti anjuran yang diberikan.
Alamat : Surabaya
vi
Pukul 15.00 WIB O : K/U : Baik
Kesadaran : CM
TTV : TD : 100/70 mmhg
N : 82 x/menit
S : 36,3 ᵒC
R : 20 x/menit
Leopold
1) Leopold I : TFU 3 jari diatas pusat (30 cm) teraba bagian
yang lunak, bulat, tidak melenting (bokong)
2) Leopold II : Bagian kanan teraba bagian-bagian kecil janin
(ekstremitas) kiri teraba tahanan keras memanjang seperti papan
(punggung)
3) Leopold III : Dibagian bawah perut ibu teraba keras, bulat,
melenting (kepala) dan masih bisa digoyangkan.
4) Leopold IV : Kepala belm masuk PAP (Konvergen)
TBJ: (30-11) × 155 = 2,945 gram
A : G1P0A0 hamil 38 minggu 1 hari , janin tunggal hidup, presentasi kepala,
keadaan umum ibu dan janin baik.
P:
1) Menanyakan kepada ibu sedang merasakan keluhan apa yang di rasakan
saat ini hamil.
Ev : ibu menjelaskan jika ibu mempunyai keluhan nyeri pada
payudaranya.
2) Mendiskusikan pada ibu suami tentang kebutuhan-kebutuhan selama TM
III seperti nutrisi hidrasi, personal hygiene, istirahat body mekanik.
Ev : ibu mengerti dan akan melakukannnya
3) Mendiskusikan dan mengajarkan teknik perawatan payudara
Ev : ibu mengerti dan akan memperaktekannya
4) Mendiskusikan dan mengajarkan teknik perawatan payudara
Ev : ibu mengerti dan akan memperaktekannya.
5) Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi daun katu, jantung pisang, daun
kelor untuk memperbanyak produksi ASI.
Ev : Ibu mengatakan bersedia mengkonsumsi daun katu, daun kelor
memperbanyak produksi ASI.
6) Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang 1 minggu atau jika ada keluhan.
Ev : ibu mengerti.

Minggu , 16 Maret 2020 S : Ibu mengatakan tidak ada keluhan kehamilannya dan sudah melakukan
Dirumah pasien perawatan payudara dan mengkonsumsi sayuran katu dan daun kelor.
Alamat : Surabaya O : K/U : Baik
Pukul 10.00 WIB Kesadaran : CM
TTV : TD : 100/80 mmhg
N : 85 x/menit
S : 36,5 ᵒC
R : 20 x/menit
Leopold
1) Leopold I : TFU 3 jari diatas pusat (30 cm) teraba bagian yang lunak,
bulat, tidak melenting (bokong)
2) Leopold II : Bagian kanan teraba bagian-bagian kecil janin
(ekstremitas) kiriteraba tahanan keras memanjang seperti papan
(punggung)
5) Leopold III : Dibagian bawah perut ibu teraba keras, bulat,
melenting (kepala) dan masih bisa digoyangkan.
3) Leopold IV : Konvergen
vi
TBJ: (32-11) × 155 = 2,945 gram
A : G1P0A0 hamil 38 minggu 5 hari , janin tunggal hidup, presentasi kepala,
keadaan umum ibu dan janin baik.

P :
1) Melakukan informent consent saat akan melakukan pemeriksaan
Ev : ibu setuju dan bersedia untuk di periksa.
2) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan nya
TD : 110/80 mmhg
N : 85 x/menit
S : 36,5 ᵒC
R : 20 x/menit
Ev : ibu mngerti dan memahami dengan hasil pemeriksaan nya
3) Mengevaluasi ibu teknik perawatan payudara yang sudah diajarkan.
Ev : ibu memahami dan akan melakukannya dirumah.
4) Mendiskusikan tentang kandungan ASI dan berikan ibu penjelasan
tentang perbedaan ASI dan susu formula
Ev : ibu mengerti dan akan berusaha memberikan ASI nanti saat
bayinya lahir
5) Menyarankan ibu untuk sering olahraga dan berjalan kaki di pagi hari
Ev : ibu mengerti dan akan melakukannya.
6) Menyarankan ibu untuk kembali kontrol ulang apabila ada keluhan atau
kontrol 1 minggu lagi
Ev : ibu mengerti dan memahaminya

Sabtu, 21 Februari 2020 S : Ibu mengatakan tidak ada keluhan kehamilannya dan sudah ada colostrum
Dirumah pasien yang keluar dari puting susunya.
Alamat : Surabaya
Pukul 09.00 WIB O : K/U : Baik
Kesadaran : CM
TTV : TD : 100/70 mmhg
N : 83 x/menit
S : 36,3 ᵒC
R : 20 x/menit

Leopold
1) Leopold I : TFU 3 jari diatas pusat (32 cm) teraba bagian
yang lunak, bulat, tidak melenting (bokong)
2) Leopold II : Bagian kanan teraba bagian-bagian kecil janin
(ekstremitas) kiriteraba tahanan keras memanjang seperti papan
(punggung)
3) Leopold III : Dibagian bawah perut ibu teraba keras, bulat,
melenting dan tidak bisa digoyangkan (Kepala sudah masuk PAP)
4) Leopold IV : Divergen
TBJ: ((32-11) × 155 = 3,100 gram
A : G1P0A0 hamil 39 minggu 4 hari , janin tunggal hidup, presentasi kepala,
keadaan umum ibu dan janin baik.

P :
1. Melakukan informend consent saat akan melakukan pemeriksaan
Ev : ibu setuju dan bersedia untuk di periksa.

vi
2. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu
Ev : ibu mengerti dan memahaminya
3. Mendiskusikan kepada ibu tentang posisi menyusui agar payudara tidak
lecet.
Ev : ibu mengerti dan akan melakukannya.
4. Memberikan konseling tentang kebutuhan nutrisi agar bisa
memproduksi ASI yang baik
Ev : ibu mengerti dan menurutinya.
5. Mengevaluasi ibu teknik perawatan payudara yang sudah diajarkan
Ev : Ibu mengatakan ada keluar sedikit cairan dari puting susunya.
6. Mendiskusikan pada ibu dan suami tentang
Tanda persalinan : seperti kelur lendir bercampur darah dari jalan
lahir, dan his yang semakin sering untuk segera ke tempat bidan
Persiapan persalinan :
a. B :Bidan
b. A :Alat
c. K :Keluarga
d. S :Surat
e. O :Obat
f. K : Kendaraan
g. U : Uang
h. DA: Darah
Evaluasi : ibu dan suami telah mengerti tanda-tanda persalinan serta
telah mempersiapkan kebutuhan persalinan.
7. Mendiskusikan kembali persiapan (tempat persalinan, peralatan
persiapan persalinan, biaya persalinan, perlengkapan bayi dan ibu,
pendamping persalinan, kendaraan saat terjadi tanda-tanda persalinan
Evaluasi : ibu dan suami telah mempersiapkan persalinan, ibu memilih
melahirkan di PMB P, di dampingi oleh suaminya dan kendaraan yang
akan siap jika terjadi tanda-tanda persalinan yaitu mobil serta
kelengkapan persalinan untuk ibu dan bayi sudah di siapkan.
8. Mendiskusikan ibu datang ke bidan apabila ada keluhan dan sudah
jadwalnya untuk kontrol ulang
Ev : ibu mengerti dan akan kontrol ulang kembali.
Persalinan

Selasa, 24 Maret 2020 Kala I


Pukul 23.00 WIB S : Ibu datang ke PMB dengan keluhan mulas semakin sering, Kontraksi ada
PMB P sejak tanggal 25 Maret 2020 pukul 07.00 WIB, konsistensi kuat, Tempat
Praktik Bidan Mandiri Pusparini, S.ST
O : K/U : Baik
Kesadaran : CM
TTV : TD : 100/70 mmhg
N : 88 x/menit
S : 36,5 ᵒC
R : 20 x/menit
DJJ : 153x/m, teratur
His : 4x10’ lama 30-40”
Pemeriksaan Dalam
Keadaan vulva/vagina : Tidak ada kelainan
Porsio : Tipis lunak
Pembukaan : 5 cm
Ketuban : Utuh
Presentasi : Kepala

vi
Penunjuk : UUK
Hodge : III
Penurunan : 3/5 bagian Leopold
1) Leopold I : TFU 3 jari diatas pusat (32 cm) teraba bagian yang lunak,
bulat, tidak melenting (bokong)
2) Leopold II : Bagian kanan teraba bagian-bagian kecil janin
(ekstremitas) kiriteraba tahanan keras memanjang seperti papan
(punggung)
3) Leopold III : Dibagian bawah perut ibu teraba keras, bulat,
melenting dan tidak bisa digoyangkan (Kepala sudah masuk PAP)
4) Leopold IV : Divergen
TBJ: (32-11) × 155 = 3,100 gram
DJJ: 137 x/menit
A : G1P0A0 usia kehamilan 40 minggu, inpartu kala I fase aktif, janin tunggal
hidup, presentasi kepala, keadaan umum ibu dan janin baik.

P :
1. Menginformasikan kepada ibu bahwa keadaan ibu dan janin baik,
Ev : ibu mengetahui keadaanya.
2. Memberikan support pada ibu untuk tetap tenang dan tidak cemas
dengan menganjurkan ibu untuk berdoa.
Ev : ibu sudah tenang.
3. Menganjurkan ibu teknik relaksasi yaitu dengan cara menarik nafas
panjang lewat hidung dan hembuskan lewat mulut jika merasa mules
Ev : ibu mengerti teknik relaksasi.
4. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum saat tidak mules guna
menambah tenaga ibu.
Ev : ibu sudah minum air putih.
5. Menganjurkan ibu untuk menahan BAB/BAK agar tidak mengganggu
proses penurunan kepala
Ev : ibu sudah BAK dengan warna kuning.
6. Mengajarkan ibu cara mengedan yang baik yaitu mengedan ketika
mules, kaki ditekuk dan mata melihat keperut.
Ev : ibu mengerti cara mengedan yang baik.
7. Menyiapkan alat-alat untuk persalinan dengan memperhatikan
kebersihan alat dan tempat persalinan partus set, heating set, cairan
infuse dan obat-obatan yang diperlukan.
Ev : alat telah disiapkan.
8. Mengobservasi DJJ dan konsentrasi setiap 30 menit serta TTV dan
pembukaan setiap 4 jam atau jika ada indikasi
Ev : observasi telah dilakukan
Rabu, 25 Maret 2020 Kala II
Pukul 09.00 WIB S : Ibu mengatakan nyeri pada bagian punggung bagian bawah menjalar ke
perut bagian bawah dan ibu merasa ingin mengejan BAB keras.

O : K/U : Baik
Kesadaran : CM
DJJ : 147 x/m (teratur)
Kontraksi : 5x10’50”
Portio : tidak teraba
Penipisan : 100%
Ketuban : pecah spontan
Presentasi : Kepala
Penunjuk : UUK
Hodge : III
vi
Pembukaan : Lengkap 10 cm
Molase : Tidak ada
Anus dan vulva membuka, perineum meregang serta anus menonjol.
Leopold
1) Leopold I : TFU 3 jari diatas pusat (32 cm) teraba bagian yang lunak,
bulat, tidak melenting (bokong)
2) Leopold II : Bagian kanan teraba bagian-bagian kecil janin
(ekstremitas) kiriteraba tahanan keras memanjang seperti papan
(punggung)
3) Leopold III : Dibagian bawah perut ibu teraba keras, bulat,
melenting dan tidak bisa digoyangkan (Kepala sudah masuk PAP)
4) Leopold IV : Divergen
A : G1P0A0 usia kehamilan 40 minggu, inpartu kala II, janin tunggal hidup,
presentasi kepala, keadaan umum ibu dan janin baik
P:
1. Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan ibu akan
memasuki proses persalinan.
Ev : Ibu sudah mengetahui proses persalinan.
2. Membimbing ibu meneran ketika mules
Ev : Ibu sudah di bimbing untuk meneran
3. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat
dan bahan.
Ev : Alat partus set sudah di cek kembali.
4. Mempersilakan ibu untuk memilih posisi yang ibu inginkan.
Ev : Ibu mengatakan saat ini posisi nya sudah nyaman.
5. Melakukan pertolongan persalinan 60 langkah APN yang dilakukan oleh
bidan..
Ev : Bayi lahir spontan, pukul 11.05 WIB,
6. Melakukan Inisiasi menyusu dini untuk memudahkan bayi dalam proses
menyusui yang diletakan pada dada ibu, secara alami dapat mencari
sendiri sumber air susu ibu dan menyusu. Manfaat IMD pada bayi
kolostrum (ASI pertama) yaitu cairan berharga yang kaya antubodi (zat
kekebalan tubuh) dan faktor pertumbuhan sel usus. Usus bayi ketika
dilahirkan masih mudah dilalui oleh kuman dan antigen lainnya.
Ev : Ibu mengatakan bersedia dan ibu sangat senang menyusui,
mendekap di dada ibu dan air susunya keluar.
7. Mengobservasi keadaan ibu yaitu memastikan tidak ada janin kedua dan
banyaknya perdarahan.
Ev : Tidak ada janin kedua dan plasenta belum lahir.
Rabu, 25 Maret 2020 Kala III
Pukul 11.45 WIB S : Ibu mengatakan senang karena bayinya telah lahir dengan selamat. Ibu
merasa lelah dan perutnya masih mules.
O: K/U : Baik
Kesadaran : Composmentis
A: P1A0 inpartu kala III, keadaan umum ibu baik.
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa bayinya sudah
lahir pukul 11.10 WIB dengan jenis kelamin perempuan dan plasenta
belum lahir, BB : 3600 gram, PB: 50 cm, LK : 34cm, LD : 32 cm.
Ev : Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
2) Menganjurkan ibu untuk makan minum agar ada tenaga
Ev : Ibu mengatakan bersedia untuk minum.
3) Menyutikkan oksitosin 10 unit secara IM setelah bayi lahir di 1/3
paha atas bagian distal lateral, memindahkan klem pada tali pusat
berjarak 5-10 cm dari vulva, melihat tanda-tanda pelepasan plasenta

vi
yaitu uterus globular, tali pusat memanjang dan semburan darah.
Ev : sudah terlihat tanda-tanda pelepasan plasenta.
4) Melakukan masase fundus selama 15 detik dengan gerakan tangan
arah memutar, sehingga fundus teraba keras kontraksi baik.
Ev : Fundus terasa keras, kontraksi baik.
5) Melakukan pemeriksaan plasenta
Ev : Plasenta lahir lengkap
6) Memeriksa adanya luka laserasasi
Ev : Ada luka laserasi derajat II.

Rabu, 25 Maret 2020 Kala IV


Pukul 13.40 WIB S : Ibu mengatakan merasa tenang karena plasenta telah lahir, ibu merasa
perutnya masih mules.

O : K/U : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 120/80 mmHg
N : 76 ×/m
R : 22 ×/m
S : 36,5 ̊ C
TFU : 2 jari dibawah pusat
Perdarahan : ± 150 cc
Luka laserasi : Ada, derajat II
Luka perineum : ada
Kandung kemih : Kosong
Lochea : Rubra
A : P1A0 inpartu kala IV.
P :
1. Melakukan penjahitan luka perineum menggunakan benang cutgut secara
jelujur
Ev : Penjahitan sudah dilakukan.
2. Mengobservasi 30 menit TTV, TFU, kontraksi uterus, pendarahan dan
kandung kemih.
Ev : hasil observasi dicatat partograf.
3. Mengobservasi bayinya 2 jam pertama post partum setiap 15 menit.
Ev : Sudah dilakukan.
4. Mengajarkan ibu dan keluarga cara masase fundus yaitu dengan cara
meletakkan satu tangan diatas fundus yaitu dengan cara meletakkan satu
tangan diatas fundus ibu lalu dengan arah memutar.
Ev : Ibu dan keluarga sudah bisa masase fundus.
5. Memberitahu ibu untuk tidak menahan BAB dan BAK agar tidak
menggangu proses pemulihan rahim.
Ev : Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
6. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT, bersihkan sisa air
ketuban, lendir darah. Memakaikan ibu pakaian yang bersih dan kering.
Ev : Ibu sudah bersih dan sudah dipakaian baju bersih.
7. Memastikan ibu merasa nyaman, anjurkan keluarga untuk memberikan
minuman dan makanan yang diinginkan.
Ev : Ibu sudah merasa nyaman,dan ibu sudah makan dan minum.

Bayi baru lahir


Pukul 15.00 WIB S : Ibu mengatakan senang dengan kelahiran bayinya

vi
O : 1. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV : HR : 137×/m
P : 48×/m
S : 36,6 °C
7. Pemeriksaan Antropometri
BB : 3600 kg
PB : 50 cm
LK : 34 cm
LD : 32 cm
JK : Perempuan
Pemeriksan Fisik
a. Kepala
Tidak caput seccedeneum, cephal hematoma, dan keadaan ubun-
ubun menutup,
b. Muka
Bersih, warna kulit kemerahan.
c. Mata
Sklera putih, tidak ada perdarahan subkonjungtiva.
d. Hidung
Simetres, bersih, tidak ada pernapasan cuping hidung, dan tidak ada
sekret.
e. Mulut
Simetris, tidak ada labioskisis dan palatoskisis.
f. Telinga
Simetris, dan tidak ada serumen.
g. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, pembesaran vena jugularis.
h. Kulit
Warna merah mua, ada lanugo, ada verniks kaseosa.
i. Dada
Simetris dan tidak ada retraksi dinding dada.
j. Abdomen
Simetris, tidak ada masa, tidak ada infeksi.
k. Genetalia
Testis sudah turun dan terdapat lubang uretra pada penis.
l. Anus
Tidak terdapat atresia ani
Pemeriksaan refleks
Refleks rooting : Normal
Refleks suckling : Normal
Refleks moro : Normal
A : By.Ny.M, usia 1 jam neonatus cukup bulan.
P:
1. Mengevaluasi keadaan bayi
Evaluasi : bayi bernafas dengan baik, bergerak aktif, tetap menjaga
kehangatan bayi, bayi sudah mencari-cari puting susu ibunya
2. Memberikan salep mata dan Vit K 0,5 ml pada paha kiri bagian lateral
Evaluasi : salep mata dan Vit K telah diberikan.
3. Melakukan perawatan tali pusat di bungkus dengan kassa steril dan tanpa
di beri betadin, alcohol dan ramuan lainnya
Evaluasi : perawatan tali pusat telah dilakukan
4. Menjaga kehangatan bayi
Evaluasi : kehangatan bayi telah terjaga.
vi
5. Mengajarkan ibu teknik menyusui dengan benar
Evaluasi : Ibu mengerti.
6. Meminta ibu rajin memberikan ASI supaya ASI ibu semakin lancar.
Evaluasi : Ibu mengerti dan bersdia.

Nifas

Rabu, S : Ibu mengatakan senang dengan kelahiran bayinya.


25 Maret 2020 Ibu mengatakan ASInya keluar tapi belum terlalu banyak.
Pukul 16.00 WIB
PMB P O : K/U : Baik
Alamat : Suabaya Kesadaran : CM
TTV : TD : 120/70 mmhg
N : 84 x/menit
S : 36,4 ᵒC
R : 20 x/menit
Payudara : Puting susu menonjol, ada pengeluara kolostrum
TFU : 2 jari di bawah pusat
Kontraksi : baik
Lochea : Rubra
A : Ny. M Umur 20 tahun P1A0 post partum 6 jam

P :
1. Megingatkan hasil pemeriksaan pada ibu, yaitu TD :120/70mmHg,
TFU 1 jari dibawah pusat, kontrksi uterus baik, lochea normal dan
perdarhan 2 pembalut tidak penuh (±20 cc).
Ev : ibu mengerti mengenai kondisinya saat ini.
2. Diskusikan tanda-tanda bahaya seperti ibu nifas demam tinggi, pucat,
pendarahan terus menerus, pusing, munta. BBL seperti kedinginan,
muntah, demam tinggi, tali pusat berbau atau infeksi
Ev : Ibu mengatakan mengerti tanda-tanda bahaya nifas.
3. Menganjurkan ibu untuk istirhat yang cukup serta mendiskusikan
nutrisi menyusui pada ibu mengandung gizi seperti nasi, daging,
sayuran, kacang-kacangan dan buah-buahan.
Ev : ibu bersedia utuk istirahat yang cukup dan akan mengkonsumsi
makanan yang dianjurkan bidan untuk pemenuhan nutrisi dalam
menyusui.
4. Mengajarkan ibu untuk teknik dan posisi yang benar dalam menyusui
dan perawatan payudara.
Ev : Ibu sudah mengerti dan akan melakukan perawatan
payudara.
5. Evaluasi keadaan ibu dan evaluasi keberhasilan pendampingan dan
edukasi laktasi.
6. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini (kemampuan ibu untuk
berjalan atau bangkit dari kursi)
Ev : Ibu mengatakan bersedia.
7. Mendiskusian pemenuhan nutrisi pada bayi baru lahir, memberika ASI
minimal 2 jam 1x
Evaluasi : ibu mengetahui dan mengerti dan akan memberikan ASI
minimal 2 jam 1 kali, dan perawatan tali pusat
8. Mendiskusikan dan mengajarkan ibu dan suami melakukan pijat
oksitosin.
Evaluasi : Ibu bersedia untuk dilakukan pijat oksitosin, ibu dan suami
sudah mengerti dan bisa mengulangi pijatan
vi
9. Memberikan ibu obat untuk ibu di lanjutkan di rumah
amoxilin 3x1 (setelah makan) dan Asam penamat 3x1 (setelah makan)
evaluasi : ibu bersedia mengkonsumsi obat dirumah.
10. Mendiskusikan pada ibu tetang kebutuhan masa nifas,
Yaitu nutrisi, hidrasi, personal hygiene dan istrahat yang cukup.
Evaluasi : Ibu sudah mengerti dan akan memenuhi kebutuhan selama
Masa.
31 Maret 2020 S : Ibu mengatakan ASI keluar banyak.
Pukul 09.00 WIB Ibu mengatakan perdarahan sedikit, warna merah sedikit kekuningan,
dirumah pasien ganti pembalut 3-4 kali sehari.
Alamat : Surabaya O : K/U : Baik
Kesadaran : CM
TTV : TD : 120/70 mmhg
N : 84 x/menit
S : 36,4 ᵒC
R : 20 x/menit
Lochea : Rubra
Pendarahan kurang lebih 40 cc
TFU : 2 jari di bawah pusat
Kontraksi : baik
A : Ny.M Umur 20 tahun P1A0 post partum 2 hari.

P :

1) Menjelaskan hasil pemeriksaan


Ev : ibu mengerti mengenai kondisinya saat ini.
K/U : Baik
Kes : CM
TTV TD : 110/70 mmhg
N : 83 x/menit
S : 36,3 ˚C
R : 20 x/menit
2) Memberitahu ibu bayinya akan dimandikan
Evaluasi : ibu mengerti dan telah menyiapkan alat dan bahan
memandikan bayi serta baju gantinya telah siap.
3) Memandikan bayi serta melakukan perawatan tali pusat dan melepaskan
kassa, mengajarkan ibu untuk merawat tali pusat dan memberitahu ibu
tanda-tanda infeksi pada tali pusat yaitu, tali pusat bebau, keluar nanah,
berdarah, dan suhu badan bayi panas
Evaluasi : ibu telah mengerti cara perawatan tali pusat, bayi telah
dimandikan dan kassa tali pusat telah diganti serta bayi telah di pakaikan
baju dan bedong.
4) Memberitahu ibu untuk menjemur bayi di bawah matahari 10-15 menit
dan waktu yang baik untuk menjemur bayi adalah jam 7 sampai 10 pagi
Evaluasi : bayi sudah di jemur
5) Memberitahu ibu teknik menyusui
Evaluasi : ibu mengatkan merasa nyaman saat menyusui dalam posisi
duduk.
6) Memberitahu ibu untuk makan makanan yang bergizi
Ev : ibu mengerti dan akan melakukannya
7) Mengajarkan ibu untuk melakukan pijit payudara untuk kelancaran ASI
ekslusif.
8) Evaluasi keadaan ibu dan evaluasi keberhasilan pendampingan dan
edukasi laktasi.
Selasa, 07 april 2020 S : Ibu mengatakan tidur malam ± 6-7 jam namun bangun tiap satu jam untuk
vi
Pukul 08.00 WIB menyusui bayinya, tidur siang saat bayinya tidur ± 2 jam.Ibu mengatakan ASI
dirumah pasien keluar banyak
Alamat : Surabaya
O : K/U : Baik
Kesadaran : CM
TTV : TD : 110/70 mmhg
N : 86 x/menit
S : 36,4 ˚C
R : 20 x/menit
TFU : Tidak teraba diatas symphisis
Kontraksi : baik
Lochea : Serosa

Bayi
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Menangis kencang
Tonus otot : kuat
Pergerkan : aktif
Tanda infeksi pada pusat : tidak ada

A : Ny.M Umur 20 tahun P1A0 post partum 14 hari

P:

1) Menjelaskan hasil pemeriksaan


Evaluasi : Ibu mengatakan keadaan normal
2) Memastikan involusi uterus sesuai dengan masa nifas.
Evaluasi :TFU tidak teraba lagi.
3) Mengevaluasi keberhasilan edukasi pendampingan dan pemberian
manajemen laktasi
Ev : Ibu mengerti
4) Memberitahu ibu bayinya akan dimandikan
Evaluasi : ibu mengerti dan telah menyiapkan alat dan bahan
memandikan bayi serta baju gantinya telah siap.
5) Mengingatakan kembali ibu untuk memberikan ASI ekslusif sampai
usia 6 bulan.
Ev : Ibu mengatakan akan memberikan ASI ekslusif sampai usia 6
bulan
6) Mendiskusikan kepada ibu tentang jenis-jenis alat kontrasepsi KB
suntik, pil, implant, IUD dan kondom yang akn dipakai setelah masa
nifas serta keuntungan, kerugian dan efek samping dari jenis-jenis
kontrasepsi tersebut.
Ev: Ibu mengatakan ingin menggunakan kb suntik 3 bulan.
7) Menjemur bayi 10-15 menit
Evaluasi : bayi sudah di jemur
8) Mengobservasi kegiatan menyusui
Evaluasi : ibu mengatakan bayinya menyusu dengan kuat dan ibu
memberikan ASI minimal 2 jam 1 kali dan bila bayi mau, serta
pengeluaran (BAB) bayinya telah berwarna kuning.
9) Melakukan pendokumentasian

b. Pelaksanaan Edukasi dan Pendampingan Laktasi


vi
1. Jenis informasi yang diberikan
a) Informasi tentang AI Ekslusif
b) Informasi tentang perawatan payudara
c) Informasi tentang nutrsi persiapan laktasi
2. Jenis pendampingan yang dilakukan
a) Perawatan payudara
b) Pendampingan saat IMD
c) Posisi dan teknik dalam menyusui
d) Pijat oksitosin
e) Perawatan BBL
f) Pemenuhan nutrisi dalam menyusui
3. Penilaian hasil edukasi dn pendampingan
a) Secara langsung
(1) Ibu mengeluh pada payudaranya belum terdaapat pengeluaran
kolostrum dan memiliki kekhawatiran untuk tidak dapat memberikan
ASI ekslusif karena ibu tidak terlalu paham tentang ASI dan cara
menyusui dengan benar.
Evaluasi :
Memberikan support mental tentang kecemasan yang dialami
ibu agar lebih tenang dan melakukan perawatan payudara
secara rutin dan memenuhi nutrisi kehamilan dalam
mempersiapkan laktasi dengan mengonsumsi makanan yang
banyak mengandung gizi untuk kelancaran. Setelah diberikan
penjelasan ibu menjadi sedikit lebih tenang dan bersedia
memenuhi nutrisi selama kehamilan untuk persiapan laktasi
dan ibu bersedia melakukan perawatan payudara secara rutin.
b) Secara tidak langsung
Pendampingan dan dukungan dari suam serta keluarga membuat ibu
lebih tenng dan merasa yakin bahwa ibu aan berhasil memberikan
bayinya nanti ASI secara ekslusif tanpa tambahan susu formula.

BAB V
vi
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis membahas penatalaksanaan persiapan dan


pendampingan manajemen laktasi pada ibu hamil, bersalin, dan nifas. Penulis
melakukan pengkajian pada pasien Ny ʻʻMʼʼ umur 20 tahun G 1P0A0 UK 37
minggu 1 hari dengan persentasi kepala, pengkajian dimulai Selasa, tanggal 11
maret 2020 jam 16.00 WIB. Penulis melakukan asuhan kebidanan dengan
metode SOAP, maka pembahasan akan diuraikan sebagai berikut.

A. Subjektif
Data subjektif pada Ny ”M” umur 20 tahun G 1P0A0 didapatkan ibu
datang ingin memeriksakan kehamilannya, ibu mengatakan kehamilannya
berjalan baik, dan ingin memberikan ASI Ekslusif pada anak pertamanya.
Sesuai dengan teori mengatakan bahwa ASI Ekslusif adalah makanan
alamiah berupa cairan dengan kandungan gizi yang cukup dan sesuai
dengan kebutuhan bayi, sehingga bayi tumbuh dan berkembang dengan
baik. ASI Ekslusif bayi sejak lahir usia 0-6 bulan diberi ASI tanpa makanan
atau minum. Komposisi zat-zat yang terkandung dalam ASI adalah
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air dengan komposisi yang
seimbang dan sesuai dengan kebutuhan bayi. ASI mengandung 200 zat gizi
dan memberikan kekebalan buat bayi hingga 20 kali lipat. (Yulaikhah,
2015).
Pada ibu bersalin kala I data subjektif yang di dapatkan ibu
mengatakan nyeri punggung menjalar ke perut bagian bawah, keluar lendir
bercampur darah sejak 23.00 Wib. Hal ini sesuai dengan pendapat
(Purwoastuti, 2015), bahwa tanda dan gejala persalinan yaitu nyeri pinggang
yang samar, ringan, menggangu dan dapat hilang timbul serta keluar cairan
lendir bercampur darah melalui vagina. Pada kala II nyeri punggung
semakin sering dan kuat, keluar lendir bercampur darah semakin banyak,
keluar cairan dari jalan lahir dan ada dorongan untuk mengejan dan segera

vi
setelah bayi lahir dilakukan IMD. Hal ini juga sesuai dengan pendapat
Walyani (2016), bahwa tanda dan gejala kala II adalah adanya perasaan
ingin meneran bersaaan dengan terjadinya kontrksi, adanya peningkatan
tekanan rectum dan vagina, perineum menonjol, vulva, vagina, dan
stingterani membuka serta meningkatnya pengeluaran lendir bercampur
darah semakin banyak dan sesuai dengan teori (Astuti, 2017) Inisiasi
menyusu dini dapat memunculkan refleks bayi untuk menyusu dan berperan
penting dalam menyusu dan berperan penting dalam meyusui ASI Ekslusif.
Bayi tidak akan kedinginan karena bila bayi kepanasan secara otomatis suhu
dada ibu menurun sampai 1 derajat. IMD memberikan yang sangat besar
dan mengurangi kesulitan ibu untuk menyusui. Kala III didapatkan data
subjektif ibu senang dengan kelahiran bayinya dan ibu merasa lelah serta
perutnya masih mules. Hal ini sesuai dengan teori Walyani (2016) yang
mengatakan bahwa setelah melahirkan, uterus akan melakukan kontraksi,
hal ini harus terjadi untuk mencegah perdarahan pasca persalinan.
Kontraksi, hal ini harus terjadi untuk mencegah perdarahan pasca
persalinan. Kontraksi ini didorong oleh hormon oksitosin, yang dikeluarkan
dari kelenjar hipofisis ibu. Kontraksi uterus ini seringkali dirasakan tidak
nyaman dan ibu merasa perutnya masih mules.
Pada bayi baru lahir didapatkan data subjektif ibu senang dengan
kelahiran anak pertamanya. Pada nifas 6 jam di dapatan data subjektif ibu
mengatakan mules bagian perut sudah sedikit berkurang dan mengajarkan
ibu teknik menyusui yang benar dengan teori (Wijayanti, 2018), posisi ibu
tepat, keterikatan yang baik dari bayi ke payudara dan menyusui yang
efektif, fungsi dari teknik menyusui yang baik. Pada nifas 1 hari ibu
mengatakan senang dengan kelahiran anaknya dan ASI sudah keluar
sedikit. Hal ini sesuai dengan teori Astutik (2017) bahwa proses
laktogenesis II dimulai sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, tetapi ibu
baru merasakan payudara penuh sekitar 50-73 jam (2-3 hari) setelah
melahirkan. Pada nifas 12 hari ibu mengatakan ASI sudah lancar dan ibu
bisa menyusui dengan baik.
vi
Berdasarkan hasil pengkajian data subjektif tersebut tidak
ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang terjadi.

B. Objektif
Pada pemeriksaan ibu hamil Ny “M” keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, tanda-tanda vital TD 110/70 mmHg, Nadi 80×/menit,
Pernafasan 22×/menit, suhu 36,8°C. Hal ini didukung oleh teori Handayani
(2017) yang mengatakan bahwa keadaan umum baik data ini didapat dengan
mengamati keadaan pasien secara keseluruhan. Kriterianya baik, cukup, atau
lemah adalah hasil pengamatan dilaporkan. Kesadaran composmentis. Hal ini
didukung oleh teori Handayani (2017) yang mengatakan untuk mendapat
gambaran tentang kesadaran pasien dari keadaan komposmentis (kesadaran
maksimal) sampai dengan koma (pasien tidak dalam keadaan sadar). Tekanan
darah normal 110/80-140-90 mmHg bila> 140/90 mmHg hati-hati adanya
hipertensi atau preeklamsia (Walyani, 2015). Nadi normal 60-100 kalipermenit
jika nadi abnormal dicurigai adanya kelainan pada jantung (Walyani, 2015).
Suhu normal 36-37,5°C bila suhu lebih dari 37,5°C curigai adanya infeksi
(Walyani, 2015). Pernafasan normal 16-24 kali permenit dikaji untuk
mendeteksi secara dini adanya penyakit yag berhubungan dengan pernafasan
yang berpotensi sebagai penyulit pada persalinan (Khiroh, 2019). Pada
pemeriksaan leopold I TFU 3 jari dibawah PX bagian fundus teraba bulat,
lunak tidak melenting ( bokong ), leopold II kanan teraba bagian-bagian kecil
janin (ekstremitas) kiri teraba tahanan keras memanjang seperti papan
(punggung), palpasi leopold III bagian terbawah teraba bulat keras tidak
melenting ( kepala ), Leopold IV Kepala belum masuk PAP. Pada pemeriksaan
DJJ terdengar 2 jari di bawah pusat sebelah kanan. Teori mengatakan DJJ pada
presentasi kepala dibagian kiri atau kanan di bawah pusat (Uliyah, 2016).
Colostrum negatif (-). Hal ini didukung dengan teori Astutik (2017) yang
mengatakan bahwa tubuh ibu mulai memperoduksi colustrum pada usia
kehamilan tiga sampai empat bulan. Tetapi umumnya para ibu tidak
memproduksinya kecuali saat ASI ini bocor sedikit menjelang akhir kehamilan.
vi
Pada tiga sampai empat bulan kehamilan, prolaktin mulai merangsang kelenjar
air susu untuk menghasilkan colustrum. Pada masa ini pengeluaran meningkat
hanya saja aktivitas dalam pembuatan colustrum yang ditekan sehingga
colustrum masih terhambat.
Pada pemeriksaan ibu bersalin kala I didapatkan Colustrum (+), DJJ
138×/m, kontraksi 3×10’40”. Pemeriksaan dalam vulva vagina tidak ada
kelainan, portio tipis, ketuban utuh, pembukaan 4 cm, presentasu kepaa,
penunjuk UUK kanan depan dan berada di hodge III. Hal ini juga sesuai
dengan pendapat Astuti (2015) yang mengatakan bahwa produksi colustrum
dimulai pada saat keehmilan sampai beberapa hari setelah kelahiraan. Hal ini
juga didukung oleh teori Walyani (2016) bahwa tanda dan gejala persalinan
yaitu penipisan dan pembukaan serviks, kontraksi uterus yang mengakibatkan
perubahan serviks (frekuensi minimal 2× dalam 10 menit).
Pada kala II Pada pemeriksaan genital, perineum menonjol, vulva vagina
dan spingter ani membuka serta meningkatnya pengeluaran lendir bercampur
darah. Hal ini sesuai dengan pendapat Manuaba (2012), bahwa tanda gejala
persalinan adalah adanya perasaan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi, adanya peningkatan tekanan pada rectum dan vagina, perineum
menonjol, vulva, vagina dan spingter ani membuka serta meningkatnya
pengeluaran lendir bercampur darah.
Pada kala III tampak tali pusat didepan vulva, TFU sepuat dan kontraksi
baik. Pada kala III TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi baik, perdarahan 1
pembalut 40 cm dan kandung kemih kosong. Pada bayi baru lahir keadaan
umum baik, bayi menangis kuat, bugar, warna kulit kemerahan, tonus otot
aktif, BB 3600 gram, PB 48 cm, JK perempuan, LK 32 cm dan LD 33 cm. Hal
ini sesuai dengan teori Walyani (2017) yang mengatakan bahwa TFU pada saat
akhir persalinan adalah seinggi pusat (900-1000 gram).
Pada bayi baru lahir keadaan umum bayi baik, bayi menangis kuat, Berat
badan 3600 gram, panjang 49 cm, jenis kelamin perempuan, lingkar kepala 33
cm dan lingkar dada 32 cm. Bayi lahir berwarna kemerahan, bugar dan tonus

vi
otot aktif. Pemeriksaan antropometri telah dilakukan pemeriksaan reflek dan
hasilnya normal.
Pada saat 6 jam dilakukan pemerikaan fisik dan didapati hasil KU ibu
baik, kesadaran CM, TTV dalam batas normal, TFU 2 jari dibawah pusat,
perdarahan normal, dan pengeluaran lochea berwarna merah (Rubra). Hal ini
sesuai dengan pendapat Walyan (2017), bahwa segera setelah plasenta lahir,
uterus berada kurang lebih pertengahan antara umbilikus dan simtisisatau
sedikit lebih tinggi. Hal ini sejalan juga denga teori Febrianti (2019) yang
mengatakan bahwa lochea rbra timbul pada hari 1-2 postpartum; terdiri dari
darah segar bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa
verniks kaseosa, lanugo dan mekoneum. Pada nifas 2 hari dilakukan
pemeriksaan fisik dan didapati hasil KU ibu baik, kesadaran CM, TTV dalam
batas normal, TFU 3 jari bawah pusat, perdarahan normal, an pengeluaran
lochea berwarna merah (Rubra). Pada nifas 14 hari didapatkan hasil TFU sudah
tidak teraba, perdarahan tidak ada, cairan yang keluar dari kemaluan itu
berwarna agak kekuning-kuningan (lochea serosa) serta tidak ditemukan tanda-
tanda adanya infeksi dan ASI sudah lancar. Hal ini sejalan dengan pendapat
Rini (2018) bahwa pada hari 10 uterus telah turun masuk ke dalam rongga
panggul dan tidak dapat di raba lagi dari luar serta lochea yang keluar setelah 1
minggu postpartum adalah lochea serosa.

C. Analisa
Pada ibu hamil G1P0A0 UK 37 minggu 1 hari, janin tunggal hidup, presentasi
kepala, keadaan umum ibu dan janin baik.
Data analisa kasus pada saat persalinan diperoleh G1P0A0 UK 40 minggu,
inpartu kala I, JTH, IU, preskep, keadaan ibu dan janin baik.
Data analisa kasus pada saat nifas diperoleh P2A0 dengan post partum 6 jam.
Data analisa kasus pada saat bayi baru lahir BBL umur 1 jam, neonatus cukup
bulan.

vi
D. Penatalaksanaan
Kasus Ny”M” umur 20 tahun G1P0A0 asuhan yang diberikan
mendiskusikan persiapan dan pendampingan manajemen laktasi ASI Ekslusif,
menjelaskan tentang perawatan payudara pada masa kehamilan. Setelah
dilakukan tindakan perawatan payudara, colustrum ASI keluar lancar. Sesuai
dengan teori yang diatas Huriah (2018) mengatakan bahwa perawatan
payudara dimulai dari kehamilan 6 bulan agar ibu mampu memproduksi dan
memberikan ASI yang cukup. Perawatan payudara termasuk dalam bagian
asuhan ibu hamil yang berguna untuk melancaran sirkulasi darah dan
mencegah tersumbatnya saluran susu, sehingga pengeluaran ASI lancar.
Perawatan payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan yaitu dengan
mengurut payudara selama 6 minggu terakhir masa kehamilan.
Masa kehamilan Ny”M” juga mendikusikan tentang nutrisi untuk
memperbanyak produksi ASI. Setelah mengkonsumsi makanan daun ubi jalar,
daun katuk, daun papaya muda, sayura hijau, buah-buahan, produksi ASI ibu
meningkat. Sesuai dengan teori yang diatas Astutik (2017) bahwa makanan
dan nutrisi yang dapat meningkatkan produksi ASI pada masa kehamilan
yaitu cairan, makanan sehat yang mengandung gizi seimbang berupa kalori;
protein; kalsium dan vitamin D; magnesium; sayuran hijau dan buah;
karbohidrat kompleks; leak; garam; DHA; Vitamin; zink dan zat besi,
makanan khusus yang dapat meningkatkan pasokan ASI diantaranya adalah
daun ubi jalar, daun katuk, daun kelor serta daun papaya muda. Sayuran ini
mengandung provitamin A yang tinggi serta protein.
Kasus bersalin Ny”M” secara normal dan spontan. Ibu bersalin dalam
usia kehamilan 40 minggu dimana bayi lahir spontan pervaginam dengan
presentasi belakang kepala, proses persalinan berlangsung tanpa kompliasi
baik ibu maupun bayinya. Hal ini sesuai pendapat Nurhayati (2019), bahwa
persalinan ialah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran
plasenta dan selaput dari tubuh ibu persalinan dan kelahiran normal adalah
proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan, (37- 42

vi
minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung
tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
Setelah bayi lahir dilakukan IMD dengan asuhan yang diberikan kontak
kulit di dada ibu. Sesuai dengan teori mengatakan laktasi pada persalinan
melaksanakan IMD ini dapat dilakukan sekitar satu jam sampai bayi selesai
menyusu. IMD dapat menurunkan risiko perdarahan pada ibu setelah
melahirkan. Selain itu bagi ibu, inisiasi menyusui dini juga dapat
menstimulasi hormon oksitosin yang dapat membuat rahim berkontraksi
dalam pengecilan rahim kembali ke ukuran semula (Meihartati, 2018). Hal ini
bertujuan untuk memberikan dampak positif bagi ibu dan bayi antara lain
menjalin atau memperkuat ikatan emosional antara ibu dn bayi (Febrianti,
2019).
Pada bayi baru lahir penatalaksanaan yang diberikan adalah
menyuktikkan vitamin K dan memberikan salap mata, melakukan
pemeriksaan antropometri, perawatan tali pusat, menjaga kehangatan bayi dan
menyutikkan HB0 pada bayi. Hal ini didukug dengan teori Dwienda (2014)
yang mengatakan bahwa asuhan segera pada bayi baru lahir normal adalah
asuhan yang diberikan selama satu jam prtama setelah kelahiran. Vitamin K
diberikan pada satu jam pertama untuk mencegah terjadinya perdarahan pada
otak, perawatan pada mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% untuk
pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual) obat
mata perlu berikan pada jam pertama setelah persalinan, dan pemberian
hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi penyakit hepatitis B terhadap
bayi, terutama jalur penularan ibu ke bayi.
Ibu nifas Ny ”M” umur 20 tahun P1A0 asuhan yang diberikan membantu
ibu untuk duduk dan tetap menyusui bayinya, pada masa nifas untuk
memperlancar produksi ASI dengan pijat oksitosin. Setelah dilakukan pijat
oksitosin ASI menjadi lancar. Sesuai dengan teori Wahyuningsih (2018) yang
mengatakan pijat oksitosin adalah suatu tindakan pemijatan tulang belakang
mulai dari nervus ke 5-6 sampai scapula yang akan mempercepat kerja saraf
para simpatis untuk menyampaikan perintah ke otak bagian belakang
vi
sehingga oksitosin keluar. Pijat stimulasi oksitosin untuk menyusui berfungsi
untuk merangsang hormon oksitosin agar dapat memperlancar ASI dan
meningkatnya kenyamanan ibu. Pijat oksitosin juga dapat didefinisikan
sebagai tindakan yang dilakukan oleh keluarga terutama suami pada ibu
menyusui yang berupa pijatan pada punggung ibu untuk meningkatkan
produksi hormon oksitosin. Mempercepat penyembuhan luka bekas
implantasi plasenta, mencegah perdarahan, serta memperbanyak produksi
ASI. Pijat stimulasi oksitosin untuk ibu menyusui berfungsi untuk
merangsang hormon oksitosin agar dapat memperlancar ASI dan
meningkatkan kenyamanan ibu. Sesuai dengan teori tentang pengaruh
oksitosin pada ibu postpartum dengan kelancaran ASI menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh pijat oksitosin terhadap kelancaran ASI pada ibu
postpartum. Pegurutan tersebut diharapkan apabila terdapat penyumbatan
pada duktuss laktiferus dapat dihindarkan sehingga pada waktunya ASI akan
keluar dengan lancar (Walyani, 2015). Pijat laktasi agar nutrsi bayi dapat
terpenuhi sehingga berat badan bayi meningkat. Hal ini sejalan penelitian
Macmudah, 2017 Pijat Oksitosin merupakan manajemen keterampilan untuk
mengatasi masalah laktasi seperti produksi ASI yang tidak cukup dengan cara
meningkatkan hormon prolaktin, serta mengatasi masalah pembengkakan
payudara. Pemberian rangsangan pada otot-otot payudara akan membantu
merangsang hormon prolaktin untuk produksi air susu. Menurut asumsi
peneliti, bahwa pijat laktasi yang dilakukan ibu menyusui akan merangsang
otot-otot dan pembuluh darah didalam payudara untuk memproduksi ASI
sehingga dapat menngkatkan volume ASI ibu. Pijat laktasi berpengaruh dalam
meningkatkan hormon prolaktin untuk membantu produksi air susu. Pijat
laktasi juga akan membuat payudara lebih bersih, lembut dan elastis sehigga
akan meningkatkan bayi untuk menyusu.
Mendiskusikan pada ibu untuk makan-makanan yang bergizi seimbang
dan nutrisi untuk memperlancar produksi ASI seperti sayur-sayuran (daun
kelor, daun katu, jantung pisang), buah-buahan dan makanan yang tinggi guna
mempercepat proses pemulihan tubuh ibu. Ibu mengatakan setelah
vi
mengkonsumsi makanan daun kelor, daun katu, jantung pisang, buah-buahan
ASI menjadi lancar. Sesuai dengan teori mengatakan ibu nifas yang menyusui
harus memperhatikan beberapa hal untuk bisa meningkatkan kualitas dan
jumlah volume ASI yang dimilikinya. Seorang ibu harus meningkatkan
kebutuhan nutrisinya dengan cara meningkatan porsi makan yang
mengandung protein karena kandungan protein berfungsi untuk membentuk
jaingan baru dalam produksi ASI. Ada beberapa saran yang perlu
diperhatikan para ibu yang sedang memberikan ASI pada bayi, yakni
mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan yang dapat meningkatkan
volume ASI. Jantung pisang merupakan makanan yang akan akan gizi dan
dapat meningatkan produksi ASI dengan mengkonsumsi jantung pisang 200
gr selama 3 hari dapat meningkatkan produksi ASI rata-rata 12 ml
(Noviawati, 2019). Hal ini juga didukung dengaan penelitian Rahmanisa
(2016) yang menunjukkan bahwa Efektivitas alkaloid dan sterol yang
terkandung didalam daun katuk dapat meningkatkan produksi ASI. Sehingga
kebutuhan ASI yang akan diberikan terhadap bayi pada periode menyusui
ekslusif dpat terpenuhi setelah ibu mengonsumsi ekstrak daun katu.
Pada nifas 14 hari mendikusikan kepada ibu tentang jenis-jenis
kontrasepsi yang akan dipakai setelah masa nifas serta keuntungan dan
kerugian dan efek samping dari jenis alat kontrasepsi tersebut. Ibu mengerti
dengan penjelasan yang akan diberikan dan ibu memilih menggunakan KB
suntik 3 bulan. Hal ini sesuai dengan teori Endang (2015) yang mengatakan
bahwa suntikan yang menyerupai bonnet progesterone ini tidak menggangu
produksi ASI. Pada ibu menyusui, metode kontrasepsi ini dapat digunakan
setelah 6 minggu pasca persalinan dan cukup aman selama menyusui.

vi
BAB VI
PENUTUP

A. Simpulan
Persiapan dan pendampingan manajemen laktasi pada ibu hamil, bersalin dan
nifas diterapkan melalui pendekatan manajemen kebidanan dengan metode SOAP
diantaranya sebagai berikut :
1. Pada kasus ibu hamil Ny”M” umur 20 tahun G1P0A0 UK 37 minggu 1 hari,
JTH, presentasi kepala, keadaan umum ibu dan janin baik telah dilakukan anmnesis
atau pengkajian data subjektif. Dari hasil yang didapatkan diperoleh ibu tidak ada
keluhan dan berencana ingin memberikan ASI Ekslusif serta ini meruakan
kehamilan pertamanya.
Pada ibu bersalin Ny ”M” umur 20 tahun G 1P0A0 UK 40 minggu 4 hari, JTH,
presentasi kepala, keadaan umum ibu dan janin baik dengan inpartu kala I fase
aktif, telah dilakukan anamnesis atau pengkajian data subjektif. Dari hasil yang
didapatkan dari data subjektif ibu mengatakan nyeri pada bagian punggung bawah
menjalar ke perut bagian bawah serta keluar lendir bercampur darah keluar jalan
lahir.
Pada kasus ibu nifas Ny “M” umur 20 tahu P 1A0 telah dilakukan anamnesis
atau pengkajian data subjektif. Dari hasil yang didapatkan diperoleh ibu senang
dengan kelahiran anaknya dan ASI lancar.
2. Data objektif pada saat hamil diperoleh dari pemeriksaan fisik keadaan
umum baik, kesadaran composmentis, TD 100/70 mmHg, nadi 80 x/m , pernapasan
20 x/m , suhu 36,5°C, colustrum negatif (-), TFU 32 cm atau 3 jari dibawah PX, dan
presentasi DJJ 138 x/m dan presentasi kepala. Leopold I TFU 3 jari diatas pusat (32
cm) teraba bagian yang lunak, bulat, tidak melenting (bokong). Leopold II Bagian
kanan teraba bagian-bagian kecil janin (ekstremitas) kiriteraba tahanan keras
memanjang seperti papan (punggung). Leopold III Dibagian bawah perut ibu teraba
keras, bulat, melenting dan tidak bisa digoyangkan (Kepala sudah masuk PAP).
Leopold IV Divergen.
vi
Pada saat bersalin diperoleh hasil pemeriksaan fisik keadaan umum baik,
kesadaran composmentis, TD 120/70 mmHg, nadi 88 x/m pernapasan 20 x/m , suhu
36,5 °C, colustrum positif (+), DJJ 143 x/m , kontraksi 3×10’400”. Pemeriksaan dala
vulva vagina tidak ada kelainan, portio tipis, ketuban utuh, pembukaan 4 cm,
presentasi kepala, penunjuk UUK kanan depan dan berada di hodge III+.
Pada saat nifas 14 hari diperoleh hasil pemeriksaan fisik keadaan umum baik,
kesadaran composmentis, TD 100/70 mmHg, nadi 88 x/m pernapasan 20 x/m , suhu
36,5 °C, TFU tidak teraba, pengeluaran cairan berwarna kekuningan (lochea serosa)
dan ASI lancar.
3. Analisa kasus pada Ny ”M” saat hamil berdsarkan pengkajian data subjektif
dan objektif, yaitu G1P0A0 UK 37 minggu 1 hari, janin tunggal hidup, presentasi
kepala, keadaan umum ibu dan janin baik.
Analisa kasus pada Ny ”M” saat bersalin berdasarkan pengkajian data
subjektif dan objektif, yaitu G1P0A0 UK 40 minggu 4 hari, janin tunggal hidup,
presentasi kepala, sudah masuk PAP, keadaan umum ibu dan janin baik dengan
inpartu kala I fase aktif.
Analisa kasus pada Bayi Baru Lahir yaitu BBL 1 jamdengan neonatus cukup
bulan sesuai masa kehamilan.
Analisa pada kasus Ny “M” saat berdasarkan pengkajian data subjektif dan
objektif, yaitu P1A0 postpartum 12 hari.
4. Penatalaksanaan asuhan kebidanan yang diberikan kepada ibu hamil berupa
perawatan payudara, nutrisi masa kehamilan untuk memperbanyak produksi ASI.
Pada saat bersalin dilakukan IMD serta megajarkan cara menyusui yang baik dan
benar dan pada masa nifas yaitu perawatan payudara, nutrisi untuk memperlancar
produksi ASI, pijat oksitosin dan teknik menyusui yang baik sehingga pada saat
post partum 14 hari ASI ibu sudah lancar dan ibu bisa menyusui dengan baik.

vi
B. Saran
1. Bagi Penulis
a. Studi kasus ini diharapkan dengan melakukan asuhan kebidanan pada ibu
hamil hingga nifas pada khususnya terkait edukasi dan pendampingan
persiapan laktasi yang dimulai sejak masa kehamilan TM III hingga 2
minggu partama nifas.
b. Diharapkan penulis menambah keterampilan sehingga dapat memberikan
asuhan secara tepat dan lebih memiliki keberhasilan yang baik dalam
memberikan asuhan pada ibu hamil hingga nifas pada khususnya terkait
edukasi dan pendampingan persiapan Iaktasi yang dimulai sejak masa
kehamilan TM III hingga 2 minggu pertama nifas.
2. Bagi Institusi
Diharapkan dapat dijadikan bahan referensi bagi mahasiswa tentang asuhan
kebidanan pada asuhan yang komprehensif khususnya terkait edukasi dan
pendampingan persiapan laktasi yang dimulai sejak kehamilan TM III hingga 2
minggu pertama nifas.
3. Bagi Lahan Praktek
Studi kasus ini diharapkan dijadikan sebagai acuan untuk dapat
mempertahankan mutu pelayanan terutama dalam memberikan asuhan
pelayanan kebidanan yang terkait edukasi dan pendampingan persiapan laktasi
yang dimulai sejak masa kehamilan TM III hingga 2 minggu pertama nifas.
4. Bagi Pasien
Diharapkan pasien dapat merasa puas, aman, dan nyaman denga pelayanan
bermutu dan berkualitas secara berkesinambungan dan mengtahui, memahami
pada ibu hamil agar mengerti pentingnya pemeriksaan antenatal untuk
mengetahui komplikasi secara dini dan memeriksakan secara rutin ke tenaga
kesehatan. Mempersiapkan proses laktasi mulai dari hamil sampai dengan nifas
secara baik dan benar, sehingga dapat menyuseskan Asi Ekslusif.

vi
L
A
M
P
I
R
A
N

vi
PERSETUJUAN

PEMBERIAN EDUKASI DAN PENDAMPINGAN PERSIAPAN LAKTASI


PADA NY “M” G1P0A0 DI PRAKTEK MANDIRI BIDAN PUSPARINI
KOTA BENGKULU

RIADELA NUR AMANAH


F0G017038

Telah diperiksa dan disetujui untuk dipertahankan dihadapan Penguji

Bengkulu, Juli 2020

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Linda Yusanti, S.ST., M. Keb Kurnia Dewiani, S.ST., M. Keb


NIP. 19780409 200604 2 017 NIP. 19880116 201001 2 001

Mengetahui
Koordinator Program Studi D3 Kebidanan

Novianti, S.ST., M. Keb


NIP. 19781108 200501 2 010

vi
RIWAYAT HIDUP PENELITI

Nama : RIADELA NUR AMANAH

NIM : F0G017038

Tempat/tanggal lahir : Bengkulu, 01 April 1998

Alamat : Jln.Linggar Galing (Bengkulu Tengah)

Institusi : Program Studi D3 Kebidanan Fakultas MIPA Universitas

Bengkulu

Angkatan : VIII (2020)

Biografi :

1. SD. N 69 Kota Bengkulu Tahun Lulus 2010

2. SMP. N PANCASILA Kota Bengkulu Tahun Lulus 2013

3. SMK.N 01 Kota Bengkulu Argamakmur Tahun Lulus 2016

4. Mahasiswa D3 Kebidanan Universitas Bengkulu Tahun


2017 s/d 2020.

vi
PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN TUGAS AKHIR (LTA)

Saya yang bertanda tangn dibawah ini :

Nama : Riadela Nur Amanah

NPM : F0G017038

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Program : D3 Kebidanan

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir ini disusun


sebagi syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya dari Program Studi D3
Kebidanan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Bengkulu, seluruhnya merupakan hasil karya saya sendiri. Bagian tertentu
dalam penulisan Laporan Tugas Akhir dikutip dari hasil karya orang lain yang
telah dicantumkan sumbernya secara jelas sesuai norma, etika, dan kaidah
penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian Laporan Tugas
Akhir ini adalah plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima
sanksi sesuai dengan perundangan yang berlaku.

Bengkulu, Juni 2020

Riadela Nur Amanah

vi
ABSTRAK

PEMBERIAN EDUKASI DAN PENDAMPINGAN PERSIAPAN LAKTASI


PADA Ny “M” G1P0A0 DI PRAKTEK MANDIRI BIDAN (PMB) PUSPARINI
KOTA BENGKULU

Oleh :
RIADELA NUR AMANAH
F0G017038

Asi ekslusif adalah pemberian ASI sedini dan sebanyak mungkin sejak bayi
dilahirkan hingga bayi berusia 6 bulan tanpa tambahan cairan apapun makanan
lain bahkan air putih sekalipun. ASI merupakan cara terbaik bagi peningkatan
kualitas sumber daya manusia sejak dini dengan memberikan zat-zat gizi
bernilai tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, syaraf dan
otak, memberikan kekebalan terhadap beberapa penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri dan virus Pemberian ASI baik untuk ibu maupun bayi,
namun banyak faktor, diantaranya kurangnya edukasi, nutrisi dan perawatan
yang tepat. Studi kasus ini bertujuan untuk melakukan asuhan kebidanan
komprehensif pada Ny “M” dengan pemberian edukasi dan pendampingan
laktassi di PMB Pusparini Kota Bengkulu. Penulisan studi kasus ini menggunaan
metode deskriptif dengan teknik yang meliputi observasi, wawancara,
pemeriksaan fisik, studi dokumentasi dan kepustakaan.
Hasil asuhan kebidanan secaraa komprehensif pada Ny “M” dilakukan sesuai
recana kebidanan. Evaluasi berjalan dengan baik tanpa hambatan.
Proses pendampingan persiapan laktasi dari masa kehamilan berjalan baik,
dilakukan dengan memberitahu ibu mengkonsumsi makanan yang bisa
memperlancar produk ASI, perawatan payudara dan posisi menyusui. Persalinan
secara spontan berjalan lancar dan dilakukan IMD segera setelah lahir. Nifas ibu
berjalan normal dan pemberian ASI hingga 2 minggu masa nifas berjalan lancar
serta mendapatkan penyuluhan tenang persiapan penggunaan alat kontrasepsi
dan akan memilih KB jenis suntik 3 bulan setelah masa nifas berakhir.

Kata kunci : Edukasi, Pendampingan Persiapan Laktasi.

vi
ABSTRACT

EDUCATION AND ASSISTANCE LACTATION PREPARATION


IN MRS. “M” G1P 0A 0 ON PMB PUSPARINI
BENGKULU CITY

PEMBERIAN EDUKASI DAN PENDAMPINGAN PERSIAPAN LAKTASI


PADA Ny “M” G1P0A0 DI PRAKTEK MANDIRI BIDAN (PMB) PUSPARINI
KOTA BENGKULU

Oleh :
RIADELA NUR AMANAH
F0G017038

Asi ekslusif adalah pemberian ASI sedini dan sebanyak mungkin sejak bayi
dilahirkan hingga bayi berusia 6 bulan tanpa tambahan cairan apapun makanan
lain bahkan air putih sekalipun. ASI merupakan cara terbaik bagi peningkatan
kualitas sumber daya manusia sejak dini dengan memberikan zat-zat gizi
bernilai tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, syaraf dan
otak, memberikan kekebalan terhadap beberapa penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri dan virus Pemberian ASI baik untuk ibu maupun bayi,
namun banyak faktor, diantaranya kurangnya edukasi, nutrisi dan perawatan
yang tepat. Studi kasus ini bertujuan untuk melakukan asuhan kebidanan
komprehensif pada Ny “M” dengan pemberian edukasi dan pendampingan
laktassi di PMB Pusparini Kota Bengkulu. Penulisan studi kasus ini menggunaan
metode deskriptif dengan teknik yang meliputi observasi, wawancara,
pemeriksaan fisik, studi dokumentasi dan kepustakaan.
Hasil asuhan kebidanan secaraa komprehensif pada Ny “M” dilakukan
sesuai recana kebidanan. Evaluasi berjalan dengan baik tanpa hambatan.
Proses pendampingan persiapan laktasi dari masa kehamilan berjalan baik,
dilakukan dengan memberitahu ibu mengkonsumsi makanan yang bisa
memperlancar produk ASI, perawatan payudara dan posisi menyusui. Persalinan
secara spontan berjalan lancar dan dilakukan IMD segera setelah lahir. Nifas ibu
berjalan normal dan pemberian ASI hingga 2 minggu masa nifas berjalan lancar
serta mendapatkan penyuluhan tenang persiapan penggunaan alat kontrasepsi
dan akan memilih KB jenis suntik 3 bulan setelah masa nifas berakhir.

Kata kunci : Edukasi, Pendampingan Persiapan Laktasi.


vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR......................................................................................v
DAFTAR TABEL...........................................................................................vi
DAFTAR BAGAN..........................................................................................vii
DAFTAR SINGKATAN................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................6
C. Tujuan Penulisan Studi Kasus...........................................................7
1. Tujuan Umum.........................................................................7
2. Tujuan Khusus........................................................................7
D. Manfaat Penulisan..............................................................................8
1. Manfaat Teoritis.............................................................................8
2. Manfaat Praktis..............................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kehamilan....................................................................................9
1. Fisiologi Kehamilan.................................................................9
a) Pengertian Kehamilan........................................................9
b) Perubahan Fisiologis dan Psikologi...................................9
2. Proses Laktasi Kehamilan........................................................13
B. Persalinan.....................................................................................17
1. Fisiologi Persalinan.................................................................17
a) Pengertian Persalinan.........................................................17
b) Proses Persalinan...............................................................18

vi
2. Proses Laktasi Pada Proses Persalinan....................................25
C. Nifas................................................................................................28
1. Fisiologi Nifas...........................................................................28
a) Pengertian Nifas..................................................................28
b) Perubahan Fisiologis Nifas..................................................29
2. Proses Laktasi pada Masa Nifas................................................36
D. Bayi Baru Lahir...............................................................................42
1. Pengertian Bayi Baru Lahir.......................................................42
2. Kebutuhan Bayi Baru Lahir......................................................43
E. Keluarga Berencana.........................................................................46
1. Pengertian Keluarga Berencana.................................................46
2. Jenis-jenis Alat Kontrasepsi.......................................................46
BAB III METODE STUDI KASUS
A. Lokasi Dan Waktu Pelaksanaan........................................................52
B. Subjek Laporan Kasus......................................................................52
C. Instrumen Pengumpulan Data..........................................................52
D. Teknik Pengumpulan Data................................................................53
E. Bahan Dan Alat.................................................................................55
F. Perencanaan Pengambilan Kasus......................................................56
G. Etika Pengambilan Kasus.................................................................56
BAB IV GAMBARAN KASUS
A. Data Subjektif...................................................................................52
B. Data Objektif....................................................................................52
C. Analisa..............................................................................................52
D. Penatalaksanaan...............................................................................52
BAB IV PEMBAHASAN
A. Subjektif............................................................................................52
B. Objektif............................................................................................52
C. Analisa..............................................................................................52
D. Penatalaksanaan...............................................................................52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
MOTTO dan PERSEMBAHAN

Motto :
 Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaa suatu kaum sehingga
mereka merubah keadan yang ada pada diri mereka merubah
yang ada pada diri mereka sendiri (QS. Ar-Ra’d:11).
 Jalan yang susah sering membawa kita pada tujuan yang indah.

Persembahan :
Alhamdulillah segala puji dan syukur kepada Allah SWT dukungan dan doa dari orang
tercinta, akhirnya laporan tugas akhir ini dapat diselesaikan tepat waktunya. Oleh karena
itu dengan rasa bangga dan bahagia serta rasa syukur dan berterimahkasih kepada Allah
SWT dan kedua orang tua tercinta, karena atas izin dan karunianyalah Laporan Tugas
Akhir ini dapat dibuat dan selesai pada waktunya, dan telah mengabulkan doa.
 Terimakasih kepada kedua orang tua ku tercinta, ayahanda Thamrin dan ibunda
Parliyah tersayang. Terimakasih atas kasih sayang, doa dan dukungan yang tiada
hentinya untukku.
 Terimakasih kepada kedua orang tua ku tercinta, ayahanda Saparmandi dan
ibunda Nismaini tersayang. Terimakasih atas kasih sayang, doa dan dukungan
yang tiada hentinya untukku.
 Terimakasih kepada suamiku Predi Pranzeko yang telah menemaniku begadang
dalam mengerjakan tugas dan menafkahiku lahir dan batin, selalu memberikan
semangat dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
 Ayukku tersayang Aprilita Nur Hasanah, Febrimeta Nur Barokah, Maretiyati Nur
Fatonah, Hesti Sari Nada terimakasih sudah membantu ria dalam keadaan
kesulitan, dan memberikan semangat, menemani begadang selama proses
pembuatan LTA ini.
 Dosen pembimbing Linda Yusanti, S, ST., M. Keb dan Kurnia Dewiani, S, ST.,
M. Keb terimakasih telah membmbingku, memotivasiku untuk selalu fokus dalam
menyelesaikan Laporan Tugas Ak hir ini.
 Untuk semua dosen-dosen ku terimahkasih atas semua pengetahuan yang berikan
kepada ku.
 Saudara-saudaraku yang terbaik lusi, lusa, dahlia, ayuk ima, kakak ipul, imel,
adikku keken, vero, yosi, intan, lidia, kakak sani, Pusparini, SST, yang sudah
membantu, membimbing serta selalu memberikan support dan teman
seperjuangan atas canda tawa, suka cita yang kita alami bersama 3 tahun ini.
 Terakhir ALMAMATER kebanggaanku.

vi
LAPORAN TUGAS AKHIR

PEMBERIAN EDUKASI DAN PENDAMPINGAN PERSIAPAN


LAKTASI PADA NY.M UMUR 20 TAHUN G1P0A0
DI PRAKTEK MANDIRI BIDAN PUSPARINI
KOTA BENGKULU

RIADELA NUR AMANAH


F0G017038

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
T.A 2019/2020

vi
LAPORAN TUGAS AKHIR

PEMBERIAN EDUKASI DAN PENDAMPINGAN PERSIAPAN


LAKTASI PADA NY.M UMUR 20 TAHUN G1P0A0
DI PRAKTEK MANDIRI BIDAN PUSPARINI
KOTA BENGKULU

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya
Pada Program Studi D3 Kebidanan

RIADELA NUR AMANAH


F0G017038

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
T.A 2019/2020

vi
PEMBERIAN EDUKASI DAN PENDAMPINGAN PERSIAPAN LAKTASI PADA NY.M
UMUR 20 TAHUN G1P0A0 DI PRAKTEK MANDIRI BIDAN (PMB) PUSPARINI
KOTA BENGKULU

NAMA : Riadela Nur Amanah


NPM : F0G017038
JUDUL : Pemberian Edukasi dan Pendampingan Persiapan Laktasi Pada
Ny.M Umur 20 Tahun G1P0A0 di Praktek Mandiri Bidan (PMB)
Pusparini Kota Bengkulu
Pembimbing : Linda Yusanti, S.ST., M. Keb

Kegiatan BAB I BAB II BAB III


Bimbingan

Tanggal

Paraf

Tanggal

Paraf

Tanggal

Paraf

vi
Kegiatan BAB I BAB II BAB III
Bimbingan

Tanggal

Paraf

Tanggal

Kegiatan BAB IV BAB V BAB VI


Bimbingan

Tanggal

Paraf

Tanggal

Paraf

vi
Kegiatan BAB IV BAB V BAB VI
Bimbingan

Tanggal

Paraf

Tanggal

Paraf

Tanggal

Paraf

Tanggal

Paraf

PEMBERIAN EDUKASI DAN PENDAMPINGAN PERSIAPAN LAKTASI PADA NY.M


vi
UMUR 20 TAHUN G1P0A0 DI PRAKTEK MANDIRI BIDAN (PMB) PUSPARINI
KOTA BENGKULU

NAMA : Riadela Nur Amanah


NPM : F0G017038
JUDUL : Pemberian Edukasi dan Pendampingan Persiapan Laktasi Pada
Ny.M Umur 20 Tahun G1P0A0 di Praktek Mandiri Bidan (PMB)
Pusparini Kota Bengkulu
Pembimbing : Kurnia Dewiani, S.ST., M. Keb

Kegiatan BAB I BAB II BAB III


Bimbingan

Tanggal

Paraf

Tanggal

Paraf

Tanggal

Paraf

Kegiatan BAB I BAB II BAB III


vi
Bimbingan

Tanggal

Paraf

Tanggal

Paraf

Tanggal

Paraf

Tanggal

Paraf

vi
Kegiatan BAB IV BAB V BAB VI
Bimbingan

Tanggal

Paraf

Tanggal

Paraf

Tanggal

Paraf

Tanggal

Paraf

vi
vi

Anda mungkin juga menyukai