Anda di halaman 1dari 7

ASUHAN KEPERAWATAN TENTANG TEKNIK MENYUSUI

DENGAN PELAKSANAAN MENYUSUI PADA IBU YANG


MEMPUNYAI BAYI 0-6 BULAN
KIAN
Karya Ilmiah Akhir Ners

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Ners


Pada Program Studi Profesi Ners SIKes Muhammadiyah Ciamis

Oleh :
TETEN NUGRAHA RACHMAT
NIM. 2106277079

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
CIAMIS
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menyusui adalah proses pemberian air susu ibu (ASI) kepada bayi
sejak lahir sampai berusia 2 tahun. Jika bayi diberikan ASI saja sampai
usia 6 bulan tanpa menambahkan dan mengganti dengan makanan atau
minuman lainnya merupakan proses menyusui eksklusif. Asi eksklusif
dapat melindungi bayi dan anak terhadap penyakit berbahaya dan
mempererat ikatan kasih sayang (bonding) antara ibu dan anak. Proses
menyusui secara alami akan membuat bayi mendapatkan asupan gizi yang
cukup dan limpahan kasih sayang yang berguna untuk perkembangannya
(Hidayati, 2012).
Menurut data dari hasil World Health Organization (WHO) 2016,
cakupan ASI eksklusif di seluruh dunia yaitu hanya sekitar 36% selama
periode 2007-2014. Hasil survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun
2010, angka cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih
dibawah target yaitu pada bayiusia 0-6 bulan sebesar 61,5%, tahun
2012 sebesar 42%, dan tahun 2013 sebesar 54,3%. (Kementerian
Kesehatan RI, 2013). Peningkatan presentasi pemberian ASI eksklusif
masih menjadi acuan pemerintah dalam program pemerintah
pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Berdasarkan data dari profil
kesehatan Indonesia tahun 2017, cakupan presentasi bayi yang mendapat
ASI eksklusif di Indonesia adalah sebesar 61,33% (Kemenkes, 2018).
Pemerintah telah menargetkan pencapaian ASI Ekslusif di Indonesia
sebesar 80%, namun hal itu masih belum tercapai hingga saat ini. Upaya
untuk meningkatkan cakupan ini dengan memberikan informasi yang
benar dan tepat mengenai berbagai manfaat ASI eksklusif bagi ibu
maupun bayi sehingga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat
mengenai pentingnya pemberian ASI Eksklusif pada bayi (Saputri,
Ginting, & Zendato, 2019).
Jawa Barat sendiri dari tahun ke tahun memiliki cakupan ASI
ekslusif yang terus meningkat, seperti pada tahun 2011 cakupan ASI di
Jawa Barat sebanyak 45,86%. Tahun 2012 cakupan ASI sebanyak 47,47
kemudian pada tahun 2013 mengalami peningkatan lagi yaitu 60,66, akan
tetapi ditahun 2016 angka cakupan ASI di Jawa Barat mengalami
penurunan yaitu menjadi 52,11% (Dinas Kesehatan Jawa Barat, 2016).
Pada usia 6 bulan pertama, bayi hanya perlu diberikan ASI saja atau
dikenal dengan sebutan ASI eksklusif (Maryunani, 2010). ASI eksklusif
adalah pemberian ASI saja pada bayi 0-6 bulan tanpa pemberian tambahan
cairan lain seperti susu formula, air jeruk, madu, air teh, air putih dan
tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biskuit,
dan nasi tim (Haryono dan Setianingsih, 2014). ASI diproduksi dalam
korpus alveolus yaitu unit terkecil yang memproduksi susu, selanjutnya
dari alveolus air susu akan diteruskan ke dalam saluran yang disebut
duktus laktiferus. Setelah persalinan, produksi susu dipengaruhi oleh
isapan mulut bayi yang mampu merangsang prolaktin keluar. ASI
merupakan cairan susu yang diproduksi ibu yang merupakan makanan
terbaik untuk kebutuhan gizi bayi. Pengertian ASI eksklusif adalah
pemberian air susu ibu, segera setelah persalinan sampai bayi berusia 6
bulan tanpa tambahan10 makanan lain, termasuk air putih. Pemberian
mineral, vitamin, maupun obat boleh diberikan dalam bentuk cair sesuai
anjuran dokter. Hal ini dikarenakan sistem pencernaan bayi masih belum
sempurna, khususnya usus halus pada bayi masih berbentuk seperti
saringan pasir, pori-pori pada usus halus ini memungkinkan protein atau
kuman akan langsung masuk dalam sistem peredaran darah dan dapat
menimbulkan alergi. Pori-pori dalam usus bayi ini akan menutup setelah
berumur 6 bulan. Setelah usia bayi mencapai 6 bulan, bukan berarti
pemberian ASI dihentikan, bayi diberikan makanan pendamping lain
secara bertahap sesuai dengan usianya dan ASI tetap boleh diberikan
sampai anak berusia 2 tahun.
Teknik menyusui yang benar diperlukan agar bayi dan ibu merasa
nyaman dan bayi bisa memperoleh manfaat yang terbesar dari menyusui
(Astutik, 2014). Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan
ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi yang benar
(Perinasia (1994) dalam Rahayu, 2016). ASI adalah cairan kehidupan
terbaik yang sangat dibutuhkan oleh bayi. ASI mengandung berbagai zat
yang penting untuk tumbuh kembang bayi dan sesuai dengan
kebutuhannya.
Teknik menyusui yang benar juga dapat bermanfaat dalam menekan
angka kematian bayi yang disebabkan karena posisi menyusui yang tidak
benar. Ironisnya, hanya kurang dari setengah anak di dunia menikmati
kesempatan emas ini. Setiap ibu yang memiliki bayi perlu mengetahui
tentang teknik menyusui yang benar demi tercapainya asupan nutrisi bayi
yang opimal. Pencapaian program pemerintah dalam pemberian ASI
Eksklusif diperlukan kerjasama yang baik antara pemerintah dengan
masyarakat khususnya ibu menyusui. Namun faktanya masih terdapat
kendala dalam pelaksanaan program ASI eksklusif diantaranya
ketidaktahuan ibu tentang teknik menyusui yang akan berdampak pada
pemberian ASI. Keadaan tersebut menyebabkan teknik menyusui tidak
diaplikasikan dengan baik dan benar sehingga menjadi penyebab
utama terjadinya kegagalan menyusui (Ika Arif, 2017).
Dampak dari rendahnya pengetahuan ibu tentang teknik menyusui
yang benar dalam mencukupi pemberian ASI eksklusif, yaitu puting lecet
maupun bengkak yang menyebabkan ibu enggan menyusui bayinya serta
bayi tidak akan mendapatkan nutrisi yang optimal dari ASI (Hemi Nursita,
2019). Peran perawat sangat dibutuhkan klien dalam kasus seperti
diatas. Peran perawat untuk memberikan informasi kepada ibu tentang
teknik menyusui yang benar. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis
tertarik untuk membuat Karya Tulis Ilmiah yang berjudul asuhan
keperawatan tentang teknik menyusui dengan pelaksanaan menyusui pada
ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan dalam
penelitian ini adalah “Mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara
komprehensif kepada klien ibu post partum dengan penerapan teknik
menyusui yang benar agar nyaman bagi ibu dan bayi”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif
kepada klien ibu post partum dengan penerapan teknik menyusui serta
bayi mendapatkan ASI eklusif secara optimal.
2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien ibu post partum


dengan penerapan teknik menyusui yang baik dan benar.
b. Menetapkan diagnose keperawatan pada klien ibu post partum
dengan penerapan teknik menyusui yang baik dan benar.
c. Merencanakan tindakan keperawatan pada klien ibu post partum
dengan penerapan teknik menyusui yang baik dan benar.
d. Melakukan tindakan keperawatan pada klien ibu post partum
dengan penerapan teknik menyusui yang baik dan benar.
e. Melakukan evaluasi pada klien ibu post partum dengan penerapan
teknik menyusui yang baik dan benar.
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien ibu post
partum dengan penerapan teknik menyusui yang baik dan benar.

D. Ruang Lingkup
Memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif kepada
klien ibu post partum dengan intervensi penerapan teknik menyusui yang
baik dan benar selama 3x24 jam.
E. Manfaat Penulisan
Manfaat yang ingin dicapai melalui penulisan KIAN ini terdiri dari
manfaat untuk mahasiswa, lahan praktek, institusi pendidikan dan profesi
keperawatan.
1. Bagi Mahasiswa
a. Untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam
pemberian asuhan keperawatan pada ibu post partum mengenai
teknik menyusui.
b. Menambah keterampilan atau kemampuan mahasiswa dalam
menerapkan asuhan keperawatan pada ibu post partum mengenai
teknik menyusui.
2. Bagi Tempat Praktik
Dapat dijadikan masukan sebagai bahan pertimbangan dalam
pelayanan kesehatan di sekitar subjek asuhan keperawatan pada ibu
post partum.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan evaluasi sejauh mana kemampuan mahasiswa dalam
melakukan asuhan keperawatan pada ibu post partum, juga dapat
digunakan sebagai informasi yang berguna para pembaca untuk
menambah wawasan, pengetahuan dan juga sebagai acuan
pembelajaran tentang penerapan asuhan keperawatan mengenai teknik
menyusui.
4. Bagi Perawat
Hasil penelitian ini dapat dijadikan intervensi kepada perawat yang
bekerja di lingkungan rumah sakit, puskesmas rawat inap maupun
klinik rawat inap dalam menjalankan perannya secara luas selain caring,
namun juga mencakup peran sebagai advokasi, edukator, konsultan atau
bagi pasien dan keluarga pasien agar mengerti mengenai penerapan
teknik menyusui pada ibu post partum.
5. Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat menambah wawasan bagi masyarakat khusunya
ibu post partum bahwa teknik menyusui yang baik dan benar dapat
memberikan kenyamanan pada ibu dan pemenuhan nutrisi dari ASI
yang optimal untuk bayi.
F. Metode Penulisan
Metode dalam penulisan KIAN ini menggunakan metode deskriftif
dan metode studi kepustakaan. Dalam metode deskriptif pendekatan yang
digunakan adalah studi kasus dengan mengelola satu kasus dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan. Metode pengambilan data
menggunakan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dll.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan KIAN dari Bab I berisi tentang latar
belakang, rumusan masalah, tujuan, ruang lingkup, manfaat, metode dan
sistematika penulisan. Bab II mengenai tinjauan teori yang berhubungan
dengan kasus kelolaan. Bab III mengenai tinjauan kasus atau asuhan
keperawatan yang mengenai kasus kelolaan. Bab IV mengenai Critical
Evidance Based Practice, Bab V Pembahasan dan Bab VI Penutup.

Anda mungkin juga menyukai