Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEBIDANAN KOMPLEMENTER DENGAN INTERVENSI

HYPNOBREASTFEEDING UNTUK MENINGKATKAN


PRODUKSI ASI PADA IBU NIFAS POST SC
DI RUANG RAHMAH RUMAH SAKIT
PKU MUHAMMADIYAH
GOMBONG

KARYA ILMIAH AKHIR PROFESI BIDAN

Diajukan oleh :

Umi Sulasih
NIM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM


PROFESI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH GOMBONG
2024
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Data World Health Organization (2022), cakupan pemberian ASI

eksklusif di seluruh dunia belum mencapai target yaitu 52.8% atau

menurun 12% dibanding tahun 2019. Sedangkan untuk Negara ASEAN

pencapaian ASI eksklusif masih jauh dari target WHO seperti Filipina

mencapai 34 persen, Vietnam 27 persen, India 46 persen, dan Myanmar 24

persen (WHO, 2018). Survei Demografi Indonesia (SDKI) tahun 2020

mengatakan capaian indikator persentase bayi usia kurang dari 6 bulan

yang mendapatkan ASI Eksklusif sudah memenuhi target tahun 2020,

yaitu sebesar 76,30%. Angka capaian ASI Eksklusif di Jawa Tengah

sendiri pada tahun 2021 mencapai 78.93% (SDKI, 2020). Angka capaian

ASI Ekslusif di Kebumen tahun 2021 adalah 70,7% (Dinkes Jawa Tengah,

2021).

ASI merupakan makanan pertama dan alami bagi bayi yang

mengandung berbagai macam vitamin, mineral, dan nutrisi lainnya yang

sesuai bagi kebutuhan bayi dalam enam bulan pertama kehidupan. Selain

kandungan nutrisi, ASI juga mengandung IgA, IgM, IgG, IgE, laktoferin,

lisosom, immunoglobulin, dan zat lainnya yang merupakan zat kekebalan

bagi tubuh bayi sehingga tubuh bayi dapat terhindar dari berbagai macam

penyakit infeksi, oleh karena itu, dalam dua tahun pertama kehidupan,
setengah atau lebih kebutuhan gizi dapat terpenuhi oleh pemberian ASI

pada bayi (Roesli, 2019)

Pemberian ASI memiliki manfaat dari aspek global, manfaat bagi

bayi, maupun bagi ibu baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang

karena berhubungan dengan intelegensi anak dan manfaat ekonomi secara

global. Bagi bayi, pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan telah

dilaporkan berhubungan dengan menurunnya risiko kematian bayi usia 0-6

bulan. Pemberian ASI eksklusif juga terbukti dapat menurunkan risiko

diare, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), dan demam pada anak.

Bagi ibu, menyusui memberikan proteksi dari penyakit kanker payudara,

membantu memberikan jarak kehamilan, dan memproteksi dari kanker

ovarium (Rohani, 2018).

Masalah sering muncul mengenai pemberian ASI Eksklusif yang

memutuskan ibu untuk menghentikan produksi ASI disebabkan oleh

rendahnya pengetahuan mengenai cara menyusui yang baik merupakan

faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi proses laktasi, terkait

dengan latar belakang sosial budaya. Hal ini berkaitan dengan kemampuan

ibu untuk menerima informasi yang nantinya berpengaruh secara langsung

dalam proses pengeluaran ASI. Faktor langsung yang terkait psikologis

ibu meliputi persepsi ibu mengenai keuntungan dan kerugian menyusui

dan pengetahuan tentang menyusui membuat ibu memutuskan untuk

menghentikan produksi ASI eksklusif pada bayinya. (Novita, 2015). Rasa

cemas juga dapat mempengaruhi produksi ASI, hal ini dikarenakan


pelepasan hormon adrenalin yang menyebabkan vasokonstriksi dari

pembuluh dara alveoli, sehingga oksitosin yang mampu mencapai target

organ mioepitelium kelenjar mamae hanya sedikit. Hal tersebut juga

mempengaruhi pengeluaran hormon nonadrenalin pada sistem saraf pusat

sehingga sesuai dengan mekanisme kerja kedua substansi kimia akan

menyebabkan terhambatnya milk ejection reflex yang berakibat pada

penurunan produksi ASI. Dukungan psikologis yang diberikan akan

membuat ibu agar lebih percaya bahwa ibu dapat menghasilkan produksi

ASI yang cukup untuk bayi (Rahayu & Yunarsih, 2018).

Upaya untuk meningkatkan cakupan ASI dapat dilakukan dengan

beberapa metode yaitu metode farmakologi dan metode non farmakologi.

Salah satu metode non farmakologis yang dapat dilakukan adalah dengan

Hypnobreastfeeding. Hypnobreastfeeding membantu ibu untuk

memastikan agar ibu bisa terus memberikan ASI, minimal secara eksklusif

enam bulan pertama terutama bila ibu menyusui harus kembali bekerja.

Hypnobreastfeeding merupakan teknik relaksasi untuk membantu

kelancaran proses menyusui. Caranya memasukkan kalimat-kalimat

afirmasi yang positif yang membantu proses menyusui di saat ibu dalam

keadaan rileks atau sangat berkonsentrasi pada suatu hal (Saputri, 2017).

Metode hypnobreaastfeeding sangat tepat digunakan untuk ibu nifas

sehingga menjadi percaya diri dan lebih siap menyusui bayinya sehingga

produksi ASI meningkat (Aprilia, 2019). Menurut Rahmawati dkk (2017)

hypnobreastfeeding mempengaruhi produksi ASI pada ibu menyusui.


Hypnobreastfeeding merupakan teknik relaksasi membantu kelancaran

proses menyusui secara holistik yang memperhatikan mind, body and soul

ibu menyusui. Hypnobreastfeeding membuat ibu lebih rileks, tenang, dan

nyaman selama menyusui sehingga muncul umpan balik positif yaitu

peningkatan pelepasan oksitosin dan prolaktin oleh hipofisis. Hormon

prolaktin berperan dalam menstimulasi nutrisi untuk sintesis susu dalam

sel sekresi alveoli. Oksitosin menyebabkan kontraksi myoepithelial di

sekitar alveoli dan mengeluarkan susu.

Hasil yang sama juga disampaikan Putriningrum, dkk (2020)

bahwa pemberian terapi hypnobreastfeeding berpengaruh pada proses

menyusui. Ada beberapa faktor yang menyebabkan proses laktasi tidak

berhasil, diantaranya adalah faktor dari ibu, antara lain adalah faktor fisik

yaitu kondisi fisik yang lemah karena kelelahan menjalani proses

persalinan, dan juga faktor psikis yaitu kondisi psikologis ibu atau masalah

masalah psikologis ibu yang dapat menghambat kerja oksitosin.

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong adalah salah satu

rumah sakit rujukan PONEK yang terletah di Kecamatan Gombong,

Kabupaten Kebumen. Hasil survey dari data register yang dilakukan oleh

peneliti pada tanggal 7 Januari 2024 didapatkan data jumlah persalinan

Sectio Caesarea dalam satu tahun terakhir di RS PKU Muhammadiyah

Gombong periode Januari-Desember 2023 sebanyak 740 persalinan. Data

cukup diambil 3bulan terahir (Okt-Des’23) ga usah 1 th. Sebanyak 145

dari 740.. darimana ?? yg dibutuhkan fenomena nyata saat ibu nifas msh di
ruang nifas saja..…ibu nifas yang mengeluh karena produksi ASI yang

belum keluar di ruang nifas brp jumlahnya….. pada saat mb.umi

mengambil data tgl 7 jan…? maka itu nanti yg akan diambil / penlit

tertarik utk latar belakang , mereka takut jika tidak bisa memberikan ASI

kepada bayinya. Dari latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan Asuhan kebidanan komplementer dengan intervensi

Hypnobreastfeeding pada ibu post SC untuk meningkatkan produksi ASI

di Ruang Rahmah Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas

maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah Asuhan

kebidanan komplementer dengan intervensi Hypnobreastfeeding pada ibu

post SC untuk meningkatkan produksi ASI di Ruang Rahmah Rumah

Sakit PKU Muhammadiyah Gombong?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menjelaskan penerapan Asuhan kebidanan komplementer dengan

intervensi Hypnobreastfeeding pada ibu post SC untuk meningkatkan

produksi ASI di Ruang Rahmah Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Gombong

2. Tujuan Khusus (lebih spesifik pada penerapannya)


a. Untuk dapat menerapkan intervensi hypnobreasfeeding pada ibu

nifas post SC di Ruang Rahmah Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah Gombong

b. Memaparkan hasil pengkajian pada kasus berdasarkan data

subyektif dan obyektif.

c. Untuk dapat menerapkan Hypnobreastfeeding pada peningkatkan

produksi ASI pada ibu nifas post SC di Ruang Rahmah Rumah

Sakit PKU Muhammadiyah Gombong

d. Memaparkan hasil analisa data pada kasus

e. Memaparkan hasil intervensi, implementasi dan evaluasi

kebidanan pada kasus.

f. Memaparkan hasil efektifitas Hypnobreastfeeding pada ibu post

SC untuk meningkatkan produksi ASI di Ruang Rahmah Rumah

Sakit PKU Muhammadiyah Gombong

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi Penulis

Mampu mengimpelementasikan Ilmu Kebidanan yang telah diperoleh

khususnya tentang terapi komplementer pada masyarakat.

b. Bagi Rumah sakit

Mampu menjadi inovasi dalam peningkatan produksi ASI berbasis

terapi komplementer

c. Bagi Pasien
Pasien merasa senang dengan terapi komplementer yang diberikan

karena produksi ASI jadi meningkat

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Konsep Asuhan Kebidanan

a. Standar Asuhan Kebidanan

Asuhan kebidanan adalah rangkaian kegiatan yang didasarkan pada

proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh

Bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya

berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan (Rahmawati, 2020).

b. Standar Kompetensi Bidan


Kompetensi Bidan menjadi dasar memberikan pelayanan kebidanan

secara komprehensif, efektif, efisien, dan aman berdasarkan evidence

based kepada klien, dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif

dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan

rujukan. Berikut 7 kompetensi bidan menurut Kemenkes RI. Nomor

HK.01.07.MENKES/320/2020, yaitu:

1) Etik Legal Dan Keselamatan

Klien Mampu melaksanakan praktik kebidanan dengan

menerapkan etika, legal, dan keselamatan klien dalam seluruh

praktik dan pelayanan kebidanan untuk perwujudan

profesionalisme Bidan.

2) Komunikasi Efektif Mampu melaksanakan praktik kebidanan

dengan menggunakan teknik komunikasi efektif untuk interaksi

dengan klien, bidan, tenaga kesehatan lain, dan masyarakat dalam

bentuk anamnesis, konseling, advikasi, konsultasi, dan 7 rujukan,

dalam rangka memenuhi kebutuhan klien, dan menjaga mutu

pelayanan kebidanan.

3) Pengembangan Diri dan Profesionalisme

Mampu melakukan praktik kebidanan dengan memahami

keterbatasan diri, kesadaran meningkatkan kemampuan

professional, dan mempertahankan kompetensi yang telah dimiliki,

serta senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan


teknologi dalam memberikan pelayanan kebidanan yang terbaik

bagi masyarakat dan semua pemangku kepentingan.

4) Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan

Mampu melakukan praktik kebidanan dengan mengaplikasi ilmu

biomedik, kebidanan, ilmu kesehatan anak, sosial budaya,

kesehatan masyarakat, biokimia, fisika kesehatan, dan farmakologi,

prilaku, humaniora, hukum kesehatan, komunikasi secara

terintegrasi untuk pemberian asuhan kebidanan komprehensif

secara optimal, terstandar, aman dan efektif.

5) Keterampilan Klinis Dalam Praktik Kebidanan

Mampu mengaplikasikan keterampilan klinis dalam pelayanan

kebidanan berlandaskan bukti (evidence based) pada setiap tahap

dan sasaran pelayanan kebidanan.

6) Promosi Kesehatan dan Konseling

Mampu menerapkan pengetahuan dan keterampilan untuk berperan

aktif dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan perempuan, dan

anak dalam bentuk edukasi dan konseling masalah-masalah

kesehatan khususnya dalam bidang reproduksi perempuan.

7) Manajemen dan Kepemimpinan

Mampu menerapkan prinsip manajemen dan kepemimpinan dalam

perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi dalam

pelayanan kebidanan sehingga mampu menetapkan prioritas dan


menyelesaikan masalah dengan menggunakan sumber daya secara

efisien.

2. Masa Nifas

a. Definisi

Masa nifas atau yang biasa disebut dengan puerperium adalah

permulaan setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika organ rahim

kembali ke fungsi sebelum kehamilan. Berlangsung selama 6 minggu

atau 42 hari. Namun, itu akan pulih sepenuhnya dalam waktu 3 bulan.

Dan akan mengalami perubahan fisik dan mental. Masa ini sangat

kritis bagi ibu dan bayinya, oleh sebab itu diperlukan perawatan nifas

yang tepat karena jika tidak ditangani dengan baik maka ibu dan

bayinya akan terancam (Sulistyawati, 2019).

Masa nifas akan berlangsung sekitar 6 minggu. Saat ini, ibu nifas

perlu mendapat pelatihan untuk mempercepat proses infiltrasi rahim.

Degradasi ini mencakup penyusunan kembali serta pengangkatan

endometrium sekaligus pelepasan tempat menempelnya plasenta.

Apabila proses ini sudah selesai maka ukuran, berat dan posisi uterus

akan mengalami penurunan dan juga adanya perubahan pada warna

dan volume lokhea. Penyebab terjadinya proses involusi adalah adanya

retensi fragmen plasenta, infeksi dan perdarahan lanjut (late pospartum

haemorrhage). Involusi uteri prosesnya bisa di percepat dengan salah

satunya yang dianjurkan adalah senam yoga. (Mansyur & Dahlan,

2018)
Mobilisasi diperlukan oleh ibu nifas agar ibu merasa lebih sehat.

Ibu bisa segera mungkin menjaga serta merawat bayinya. Ini bertujuan

untuk mencegah beberapa infeksi masa nifas seperti trombosis, trombo

emboli dan melancarkan sirkulasi darah. Kontraksi uterus akan

membaik sehingga tinggi fundus uteri akan menurun dan keras dan

memungkinkan tidak terjadinya perdarahan. Otot-otot rahim juga

berfungsi secara optimal dan rahim akan kembali ke bentuk semula

(Icesmi, 2015).

c. Tahapan Masa Nifas

Masa nifas, memiliki tahapan menurut (Winarni et al., 2020) adalah :

1) Puerperium Dini

Masa pemulihan, yaitu ketika ibu diizinkan untuk berdiri dan

berjalan.

2) Puerperium Intermedial

Di masa ini ibu nifas mengalami kepulihan yang menyeluruh dari

organ-organ genetal yang berlangsung sekitar 6-8 minggu.

3) Remote Puerperium

Merupakan waktu yang diperlukan untuk ibu nifas agar kembali

sehat dan sempurna terutama sebelum hamil.

d. Perubahan psikologis ibu nifas.

Ibu nifas membutuhkan adaptasi setelah persalinan. Keluarga

diharapkan harus selalu menyemangati ibu dan memberikan motivasi

kepada si ibu akan peran barunya. Beberapa tahapan ibu setelah


melahirkan antara lain:

1) Fase taking in

Merupakan fase dimana ibu memerlukan bantuan. Fase ini

terjadi di hari ke 1 dan ke 2 setelah proses bersalin. Ibu lebih

cenderung fokus ke dirinya. Fase ini merupakan periode

ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama sampai hari

kedua setelah melahirkan. Pada saat itu, fokus perhatian ibu

terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses

persalinan sering berulang diceritakannya. Kelelahan membuat ibu

cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur, seperti mudah

tersinggung. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif

terhadap lingkungannya. Oleh karena itu kondisi ibu perlu

dipahami dengan menjaga komunikasi yang baik. Gangguan

psikologis yang mungkin dirasakan ibu adalah:

a) Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan

tentang bayinya misalnya jenis kelamin tertentu, warna kulit,

jenis rambut dan lain-lain.

b) Ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan fisk yang

dialami ibu misalnya rasa mules karena rahim berkontraksi

untuk kembali pada keadaan semula, payudara bengkak, nyeri

luka jahitan.

c) Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.

d) Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merawat


bayinya dan cenderung melihat tanpa membantu.

2) Fase taking hold

Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan.

Pada fase taking hold, ibu merasa khawatir atau ketidak mampuan

dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Selain itu

perasaannya sangat sensitif sehingga mudah tersinggung jika

komunikasinya kurang hati-hati. Oleh karena itu ibu memerlukan

dukungan karena saat ini merasakan kesempatan yang baik untuk

menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya

sehingga tumbuh rasa percaya diri:

3) Fase letting go

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan

peran barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu

sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.

Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase

ini.

3. Sectio Caesarea

a. Definisi

Sectio Caesarea (SC) adalah proses persalinan dengan melalui

pembedahan dimana irisan dilakukan di perut untuk mengeluarkan

seorang bayi (Walyani, 2020). Tindakan operasi sectio caesarea

dilakukan untuk mencegah kematian janin maupun ibu yang


dikarenakan bahaya atau komplikasi yang akan terjadi apabila ibu

melahirkan secara pervaginam (Sukowati et al, 2021).

b. Etiologi

1. Berasal dari Ibu

Menurut Manuaba (2021), adapun penyebab sectio caesarea yang

berasal dari ibu yaitu pada primigravida dengan kelainan letak,

primi para tua disertai kelainan letak ada, disproporsi sefalo pelvik

(disproporsi janin / panggul), ada sejarah kehamilan dan persalinan

yang buruk, terdapat kesempitan panggul, plasenta previa terutama

pada primigravida, solutsio plasenta tingkat I – II, komplikasi

kehamilan yang disertai penyakit (jantung, diabetes). Gangguan

perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri, dan

sebagainya).

2. Berasal dari janin

Fetal distress / gawat janin, mal presentasi dan mal posisi

kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil,

kegagalan persalinan vakum atau forceps ekstraksi. (Nurarif &

Hardhi, 2020).

d. Patofisiologi

Adanya beberapa hambatan ada proses persalinan yang

menyebabkan bayi tidak dapat dilahirkan secara normal, misalnya

plasenta previa, rupture sentralis dan lateralis, pannggul sempit, partus

tidak maju (partus lama), pre-eklamsi, distokksia service dan mall


presentasi janin, kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu

tindakan pembedahan yaitu Sectio caesarea (SC). Dalam proses

operasinya dilakukan tindakan yang akan menyebabkan pasien

mengalami mobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi

aktivitas.

Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan

menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktifitas perawatan diri

pasien secara mandiri sehingga timbul masalah deficit perawatan diri.

Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan dan

perawatan post Sectio Caesarea akan menimbulkan masalah ansietas

pada pasien. Selain itu dalam proses pembedahan juga akan dilakukan

tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan

inkontinuitas jaringan, pembuluh darah dan saraf-saraf di daerah insisi.

Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang

akan menimbulkan rasa nyeri. Setelah semua proses pembedahan

berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post

operasii, yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan

masalah resiko infeksi (Anjarsari, 2018).

4. Air Susu Ibu (ASI)

a. Definisi

Air Susu Ibu (ASI) adalah emulsi lemak dalam larutan protein,

laktosa, dan garam anorganik yang dikeluarkan oleh kelenjar susu ibu

yang berfungsi sebagai makanan utama bayi (Elisa et al., 2021). Air
Susu Ibu (ASI) eksklusif mampu menurunkan angka kesakitan dan

kematian bayi. ASI adalah makanan terbaik bagi bayi dan memiliki

keseimbangan nutrisi yang tepat, tersedia secara biologis, mudah

dicerna, melindungi bayi dari penyakit, dan memiliki sifat anti-

inflamasi (Handayani, Pratiwi, & Fatmawati, 2018). ASI dibagi

menjadi tiga tahap :

1) ASI Kolostrum

Kolostrum adalah ASI yang pertama kali keluar, warnanya

kekuningan dan sangat kaya protein, antibodi, dan imunoglobulin.

(Elisa et al., 2021).

2) ASI Transisi

ASI transisi atau peralihan adalah ASI yang keluar setelah

kolostrum sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke-4

sampai hari ke-10 yang mengandung protein semakin rendah

sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi (Elisa et

al., 2021).

3) ASI Matur

ASI matur disekresikan pada hari ke sepuluh dan seterusnya

berwarna putih kekuningan (Elisa et al., 2021).

b. Perubahan anatomis payudara

Payudara perempuan disebut juga glandula mammaria, organ

seks asesoris. Organ ini terletak pada setiap sisi sternum dan meluas

setinggi antara costa kedua dan keenam (gadis), tertanam di atas


muskulus pectoralis mayor dan dipertahankan oleh ligamentum

suspensorium. Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu:

korpus (bagian yang membesar), areola (bagian yang kehitaman di

tengah), papila atau puting (bagian yang menonjol di puncak

payudara) (Sumiasih, 2019). Puting payudara dikelilingi oleh areola,

suatu daerah berpigmen yang ukurannya bervariasi, yang bertambah

gelap saat hamil serta kaya akan pasokan pembuluh darah dan serat

saraf sensorik. Puting payudara memiliki tuberkel Montgomeri di

sekitarnya, kelenjar sebasea yang mengalami hipertrofi dan menjadi

menonjol saat hamil, menghasilkan pelumas dan memberi

perlindungan. Kepekaan puting payudara dan daerah disekitarnya

sangat meningkat segera setelah persalinan.

Dalam korpus mamae terdapat alveolus, yaitu unit terkecil

yang memproduksi susu. Alveolus terdiri dari beberapa sel Aciner,

jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah.

Beberapa alveolus mengelompok membentuk lobules 8 (kelenjar

sekresi) kemudian beberapa lobulus berkumpul berkumpul menjadi

15-20 buah lobulus pada tiap payudara. Alveolus menyalurkan ASI

ke dalam saluran kecil (ductulus), kemudian beberapa saluran kecil

bergabung membentuk saluran yang lebih besar (ductus laktiferus).

Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot

polos yang bila berkontraksi memompa ASI keluar (Zumrotun et al.,

2018).
c. Manfaat ASI

1) Bayi kan memiliki resiko lebih rendah penyakit Asma, Diabetes

tipe Penyakit kulit, Diare, muntah, NEC untuk bayi premature

dan Kegemukan.

2) Bayi ASI memiliki kekebalan lebih tinggi terhadap penyakit.

3) Hisapan bayi membantu rahim menciut, mempercepat kondisi

ibu untuk kembali ke masa pra-kehamilan dan mengurangi

risiko perdarahan

4) Memiliki penurunan risiko kanker payudara dan kanker rahim.

d. Proses produksi ASI

Gambar 2.1 Proses pengeluaran ASI


ASI diproduksi oleh kelenjar payudara yaitu pada daerah alveoli.

Setiap alveoli dapat memulai produksi ASI segera setelah mendapat

rangsangan yang tepat, yaitu

1) Terjadinya pengeluaran plasenta yang menyebabkan turunnya

kadar hormon hCG, estrogen, dan progesteron.

2) Turunnya kadar hormon hCG, estrogen, dan progesteron

menyebabkan faktor inhibisi prolaktin tidak dilepaskan.

3) Prolaktin yang tersimpan dalam granul di hipotalamus

dilepaskan melalui jalur sirkulasi darah hipotalamus-hipofisis

yang mencapai hipofisis anterior dan dilepaskan dari dalam

granul, masuk ke dalam sirkulasi darah sistemik.

4) Prolaktin yang mengalir dalam darah mencapai jaringan kelenjar

payudara hingga mampu merangsang inisiasi produksi ASI. f.

Isapan pada puting susu ibu akan merangsang pelepasan

prolaktin lebih banyak, yang kemudian menjamin kontinuitas

produksi ASI dalam alveoli. g. Pengeluaran ASI dari alveoli

membutuhkan refleks lain yang juga terpicu dengan isapan bayi

pada puting susu ibu

e. Faktor yang mempengaruhi produksi ASI

1) Inisiasi menyusui dini

2) Asupan nutrisi ibu baik selama masa nifas, atau sebelum dan

selama hamil
3) Kondisi psikologi ibu, ketenangan jiwa, perasaan takut dan

tingkat stress ibu

4) Perawatan payudara

5) Isapan bayi

6) Frekuensi menyusui

f. Pengukuran kelancaran ASI

Pengukuran kelancara ASI yaitu untuk mengetahui banyaknya

produksi ASI beberapa kriteria sebagai patokan untuk mengetahui

jumlah ASI cukup atau tidak cukup yaitu:

1) ASI keluar secara spontan tanpa alat bantu

2) Payudara terasa penuh atau terasa tegang

3) Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI setiap kali bayi

mulai menyusu.

4) ASI terlihat merembes dari puting susu ibu

5) Ibu mampu mendengar suara menelan yang pelan ketika bayi

menelan ASI

6) ASI masih menetes setelah bayi menyusu

7) Setelah menyusu bayi akan tertidur tenang selama 3-4 jam

8) Frekuensi bayi dalam sehari 6-8 kali

9) Frekuensi BAK 6-8 kali sehari

10) Bayi BAB 3-4 kali sehari

5. Hypnobreastfeeding

a. Pengertian Hypnobreastfeeding
Hypnobreastfeeding terdiri atas kata hypno (hypnos yang

berarti tidur) merupakan penggalan dari kata hypnosis/hypnotism

yaitu komunikasi fikiran bawah sadar dan breastfeeding (menyusui)

jadi proses menyusui dapat berlangsung nyaman karena ibu

merekam pikiran bawah sadar bahwa menyusui adalah proses

alamiah dan nyaman (Andriana, 2021). Penelitian telah menunjukkan

bahwa relaksasi yang dilakukanberulang-ulang secara rutin selama

20 menit akan dapat meningkatkan produksi ASI sebesar 63%.

Keadaan pikiran seorang ibu dapat mempengaruhi laktasi, terutama

let-down refleks. Stres, kegelisahan dan kelelahan dapat

menghambat suplai ASI, sehingga latihan relaksasi sangat

bermanfaat baik secara fisik maupun psikologis untuk ibu maupun

bayi. Stres yang dialami oleh ibu sesaat setelah bayi lahir, serta tidak

adanya dukungan untuk dapat menyusui semakin meningkatkan

sekresi hormon kortisol (hormon yang berpengaruh terhadap stres)

sehingga menyebabkan ASI keluar dengan tidak lancar.

Ibu yang menyusui ketika memiliki keyakinan bahwa ASI nya

merasa kurang dan tidak cukup untuk sang bayi maka sugesti

tersebut akan tertanam dalam pikiran bawah sadar, dan ibu akan

mengalami seperti apa yang diyakini sehingga yang terjadi ASI

keluar tidak lancar. Hypnobreastfeeding dapat menetralisir rekaman

negatif tersebut untuk diprogram ulang (reprogramming) dengan

memasukkan niat atau sugesti positif terhadap keyakinan dan


kepercayaan dirinya untuk dapat memberikan ASI ekslusif kepada

bayinya dan meyakini produksi ASI cukup sesuai dengan kebutuhan

bayi.

b. Cara Kerja Pikiran

Setiap manusia mempunyai dua macam pikiran, yaitu pikiran

sadar dan pikiran bawah sadar. Pikiran sadar berpusat pada ego, dan

akan mengendalikan diri hanya sebesar 12%, sedangkan pikiran

bawah sadar yang tidak pernah disadari keberadaannya memiliki

peran besar sebesar 88% terhadap pengendalian diri sehari-hari.

Kecepatan suatu informasi mengendap di alam bawah sadar juga

dipengaruhi oleh kondisi emosi dan pemikiran saat informasi

tersebut disampaikan. Jika sudah menjangkau bawah sadar,

informasi akan disimpan sebagai suatu program baik positif maupun

negatif. RAS pada saat kondisi terjaga penuh, pintu ini akan tertutup

rapat dan terjaga dengan baik, untuk dapat menghipnosis klien, pintu

gerbang ini harus terbuka atau pengawasannya dibuat lemah dengan

cara klien dibuat relaks (dalam kondisi gelombang otak diturunkan

ke frekuensi alpha dan theta) dimana klien merasa relaks dan tenang.

(Harianto, 2020). Gelombang otak manusia yang sangat berpengaruh

terhadap proses hypnosis antara lain adalah gelombang otak beta,

alfa, theta, dan delta.

c. Manfaat hypnobreastfeeding bagi ibu dan bayi

Beberapa manfaat hypnobreastfeeding antara lain adalah.


1) Sebagai sarana relaksasi.

2) Meningkatkan ikatan batin antara ibu dengan bayi.

3) Mempercepat pemulihan dalam masa nifas.

4) Mencegah depresi pasca persalinan (Baby blues).

5) Memperlancar produksi ASI.

6) Metode yang digunakan relatif sederhana sehingga mudah

dipahami dan dipraktekkan oleh banyak orang.

7) Dapat dilakukan sendiri oleh ibu menyusui dan cukup dibantu

satu terapis (bidan).

8) Dapat menyehatkan unsur tindakan, perilaku, hasrat, semangat,

motivasi, inisiatif, kebiasaan buruk dan lain-lain.

9) Mempersiapkan ibu agar berhasil saat menyusui.

10) Mempersiapkan bayi menjadi generasi sehat, cerdas dan kreatif

11) Biaya relatif rendah karena tanpa penggunaan obat- obatan.

12) Dapat menetralisir dan memprogram ulang (reprograming)

rekaman negatif dalam pikiran bawah sadar dengan program

positif (Aprilia, 2020)

d. Langkah langkah hypnobreastfeeding

1) Persiapkan secara menyeluruh tubuh, pikiran dan jiwa agar proses

pemberian ASI sukses.

2) Persiapkan batin dan pikiran yang positif, ibu harus mengosongkan

pikiran tidak boleh berpikir negative, ibu dalam kondisi rileks.


3) Niatkan yang tulus dari batin untuk memberi ASI eksklusif pada

bayi yang kita sayangi dan yakin bahwa semua ibu, bekerja atau di

rumah, memiliki kemampuan untuk menyusui/memberi ASI pada

bayinya.

4) Dengan berniat pikiran ibu menyusui semakin tenang, seluruh sel,

organ, hormonal pun seimbang sehingga produksi ASI cukup untuk

kebutuhan bayi.

5) Mulailah memberi sugesti positif. Contoh kalimat sugesti atau

afirmasi, misalnya “ASI saya cukup untuk bayi saya sesuai dengan

kebutuhannya” atau “saya selalu merasa tenang dan rileks saat

mulai memerah”. Ibu diminta untuk membayangkan sedang dalam

posisi \\menyusui bayinya, produksi ASI yang melimpah, paydara

yang terasa keras, ASI menetes dari kedua putting ibu.

6) Kalimat sugesti saat melakukan hypnotherapy juga dapat diberikan

suami saat menemani istri melakukannya.

7) Suasana nyaman benar-benar harus tercipta saat terapi

hypnobreastfeeding. Lingkungan sekitar harus dapat membantu ibu

menciptakan suasana nyaman .

8) Ini juga bisa dilakukan oleh ibu-ibu hamil untuk mempersiapkan

ASI eksklusif buat sang buah hati. Tujuan afirmasi positif tersebut

adalah untuk menjadikan aktivitas menyusui sebagai suatu kegiatan

yang mudah, sederhana dan menyenangkan


B. Kerangka Teori

1) Inisiasi menyusui
dini
Ibu nifas Produksi ASI 2) Asupan nutrisi ibu
baik selama masa
nifas, atau sebelum
dan selama hamil
3) Kondisi psikologi
ibu, ketenangan
Farmakologis Non jiwa, perasaan takut
Farmakologis dan tingkat stress ibu
4) Perawatan payudara
5) Isapan bayi
6) Frekuensi menyusui

Hypnobreastfeeding
membuat ibu lebih rileks, tenang, dan nyaman selama
menyusui sehingga muncul umpan balik positif yaitu
peningkatan pelepasan oksitosin dan prolaktin oleh
hipofisis. Hormon prolaktin berperan dalam
menstimulasi nutrisi untuk sintesis susu dalam sel
sekresi alveoli. Oksitosin menyebabkan kontraksi
myoepithelial di sekitar alveoli dan mengeluarkan
susu

Keterangan
= Diteliti

= Tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Menurut siapa disebutkan referensi dari kerangka teorinya…….

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis metode penelitian yang penulis gunakan adalah deskripsi analitik

dengan pendekatan studi kasus (study case). Adapun pengertian dari metode

deskriptif analitik yaitu merupakan metode yang berfungsi untuk


menggambarkan objek yang akan diteliti melalui sampel yang telah terkumpul

tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

Dengan kata lain penelitian deskripstif analitik mengambil masalah atau

memusatkan perhatian kepada masalah-masalah sebagaimana adanya saat

penelitian dilaksankan, selanjutnya hasil penelitian akan diolah dan dianalisis

untuk mengetahui kesimpulannya (Sugiyono, 2020).

B. Subjek Penelitian

Subyek penelitian adalah sumber dari mana data dapat diperoleh

(Arikunto, 2020). Subjek dalam penelitian ini menggunakan 5 responden ibu

nifas post SC sebagai topik utama atau sasaran dan sorotan dalam penelitian

menggunakan panduan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi merupakan karakteristik umum dari subyek penelitian

atau populasi target yang akan diteliti (Nursalam, 2018). Kriteria inklusi

pada penelitian ini adalah sebagi berikut :

1) Bersedia menjadi responden

2) Pasien Post SC hari ke 1

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan proses mengeluarkan subjek yang tidak

memenuhi kriteria inklusi dalam penelitian (Nursalam, 2013). Kriteria

eksklusi pada penelitian ini adalah :

1) Pasien Post SC yang masuk ICU

2) Pasien tidak kooperatif


C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Gombong yang

dimulai sejak bulan ….sampai dengan bulan …………

D. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang

diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut, sehingga memungkinkan

peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap

suatu objek atau fenomena. Pada definisi operasional dirumuskan untuk

kepentingan akurasi, komunikasi, dan replikasi (Nursalam, 2018).

Tabel 3. 1 Definisi Operasional


Variabel Definisi Cara ukur Hasil Ukur Skala
Operasional ukur

Variabel bebas : Komunikasi fikiran SOP 1= dilakukan Nominal


Hypnobreastfeedi bawah sadar dan 2 kali
ng breastfeeding 0= tidak
(menyusui) jadi proses dilakukan 2
kali
menyusui dapat
berlangsung nyaman
karena ibu merekam
pikiran bawah sadar
bahwa menyusui
adalah proses alamiah
dan nyaman
\ Lancar, jika Ordinal
Variabel terikat: Keluarnya ASI pada kedua Lembar didapatkan
Produksi ASI payudara ibu dengan observasi persentase :
memancar, atau sampai 51-100%
menetes dan ditandai Tidak
dengan kepuasan bayi Lancar, jika
setelah bayi menyusui didapatkan
persentase :
1-50%
E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan

hasilnya lebih baik (cermat, lengkap dan sistematis) sehingga lebih mudah

diolah. Jenis instrumen penelitian dapat berupa : angket, checklist, pedoman

wawancara, pedoman pengamatan, alat pemeriksaan laboratorium dan lain-

lain (Sugiyono, 2020). Adapun instrumen dalam penelitian ini adalah :

1. SOP pemberian intervensi Hypnobreastfeeding (diambil dari

mana/siapa atau bikin sendiri?..)

Suatu instrumen yang memuat tentang proses dan prosedur

suatu kegiatan yang bersifat efektif dan efisien berdasarkan suatu

standar yang sudah baku (Notoatmodjo, 2018) Adapun prosedur

pemberian fingerhold therapy adalah sebagai berikut :

a. Persiapkan secara menyeluruh tubuh, pikiran dan jiwa agar proses

pemberian ASI sukses.

b. Persiapkan batin dan pikiran yang positif, ibu harus mengosongkan

pikiran tidak boleh berpikir negative, ibu dalam kondisi rileks.

c. Niatkan yang tulus dari batin untuk memberi ASI eksklusif pada

bayi yang kita sayangi dan yakin bahwa semua ibu, bekerja atau di

rumah, memiliki kemampuan untuk menyusui/memberi ASI pada

bayinya.
d. Dengan berniat pikiran ibu menyusui semakin tenang, seluruh sel,

organ, hormonal pun seimbang sehingga produksi ASI cukup untuk

kebutuhan bayi.

e. Mulailah memberi sugesti positif. Contoh kalimat sugesti atau

afirmasi, misalnya “ASI saya cukup untuk bayi saya sesuai dengan

kebutuhannya” atau “saya selalu merasa tenang dan rileks saat

mulai memerah”. Ibu diminta untuk membayangkan sedang dalam

posisi \\menyusui bayinya, produksi ASI yang melimpah, paydara

yang terasa keras, ASI menetes dari kedua putting ibu.

f. Kalimat sugesti saat melakukan hypnotherapy

g. juga dapat diberikan suami saat menemani istri melakukannya.

h. Suasana nyaman benar-benar harus tercipta saat terapi

hypnobreastfeeding. Lingkungan sekitar harus dapat membantu ibu

menciptakan suasana nyaman .

i. Ini juga bisa dilakukan oleh ibu-ibu hamil untuk mempersiapkan

ASI eksklusif buat sang buah hati. Tujuan afirmasi positif tersebut

adalah untuk menjadikan aktivitas menyusui sebagai suatu kegiatan

yang mudah, sederhana dan menyenangkan

2. Lembar Observasi pengeluaran ASI

Lembar observasi kuisoner yang berfungsi untuk

mengetahui kelancaran produksi ASI. Kuisoner ini mengambil dari

penelitian yang telah dilakukan oleh (Budiarti, 2019), dengan 10 item

pertanyaan dengan jawaban YA dan TIDAK. Skor 1 jika menjawab ya


dan skor 0 jika menjawab tidak. Produksi ASI dikatakan lancar jika

hasil observasi terhadap responden terdapat minimal 5 items dari 10

item

F. Metode pengumpulan data

Data dalam penelitian ini dapat di kelompokan menjadi :

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber data yang

dikumpulkan oleh peneliti (Sugiyono, 2018). Pada penelitian ini data

primer didapatkan langsung dari responden dengan membagikan

kuesioner yang sudah diujicobakan dan pengisian kuesioner penelitian

oleh responden dan mengisi lembar observasi.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang didapatkan dari bermacam sumber data

yang telah ada, misalnya data ini didapatkan dari jurnal, dokumen,

laporan dan lain-lain (Sugiyono, 2018).

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan proses dalam penelitian dengan

tujuan utama dalam memperoleh data (Sugiyono, 2020). Teknik pengumpulan

data yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan lembar observasi.

Tahap pengambilan data penelitian meliputi :

1. Tahap awal

a) Literature review.
b) Konsultasi dengan dosen pembimbing KIA untuk pembuatan

proposal.

c) Mengikuti ujian proposal.

3. Tahap Penelitian

a) Peneliti melakukan identifikasi responden RS PKU Muhammadiyah

Gombong. sesuai dengan kriteria inklusi penelitian yang telah

ditentukan.

b) Memberikan informasi tentang maksud dan tujuan penelitian kepada

responden

c) Memberikan lembar persetujuan responden dan Lembar Penjelasan

untuk Mengikuti Penelitian untuk diisi oleh responden yang

memenuhi kriteria inklusi.

d) Memberikan intervensi hypnobreastfeeding pada responden sebanyak

2 kali

e) Peneliti mengevaluasi produkasi ASI responden sesudah diberikan

intervensi.

f) Dokumentasi semua hasil oleh peneliti ditulis pada lembar observasi

selanjutnya mengolah data analisa dari data yang telah didapatkan

kemudian dideskripsikan

H. Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti perlu

mendapatkan rekomendasi dari institusi dengan mengajukan permohonan


ijin kepada institusi/lembaga tempat penelitian. Setelah mendapatkan

persetujuan barulah melakukan penelitian dengan menekankan masalah

etika penelitian yang meliputi:

1. Informed Consent

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti

yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat

penelitian. Bila responden menolak maka peneliti tidak memaksa dan

tetap menghormati hak-hak responden.

2. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan responden dengan cara tidak memberikan

nama responden pada lembar alat ukur hanya menuliskan kode pada

lembar pengumpulan data.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya data tertentu

yang dilaporkan sebagai hasil penelitian (Notoatmodjo, 2018).


DAFTAR PUSTAKA

Aini, Y.N., Hadi, rahayu, S., Purnomo, N., Mulyantoro, DK. Effect combination
of oxytocin massage and hypnobreastfeeding on uterine involution and
prolactin levels in postpartum mothers. Belitung Nursing Journl. 2020
June, 3(3):213-220
Aprilia, Y. Hypnosentri, Jakarta Selatan : Trasmedia Biro Komunikasi Kemenkes
RI. 2020. Menyusui dapat menurunkan AKI. Bobak, irene, M. 2000.
Perawatan maternitas dan Ginekologi. Edisi 1 jilid 2. Bandung: IAPK
Padjadjaran.
Dini, P.R., Suwondo, A., Hardjianto, T.S., Hadisaputro, S., Mardiyono,
Widyawati, M.N. The effect of hypnobreastfeeding and oxytocin massage
on breastmilk production in postpartum. Jmscr Vol 05 issue
itriani, Y.D., Thaufik, S., Widyawati, M.N., Suhartono. Combination oxytocin
massage and balck cumin capsule to increase the prolactin hormone levels
in postpartum eith section caesarean. Link vol 11 no 03 September 2015
IDAI. Manajemen Laktasi.
Shahib, N., Husin, F., 2018. Hubungan status gizi dengan kadar prolactin serum
ibu menyusui. JAIA 2018:3(1);45-50 Numiyati, B. 2008. Durasi
pemberian ASI terhadap ketahanan bayi di Indonesia. Makara Kesehatan
Vol 12 No.2
Nuratri, C.A.E., Dasuki, D., Wibowo, T. The effect of hypnobreastfeeding on the
success of exclusive breastfeeding at panti rapih hospital Yogyakarta.
Ningrum, R. D., & Fajarsari, D. (2013). FaktorFaktor Yang Mempengaruhi
Motivasi Ibu Mengikuti Deteksi Dini Kanker Serviks Melalui Metode
Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di Kabupaten Banyumas Tahun 2012.
Bidan Prada: Jurnal Publikasi Kebidanan Akbid YLPP Purwokerto, 4(01).
Nuratri, Asri Endah C dkk. (2015). The Effect Of Hypnobreastfeeding On The
Success Of Exclussive Breastfeeding At Panti Rapih Hospital Of
Yogyakarta. 2– 3.http://etd.repository.ugm.ac.id/download
file/83822/potongan/S2-2015340032abstract.pdf
Putriningrum, R., Khoiriyah, A., & Umarianti, T. (2015). Pengaruh pengetahuan
dan Hypnobreastfeeding pada ibu hamil trimester III terhadap proses
menyusui. Jurnal Dinamika Kebidanan, 5(1).
Pratiwi, Nurweni. (2019). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan tidak
Dilakukannya Inisiasi Menyusui Dini oleh Bidan di Kabupaten Pacitan
[Skripsi]. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.
Sari, L. P., Salimo, H., & Budihastuti, U. R. (2019). Hypnobreastfeeding Dapat
Menurunkan Kecemasan Pada Ibu Post Partum. Jurnal Kebidanan dan
Kesehatan Tradisional, 4(1), 20-27.
Sofiyanti, I., Astuti, F.P., Windayanti, H. (2019). Penerapan Hypnobreastfeeding
pada Ibu Menyusui. Indonesian Journal of Midwifery (IJM). Volume 2
Nomor 2, September 2019
Zahroh, R., & Lestari, M. I. (2014). Pendidikan Kesehatan Meningkatkan
Motivasi Ibu Primipara dalam Memberikan ASI. Journals of Ners
Community, 5(1), 56-62

LEMBAR OBSERVASI
KELANCARAN PENGELUARAN PRODUKSI ASI
Tanggal :
Nama :
Umur :
Alamat :
Jawablah pertanyaan dibawah ini memilih salah satu jawaban (YA/TIDAK)
dengan memberikan tanda (√) pada kotak yang telah disediakan :
No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah ASI ibu keluar secara spontan tanpa alat
bantu
2. Apakah payudara ibu terasa penuh atau atau terasa
tegang
3. Apakah Ibu dapat merasakan rasa geli karena
aliran ASI setiap kali bayi mulai menyusu.
4. Terlihat ASI yang merembes dari puting susu

5. Apakah ibu dapat mendengar suara menelan yang


pelan ketika bayi menelan ASI
6. Apakah ASI masih menetes setelah bayi menyusui
7. Setelah bayi menyusu bayi akan tertidur/tenang
selama 3-4 jam.
8. Frekuensi menyusu bayi dalam sehari 6-8 kali
sehari
9. Frekuensi BAK 6-8 kali sehari
10. Bayi BAB 3-4 kali sehari
Jumlah
Keterangan:
Skor 0 : jika menjawab tidak
Skor 1 : jika menjawab ya
Lancar, jika didapatkan persentase : 51-100%
Tidak Lancar, jika didapatkan persentase : 1-50%

N: x 100%
SP : Skor yang didapatkan
SM : Skor Maksimal
SOP Hypnobreastfeeding

( sumbernya dari mana…dituliskan

SOP Hypnobreastfeeding
Pengertian Hypno-breastfeeding terdiri dari dua kata yaitu
hypno=hipnosis yang artinya adalah suatu kondisi
nirsadar yang terjadi secara alami, dimana seseorang
menjadi mampu menghayati pikiran
dan sugesti tertentu untuk mencapai perubahan
psikologis, fisik maupun spritual yang diinginkan.
untuk diketahui, pikiran bawah sadar (subconscius
mind) berperan 88% terhadap fungsi diri..
Manfaat 1. Sebagai sarana relaksasi
2. Biayanya relatif rendah karena tanpa
penggunaan obat-obatan
3. Metode yang digunakan relatif sederhana
sehingga mudah dipahami dan dipraktekan
oleh orang banyak, termasuk subjek.
4. Dapat dilakukan sendiri oleh subjek (ibu
menyusui) dan cukup dibantu oleh satu
terapis (perawat)
5. Dapat menyehatkan unsur tindakan, perilaku,
hasrat, semangat, motivasi, inisiatif, kebiasaan
buruk, dan lain-lain.
6. Mempersiapkan ibu agar berhasil pada masa
menyusui
7. Mempersiapkan bayi menjadi generasi yang
sehat, cerdas dan kreatif
8. Meningkatkan kualitas tidur ibu menyusui

Indikasi Ibu post partum


Kontraindikasi 1. Dalam keadaan mengalami penurunan produksi
asi
2. Dalam keadaan mengalami kecemasan
3. Dalam keadaan gangguan pola tidur
Persiapaan Alat 1. Alunan Musik
Tahapan Kerja Fase Orientasi
1. Mengucapkan salam kepada klien dan
memperkenalkan diri
2. Membina hubungan saling percaya
3. Mengidentifikasi klien dengan nama, umur, dan
tanggal lahir
4. Menjelaskan kepada klien tentang prosedur
yang akan dilakukan
5. Memvalidasi kontrak waktu yang telah
disepakati
6. Memberikan kesempatan klien untuk bertanya
Fase Kerja
1. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan
2. Menjaga privasi pasien
3. Mngatur posisi pasien dengan nyaman
4. Persiapkan secara menyeluruh tubuh, pikiran
dan jiwa agar proses pemberian ASI sukses.
5. Persiapkan batin dan pikiran yang positif, ibu
harus mengosongkan pikiran tidak boleh
berpikir negative, ibu dalam kondisi rileks.
6. Niatkan yang tulus dari batin untuk memberi
ASI eksklusif pada bayi yang kita sayangi dan
yakin bahwa semua ibu, bekerja atau di rumah,
memiliki kemampuan untuk
menyusui/memberi ASI pada bayinya.
7. Dengan berniat pikiran ibu menyusui semakin
tenang, seluruh sel, organ, hormonal pun
seimbang sehingga produksi ASI cukup untuk
kebutuhan bayi.
8. Mulailah memberi sugesti positif. Contoh
kalimat sugesti atau afirmasi, misalnya “ASI
saya cukup untuk bayi saya sesuai dengan
kebutuhannya” atau “saya selalu merasa tenang
dan rileks saat mulai memerah”. Ibu diminta
untuk membayangkan sedang dalam posisi
menyusui bayinya, produksi ASI yang
melimpah, paydara yang terasa keras, ASI
menetes dari kedua putting ibu.
9. Kalimat sugesti saat melakukan hypnotherapy
juga dapat diberikan suami saat menemani istri
melakukannya.
10. Suasana nyaman benar-benar harus tercipta saat
terapi hypno-
breastfeeding. Lingkungan sekitar harus dapat
membantu ibu menciptakan suasana nyaman
11. Ini juga bisa dilakukan oleh ibu-ibu hamil untuk mempersiapkan
ASI eksklusif buat sang buah hati. Tujuan afirmasi positif tersebut
adalah untuk menjadikan aktivitas menyusui sebagai suatu kegiatan
yang mudah, sederhana
dan menyenangkan

Fase Terminasi
1. Mengevaluasi respon pasien
2. Berikan reinforcement positive ke pasien
3. Membuat kontrak waktu untuk pertemuan
selanjutnya
4. Mengucapkan salam dan terimakasih kepada
pasien

Anda mungkin juga menyukai