BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan adalah pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain,
dengan bantuan atau tanpa bantuan atau kekuatan sendiri (Purnama, 2013).
Persalinan normal adalah proses lainnya janin dengan lahirnya janin dengan
tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang
pada umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. Pada saat persalinan tidak sedikit
para ibu yang mengalami masalah sehingga dengan terpaksa harus menggunakan
persalinan dengan Sectio Caesarea ( sc) (Purnama, 2013).
Sectio Caesarea(sc) adalah suatu tindakan untuk pelahiran janin lewat insisi
menembus dinding abdomen dan uterus (Kamus Dorland, 2011). Indikasi sectio
caesarea disebabkan oleh 2 faktor yaitu faktor Ibu dan Janin. Faktor ibu antara
lain disproporsi kepala panggul Cepalo pelvic disproportion (CPD)disfungsi
uterus, dan distosia jaringan lunak plasenta previa. Sedangkan faktor janin antara
lain Janin besar, gawat janin, dan letak lintang (Jitowiyono, Kristiyanasari, 2012).
World Health Organitation (WHO) 2018 sekitar 99 % kematian ibu terjadi di
negara berkembang. Menurut survey demografi dan kesehatan Indonesia tahun
2018, jumlah AKI (Angka Kematian Ibu) sebanyak 305/100.000 kelahiran hidup.
Penyebab kematian ibu disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya yang
disebabkan oleh proses persalinan. Meskipun persalinan merupakan hal fisiologis
namun dapat menjadi patologis, salah satu jenis pertolongan persalinan patologis
adalah Sectio Caesarrea(sc) (Kemenkes RI, 2018).
Bagi ibu yang menyusui bayi, kelancaran ASI sangat penting untuk memenuhi
kebutuhan bayi. Air Susu Ibu merupakan makanan pilihan utama pada bayi,
karena waktu lahir bayi memproduksi sedikit amilase saliva atau pankreas, dengan
demikian bayi tidak siap mencerna karbohidrat kompleks yang diperoleh dari
makanan padat. Selain itu menyusui memberi banyak keuntungan antara lain
pemenuhan kebutuhan nutrisi, imunologi dan psikologis. (Bobak, 2005)
1
2
Pentingnya pemberian ASI Eksklusif terlihat dari peran dunia yaitu pada tahun
2006 World Health Organization (WHO) mengeluarkan Standar Pertumbuhan
Anak yang kemudian diterapkan di seluruh dunia yang isinya adalah menekankan
pentingnya pemberian ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan.
Setelah itu, barulah bayi mulai diberikan makanan pendamping ASI sambil tetap
disusui hingga usianya mencapai 2 tahun. Sejalan dengan peraturan yang di
tetapkan oleh WHO, Di Indonesia juga menerapkan peraturan terkait pentingnya
ASI Eksklusif yaitu dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) nomor
33/2012 tentang pemberian ASI Eksklusif. Peraturan ini menyatakan kewajiban
ibu untuk menyusui bayinya sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan.
Dampak tidak lancarnya pengeluaran dan produksi ASI bisa menimbulkan
masalah baik pada ibu maupun bayi diantaranya payudara bengkak
(engorgement), mastitis, abses payudara, saluran susu tersumbat (obstructed duct),
sindrom ASI kurang, bayi sering menangis, bayi ikterus (Marmi, 2012). Oleh
karena itu, perlu adanya usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin
pada ibu setelah melahirkan selain dengan memeras ASI, dapat dilakukan juga
dengan melakukan perawatan dan pemijatan payudara, membersihkan puting,
sering menyusui bayi meskipus ASI belum keluar, menyusui dini dan teratur pijat
oksitosin serta memberikan teknik hypnobreastfeeding (Mardiyaningsih dkk,
2011).
World Healt Organization (WHO) merekomendasikan ASI ekslusif harus
diberikan pada bayi 0-6 bulan dan pemberian ASI dianjurkan sampai bayi
berumur 2 dua tahun (WHO, 2018). Cakupan pemberian ASI ekslusif di Indonesia
masih jauh dari target pemerintah sebesar 80%. Di indonesia presentase
pemberian ASI ekslusif pada bayi usia 0-6 bulan pada tahun 2017 sebesar 61,33%
dan pada tahun 2018 menjadi 58,2% (Kemenkes RI,2018). Berdasarkan data
( Infodatin, 2014) didapatkan data pemberian ASI untuk Sumatera Barat sebanyak
68.9%.
3
ASI adalah makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi yang bersifat
alamiah dan mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan bayi.selain itu produksi ASI dipengaruhi oleh
dua factor yaitu factor produksi dan pengeluaran. Produksi ASI dipengaruhi oleh
hormone prolaktin sedangkan pengeluaran dipengaruhi oleh hormone
oksitosin.Marmi,( 2014)
B. TujuanPenulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Di harapkan setelah melakukan asuhan keperawatan penulis dapat :
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan dengan post
section Caseria dalam penerapan hipnobreastfeeding untuk peningkatan
pengeluaran ASI di rung rawat inap kebidanan RSI Siti rahmah dengan
baik
b. Merumuskan diagnosa pada pasien Ny. L dengan post section Caseria
dalam penerapan hipnobreastfeeding untuk peningkatan pengeluaran
ASI di rung rawat inap kebidanan RSI Siti rahmah dengan baik.
5
a. Bagi Pimpinan Rumah sakit islam Siti Rahmah Padang khusunya Ruang
kebidanan Menjadi bahan masukan dalam hal melakukan asuhan
keperawatan pada pasien post partum dalam meningkatkan produksi
ASI.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sectio Caesarea
1. Pengertian Setio Caesarea
Sectio caesarea didefinisikan sebagai suatu persalinan buatan, dimana janin
dilahirkan melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Jitowiyono, 2010).
Kelahiran janin melalui insisi di dinding abdomen (laparotomi) dan dinding
uterus (histerotomi). Tindakan operasi SC dilakukan untuk mencegah kematian
janin maupun ibu yang dikarenakan bahaya atau komplikasi yang akan terjadi
apabila ibu melahirkan secara pervaginam (Cunningham, 2010; Sukowati et al,
2010)
2. Jenis- jenis SC
Menurut Desriva (2011), ada dua jenis sayatan operasi yang dikenal yaitu :
a. Sayatan pembedahan dilakukan dibagian bawah rahim (SBR).
Sayatan melintang dimulai dari ujung atau pinggir selangkangan
(simphysisi) di atas batas rambut kemaluan sepanjang sekitar 10-
14 cm. Keuntungannya adalah perut pada rahim kuat sehingga
cukup kecil resiko menderita rupture uteri (robek rahim) di
kemudian hari, hal ini karena pada masa nifas, segmen bawah
rahim tidak banyak mengalami kontraksi sehingga luka operasi
dapat sembuh lebih sempurna.
b. Sayatan memanjang (bedah caesar klasik)
Meliputi sebuah pengirisan memanjang dibagian tengah yang
memberikan suatu ruang yang lebih besar untuk mengeluarkan
bayi. Namun, jenis ini kini jarang dilakukan karena jenis ini labil,
rentan terhadap komplikasi.
3. Indikasi tindakan Sectio Caesarea
Indikasi dilakukannya tindakan SC dibagi menjadi 3, yaitu
indikasi janin, indikasi ibu, dan indikasi kombinasi ibu dan janin.
Sebanyak 85% indikasi dilakukannya SC yaitu riwayat SC sebelumnya,
6
7
4. Komplikasi
a. Perdarahan (kemungkinan membutuhkan transfusi darah)
b. Infeksi (faktor resiko untuk infeksi pascaoperasi termasuk
diabetes, obesitas, bedah sesar darurat, demam intrapartum,
pemantauan janin internal, anemia, riwayat pembedahan abdomen
sebelumnya,
c. Cedera pada janin
d. Cedera pada organ di dekat uterus (usus, kandung kemih, ureter,
pembuluh darah)
e. Mungkin perlu pembedahan lebih lanjut (histerektomi masa nifas,
jahitan di usus) (Norwitz E & Schorge J, 2017).
B. Produksi ASI
1. Pengertian ASI
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa
dan garam-garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar mammae ibu, dan
berguna sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012).
Air Susu Ibu merupakan cairan ciptaan Allah yang tiada tandingnya untuk
memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya terhadap infeksi.
Keseimbangan zat-zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air
susunya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang baru lahir (Wiji, 2014).
Menurut Prasetyo (2008), sebagaimana yang dikutip oleh Marmi (2014) ASI
adalah makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah dan
mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan bayi.
2. Manfaat ASI
Menurut Wiji (2014), berikut merupakan berbagai manfaat ASI selain bagi ibu
dan bayi, ASI juga bermanfaat bagi keluarga, Negara dan Bumi.
1. Bagi Bayi
a. Mengandung Anti bodi
Bayi baru lahir secara alamiah mendapatkan immunoglobulin (zat
kekebalan atau daya tahan tubuh) dari ibunya melalui plasenta, tetapi
10
2. Bagi Ibu
a. Aspek kontrasepsi
Hisapan mulut bayi pada putting susu ibu merangsang ujung saraf sensorik
sehingga post anterior hipofise mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk
ke indung telur, menekang produksi estrogen akibatnya tidak ada ovulasi.
Pemberian ASI memberikan 98% metode kontrasepsi yang efisien selama
11
3.Komposisi ASI
Kandungan ASI nyaris tak tertanding. ASI mengandung zat gizi yang secara
khusus diperlukan untuk menunjang proses tumbuh kembang otak dan
memperkuat daya tahan alami tubuh bayi (Maryunani, 2012).
4. Vitamin
Menurut Wiji (2014), ASI mengandung berbagai vitamin yang diperlukan
bayi. Adapun vitamin yang terkandung dalam ASI adalah sebagai
berikut:
a. Vitamin A ASI mengandung vitamin A dan betakaroten yang cukup
tinggi. Selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi
mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh dan pertumbuhan.
b. Vitamin D ASI hanya sedikit mengandung vitamin D. Sehingga dengan
pemberian ASI Eksklusif ditambah dengan membiarkan bayi terpapar
sinar matahari pagi, hal ini mencegah bayi dari menderita penyakit tulang
karena kekurangan vitamin D.
c. Vitamin E Salah satu keuntungan ASI adalah mengandung vitamin E
yang cukup tinggi, terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal. Fungsi
penting vitamin E adalah untuk ketahanan dinding sel darah merah.
d. Vitamin K , Vitamin K dalam ASI jumlahnya sangat sedikit sehingga
perlu tambahan vitamin K yang biasanya dalam bentuk suntikan. Vitamin
K ini berfungsi sebagai faktor pembekuan darah.
e. Vitamin yang larut dalam air
Hampir semua vitamin yang larut dalam air terdapat dalam ASI.
Diantaranya adalah vitamin B, vitamin C dan asam folat. Kadar vitamin
B1 dan B2 cukup tinggi dalam ASI, tetapi B6 dan B12 serta asam folat
rendah, terutama pada ibu yang kurang gizi. Sehingga ibu yang menyusui
perlu tambahan vitamin ini (Maryunani, 2012).
Tiap payudara menghasilkan jumlah susu yang berbeda. Pada 7 dari 10 ibu
ditemukan bahwa payudara kanan lebih produktif. Kent (2007) menemukan
bahwa bayi mengosongkan payudara hanya satu atau dua kali per hari dan rata-
rata hanya 67 persen dari susu yang tersedia dikonsumsi dengan volume rata-rata
76 ml setiap kali menyusu (Pollard, 2016).
14
1. Makanan
Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh terhadap
produksi ASI. Apabila makanan yang ibu makan cukup akan gizi dan
pola makan yang teratur, maka produksi ASI akan berjalan dengan
lancar.
2. Ketenangan jiwa dan fikiran
Untuk memproduksi ASI yang baik, makan kondisi kejiwaan dan fikiran
harus tenang. Keadaan psikologis ibu yang tertekan, sedih dan tegang akan
menurunkan volume ASI.
3. Penggunaan alat kontrasepsi
Penggunaan alat kontrasepsi pada ibu menyusui perlu diperhatikan agar
tidak mengurangi produksi ASI. Menurut Khasanah (2013), bagi ibu yang
dalam menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi yang
mengandung hormon estrogen karena hal ini dapat mengurangi jumlah
produksi ASI, bahkan menghentikan produksi ASI secara keseluruhan.
4. Perawatan payudara
Perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara mempengaruhi
hipofise untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan oksitosin.
5. Anatomis payudara
Jumlah lobus dalam payudara juga mempengaruhi produksi ASI. Selain itu,
perlu diperhatikan juga bentuk anatomis papilla atau puting susu ibu.
6. Faktor fisiologi
ASI terbentuk oleh karena pengaruh dari hormon prolaktin yang
menentukan produksi ASI dan mempertahankan sekresi air susu.
7. Pola istirahat
Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI. Apabila
kondisi ibu terlalu capek, kurang istirahat maka ASI juga berkurang.
15
2. Manfaat Hypnobreastfeeding
Manfaat Hypnobreastfeeding yang utama tentunya adalah peningkatkan
Produksi ASI dan aliran ASI . Namun ada lagi manfaat lainya seperti
meningkatkan ketenangan ayah dan ibu sehingga tercipta keluarga yang
senantiasa harmonis dan menciptakn lingkunagan yang positif bagi bayi . adapun
cara kerja Hypnobreastfeeding adalah:
a. Mengurangi kecemasan dan setres pada ibu sehingga dapat
meningkatkan produksi ASI
b. Menghilangkan kecemsan dan ketakutan sehingga ibu dapat
memfokuskan pikiran kepada hal-hl yang positif
c. Meningkatkan kepercayaan diri ibu, hingga membuat ibu merasa
lebih baik dan percaya diri dalam perannya sebagai seorang ibu
Contoh kalimat afimasi positif pada ibu menyusui” ibu semakin tenang
dan rileks, seluruh sel, organ dan hormonal bekerja seimbang, produksi
ASI optimal untuk kebutuhan bayi,aliran ASI lancar,bayi tumbuh dan
berkembang secara sehat dan cerdas,baik jasmani maupun rohani
kalimat sugesti atau afirmasi, misalnya“ASI saya cukup untuk bayi saya
sesuai dengan kebutuhannya” atau “Saya selalu merasa tenang dan rileks
saat mulai memerah”.Kalimat sugesti juga dapat diberikan suami.Tujuan
afirmasi positif tersebut adalah untuk menjadikan aktifitas menyusui
sebagai suatu kegiatan yang mudah, sederhana dan menyenangkan. Kita
harus menyiapkan suasana yang benar-benar nyaman.
17
3. Teknik hypnobreastfeeding
Teknik hypnobreastfeeding melibatkan pikiran bawah sadar dengan cara
mengistirahatkan alam sadar melalui teknik relaksasi.
Teknik relaksasi dalam hypnobreastfeeding terdiri atas tiga tahap yaitu :
1. Ibu melakukan relaksasi otot mulai dari puncak kepala sampai telapak
kaki, termasuk wajah, bahu kiri dan kanan, kedua lengan, daerah dada
perut, pinggul, sampai kedua kaki. Caranya bisa dengan membayangkan
otot-otot menjadi relaksasi
2. Relaksasi nafas.
Zaman sekarang orang-orang rentan mengalami stress. Stres karena
dituntut untuk melakukan segala sesuatu serba cepat dan terburu-buru.
Apalagi, perempuan yang memiliki peran ganda sebagai seorang ibu
sekaligus wanita karier. Untuk mencapai kondisi relaks adalah dengan cara
tarik napas panjang melalui hidung dan hembuskan keluar pelan -pelan
melalui hidung atau mulut (fokuskan pernapasandi perut). Lakukan selama
beberapa kali sampai ketegangan mengendur dan berangsur hilang.
3. Relaksasi pikiran.
Seringkali pikiran seseorang berkelana jauh dari raganya. Untuk itu,
belajarlah memusatkan pikiran agar berada di tempat yang sama dengan
raga. Salah satu cara dengan berdiam diri atau meditasi dengan
mengosongkan pikiran dan memejamkan mata dengan napas yang lambat,
mendalam dan teratur selama beberapa saat. Setelah otot -otot rileks, nafas
teratur, serta pikiran tenang, baru dilakukan sesi hypnobreastfeeding. Ibu-
ibu menyusui juga bisa melakukan hypnobreastfeeding di rumah,caranya
mudah, masuklah ke dalam ruangan yang tenang, nyalakan musik khusus
untuk relaksasi, sediakan aroma therapy, dan ikuti panduan relaksasi otot,
napas, dan pikiran yang telah dipelajari sebelumnya, baru melakukan
afirmasi yang positif. Pikiran bawah sadar secara otomatis akan
membimbing untuk melakukan atau memikirkan hal-hal tertentu, misalnya
yakin bahwa kita bisa menyusui dan ASI akan mengalir deras.
Cara lainnya dengan Dan bisa dilakukan sendiri dirumah caranya,masuk
kedalam ruangan yang tenang, nyalakan musik khusus untuk
18
e. TFU
Masa nifas ibu dengan SC biasanya fundus uteri terletak setinggi
pusat
6. Riwayat penyakit keluarga
Untuk mengetahui apakah dari keluarga ibu / orang yang tinggal
bersama ibu mempunyai penyakit menular seperti AIDS, seperti
Penyakit kronis, seperti keturunan dan adanya kehamilan kembar.
7. Riwayat Kesehatan Dahulu
Untuk mengetahui penyakit yang pernah dialami ibu karena penyakit
yang pernah dialami ibu bisa timbul kembali karena keadaan ibu pada
waktu kehamilan dan setelah melahirkan.
20
8. Riwayat KB
Jenis dan lama pengguna KB ibu hamil untuk mengetahui jarak
kehamilan
9. Riwayat perkawinan
Ditanyakan kepada ibu berapa lama dan berapa kali kawin untuk
membantumenentukan bagaimana keadaan alat kelamin dalam ibu.
10. Pola aktifitas
a. Istirahat istirahat ibu nifas dengan SC biasanya kurang dari ibu
nifas dengan spontan karena rasa nyeri yang ada
b. Aktifitas ibu nifas dengan SC biasanya kurang gerak dan lebih
lambat untuk memulai mobilisasi dini karena masih harus
beradaptasi dengan keadaan dirinya
c. Personal Higine Untuk mengetahui kebersihan alat reproduksi
ibu dan apakah ibu sudah benar dalam merawat alat
reproduksinya terutama luka bekas operasi
d. Nutrisi Untuk mengetahui asupan gizi nifas ,supaya ibu siap
dalam menyusui dan untuk perbaiakn kondisi ibu
e. Eliminasi Untuk mengetahui pola BAK dan BAB ibu,jika ibu
jarang BAK akan mempengaruhi kondisi ibu.
11. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Sedang
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV
Tekanan darah : Tekanan darah normal
Denyut Nadi : Denyut nadi normal
Temperatur : Suhu tubuh normal
d. Head to Toe
Kepala
Inspeksi : Keadaan rambut bersih/tidak, warna rambut,jenis
rambut, ada rontok/tidak, ada ketombe/tidak,
ada kutu rambut/tidak, ada benjolan/tidak
21
h. Abdomen
Inspeksi : Keadaan perut, terdapat luka post operasi/tidak
i. Ekstremitas
Inspeksi : Ada edema/tidak, ada varises pada kaki/tidak
j. Genetalia
Inspeksi : Ada lesi/tidak, kebersihan genitalia
(Nugroho:2014)
23
F. Rencana Keperawatan
NO Diagnosa NOC NIC
1 Resiko Immune Status Infection Control (Kontrol
Infeksi • Knowledge :Infection infeksi)
control 1.Bersihkan lingkungan setelah
Kriteria Hasil : dipakai pasien lain
• Klien bebas dari tanda 2.Pertahankan teknik isolasi
dan gejala infeksi 3.Batasi pengunjung bila perlu
• Mendeskripsikan proses 4.Instruksikan pada pengunjung
penularan penyakit, untuk mencuci tangan saat
factor yang berkunjung dan setelah
mempengaruhi berkunjung meninggalkan
penularan serta pasien
penatalaksanaannya, 5.Gunakan sabun antimikrobia
• Menunjukkan untuk cuci tangan
kemampuan untuk 6.Cuci tangan setiap sebelum
mencegah timbulnya dan sesudah tindakan
infeksi keperawtan
• Jumlah leukosit dalam 7.Gunakan baju, sarung tangan
batas normal sebagai alat pelindung
• Menunjukkan perilaku 8.Pertahankan lingkungan
hidup sehat aseptik selama pemasangan
alat
9.Ganti letak IV perifer dan line
central dan dressing sesuai
dengan petunjuk umum
(Nugroho:2014)
G. Implementasi Keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun
dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan
yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik
dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan klien.
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan,
penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.
(Mitayani, 2014))
H. Evaluasi
Merupakan hasil perkembangan dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan
yang telah dicapai. Evaluasi dari proses keperawatan adalah diharapkan dari
perubahan perilaku klien sejauh mana masalah klien dapat teratasi. Disamping itu
29
perawat juga melakukan umpan balik atau pengkajian ulang jika yang ditetapkan
belum tercapai proses keperawatan perlu dimodifikasi (Mitayani, 2014).
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
30
1. Identitas Klien
Nama : Ny. L
Umur : 33 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat :Jln.Pertanian Lubuk minturun Rt01/02
Suku/ Bangsa : Minang / Indonesia
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. K
Umur : 35 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat :Jln.Pertanian Lubuk minturun Rt01/02
Suku/bangsa : Minang/Indonesia
Status perkawinan : Menikah
Hubungan dengan pasien: Suami
B. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT
Klien masuk rumah sakit Melalui admisi rawat inap membawa surat
kiriman dokter Sp.Og klien sudah direncanakan untuk sactio caeseria
dengan keluhan keluar air campur lendir kurang lebih 2x ganti duk pembalut
dari vagina, hamil cukup bulan (+), anak ke 3 nyeri pada ari-ari (-).
C. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat di lakukan pengkajian pada tanggal 02 Februari 2021 pukul
14.00 WIB, klien dengan P3A0H3 + post SC HPHT 09 Mei 2020 HPL 16
Februari 2021, klien masuk rumah sakit hari senin tgl 01 Februari 2021
Jam 20.00 wib dan dilakukan SC Selasa 02 Februari Saat pengkajian klien
mengeluh belum bisa menyusui bayinya , ASI belum keluar dengan lancar,
dari hasil observasi didapatkan30
bayi rewel dan sering menangis, ASI baru
keluar jika dipencet ariolanya, ASI bewarna bening kekuningan dan hanya
keluar satu sendok teh atau sekitar 1- 2 cc. klien masih merasa lemas
31
Selain itu juga didapatkan hasil pengkajian klien mengatakan nyeri pada
luka operasi( P: nyeri bertambah saat bergerak dan batuk berkurang saat
diam berbaring, Q: Nyeri seperti di iris-iris, R: Nyeri di daerah perut pada
luka bekas operasi, S: Skala nyeri 5, T: Nyeri terus hilang timbul terasa
disaat bergerak miring kiri dan miring kanan, skala nyeri 5, nyeri timbul)
Klien tampak lemah dan wajah meringis menahan nyeri, terdapat luka
operasi tertutup opsite. panjang luka ± 15 cm TD : 150/90 mmHg Nadi :
88x/i Suhu : 36,6oC RR : 20x/i. Spo2 98% TFU setinggi pusat,terpasang
infus RL drip tramadol dan ketorolac kolf II dengan sisa ± 450 cc,
terpasang kateter urin. Intake ±1200 cc, output ±900 cc, dalam satu hari.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan sebelumnya pada anak pertama dan kedua sectio
caesarea juga dan klien tidak bisa melahirkan secara normal karna pinggul
sempit dan untuk section caesarea yang sekarang dengan indikasi bekas
section caesarea sudah dua kali.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien dan keluarga mengatakan bahwa keluarga tidak ada mengalami
Sectio Caesarea, Kista, Mioma, Plasenta Privia, Ketuban Pecah Dini dan
penyakit Diabetes Melitus, Hipertensi, Jantung, dan penyakit menular
lainnya.
Genogram
Keterangan :
Klien merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, kakak pertama dan
kedua klien berjenis kelamin laki-laki Kedua orang tua klien masih ada.
Klien menikah dengan suaminya yang merupakan anak ke empat dari lima
orang bersaudara. Saat ini klien tinggal serumah bersama suami dan anak.
D. RIWAYAT KELUARGA BERENCANA
Klien mengatakan pernah menggunakan alat kontrasepsi yaitu berupa pil.
E. RIWAYAT OBSTETRI
a. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 Tahun
Jumlah Perdarahan : 3 kali ganti pembalut per hari
Lama Haid : 7 hari
HPHT : 09 Mei 2020
TP : 16 Februari 2021
b. Riwayat Persalinan
Tipe Keadaan Umur
No BB Indikasi
Persalinan BBL Anak
1. Sectio caesarea 3500gram Sehat / Baik cpd 6 tahun
2 Sectio caesarea 3600 gram Sehat/Baik Bekas sc 4 tahun
3 Sectio ceasarea 3700gram Sehat/Baik Bekas sc 2kali 3 hari
c. Riwayat Psikososial
Klien mengatakan cemas kalau ASI belum lancer
F. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
2. Tanda –tanda vital
33
TD : 150/100mmHg
Suhu : 36,6o C
Nadi : 88 x/i
Respirasi : 20 x/i
Spo2 : 98%
3. Head To Toe
a. Kepala
Inspeksi : Keadaan rambut bersih, warna rambut hitam, ikal,
sedikit rontok, tidak ada ketombe, tidak ada kutu
rambut, tidak ada benjolan
Palpasi : Tidak ada lesi, tidak ada benjolan dikepala, tidak ada
nyeri tekan
b. Wajah
Inspeksi :Tidak ada luka lecet, wajah sedikit pucat, wajah
meringis menahan sakit
Palpasi : Tidak ada benjolan dan nyeri tekan pada wajah
c. Mata
Inspeksi :Palpebra tidak edema, konjungtiva anemis,
penglihatan klien baik, sclera sedikit ikterik
d. Hidung
Inspeksi : Hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada kotoran
hidung, tidak ada polip atau pembengkakan pada
hidung, tidak menggunakan bantuan pernafasan, tidak
ada sekret dan sumbatan, penciuman klien
normal/baik.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
e. Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir kering dan sedikit pucat, tidak ada
stomatitis, tidak ada caries gigi. Keadaan gigi dan
mulut cukup bersih.
f. Telinga
34
3. Pola Eliminasi
Saat Sehat Saat Sakit
BAB : Tidak ada masalah (1x BAB : belum ada BAB
sehari)
BAK : Tidak ada masalah (± 6-7 x BAK : terpasang dower catheter
sehari)
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium tanggal 01 Februari 2021
Hb : 11,8 gr/dl Normal : 10-16 gr/dl
Leukosit : 9.700 /mm3 Normal : 5.000-10.000 /mm3
Trombosit : 243.000/ mm3 Normal:150.000-40000/mm3
Hematokrit : 34 % Normal : 30-35 %
Waktu pendarahan(BT) : 2 menit 30 detik Normal : 1-3 menit
Waktu pembekuan(CT) :3 menit 30 detik Normal : 2-6 menit
Gula darah sewaktu :102 < 200 mg/dl
Ureum : 12 Normal : 10-50 mg/dl
Creatinin : 0.7 Normal : 0.5-1.0
I. PROGRAM THERAPI
Ceftriaxon 2x1 gram
36
K. Analisa Data
lancar keluar
- Klien mengatakan
Stress
masih lemas
- ASI baru keluar
bila dipencet
ASI tertahan
areola nya
-
Do: Ketidak
- Bayi rewel dan efektifan
menangis pemberian
- ASI keluar hanya ASI
jika dipencet
aerolanya, ± 1-2
cc
- ASI bewarna
bening
kekuningan
- TTV
TD :150/100
mmHg
N : 88 x/i
P : 20 x/i
S : 36.6 oc
Spo2 : 98%
2 Ds: Ketuban Nyeri Akut Agen injuri
- Klien mengatakan pecah dini fisik (luka
nyeri bila gerak insisi operasi)
miring kiri dan Sectio
38
masih lemas
Do:
Bekas luka
- Klien tampak
lemah
- Klien tampak
Nyeri akut
meringis
menahan sakit
- Skala nyeri klien
5
- TTV:
TD :150/100
mmHg
N : 88 x/i
P : 20 x/i
S : 36.6 oc
Spo2 : 98%
aktivitas di bantu
keluarga
- Klien mengatakan
aktivitas dibantu
39
prtugas
Do:
- Post sc hari
pertama
- Klien tampak
terbaring di
tempat tidur
- Klien tampak
lemah
- Aktivitas klien di
bantu oleh
keluarga dan
bidan
Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan suplai ASI yang
tidak adekuat
2. Nyeri akut b.d Agen injury fisik (luka insisi operasi)
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
L. INTERVENSI
40
mata dan
berkonsentrasi penuh
6. Ajarkan melakukan
inspirasi dan
ekspirasi
7. Demonstrasikan
menarik nafas selama
4 detik, menahan
nafas selama 2 detik
dan menghembuskan
nafas selama 8 detik
8. Anjurkan mobilisasi
sesuai kemampuan
9. Kolaborasi dengan
dokter jika ada
keluhan nyeri tidak
berhasil
3. Intoleransi Setelah dilakukan asuhan Energy management
aktivitas keperawatan selama 2x 24 jam
1. bantu klien dalam
intoleransi aktivitas bisa teratasi
pemenuhan aktivitas
dengan kriteria hasil:
- Klien mampu mobilisasi
2. Anjurkan klien
mandiri
mobilisasi dini
- Berpartisipasi dalam
aktivitas fisik tanpa 3. Observasi adanya
disertai dengan pembatasan klien
peningkatan tekanan darah dalam melakukan
nadi dan RR aktivitas
keterbatasan
M. IMPLEMENTASI
Hari pertama
yang adekuat
Hari Kedua
03-02-2021 Diagnosa 1. Membantu klien dalam pemenuhan S : Klien mengatakan susah beraktifitas dan sebagian aktivitas
3 aktivitas masih dibantu keluarga dan petugas( seperti pasang gurita)
O : - Klien tampak sudah jalan kekamar madi
2. Menganjurkan klien mobilisasi
-Pasang gurita klien dibantu petugas
A: Intoleransi aktivitas teratasi sebagian
3.Memonitor nutrisi dan sumber nutrisi
P : 1. Bantu klien dalam beraktifitas
2.Anjurkan mobilisasi
3.Monitor nutrisi yang adekuat
49
Hari ke tiga
04-02-2021 Diagnosa 1. Membantu klien dalam pemenuhan S : -Klien mengatakan sudah mandi kekamar mandi sendiri
3 aktivitas -Klien mengatakan sudah bisa ganti duk/pembalut sendiri
O : 1.Klien tampak sudah mobilisasi kekamar mandi sendiri
2. Menganjurkan klien mobilisasi
2.Aktivitas klien mandiri
A : Masalah tertasi
3.Memonitor nutrisi dan sumber nutrisi
P : Intervensi dihentikan
Pasien sudah acc dokter untuk pulang
51
BAB IV
PEMBAHASAN
RSI Siti Rahmah merupakan Rumah sakit swasta dengan tipe C yang
terletak di Jl. ByPass KM 15 Air pacah Padang. RSI Siti Rahmah padang
merupakakan Rumah sakit Rujukan di lingkup Wilayah Sumatera Barat yang
memiliki pelayanan untuk spesialis dan sub spesialis. Pelayanan yang diberikan
juga berkaitan dengan pelyanan keperawatan maternitas baik kondisi obstetri dan
ginekologi. Untuk pasien dengan masalah ginekologi dirawat di ruang kebidanan
Pengkajian pada Ny. L dengan diagnosa post sactio caesarea penerapan teknik
hypnobreastfeeding untuk peningkatan pengeluaran ASI dilakukan dengan cara
anamnesa(keluhan utama, riwayat yang berhubungan dengan keluhan
utama,pengkajian psikososial,spritual, observasi, wawancara pada klien dan
keluarga, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostik). Pengkajian adalahsuatu
usaha yang dilakukan perawat dalam menggali permasalahan dari klien meliputi
pengumpulan data tentang status kesehatan klien secara sistematis,menyeluruh,
akurat,singkat dan berkesenambungan( Muttaqun, 2011).
Pada pengkajian tidak semua pemeriksaan fisikyang diteori timbul pada kasus.
Tidak ada kendala berarti selama melakukan pengkajian karena semua pihakdapat
bekerja sama yang baik dan saling mendukung satu sama lainnya. Data yang
terdapat pada tinjauan teoritis sesuai dengan data yang ditemukan penulis saat
melakukan pengkajian. Tahap-tahap pengkajian dalam tinjauan teori sudah
diapluikasikan oleh penulis. Data keluhan utama yang ditemukan ditinjauan
teoritis resiko infeksi pada operasi sectio caesarea sedangkan pada kasus saat
pengkajian tgl 02 Februari Ny.L mengatakan Asi masih belum keluar, payudara
pasien masih padat,bengkak dan terdapat bendungan Asi tapi ASI belum lancar
bayi Tampak menangis. Persiapan menyusui mencakup tiga hal yaitu fisik,
pikiran,dan jiwa. Semua itu tidak bisa dipisahkan. Karena mind set seorang ibu
51
52
berperan besardalam proses menyusui. Jika ibu sudah pesimis dan merasa tidak
mampu memberika ASI untuk bayi jumlah ASI nya pun akan terpengaruh.
Hypnobreasrtfeeding sangat membantu ibu menyusui untuk memberikan sugesti
positif bahwa ia mampu dan ASI nya ada cukup untuk bayi nya(Marmi, 2013)
Kemudian dihari kedua pada tanggal 03 februari 2021 klien mengatakan ASI
sudah mulai keluar lancar dan bayi sudah menyusui, bahwa kelancaran ASI
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti, frekuensi pemberian ASI, pola pikir,
inisiasi menyusui dini perwatan payudara dan satatus gizi.(Ayu, 2019)
Selain itu juga didapatkan hasil pengkajian klien mengatakan nyeri pada
luka operasi( P: nyeri bertambah saat bergerak dan batuk berkurang saat diam
berbaring, Q: Nyeri seperti di iris-iris, R: Nyeri di daerah perut pada luka bekas
operasi, S: Skala nyeri 5, T: Nyeri terus hilang timbul terasa disaat bergerak
miring kiri dan miring kanan, skala nyeri 5, nyeri timbul) Klien tampak lemah dan
wajah meringis menahan nyeri, terdapat luka operasi tertutup opsite. panjang luka
± 15 cm TD : 150/90 mmHg Nadi : 88x/i Suhu : 36,6oC RR : 20x/i. Spo2 98% Hal
ini sesuai dengan teori bahwa banyak pasien sectio caesarea yang mengeluh rasa
nyeri pada bekas jahitan sectio caesarea. Pasien sectio caesarea akan mengalami
nyeri akut, dimana nyeri akut merupakan pengalaman sensorik atau emosional
yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung
kurang dari tiga bulan (PPNI, 2016).
Hal ini terjadi karena adanya respon nyeri yang dirasakan oleh pasien
merupakan efek samping yang timbul setelah menjalani suatu operasi. Nyeri yang
disebabkan oleh operasi biasanya membuat pasien merasa sangat kesakitan. Nyeri
dapat mempengaruhi seluruh pikiran seseorang, mengatur aktivitasnya, dan
mengubah kehidupan orang tersebut. (Vanda, 2012).
Hari ke 3 klien mengatakan ASI sudah lancar , nyeri juga sudah
berkurang dank lien sudah bisa mobilisasi sendiri.
53
1. Diagnosa pertama
Ketidak efektifan pemberian ASI, dengan tujuan Ibu dan bayi akan
mengalami ke efektifan pemberian ASI, ASI ibu banyak dan lancar serta bayi
puas dan cukup dengan ASI ibu, tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu
Berikan motivasi bahwa setiap 2 jam selalu menyusui bayi dan lebih sering
54
menyusui ,yakinkan ibu Kalau ASI nya pasti akan keluar dan selalu lancar, kaji
keadaan payudara ibu ,
2. diagnosa kedua
Intervensi yang menjadi fokus analisa dalam perawatan klien yaitu perawatan
pada nyeri dengan pemberian terapi tehnik relaksasi nafas dalam untuk mengatasi
masalah keperawatan nyeri dengan intervensi yang dilakukan. Lakukan pengkajian
nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi.Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan,
Kaji skala nyeri Ajarkan tentang teknik non farmakologi Anjurkan mobilisasi
sesuai kemampuan Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri Tingkatkan istirahat
3.diagnosa ketiga
4.6 Evaluasi
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Ny.L dengan post sactio
caesarea dalam penerapan teknik Hypnobreasfeding untuk peningkatan
pengeluaran ASI diruang kebidanan Rumah Sakit Islam Siti Rahmah Padang
tanggal 02 februari -04 februari 2021 dengan menggunakan teknik
Hynobreastfeeding maka penulias dapat mengambil kesimpulan dari tiap proses
keperawatan sebagai berikut:
1. Pengkajian
2. Diagnosa keperawatan
Secara konsep muncul pada teoritis ada tujuh diagnosa sedangkan pada
pengkajian klien Ny, L diagnosa utama yang muncul ada 3 diagnosa.
3. Rencana keperawatan
Rencana keperawatan yang telah ditetapkan sesuai dengan kemampuan,
kondisi,sarana dan kebutuhan klien serta melibatkan klien dan keluarga.
4. Implementasi keperawatan
Pada tahap implementasi penulis mengalami beberapa hambatan tindakan
keperawatan yang tidak dapat dilakukan kolaborasi dalam pemberian
analgetik, implementasi yang dapat dilakukan pemberian afimasi positif,
pendidikan kesehatan, teknik relaksasi dan motivasi untuk mobilisasi.
5. Evaluasi
56
57
5.2 SARAN