Anda di halaman 1dari 57

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan adalah pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain,
dengan bantuan atau tanpa bantuan atau kekuatan sendiri (Purnama, 2013).
Persalinan normal adalah proses lainnya janin dengan lahirnya janin dengan
tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang
pada umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. Pada saat persalinan tidak sedikit
para ibu yang mengalami masalah sehingga dengan terpaksa harus menggunakan
persalinan dengan Sectio Caesarea ( sc) (Purnama, 2013).
Sectio Caesarea(sc) adalah suatu tindakan untuk pelahiran janin lewat insisi
menembus dinding abdomen dan uterus (Kamus Dorland, 2011). Indikasi sectio
caesarea disebabkan oleh 2 faktor yaitu faktor Ibu dan Janin. Faktor ibu antara
lain disproporsi kepala panggul Cepalo pelvic disproportion (CPD)disfungsi
uterus, dan distosia jaringan lunak plasenta previa. Sedangkan faktor janin antara
lain Janin besar, gawat janin, dan letak lintang (Jitowiyono, Kristiyanasari, 2012).
World Health Organitation (WHO) 2018 sekitar 99 % kematian ibu terjadi di
negara berkembang. Menurut survey demografi dan kesehatan Indonesia tahun
2018, jumlah AKI (Angka Kematian Ibu) sebanyak 305/100.000 kelahiran hidup.
Penyebab kematian ibu disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya yang
disebabkan oleh proses persalinan. Meskipun persalinan merupakan hal fisiologis
namun dapat menjadi patologis, salah satu jenis pertolongan persalinan patologis
adalah Sectio Caesarrea(sc) (Kemenkes RI, 2018).
Bagi ibu yang menyusui bayi, kelancaran ASI sangat penting untuk memenuhi
kebutuhan bayi. Air Susu Ibu merupakan makanan pilihan utama pada bayi,
karena waktu lahir bayi memproduksi sedikit amilase saliva atau pankreas, dengan
demikian bayi tidak siap mencerna karbohidrat kompleks yang diperoleh dari
makanan padat. Selain itu menyusui memberi banyak keuntungan antara lain
pemenuhan kebutuhan nutrisi, imunologi dan psikologis. (Bobak, 2005)

1
2

Target Sustainable Development Goals (SDGs) pada 2030, mengakhiri


kematian bayi dan balita yang dapat dicegah, dengan seluruh negara berusaha
menurunkan Angka Kematian Neonatal setidaknya hingga 12 per 1.000 Kelahiran
Hidup dengan pemberian ASI secara Eksklusif. (Kemenkes, 2015).

Pentingnya pemberian ASI Eksklusif terlihat dari peran dunia yaitu pada tahun
2006 World Health Organization (WHO) mengeluarkan Standar Pertumbuhan
Anak yang kemudian diterapkan di seluruh dunia yang isinya adalah menekankan
pentingnya pemberian ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan.
Setelah itu, barulah bayi mulai diberikan makanan pendamping ASI sambil tetap
disusui hingga usianya mencapai 2 tahun. Sejalan dengan peraturan yang di
tetapkan oleh WHO, Di Indonesia juga menerapkan peraturan terkait pentingnya
ASI Eksklusif yaitu dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) nomor
33/2012 tentang pemberian ASI Eksklusif. Peraturan ini menyatakan kewajiban
ibu untuk menyusui bayinya sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan.
Dampak tidak lancarnya pengeluaran dan produksi ASI bisa menimbulkan
masalah baik pada ibu maupun bayi diantaranya payudara bengkak
(engorgement), mastitis, abses payudara, saluran susu tersumbat (obstructed duct),
sindrom ASI kurang, bayi sering menangis, bayi ikterus (Marmi, 2012). Oleh
karena itu, perlu adanya usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin
pada ibu setelah melahirkan selain dengan memeras ASI, dapat dilakukan juga
dengan melakukan perawatan dan pemijatan payudara, membersihkan puting,
sering menyusui bayi meskipus ASI belum keluar, menyusui dini dan teratur pijat
oksitosin serta memberikan teknik hypnobreastfeeding (Mardiyaningsih dkk,
2011).
World Healt Organization (WHO) merekomendasikan ASI ekslusif harus
diberikan pada bayi 0-6 bulan dan pemberian ASI dianjurkan sampai bayi
berumur 2 dua tahun (WHO, 2018). Cakupan pemberian ASI ekslusif di Indonesia
masih jauh dari target pemerintah sebesar 80%. Di indonesia presentase
pemberian ASI ekslusif pada bayi usia 0-6 bulan pada tahun 2017 sebesar 61,33%
dan pada tahun 2018 menjadi 58,2% (Kemenkes RI,2018). Berdasarkan data
( Infodatin, 2014) didapatkan data pemberian ASI untuk Sumatera Barat sebanyak
68.9%.
3

Dinas Kesehatan kota padang, (2020) didapatkan bahwa capaian pemberian


ASI esklusif sebanyak 70,5% hal ini belum mencapai target yang diharapkan. data
yang didapatkan dari rekam medis Rumah Sakit Islam Siti Rahmah Padang
sebesar 69,3% .Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan motivasi
pentingnya pemberian ASI ekslusif.

ASI adalah makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi yang bersifat
alamiah dan mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan bayi.selain itu produksi ASI dipengaruhi oleh
dua factor yaitu factor produksi dan pengeluaran. Produksi ASI dipengaruhi oleh
hormone prolaktin sedangkan pengeluaran dipengaruhi oleh hormone
oksitosin.Marmi,( 2014)

Untuk mensukseskan pengeluaran ASI salah satunya adalah dengan


memberikan sugesti positif berupa Hipnobreastfeeding. Hipnobreastfeeding
adalah upaya alami menggunakan energi bawah sadar agar proses menyusui
berjalan dengan nyaman dan lancar, serta ibu dapat menghasilkan ASI yang
mencuki kebutuhan bayi dengan memasukan kalimat-kalimat afimarsi positif
untuk proses menyusui disaat ibu dalam keadaan sangat rileks atau sangat
berkonsentrasi( Astin, 2013).

Pengaruh hipnobreasfeeding terhadap peningkatan pengeluaran ASI dengan


menggunakan uji paired simple t-test dan independent t-tes terdapat pengaruh
hipnobreastfeeding terhadap pengeluaran ASI denagn p-value 0,00 pada
kelompok intervensi.pada kelompok intervensi pada hari pertama post partum
sampai hari ke tujuh post partum didapatkan rerata peningkatan ASI 28,86 ml.
( Ruslinawati,2020)

Hypnobreastfeeding dilakukan setiap hari minimal dua kali sehari sebelum


menyusui. Dengan cara mendengarkan CD hipnobreadfeeding dimana dalam
penelitiannya dilakukan selama tujuh hari rata-rata produksi ASI sebelum
perlakuan 210ml/hari dan setelah perlakukan menjadi 255ml/hari dengan nilai
signifikan p-value 0.00 hal ini menunjukan ada pengaruh hipnobreasfeeding
terhadap produksi ASI ibu yang bekerja. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
4

(Kusmiyanti, 2014) terdapat pengaruh pemberian hipnobreastfeeding terhadap


produkasi ASI dengan menggunakan uji regresi linear sederhana dengan nilai P-
value 0,000≤ 0,005 artiya bahwa ada pengaruh yang sangat kuat terhadap
pemberian hipnobreastfeeding dalam produksi ASI ibu.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan di Ruang rawat inap kebidanan


Rumah Sakit Islam Siti Rahmah Padang Pada tanggal 25 Januari 2021, bidan di
Rumah Sakit Islam Siti Rahmah Padang mengatakan belum pernah melakukan
teknik hipnobreastfeeding pada saat memberikan perawatan kepada ibu post
partum. Baik untuk merangsang keluarnya ASI, mengatasi perdarahan, maupun
merangsang kontraksi uterus.Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis tertarik
melakukan asuhan keperawatan pada pasien Ny. L dengan post section casarea
dalam penerapan hipnobreastfeeding untuk peningkatan pengeluaran ASI di rung
rawat inap kebidanan RSI Siti rahmah.

B. TujuanPenulisan
1. Tujuan Umum

Mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien Ny L dengan post


section Caseria dalam penerapan hipnobreastfeeding untuk peningkatan
pengeluaran ASI di rung rawat inap kebidanan RSI Siti rahmah dengan
baik.

2. Tujuan Khusus
Di harapkan setelah melakukan asuhan keperawatan penulis dapat :
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan dengan post
section Caseria dalam penerapan hipnobreastfeeding untuk peningkatan
pengeluaran ASI di rung rawat inap kebidanan RSI Siti rahmah dengan
baik
b. Merumuskan diagnosa pada pasien Ny. L dengan post section Caseria
dalam penerapan hipnobreastfeeding untuk peningkatan pengeluaran
ASI di rung rawat inap kebidanan RSI Siti rahmah dengan baik.
5

c. Menyusun rencana keperawatan pada pasien Ny. L dengan post


section Caseria dalam penerapan hipnobreastfeeding untuk peningkatan
pengeluaran ASI di rung rawat inap kebidanan RSI Siti rahmah
d. Melaksanakan implementasi keperawatan pada pasien Ny. L dengan
post section Caseria dalam penerapan hipnobreastfeeding untuk
peningkatan pengeluaran ASI di rung rawat inap kebidanan RSI Siti
rahmah Padang
e. Melakukan evaluasi yang telah diberikan pada pasien Ny. L dengan
post section Caseria dalam penerapan hipnobreastfeeding untuk
peningkatan pengeluaran ASI di rung rawat inap kebidanan RSI Siti
rahmah Padang
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pada pasien Ny.L
dengan post section Caseria dalam penerapan hipnobreastfeeding
untuk peningkatan pengeluaran ASI di rung rawat inap kebidanan RSI
Siti rahmah Padang
3. Manfaat Penulisan

a. Bagi Pimpinan Rumah sakit islam Siti Rahmah Padang khusunya Ruang
kebidanan Menjadi bahan masukan dalam hal melakukan asuhan
keperawatan pada pasien post partum dalam meningkatkan produksi
ASI.

b. Bagi Pimpinan STIKes Indonesia Padang


Melalui staf dosen pengajar dikampus bisa dijadikanbahan ajar sebagai
asuhan keperawatan terhadap pasien dengan post partumdalam
meningkatkan produkasiASI dengan teknik Hipnobreastfeeding
c. Bagi Penulis selanjutnya
Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan atau informasi yang berkaitan
dengan penerapan hipnobreastfeeding untuk peningkatan pengeluaran
ASI .
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sectio Caesarea
1. Pengertian Setio Caesarea
Sectio caesarea didefinisikan sebagai suatu persalinan buatan, dimana janin
dilahirkan melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Jitowiyono, 2010).
Kelahiran janin melalui insisi di dinding abdomen (laparotomi) dan dinding
uterus (histerotomi). Tindakan operasi SC dilakukan untuk mencegah kematian
janin maupun ibu yang dikarenakan bahaya atau komplikasi yang akan terjadi
apabila ibu melahirkan secara pervaginam (Cunningham, 2010; Sukowati et al,
2010)
2. Jenis- jenis SC
Menurut Desriva (2011), ada dua jenis sayatan operasi yang dikenal yaitu :
a. Sayatan pembedahan dilakukan dibagian bawah rahim (SBR).
Sayatan melintang dimulai dari ujung atau pinggir selangkangan
(simphysisi) di atas batas rambut kemaluan sepanjang sekitar 10-
14 cm. Keuntungannya adalah perut pada rahim kuat sehingga
cukup kecil resiko menderita rupture uteri (robek rahim) di
kemudian hari, hal ini karena pada masa nifas, segmen bawah
rahim tidak banyak mengalami kontraksi sehingga luka operasi
dapat sembuh lebih sempurna.
b. Sayatan memanjang (bedah caesar klasik)
Meliputi sebuah pengirisan memanjang dibagian tengah yang
memberikan suatu ruang yang lebih besar untuk mengeluarkan
bayi. Namun, jenis ini kini jarang dilakukan karena jenis ini labil,
rentan terhadap komplikasi.
3. Indikasi tindakan Sectio Caesarea
Indikasi dilakukannya tindakan SC dibagi menjadi 3, yaitu
indikasi janin, indikasi ibu, dan indikasi kombinasi ibu dan janin.
Sebanyak 85% indikasi dilakukannya SC yaitu riwayat SC sebelumnya,

6
7

distosia persalinan, distres janin, dan presentasi bokong (Joy, 2014).


a. Indikasi janin, merupakan indikasi yang umum terjadi untuk
dilakukan SC. Sekitar 60% SC dilakukan atas pertimbangan
keselamatan janin. Indikasi janin antara lain: bayi terlalu besar
(makrosomia), kelainan letak janin seperti letak sungsang atau
letak lintang, presentasi bokong, kelainan tali pusat, bayi kembar
(Sukowati et al, 2010).
b. Indikasi ibu dibedakan menjadi 2, yaitu indikasi sebelum
persalinan dan pada saat persalinan. Indikasi sebelum persalinan
seperti :
1) Cephalo Pelvic Disproportion (CPD) yaitu ketidaksesuaian
atau disproporsi antara kepala bayi dengan panggul ibu.
Adanya tumor uterus dan ovarium dalam kehamilan yang akan
menutup jalan lahir.
2) Karsinoma serviks: apabila tidak dilakukan persalinan SC akan
memperburuk prognosa.
Indikasi kedaruratan persalinan meliputi :
a) Adanya kecurigaan terjadinya ruptur uteri
b) Terjadinya perdarahan hebat yang membahayakan ibu dan
janin
c) Ketuban pecah dini (KPD)
c. Kombinasi indikasi ibu dan janin antara lain:
1) Perdarahan pervaginam akut, dapat disebabkan karena plasenta
previa atau solusio plasenta. Apabila perdarahan mengancam
nyawa ibu maka harus segera dilakukan SC tanpa
memperhatikan usia kehamilan atau keadaan janin.
2) Riwayat SC sebelumnya terutama jika melalui insisi klasik.
Uterus pada ibu post SC mengalami pelemahan dan
pembentukan jaringan parut sehingga apabila persalinan
dilakukan secara normal ada kemungkinan terjadi ruptur
uterus. Pelahiran per vaginam setelah SC (vaginal birth after
prior caesarean, VBAC) belum banyak diterima oleh ahli.
8

VBAC dapat dilakukan apabila riwayat satu atau dua kali SC


transversal-rendah, panggul secara klinis memadai, tidak ada
jaringan parut lain atau riwayat ruptur, sepanjang persalinan
aktif terdapat dokter yang mampu memantau dan melakukan
sesar darurat, tersedianya anestesi dan petugas untuk prosedur
SC darurat (Sukowati et al, 2010).
3) Pada kehamilan letak lintang dapat menyebabkan retraksi
progresif segmen bawah rahim sehingga membatasi aliran
darah uteriplasenta yang membahayakan membahayakan ibu
dengan resiko terjadinya ruptur uteri. Janin dengan presentasi
bokong juga beresiko lebih besar mengalami prolaps tali pusat
dan terjepitnya kepala jika dilahirkan per vaginam
dibandingkan janin dengan presentasi kepala. Indikasi SC
kombinasi ibu dan bayi lainnya adalah distosia. Distosia adalah
kesulitan dalam jalannya persalinan. Distosia karena kelainan
tenaga (his) yang tidak normal, baik kekuatan maupun
sifatnya, sehingga menghambat kelancaran persalinan. Distosia
persalinan dapat dikarenakan kekuatan atau kelainan his yang
cenderung kurang, passage : jalan lahir terhambat oleh tumor,
panggul terlalu sempit dan passenger: Letak kepala dan letak
bayi, besar janin seperti yang disebutkan di atas (Sukowati et
al, 2010).
4) Ibu preeklampsi
Ibu dengan preeklamsi mengalami tekanan darah tinggi,
proteinuria, dan dapat muncul gejala lebih berat lagi seperti
kejang-kejang dan tidak sadarkan diri. Ibu hamil dengan
preeklampsia akan mengalami pembengkakan terutama pada
kaki.
5) Ibu meninggal (Winkjosastro & Hanifa, 2017).
9

4. Komplikasi
a. Perdarahan (kemungkinan membutuhkan transfusi darah)
b. Infeksi (faktor resiko untuk infeksi pascaoperasi termasuk
diabetes, obesitas, bedah sesar darurat, demam intrapartum,
pemantauan janin internal, anemia, riwayat pembedahan abdomen
sebelumnya,
c. Cedera pada janin
d. Cedera pada organ di dekat uterus (usus, kandung kemih, ureter,
pembuluh darah)
e. Mungkin perlu pembedahan lebih lanjut (histerektomi masa nifas,
jahitan di usus) (Norwitz E & Schorge J, 2017).
B. Produksi ASI
1. Pengertian ASI
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa
dan garam-garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar mammae ibu, dan
berguna sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012).
Air Susu Ibu merupakan cairan ciptaan Allah yang tiada tandingnya untuk
memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya terhadap infeksi.
Keseimbangan zat-zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air
susunya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang baru lahir (Wiji, 2014).
Menurut Prasetyo (2008), sebagaimana yang dikutip oleh Marmi (2014) ASI
adalah makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah dan
mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan bayi.

2. Manfaat ASI
Menurut Wiji (2014), berikut merupakan berbagai manfaat ASI selain bagi ibu
dan bayi, ASI juga bermanfaat bagi keluarga, Negara dan Bumi.
1. Bagi Bayi
a. Mengandung Anti bodi
Bayi baru lahir secara alamiah mendapatkan immunoglobulin (zat
kekebalan atau daya tahan tubuh) dari ibunya melalui plasenta, tetapi
10

kadar zat tersebut dengan cepat akan menurun segera setelah


kelahirannya.ASI mengandung komposisi yang tepat. ASI berasal dari
berbagai bahan makanan yang baik untuk bayi terdiri dari proporsi
yang seimbang dan cukup kuantitas semua zat gizi yang diperlukan
untuk kehidupan 6 bulan pertama. Setelah usia 6 bulan, bayi harus
mulai mendapatkan makanan pendamping ASI seperti buah-buahan
ataupun makanan lunak dan lembek karena pada usia ini kebutuhan
bayi akan zat gizi menjadi semakin bertambah dengan pertumbuhan dan
perkembangan bayi sedangkan produksi ASI semakin menurun. Tetapi
walaupun demikian pemberian ASI juga jangan dihentikan, ASI dapat
terus diberikan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih.
b. Memberi rasa aman dan nyaman pada bayi dan adanya ikatan antara
ibu dan bayi
c. Terhindar dari alergi
Pada bayi baru lahir sistem IgE belum sempurna. Pemberian susu
formula akan merangsang aktivasi sistem ini dan dapat menimbulkan
alergi. ASI tidak menimbulkan efek ini. Pemberikan protein asing
yang ditunda sampai umur 6 bulan akan mengurangi kemungkinan
alergi
d. ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi
Lemak pada ASI adalah lemak tak jenuh yang mengandung omega 3
untuk pematangan sel-sel otak sehingga jaringan otak bayi yang
mendapat ASI Eksklusif akan tumbuh optimal dan terbebas dari
rangsangan kejang sehingga menjadikan anak lebih cerdas dan
terhindar dari kerusakan sel-sel saraf.

2. Bagi Ibu
a. Aspek kontrasepsi
Hisapan mulut bayi pada putting susu ibu merangsang ujung saraf sensorik
sehingga post anterior hipofise mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk
ke indung telur, menekang produksi estrogen akibatnya tidak ada ovulasi.
Pemberian ASI memberikan 98% metode kontrasepsi yang efisien selama
11

6 bulan pertama sesudah kelahiran bila diberikan hanya ASI saja


(eksklusif) dan belum terjadi menstruasi kembali.
b. Aspek kesehatan ibu
Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh
kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah
terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penundaan haid dan berkurangnya
perdarahan pasca persalinan mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi.
Kejadian karsinoma mammae pada ibu yang menyusui lebih rendah
disbanding yang tidak menyusui.
c. Aspek penurunan berat badan
Ibu yang menyusui eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih cepat kembali
ke berat badan semula seperti sebelum hamil. Pada saat hamil, badan
bertambah besar, selain karena ada janin, juga karena penimbunan lemak
pada tubuh, cadangan lemak ini sebenarnya memang disiapkan sebagai
sumber tenaga dalam proses produksi ASI. Denagan menyusui tubuh akan
menghasilkan ASI lebih banyak lagi sehingga timbunan lemak yang
berfungsi sebagai cadangan tenaga akan terpakai. Dan jika timbunan
lemak menyusut, berat badan ibu akan cepat kembali ke keadaan seperti
sebelum hamil.
d. Ungkapan kasih sayang
Hubungan batin antara ibu dan bayi akan terjalin erat karena saat
menyusui bayi menempel pada tubuh ibu dan bersentuhan antar kulit. Bayi
juga bisa mendengarkan detak jantung ibu, merasakan kehangatan
sentuhan kulit ibu dan dekapan ibu.
e. Ibu sehat, cantik dan ceria
Ibu yang menyusui setelah melahirkan zat oksitosin nya akan bertambah,
sehingga dapat mengurangi jumlah darah yang keluar setelah malahirkan.
Kandungan dan perut bagian bawah juga lebih cepat menyusut kembali ke
bentuk normalnya.
12

3.Komposisi ASI
Kandungan ASI nyaris tak tertanding. ASI mengandung zat gizi yang secara
khusus diperlukan untuk menunjang proses tumbuh kembang otak dan
memperkuat daya tahan alami tubuh bayi (Maryunani, 2012).

Adapun beberapa komposisi ASI adalah sebagai berikut:


1. Laktosa (Karbohidrat)
Laktosa (gula susu) adalah jenis karbohidrat utama dalam ASI yang
berperan penting sebagai sumber energi. Laktosa membantu bayi
menyerap kalsium dan mudah bermetabolisme menjadi dua gula biasa
(galaktosa dan glukosa) yang diperlukan bagi pertumbuhan otak yang
cepat terjadi pada masa bayi. Komposisi laktosa dalam ASI adalah
7gr/100ml (Maryunani, 2012).
2. Lemak
Lemak merupakan zat gizi terbesar kedua di ASI dan menjadi sumber
energi utama bayi serta berperan dalam pengaturan suhu tubuh bayi.
Lemak di ASI mengandung komponen asam lemak esensial yaitu: asan
linolead dan asam alda linolenat yang akan diolah oleh tubuh bayi menjadi
AA dan DHA. Arachidonic Acid (AA) dan Decosahexanoic Acid (DHA)
adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids)
yang diperlukanuntuk pembentukan sel-sel otak yang optimal. Komposisi
lemak dalam ASI adalah 3,7-4,8gr/100ml (Maryunani, 2012).
3. Protein
Protein memiliki fungsi untuk pengatur dan pembangunan tubuh bayi.
Komponen dasar dari protein adalah asam amino, berfungsi sebagai
pembentuk struktur otak. Protein dalam susu adalah whey dan kasein. ASI
memiliki perbandingan antara Whey dan Kasein yang sesuai untuk bayi.
ASI mengandung whey lebih banyak dengan perbandingan 63:35.
Sehingga protein ASI lebih mudah diserap. Sedangkan pada susu sapi
mempunyai perbandingan Whey : Kasein adalah 20 : 80, sehingga tidak
mudah diserap. Whey lebih mudah dicerna dibandingkan dengan kasein
(yang merupakan protein utama susu sapi). Komposisi protein dalam ASI
adalah 0,8-1,0gr/100ml (Maryunani, 2012).
13

4. Vitamin
Menurut Wiji (2014), ASI mengandung berbagai vitamin yang diperlukan
bayi. Adapun vitamin yang terkandung dalam ASI adalah sebagai
berikut:
a. Vitamin A ASI mengandung vitamin A dan betakaroten yang cukup
tinggi. Selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi
mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh dan pertumbuhan.
b. Vitamin D ASI hanya sedikit mengandung vitamin D. Sehingga dengan
pemberian ASI Eksklusif ditambah dengan membiarkan bayi terpapar
sinar matahari pagi, hal ini mencegah bayi dari menderita penyakit tulang
karena kekurangan vitamin D.
c. Vitamin E Salah satu keuntungan ASI adalah mengandung vitamin E
yang cukup tinggi, terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal. Fungsi
penting vitamin E adalah untuk ketahanan dinding sel darah merah.
d. Vitamin K , Vitamin K dalam ASI jumlahnya sangat sedikit sehingga
perlu tambahan vitamin K yang biasanya dalam bentuk suntikan. Vitamin
K ini berfungsi sebagai faktor pembekuan darah.
e. Vitamin yang larut dalam air
Hampir semua vitamin yang larut dalam air terdapat dalam ASI.
Diantaranya adalah vitamin B, vitamin C dan asam folat. Kadar vitamin
B1 dan B2 cukup tinggi dalam ASI, tetapi B6 dan B12 serta asam folat
rendah, terutama pada ibu yang kurang gizi. Sehingga ibu yang menyusui
perlu tambahan vitamin ini (Maryunani, 2012).

Tiap payudara menghasilkan jumlah susu yang berbeda. Pada 7 dari 10 ibu
ditemukan bahwa payudara kanan lebih produktif. Kent (2007) menemukan
bahwa bayi mengosongkan payudara hanya satu atau dua kali per hari dan rata-
rata hanya 67 persen dari susu yang tersedia dikonsumsi dengan volume rata-rata
76 ml setiap kali menyusu (Pollard, 2016).
14

4. Faktor Yang Mempengaruhi Produksi ASI


Selain kendala pada ibu dan bayi, pemberian ASI juga mengalami kendala
pada faktor produksi ASI. Adapun hal-hal yang mempengaruhi produksi adalah
sebagai berikut (Wiji, 2014).

1. Makanan
Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh terhadap
produksi ASI. Apabila makanan yang ibu makan cukup akan gizi dan
pola makan yang teratur, maka produksi ASI akan berjalan dengan
lancar.
2. Ketenangan jiwa dan fikiran
Untuk memproduksi ASI yang baik, makan kondisi kejiwaan dan fikiran
harus tenang. Keadaan psikologis ibu yang tertekan, sedih dan tegang akan
menurunkan volume ASI.
3. Penggunaan alat kontrasepsi
Penggunaan alat kontrasepsi pada ibu menyusui perlu diperhatikan agar
tidak mengurangi produksi ASI. Menurut Khasanah (2013), bagi ibu yang
dalam menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi yang
mengandung hormon estrogen karena hal ini dapat mengurangi jumlah
produksi ASI, bahkan menghentikan produksi ASI secara keseluruhan.
4. Perawatan payudara
Perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara mempengaruhi
hipofise untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan oksitosin.
5. Anatomis payudara
Jumlah lobus dalam payudara juga mempengaruhi produksi ASI. Selain itu,
perlu diperhatikan juga bentuk anatomis papilla atau puting susu ibu.
6. Faktor fisiologi
ASI terbentuk oleh karena pengaruh dari hormon prolaktin yang
menentukan produksi ASI dan mempertahankan sekresi air susu.
7. Pola istirahat
Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI. Apabila
kondisi ibu terlalu capek, kurang istirahat maka ASI juga berkurang.
15

8. Faktor isapan anak atau frekuensi penyusuan


Semakin sering bayi menyusu pada payudara ibu, maka produksi dan
pengeluaran ASI akan semakin banyak.
9. Berat lahir bayi
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) mempunyai kemampuan menghisap
ASI yang lebih rendah dibandingkan bayi yang berat lahir normal
(BBL>2500 gr). Kemampuan menghisap ASI yang lebih rendah ini
meliputi frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi
berat lahir normal yang akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin
dan oksitosin dalam memproduksi ASI.
10. Umur kehamilan saat melahirkan
Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi produksi ASI. Hal ini
disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34
minggu) sangat lemah dan tidak mampu menghisap secara efektif sehingga
produksi ASI lebih rendah daripada bayi yang lahir cukup bulan.
11. Konsumsi rokok dan alkohol
Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu hormon
prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan
adrenalin dimana adrenalin akan menghambat pelepasan
C. Hypnobreastfeeding
1. Pengertian Hypnobreastfeeding
Hypnobreastfeeding terdiri dari dua kata yaitu hypnos berasal dari bahasa
yunani yang artinya adalah tidur/pikiran tenang. Breasrfeeding artinya menyusui.
Hipnobreastfeeding adalah upya alami menggunakan energy bawah sadar agar
proses menyusui berjalan dengan nyaman dan lancar, serta ibu dapat
mengeluarkan ASI yang mencukupi untuk kebutuhan tumbuh kembang bayi.
Caranya adalah dengan memasukan kalimat-kalimat yang positif yang membantu
proses menyusui disaat ibu dalam keadaan sangat rileks atau sangat
berkonsentrasi pada satu hal keadaan hypnosis.(sumawati,2017). Adapun
timbulnya suasana relaksasi dapat didukung oleh ruangan/suasana tenang,
menggunakan musik untuk relaksasi, ditambah aroma therapy, panduan relaksasi
otot, napas dan pikiran. (Armini,2016)
16

Hypnobreastfeeding adalah upaya alami menanamkan niat ke pikiran bawah


sadar kita untuk menghasilkan ASI yang cukup untuk kepentingan bayi. Caranya
adalah yakin bahwa anda bisa menyusui bayi tanpa tambahan susu formula. Hal
ini bisa diperoleh dengan memikirkan hal-hal positif yang dapat menimbulkan
rasa kasih dan cinta kepada si bayi. Hypnobreastfeeding adalah metode yang
sangat baik untuk membangun niat positif dan motivasi dalam menyusui.
(Aprilia,2014)

2. Manfaat Hypnobreastfeeding
Manfaat Hypnobreastfeeding yang utama tentunya adalah peningkatkan
Produksi ASI dan aliran ASI . Namun ada lagi manfaat lainya seperti
meningkatkan ketenangan ayah dan ibu sehingga tercipta keluarga yang
senantiasa harmonis dan menciptakn lingkunagan yang positif bagi bayi . adapun
cara kerja Hypnobreastfeeding adalah:
a. Mengurangi kecemasan dan setres pada ibu sehingga dapat
meningkatkan produksi ASI
b. Menghilangkan kecemsan dan ketakutan sehingga ibu dapat
memfokuskan pikiran kepada hal-hl yang positif
c. Meningkatkan kepercayaan diri ibu, hingga membuat ibu merasa
lebih baik dan percaya diri dalam perannya sebagai seorang ibu
Contoh kalimat afimasi positif pada ibu menyusui” ibu semakin tenang
dan rileks, seluruh sel, organ dan hormonal bekerja seimbang, produksi
ASI optimal untuk kebutuhan bayi,aliran ASI lancar,bayi tumbuh dan
berkembang secara sehat dan cerdas,baik jasmani maupun rohani
kalimat sugesti atau afirmasi, misalnya“ASI saya cukup untuk bayi saya
sesuai dengan kebutuhannya” atau “Saya selalu merasa tenang dan rileks
saat mulai memerah”.Kalimat sugesti juga dapat diberikan suami.Tujuan
afirmasi positif tersebut adalah untuk menjadikan aktifitas menyusui
sebagai suatu kegiatan yang mudah, sederhana dan menyenangkan. Kita
harus menyiapkan suasana yang benar-benar nyaman.
17

3. Teknik hypnobreastfeeding
Teknik hypnobreastfeeding melibatkan pikiran bawah sadar dengan cara
mengistirahatkan alam sadar melalui teknik relaksasi.
Teknik relaksasi dalam hypnobreastfeeding terdiri atas tiga tahap yaitu :
1. Ibu melakukan relaksasi otot mulai dari puncak kepala sampai telapak
kaki, termasuk wajah, bahu kiri dan kanan, kedua lengan, daerah dada
perut, pinggul, sampai kedua kaki. Caranya bisa dengan membayangkan
otot-otot menjadi relaksasi
2. Relaksasi nafas.
Zaman sekarang orang-orang rentan mengalami stress. Stres karena
dituntut untuk melakukan segala sesuatu serba cepat dan terburu-buru.
Apalagi, perempuan yang memiliki peran ganda sebagai seorang ibu
sekaligus wanita karier. Untuk mencapai kondisi relaks adalah dengan cara
tarik napas panjang melalui hidung dan hembuskan keluar pelan -pelan
melalui hidung atau mulut (fokuskan pernapasandi perut). Lakukan selama
beberapa kali sampai ketegangan mengendur dan berangsur hilang.
3. Relaksasi pikiran.
Seringkali pikiran seseorang berkelana jauh dari raganya. Untuk itu,
belajarlah memusatkan pikiran agar berada di tempat yang sama dengan
raga. Salah satu cara dengan berdiam diri atau meditasi dengan
mengosongkan pikiran dan memejamkan mata dengan napas yang lambat,
mendalam dan teratur selama beberapa saat. Setelah otot -otot rileks, nafas
teratur, serta pikiran tenang, baru dilakukan sesi hypnobreastfeeding. Ibu-
ibu menyusui juga bisa melakukan hypnobreastfeeding di rumah,caranya
mudah, masuklah ke dalam ruangan yang tenang, nyalakan musik khusus
untuk relaksasi, sediakan aroma therapy, dan ikuti panduan relaksasi otot,
napas, dan pikiran yang telah dipelajari sebelumnya, baru melakukan
afirmasi yang positif. Pikiran bawah sadar secara otomatis akan
membimbing untuk melakukan atau memikirkan hal-hal tertentu, misalnya
yakin bahwa kita bisa menyusui dan ASI akan mengalir deras.
Cara lainnya dengan Dan bisa dilakukan sendiri dirumah caranya,masuk
kedalam ruangan yang tenang, nyalakan musik khusus untuk
18

relaksasi,sediaka aroma therapy dan ikuti panduan relaksasi otot,napasdan


pikiran yang telah dipelajari sebelumnya, baru melakukan afirmasi yang
positif. Pikiran bawah sadar secara otomatis akan membimbing untuk
melakukan atau memikirkan hal-hal tertentu, misalnya yakin bahwa kita
bisa menyusui dan ASI akan mengalir deras. Cara lain yang sederhana
adalah dengan mendengarkan suara bayi serta perhatikan alur nafasnya.
Jika hal tersebut dilakukan secara teratur, akan menimbulkan
bonding/ikatan dan selanjutkan memicu tubuh untuk menghasilkan
hormon endorfin(hormon pembawa rasa senang dan tenang sehingga tubuh
merasa rileks.(Pratiwi.et,.al.2018)
Relaksasi yang dalam dan teratur membuat sistem endokrin, aliran darah,
persyarafan dan system lain di dalam tubuh anda akan berfungsi lebih
baik.Sikap positif sangatlah penting seperti merasa tenang dan rileks
selama menyusui. Pada saat ibu rileks dikala menyusui maka hormon
endorphin yang diproduksi ibu pun akan mengalir ke bayi Anda melalui
ASI, dan ini membuat bayi anda akan merasakan kenyamanan, ketenangan
yang ibu rasakan. Relaksasi hypnobreastfeeding mampu menghadirkan
rasa santai, nyaman dan tenang selama menyusui dengan demikian maka
seluruh sistem di dalam tubuh akan berjalan jauh lebih sempurna sehingga
proses menyusui pun menjadi proses yang penuh arti dan menyenangkan
baik bagi ibu dan bayi. Bahkan hypnobreastfeeding mampu membantu ibu
yang mengalami kesulitan saat menyusui juga dapat membuat ibu mampu
untuk relaktasi.
D. Asuhan keperawatan Teoritis
a. pengkajian
1. Biodata : Nama, umur, agama, pendidikan , pekerjaan, alamat
2. Keluhan utama
3. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Ditanyakan untuk mengetahui apakah persalinan yang lalu dilakukan
secara normal atau SC dengan penyulit apa yang berkaitan dengan keadaan
ibu sekarang.
4. Riwayat persalinan sekarang
19

1. Ketuban pecah / Tidak


Pengeluaran dari vulva sebagai tanda persalinan telah mulai sudah ada
sejak permulaan kadang – kadang di keluarkan bila persalinan sudah
lebih jelas.
2. Penyulit pada ibu / bayi
Untuk mengetahui hal – hal yang membuat tidak nyaman dan di
lakukan tindakan segera bila hasil pengawasan itu ternyata ada
kelainan.
3. Jenis persalinan Spontan / buatan / anjuran
4. Penolong Bidan / dokter
5. Riwayat kelahiran anak
Riwayat anak yang dilahirkan mencakup :

a. Berat bayi sewaktu lahir


b. Kelainan bawaan bayi
c. Jenis kelamin bayi
d. Status bayi yang dilahirkan ( hidup / mati ) bila bayi masih hidup
bagaimana keadaan sekarang dan bila meninggal apa penyebab
kematiannya.
Untuk mengetahui apakah placenta lengkap ( Tidak ada kelainan –
kelainan bentuk,ukuran – ukuran,warna )

e. TFU
Masa nifas ibu dengan SC biasanya fundus uteri terletak setinggi
pusat
6. Riwayat penyakit keluarga
Untuk mengetahui apakah dari keluarga ibu / orang yang tinggal
bersama ibu mempunyai penyakit menular seperti AIDS, seperti
Penyakit kronis, seperti keturunan dan adanya kehamilan kembar.
7. Riwayat Kesehatan Dahulu
Untuk mengetahui penyakit yang pernah dialami ibu karena penyakit
yang pernah dialami ibu bisa timbul kembali karena keadaan ibu pada
waktu kehamilan dan setelah melahirkan.
20

8. Riwayat KB
Jenis dan lama pengguna KB ibu hamil untuk mengetahui jarak
kehamilan
9. Riwayat perkawinan
Ditanyakan kepada ibu berapa lama dan berapa kali kawin untuk
membantumenentukan bagaimana keadaan alat kelamin dalam ibu.
10. Pola aktifitas
a. Istirahat istirahat ibu nifas dengan SC biasanya kurang dari ibu
nifas dengan spontan karena rasa nyeri yang ada
b. Aktifitas ibu nifas dengan SC biasanya kurang gerak dan lebih
lambat untuk memulai mobilisasi dini karena masih harus
beradaptasi dengan keadaan dirinya
c. Personal Higine Untuk mengetahui kebersihan alat reproduksi
ibu dan apakah ibu sudah benar dalam merawat alat
reproduksinya terutama luka bekas operasi
d. Nutrisi Untuk mengetahui asupan gizi nifas ,supaya ibu siap
dalam menyusui dan untuk perbaiakn kondisi ibu
e. Eliminasi Untuk mengetahui pola BAK dan BAB ibu,jika ibu
jarang BAK akan mempengaruhi kondisi ibu.
11. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Sedang
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV
Tekanan darah : Tekanan darah normal
Denyut Nadi : Denyut nadi normal
Temperatur : Suhu tubuh normal
d. Head to Toe
Kepala
Inspeksi : Keadaan rambut bersih/tidak, warna rambut,jenis
rambut, ada rontok/tidak, ada ketombe/tidak,
ada kutu rambut/tidak, ada benjolan/tidak
21

Palpasi : Ada lesi/tidak, ada benjolan dikepala/tidak, ada


nyeri tekan/tidak
a. Wajah
Inspeksi : Ada luka lecet/tidak
Palpasi : Ada benjolan dan nyeri tekan pada wajah/tidak
b. Mata
Inspeksi : Palpebra edema/tidak, konjungtiva anemis/tidak,
penglihatan klien baik/tidak, sclera ikterik/tidak.
c. Hidung
Inspeksi : Hidung simetris kiri dan kanan/tidak, ada kotoran
hidung/tidak, ada polip atau pembengkakan pada
hidung/tidak, menggunakan bantuan
pernafasan/tidak ada sekret dan sumbatan/tidak,
penciuman klien normal/tidak.
Palpasi : Ada nyeri tekan/tidak
d. Mulut
Inspeksi : Keadaan mukosa bibir, ada stomatitis/tidak, ada
caries gigi/tidak. Kebersihan gigi dan mulut.
e. Telinga
Inspeksi : Daun telinga simetris kiri dan kanan/tidak, keadaan
telinga bersih/tidak, ada cerumen/tidak, pendengaran
baik/ tidak/ ada gangguan.
f. Leher
Inspeksi : Ada pembesaran kalenjar tyroid/tidak
Palpasi :Teraba pembesaran kalenjar getah bening/tidak,
kalenjar tyroid, dan JVP
g. Payudara
Inspeksi : Payudara simetris kiri dan kanan/tidak, papila mamae
menonjol/tidak, areola hiperpigmentasi/tidak,
kebersihan payudara, payudara bengkak/tidak.
Palpasi : Ada nyeri tekan/tidak,ada benjolan/tidak, terdapat
bendungan ASI/tidak, ASI lancar/tidak.
22

h. Abdomen
Inspeksi : Keadaan perut, terdapat luka post operasi/tidak
i. Ekstremitas
Inspeksi : Ada edema/tidak, ada varises pada kaki/tidak

Palpasi : Capilary refill time <3 detik

j. Genetalia
Inspeksi : Ada lesi/tidak, kebersihan genitalia

E. Kemungkinan Masalah Yang Muncul


1. Resiko Infeksi b.d kerusakan jaringan dan pemaparan lingkungan.
2. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan payudara bengkak, ketidak
efektifan refleks oksitosin, ketidak adekuatan refleks menghisap bayi,
dibuktikan dengan bayi tidak mampu melekat pada payudara ibu, Asi
tidak menetes/memancar, bayi menghisap tidak terus menerus
3. Resiko Infeksi b.d kerusakan jaringan dan pemaparan lingkungan.
4. Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri b.d agen injury fisik (luka insisi)
5. Ketidak Seimbangan Nutrisi Dari Kebutuhan Tubuh b.d intake yang
tidak adekuat
6. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi
7. Intoleransi Aktifitas b.d kelemahan

(Nugroho:2014)
23

F. Rencana Keperawatan
NO Diagnosa NOC NIC
1 Resiko Immune Status Infection Control (Kontrol
Infeksi • Knowledge :Infection infeksi)
control 1.Bersihkan lingkungan setelah
Kriteria Hasil : dipakai pasien lain
• Klien bebas dari tanda 2.Pertahankan teknik isolasi
dan gejala infeksi 3.Batasi pengunjung bila perlu
• Mendeskripsikan proses 4.Instruksikan pada pengunjung
penularan penyakit, untuk mencuci tangan saat
factor yang berkunjung dan setelah
mempengaruhi berkunjung meninggalkan
penularan serta pasien
penatalaksanaannya, 5.Gunakan sabun antimikrobia
• Menunjukkan untuk cuci tangan
kemampuan untuk 6.Cuci tangan setiap sebelum
mencegah timbulnya dan sesudah tindakan
infeksi keperawtan
• Jumlah leukosit dalam 7.Gunakan baju, sarung tangan
batas normal sebagai alat pelindung
• Menunjukkan perilaku 8.Pertahankan lingkungan
hidup sehat aseptik selama pemasangan
alat
9.Ganti letak IV perifer dan line
central dan dressing sesuai
dengan petunjuk umum

2 Menyusui Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kesiapan


tidak keperawatan selama 2 x 24 menerima informasi
efektif jam, di harapkan status 2. Berikan konseling
berhubung menyusui membaik 3. Ajarkan 4 (empat) posisi
an dengan menyusui dan perlekatan
24

payudara dengan kriteria (latch on


bengkak hasil: 4. Jelaskan mamfaat menyusui
• Asi banyak dan lancar 5. Ajarkan perawatan payudara
• Perlekatan bayi pada 6. Jelaskan maamfaat
payudara ibu pentingnya ASI
meningkat 7. Berikan kata kata afimasi
• Kemampuan ibu positif
memposisikan bayi
dengan benar
meningkat
• Miksi bayi lebih dari 8
kali/24 jam meningkat
• Berat badan bayi
meningkat
• Tetesan/pancaran Asi
meningkat
• Suplai Asi adekuat
meningkat
• Puting tidak lecet
setelah 2 minggu
melahirkan meningkat
• Kepercayaan diri ibu
meningkat
• Bayi tidur setelah
menyusu
• Hisapan bayi meningkat

Gangguan • Pain Level Pain Management


Rasa Nyeri berkurang / 1.Lakukan pengkajian nyeri
Nyaman hilang secara komprehensif
Nyeri Kriteria Hasil : termasuk lokasi,
• Melaporkan bahwa karakteristik, durasi,
25

nyeri berkurang frekuensi,


dengan manajemen 1. karakteristik, durasi,
nyeri frekuensi, kualitas, dan faktor
• Mampu mengontrol presipitasi.
nyeri ( tahu penyebab 2. Observasi reaksi nonverbal
nyeri, mampu dari ketidaknyamanan
menggunakan tehnik 4. Gunakan teknik komunikasi
nonfarmakologi untuk terapeutik untuk mengetahui
mengurangi nyeri, pengalaman nyeri pasien
mencari bantuan ). 5. anjurkan mobilisasi dini
• Mampu mengenali 6. kolaborasi dalam pemberian
nyeri ( skala, therapi
intensitas, frekuensi,
dan tanda nyeri)
• Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
Tanda vital dalam
rentang normal

4 Ketidak • Nutritional Status : food Nutrition Management


Seimbang and 1.Kajia danya alergi makanan.
an Nutrisi Fluid Intake 2.Kolaborasi dengan ahli gizi
Dari Kriteria Hasil : untuk menentukan jumlah
Kebutuhan • Adanya peningkatan kalori dan nutrisi yang
Tubuh berat badan sesuai dibutuhkan pasien.
dengan tujuan. 3. Anjurkan pasien untuk
• Berat badan ideal sesuai meningkatkan intake Fe.
dengan tinggi badan. 4. Anjurkan pasien untuk
• Mampu meningkatkan protein dan
mengidentifikasi vitamin C.
26

kebutuhan nutrisi. 5.Yakinkandietyang


• Tidak ada tanda tanda dimakanmengandung
malnutrisi. tinggiserat untuk mencegah
• Tidak terjadi penurunan konstipasi.
berat badan yang 6. Berikan makanan yang
berarti terpilih ( sudah
dikonsultasikan dengan ahli
gizi).
7. Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
harian.
8. Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori.
9. Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi.
10.Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan

5 Kurang • Knowledge : disease Kaji tingkat pengetahuan klien.


pengetahu process 1.Jelaskan kepada klien
an • kriteria Hasil : pentingnya nutrisi untuk
• Pasien dan keluarga penyembuhan luka
menyatakan 2.Jelaskan kepada klien untuk
pemahaman tentang meningkatkan input protein.
penyakit, kondisi, 3.Jelaskan tentang cara
prognosis dan perawatan ibu nifas dan post
program pengobatan operasi
• Pasien dan keluarga 4.Lakukan diskusikan tentang
mampu melaksanakan perubahan gaya hidup pada
prosedur yang pasien yang mungkin
dijelaskan secara dibutuhkan.
27

benar 5.Diskusikan perubahan gaya


hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan
datang dan atau proses
pengontrolan penyakit

6 Intoleransi • Energy conservation Energy Management


aktivitas • Self Care : ADLs 1.Identifikasi gangguan fungsi t
Kriteria Hasil : tubuh yang menagkibatkan
• Berpartisipasi dalam kelelahan
• aktivitas fisik tanpa 2. Monitor kelelahan fisik dan
disertai peningkatan emosional
tekanan darah, nadi dan 3. Monitor pola dan jam tidur
RR. 4. Monitor lokasi dan
• Mampu melakukan ketidaknyamanan selama
aktivitas sehari hari melakukan aktivitas
(ADLs) secara mandiri 5.Sediakan lingkungan yang
nyaman dan rendah stimulus
(mis, cahaya, suara,
kunjungan) - Lakukan rentang
gerak pasif dan/atau aktif
6. Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
7.Observasi adanya pembatasan
klien dalam
melakukanaktivitas.
8.Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat pasien
9.Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas
28

yang mampu dilakukan.


10.Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten yangsesuai
dengan kemampuan fisik,
psikologi dan social.
11.Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan.
12.Monitor respon fisik, emoi,
social dan spiritual

(Nugroho:2014)

G. Implementasi Keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun
dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan
yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik
dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan klien.
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan,
penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.
(Mitayani, 2014))

H. Evaluasi
Merupakan hasil perkembangan dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan
yang telah dicapai. Evaluasi dari proses keperawatan adalah diharapkan dari
perubahan perilaku klien sejauh mana masalah klien dapat teratasi. Disamping itu
29

perawat juga melakukan umpan balik atau pengkajian ulang jika yang ditetapkan
belum tercapai proses keperawatan perlu dimodifikasi (Mitayani, 2014).

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
30

1. Identitas Klien
Nama : Ny. L
Umur : 33 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat :Jln.Pertanian Lubuk minturun Rt01/02
Suku/ Bangsa : Minang / Indonesia
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. K
Umur : 35 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat :Jln.Pertanian Lubuk minturun Rt01/02
Suku/bangsa : Minang/Indonesia
Status perkawinan : Menikah
Hubungan dengan pasien: Suami
B. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT
Klien masuk rumah sakit Melalui admisi rawat inap membawa surat
kiriman dokter Sp.Og klien sudah direncanakan untuk sactio caeseria
dengan keluhan keluar air campur lendir kurang lebih 2x ganti duk pembalut
dari vagina, hamil cukup bulan (+), anak ke 3 nyeri pada ari-ari (-).
C. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat di lakukan pengkajian pada tanggal 02 Februari 2021 pukul
14.00 WIB, klien dengan P3A0H3 + post SC HPHT 09 Mei 2020 HPL 16
Februari 2021, klien masuk rumah sakit hari senin tgl 01 Februari 2021
Jam 20.00 wib dan dilakukan SC Selasa 02 Februari Saat pengkajian klien
mengeluh belum bisa menyusui bayinya , ASI belum keluar dengan lancar,
dari hasil observasi didapatkan30
bayi rewel dan sering menangis, ASI baru
keluar jika dipencet ariolanya, ASI bewarna bening kekuningan dan hanya
keluar satu sendok teh atau sekitar 1- 2 cc. klien masih merasa lemas
31

Selain itu juga didapatkan hasil pengkajian klien mengatakan nyeri pada
luka operasi( P: nyeri bertambah saat bergerak dan batuk berkurang saat
diam berbaring, Q: Nyeri seperti di iris-iris, R: Nyeri di daerah perut pada
luka bekas operasi, S: Skala nyeri 5, T: Nyeri terus hilang timbul terasa
disaat bergerak miring kiri dan miring kanan, skala nyeri 5, nyeri timbul)
Klien tampak lemah dan wajah meringis menahan nyeri, terdapat luka
operasi tertutup opsite. panjang luka ± 15 cm TD : 150/90 mmHg Nadi :
88x/i Suhu : 36,6oC RR : 20x/i. Spo2 98% TFU setinggi pusat,terpasang
infus RL drip tramadol dan ketorolac kolf II dengan sisa ± 450 cc,
terpasang kateter urin. Intake ±1200 cc, output ±900 cc, dalam satu hari.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan sebelumnya pada anak pertama dan kedua sectio
caesarea juga dan klien tidak bisa melahirkan secara normal karna pinggul
sempit dan untuk section caesarea yang sekarang dengan indikasi bekas
section caesarea sudah dua kali.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien dan keluarga mengatakan bahwa keluarga tidak ada mengalami
Sectio Caesarea, Kista, Mioma, Plasenta Privia, Ketuban Pecah Dini dan
penyakit Diabetes Melitus, Hipertensi, Jantung, dan penyakit menular
lainnya.
Genogram

Keterangan :

: Laki- laki : Laki-Laki Meninggal

: Perempuan : Perempuan Meninggal


32

: Klien : Tinggal Serumah

Klien merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, kakak pertama dan
kedua klien berjenis kelamin laki-laki Kedua orang tua klien masih ada.
Klien menikah dengan suaminya yang merupakan anak ke empat dari lima
orang bersaudara. Saat ini klien tinggal serumah bersama suami dan anak.
D. RIWAYAT KELUARGA BERENCANA
Klien mengatakan pernah menggunakan alat kontrasepsi yaitu berupa pil.
E. RIWAYAT OBSTETRI
a. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 Tahun
Jumlah Perdarahan : 3 kali ganti pembalut per hari
Lama Haid : 7 hari
HPHT : 09 Mei 2020
TP : 16 Februari 2021
b. Riwayat Persalinan
Tipe Keadaan Umur
No BB Indikasi
Persalinan BBL Anak
1. Sectio caesarea 3500gram Sehat / Baik cpd 6 tahun
2 Sectio caesarea 3600 gram Sehat/Baik Bekas sc 4 tahun
3 Sectio ceasarea 3700gram Sehat/Baik Bekas sc 2kali 3 hari

c. Riwayat Psikososial
Klien mengatakan cemas kalau ASI belum lancer

F. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
2. Tanda –tanda vital
33

TD : 150/100mmHg
Suhu : 36,6o C
Nadi : 88 x/i
Respirasi : 20 x/i
Spo2 : 98%
3. Head To Toe
a. Kepala
Inspeksi : Keadaan rambut bersih, warna rambut hitam, ikal,
sedikit rontok, tidak ada ketombe, tidak ada kutu
rambut, tidak ada benjolan
Palpasi : Tidak ada lesi, tidak ada benjolan dikepala, tidak ada
nyeri tekan
b. Wajah
Inspeksi :Tidak ada luka lecet, wajah sedikit pucat, wajah
meringis menahan sakit
Palpasi : Tidak ada benjolan dan nyeri tekan pada wajah
c. Mata
Inspeksi :Palpebra tidak edema, konjungtiva anemis,
penglihatan klien baik, sclera sedikit ikterik
d. Hidung
Inspeksi : Hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada kotoran
hidung, tidak ada polip atau pembengkakan pada
hidung, tidak menggunakan bantuan pernafasan, tidak
ada sekret dan sumbatan, penciuman klien
normal/baik.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
e. Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir kering dan sedikit pucat, tidak ada
stomatitis, tidak ada caries gigi. Keadaan gigi dan
mulut cukup bersih.
f. Telinga
34

Inspeksi : Daun telinga simetris kiri dan kanan, keadaan telinga


bersih, tidak ada cerumen, pendengaran baik dan tidak
ada gangguan.
g. Leher
Inspeksi : Tidak ada pembesaran kalenjar tyroid
Palpasi :Tidak teraba pembesaran kalenjar getah bening,
kalenjar tyroid, dan JVP
h. Payudara
Inspeksi : Payudara simetris kiri dan kanan,keras ASI tidak
lancar, aerola mamae hiper pigmentasi, papila mame
menonjol dtidak ada nyeri tekan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, mamae
agak keras.
i. Abdomen
Inspeksi : Pada perut terdapat luka sayatan dan panjang luka
±15 cm, terpasang opsite
Palpasi :TFU setinggi pusat Kontraksi baik
j. Ekstremitas
Atas
Inspeksi : Terpasang infus RL Drip tramadol 1 amp + oksitosin
2 amp di tangan kanan 20 tetes/ menit
Palpasi : Capilary refill time <3 detik
Bawah
Inspeksi : Terpasang kateter, tidak ada varises pada kaki
k. Genetalia
Lochea : Rubra, warna merah
Reeda : Tidak Ada
Jumlah : Lebih Kurang 2x duk/ pembalut/
G. POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI
1. Pola Nutrisi
Saat sehat Saat Sakit
Frekuensi 3 x Sehari 3 x Sehari
35

Komposisi Nasi, Lauk, Sayur Nasi Lauk, Sayur, Buah


Klien hanya
Porsi Klien menghabiskan menghabiskan ½ porsi
makanan tanpa makanannya,selera
hambatan makan menurun.

2. Pola Istirahat dan tidur


Saat Sehat Saat Sakit
Tidak ada masalah dalam istirahat, Klien mengatakan tidurnya
tidur lebih kurang 8 jam per hari, kurang nyenyak, sering terbangun

3. Pola Eliminasi
Saat Sehat Saat Sakit
BAB : Tidak ada masalah (1x BAB : belum ada BAB
sehari)
BAK : Tidak ada masalah (± 6-7 x BAK : terpasang dower catheter
sehari)

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium tanggal 01 Februari 2021
Hb : 11,8 gr/dl Normal : 10-16 gr/dl
Leukosit : 9.700 /mm3 Normal : 5.000-10.000 /mm3
Trombosit : 243.000/ mm3 Normal:150.000-40000/mm3
Hematokrit : 34 % Normal : 30-35 %
Waktu pendarahan(BT) : 2 menit 30 detik Normal : 1-3 menit
Waktu pembekuan(CT) :3 menit 30 detik Normal : 2-6 menit
Gula darah sewaktu :102 < 200 mg/dl
Ureum : 12 Normal : 10-50 mg/dl
Creatinin : 0.7 Normal : 0.5-1.0
I. PROGRAM THERAPI
Ceftriaxon 2x1 gram
36

Ranitidin 2x1 Amp (50 mg)


Ondansentron 3x1 Amp (4 mg)
Infus RL 3x500 cc dengan 20 tetes/menit drip oxitosin 2 amp
Ketorolac 3x1 Amp
Metronidazole 3x1 ( 500 mg )
Moloco 3x1 tab
Polpamed 3x1 tab (500 mg)
Anatram 3x1 tab (500 mg)
J. DATA FOKUS
• ASI belum keluar dan lancar
• Bayi rewel dan menangis
• ASI keluar ± 1-2 bila dipencet areola
• Klien mengatakan nyeri jika bergerak
• TFU setinggi pusat
• Tekanan darah 150/100 mmHg, Nadi 88x/i, Pernafasan 20x/i, Suhu 36.6
o
C spo2 98%
• ASI yang keluar baru 1-2 cc
• Pasien masih merasa lemas
• Masih terasa nyeri bila bergerak miring kiri dan miring kanan pada bekas
luka operasi
• Skala nyeri 5

K. Analisa Data

No DATA ANALISA MASALAH ETIOLOGI


1 Ds: Post Sc Ketidak Suplai ASI
- Klien mengatakan efektifan yang tidak
37

belum bisa pemberian adekuat


menyusui ASI
bayinya,
- ASI nya belum cemas

lancar keluar
- Klien mengatakan
Stress
masih lemas
- ASI baru keluar
bila dipencet
ASI tertahan
areola nya
-
Do: Ketidak
- Bayi rewel dan efektifan
menangis pemberian
- ASI keluar hanya ASI
jika dipencet
aerolanya, ± 1-2
cc
- ASI bewarna
bening
kekuningan
- TTV
TD :150/100
mmHg
N : 88 x/i
P : 20 x/i
S : 36.6 oc
Spo2 : 98%
2 Ds: Ketuban Nyeri Akut Agen injuri
- Klien mengatakan pecah dini fisik (luka
nyeri bila gerak insisi operasi)
miring kiri dan Sectio
38

miring kanan caesarea


pada bagian
bekas operasi
- Klien mengatakan Post Sc

masih lemas
Do:
Bekas luka
- Klien tampak
lemah
- Klien tampak
Nyeri akut
meringis
menahan sakit
- Skala nyeri klien
5
- TTV:
TD :150/100
mmHg
N : 88 x/i
P : 20 x/i
S : 36.6 oc
Spo2 : 98%

3. Ds: Post SC Intoleransi Kelemahan


- Klien mengatakan aktivitas
belum bisa kelemahan
berjalan dan
duduk secara
normal intoleransi

- Klien mengatakan aktivitas

aktivitas di bantu
keluarga
- Klien mengatakan
aktivitas dibantu
39

prtugas
Do:
- Post sc hari
pertama
- Klien tampak
terbaring di
tempat tidur
- Klien tampak
lemah
- Aktivitas klien di
bantu oleh
keluarga dan
bidan

Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan suplai ASI yang
tidak adekuat
2. Nyeri akut b.d Agen injury fisik (luka insisi operasi)
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan

L. INTERVENSI
40

N Diagnosa Noc Nic


o
1 Ketidak Setelah dilakukan tindakan 1. kaji keadaan
efektifan keperawatan 2x24 jam, ketidak payudara ibu
pemberian efektifan pemberian ASI dapat 2. berikan informasi
ASI teratasi dengan terhadap ibu
kriteria: pentingnyaASI
- Ibu dan bayi akan 3. motivasi dan
mengalami ke efektifan yakinkan ibu ASI
pemberian ASI, ASI ibu nya akan cukup
banyak dan lancar serta untuk bayinya
bayi puas dan cukup 4.berikan dorongan
denganASI ibu pada ibu untuk lebih
sering menyusui
5. lakukan teknik
hypnobreastfeeding

2. Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan Edukasi teknik nafas


keperawatan selama 2x 24 jam Tindakan :
Nyeri berkurang dan hilang 1. Identifikasi kesiapan
Dengan kriteria hasil : untuk menerima
- Mampu mengontrol nyeri informasi
- Mampu menggunakan 2. Jelaskan tujuan dan
tehnik nonfarmakologi mamfaat teknik nafas
untuk mengurangi nyeri) 3. Jelaskan prosedur
- Tanda vital dalam rentang teknik nafas
normal 4.Anjurkan
- Ekspresi wajah rileks skala memposisikan tubuh
nyeri 2 senyaman
mungkin(duduk,
baring)
5. Anjurkan menutup
41

mata dan
berkonsentrasi penuh
6. Ajarkan melakukan
inspirasi dan
ekspirasi
7. Demonstrasikan
menarik nafas selama
4 detik, menahan
nafas selama 2 detik
dan menghembuskan
nafas selama 8 detik
8. Anjurkan mobilisasi
sesuai kemampuan
9. Kolaborasi dengan
dokter jika ada
keluhan nyeri tidak
berhasil
3. Intoleransi Setelah dilakukan asuhan Energy management
aktivitas keperawatan selama 2x 24 jam
1. bantu klien dalam
intoleransi aktivitas bisa teratasi
pemenuhan aktivitas
dengan kriteria hasil:
- Klien mampu mobilisasi
2. Anjurkan klien
mandiri
mobilisasi dini
- Berpartisipasi dalam
aktivitas fisik tanpa 3. Observasi adanya
disertai dengan pembatasan klien
peningkatan tekanan darah dalam melakukan
nadi dan RR aktivitas

4. Dorong klien untuk


mengungkapkan
perasaan terhadap
42

keterbatasan

5. Kaji adanya faktor


yang menyebabkan
kelelahan

6.Monitor nutrisi dan


sumber yang adekuat

7. Monitor pasien akan


adanya kelelahan
fisik dan emosi secara
berlebihan

8.Monitor pola tidur.


43

M. IMPLEMENTASI

Hari pertama

Tanggal Diangnosa Implementasi Evaluasi


02-02-2021 Diagnosa Jam 14.00 Wib S: Klien mengatakan ASI sudah keluar tapi belum lancar
1 1. Mengkaji keadaan payudara ibu O: 1. Ny. L tampak cemas dan takut jika ASI nya tidak juga
2.Memberikan informasi terhadap ibu keluar
pentingnya ASI 2. Ny. L masih terbaring ditempat tidur
3.Menganjurkan ibu untuk menyusui 3. Bayi tampak rewel dan menangis
bayinya sesering mungkin 4. Papilla mamae tanpak lecet
4. Mengajarkan ibu cara dan posisi yang 5. ASI yang dipompa baru keluar ± 2cc
baik untuk menyusui A: Ketidak efektifan pemberian ASI
5. Melakukan teknik hypnobreastfeeding P: Intervensi di lanjutkan
1.Yakinkan ibu Kalau ASI nya ada dan cukup
2.Berikan informasi bahwa semakin sering menyusui ASI
akan semakin banyak keluar
3. Ajarkan posisi yang baik untuk menyusui, agar papilla
mamae tidak lecet
4.Anjurkan banyak makan dan minum air putih
44

5. Lakukan teknik hipnobreatfeeding


02-02-2021 Diagnosa 1. Meidentifikasi kesiapan untuk S: Klien mengatakan masih terasa nyeri pada luka operasi
2 menerima informasi O: - pasien tampak rileks
2. Menjelaskan tujuan dan mamfaat - Skala nyeri berkurang dari skala 5 menjadi 4
teknik nafas - Nyeri hilang timbul
3. Menjelaskan prosedur teknik nafas - Klien tampak berbaring ditempat tidur
4.Menganjurkan memposisikan tubuh - TD :140/90 mmhg. N: 88x/menit, P: 22X/menit,
senyaman mungkin(duduk, baring) S:36,6ºC
5. Meganjurkan menutup mata dan A : Nyeri Akut
berkonsentrasi penuh P : Intervesi dilanjutkan:
6. Mengajarkan melakukan inspirasi dan 1. Identifikasi kesiapan untuk menerima informasi
ekspirasi 2. Jelaskan tujuan dan mamfaat teknik nafas
7. Mendemonstrasikan menarik nafas 3. Jelaskan prosedur teknik nafas
selama 4 detik, menahan nafas selama 4.Anjurkan memposisikan tubuh senyaman
2 detik dan menghembuskan nafas mungkin(duduk, baring)
selama 8 detik 5. Anjurkan menutup mata dan berkonsentrasi penuh
8. Menganjurkan mobilisasi sesuai 6. Ajarkan melakukan inspirasi dan ekspirasi
kemampuan 7. Demonstrasikan menarik nafas selama 4 detik, menahan
9. Berkolaborasi dengan dokter jika ada nafas selama 2 detik dan menghembuskan nafas selama
45

keluhan nyeri tidak berhasil 8 detik


8. Anjurkan mobilisasi sesuai kemampuan
9. Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan nyeri tidak
berhasil

02-02-2121 Diagnosa 1. Membantu klien dalam pemenuhan


3 aktivitas S: Klien mengatakan susah beraktifitas dan aktivitas masih
dibantu keluarga dan petugas
2. Menganjurkan klien mobilisasi dini O: - Klien tampak susah beraktivitas
- Aktivitas klien dibantu keluarga dan petugas
3. Mengobservasi adanya pembatasan
A: Intoleransi aktivitas
klien dalam melakukan aktivitas
P : 1. Bantu klien dalam beraktifitas
4.Mendorong klien untuk 2.Anjurkan mobilisasi
mengungkapkan perasaan terhadap 3.Monitor nutrisi yang adekuat
4. Monitor pola tidur dan istirahat
5. Mengkaji adanya faktor yang
menyebabkan kelelahan

6.Memonitor nutrisi dan sumber nutrisi


46

yang adekuat

7. Memonitor pasien akan adanya


kelelahan fisik dan emosi secara
berlebihan

8.Memonitor pola tidur keterbatasan


47

Hari Kedua

Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi


03-02-2021 Diagnosa Jam 09.00 Wib S : Klien mengatakan ASI sudah keluar dipompa ± 20 cc,
1 1. Mengkaji keadaan payudara ibu dan bayi nya sudah dikasih ASI memakai dot
2.Menganjurkan ibu untuk menyusui O : 1. Bayi sedang tidur
bayinya sesering mungkin 2.Papilla mamae tanpak lecet
4. Mengajarkan ibu cara dan posisi yang A: Intervensi untuk pengeluaran ASI teratasi sebagian
baik untuk menyusui P: Intervensi di lanjutkan
5. Melakukan teknik hypnobreastfeeding 1. Ajarkan posisi yang baik untuk menyusui, agar papilla
mamae tidak lecet
2. Lakukan teknik hypnobreatfeeding
03-02-2021 Diagnosa 1. Meidentifikasi kesiapan untuk menerima S: Klien mengatakan masih ada terasa nyeri pada luka
2 informasi operasi
2. Menjelaskan tujuan dan mamfaat teknik O: - pasien tampak rileks
nafas - Skala nyeri berkurang dari skala 4 menjadi skala 3
3. Menjelaskan prosedur teknik nafas - Nyeri hilang timbul
4.Menganjurkan memposisikan tubuh - Klien sudah mobilisasi kekamar mandi didampingi
senyaman mungkin(duduk, baring) keluarga
48

6. Mengajarkan melakukan inspirasi dan - TD :125/86 mmhg. N: 82x/menit, P: 20X/menit,


ekspirasi S:36,7ºC
7. Mendemonstrasikan menarik nafas A : Nyeri Akut sudah teratasi sebahagian
selama 4 detik, menahan nafas selama 2 P : Intervesi dilanjutkan:
detik dan menghembuskan nafas selama 2. Jelaskan tujuan dan mamfaat teknik nafas
8 detik 3. Jelaskan prosedur teknik nafas
8. Menganjurkan mobilisasi sesuai 4.Anjurkan memposisikan tubuh senyaman
kemampuan mungkin(duduk, jalan dan mengurus bayi seperti ganti
popok dan bedung bayi

03-02-2021 Diagnosa 1. Membantu klien dalam pemenuhan S : Klien mengatakan susah beraktifitas dan sebagian aktivitas
3 aktivitas masih dibantu keluarga dan petugas( seperti pasang gurita)
O : - Klien tampak sudah jalan kekamar madi
2. Menganjurkan klien mobilisasi
-Pasang gurita klien dibantu petugas
A: Intoleransi aktivitas teratasi sebagian
3.Memonitor nutrisi dan sumber nutrisi
P : 1. Bantu klien dalam beraktifitas
2.Anjurkan mobilisasi
3.Monitor nutrisi yang adekuat
49

Hari ke tiga

Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi


04-02-2021 Diagnosa Jam 10.00 Wib S : Klien mengatakan ASI sudah keluar dan bayinya
1 1. Mengkaji keadaan payudara ibu menyusu langsung dan tidak dipopma lagi
2.Menganjurkan ibu untuk menyusui O : 1.Klien sedang menyusui bayi nya
bayinya sesering mungkin 2.Lecet padaPapilla mamae sudah mulai kering
4. Mengajarkan ibu cara dan posisi yang 3.Bayi tampak tenang dan tidak rewel
baik untuk menyusui A: Intervensi untuk pengeluaran ASI teratasi
5. Melakukan teknik hypnobreastfeeding P: Intervensi di pertahankan
1. Lakukan posisi yang baik untuk menyusui, agar papilla
mamae tidak lecet
2. Lakukan teknik hypnobreatfeeding
04-02-2021 Diagnosa 1. Meidentifikasi kesiapan untuk S: Klien mengatakan masih ada terasa nyeri pada luka
2 menerima informasi operasi
2. Menjelaskan tujuan dan mamfaat O: - pasien tampak rileks
teknik nafas - Skala nyeri berkurang dari skala 3 menjadi 2
3. Menjelaskan prosedur teknik nafas - Nyeri hilang timbul
4.Menganjurkan memposisikan tubuh - Klien sudah mobilisasi kekamar mandi secara madiri
50

senyaman mungkin(duduk, dan - TD :12/80 mmhg. N: 88x/menit, P: 20X/menit,


berjalan) S:36,7ºC
A : Nyeri Akut sudah teratasi, dan pasien sudah boleh pulang
P : Intervesi dihentikan
1. Jelaskan cara mengatasi nyeri untuk dirumah dan
edukasi tentang discage planing

04-02-2021 Diagnosa 1. Membantu klien dalam pemenuhan S : -Klien mengatakan sudah mandi kekamar mandi sendiri
3 aktivitas -Klien mengatakan sudah bisa ganti duk/pembalut sendiri
O : 1.Klien tampak sudah mobilisasi kekamar mandi sendiri
2. Menganjurkan klien mobilisasi
2.Aktivitas klien mandiri
A : Masalah tertasi
3.Memonitor nutrisi dan sumber nutrisi
P : Intervensi dihentikan
Pasien sudah acc dokter untuk pulang
51

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Profil Rumah Sakit Islam Siti Rahmah

RSI Siti Rahmah merupakan Rumah sakit swasta dengan tipe C yang
terletak di Jl. ByPass KM 15 Air pacah Padang. RSI Siti Rahmah padang
merupakakan Rumah sakit Rujukan di lingkup Wilayah Sumatera Barat yang
memiliki pelayanan untuk spesialis dan sub spesialis. Pelayanan yang diberikan
juga berkaitan dengan pelyanan keperawatan maternitas baik kondisi obstetri dan
ginekologi. Untuk pasien dengan masalah ginekologi dirawat di ruang kebidanan

4.2 Pengkajian Keperawatan

Pengkajian pada Ny. L dengan diagnosa post sactio caesarea penerapan teknik
hypnobreastfeeding untuk peningkatan pengeluaran ASI dilakukan dengan cara
anamnesa(keluhan utama, riwayat yang berhubungan dengan keluhan
utama,pengkajian psikososial,spritual, observasi, wawancara pada klien dan
keluarga, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostik). Pengkajian adalahsuatu
usaha yang dilakukan perawat dalam menggali permasalahan dari klien meliputi
pengumpulan data tentang status kesehatan klien secara sistematis,menyeluruh,
akurat,singkat dan berkesenambungan( Muttaqun, 2011).

Pada pengkajian tidak semua pemeriksaan fisikyang diteori timbul pada kasus.
Tidak ada kendala berarti selama melakukan pengkajian karena semua pihakdapat
bekerja sama yang baik dan saling mendukung satu sama lainnya. Data yang
terdapat pada tinjauan teoritis sesuai dengan data yang ditemukan penulis saat
melakukan pengkajian. Tahap-tahap pengkajian dalam tinjauan teori sudah
diapluikasikan oleh penulis. Data keluhan utama yang ditemukan ditinjauan
teoritis resiko infeksi pada operasi sectio caesarea sedangkan pada kasus saat
pengkajian tgl 02 Februari Ny.L mengatakan Asi masih belum keluar, payudara
pasien masih padat,bengkak dan terdapat bendungan Asi tapi ASI belum lancar
bayi Tampak menangis. Persiapan menyusui mencakup tiga hal yaitu fisik,
pikiran,dan jiwa. Semua itu tidak bisa dipisahkan. Karena mind set seorang ibu

51
52

berperan besardalam proses menyusui. Jika ibu sudah pesimis dan merasa tidak
mampu memberika ASI untuk bayi jumlah ASI nya pun akan terpengaruh.
Hypnobreasrtfeeding sangat membantu ibu menyusui untuk memberikan sugesti
positif bahwa ia mampu dan ASI nya ada cukup untuk bayi nya(Marmi, 2013)

Kemudian dihari kedua pada tanggal 03 februari 2021 klien mengatakan ASI
sudah mulai keluar lancar dan bayi sudah menyusui, bahwa kelancaran ASI
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti, frekuensi pemberian ASI, pola pikir,
inisiasi menyusui dini perwatan payudara dan satatus gizi.(Ayu, 2019)

Selain itu juga didapatkan hasil pengkajian klien mengatakan nyeri pada
luka operasi( P: nyeri bertambah saat bergerak dan batuk berkurang saat diam
berbaring, Q: Nyeri seperti di iris-iris, R: Nyeri di daerah perut pada luka bekas
operasi, S: Skala nyeri 5, T: Nyeri terus hilang timbul terasa disaat bergerak
miring kiri dan miring kanan, skala nyeri 5, nyeri timbul) Klien tampak lemah dan
wajah meringis menahan nyeri, terdapat luka operasi tertutup opsite. panjang luka
± 15 cm TD : 150/90 mmHg Nadi : 88x/i Suhu : 36,6oC RR : 20x/i. Spo2 98% Hal
ini sesuai dengan teori bahwa banyak pasien sectio caesarea yang mengeluh rasa
nyeri pada bekas jahitan sectio caesarea. Pasien sectio caesarea akan mengalami
nyeri akut, dimana nyeri akut merupakan pengalaman sensorik atau emosional
yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung
kurang dari tiga bulan (PPNI, 2016).
Hal ini terjadi karena adanya respon nyeri yang dirasakan oleh pasien
merupakan efek samping yang timbul setelah menjalani suatu operasi. Nyeri yang
disebabkan oleh operasi biasanya membuat pasien merasa sangat kesakitan. Nyeri
dapat mempengaruhi seluruh pikiran seseorang, mengatur aktivitasnya, dan
mengubah kehidupan orang tersebut. (Vanda, 2012).
Hari ke 3 klien mengatakan ASI sudah lancar , nyeri juga sudah
berkurang dank lien sudah bisa mobilisasi sendiri.
53

4.3 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon


manusia (setatus kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau
kelompok dimana perawatan secara akuntibilitas dapat mengidentivikasi dan
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan,
membatasi, mencegah, dan merubah ( Runiari, 2010).

Berdasarkan Diagnosa yang didapat dari tinjauan teoritis ada tujuh


diagnosa keperawatan sedangkan pada pengkajian kasus pada Ny. L ditemukan
tiga diagnosa utama yaitu:

1. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan suplai ASI yang


tidak adekuat
2. Nyeri akut b.d Agen injury fisik (luka insisi operasi)
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan

4.4 Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk prilaku yang spesifik yang


diharapakan dari pasien dan tidakan yang harus dilakukan perawat. Intervensi
dilakukan untuk membantu pasien dalam mencapai hasil yang diharapkan.
intervensi yang direncanakan penulis sesuai dengan indikator yang telah
dijabarkan didalam panduan penyusunan asuhan keperawatan professional (Amin,
2015) . Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan kepada klien berdasarkan
prioritas masalah yang ditemukan tidak semua rencana tindakan pada teori dapat
ditegakkan pada tinjauan kasus. Karena tindakan pada tinjauan kasus disesuaikan
dengan keluhan dan keadaan klien pada saat pengkajian.

1. Diagnosa pertama
Ketidak efektifan pemberian ASI, dengan tujuan Ibu dan bayi akan
mengalami ke efektifan pemberian ASI, ASI ibu banyak dan lancar serta bayi
puas dan cukup dengan ASI ibu, tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu
Berikan motivasi bahwa setiap 2 jam selalu menyusui bayi dan lebih sering
54

menyusui ,yakinkan ibu Kalau ASI nya pasti akan keluar dan selalu lancar, kaji
keadaan payudara ibu ,

2. diagnosa kedua

Intervensi yang menjadi fokus analisa dalam perawatan klien yaitu perawatan
pada nyeri dengan pemberian terapi tehnik relaksasi nafas dalam untuk mengatasi
masalah keperawatan nyeri dengan intervensi yang dilakukan. Lakukan pengkajian
nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi.Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan,
Kaji skala nyeri Ajarkan tentang teknik non farmakologi Anjurkan mobilisasi
sesuai kemampuan Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri Tingkatkan istirahat

3.diagnosa ketiga

Intervensi yang menjadi fokus analisa dalam perawatan klien dalam


pemenuhan intoleransi aktivitas yaitu , bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan
aktivitas,monitor jam istirahat klien, Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas,Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus (mis,
cahaya, suara, kunjungan) Lakukan rentang gerak pasif atau aktif, anjurkan
aktivitas ringan seperti menyusui bayi dan mengganti popok atau bedung bayi.

4.5 Implementasi keperawatan

Pada tahap pelaksanaan ini, pada dasarnya disesuaikan dengan susunan


perencanaan serta asuhan keperawatan yang diberikan pada klien difokuskan dan
penanganannya bersifat menyeluruh. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan
ini, penulis melibatkan klien, keluarga dan tim kesehatan lain sehingga dapat
bekerjasama dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien.

Implementasi yang diberikan untuk tiap diagnosa pada pasien yaitu


disesuaikan dengan kondisi pasien kelolaan yang diberikan asuhan keperawatan
oleh kelompok berdasarkan intervensi keperawatan yang telah ditentukan.
Impelmentasi keperawatan dilakukan selama tiga hari. Implementasi diberikan
55

pada pasien di diagnosa pertama yaitu mengukur tanda-tanda vital mengatur


posisi pasien dan memberikan kata afimasi positif yaitu sekarang ibu rileks santai
dan yakinkan diri ibu sendiri kalau ASI ibu akan keluar dan akan cukup untuk
bayi ibu yang dilakukan pada hari pertama sampai dengan hari ketinga, fokus
pada tindakan hypnobreastfeeding , respon yang ditunjukkan setelah dilakukan
relaksasi hipnobreastfeeding untuk pengeluaran dan produksi ASI terlihat
pengaruhnya, dibuktikan dengan pengeluaran ASI yang lancar dan cukup untuk
bayi, payudara tindak bengkak dan juga skala nyeri 1-2 teratasi dan intoleransi
aktifitas sudah terpenuhi dan klien sudah mobilisasi.

4.6 Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dalam melakukan asuhan keperawtan yang


bertujuan untuk menilai sejauh mana asuhan keperawatan yang dilaksanakan
tercapai sesuai indikator atau kritia hasil terhadap Ny. L dengan teknik
hypnobreastfeeding.

Dari ketiga diagnosa keperawatan yang dirumuskan secara keseluruhan


belum tercapai secara optimal, namun sebagian kecil masih perlu ditingkatkan dan
diteruskan.Setelah dilakukan asuhan keperawatan terhadap 3 diagnosa
keperawatan dalam jangka waktu 3x24 jam, klien tampak ingin menyelesaikan
masalah yang dialaminya saat ini. Pada saat hari terakhir ( 04 Februari 2021)
rencana tindakan dihentikan karena pasien sudah boleh pulang. Masalah
keperawatan yang telah dilaksanakan teratasi sebagian diberikan discharge
planning untuk pelaksanaan dirumah disamping informasi-informasi lainya.
56

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Ny.L dengan post sactio
caesarea dalam penerapan teknik Hypnobreasfeding untuk peningkatan
pengeluaran ASI diruang kebidanan Rumah Sakit Islam Siti Rahmah Padang
tanggal 02 februari -04 februari 2021 dengan menggunakan teknik
Hynobreastfeeding maka penulias dapat mengambil kesimpulan dari tiap proses
keperawatan sebagai berikut:
1. Pengkajian

Tahap pengkajian penulis mendapatkan beberapa kesesuain data klien


dengan konsep yaitu pada riwayat kesehatan sekarang riwayat kesehatan
yang lalu pemerikasaan laboratorim darah. Sedangkan ketidak sesuaian
data ditemukan pada pemerikasaan fisik dan pemerikasaan yang lainnya.

2. Diagnosa keperawatan
Secara konsep muncul pada teoritis ada tujuh diagnosa sedangkan pada
pengkajian klien Ny, L diagnosa utama yang muncul ada 3 diagnosa.
3. Rencana keperawatan
Rencana keperawatan yang telah ditetapkan sesuai dengan kemampuan,
kondisi,sarana dan kebutuhan klien serta melibatkan klien dan keluarga.
4. Implementasi keperawatan
Pada tahap implementasi penulis mengalami beberapa hambatan tindakan
keperawatan yang tidak dapat dilakukan kolaborasi dalam pemberian
analgetik, implementasi yang dapat dilakukan pemberian afimasi positif,
pendidikan kesehatan, teknik relaksasi dan motivasi untuk mobilisasi.
5. Evaluasi

Pada tahap evalusi penulis menilai keberhasilan asuhan keperawatan yang


telah diberikan berdasarkan kriteria hasil yang telah ditetapkan. Diagnosa
keperawatan ketiga diagnosa keperawatan hampir semua teratasi.

56
57

5.2 SARAN

5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan pada institusi pendidikan STIKes Indonesia Padang untuk


lebih memperbanyak referensi atau sumber bacaan terkini tentang
penerapan Hypnobreastfeeding untuk pengeluaran ASI untuk
menambah ilmu pengetahuan penulis selanjutnya

5.2.2 Bagi layanan

Diharapkan kepada instansi RSI Siti Rahmah, Khususnya diruang


kebidanan agar dapat melakukan asuhan keperawatan semaksimal
mungkin terutama pada klien dan bayinya.

5.2.3 Bagi penulis


Dengan adanya Karya Ilmiah Akhir Ners ini penulis dapat
mengembangkan pengetahuan serta wawasan khusunya mengenai ilmu
riset keperawatan maternitas tentang teknik hynobreastfeeding untuk
peningkatan pengeluaran ASI. Dan menjadi acuan bagi perawat dalam
pengembangan penulisan sejenis KIA-N ini dapat dijadikan sebagai
dasar untuk penulisan lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai