LIA
4019041026
Nurseha S, ST.M.Keb.
NIK, 12.06.111
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asi adalah (ASI) merupakan nutrisi terbaik yang paling tepat bagi bayi baru
lahir 6 bulan karena usus bayi belum bisa mencerna makanan pada masa ASI
dapat mengurangi gangguan pada bayi karena ASI langsung diproduksi oleh
ibu sehinga segar dan steril. Komposisi yang terkandung dalam ASI sangat
mengandung bnyk manfaat, sebagai tujuan nutrisi, hormone ke kebalan
tubuh,factor pertumbuhan, dananti alergi, anti body, serta anti implemntasi
inplementasi yg dapat mencegah terjadinya infeksi pada bayi (ulfa2013)
Berdasarkan data data profil kesehatan Indonesia tahun 2017 cakupan Presen
tasi bayi yang mendapat ASI ekslusif di Indonesia adalah sebesar 61,33%
(kemenkes2018). Pemerintah telah mengatakan dan menargetkan pencapaian
ASI ekslusif di Indonesia sebesar 80 persen namun hal itu masih belum tercpai
hingga saat ini upaya untuk meningkatkan cakupan ini dengan memberikan
informasi yang benar dan tepat .manfat ASI ekslusif bagi ibu maupun bayi
sehingga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya
pemberian ASI ekslusif pada bayi (safutri,ginting,dan Zenato 2019).
Target pencapaian asi sulit dicapai disebabkan karena satunya yaitu asi tidak
keluar ASI permasalahan tidak lancarnya proses pengeluaran ASI yg menjadi
salah satu penyebab seseorang tidak dapat menyusui bayinya sehingga proses
menyusui terganggu /terhambat karena itu diperlukan pendekatan pada
msyrkat untuk dapat mengubah kebiasan buruk yaitu sebelum bayi berusia 6
bulan sudah di berikan makanan pendamping ASI dan pembantu ibu dalam
menyusui dengan mengenalkan berbagai metode untuk memperlancar ASI.
(Ulfa 2013).
1
belakang (vertebrae) dengan tujuan untuk merangsang hormone oksitosin
setelah melahirkan (Mardianingsih ,Setyowati,dan sabri (2014).
Ada beberapa factor yang dapat mempengaruhu reflex oksitosin yaitu pikiran,
prasaan, dan emosi ibu. Pengeluaran oksitosin dapat terhambat produksi ASI
dan mengalir siap untuk dihisap jika ibu memiliki pikiran prasan dan emosi
yang kuat, maka kemungkinaan menentan reflek oksitosin dalam menghambat
dan menurunkan produksi ASI (latifah dan wahid (2015)
Prsentase pemberian ASI ekslusif pada bayi 0-6 bulan di provinsi banten pada
tahun 2019 sebesar 64,4 persen, sedikit meningkat dibandingkan presentase
pemberian ASI ekslusif tahun 2018 sebesar 56,1 persen.
Kabupaten atau kota dengan presentase pemberian ASI ekslusif tertinggi
tahun 2019 adalah kabupaten tanggerang dengan nilai 100 persen, diikuti kota
tanggerang 71,6 persen, dan kabupaten lebak 69,9 persen. Kabupaten kota
dengan dengan presentase pemberian ASI ekslusif terendah adalah kabupaten
pandeglang 32,3 persen Kota serang 38,2 persen dan kota cilegon 39,6 persen.
Kendala ibu tidak menyusui bayinya pada hari pertama karena adanya
ketakutan ibu yang tidak memiliki cukup ASI, putting rata, payudara bengkak,
abses pada payudara, putting lecet atau pecah- pecah, (Sutanto, 2015). Rasa
sakit ini akan membuat seseorang ibu menjadi stress (Badriah, 2014).
2
Proses pengeluaran ASI juga di pengaruhi oleh let down refleks, yaitu isapan
pada putting merangsang kelenjar di otak untuk menghasilkan hormon
oksitosin, yang dapat merangsang dinding saluran ASI, sehingga ASI dapat
mengalir dengan lancar (Khasanah, 2011).
Selanjutnya hormon oksitosin akan masuk ke aliran ibu dan merangsang sel
otot sekeliling alveoli dan berkontraksi membuat ASI yang telah terkumpuldi
dalamnya sehingga akan mengalir ke saluran- saluran ductus (Asih dan
Risneni, 2016).
Keberhasilan menyusui ibu perlu mendapat dukungan dari suami dan peran
keluarga juga membantu terhadap keberhasilan dalam memberikan ASI
(Khasanah, 2011).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dibuat rumusan masalah dalam
Penelitian ini adalah bagaimana penerapan pijat oksitisin ibu menyusui pada
Post partum?
3
varney dan pendokumentasian SOAP di PMB Juchariyah, S ST tahun
2022.
2. Tujuan Khusus
a) Mampu melakukan pengumpulan data dasar pada ibu postpartum di
PMB Juchariyah S.ST pada tahun 2022
b) Mampu melakukan interpretasi data pada ibu postpartum di PMB
JuchairyahS.ST pada tahun 2022
c) Mampu melakukan antisipasi masalah atau diagnosa potensial pada
ibu postpar di PMB Juchairiyah S.ST pada tahun 2022
d) Mampu melakukan tindakan segera atau kolaborasi pada ibu
postpartum di PMB Juchairiyah S.ST pada tahun 2022
e) Mampu melakukan perencanaan asuhan kebidanan pada ibu
postpartum di PMB Juchairiyah S.ST pada tahun 2022
f) Mampu melakukan pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu
postpartum di PMB Juchairiyah S.ST pada tahun 2022
g) Mampu melakukan evaluasi pada ibu postpartum di PMB
Juchairiyah S.STpada tahun 2022
h) mampu melaksanakan metode pendokumentasian SOAP pada ibu
postpartu di PMB Juchairiyah S.ST pada tahun 2022
4
Untuk menambah pengetahuan ibu terhadap pijat oksitosin dalam peningkatan
produksi ASI pada ibu postpartum untuk bahan pembelajaran bagi pihak lahan
atau PMB Juchairyah S.ST
E. Ruang Lingkup
Studi kasus ini tentang Efektivitas Pijat oksitosin dalam penatalaksanan dan
Peningkatan produksi ASI pada ibu postpartum di PMB Juchairiyah S.S pada
Tahun 2022 adapun subjek penelitian ini adalah ibu postpartum 0-7 hari lebih
penelitian ini di laksanakan pada bulan februari-Maret pada tahun 2022
penelitian ini tertarik untuk mengambil kasus ini karna dapat meningkatka
produksi ASI pada ibu postpartum. Peneliti ini di lakukan dengan cara memijt
ibu post partum dimulai dari depan sampai tulang kosta kelima sampai
keenam ibu merasa nyaman.aman, tenang dan puas.sehingga percaya diri
sehinga akan membuat hormon okditosin bekerja adapun pengelolan kasus
dengan menggunakan pendekatan menjemen kebidanan 7 langkah varney
F. Keaslian Studi Kasus
5
Saputri, oksitosin eksperim menunjukkan bahwa
Desideria terhadap en rata-rata produksi asi
Yosepha produksi asi sebelum pijat oksitosin
Ginting, pada ibu adalah sebesar 0,00
Ilusi pospartum dengan jumlah rata-
Ceria rata 0,00. Sedangkan
Zendato rata-rata produksi asi
sesudah pijat oksitosin
adalah sebesar 5,00
dengan jumlah rata-
rata 45,00 sehingga
dapat terkihat adanya
peningkatan rata-rata
prosuksi asi sebelum
dan sesudah pijat
ositosin.
3. Dwi 2019 Penerapan pijat Quasi Hasil dari penelitian
Rahayu, oksitosin eksperim ini adalah tindakan
Yunarsih dalam en pijat oksitosin ini
meningkatkan mampu meningkatkan
produksi asi produksi hormone
pada ibu post yang mana dapat
partum meningkatkan
kenyamanan pada ibu
menyusui.
4. Seri 2019 Pijat oksitosin Kuasi Adanya pengaruh
usman,su meningkatkan pijat oksitosin
darto, produksi ASI eksperi terhadap produksi
nur arif Pada ibu post men ASI antara
ahmad Partum responden yang di
primapara di rancang berikan perlakuan
kota an kasus dengan responden
6
singkawang kontrol. yang tidak di
Dan berikan perlakuan.
menggu
nakan
analisis
univariat
dan
bivariat
5. Ttrianani 2019 Pengaruh Penelitia Ada pengaruh pijat
nsi,Nurhi Terapi Pijat n Oksitosin pada ibu
dayat,jum Oksitosin eksperi nifas terhadap
rah Syarif Terhadap mental, pengeluaran ASI di
Sutrani Kelancaran bentuk puskesmas caile
Mukrima ASI Pada Ibu kabupaten bulukumba
h.. Nifas Di eksperi
Puskesmas men
Caile ini
Kabupaten adalah
Bulukumba Quasi
eksperi
ment
7
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Fase-fase nifas
a. Fase Taking In
Fase taking in yaitu periode ketergantungan, berlangsung dari hari
pertama sampai kedua kali menceritakan proses persalinan yg di
alaminya dari awal sampe akhir. Ibu perlu menceritakan tentang
kondisi dirinya sendiri ketidaknyamanan fisik yg dialami ibu pada
fase ini seperti rasa mulas, nyeri pada jahitan, kurang tidur dan
kelelahan merupakan sesuatu yg tidak akandihindari.hal tersebut
membuat ibu memerlukan istrhat yg cukup untuk mencegah
terjadinya gangguan pisikologis yang mungkin di alami seperti
mudah tersinggung dan menangis, sehingga membuat cenderung
untuk menjadi positif. Pada fase ini petugas kesehatan harus
menggunakan pendektan yg empatik agar ibu dapat di melewati fase
ini dengan baik.
7
a) Fase Taking Hold
Fase taking hold yaitu priode yang berlangsung selama 3-10 hari
setelah mela hirkan. Pada fase ini ,ibu sedang berpokus pada dirinya
sendiri dan di mulai cemas khawatir akan ketidak mampuan
memenuhi tanggung jawabnya dalam merawar bayinya. Ibu memiliki
perasan yang sangat sensitif sehingga mudah terainggung dan
gampang marah. Kita perlu berhati hati menjaga komunikasi dengan
ibu.dukungan keluarga moril sangat di perlukan untuk menumbuhkan
kepercayan diri bagi petugas kesehatan pada fase ini merupakan
kesempatan yg baik untuk memberikan penyuluhan berbagai dan
pendidikan kesehatan yang di perlukan oleh ibu nifas. Tugas kita
yaitu untuk merawat bayi, cara menyusui yang benar, cara merawat
luka jahitan, senam nifas, memberikan pendidikan di kesehatan yang
di butuhkan ibu seperti kebutuhan gizi,istrhat, kebersihan,diri, dan
lain lain nya.
b) Fase Letting Go
Fase letting go yaitu priode menerima akan tanggung jawab peran
barunya.peran ini berlangsung selama 10 hari setelah melahirkan
dimana ibu sudah menyesuaikan diri dengan ketergantungan
bayinya,ibu memahami bahwa bayi butuh untuk di susui sehingga ibu
siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Keinginan untuk
merawat bayinya dengan dirinya sudah meningkat pada fase ini.ibu
lebih percaya diri dalam menjalani peran barunya, sehingga ibu lebih
mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya dukungan
keluarga terutama suami sangat di perlukan dan dapat optimal dalam
merawat bayinya (bayihatiun 2011)
8
a) Sistem Kardiovaskuler Denyut jantung, volume dan curah jantung
meningkat segera setelah melahirkan karena terhentinya aliran
darah keplasenta dengan haemokonentrasi sampai volume darah
kembali keukuran semula.
b) Sistem Reproduksi Uterus, Uterus secara berangsur-angsur menjadi
kecil (involusi) sehinggaakhirnya kembali Seperti sebelum hamil
c) Bayi lahir fundus uteri setimggi pusat dengan berat uterus 1000gr.
d) Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawahpusat
dengan berat uterus 750g
e) Satu minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba
diatassimpisis dengan berat uterus 500gr
f) Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba
diatassimpisis dengan berat uterus.
g) Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil denganberat
uterus 50gr.
c. Perubahan perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke 5,
perineum sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap
lebih kendur dari pada keadaan sebelumhamil (Yuniar, 2016).
9
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 54,54 % asuhan dalam kunjungan
yang diberikan kurang efektif. Keefektifan asuhan dalam kunjungan nifas
dapat dilihat dari beberapa hal diantaranya adalah 1) Ibu
postpartum mengalami pemulihan fisiologis tanpa komplikasi, 2) Ibu
postpartum menyebutkan pengetahuan dasar yang akurat mengenai cara
menyusui, 3) Ibu postpartum mendemonstrasikan perawatan yang
tepat untuk diri dan bayinya, 4) Ibu berinteraksi positif terhadap satu sama
lain (bayi dan anggota keluarga yang
lain). (Saleha S, 2009)Dari ke 4 komponen yang dilihat
untuk menilai efektifitas asuhan dalam kunjungan nifas diperoleh hasil ibu
postpartum mengalami pemulihan fisiologis tanpa komplikasi, sebagian
besar ibu sudah mengalami pemulihan yang fisiologis sebayak 11 orang
(100%), Ibu postpartum menyebutkan
pengetahuan dasar yang akurat mengenai cara menyusui, sebagian besar ibu
baik dalam pengetahuan dasar yang akurat mengenai cara menyusui
sebanyak 6 orang (54,54%), Ibu
postpartum mendemonstrasikan perawatan yang tepat untuk diri dan
bayinya, sebagian besar ibu dapat mendemonstrasikan perawatan yang
tepat untuk diri dan bayinya sebesar 8 orang (72,72%), Ibu berinteraksi
positif terhadap satu sama lain (bayi dan anggota keluarga yang lain),
sebagain besar ibu dapat berinteraksi positif
terhadap satu sama lain sebesar 11 orang (100%).Dari data diatas dapat
disimpulkan bahwa tidak semua responden melakukan kunjungan nifas
sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dalam pelayanan nifas yang bisa
berdampak terhadap keefektifan asuhan yang diberikan. Cakupan
pelayanan nifas adalah pelayanan kepada ibu dan neonatal pada masa 6 jam
sampai dengan 42 hari pasca persalinan sesuai standar. Dinas kesehatan,
2009 mengatakan Pelayanan nifas sesuai standar adalah pelayanan kepada
ibu nifas sedikitnya tiga kali, pada enam jam pasca persalinan sampai
dengan hari ketiga, pada minggu kedua, dan pada minggu keenam termasuk
pemberian vitamin A dua kali serta persiapan dan atau penggunaan alat
kontaspsi (bayhtun 2015)
B. ASI
10
1.Pengertian
Air susu ibu (ASI) adalah suatu emulasi lemak dalam larutan oleh
kelenjar mammae ibu, dan berguna sebagai makanan bayi (Maryunani,
2012).
Air susu ibu (ASI) adalah suatu yang diproduksi oleh manusia untuk
konsumsi bayi dan merupakan sumber gizi utama bayi yang belum dapat
menerna makanan padat (Maryunani, 2012)
2.Kandungan
b) Lemak
Lemak berfungsi sebagai penghasil kalori/energi utama,
menurunkan risiko atau penyakit jantung di usia muda. Lemak di
ASI mengandung komponen asam lemak essensial yaitu asam
linoleat dan asam alda linoleat yang akan di olah oleh tubuh bayi
menjadi AA dan DHA. AA adalah asam lemak tak jenuh rantai
panjang yang di perlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang
11
optimal. AA dan DHA sangat penting untuk perkembangan otak
bayi. Komposisi dalam ASI : Lemak-3,7-4,8gr/100ml.
c) Protein
Protein memiliki fungsi untuk pengatur dan pembangun tubuh-
tubuh bayi. Komponen dasar dari protein adalah asam amino,
berfungsi sebagai pembentuk struktur otak. Komposisi dalam
ASI :protein-0,8-1,0gr/100ml
e) Vitamin
ASI mengandung vitamin yang lengkap yang dapat
mencukupikebutuhan bayi sampai 6 bulan kecuali vitamin k karena
bayi bayi baru lahir ususnya belum mampu membentuk vitamin k.
vitamin yang berguna bagi ASI yaitu :
1) Vitamin A
Vitamin yang sangat berguna bagi perkembangan
penglihatan bayi
2) Vitamin D
3) Vitamin E
Vitamin E terdapat terutama dalam kolostrum
4) Vitamin K
Vitamin K berfungsi sebagai katalisator pada proses
pembekuam darah terdapat dalam ASI dengan jumlah yang
cukup dan mudah di serap. Karena bayi baru lahir ususnya
belum mampu membentuk Vitamin K maka setelah lahir
12
biasanya bayi di berikan tambahan vitamin K
b) Laktobasilus Bifidus
Laktobasilus bifidus berfungsi menghambat
pertumbuhan mikroorganisme dalam tubuh bayi yang
dapat menyebabkan berbagai penyakit atau gangguan
kesehatan. Bakteri ini menjadi keasaman flora usus bayi
dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri
yang merugikan.
c) Laktoferin
Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan
komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi di
saluran pencernaan. Lactoferin menyerap FE dan
saluran pencernaan, mengurangi suplai C. albicans dan
E.coli. laktoferin berfungsi menghambat perkembangan
jamur kanida dan bakteri stafilokokus yang merugikan
kesehatan bayi.
d) Lisozim
Lisozim, enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri
13
(E.coli dan salmonella) dan virus. Lisozim sangat
bermanfaat untukmengkurangi karies dentis dan
maloklusi serta dapat memecah dinding bakteri yang
merugikan.
e) Immunolglobulin (antibodi)
Immunoglobulin A (lg A) dalam kolostrum atau ASI
kadarnya cukup tinggi. Sekretori ig A tidak di serap
tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E.coli dan
berbagai virus pada saluran pencernaan.
3. Jenis-jenis ASI
Menurut (Maryunani, 2012) ASI di bedakan dalam 3 stadium, yaitu:
a. Kolostrum
Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh
kelenjar mammae yang mengandung tissue debris dan resudal
material yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar
mammae, sebelum dan sesudah melahirkan. Cairan ini berwarna
kekuning-kuningan. Banyak mengandung protein, antibody
(kekebalan tubuh), immunoglobin. Kolostrum berfungsi sebagai
perlindungan terhadap infeksi pada bayi.
14
b. Air Susu Transisi/Peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai
sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke 4 sampai hari ke 10. Kadar
protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat
semakin tinggi. Kadar immunoglobulin dan protein menurun,
sedangkan lemak dan laktosa meningkat.
d. Manfaat ASI
Kita mengatakan bahwa "ASI adalah yang terbaik", tetapi apakah
artinya itu? Apa manfaat spesifik dari pemberian ASI agar mereka
dapat terampil dalam mengkomunikasikan manfaat tersebut kepada
ibu, keluarga, profesi kesehatan lain, dan tokoh tokoh masyarakat.
15
2. Laktogenesis tahap II
Pada tahap ini kolostrum perlahan berubah menjadi ASI matur. Tahap
ini terjdi ASI matur.tahap ini terjadi pada hari ke -3 sampai hari ke -5
setelah melahirkn, Sebagai wanita sudah menyekresi ASI dalam jumlah
banyak.
16
menyusu.oleh karna itu, pengosongn payudara merupakan tindakan
yg penting terutama pada tahap awal laktasi dan (Laurence, 1994
dalam lideer 20120).mekanisme kedua yang terlibat laktasi adalah
pengeluaran ASI atau reflex down.oksitosin adalah hormone yg
berperan di hal ini oksitosin yg di lepaskan hipofisis posterior
sebagai respon terhadap isap ,menstruasi kelenjar epitel dalam
elvioli untuk berkontraksi dan mengeluarkan Susu melewati saluran
duktus laktiferus . reflek ini mempengaruhi jumlah ASI yg mampu
di proleh bayi, karena bayi harus berada dalam sinus sebelum dapat
di leluarkan oleh isapan bayi.
17
tahunan, berkurangnya angka ketidakhadiaran orang tua dalam
Pekerjannya dikarenakan bayi sakit (Lowdermilk, 2013).
b) Psikologi
Memproduksi ASI yang baik memerlukan kondisi jiwa dan pikiran
yang tenang. Ibu dengan keadaan psikologi yang tertekan, sedih dan
tegang akan menurunkan volume ASI (Khasanah, 2017).
c) kesehatan
kesehatan memegang peran penting terhadap produksi ASI ibu yg
sakit ,asupan makanan yang akurat (bayihatun 2009) ibu dengan
infeksi tuberkolosis lowerenc (lowdermik 2013)
d) Alat kontrasepsi
Kontraspsi hormonal meliputi, inplan, injeksi, pil dapat
menyebabkan penurunan produksi ASI. Kontrasepsi ini harus
dihidari selama 6 mg pertama postpartum suplay ASI rendah,
riwayat kegagalan laktasi (Lowdermilk, 2013).
e) Perawatan Payudara
Perawatan payudara dapat bermanfaat untuk mempengaruhi kelanjar
Hipofisme untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin
(Khasanah, 2017).
f) Anatomi Payudara
18
Jumlah lobus dalam payudara juga mempengaruhi produksi ASI.
Selain itu, perlu diperhatikan juga bentuk papila dan puting susu ibu
(Khasanah, 2017).
g) Pola Istirahat
Ibu yang menyusui memelukan istirahat sebanyak mungkin,
terutama pada satu atau dua minggu pertama setelah lahir.
Kelelahan, stres, dan kecemasan dapat memberikan efek negatif
pada produksi ASI dan refleks let down (Lowdermik, 2013).
19
a) Pembengkakan Payudara Pembengkaan merupakan respons yang
umum pada payudara terhadap peubahan mendadak dalam
hormon dan onset meningkatnya volume ASI secara bermakna
hal ini biasanya terjadi dalam tiga sampai lima hari setelah lahir
ketika ASI meningkat dan berlangsung selama 24 jam. Aliran
darah pada payudar dan menyebabkan pembengkakan jaringan
diskitar duktus susu sehingga ASI tida dapat mengalir keluar
payudara (Lowdermilk, 2013).
1. Pijat oksitosin
1. Pengertian
Pijat Oksitosin merupakan pijat pemijatan tulang belakang sampai costa
ke lima dan ke enam sampai secapula, yang akan mempercepat
neurotransmitter untuk merangsang medula oblongata dan mengirim
pesan ke hipotalamus untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin.
Pijat oksitosin untuk merangsang let down reflex. Dengan pijat oksitosin
ini juga akan memberikan efek nyaman sehingga dapat menghilangkan
ketegangan (Asih, 2018; Rahayu & Yunarsih, 2018).
Pijat oksitosin adalah pemijatan pada tulang belakang (costae 5-6 sampai
secapula dengan gerakan memutar) yang di lakukan pada ibu setelah
20
melahirkan untuk membantu kerja hormon oksitosin dalam pengeluaran
ASI, mempercepat saraf parasimpatis menyampaikan sinyal ke otak
bagian belakang untuk merangsang kerja oksitosin dalam mengalirkan
ASI agar keluar, tindakan ini dapat mempengaruhi hormon prolaktin yang
berfungsi sebagai stimulasi produksi ASI pada ibu selama menyusu,
selain itu dapat membuat rileks pada ibu dan melancarkan aliran saraf
serta saluran ASI pada kedua payudara ( Usman, 2019). Tanda-tanda
refleks oksitosin aktif antara lain :
a) Merasakan diperas atau tajam pada payudara saat sebelum
menetekibayi atau selama meneteki
b) ASI terasa mengalir dari payudara bila ibu memikirkan bayinya,
ataumendengar tangisannya Saat bayi menyusu ASI menetes dari
payudara sebelah lain.
c) ASI mengalir dengan pancaran halus, bila bayi lepas dari payudara
saat menetek.
d) Terasa nyeri karena terjadi kontraksi rahim, kadang dengan
alirandarah, terjadi selama meneteki dalam minggu pertama.
e) Terasa isapan pelan dan dalam saat bayi menelan, yang
menunjukanbahwa ASI mengalir dalam mulut bayi.
21
sel meopitel mendorong ASI keluar dari alveolus mammae melalui
duktuslaktiferus menuju ke sinus laktiferus dan disana ASI akan di
simpan. Pada saat bayi menghisap putting susu. ASI yang tersimpan sinus
laktiferus akan tertekan keluar ke mulut bayi (Widyasih, 2013).Pijatan ini
tidak harus di lakukan langsung oleh petugas kesehatan tetapi dapat di
lakukan oleh suami atau anggota keluarga yang lain. Petugas kesehatan
mengajarkan kepada keluarga agar dapat membantu ibu melakukan pijat
oksitosin karena pijatan ini cukup mudah di lakukan. Asupan nutrisi yang
seimbang dan banyak mengkonsumsi sayuran hijau serta dukungan suami
dan keluarga juga sangat di butuhkan untuk meningkatkan produksi dan
pengeluaran ASI (Ummah,2014)
22
4. Indikasi Pijat Oksitosin
Indikasi pijat oksitosin dalah ibu post partum dengan gangguan produksi
ASI.
23
kemampuannya untuk melakukan deteksi dini dalam proses manajemen
sehingga bila klien membutuhkan tindakan segera atau kolaborasi,
konsultasi bahkan dirujuk, segera dilaksanakan. Proses manajemen
kebidanan ini ditulis oleh varney berdasarkan proses manajemen
kebidanan American college of nursemidwife (ACNM) Yang pada
dasarnya pemikirannya sama dengan proses manajemen menurut varney.
Langkah manejemen kebidanan Menurut varney adalah sebagai berikut:
a) Pengumpulan data dasar
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan pengumpulan
semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara
lengkap yaitu Riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai dengan
kebutuhan, meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya,
meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi
pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan
mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Adapun data Subjektif
dan objektif pada ibu Post Partum dengan produksi ASI sedikit
Adapun data subjektif di lakukan anamnesa dan data objektif di
lakukan pemeriksaan fisik pada ibu post partum dengan produksi ASI
sedikit.
b) interpretasi data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnose atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi
yang benar atas data-data yang telah di kumpulkan.
Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga
ditemukan masalah ataudiagnose yang sfesifik. Hasil dari
pemeriksaan pemeriksaan Langkah II di dapatkan diagnose
kebidanan
1) Diagnose Kebidanan
Ny…….Umur…..P…A…Postpartum…Jam...Hari....minggu….
2) Masalah
Ibu mengalami produksi ASI sedikit dan kurang
24
3) Kebutuhan
Melakukan pijat oksitosin pada payudara ibu
25
plasenta dan selaput janin (menandakan akhir periode intrapartum)
hingga
kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil
Kunjungan masa nifas dilakukan sedikitnya empat kali untuk
menilai status ibu
dan status bayi baru lahir juga mencegah, mendeteksi, dan
menangani masalah-
masalah yang terjadi.9
Berdasarkan program dan kebijakan teknis kunjungan nifas minimal
dilakukan
sebanyak empat kali untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir
dan untuk
mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang
terjadi(bayhatun 2013)
26
sampai tulang costa ke lima dan ke enam sampai secapula. (Asih,
2018; Rahayu & Yunarsih, 2018).
g) Evaluasi
ada langkah ke VII ini di lakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah di berikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan
apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah
diidentifikasi di dalam masalah diagnosa. Rencana tersebut dapat di
anggap efektif jika memang benar dalam pelaksanaannya. Ada
kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang
sebagian belum efektif. Evaluasi pada ibu post partum .
(Khasanah ,2017)
2. Pendokumentasian SOAP
27
pendokumentasian asuhan, dan dengan SOAP dapat membantu bidan
dalam mengorganisir pikiran dan asuhan yang menyeluruh. Langkah-
langkah metode SOAP adalah sebagai berikut :
a) Subjektif
b) Objektif
d) Assesment
e) Planning
3. Kewenangan Bidan
1. Undang- Undang Republik Indonesia nomor 4 Tahun 2019. Dalam
menjalankan tugas memberi pelayanan kesehatan ibu sebagaimana
dimaksud dalam pasal 46 ayat (1) huruf a, Bidan berwenang.
2. Peraturan menteri kesehatan republik indonesia Nomor 15 tahun 2018
tentang penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional komplementer
menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 13, pasal 20,
ayat (3), pasal 26 ayat (3), dan pasal 65 peraturan pemerintah nomor 103
28
tahun 2014 tentang pelayanan kesehatan tradisional, perlu menetapkan
peraturan menteri kesehatan tentang penyelenggaraan pelayanan
kesehatan tradisional komplementer. Bidan dalam prakteknya sesuai
dengan Kepmenkes No 369 Tahun 2014 tentang standar profesi bidan
salah satunya mengenai standar kompetensi bidan selama persalinan dan
kelahiran yaitu pemberian kenyamanan dalam persalinan seperti
pengurangan nyeri tanpa obat yaitu komplementer alternatif, akupuntur,
pijat, yoga, murotal dzikir, kompres.
3. Jenis pelayanan pengobatan komplementer – alternatif
berdasarkanpermenkes RI, Nomor : 1109/Menkes/Per/2007 adalah:
intervensi tubuh dan pikiran ( mind and body interventions ) : hipnoterapi,
mediasi, penyembuhan spritual, doa dan yoga, sistem pelayanan
pengobatan alternatif: akupuntur, akupresur, naturopati, homeopati,
aromaterapi, ayurved
Produksi ASI
meningkat
29
BAB III
METODE STUDI KASUS
2. Wawancara : Proses tanya jawab dengan klien untuk mendapatkan informasi yang
lengkap dan akurat.
30
F. Alat dan Bahan.
Alat dan bahan dalam pijat oksitosin adalah kursi ,meja bantal, babyoil Atau minyak zaitun,air hangat,
handuk bersih waslap, Waskom dan kain.
a. mengunjungi pasien
31
BAB IV
B. Tinjauan Kasus
1. Manajmen Kebidanan 7 Langkah Varney Pada Ibu Post Partum Pada Ny E
1) Identitas
32
Agama :Islam Agama :Islam
a) Keluhan:
Keguguran pada tgl 11 Mei 2022, ibu mengatakan cemaskarena ASI yang
(1) Jenis Persalinan: Spontan Indikasi :Tidak ada Tanggal:11 Mei 2022
Ketuban pecah :
Jahitan :Jelujur
(4) Jumlah
33
Pendarahan Kala
Kala 1:50 cc
Kala II : 100 cc
Kala IV :80 cc
Total 380 cc
Infeksi :Tidak
Bau : Khas
Bau :Khas
3). Pemeriksaan
N :80X/mnt R: 20Xmnt
Pengeluaran : ASI
e).Uterus
34
TFU : 2 jari di atas simpisis
Kontraksi :Baik
f) Pengeluaran Lochea
i) Ekstrmitas
(1) Atas
(2) Bawah
4).Pemeriksaan Penunjang
1) Diagnosa ibu
Ny E usia 27 thn P1A0 Post partum 7 hari dengan luka laserasi derajat 2
Dasar : ibu mengatakan umur 27 thn melahirkan anak pertama dan belum
WIB
Tidak ada
8) Mengajrkan ibu cara perawatan luka premium yaitu dengan mengganti pembalut
g. Evaluasi
4) Ibu bersedia untuk menyusui bayinya setiap 2 jam sekali atau secara
Ondemand
6) Ibu mengerti tentang konseling nutrisi yang baik untuk ibu post partum
37
7) Suami dan keluarga dapat melakukan pijat oksitosin
8) Ibu mengerti bagai mana cara perawatan luka premium yg baik dan benar
1) Subjektif:
Ibu mengatakan air susu yang keluar hanya sedikit dan ibu cemas dengan keadannya karena tidak
bisa menyusui bayinya, ibu mengatakan bayinya BAK kurang lebih 4 kali.
2) Objektif:
a) Keadan umum : baik,
Kesadaran :composmentis
Keadan emosional:Stabil
b) TTV: TD :120/80 Mmhg , S:36,5
N :80X/menit R : 23X/menit,
c) Pemeriksaan payudara : normal, pengeluaran ASI sedikit
Sebelum di lakukan pemijatan : 0,2 cc
Sesudah di lakukan pemijatan :0,3 cc
d) TFU : Tidak Teraba
Pengeluaran pervaginam : lochea sanguinolenta, luka jahitan kering tidak ada tanda infeksi
3) Assessment
Ny E usia 27 thn P1A0Post Partum Hari ke 7 dengan laserasi derajat dua
Masalah : ibu mengatakan merasa cemas karena produksi ASI nya sedikit
Kebutuhan :melakukan pijat oksitosin
4) Planning :
a) Melakukan informant consend pada ibu
Ibu bersedia untuk di lakukan pemeriksaan
b) Melakukan pemeriksan fisik pada ibu post partum
Pemeriksan fisik sudah di lakukan
c) Menjelaskan pada ibu dan keluarga hasil Pemriksan fisik
Ibu dan keluarga sudah mengetahui
d) Mengingatkan ibu untuk menyusui bayinya setiap dua jam sekali atau secara On demand agar
dapat merangsang ASi untuk keluar
Ibu sudah mengerti
e) Memberitahu ibu untuk memberikan ASI Ekslusif pada bayi 0-6 bulan tanpa tambahan
makanan apapun.
Ibu akan memberikan ASI Ekslusif
f). Memberikan konseling pada ibu tentang nutisi post partum seperti ikan buah buahan
38
Ibu mengerti tentang nutrisi yg baik
1) Subjektif :
ibu mengatakan terasa rilexs setelah di lakukan pemijatan oksitosin,ibu mengatakan ASI yang
keluar masih sama dengan hari pertama ibu mengatakan mengkonsumsi sayur bayam dan ibu
mengatakan bayinya BAK kurang lebih 6 kali.
2) Objektif :
a) Keadan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Keadan emosional:Stabil
b) TTV:TD :120/60 Mmhg S;36,6
N :80x/menit R :19x/menit,
c) Pemeriksaan payudara : normal, pengeluaran ASI sedikit
sebelum di lakukan pemijatan :0,3 cc
sesudah di lakukan pemijatan :0, 4 cc
d) TFU : Tidak teraba
Pengeluaran pervagina : lochea sanguinolenta, luka jahitan kering tidak ada tanda infeksi
3) Assesment
Ny E usia 27 tahun P1A0 Post Partum Hari ke 8 dengan laserasi drajat dua
Masalah : ibu mengatakan merasa cemas karena produksi ASI nya sedikit
Kebutuhan :melakukan pijat oksitosin
4) Planinning :
a) Melakukan informad consend pada ibu
Ibu bersedia untuk di lakukan pemeriksaan
b) Melakukan pemeriksaan fisik pada ibu post partum
Pemeriksan fisik sudah di lakukan
c) Menjelaskan pada ibu dan keluarga hasil Pemriksan fisik
Ibu dan keluarga sudah mengetahui
d) Mengingatkan ibu untuk menyusui bayinya setiap dua jam sekali atau secara On
39
demend agar dapat merangsang ASI untuk keluar
Ibu sudah mengerti
e) Memberitahu ibu untuk memberikan ASI Ekslusif pada bayi 0-6 bulan tanpa
tambahan makanan apaun.
Ibu akan memberikan ASI Ekslusif
f). Memberikan konseling pada ibu tentang nutisi post partum seperti ikan buah buahan
4). Planning :
40
Ibu dan keluarga sudah mengetahui
c) Mengingatkan ibu untuk menyusui bayinya setiap dua jam sekali atau secara On
demend agar dapat merangsang ASI untuk keluar
d) Memberitahu ibu untuk memberikan ASI Ekslusif pada bayi 0-6 bulan tanpa tambahan
makanan apapun
e) Memberikan konseling pada ibu tentang nutisi post partum seperti ikan buah buahan
e) Memberikan konseling pada ibu tentang nutisi post partum seperti ikan buah
f). Memberikan konseling pada ibu tentang nutisi post partum seperti ikan buah buahan
2). Objektif :
3). Assesment :
Ny E usia 27 tahun P1A0 Post Partum hari ke 13 dengan laserasi drajat dua
Masalah :ibu mengatakan merasa cemas karena ASI nya sedikit
Kebutuhan :melakukan pijat oksitosin
43
4). Planning :
e) Memberikan konseling pada ibu tentang nutisi post partum seperti ikan buah
2). Objektif :
3). Assesment :
Ny E usia 27 tahun P1A0 Post Partum hari ke 14 dengan laserasi drajat dua
44
Masalah :ibu mengatakan merasa cemas karena ASI nya sedikit
Kebutuhan :melakukan pijat oksitosin
4). Planning :
d) Memberitahu ibu untuk memberikan ASI Ekslusif pada bayi 0-6 bulan tanpa tambahan
makanan apupun.
e). Memberikan konseling pada ibu tentang nutisi post partum seperti ikan buah buahan
g) Melakukan pendokumentasian
C.Pembahasan
informasi tentang ASI ekslusif dan konseling laktasi dari tenaga kesehatan serta maraknya
promosi susu formula. Ketidak cukupan Produksi ASI adalah alasan utama ibu untuk
menghentikan pemberian ASI karena ibu merasa dirinya tidak mempunyai kecukupan
produksi ASI untuk memenuhi kebutuhan ASI nya dan mendukung kenaikan berat badan
bayi.
Pada langkah tersebut sesuai dengan teori yang ada sehingga dapat di simpulkan bahwa
dalam langkah pengkajian data dasar tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek di
lapangan.
2. Interpretasi data
Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi data secara benar terhadap
diagnosa atau masalah. Masalah dapat di temukan berdasarkan interpretasi yang benar
terhadap data dasar maka akan terpikirkan perencanaan yang di butuhkan terhadap masalah
Berdasarkan hasil pada kasus Ny E usia 27 tahun P1A0 post partum hari ke 7
dengan masalah produksi ASI sedikit, ibu mengatakan melahirkan satu kali belum pernah
keguguran. ibu mengatakan melahirkan tanggal 11 Mei 2022 pukul 06.05 WIB. Dalam
menentukan diagnosa kebidanan tersebut di tandai dengan adanya data subjektif dan data
objektif.
46
Menurut hasil penelitian suradi, 2008 dalam Suryani, Emi dan Endah Kh widhi astuti
2013 di berikan Intervensi dengan pijat oksitosin kemudian di ukur kelancaran ASI dengan
indicator berat badan bayi, frekuensi BAK perhari dan seringnya bayi menyusu serta lama
tidur bayi setelah menyusu (Suradi,2008)
Adapun masalah pada kasus ini adalah produksi ASI kurang, kebutuhan yang di berikan
adalah pijat oksitosin untuk meningkatkan produksi ASI.
Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter segera
melakukan konsultasi atau melakukan penanganan bersama dengan anggota tim kesehatan
yang sesuai dengan kondisi pasien. Pada kasus Ny E tidak di lakukan tindakan segera atau
kolaborasi di karenakan kasus ini bukan kasus kegawatdaruratan.
47
pada kasus Ny. E usia 27 tahun P1A0 Postpartum hari ke 7 dengan masalah produksi
ASI sedikit tidak di membutuhkan tindakan segera atau kolaborasi. Cukup melakukan
tindakan untuk mengatasi masalah produksi ASI kurang dengan tindakan non farmakologi
yaitu melalui tindakan pijat oksitosin.
Hal ini sejalan dengan teori Pengeluaran ASI dapat di percepat dengan tindakan non
farmakologi yaitu melalui pijat oksitosin yang di lakukan dengan cara memijat area sekitar
punggung (vertebra pars thoratica) untuk merangsang keluarnya ASI, sehingga ibu akan
merasa puas, bahagia, percaya diri, karena bisa memberikan ASI pada bayinya, memikirkan
bayinya dengan penuh kasih sayang dan perasaan positif lainnya akan membuat reflek
oksitosin bekerja (Asih&Risneni, 2016).
Pada langkah ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek sesuai dengan kasus
yg.ada di lapangan
5. Perencanaan
Perencanaan di susun sesuai dengan diagnosa kebidanan keputusanyang di
lakukan berdasarkan persetujuan oleh bidan dan pasien
Pada kasus ibu postpartum Ny E Usia 27 Tahun rencana asuhan yang di buat
adalah beritahu ibu untuk menyusui bayinya setiap 2 jam sekali atau secara on demand,
beritahu ibu untuk tidak banyak pikiran, beritahu suami atau keluarga untuk memberikan
dukungan kepada ibu, beritahu ibu untuk di Berikan pijat oksitosin setiap hari.
Hal ini sejalan dengan teori hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mamae
melalui ductus lactiferusmenuju sinus lactiferus menghasilkan reflex pelepasan atau letdown
reflex yang di peroleh dari hisapan bayi (Sulistiyawati, 2009) reflex oksitosin
ini di pengaruhi oleh jiwa ibu. Jika ada rasa cemas, stress dan ragu yang terjadi, maka
pengeluaran ASI bisa terhambat. ( kodrat,2012)
Pengeluaran ASI dapat dipercepat dengan tindakan non farmakologi yaitu melalui pijat
oksitosin yang dapat dilakukan dengan cara memijat area disekitar punggung (vertebra pars
thoratica) untung merangsang keluarnya ASI, sehingga ibu akan merasakan puas, bahagia,
percaya diri, karena bisa memberikan ASI pada bayinya, memikirkan bayi nya dengan penuh
kasih sayang dan perasaan positif lainnya akan membuat reflek oksitosin bekerja (Asih
&Risneni, 2016). Keberhasilan menyusui ibu perlu mendapat dukungan dari suami dan peran
keluarga juga membantu terhadap keberhasilan dalam memberikan ASI (Khasanah, 2011).
48
Pada langkah ini sudah sesuai dengan teori jadi pada dasarnya dapat di simpulkan bahwa
pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan
6. Pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana sebelumnya baik
berdasarkan masalah pasien, atau diagnosa yang di tegakan. Pelaksanaan ini dapat di lakukan
oleh bidan secara mandiri ataupun kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.
7. Evaluasi
Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan yakni
dengan melakukan evaluasi dari perencanaan mampu pelaksanaan
yang di lakukanbidan
49
Hasil Evaluasi pada kasus Ny E dengan masalah produksi ASI
kurang sudah di lakukan kunjungan nifas selama 7 kali. Hari
pertama kunjungan yaitu pada tanggal 18 Mei 2022 sebelum di
lakukan pijat oksitosin pengeluaran ASI ibu yaitu 0, 2 cc dan
setelah di lakukan pemijatan 0,3 cc kemudian di lakukan kunjungan
hari ke 2 yaitu pada tanggak 19 Mei 2021 sebelum di lakukan pijat
oksitosin 0,3 cc dan setelah di lakukan pemijatan oksitosin 0,4 cc
kemudian di lakukan kunjungan hari ke 3 yaitu tanggal 20 Mei
2022 sebelum di lakukan pijat oksitosin 04 cc dan setelah di
lakukan pijat oksitosin kemudian di lakukan pemijatan hari ke 4
pada tanggal 21 Mei 2022 sebelum di lakukan pijat oksitosin 0,7 cc
kemudian di lakukan pemijatan oksitosinhari ke 5 tanggal 22 Mei
2022 sebelum di lakukan pijat oksitosin 0.7 cc dan setelah di
lakukan pijat oksitosin 0,9 Cc. Kemudian di lakukan pemijatan
oksitosin hari ke 6 tanggal 23 Mei 2022 sebelum di lakukan pijat
oksitosin 0,9 cc dan setelah di lakukan pijat oksitosin 1,cc
kemudian di lakukan pemijatan oksitosin hari ke 7 tanggal 24 Mei
2022 sebelum di lakukan pijat oksitosin 1, cc dan sesudah di
lakukan pijat oksitosin 1,2 cc
50
Langkah ini sebagai pengecekan apakah rencana asuhan tersebut
efektif. Dalam pendokumentasian atau catatan asuhan kebidanan di
terapkan dalam bentuk SOAP.
a. Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data
klien melalui anamnesis sebagai langkah 1 varney
b. Objektif
Objektif :
S : 36,6 °C,
N : 80 x/menit,R : 20 x/menit,
Pemeriksaan payudara : normal, pengeluaran ASI lebh banyak
darisebelumnya
c. Assesment
51
Mendengarkan pendokumentasian hasil analisis dan
interoretasi data subjektif dan objektif dalam satu identifikasi:
1) Diagnosis masalah
2) Antisipasi diagnosis atau masalah diagnosis atau masalah
diagnosis potensial
3) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter,
konsultasi atau kolaborasi, rujukan langkah 2, 3 dan 4
varney.
Assesment : Ny E usia 27 tahun P1A0 Post Partum Hari ke 10
d. Planning
52
4) Memotivasi suami dan keluarga untuk tetap melakukan
pijat oksitosin
Suami dan keluarga mengerti
7) Melakukan pendokumentasian
Pendokumentasian sudah di lakukan
53
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
54
7. Evaluasi yang di lakukan di PMB Juchairiyah S,ST. tahun 2022 tidak
terdapat kesenjangan antara teori dan praktek
8. Pendokumentasian SOAP yang di lakukan di PMB Juchayriah S,ST
Tahun 2022.
B. SARAN
1. Teoritis
Bagi institusi pendidikan, penelitian ini di harapkan dapat di jadikan
sebagai bahan pustaka tambahan bagi Universitas Faletehan serang
khususnya Program Studi DIII Kebidanan.
2. Aplikatif Dan untuk PMB Juchairiyah S,ST. Pijat Oksitosin Dapat Digunakan Semua
Ibu Post Partum
55
DAFTAR PUSTAKA
Ningsih, Y. & Risneni. (2012). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta: Cv :
Trans Info Media
Faridah Umi. (2016). Pijat Oksitosin Untuk Memperlancar ASI Pada Persalinan Di
Kabupaten Kudus @The 4 Th University Researdi Coloqum
Khasanah, N. (2011). ASI atau Susu Formula (N. Sawitri, Ed). Banguntapan
jogjakarta : Flast book. Retrieved from Redaksi. Divapress @yahoo.com
Kholisotin, Muniar Zainal, Yulia Lina Astutik (2019). Pengaruh Pijat Oksitosin
Terhadap Pengeluaran ASI Pada Ibu Post Partum Primipara di Asia
Srikandi IBI @jurnal Keperawatan Profesional, F Kes, Unuja
56
Kustriyani Menik & Wulandari. (2019). Buku Ajar Post Partum, Menyusui dan
Cara Meningkatkan Produksi ASI. Jawa Timur : Cv. Penerbit Qiara
Medika- pasouran,
Sutanto, Andin Vita, & Fitriana Yitu (2016). Asuhan Pada Kehamilan.
Tonasih, Mutya, Vianty Sari. (2020) Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan
Menyusui, Yogyakarta : K-Medika
57
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Lia
Tempat, Tanggal Lahir : Lebak, 01 Oktober 2000 Agama
: Islam
Status Perkawinan : Belum kawin
Golongan Darah :A
Alamat : Kp.
Pasar Cangketeuk Rt 002 Rw
001 ds.
Batuhideng Kec.Cimanggu
Kab.Pandeglang
No HP :085781783640
E-mail : Lia geoll860@gmail.com
11 RIWAYAT PENDIDIKAN
1. MADRASAH IBTIDAIYAH : Tahun2012-2013
2. SMP : Tahun2015-2016
3. SMA : Tahun2018-2019
4. Universitas Faletehan : Tahun2019-2022
1. Tidak Ada
FORMAT BIMBINGAN PROPOSAL
TAHUN 2022
Nama : Lia
NIM : 4019041026
59
60
61
62
SEBELUM DAN SESUDAH DI LAKUKAN PIJAT OKSITOSIN
Tanggal
63