Anda di halaman 1dari 67

UNIVERSITAS FALETEHAN

EFEKTIVITAS PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PENINGKATAN


PRODUKSI ASI PADA IBU POST PARTUM 0-7 HARI DI PMB
JUCHARIYAH S.ST TAHUN 2022

KARYA TULIS ILMIAH

LIA
4019041026

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS FALETEHAN PROGRAM
STUDI DIPLOMA DIII KEBIDANAN
TAHUN 2022
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Penelitian dengan Judul “Efektivitas pijat oksitosin untuk memperlancar


asi di PMB ibu Juchairiyah S.ST Kota Serang Tahun 2022” telah disetujui untuk
di presentasikan di hadapan Tim Penguji Proposal Penelitian Program Studi Studi
DIII Kebidanan Universitas Faletehan.

Serang, 12 Maret 2022


Pembimbing,

Nurseha S, ST.M.Keb.
NIK, 12.06.111

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asi adalah (ASI) merupakan nutrisi terbaik yang paling tepat bagi bayi baru
lahir 6 bulan karena usus bayi belum bisa mencerna makanan pada masa ASI
dapat mengurangi gangguan pada bayi karena ASI langsung diproduksi oleh
ibu sehinga segar dan steril. Komposisi yang terkandung dalam ASI sangat
mengandung bnyk manfaat, sebagai tujuan nutrisi, hormone ke kebalan
tubuh,factor pertumbuhan, dananti alergi, anti body, serta anti implemntasi
inplementasi yg dapat mencegah terjadinya infeksi pada bayi (ulfa2013)

Berdasarkan data data profil kesehatan Indonesia tahun 2017 cakupan Presen
tasi bayi yang mendapat ASI ekslusif di Indonesia adalah sebesar 61,33%
(kemenkes2018). Pemerintah telah mengatakan dan menargetkan pencapaian
ASI ekslusif di Indonesia sebesar 80 persen namun hal itu masih belum tercpai
hingga saat ini upaya untuk meningkatkan cakupan ini dengan memberikan
informasi yang benar dan tepat .manfat ASI ekslusif bagi ibu maupun bayi
sehingga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya
pemberian ASI ekslusif pada bayi (safutri,ginting,dan Zenato 2019).

Target pencapaian asi sulit dicapai disebabkan karena satunya yaitu asi tidak
keluar ASI permasalahan tidak lancarnya proses pengeluaran ASI yg menjadi
salah satu penyebab seseorang tidak dapat menyusui bayinya sehingga proses
menyusui terganggu /terhambat karena itu diperlukan pendekatan pada
msyrkat untuk dapat mengubah kebiasan buruk yaitu sebelum bayi berusia 6
bulan sudah di berikan makanan pendamping ASI dan pembantu ibu dalam
menyusui dengan mengenalkan berbagai metode untuk memperlancar ASI.
(Ulfa 2013).

Prodiksi asi sedangkan hormone oksitosin merupakan hormone yang mempen


aruhi pengeluaran ASI salah satu alternative untuk memperlancar ASI yaitu
melakukan pijat oksitosin .pemijatan oksitosin dilakukan di sepanjang tulang

1
belakang (vertebrae) dengan tujuan untuk merangsang hormone oksitosin
setelah melahirkan (Mardianingsih ,Setyowati,dan sabri (2014).

Ada beberapa factor yang dapat mempengaruhu reflex oksitosin yaitu pikiran,
prasaan, dan emosi ibu. Pengeluaran oksitosin dapat terhambat produksi ASI
dan mengalir siap untuk dihisap jika ibu memiliki pikiran prasan dan emosi
yang kuat, maka kemungkinaan menentan reflek oksitosin dalam menghambat
dan menurunkan produksi ASI (latifah dan wahid (2015)

Menurut penelitian Faizatul Ummah (2014) disarankan bahwa ibu setiap


bersalin disamping melakukan insiasi menyusu dini juga diberikan pijat
oksitosin pada 2 jam pasca persalinan untuk mempercepat pengeluaran ASI
agar susu formula dapat dihindari dan terwujudnya ASI ekslusif.
Sedangkan Word Heald Organization (WHO) Merekomendasikan pemberian
ASI pada bayinya dilakukan pada satu jam pertama setelah melahirkan dan
melanjutkan setelah usia 6 bulan pertama di kehidupan bayi. Sehingga bayi
dapat memenuhi nutrisi makanan yang memadai dengan terus menyusui
sampai 2 tahun (WHO, 2015)

Prsentase pemberian ASI ekslusif pada bayi 0-6 bulan di provinsi banten pada
tahun 2019 sebesar 64,4 persen, sedikit meningkat dibandingkan presentase
pemberian ASI ekslusif tahun 2018 sebesar 56,1 persen.
Kabupaten atau kota dengan presentase pemberian ASI ekslusif tertinggi
tahun 2019 adalah kabupaten tanggerang dengan nilai 100 persen, diikuti kota
tanggerang 71,6 persen, dan kabupaten lebak 69,9 persen. Kabupaten kota
dengan dengan presentase pemberian ASI ekslusif terendah adalah kabupaten
pandeglang 32,3 persen Kota serang 38,2 persen dan kota cilegon 39,6 persen.
Kendala ibu tidak menyusui bayinya pada hari pertama karena adanya
ketakutan ibu yang tidak memiliki cukup ASI, putting rata, payudara bengkak,
abses pada payudara, putting lecet atau pecah- pecah, (Sutanto, 2015). Rasa
sakit ini akan membuat seseorang ibu menjadi stress (Badriah, 2014).

2
Proses pengeluaran ASI juga di pengaruhi oleh let down refleks, yaitu isapan
pada putting merangsang kelenjar di otak untuk menghasilkan hormon
oksitosin, yang dapat merangsang dinding saluran ASI, sehingga ASI dapat
mengalir dengan lancar (Khasanah, 2011).

Selanjutnya hormon oksitosin akan masuk ke aliran ibu dan merangsang sel
otot sekeliling alveoli dan berkontraksi membuat ASI yang telah terkumpuldi
dalamnya sehingga akan mengalir ke saluran- saluran ductus (Asih dan
Risneni, 2016).

Pengeluaran ASI dapat dipercepat dengan tindakan non farmakologi yaitu


melalui pijat oksitosin yang dapat dilakukan dengan cara memijat area
disekitar punggung (vertebra pars thoratica) untung merangsang keluarnya
ASI, sehingga ibu akan merasakan puas, bahagia, percaya diri, karena bisa
memberikan ASI pada bayinya, memikirkan bayi nya dengan penuh kasih
sayang dan perasaan positif lainnya akan membuat reflek oksitosin bekerja
(Asih &Risneni, 2016).

Keberhasilan menyusui ibu perlu mendapat dukungan dari suami dan peran
keluarga juga membantu terhadap keberhasilan dalam memberikan ASI
(Khasanah, 2011).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dibuat rumusan masalah dalam
Penelitian ini adalah bagaimana penerapan pijat oksitisin ibu menyusui pada
Post partum?

C. Tujuan Studi Kasus


1. Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan kebidanan pada Ibu Post Partum dengan
masalah produksi ASI sedikit menggunakan pendekatan manajemen

3
varney dan pendokumentasian SOAP di PMB Juchariyah, S ST tahun
2022.

2. Tujuan Khusus
a) Mampu melakukan pengumpulan data dasar pada ibu postpartum di
PMB Juchariyah S.ST pada tahun 2022
b) Mampu melakukan interpretasi data pada ibu postpartum di PMB
JuchairyahS.ST pada tahun 2022
c) Mampu melakukan antisipasi masalah atau diagnosa potensial pada
ibu postpar di PMB Juchairiyah S.ST pada tahun 2022
d) Mampu melakukan tindakan segera atau kolaborasi pada ibu
postpartum di PMB Juchairiyah S.ST pada tahun 2022
e) Mampu melakukan perencanaan asuhan kebidanan pada ibu
postpartum di PMB Juchairiyah S.ST pada tahun 2022
f) Mampu melakukan pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu
postpartum di PMB Juchairiyah S.ST pada tahun 2022
g) Mampu melakukan evaluasi pada ibu postpartum di PMB
Juchairiyah S.STpada tahun 2022
h) mampu melaksanakan metode pendokumentasian SOAP pada ibu
postpartu di PMB Juchairiyah S.ST pada tahun 2022

D. Manfaat Studi Kasus


1. Teoritis

Sebagai bahan masukan dalam pengembangan ilmu kesehatan terutama


dalam bidang ilmu kebidanan juga sebagai dasar untuk penelitian lanjutan
yang berkaitan dengan kejadian pijat oksitosin pada ibu postpartum dengan
menggunakan minyak zaitun terhadap peningkatan produksi ASI pada ibu
Post Partum tahun 2022.
2. Aplikatif

4
Untuk menambah pengetahuan ibu terhadap pijat oksitosin dalam peningkatan
produksi ASI pada ibu postpartum untuk bahan pembelajaran bagi pihak lahan
atau PMB Juchairyah S.ST
E. Ruang Lingkup
Studi kasus ini tentang Efektivitas Pijat oksitosin dalam penatalaksanan dan
Peningkatan produksi ASI pada ibu postpartum di PMB Juchairiyah S.S pada
Tahun 2022 adapun subjek penelitian ini adalah ibu postpartum 0-7 hari lebih
penelitian ini di laksanakan pada bulan februari-Maret pada tahun 2022
penelitian ini tertarik untuk mengambil kasus ini karna dapat meningkatka
produksi ASI pada ibu postpartum. Peneliti ini di lakukan dengan cara memijt
ibu post partum dimulai dari depan sampai tulang kosta kelima sampai
keenam ibu merasa nyaman.aman, tenang dan puas.sehingga percaya diri
sehinga akan membuat hormon okditosin bekerja adapun pengelolan kasus
dengan menggunakan pendekatan menjemen kebidanan 7 langkah varney
F. Keaslian Studi Kasus

No Penulis Tahun Judul Metode Hasil


1. Elis 2021 Pengaruh pijat Metode Hasil dari penelitian
Nurainun, oksitosin literatur ini menyatakan bahwa
Endang terhadap melakukan perawatan
Susikowa produksi asi pijat oksitosin dapat
ti pada ibu nifas meningkatkan
produksi asi
meningkat dilakukan
pada ibu nifas, cara
tersebut bertujuan
untuk memperlancar
peredaran darah dan
mencegah
tersumbatnya saluran
produksi asi sehingga
pengeluaran asi lancer.
2. Ika Nur 2019 Pengaruh pijat Pra hasil penelitian ini

5
Saputri, oksitosin eksperim menunjukkan bahwa
Desideria terhadap en rata-rata produksi asi
Yosepha produksi asi sebelum pijat oksitosin
Ginting, pada ibu adalah sebesar 0,00
Ilusi pospartum dengan jumlah rata-
Ceria rata 0,00. Sedangkan
Zendato rata-rata produksi asi
sesudah pijat oksitosin
adalah sebesar 5,00
dengan jumlah rata-
rata 45,00 sehingga
dapat terkihat adanya
peningkatan rata-rata
prosuksi asi sebelum
dan sesudah pijat
ositosin.
3. Dwi 2019 Penerapan pijat Quasi Hasil dari penelitian
Rahayu, oksitosin eksperim ini adalah tindakan
Yunarsih dalam en pijat oksitosin ini
meningkatkan mampu meningkatkan
produksi asi produksi hormone
pada ibu post yang mana dapat
partum meningkatkan
kenyamanan pada ibu
menyusui.
4. Seri 2019 Pijat oksitosin Kuasi Adanya pengaruh
usman,su meningkatkan pijat oksitosin
darto, produksi ASI eksperi terhadap produksi
nur arif Pada ibu post men ASI antara
ahmad Partum responden yang di
primapara di rancang berikan perlakuan
kota an kasus dengan responden

6
singkawang kontrol. yang tidak di
Dan berikan perlakuan.
menggu
nakan
analisis

univariat
dan
bivariat
5. Ttrianani 2019 Pengaruh Penelitia Ada pengaruh pijat
nsi,Nurhi Terapi Pijat n Oksitosin pada ibu
dayat,jum Oksitosin eksperi nifas terhadap
rah Syarif Terhadap mental, pengeluaran ASI di
Sutrani Kelancaran bentuk puskesmas caile
Mukrima ASI Pada Ibu kabupaten bulukumba
h.. Nifas Di eksperi
Puskesmas men
Caile ini
Kabupaten adalah
Bulukumba Quasi
eksperi
ment

7
8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Konsep Dasar


1. Post partum
Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai
sampaiAlat-alat produksi kembali sebelum hamil.nifas di sebut juga
peourverium. berasal dari bahasa latin.peor juga berarti bayi dan parous
melahirkan .jadi dapat di simpulkan peor perium atau masa nifas
merupakan masa setelah melahirkan.masa nifas juga dapat di artikan
sebagai masa postpartum normal atau masa sejak bayi dilahirkan dan
plasenta keluar lepas dari Rahim sampai 6 mg berikutnya di sertai
pemulihannya organ organ yang berkaitan dengan kandungngan yg
mengalami perubahan seperti perlukan dan lain sebaginya yang berkait
kaitan (sari2015) Menurut Departemen Kesehatan RI dalam padila (2014),
postpartum atau masa post partum merupakan masa sesudahnya persalinan
terhitung dari saat selesai persalinan sampai pulhinya kembali alat
kandungan ke keadaan sebelum hamil dan lamanya masa post partum

2. Fase-fase nifas
a. Fase Taking In
Fase taking in yaitu periode ketergantungan, berlangsung dari hari
pertama sampai kedua kali menceritakan proses persalinan yg di
alaminya dari awal sampe akhir. Ibu perlu menceritakan tentang
kondisi dirinya sendiri ketidaknyamanan fisik yg dialami ibu pada
fase ini seperti rasa mulas, nyeri pada jahitan, kurang tidur dan
kelelahan merupakan sesuatu yg tidak akandihindari.hal tersebut
membuat ibu memerlukan istrhat yg cukup untuk mencegah
terjadinya gangguan pisikologis yang mungkin di alami seperti
mudah tersinggung dan menangis, sehingga membuat cenderung
untuk menjadi positif. Pada fase ini petugas kesehatan harus
menggunakan pendektan yg empatik agar ibu dapat di melewati fase
ini dengan baik.

7
a) Fase Taking Hold
Fase taking hold yaitu priode yang berlangsung selama 3-10 hari
setelah mela hirkan. Pada fase ini ,ibu sedang berpokus pada dirinya
sendiri dan di mulai cemas khawatir akan ketidak mampuan
memenuhi tanggung jawabnya dalam merawar bayinya. Ibu memiliki
perasan yang sangat sensitif sehingga mudah terainggung dan
gampang marah. Kita perlu berhati hati menjaga komunikasi dengan
ibu.dukungan keluarga moril sangat di perlukan untuk menumbuhkan
kepercayan diri bagi petugas kesehatan pada fase ini merupakan
kesempatan yg baik untuk memberikan penyuluhan berbagai dan
pendidikan kesehatan yang di perlukan oleh ibu nifas. Tugas kita
yaitu untuk merawat bayi, cara menyusui yang benar, cara merawat
luka jahitan, senam nifas, memberikan pendidikan di kesehatan yang
di butuhkan ibu seperti kebutuhan gizi,istrhat, kebersihan,diri, dan
lain lain nya.

b) Fase Letting Go
Fase letting go yaitu priode menerima akan tanggung jawab peran
barunya.peran ini berlangsung selama 10 hari setelah melahirkan
dimana ibu sudah menyesuaikan diri dengan ketergantungan
bayinya,ibu memahami bahwa bayi butuh untuk di susui sehingga ibu
siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Keinginan untuk
merawat bayinya dengan dirinya sudah meningkat pada fase ini.ibu
lebih percaya diri dalam menjalani peran barunya, sehingga ibu lebih
mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya dukungan
keluarga terutama suami sangat di perlukan dan dapat optimal dalam
merawat bayinya (bayihatiun 2011)

b. Perubahan Fisiologis Ibu Nifas


Menurut Walyani 2015, perubahan fisiologis pada masa nifas adalah
sebagai berikut :

8
a) Sistem Kardiovaskuler Denyut jantung, volume dan curah jantung
meningkat segera setelah melahirkan karena terhentinya aliran
darah keplasenta dengan haemokonentrasi sampai volume darah
kembali keukuran semula.
b) Sistem Reproduksi Uterus, Uterus secara berangsur-angsur menjadi
kecil (involusi) sehinggaakhirnya kembali Seperti sebelum hamil
c) Bayi lahir fundus uteri setimggi pusat dengan berat uterus 1000gr.
d) Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawahpusat
dengan berat uterus 750g
e) Satu minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba
diatassimpisis dengan berat uterus 500gr
f) Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba
diatassimpisis dengan berat uterus.
g) Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil denganberat
uterus 50gr.

c. Perubahan perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke 5,
perineum sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap
lebih kendur dari pada keadaan sebelumhamil (Yuniar, 2016).

d. Perubahan Sistem Perkemihan


Diuresis dapat terjadi setelah 2-3 hari postpartum. Dieresis terjadi karena
saluran urinaria mengalami dilatasi. Kondisi ini akan kembali normal
setelah 4 minggu postpartum. Pada awal postpartum, kandung kemih
mengalami edema, kongesti, dan hipotonik. Hal ini disebabkan oleh adanya
overdistensi pada saat kala 2 persalianan dan pengeluaran urine yang
tertahan selama proses persalinan. Sumbatan pada uretra disebabkan oleh
adanya trauma saat persalian berlangsung dan trauma ini dapat berkurang
setelah 24 jam postpartum (Bahiyatun, 2016)
6. Kunjungan Masa Nifas

9
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 54,54 % asuhan dalam kunjungan
yang diberikan kurang efektif. Keefektifan asuhan dalam kunjungan nifas
dapat dilihat dari beberapa hal diantaranya adalah 1) Ibu
postpartum mengalami pemulihan fisiologis tanpa komplikasi, 2) Ibu
postpartum menyebutkan pengetahuan dasar yang akurat mengenai cara
menyusui, 3) Ibu postpartum mendemonstrasikan perawatan yang
tepat untuk diri dan bayinya, 4) Ibu berinteraksi positif terhadap satu sama
lain (bayi dan anggota keluarga yang
lain). (Saleha S, 2009)Dari ke 4 komponen yang dilihat
untuk menilai efektifitas asuhan dalam kunjungan nifas diperoleh hasil ibu
postpartum mengalami pemulihan fisiologis tanpa komplikasi, sebagian
besar ibu sudah mengalami pemulihan yang fisiologis sebayak 11 orang
(100%), Ibu postpartum menyebutkan
pengetahuan dasar yang akurat mengenai cara menyusui, sebagian besar ibu
baik dalam pengetahuan dasar yang akurat mengenai cara menyusui
sebanyak 6 orang (54,54%), Ibu
postpartum mendemonstrasikan perawatan yang tepat untuk diri dan
bayinya, sebagian besar ibu dapat mendemonstrasikan perawatan yang
tepat untuk diri dan bayinya sebesar 8 orang (72,72%), Ibu berinteraksi
positif terhadap satu sama lain (bayi dan anggota keluarga yang lain),
sebagain besar ibu dapat berinteraksi positif
terhadap satu sama lain sebesar 11 orang (100%).Dari data diatas dapat
disimpulkan bahwa tidak semua responden melakukan kunjungan nifas
sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dalam pelayanan nifas yang bisa
berdampak terhadap keefektifan asuhan yang diberikan. Cakupan
pelayanan nifas adalah pelayanan kepada ibu dan neonatal pada masa 6 jam
sampai dengan 42 hari pasca persalinan sesuai standar. Dinas kesehatan,
2009 mengatakan Pelayanan nifas sesuai standar adalah pelayanan kepada
ibu nifas sedikitnya tiga kali, pada enam jam pasca persalinan sampai
dengan hari ketiga, pada minggu kedua, dan pada minggu keenam termasuk
pemberian vitamin A dua kali serta persiapan dan atau penggunaan alat
kontaspsi (bayhtun 2015)
B. ASI

10
1.Pengertian

Air susu ibu (ASI) adalah suatu emulasi lemak dalam larutan oleh
kelenjar mammae ibu, dan berguna sebagai makanan bayi (Maryunani,
2012).
Air susu ibu (ASI) adalah suatu yang diproduksi oleh manusia untuk
konsumsi bayi dan merupakan sumber gizi utama bayi yang belum dapat
menerna makanan padat (Maryunani, 2012)

2.Kandungan

Kandungan ASI Sebagai Zat Gizi. Menurut (Maryunani, 2012) ASI


mengandung zat gizi yang secara khusus di perlukan untuk menunjang
proses tumbuh kembang otak dan memperkuat daya tahan
tubuhnya.kandungan ASI yang utma terdiri dari:
a) Laktosa (karbohidrat)
Laktosa sebagai sumber penghasil energi, sebagai karbohidrat
utama, meningkatkan kalsium dalam tubuh, merangsang tumbuhnya
laktobasilus bifidus. Laktobasilus bifidus berfungsi menghambat
pertumbuhan mikroorganisme dalam tubuh bayi yangdapat
menyebabkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan, selain itu
laktosa juga akan di olah mrenjadi glukosa dan glaktosa yang
berperan dalam perkembangan sistem syaraf. Komposisi dalam
ASI: laktosa 7 gr/100 ml.

b) Lemak
Lemak berfungsi sebagai penghasil kalori/energi utama,
menurunkan risiko atau penyakit jantung di usia muda. Lemak di
ASI mengandung komponen asam lemak essensial yaitu asam
linoleat dan asam alda linoleat yang akan di olah oleh tubuh bayi
menjadi AA dan DHA. AA adalah asam lemak tak jenuh rantai
panjang yang di perlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang

11
optimal. AA dan DHA sangat penting untuk perkembangan otak
bayi. Komposisi dalam ASI : Lemak-3,7-4,8gr/100ml.

c) Protein
Protein memiliki fungsi untuk pengatur dan pembangun tubuh-
tubuh bayi. Komponen dasar dari protein adalah asam amino,
berfungsi sebagai pembentuk struktur otak. Komposisi dalam
ASI :protein-0,8-1,0gr/100ml

d) Garam dan Mineral


ASI mengandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya brelatif
rendah tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur 6
bulan. Zat besi dan kalsium dalam ASI merupakan mineral yang
sangat stabil dan mudah di serap dan jumlahnya tidak dipengaruhi
oleh diet ibu. Zat besi yaitu zat yang membantu pembentukan darah
untuk menghindarkan bayi dari penyakit kurang darah atau anemia.

e) Vitamin
ASI mengandung vitamin yang lengkap yang dapat
mencukupikebutuhan bayi sampai 6 bulan kecuali vitamin k karena
bayi bayi baru lahir ususnya belum mampu membentuk vitamin k.
vitamin yang berguna bagi ASI yaitu :
1) Vitamin A
Vitamin yang sangat berguna bagi perkembangan
penglihatan bayi
2) Vitamin D
3) Vitamin E
Vitamin E terdapat terutama dalam kolostrum
4) Vitamin K
Vitamin K berfungsi sebagai katalisator pada proses
pembekuam darah terdapat dalam ASI dengan jumlah yang
cukup dan mudah di serap. Karena bayi baru lahir ususnya
belum mampu membentuk Vitamin K maka setelah lahir

12
biasanya bayi di berikan tambahan vitamin K

5) Kandungan ASI sebagai Zat pelindung


Menurut (Maryunani,2012) ASI mengandung beberapa
zatpelindung, yaitu :
a) Faktor Bifidus
karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang
pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Zat ini
penting untuk merangsang pertumbuhan bakteri
lactobacillus bifidus yang membantu melindungi usus
bayi dari peradangan atau penyakit yang di timbulkan
oleh infeksi beberapa jenis bakteriyang merugikan,
seperti Coli.

b) Laktobasilus Bifidus
Laktobasilus bifidus berfungsi menghambat
pertumbuhan mikroorganisme dalam tubuh bayi yang
dapat menyebabkan berbagai penyakit atau gangguan
kesehatan. Bakteri ini menjadi keasaman flora usus bayi
dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri
yang merugikan.

c) Laktoferin
Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan
komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi di
saluran pencernaan. Lactoferin menyerap FE dan
saluran pencernaan, mengurangi suplai C. albicans dan
E.coli. laktoferin berfungsi menghambat perkembangan
jamur kanida dan bakteri stafilokokus yang merugikan
kesehatan bayi.

d) Lisozim
Lisozim, enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri

13
(E.coli dan salmonella) dan virus. Lisozim sangat
bermanfaat untukmengkurangi karies dentis dan
maloklusi serta dapat memecah dinding bakteri yang
merugikan.

e) Immunolglobulin (antibodi)
Immunoglobulin A (lg A) dalam kolostrum atau ASI
kadarnya cukup tinggi. Sekretori ig A tidak di serap
tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E.coli dan
berbagai virus pada saluran pencernaan.

f) Sel-sel darah putih hidup


Sel darah putih pada ASI 2 minggu pertama lebih dari
4000 selper mil. Terdiri dari 3 macam yaitu:
(a) Brochus-AsociatedLympocyte (BALT)
antibodypernafasan,
(b) Gut Asociated Lympocyte Tissue (GALT)
antibody saluranpernafasaan,
(c) Mammary Asociated Lympocyte
Tissue (MALT) antibodyjaringan
payudara ibu.

3. Jenis-jenis ASI
Menurut (Maryunani, 2012) ASI di bedakan dalam 3 stadium, yaitu:
a. Kolostrum
Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh
kelenjar mammae yang mengandung tissue debris dan resudal
material yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar
mammae, sebelum dan sesudah melahirkan. Cairan ini berwarna
kekuning-kuningan. Banyak mengandung protein, antibody
(kekebalan tubuh), immunoglobin. Kolostrum berfungsi sebagai
perlindungan terhadap infeksi pada bayi.

14
b. Air Susu Transisi/Peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai
sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke 4 sampai hari ke 10. Kadar
protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat
semakin tinggi. Kadar immunoglobulin dan protein menurun,
sedangkan lemak dan laktosa meningkat.

c. Air Susu Matur


ASI matur disekresi pada hari kesepuluh dan seterusnya. ASI matur
tampak berwarna putih kekuning-kuningan karena mengandung
casineat, ribofalum, dan karotin. Kandungan ASI matur relatif
konstan,tidak menggumpal bila di panaskan.

d. Manfaat ASI
Kita mengatakan bahwa "ASI adalah yang terbaik", tetapi apakah
artinya itu? Apa manfaat spesifik dari pemberian ASI agar mereka
dapat terampil dalam mengkomunikasikan manfaat tersebut kepada
ibu, keluarga, profesi kesehatan lain, dan tokoh tokoh masyarakat.

1. Proses pembentukan ASI


Menurut lowdermik (2013), adalah sebagi berikut; Laktogenesis tahap
1,di mualai dari minggu ke -16sampai 18 kehamilan,pay udara
akan mempersiapkan diri untuk produksi ASI susu dengan memproduk
si kolostrum .kolostrum adalah cairan jernih berwarna kekuningan,lebih
pekat daripada ASI dan sangat kaya imunoglobin.kolostrum mempunyai
kadar pro tein dan mineral yang tinggi namun kadar lemaknya lebih
rendah.kadar protein yang tinggi akan ,mempasilitasi tempatnya
bilirugin dan efek laktasif dari kolostrum akan meningkatkan keluarnya
meconium.

15
2. Laktogenesis tahap II
Pada tahap ini kolostrum perlahan berubah menjadi ASI matur. Tahap
ini terjdi ASI matur.tahap ini terjadi pada hari ke -3 sampai hari ke -5
setelah melahirkn, Sebagai wanita sudah menyekresi ASI dalam jumlah
banyak.

3. Laktogenesis tahap III


Komposisi ASI akan terus berubah selama sekitar 10 hari, namun pada
tahap ini ASI matur sudah menetap dan produksi ASI mulai stabil.
a) Proses pengeluaran ASI
menyusui atau laktasi adalah keseluruahan proses dari ASI
diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI.
(sari,2015).ada dua mekanisme utam yg terlibat dalam laktasi yaitu
sekresi ASI dan reflek pengeluaran ASI(Reeder 2012).sekresi ASI
merupakan persaratan keberhasilan menyusui .sejak trimester ke
sekresi dengan komposisi yg cukup stabil (prokolostrum)telah dapat
di temukan pada payudara.ketika bayi lahir dan plasenta di
keluarkan maka skrsi akan mengalami perubahan.prokolostrum akan
berubah menjadi kolostrum,dan perubahan tersebut akan terjadi
selama 10 hari berikutnya sampai satu bulan untuk mencapai susu yg
matang .perubahan dalam skresi kelenjar mame setlh persalinan di
yakini merupakan akibat penurunaan hormone estrogen dan
progesteron serta kadar hormone prolactin yg relative meningkat
(Worthingtom- Roberts,1993 dalam redeer,2012)

Pada tahap awal laktasi, sekresi ASI dapat distimulus oleh


pengisapan bayi pada kedua payudara setiap menyusu dan dapat
meningkatkan prekuensi menyusui. Produksi ASI akan di mulai
secara perlahan pada beberapa ibu,tetapi hal ini dapat distimulasi
dengan menyusui bayi dikedua payudara pada dua sampai tiga
jam.walaupun prolactin dapat mensitilumasi sintesis dan skresi ASI
ke dalm ruang alveorar ,tetapi di perkirakan jumlah produksi susu di
atur oleh jumlah susu yg tersisadalam ruang alveorar setelah

16
menyusu.oleh karna itu, pengosongn payudara merupakan tindakan
yg penting terutama pada tahap awal laktasi dan (Laurence, 1994
dalam lideer 20120).mekanisme kedua yang terlibat laktasi adalah
pengeluaran ASI atau reflex down.oksitosin adalah hormone yg
berperan di hal ini oksitosin yg di lepaskan hipofisis posterior
sebagai respon terhadap isap ,menstruasi kelenjar epitel dalam
elvioli untuk berkontraksi dan mengeluarkan Susu melewati saluran
duktus laktiferus . reflek ini mempengaruhi jumlah ASI yg mampu
di proleh bayi, karena bayi harus berada dalam sinus sebelum dapat
di leluarkan oleh isapan bayi.

4. Manfaat Pemberian Asi


a) Bagi bayi : Asi mengandung lebih dari 200 unsur pokok antara lain
zat putih lemak, karbohidrat,pitamin,mineral, jat kekebalan,
hormone, enzim dan sel darah putih. Semua jat ini terdapat secara
proposonal dan seimbang. ASI jugamembantu melindungi bayi dari
penyakit penyakit seperti diare, demam, kematian mendadak dan
melindungi terhadap alergi makanan (khasanah, 2014)
b) Bagi ibu mengurangi perdarahan post partum, involusi uteri lebih
cepat,mengurangi resiko kanker payudaradan kanker ovarium,
mengurangi resiko osteoporosis (Lowdormik ,2013)

c) Bagi Masyarakat : Mengurangi pencemaran lingkungan karena


limbah kaleng susu, mengurangi biaya perawatan kesehatan

17
tahunan, berkurangnya angka ketidakhadiaran orang tua dalam
Pekerjannya dikarenakan bayi sakit (Lowdermilk, 2013).

5. Faktor yang mempengaruhi produksi ASI


a) Makanan
Makanan yang tepat untuk ibu menyusui adalah makanan seimbang
asup kalsium dan vitamin larut lemkak harus adekuat. Apabila ibu
makan makanan dengan gizi yang cukup dan makan teratur maka
produksi ASI akan berjalan dengan lancar (lowdermik,2013

b) Psikologi
Memproduksi ASI yang baik memerlukan kondisi jiwa dan pikiran
yang tenang. Ibu dengan keadaan psikologi yang tertekan, sedih dan
tegang akan menurunkan volume ASI (Khasanah, 2017).

c) kesehatan
kesehatan memegang peran penting terhadap produksi ASI ibu yg
sakit ,asupan makanan yang akurat (bayihatun 2009) ibu dengan
infeksi tuberkolosis lowerenc (lowdermik 2013)

d) Alat kontrasepsi
Kontraspsi hormonal meliputi, inplan, injeksi, pil dapat
menyebabkan penurunan produksi ASI. Kontrasepsi ini harus
dihidari selama 6 mg pertama postpartum suplay ASI rendah,
riwayat kegagalan laktasi (Lowdermilk, 2013).

e) Perawatan Payudara
Perawatan payudara dapat bermanfaat untuk mempengaruhi kelanjar
Hipofisme untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin
(Khasanah, 2017).

f) Anatomi Payudara

18
Jumlah lobus dalam payudara juga mempengaruhi produksi ASI.
Selain itu, perlu diperhatikan juga bentuk papila dan puting susu ibu
(Khasanah, 2017).

g) Pola Istirahat
Ibu yang menyusui memelukan istirahat sebanyak mungkin,
terutama pada satu atau dua minggu pertama setelah lahir.
Kelelahan, stres, dan kecemasan dapat memberikan efek negatif
pada produksi ASI dan refleks let down (Lowdermik, 2013).

h) Faktor isapan dan Frekuensi Penyusuan


Semakin bayi sering menyusu pada payudara ibu maka produksi dan
pengeluaran ASI akan semakin banyak, akan tetapi frekuensi
menyusui pada bayi prematur dan cukup bulan berbeda dikarenakan
bayi prematur belum dapan menyusu. Studi mengatakan bayi
prematur akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari kali
pertama atau per hari selama bulan pertama setelah lahir (Khasanah,
2017).

i) Tanda-tanda Bayi Cukup ASI


Bayi usia nol sampai enam bulan dapa dinilai mendapatkan
kecukupan ASI apabila Bayi menyusu tiap dua sampai tiga jam atau
dalam 24 jam minimal mendapatkan ASI Delapan sampai 10 kali
pada dua sampai tiga minggu pertama, kotoran berwarna kuning
dengan frekuensi sering dan warna menjadi lebih muda pada hari
kelima setelah lahir, bayi akan buang air kecil minimal enam
sampai 8 kali sehari, payudara terasa lebih lembek setelah
menyusui, menandakan ASI telah habis, tidur dengan proses
nyenyak menelan terdengar selama menyusu (Khasanah, 2017 &
Reeder, 2012).

6. Masalah pemberian ASI yang sering muncul saat menyusui adalah :

19
a) Pembengkakan Payudara Pembengkaan merupakan respons yang
umum pada payudara terhadap peubahan mendadak dalam
hormon dan onset meningkatnya volume ASI secara bermakna
hal ini biasanya terjadi dalam tiga sampai lima hari setelah lahir
ketika ASI meningkat dan berlangsung selama 24 jam. Aliran
darah pada payudar dan menyebabkan pembengkakan jaringan
diskitar duktus susu sehingga ASI tida dapat mengalir keluar
payudara (Lowdermilk, 2013).

b) Nyeri Pada Puting. Nyeri berat, mengelupas, pecah-pecah atau


berdarah pada puting susu tidak normal sering terjadi kali terjadi
akibat posisi yang salah, penempelan bayi pada puting salah ,
isapan yang salah atau infeksi monila (Lowdermilk, 2013).
c) Mastitis, Mastitis ditandai dengan gejala seperti influenza dengan
onset mendadak, meliputi demam, menggigil, badan pegal-pegal,
serta sakit kepala. Nyeri payudara terlokasi dan area kemerahan.
Mastitis sering terjadi pada kuadran atas luar payudara. Mayoritas
kasus terjadi dalam enam minggu pertama menyusui, mastistis
bisa kapan saja (Lowdermilk, 2013).

1. Pijat oksitosin
1. Pengertian
Pijat Oksitosin merupakan pijat pemijatan tulang belakang sampai costa
ke lima dan ke enam sampai secapula, yang akan mempercepat
neurotransmitter untuk merangsang medula oblongata dan mengirim
pesan ke hipotalamus untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin.
Pijat oksitosin untuk merangsang let down reflex. Dengan pijat oksitosin
ini juga akan memberikan efek nyaman sehingga dapat menghilangkan
ketegangan (Asih, 2018; Rahayu & Yunarsih, 2018).

Pijat oksitosin adalah pemijatan pada tulang belakang (costae 5-6 sampai
secapula dengan gerakan memutar) yang di lakukan pada ibu setelah

20
melahirkan untuk membantu kerja hormon oksitosin dalam pengeluaran
ASI, mempercepat saraf parasimpatis menyampaikan sinyal ke otak
bagian belakang untuk merangsang kerja oksitosin dalam mengalirkan
ASI agar keluar, tindakan ini dapat mempengaruhi hormon prolaktin yang
berfungsi sebagai stimulasi produksi ASI pada ibu selama menyusu,
selain itu dapat membuat rileks pada ibu dan melancarkan aliran saraf
serta saluran ASI pada kedua payudara ( Usman, 2019). Tanda-tanda
refleks oksitosin aktif antara lain :
a) Merasakan diperas atau tajam pada payudara saat sebelum
menetekibayi atau selama meneteki
b) ASI terasa mengalir dari payudara bila ibu memikirkan bayinya,
ataumendengar tangisannya Saat bayi menyusu ASI menetes dari
payudara sebelah lain.
c) ASI mengalir dengan pancaran halus, bila bayi lepas dari payudara
saat menetek.
d) Terasa nyeri karena terjadi kontraksi rahim, kadang dengan
alirandarah, terjadi selama meneteki dalam minggu pertama.
e) Terasa isapan pelan dan dalam saat bayi menelan, yang
menunjukanbahwa ASI mengalir dalam mulut bayi.

2. Mekanisme pijat oksitosin


Pijat oksitosin adalah pijat yang dilakukan di sepanjang tulang belakang
(Vertebre) sampai costae kelima atau keenam (wijayanti, 2013) Melalui
pemijatan pada tulang belakang, neurotransmitter akan merangsang
medulla oblongata langsung mengirim pesan ke hipotalamus untuk
mengeluarkan oksitosin. Dengan pijat oksitosin ini juga akan merileksasi
ketegangan dan menghilangkan stress serta meningkatkan rasa nyaman
(Perinasia, 2007 dalam Wulandari, 2014). Saat ibu merasa nyaman dan
rileks, tubuh akan mudah melepaskan hormon oksitosin. Hormon
oksitosin diproduksi oleh kelenjar hipofisis posteriror. Setelah diproduksi
oksitosin akan memasuki darah kemudian merangsang sel-sel meofitel
yang mengelilingi alveulu smammae dan duktuslaktiferus. Kontraksi sel-

21
sel meopitel mendorong ASI keluar dari alveolus mammae melalui
duktuslaktiferus menuju ke sinus laktiferus dan disana ASI akan di
simpan. Pada saat bayi menghisap putting susu. ASI yang tersimpan sinus
laktiferus akan tertekan keluar ke mulut bayi (Widyasih, 2013).Pijatan ini
tidak harus di lakukan langsung oleh petugas kesehatan tetapi dapat di
lakukan oleh suami atau anggota keluarga yang lain. Petugas kesehatan
mengajarkan kepada keluarga agar dapat membantu ibu melakukan pijat
oksitosin karena pijatan ini cukup mudah di lakukan. Asupan nutrisi yang
seimbang dan banyak mengkonsumsi sayuran hijau serta dukungan suami
dan keluarga juga sangat di butuhkan untuk meningkatkan produksi dan
pengeluaran ASI (Ummah,2014)

3. Manfaat Pijat Oksitosin


Pijat oksitosin mempunyai beberapa manfaat yang sangat membantu bagi
ibu setelah persalinan. Seperti yang di jelaskan oleh mulyani (2009, dalam
wulandari, 2014). Pijat oksitosin dapat mengurangi ketidaknyamanan fisik
serta memperbaiki mood. Pijat yang di lakukan di sepanjang tulang
belakang ini juga dapat merelaksasikan ketegangan pada punggung dan
menghilangkan stres sehingga dapat memperlancar pengeluaran ASI.

Sedangkan menurut Depkes RI (2007, dalam wijayanti, 2014), pijat


oksitosin dapat mengurangi bengkak, mengurangi sumbatan ASI, dan
mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit. Menurut widuri
(2013) manfaat di lakukannya pijat oksitosin adalah;
a) Mengurangi bengkak pada payudara atau engorgement
b) .Mengurangi sumbatan ASI
c) Memberikan kenyamanan pada ibu
d) Merangsang pelepasan hormon oksitosin
e) Mempertahankan pengeluaran ASI ketika ibu dan bayi sakit Manfaat
pijat oksitosin adalah memberikan kenyamanan pada ibu,
mengurangi bengkak (engongement), mengurangi sumbatan ASI,
merangsang sumbatan hormon oksitosin, mempertahankan produksi
ASI ketika ibu dan bayi sakit (Kemenkes, 2010

22
4. Indikasi Pijat Oksitosin
Indikasi pijat oksitosin dalah ibu post partum dengan gangguan produksi
ASI.

5. Langkah Langkah Pijat Oksitosin


a) Ibu melepas pakaian dan bra bagian atas
b) Pasang handuk di pangkuan ibu.
c) Posisikan ibu duduk di kursi ( gunakan kursi tanpa sandaran untuk
memudah penolong atau pemijat) kemudian lengan di lipat di atas
meja di depannya dan kepala di letakan di atas lengannya. Payudara
tergantung lepas tanpa baju. Melumuri kedua telapak tangan
menggunakan minyak atau baby oil. Penolong atau pemijat memijat
sepanjang tulang belakang ibu dengan menggunakan dua kepal
tangan, dengan ibu jari menunjuk ke depan dan menekan kuat kuat
kedua sisi tulang belakang membentuk gerakan–gerakan melingkar
kecil-kecil dengan kedua ibu jari.
d) Pada saat bersamaan, pijat ke arah bawah pada kedua sisi tulang
belakang, dan leher ke arah tulang belikat. Evaluasi pada pemijatan
oksitosin di lakukan (Depkes RI, 2007 dalam Trijayati, 2017)

2. Standar Asuhan Kebidanan


1. Manajemen Asuhan Kebidanan
Langkah-langkah manajemen kebidanan varney (2007) menambahkan
suatu langkah lagi dimana bidan diharapkan dapat menggunakan

23
kemampuannya untuk melakukan deteksi dini dalam proses manajemen
sehingga bila klien membutuhkan tindakan segera atau kolaborasi,
konsultasi bahkan dirujuk, segera dilaksanakan. Proses manajemen
kebidanan ini ditulis oleh varney berdasarkan proses manajemen
kebidanan American college of nursemidwife (ACNM) Yang pada
dasarnya pemikirannya sama dengan proses manajemen menurut varney.
Langkah manejemen kebidanan Menurut varney adalah sebagai berikut:
a) Pengumpulan data dasar
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan pengumpulan
semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara
lengkap yaitu Riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai dengan
kebutuhan, meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya,
meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi
pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan
mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Adapun data Subjektif
dan objektif pada ibu Post Partum dengan produksi ASI sedikit
Adapun data subjektif di lakukan anamnesa dan data objektif di
lakukan pemeriksaan fisik pada ibu post partum dengan produksi ASI
sedikit.

b) interpretasi data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnose atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi
yang benar atas data-data yang telah di kumpulkan.
Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga
ditemukan masalah ataudiagnose yang sfesifik. Hasil dari
pemeriksaan pemeriksaan Langkah II di dapatkan diagnose
kebidanan
1) Diagnose Kebidanan
Ny…….Umur…..P…A…Postpartum…Jam...Hari....minggu….
2) Masalah
Ibu mengalami produksi ASI sedikit dan kurang

24
3) Kebutuhan
Melakukan pijat oksitosin pada payudara ibu

c) Antisipasi masalah atau diagnosa potensial


Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang
sudah di lakukan dan di identifikasi.Mengidentifikasi masalah atau
diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa
yang sudah di identifikasi. Membutuhkan antisipasi, bila mungkin di
lakukan pencegahan. Penting untuk melakukan asuhan yang aman.
Pada kasus ibu post partum yang mengalami produksi ASI sedikit
tidak dilakukan antisipasi masalah atau diagnosa potensial karena
antisipasi masalah atau diagnosa potensial hanya di lakukan pada
kasus kegawatdaruratan

d) Tindakan segera atau kolaborasi


Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
untuk di konsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesai kondisi klien. Langkah ke empat
mencerminkan kesinambungan dari proses manjemen kebidanan.
Pada kasus ibu post partum yang mengalami produksi ASI sedikit
Tidak di lakukan tindakan segera atau kolaborasi karena tindakan
segera atau Kolaborasi (safitri 2013)

e) Perencanaan pada ibu nifas 0-7 hari


Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan
berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum
hamil). Masa nifas
berlangsung kira-kira 6 minggu.1 Periode postpartum adalah masa
dari kelahiran

25
plasenta dan selaput janin (menandakan akhir periode intrapartum)
hingga
kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil
Kunjungan masa nifas dilakukan sedikitnya empat kali untuk
menilai status ibu
dan status bayi baru lahir juga mencegah, mendeteksi, dan
menangani masalah-
masalah yang terjadi.9
Berdasarkan program dan kebijakan teknis kunjungan nifas minimal
dilakukan
sebanyak empat kali untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir
dan untuk
mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang
terjadi(bayhatun 2013)

Pada langkah ini di rencanakan asuhan yang menyeluruh di tentukan


oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah
diidentifikasi atau di antisipasi, pada langkah ini reformasi / data
dasar yang tidak lengkap dapat di lengkapi. Rencana asuhan yang
meneluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari
kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari
kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seprti apa
yang di perkirakan akan terjadi berikutnya apakah di butuhkan
penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada
masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial-ekonomi, kultular
atau masalah psikologis.Perencanaan yang di lakukan pada ibu post
partum dengan produksi ASI sedikit yaitu melakukan anamnesa,
pemeriksaan fisik, melakukan pendidikan kesehatan tentang pijat
oksitosin, melakukan dan mengajarkan pijat oksitosin kepada suami
atau keluarga untuk mengatasi masalah ibu dengan produksi ASI
sedikit. rencana asuhan kebidanan yang akan di berikan yaitu pijat
oksitosin yang akan di lakukan pemijatan mulai dari tulang belakang

26
sampai tulang costa ke lima dan ke enam sampai secapula. (Asih,
2018; Rahayu & Yunarsih, 2018).

f) pelaksanaan asuhan sesuai dengan perencanaan


Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah di
uraikan pada langkah ke lima di laksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini bisa di lakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan
oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan
yang lain. Jika bidan tidak melakukannya sendiri ia tetap memikul
tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnnya :
memastikan agar langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana).
Dalam situasi di mana bidan dalam manajemen asuhan bagi klien
adalah beratnggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan
bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan
menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan
klien.Pelaksanaan asuhan pada ibu post partum yang mengalami
produksi ASI sedikit sesuai dengan perencanaan.(Maryunani 2012)

g) Evaluasi
ada langkah ke VII ini di lakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah di berikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan
apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah
diidentifikasi di dalam masalah diagnosa. Rencana tersebut dapat di
anggap efektif jika memang benar dalam pelaksanaannya. Ada
kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang
sebagian belum efektif. Evaluasi pada ibu post partum .
(Khasanah ,2017)

2. Pendokumentasian SOAP

SOAP merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis, dan


tertulis. Metode SOAP dapat di pakai sebagai penyaring inti sari proses
penatalaksanaan kebidanan dalam tujuannya penyediaan dan

27
pendokumentasian asuhan, dan dengan SOAP dapat membantu bidan
dalam mengorganisir pikiran dan asuhan yang menyeluruh. Langkah-
langkah metode SOAP adalah sebagai berikut :

a) Subjektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien


melalui anamnesa, termasuk langkah I dalam manajemen Varney

b) Objektif

c) Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,


hasil (lab dan test diagnostik lain) yang dirumuskan dalam data
fokus untuk mendukung asuhan, termasuk langkah I dalam
manajemen Varney.

d) Assesment

Menggambarkan pendokumentasian hasil dan interpretasi data


subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi: diagnosa/masalah,
antisipasi diagnosal masalah potensial, perlu dilakukan tindakan
segera oleh bidan, konsultasi atau kolaborasi dan atau rujukan,
termasuk langkah II, III dan IV dalam manajemenVarney.

e) Planning

Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan (implementasi)


dan evaluasi perencanaan (evaluation) berdasarkan assesment,
termasuk langkah V, VI dan VII dalam manajemen Varney.

3. Kewenangan Bidan
1. Undang- Undang Republik Indonesia nomor 4 Tahun 2019. Dalam
menjalankan tugas memberi pelayanan kesehatan ibu sebagaimana
dimaksud dalam pasal 46 ayat (1) huruf a, Bidan berwenang.
2. Peraturan menteri kesehatan republik indonesia Nomor 15 tahun 2018
tentang penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional komplementer
menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 13, pasal 20,
ayat (3), pasal 26 ayat (3), dan pasal 65 peraturan pemerintah nomor 103

28
tahun 2014 tentang pelayanan kesehatan tradisional, perlu menetapkan
peraturan menteri kesehatan tentang penyelenggaraan pelayanan
kesehatan tradisional komplementer. Bidan dalam prakteknya sesuai
dengan Kepmenkes No 369 Tahun 2014 tentang standar profesi bidan
salah satunya mengenai standar kompetensi bidan selama persalinan dan
kelahiran yaitu pemberian kenyamanan dalam persalinan seperti
pengurangan nyeri tanpa obat yaitu komplementer alternatif, akupuntur,
pijat, yoga, murotal dzikir, kompres.
3. Jenis pelayanan pengobatan komplementer – alternatif
berdasarkanpermenkes RI, Nomor : 1109/Menkes/Per/2007 adalah:
intervensi tubuh dan pikiran ( mind and body interventions ) : hipnoterapi,
mediasi, penyembuhan spritual, doa dan yoga, sistem pelayanan
pengobatan alternatif: akupuntur, akupresur, naturopati, homeopati,
aromaterapi, ayurved

Faktor yang mempengaruhi


produksi ASI :
Gizi, ketenangan ,jiwa , dan
Masalah dalam produksi ASI pikiran, perawatan
- Ibu merasa khwatir payudara, anatomis
Post partum payudara, paktor fisiologis,
-Ibu merasa takut Dan cemas
pola istirahat, hisapan anak
-Kurangnya pengetahuan ibu dan atau prekuensi,
keluarga penyusuan,berat bayi lahir,
umur kehamilan saat
melahirkan dan konsumsi
roko

- Asuhan kebidanan ibu


post partum Peraturan
Menteri Kesehatan
Pijat Oksitosin Republik Indonesia
Nomor 97 Tahun 2013
Factor social budaya Dalam Pasal 26
-Pelayanan
Komplementer pe2018

Produksi ASI
meningkat

29
BAB III
METODE STUDI KASUS

A. Jenis Studi Kasus


Jenis penelitian yang akan di gunakan dalam studi kasus ini adalah peneliti deskriptif,
dan pendekatan studi kasus penelitian ini ingin melihat kasus

B. lokasi dan Waktu


Studi kasus ini di lakukan di PMB JuhariyahS.ST yang berlokasi di Kp Citereup RT 02/04
Kecamatan Ciruas,Kabupaten Serang-Banten dan Mpelaksaanaan studi kasus ini di mulai dari tanggal 7
Februari-7 Maret 2022

C. Subyek Studi Kasus


Subyek dalam studi kasus ini adalah ibu postpartum 0-7 hari

D. Instrumen Studi Kasus


Pengambilan data dalam studi ini dengan menggunakan format asuhan kebidanan pada ibu nifas

E. Teknik Pengumpulan Data

Adapun tekhnik pengumpulan data dalam studi kasus ini yaitu :

1. Observasi : Metode pengumpulan data melalui suatu pengamatan dengan


menggunakan panca indra maupun alat sesuai format asuhan kebidanan.

2. Wawancara : Proses tanya jawab dengan klien untuk mendapatkan informasi yang
lengkap dan akurat.

3. Pemeriksaan fisik : Pengumpulan data dengan cara melakukan


pemeriksaan kondisi fisik dari klien.

30
F. Alat dan Bahan.
Alat dan bahan dalam pijat oksitosin adalah kursi ,meja bantal, babyoil Atau minyak zaitun,air hangat,
handuk bersih waslap, Waskom dan kain.

G. Etika Studi Kasus


1 .Insitusi

a. mengajukan permohonan pembuatan izin studi pendahuluan,izin penelitian


dan terbit surat No.1301/UF/FIKes/03/LTA/IV/2022
b. Menyerahkan surat izin ke PMB Juchairyah S.ST

2 PMB Juchariyah S.ST

Memberikan surat kepada PMB Juchariyah S.ST ,mendapatkan balasan surat

Dari PMB Juchairyah S.ST No 503/09/PMB Juchariyah S.ST/2022

3.Pasien dank lien

a. mengunjungi pasien

b. melakukan informed consent

c. ibu bersedia di lakukan pijat oksitosin untuk meningkatkan produksi ASI.

31
BAB IV

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian


Pengambilan studi kasus ini di lakukan di PMB Juchariyah ,S.ST Kota Serang Banten Tahun 2022
yang berlokasi di Kp Citereup RT 02/04 Desa Citereup Kec. Ciruas Kota Serang Banten Lokasi ini
sangat strategis karena berada di tengah- tengah lingkungan pemukiman penduduk, karena berada
di pertengahan perumahan dan dekat dengan Puskesmas Ciruas.

B. Tinjauan Kasus
1. Manajmen Kebidanan 7 Langkah Varney Pada Ibu Post Partum Pada Ny E

a. Pengumpulan data dasar

1) Identitas

Nama Ibu :Ny E Nama suami :Tn U

Umur :27 Thn Umur :28 Thn

32
Agama :Islam Agama :Islam

Suku :Sunda Suku :Sunda


Pendidikan :SMA Pendidikan :SMA
Pekerjaan :IRT Pekerjaan Wirausaha

Alamat :Kp Alamat :Kp


Kadikaran Kadikaran
2).Anamnesa Ciruas Ciruas
Tanggal:18 Mei 2022 Pukul :11.00 WIB Oleh:Lia

a) Keluhan:

Ibu mengatakan telah melahirkan anak pertamanya dan belum pernah

Keguguran pada tgl 11 Mei 2022, ibu mengatakan cemaskarena ASI yang

Keluar hanya sedikit dan bayinya tidak mau menyusudan rewel.

b). Riwayat Persalinan Nifas:

(1) Jenis Persalinan: Spontan Indikasi :Tidak ada Tanggal:11 Mei 2022

Pukul :06.05 WIB

(2) Jenis Kelamin : Laki –Laki

BB:3300 gr PB: 51 cm Keadan anak : Bugar

(3) Proses Persalinan

Ketuban pecah :

Spontan Warna air ketuban :

Jernih Kala I:10 Jam 45 menit

Kala II:25 menit

Kala III : 8 menit

Placenta lahir : Lengkap

Kala IV :Perenium :Robekan Drajat 2

Jahitan :Jelujur

Anastesi yang di guanakan : lidocain

(4) Jumlah

33
Pendarahan Kala

Kala 1:50 cc

Kala II : 100 cc

Kala III :150 cc

Kala IV :80 cc

Total 380 cc

(5) Penyulit dan Komplikasi

Tekanan darah tinggi : Tidak Ada

Kejang : Tidak Ada

Infeksi :Tidak

Ada Lain –lain : Tidak Ada

(6) Tindakan /pengobatan pada masa persalinan :

(7) Buang air kecil :4-5 kali / hari

Warna :jernih kekuning- kuningan

Bau : Khas

(8) Buang air besar: 2-3 kali/hari

Warna :Kuning Khas

Bau :Khas

3). Pemeriksaan

a) Keadan Umum : Baik

b) Keadan Emosional : Stabil

c) Tanda –tanda Vital

TD :120/80 Mmhg S :36’5

N :80X/mnt R: 20Xmnt

d) Payudara :Simetris Tidak Ada Kelainan

Kelainan Pembesaran :Normal

Pengeluaran : ASI

e).Uterus
34
TFU : 2 jari di atas simpisis

Kontraksi :Baik

f) Pengeluaran Lochea

Warna : Merah kekuningan Bau : Khas

Jumlah :10 cc Konsistensi :Darah bercampur lendir

g) Prenium : Terdapat jahitan luka laserasi

h) Kandung Kemih : Kosong

i) Ekstrmitas

(1) Atas

Oedema : Tidak Ada

Kekuatan sendi :Kuat Kanan Kiri

(positif) Reflek :Positif+ Kanan Kiri

(positif) Kemerahan :Tidak Ada

Varices : Tidak Ada

Cianosis : Tidak Ada

(2) Bawah

Oedema : Tidak Ada

Kekuatan sendi :Kuat Kanan Kiri

(positif) Reflek :Positif + Kiri Kanan

(positif) Kemerahan :Tidak Ada

Varices :Tidak Ada

Cianosis :Tidak Ada

4).Pemeriksaan Penunjang

Darah :Hb :Tidak di lakukan

Golongan Darah:Tidak di lakukan

Urine : Protein : Tidak di lakukan

Albumin : Tidak di lakukan

Lain – lain : Tidak ada


35
b.Interpretasi Data

1) Diagnosa ibu

Ny E usia 27 thn P1A0 Post partum 7 hari dengan luka laserasi derajat 2

Dasar : ibu mengatakan umur 27 thn melahirkan anak pertama dan belum

Pernah keguguran ibu mengatakan melahirkan 11 mei 2022 pukul 06.05

WIB

2) Masalah : ibu mengatakan merasa cemas karena produksi ASI sedikit

3) Kebutuhan : Melakukan Pijat Oksitosin Untuk Meningkatkan Produksi ASI

a) Antisipasi Masalah atau Diagnosa Potensial

Tidak ada

b) Tindakan Segera atau Kolaborasi


Tidak ada
c) Perencanaan
1) inpormed consent
2) Lakukan pemeriksan fisik pada ibu post partum
3) Jelaskan hasil pemeriksaan
4) Ingatkan ibu untuk menyusui bayinya setiap dua jam sekali atau ondemend
5) Beritahu ibu untuk memberikan ASI ekslusif pada bayi 0-6 bln
6) Berikan konseling kepada ibu tentang nutrisi post partum
7) Ajarkan ibu, suami atau keluarga cara melakukan pijat oksitosin untuk
Meningkatkan produksi ASI
8) Ajarkan ibu cara perawatan luka perenium
9) Beritahu ibu untuk kunjungan ulang
10) Lakukan pendokumentasian
d) Pelaksanaan
1) Melakukan inpormed consent pada ibu
2) Melakukan pemeriksan fisik pada ibu post partum
3) Menjelaskan pada ibu bahwa kondisinya dalam keadan baik
Keadan Umum : baik Kesadaran : composmentis
TTV : TD :120/80 Mmhg S :36,6 N : : 80x/ mnt
R :20 x/ mnt TFU :Tidak Teraba
Pengeluaran pervagina: lochea sanguinolenta ,luka jahitan kering tidak
ada tanda infeksi
4) Mengingatkan ibu untuk menyusui bayinya setiap 2 jam sekali atau secara On demand agar dapat
merangsang ASI untuk keluar
5) Memberitahu ibu untuk memberikan ASI ekslusif pada bayi 0-6 bulan tanpa tambahan makanan
apapun.
6) Memberikan konseling kepada ibu tentang nutrisi post partum seperti ikan buah buahan
7) sayur bayam
36
8) Mengarkan ibu dan suami atau keluarga melakukan cara pijat oksitosin untuk meningkatkan
produksi ASI yaitu :
a) Memasang scerem atau sampiran untuk menutupi tirai.
b) Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir lalu keringkan dengan handuk
bersih .
c) Mengganti pakaian pasien dengan pakaian bukaan belakang .
d) Menyiapkan pasien dalam posisi duduk kea rah belakang (membelakangi bidan )
e) Menyiapkan minyak Zaitun kedalam kom kecil dan melumuri minyak Zaitun ke tangan,
f) Melakukan gerakan Eflurasi (Quadratus Lomburun) pijatan 1-5
g) Melakukan gerakan Eflurasi (Quadratus Lomburun Zigzag ) pijatan 6-10.
h) Melakukan gerakan Eflurasi (Maximus Gleuteus ) pijatan 11-15.
i) Melakukan gerakan Eflurasi ( Spinal Erector ) pijatan 16-20.
j) Melakukan gerakan Eflurasi (Quadratus Lomburun ) pijatan 21-25.
k) Melakukan gerakan Eflurasi (Quadratus Lomburun Zigzag) pijaatan 26-29.
l) Melakukan gerakan Eflurasi ( Quadratus Lomburun ) pijatan 30.
m) Melakukan gerakan petriasi ( meremas membuat hurup T) sebanyak 5x,melakukan gerakan
Friction ( menekan 2 jari di sepanjang kanan dan kiri dari columna vertebralis yang di ukur dari
umbilicus di tarik garis ke tengah ) di putar 30x atau selama 2 menit (pijat oksitosin = point
inti ), melakukan gerakan vibration ( menggetarkan dari pinggang bahu 2 jari ke kanan ke kiri
dari columna vertebralis) sebanyak 5x, melakukan gerakan Tapotage ( memukul, mencingcang
atau menepuk ) sebanyak 5x, melakukan tekanan menyikat dari arah bahu kearah pinggang
sebanyak 1x.

8) Mengajrkan ibu cara perawatan luka premium yaitu dengan mengganti pembalut

n) Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang


o) Mekakukan pendokumentasian

g. Evaluasi

1) Ibu bersedia untuk di lakukan pemeriksaan

2) Pemriksan fisik sudah di lakukan

Keadan Umum:baik Kesadaran : Composmentis

TTV:Rd:120/70 Mmhg N:80x/menit R:23x/ menit TFU : tidak teraba

Pengeluaran pervagina :locheasanguinolenta,luka jahitan kering tidak ada tanda infeksi

3) Ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan

4) Ibu bersedia untuk menyusui bayinya setiap 2 jam sekali atau secara

Ondemand

5) Ibu akan memberikan ASI pada bayinya

6) Ibu mengerti tentang konseling nutrisi yang baik untuk ibu post partum

37
7) Suami dan keluarga dapat melakukan pijat oksitosin

8) Ibu mengerti bagai mana cara perawatan luka premium yg baik dan benar

9) Ibu bersedia kunjungan ulang tgl 16 Mei 2022

10) Pendokumentasian sudah di lakukan

2. Metode Pendokumentasian SOAP Pada Ibu Nifas

a. Pendokumentasian SOAP Kunjungan Pertama

Hari / tanggal :18 Mei 2022

Pukul : 10.00 WIB

1) Subjektif:
Ibu mengatakan air susu yang keluar hanya sedikit dan ibu cemas dengan keadannya karena tidak
bisa menyusui bayinya, ibu mengatakan bayinya BAK kurang lebih 4 kali.
2) Objektif:
a) Keadan umum : baik,
Kesadaran :composmentis
Keadan emosional:Stabil
b) TTV: TD :120/80 Mmhg , S:36,5
N :80X/menit R : 23X/menit,
c) Pemeriksaan payudara : normal, pengeluaran ASI sedikit
Sebelum di lakukan pemijatan : 0,2 cc
Sesudah di lakukan pemijatan :0,3 cc
d) TFU : Tidak Teraba
Pengeluaran pervaginam : lochea sanguinolenta, luka jahitan kering tidak ada tanda infeksi
3) Assessment
Ny E usia 27 thn P1A0Post Partum Hari ke 7 dengan laserasi derajat dua
Masalah : ibu mengatakan merasa cemas karena produksi ASI nya sedikit
Kebutuhan :melakukan pijat oksitosin
4) Planning :
a) Melakukan informant consend pada ibu
Ibu bersedia untuk di lakukan pemeriksaan
b) Melakukan pemeriksan fisik pada ibu post partum
Pemeriksan fisik sudah di lakukan
c) Menjelaskan pada ibu dan keluarga hasil Pemriksan fisik
Ibu dan keluarga sudah mengetahui
d) Mengingatkan ibu untuk menyusui bayinya setiap dua jam sekali atau secara On demand agar
dapat merangsang ASi untuk keluar
Ibu sudah mengerti
e) Memberitahu ibu untuk memberikan ASI Ekslusif pada bayi 0-6 bulan tanpa tambahan
makanan apapun.
Ibu akan memberikan ASI Ekslusif

f). Memberikan konseling pada ibu tentang nutisi post partum seperti ikan buah buahan
38
Ibu mengerti tentang nutrisi yg baik

g) Mengajarkan ibu cara perawatan luka perenium

Ibu mengerti cara perawatan luka perenium


f) Melakukan pendokumentasian
Pendokumentasian sudah di lakukan

b. Pendokumentasian SOAP Kunjungan Kedua

Hari / Tanggal :19 Mei 2022

Pukul :10.00 wib

1) Subjektif :
ibu mengatakan terasa rilexs setelah di lakukan pemijatan oksitosin,ibu mengatakan ASI yang
keluar masih sama dengan hari pertama ibu mengatakan mengkonsumsi sayur bayam dan ibu
mengatakan bayinya BAK kurang lebih 6 kali.
2) Objektif :
a) Keadan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Keadan emosional:Stabil
b) TTV:TD :120/60 Mmhg S;36,6
N :80x/menit R :19x/menit,
c) Pemeriksaan payudara : normal, pengeluaran ASI sedikit
sebelum di lakukan pemijatan :0,3 cc
sesudah di lakukan pemijatan :0, 4 cc
d) TFU : Tidak teraba
Pengeluaran pervagina : lochea sanguinolenta, luka jahitan kering tidak ada tanda infeksi
3) Assesment
Ny E usia 27 tahun P1A0 Post Partum Hari ke 8 dengan laserasi drajat dua
Masalah : ibu mengatakan merasa cemas karena produksi ASI nya sedikit
Kebutuhan :melakukan pijat oksitosin
4) Planinning :
a) Melakukan informad consend pada ibu
Ibu bersedia untuk di lakukan pemeriksaan
b) Melakukan pemeriksaan fisik pada ibu post partum
Pemeriksan fisik sudah di lakukan
c) Menjelaskan pada ibu dan keluarga hasil Pemriksan fisik
Ibu dan keluarga sudah mengetahui
d) Mengingatkan ibu untuk menyusui bayinya setiap dua jam sekali atau secara On
39
demend agar dapat merangsang ASI untuk keluar
Ibu sudah mengerti
e) Memberitahu ibu untuk memberikan ASI Ekslusif pada bayi 0-6 bulan tanpa
tambahan makanan apaun.
Ibu akan memberikan ASI Ekslusif

f). Memberikan konseling pada ibu tentang nutisi post partum seperti ikan buah buahan

Ibu mengerti tentang nutrisi yg baik

g) Mengajarkan ibu cara perawatan luka perenium

Ibu mengerti cara perawatan luka perenium


h) Melakukan pendokumentasian

Pendokumentasian sudah di lakukan

c. Pendokumentasian SOAP Kunjungan Ketiga


Hari/Tanggal :20 Mei 2022
Pukul :10.00 WIB
1) Subjektif:
Ibu mengatakan payudara belum terasa kencang atau penuh sebelum disusukan ibu mengatakan
ASI belum lancer tetapi ASI yang keluar sudah banyak dari hari yang sebelumnya
Ibu mengatakan masih mengkonsumsi sayuran
2) objektif
a) kadan umum : baik
kesadaran : composmentis
kesadaran Emosional :Stabil
b) TTV :TD:120/90Mmhg S:36,5
N :80x/menit R : 20x/ menit R : 20x/ menit
c) Pemeriksaan payudara : normal , pengeluaran ASI lebih banyak dari sebelumnya
Sebelum dilakukan pemijatan :0,3 cc
Sesudah dilakukan pemijatan : 0,4 cc
d) TFU :Tidak Teraba
Pengeluaran pervaginam:lochea sanguinolenta ,luka jahitan kering tidak ada infeksi
3) Assessment
Ny E usia 27 tahun P1A0 Post Partum hari ke 10 laserasi derajat dua
Masalah :ibu mengatakan merasa cemas karena ASI nya sedikit
Kebutuhan :melakukan pijat oksitosin

4). Planning :

a) Melakukan informed consend pada ibu

Ibu bersedia untuk dilakukan pemeriksaan

b) Menjelaskan pada ibu dan keluarga hasil Pemriksan fisik

40
Ibu dan keluarga sudah mengetahui
c) Mengingatkan ibu untuk menyusui bayinya setiap dua jam sekali atau secara On
demend agar dapat merangsang ASI untuk keluar

Ibu sudah mengerti

d) Memberitahu ibu untuk memberikan ASI Ekslusif pada bayi 0-6 bulan tanpa tambahan
makanan apapun

Ibu akan memberikan ASI Ekslusif

e) Memberikan konseling pada ibu tentang nutisi post partum seperti ikan buah buahan

Ibu mengerti tentang nutrisi yg baik

f) Mengajarkan ibu cara perawatan luka perenium

Ibu mengerti cara perawatan luka perenium


g) Melakukan pendokumentasian
b) Pendokumentasian sudah di lakukan

d. Pendokumentasian SOAP Kunjungan Keempat


Hari /tanggal : 21 Mei 2022
Pukul :10.00 wib
1) Subjektif
Ibu mengatakan payudara mulai terasa kencang atau lebih penuh sebelum disusukan,

Ibu mengatakan ASI sudah mulai banyak


Ibu mengatakan masih mengkonsumsi sayur bayam ibu mengatakan bayinya BAK lebih dari 6
kali.
2) Objektif :
a) Keadan umum : Baik,
Kesadaran :Composmentis
Keadan Emosional : Stabil,
b) TTV:TD:120/80Mmhg S:36,5,
R:23x/menit , R:20x/menit ,
c) Pemeriksaan payudara : normal, pengeluaran ASI lebih banyak
Seelum di lakukan pemijatan : 0,5 cc

Sesudah dilakukan pemijatan : 0,7cc


d) TFU:Tidak Teraba
Pengeluaran pervaginam : lochea sanguinolenta, luka jahitan kering tidak ada tanda infeksi
3) Assessment
Ny E usia 27 tahun P1A0 Post Partum Hari ke 11 dengan laserasi derajat dua
Masalah :ibu mengatakan merasa cemas karena ASI nya sedikit
Kebutuhan :melakukan pijat oksitosin
Planning :
41
a) Melakukan informed consend pada ibu
Ibu bersedia untuk dilakukan pemeriksaan
b) Menjelaskan pada ibu dan keluarga hasil Pemriksan fisik
Ibu dan keluarga sudah mengetahui
c) Mengingatkan ibu untuk menyusui bayinya setiap dua jam sekali atau secara On
demand agar dapat merangsang ASi untuk keluar
Ibu sudah mengerti
d) Memberitahu ibu untuk memberikan ASI Ekslusif pada bayi 0-6 bulan tanpa
tambahan makanan apapun.
Ibu akan memberikan ASI Ekslusif

e) Memberikan konseling pada ibu tentang nutisi post partum seperti ikan buah

buahan sayur bayam

Ibu mengerti tentang nutrisi yg baik

f) Mengajarkan ibu cara perawatan luka perenium

Ibu mengerti cara perawatan luka perenium


g) Melakukan pendokumentasian

Pendokumentasian sudah di lakukan

e. Pendokumentasian SOAP Kunjungan Kelima


Hari/ tanggal :22 Mei 2022
Pukul :10.00 WIB
1) Subjektif:
Ibu mengatakan ASI yang keluar lebih banyak dan ketika bayi menyusui pada payudara
sebelah kanan payudara sebelah kiri mengeluarkan ASI .ibu mengatakan BAK lebih dari 8 kali.
2) Objektif :
a) Keadan umum : baik
Kesadaran :composmentis
Kesadaran emosional :Stabil
b) TTV :TD:120/80 Mmhg, N:80x/menit
R: 23x/menit S:36,6
c) Pemeriksaan payudara : normal ,pengeluaran ASI lebih banyak dari sebelumnya
Sebelum di lakukan pemijatan :0,8cc
Sesudah di lakukan pemijatan :0,9 cc
d) TFU :Tidak Teraba
Pengeluaran pervaginam : lochea sanguinolenta ,luka jahitan kering tidak ada infeksi
3) Assesment
Ny E usia 27 tahun P1A0 Post Partum hari ke 12 dengan laserasi drajat dua
Masalah :ibu mengatakan merasa cemas karena ASI nya sedikit
Kebutuhan :melakukan pijat oksitosin
4) Planning :
42
a) Melakukan informad consent pada ibu
Ibu bersedia untuk di lakukan pemeriksaan
b) Menjelaskan pada ibu dan keluarga hasil Pemriksan fisik
Ibu dan keluarga sudah mengetahui
c) Mengingatkan ibu untuk menyusui bayinya setiap dua jam sekali atau secara On
demand agar dapat merangsang ASi untuk keluar
Ibu sudah mengerti
d) Memberitahu ibu untuk memberikan ASI Ekslusif pada bayi 0-6 bulan tanpa
tambahan makanan apapun.
Ibu akan memberikan ASI Ekslusif

f). Memberikan konseling pada ibu tentang nutisi post partum seperti ikan buah buahan

Ibu mengerti tentang nutrisi yg baik

g) Mengajarkan ibu cara perawatan luka perenium

Ibu mengerti cara perawatan luka perenium


h) Melakukan pendokumentasian

Pendokumentasian sudah di lakukan

g. Pendokumentasian SOAP Kunjungan

Keenam Hari/ tanggal :23 Mei 2022


Pukul :10.00 WIB
1) Subjektif :
Ibu mengatakan ASI yang keluar lebih banyak dan ketika bayi menyusui pada payudara
sebelah kanan payudara sebelah kiri mengeluarkan ASI .ibu mengatakan BAK lebih dari 9 kali.

2). Objektif :

a) Keadan umum : baik


Kesadaran :composmentis
Kesadaran emosional :Stabil
b) TTV :TD:120/80 Mmhg, N:80x/menit
R: 23x/menit S:36,6
c) Pemeriksaan payudara : normal ,pengeluaran ASI lebih banyak dari sebelumnya
Sebelum di lakukan pemijatan :0,8cc
Sesudah di lakukan pemijatan :1cc
d) TFU :Tidak Teraba
Pengeluaran pervaginam : lochea sanguinolenta ,luka jahitan kering tidak ada infeksi

3). Assesment :

Ny E usia 27 tahun P1A0 Post Partum hari ke 13 dengan laserasi drajat dua
Masalah :ibu mengatakan merasa cemas karena ASI nya sedikit
Kebutuhan :melakukan pijat oksitosin
43
4). Planning :

a) Melakukan informad consent pada ibu


Ibu bersedia untuk di lakukan pemeriksaan
b) Menjelaskan pada ibu dan keluarga hasil Pemriksan fisik
Ibu dan keluarga sudah mengetahui
c) Mengingatkan ibu untuk menyusui bayinya setiap dua jam sekali atau secara On
demend agar dapat merangsang ASI untuk keluar
Ibu sudah mengerti
d) Memberitahu ibu untuk memberikan ASI Ekslusif pada bayi 0-6 bulan tanpa
tambahan makanan apapun.
Ibu akan memberikan ASI Ekslusif

e) Memberikan konseling pada ibu tentang nutisi post partum seperti ikan buah

buahan sayur bayam

Ibu mengerti tentang nutrisi yg baik

f) Mengajarkan ibu cara perawatan luka perenium

Ibu mengerti cara perawatan luka perenium


g) Melakukan pendokumentasian

Pendokumentasian sudah di lakukan

. Pendokumentasian SOAP Kunjungan Ketujuh

Hari/ tanggal :24 Mei 2022


Pukul :10.00 WIB
2) Subjektif :
Ibu mengatakan ASI yang keluar lebih banyak dan ketika bayi menyusui pada payudara
sebelah kanan payudara sebelah kiri mengeluarkan ASI .ibu mengatakan BAK lebih dari 8 kali.

2). Objektif :

a) Keadan umum : baik


Kesadaran :composmentis
Kesadaran emosional :Stabil
b) TTV :TD:120/80 Mmhg, N:80x/menit
R: 23x/menit S:36,6
c) Pemeriksaan payudara : normal ,pengeluaran ASI lebih banyak dari sebelumnya
Sebelum di lakukan pemijatan :0,8cc
Sesudah di lakukan pemijatan :1cc
d) TFU :Tidak Teraba
Pengeluaran pervaginam : lochea sanguinolenta ,luka jahitan kering tidak ada infeksi

3). Assesment :

Ny E usia 27 tahun P1A0 Post Partum hari ke 14 dengan laserasi drajat dua
44
Masalah :ibu mengatakan merasa cemas karena ASI nya sedikit
Kebutuhan :melakukan pijat oksitosin

4). Planning :

a) Melakukan informad consent pada ibu


Ibu bersedia di lakukan pemeriksaan
b) Menjelaskan pada ibu dan keluarga hasil Pemriksan fisik
Ibu dan keluarga sudah mengetahui
c) Mengingatkan ibu untuk menyusui bayinya setiap dua jam sekali atau secara On
demend agar dapat merangsang ASI yang keluar

Ibu sudah mengerti

d) Memberitahu ibu untuk memberikan ASI Ekslusif pada bayi 0-6 bulan tanpa tambahan
makanan apupun.

Ibu akan memberikan ASI Ekslusif

e). Memberikan konseling pada ibu tentang nutisi post partum seperti ikan buah buahan

Ibu mengerti tentang nutrisi yg baik

f) Mengajarkan ibu cara perawatan luka perenium

Ibu mengerti cara perawatan luka perenium

g) Melakukan pendokumentasian

Pendokumentasian sudah di lakukan

C.Pembahasan

1. Pengumpulan data dasar


a. Teori

Langkah ini di lakukan dengan melakukan pengkajian melalui proses


pengumpulan data yang di perlukan untuk mengevaluasi keadaan pasien secara lengkap,
seperti riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, sesuaikebutuhan peninjauan catatan terbaru atau
sebelumnya, data labolatorium dan membandingkan dengan hasil studi. Semua data di
kumpulkan dari sumber yang berhubungan dari kondisi pasien.
Rendahnya cakupan ASI eksklusif di karenakan kurang nya pengetahuan ibu,
faktor sosial budaya, kurangnya informasi tentang ASI eksklusif dan konseling laktasi dari
tenaga kesehatan (Ambarwati, Muis dan Susantini, 2013)
Pada ibu post partum TD:120/80 Mmhg N: 80x / menit R:23x/menit TFU :2 jari di
atas simpisis
45
Pada kasus ibu post partum Ny E di dapatkan data subjektif ibu mengatakan ASI
yang keluar hanya sedikit dan ibu merasa dirinya tidak mempunyai kecukupan produksi ASI
untuk memenuhi kebutuhan bayi nya

Sedangkan data objektif di dapatkan Keadaan umum: baik, kesadaran :


composmentis, keadaan emosional : stabil, TD : 120/80mmhg, suhu : 36,6 C, Nadi : 80
x/menit Respirasi : 20 x/menit, pemeriksaan mata : konjungtiva : tidak pucat, seclera : tidak
ikterik, wajah: tidak pucat, pengeluaran ASI : normal, tetapi ASI yang keluar hanya sedikit,
tinggi fundus 2 jari di atas simpisis, lochea sanguinolenta, luka jahitan sudah kering, tidak ada
tanda tanda infeksi.
Pada kasus Ny E dengan masalah produksi ASI sedikit dan ibu merasa dirinya tidak
mempunyai kecukupan produksi ASI untuk memenuhi kebutuhan bayi nya Hal ini sejalan
dengan penelitian Ambarwati dalam Rahayu (2018) menyebutkan bahwa rendahnya praktik
pemberian ASI eksklusif di sebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu, factor social
budaya, kurangnya

informasi tentang ASI ekslusif dan konseling laktasi dari tenaga kesehatan serta maraknya
promosi susu formula. Ketidak cukupan Produksi ASI adalah alasan utama ibu untuk
menghentikan pemberian ASI karena ibu merasa dirinya tidak mempunyai kecukupan
produksi ASI untuk memenuhi kebutuhan ASI nya dan mendukung kenaikan berat badan
bayi.

Pada langkah tersebut sesuai dengan teori yang ada sehingga dapat di simpulkan bahwa
dalam langkah pengkajian data dasar tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek di
lapangan.

2. Interpretasi data
Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi data secara benar terhadap
diagnosa atau masalah. Masalah dapat di temukan berdasarkan interpretasi yang benar
terhadap data dasar maka akan terpikirkan perencanaan yang di butuhkan terhadap masalah

Berdasarkan hasil pada kasus Ny E usia 27 tahun P1A0 post partum hari ke 7
dengan masalah produksi ASI sedikit, ibu mengatakan melahirkan satu kali belum pernah
keguguran. ibu mengatakan melahirkan tanggal 11 Mei 2022 pukul 06.05 WIB. Dalam
menentukan diagnosa kebidanan tersebut di tandai dengan adanya data subjektif dan data
objektif.

46
Menurut hasil penelitian suradi, 2008 dalam Suryani, Emi dan Endah Kh widhi astuti
2013 di berikan Intervensi dengan pijat oksitosin kemudian di ukur kelancaran ASI dengan
indicator berat badan bayi, frekuensi BAK perhari dan seringnya bayi menyusu serta lama
tidur bayi setelah menyusu (Suradi,2008)

Adapun masalah pada kasus ini adalah produksi ASI kurang, kebutuhan yang di berikan
adalah pijat oksitosin untuk meningkatkan produksi ASI.

3. Antisipasi masalah atau diagnosa potensial

Langkah ini di lakukan dengan mengidentifikasi masalah atau diagnosa


potensial yang lain berdasarkan masalah yang di temukan. Langkah ini membutuhkan
antisipasi pencegahan atau membutuhkan tindakan segera.
Dengan mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial atau yang akan
terjadi berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah ada dan merumuskan tindakan apa
yang perlu di berikan untuk mencegah dan menghindari masalah diagnosa potensial yang
akan terjadi.
Pada kasus Ny E tidak terdapat diagnosa potensial yang akan terjadi. Pada kasus
Ny N dengan masalah produksi ASI sedikit, cukup dengan melakukan tindakan pijat oksitosin
hal ini sejalan dengan teori yang menyebutkan bahwa produksi ASI di pengaruhi oleh adanya
hormon prolaktin yang membuat ASI tersedia bagi bayi. Dalam mensekresikan ASI di
butuhkan adanya rangsangan hormone oksitosin untuk menghasilkan kontraksi myoepithel
agar terjadi reflex prolactin(Sulistyawati, 2009).
Pada langkah ini bahwa tindakan yang di lakukan sesuai dengan teori sehingga dapat
mengatasi masalah tersebut.
4. Tindakan segera atau kolaborasi

Tahap ini di lakukan bidan dalam melakukan identipikasi dan menetapkan


beberapa kebutuhan setelah antisipasi masalah atau diagnosa potensial. Kegiatan bidan pada
tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi, rujukan.

Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter segera
melakukan konsultasi atau melakukan penanganan bersama dengan anggota tim kesehatan
yang sesuai dengan kondisi pasien. Pada kasus Ny E tidak di lakukan tindakan segera atau
kolaborasi di karenakan kasus ini bukan kasus kegawatdaruratan.

47
pada kasus Ny. E usia 27 tahun P1A0 Postpartum hari ke 7 dengan masalah produksi
ASI sedikit tidak di membutuhkan tindakan segera atau kolaborasi. Cukup melakukan
tindakan untuk mengatasi masalah produksi ASI kurang dengan tindakan non farmakologi
yaitu melalui tindakan pijat oksitosin.

Hal ini sejalan dengan teori Pengeluaran ASI dapat di percepat dengan tindakan non
farmakologi yaitu melalui pijat oksitosin yang di lakukan dengan cara memijat area sekitar
punggung (vertebra pars thoratica) untuk merangsang keluarnya ASI, sehingga ibu akan
merasa puas, bahagia, percaya diri, karena bisa memberikan ASI pada bayinya, memikirkan
bayinya dengan penuh kasih sayang dan perasaan positif lainnya akan membuat reflek
oksitosin bekerja (Asih&Risneni, 2016).

Pada langkah ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek sesuai dengan kasus
yg.ada di lapangan

5. Perencanaan
Perencanaan di susun sesuai dengan diagnosa kebidanan keputusanyang di
lakukan berdasarkan persetujuan oleh bidan dan pasien

Pada kasus ibu postpartum Ny E Usia 27 Tahun rencana asuhan yang di buat
adalah beritahu ibu untuk menyusui bayinya setiap 2 jam sekali atau secara on demand,
beritahu ibu untuk tidak banyak pikiran, beritahu suami atau keluarga untuk memberikan
dukungan kepada ibu, beritahu ibu untuk di Berikan pijat oksitosin setiap hari.

Hal ini sejalan dengan teori hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mamae
melalui ductus lactiferusmenuju sinus lactiferus menghasilkan reflex pelepasan atau letdown
reflex yang di peroleh dari hisapan bayi (Sulistiyawati, 2009) reflex oksitosin

ini di pengaruhi oleh jiwa ibu. Jika ada rasa cemas, stress dan ragu yang terjadi, maka
pengeluaran ASI bisa terhambat. ( kodrat,2012)

Pengeluaran ASI dapat dipercepat dengan tindakan non farmakologi yaitu melalui pijat
oksitosin yang dapat dilakukan dengan cara memijat area disekitar punggung (vertebra pars
thoratica) untung merangsang keluarnya ASI, sehingga ibu akan merasakan puas, bahagia,
percaya diri, karena bisa memberikan ASI pada bayinya, memikirkan bayi nya dengan penuh
kasih sayang dan perasaan positif lainnya akan membuat reflek oksitosin bekerja (Asih
&Risneni, 2016). Keberhasilan menyusui ibu perlu mendapat dukungan dari suami dan peran
keluarga juga membantu terhadap keberhasilan dalam memberikan ASI (Khasanah, 2011).
48
Pada langkah ini sudah sesuai dengan teori jadi pada dasarnya dapat di simpulkan bahwa
pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan

6. Pelaksanaan

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana sebelumnya baik
berdasarkan masalah pasien, atau diagnosa yang di tegakan. Pelaksanaan ini dapat di lakukan
oleh bidan secara mandiri ataupun kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.

Pada langkah ini di rencanakan asuhan yang menyeluruh di tentukan oleh


langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap
diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau di antisipasi, pada langkah ini reformasi /
data dasar yang tidak lengkap dapat di lengkapi.

Pada kasus Ny E pelaksanaan yang di laksanakan yaitu memfasilitasi informed


consent, melakukan anamnesa pada ibu, memberitahu ibu hasil pemeriksaan, melakukan
pemijatan untuk meningkatkan produksi ASI di mulai dari sepanjang tulang belakang
(vertebre) sampai ke tulang costa ke lima – keenam dan

merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan


oksitosin setelah melahirkan.

Hal ini sejalan dengan penelitian Wijayanti & Setianingsih,


2018 responden yang di lakukan pijat oksitosin, proses menyusui
akan lebih efektif karena dengan melakukan pemijatan pada
sepanjang daerah tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae
kelima- keenam akan membuat ibu merasa rileks dan nyaman serta
dapat merangsang produksi hormon prolaktin dan oksitosin setelah
melahirkan, sehingga produksi ASI akan semakin banyak dan
lancar.

Pada langkah ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan


praktek sesuai dengan yang ada di lapangan.

7. Evaluasi
Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan yakni
dengan melakukan evaluasi dari perencanaan mampu pelaksanaan
yang di lakukanbidan

49
Hasil Evaluasi pada kasus Ny E dengan masalah produksi ASI
kurang sudah di lakukan kunjungan nifas selama 7 kali. Hari
pertama kunjungan yaitu pada tanggal 18 Mei 2022 sebelum di
lakukan pijat oksitosin pengeluaran ASI ibu yaitu 0, 2 cc dan
setelah di lakukan pemijatan 0,3 cc kemudian di lakukan kunjungan
hari ke 2 yaitu pada tanggak 19 Mei 2021 sebelum di lakukan pijat
oksitosin 0,3 cc dan setelah di lakukan pemijatan oksitosin 0,4 cc
kemudian di lakukan kunjungan hari ke 3 yaitu tanggal 20 Mei
2022 sebelum di lakukan pijat oksitosin 04 cc dan setelah di
lakukan pijat oksitosin kemudian di lakukan pemijatan hari ke 4
pada tanggal 21 Mei 2022 sebelum di lakukan pijat oksitosin 0,7 cc
kemudian di lakukan pemijatan oksitosinhari ke 5 tanggal 22 Mei
2022 sebelum di lakukan pijat oksitosin 0.7 cc dan setelah di
lakukan pijat oksitosin 0,9 Cc. Kemudian di lakukan pemijatan
oksitosin hari ke 6 tanggal 23 Mei 2022 sebelum di lakukan pijat
oksitosin 0,9 cc dan setelah di lakukan pijat oksitosin 1,cc
kemudian di lakukan pemijatan oksitosin hari ke 7 tanggal 24 Mei
2022 sebelum di lakukan pijat oksitosin 1, cc dan sesudah di
lakukan pijat oksitosin 1,2 cc

Hal ini sesuai dengan penelitian yang di lakukan oleh


kurniawati pada tahun 2014 membuktikan bahwa ibu post partum
yang di berikan massage di daerah punggung mulai dari batas leher
sampai batas bawah scapula di sekitar ruas tulang belakang selama
15 menit dapat meningkatkan kadar oksitosin dari prolaktin dalam
darah. Penelitian yang di lakukan oleh Suryani tahun 2015 di mana
frekuensi BAK bayi pada hari pertama setelah lahir adalah 6 kali
dalam 24 jam, pada minggu ke dua 8 kali dalam 24 jam, sehingga
hasil penelitiannya menunjukan ada peningkatan frekuensi BAK
setelah di berikan pijat oksitosin pada minggu ke dua.

Jadi dapat di simpulkan bahwa pada langkah evaluasi sudah


sesuai dengan perencanaan yang di buat sehingga tidak ada
kesenjangan antara teori dan tindakan.
8. Metode Pendokumentasian SOAP

50
Langkah ini sebagai pengecekan apakah rencana asuhan tersebut
efektif. Dalam pendokumentasian atau catatan asuhan kebidanan di
terapkan dalam bentuk SOAP.
a. Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data
klien melalui anamnesis sebagai langkah 1 varney

Subjektif : Ibu mengatakan ASI yang keluar lebih banyak dan


ketika bayi menyusi pada payudara sebelah kanan payudara
sebelah kiri mengeluarkan ASI. ibu mengatakan bayinya BAK
lebih dari 8 kali.

b. Objektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik


klien, hasil laboratorium dan uji diagnosa lain yang di rumuskan
dalam data focus untuk mendukung asuhan sebagai langkah 1
varney.

Objektif :

Keadaan umum : Baik, Kesadaran : Composmentis,

keadaan Emosional : Stabil

TTV : TD : 120/80 MmHg,

S : 36,6 °C,
N : 80 x/menit,R : 20 x/menit,
Pemeriksaan payudara : normal, pengeluaran ASI lebh banyak
darisebelumnya

Sebelum di lakukan pemijatan :0,7 cc Setelah di lakukan


pemijatan :1,2 cc

TFU: Tidak Teraba

pengeluaran pervaginam : lochea sanguinolenta, luka jahitan


kering tidakada tanda infeksi

c. Assesment

51
Mendengarkan pendokumentasian hasil analisis dan
interoretasi data subjektif dan objektif dalam satu identifikasi:
1) Diagnosis masalah
2) Antisipasi diagnosis atau masalah diagnosis atau masalah
diagnosis potensial
3) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter,
konsultasi atau kolaborasi, rujukan langkah 2, 3 dan 4
varney.
Assesment : Ny E usia 27 tahun P1A0 Post Partum Hari ke 10

d. Planning

Menggambarkan pendokumentasian dan tindakan dan evaluasi


perencanaan berdasarkan Assesment sebagai langkah 5,6, dan 7
varney.

Adapun perencanaan pada planning dan evaluasi pada kasus


Ny E usia 27 tahun P1A0 Post Partum Hari ke 10 yaitu :

1) Melakukan informant consend

Ibu bersedia untuk di lakukan pemeriksaan

2) Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga


yaitu Keadaan Umum : baik, Kesadaran : composmentis,
Keadaan emosional : stabil,
TTV : Td : 120/80 MmHg, S : 36,6 °C,
N : 80 x/menit, R :20 x/menit,
pengeluaran ASI sedikit,
TFU: Tidak Teraba.
Pengeluaran pervaginam : lochea sanguinolenta, luka
jahitan kering tidak ada tanda infeksi

Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan


3) Memberitahu ibu untuk menyusui bayinya setiap dua jam
sekali atau secara on demand
Ibu mengerti

52
4) Memotivasi suami dan keluarga untuk tetap melakukan
pijat oksitosin
Suami dan keluarga mengerti

5) Melakukan pijat oksitosin

Sudah di lakukan pijat oksitosin dan ibu merasa lebih rilexs

6) Memberitahu ibu untuk menggunakan alat kontrasepsi


yang tidak mengganggu ASI
Ibu akan menggunakan alat kontrasepsi

7) Melakukan pendokumentasian
Pendokumentasian sudah di lakukan

53
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada penyusunan karya tulis ilmiah yang berjudul “ Efektivitas Pijat


Oksitosin 0-7 Hari Terhadap Peningkatan Produksi ASI Pada Ibu Post
Partum di PMB Juchairyah S,ST. 2022” Merujuk pada 7 langkah
varney dan pendokumentasian SOAP dapat di tarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pengumpulan data dasar pada Ibu Post Partum di PMB Juchairyah
S,ST. tahun 2022 tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
praktek
2. Interpretasi data di PMB Juchairyah S,ST. tahun 2022 tidak
terdapat kesenjangan antara teori dan praktek
3. Antisipasi masalah atau diagnosa potensial yang di lakukan di PMB
Juchairyah S,ST. tahun 2022 tidak terdapat kesenjangan antara
teori dan praktek.
4. Tindakan segera atau kolaborasi di PMB Juchairyah S,ST. tahun
2022 di lakukan tindakan 7 kali mulai tanggal 18-24 Mei 2022 tidak
terdapat kesenjangan antara teori dan praktek
5. Perencanaan asuhan yang di lakukan di PMB Juchairyah S,ST.
tahun 2022 tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek
6. Pelaksanaan asuhan yang di lakukan di PMB Juchairyah S,ST. tahun
2022 tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek

54
7. Evaluasi yang di lakukan di PMB Juchairiyah S,ST. tahun 2022 tidak
terdapat kesenjangan antara teori dan praktek
8. Pendokumentasian SOAP yang di lakukan di PMB Juchayriah S,ST
Tahun 2022.

B. SARAN

1. Teoritis
Bagi institusi pendidikan, penelitian ini di harapkan dapat di jadikan
sebagai bahan pustaka tambahan bagi Universitas Faletehan serang
khususnya Program Studi DIII Kebidanan.
2. Aplikatif Dan untuk PMB Juchairiyah S,ST. Pijat Oksitosin Dapat Digunakan Semua
Ibu Post Partum

Memberikan pengetahuan dan informasi kepada ibu yang sedang


menjalani masa nifas tentang cara pijat oksitosin dalam upaya untuk
meningkatkan produksi ASI yang kurang

55
DAFTAR PUSTAKA
Ningsih, Y. & Risneni. (2012). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta: Cv :
Trans Info Media

Azim, A Alimul Hidayat. (2015). Metode Penelitian Kesehatan Paradigma


Kuantitatif. Surabaya : Health Books Publishing

Elima, mera. dkk (2014) Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Peningkatan


Produksi ASI Ibu Menyusui Di Puskesmas Plus Mandiangin
@jurnalIpteks Terapan research Applied Science And Education V9.i4
(282-293)

Faridah Umi. (2016). Pijat Oksitosin Untuk Memperlancar ASI Pada Persalinan Di
Kabupaten Kudus @The 4 Th University Researdi Coloqum

Khasanah, N. (2011). ASI atau Susu Formula (N. Sawitri, Ed). Banguntapan
jogjakarta : Flast book. Retrieved from Redaksi. Divapress @yahoo.com

Kholisotin, Muniar Zainal, Yulia Lina Astutik (2019). Pengaruh Pijat Oksitosin
Terhadap Pengeluaran ASI Pada Ibu Post Partum Primipara di Asia
Srikandi IBI @jurnal Keperawatan Profesional, F Kes, Unuja

Kostania, Gita. (2015). Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan Komplementer Pada


Bidan Praktek Mandiri Di Kabupaten Klaten. @GASTER Vpl. XII No. 1
Februari 2016.

56
Kustriyani Menik & Wulandari. (2019). Buku Ajar Post Partum, Menyusui dan
Cara Meningkatkan Produksi ASI. Jawa Timur : Cv. Penerbit Qiara
Medika- pasouran,

Mariana .(2019). Pengaruh Pijat Oksitosin Oleh Suami Terhadap Peningkatan


Produksi ASI Pada Ibu Nifas, @Jurnal Keperawatan Silampari 2 (2)

Maryunani, A. (2014) Insiasi Menyusu Dini, ASI Ekslusif dan Manajemen


Laktasi. Jakarta : Trans Info Media.

Ratuliu, M. (2014). ASI Pintar dan Menyusui. JakartaSelatan : PT Mizan Publika

Sutanto, Andin Vita, & Fitriana Yitu (2016). Asuhan Pada Kehamilan.

Yogyakarta : Pustaka Baru Press

Tonasih, Mutya, Vianty Sari. (2020) Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan
Menyusui, Yogyakarta : K-Medika

Varney, H. (2015). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC

WHO, UNICEF. Breast Feeding Counseling Atraining Course Participants


Manual.

S Nuryati, D Yanti. (2017). Efektifitas Penggunaan Media Sosial


Terhadap Peningkatan Pengetahuan Perawatan Nifas Dan
Kepatuhan Kunjungan Ulang Pada Ibu Nifas Di Kota Bogor. Jurnal
Bidan "Midwife Journal".

57
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Lia
Tempat, Tanggal Lahir : Lebak, 01 Oktober 2000 Agama
: Islam
Status Perkawinan : Belum kawin
Golongan Darah :A
Alamat : Kp.
Pasar Cangketeuk Rt 002 Rw
001 ds.
Batuhideng Kec.Cimanggu

Kab.Pandeglang
No HP :085781783640
E-mail : Lia geoll860@gmail.com

11 RIWAYAT PENDIDIKAN
1. MADRASAH IBTIDAIYAH : Tahun2012-2013
2. SMP : Tahun2015-2016
3. SMA : Tahun2018-2019
4. Universitas Faletehan : Tahun2019-2022

111. RIWAYAT PEKERJAN

1. Tidak Ada
FORMAT BIMBINGAN PROPOSAL

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

TAHUN 2022

Nama : Lia

NIM : 4019041026

Judul : “Efektivitas pijat oksitosin untuk memperlancar ASI di PMB

Juchairiyah S.ST tahun 2022

Pembimbing : Nurseha S, ST.M.Keb.

No Tanggal Kegiatan Paraf pembimbing


bimbingan
1. Sabtu,05 Maret Konsul judul
2022
2. Jumat,01 April Konsul BAB I – BAB
2022 III
3. Kamis,07 April Revisi BAB I – BAB
2022 III
4. Jumat 08 Aril 2022 ACC Seminar Proposal

59
60
61
62
SEBELUM DAN SESUDAH DI LAKUKAN PIJAT OKSITOSIN

Tanggal

Sebelum di lakukan pijat Oktosin Setelah di lakukan pijat Oktosin

63

Anda mungkin juga menyukai