Anda di halaman 1dari 38

HUBUNGAN PIJAT OKSITOSIN PADA IBU NIFAS DALAM MENINGKATKAN

PRODUKSI ASI DI KLINIK PRATAMA KHAIRUNISSA KABUPATEN

MUARO JAMBI TAHUN 2023

PROPOSAL

OLEH :

LILIK SETIYOWATI

22.222.273

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM JALUR TRANSFER


FAKULTAS KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELI TUA
TAHUN 2023
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Proposal : Hubungan Pijat Oksitosin Pada Ibu Nifas Dalam Meningkatkan

Produksi ASI Di Klinik Pratama Khairunissa Kabupaten Muaro

Jambi Tahun 2023

Nama Mahasiswa : Lilik Setiyowati

NPM : 22.222.273

Fakulas : Kebidanan

Program Studi : Kebidanan Program Sarjana Jalur Transfer

Menyetujui

Pembimbing,

Husna Sari, S.K.M, M.Kes

NPP.19911030.201804.2.001

Institut Kesehatan Deli Husada Deli

Tua Fakultas Kebidanan

Dekan,

Peny Ariani, SST., M.Keb

NPP.19890614.202018.2.002

Tanggal Sidang Proposal


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menyusui merupakan hal yang sangat penting bagi seorang ibu untuk buah

hatinya, Karna ASI mempunya banyak nutrisi yang berguna untuk kecerdasan si

bayi. Semua zat yaang terkandung dalam ASI seperti zat putih, Lemak,

Karbohidrat, Vitamin, Mineral, Zat kekebalan, Hormon, Enzim dan Sel darah putih

sangat dibutuhkan oleh bayi untuk tumbuh dan berkembang. Selain itu, ASI juga

bermanfaat membantu melindungi bayi dari penyakit-penyakit seperti Diare,

Deman, Kematian mendadak dan Melindungi terhadap alergi makanan (Khasanah,

2017).

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar ibu dapat menyusui secara

eksklusif yaitu Kesehatan, Dukungan, Istirahat dan Rasa nyaman. Kesehatan ibu

memegang peranan penting dalam produksi ASI. Ibu yang sakit, Akan

mempengaruhi asupan makanan atau kekurangan darah untuk membawa nutrient

yang akan diolah oleh sel-sel acini payudara sehingga menyebabkan produksi ASI

akan menurun (Bahiyatun, 2019).

Dukungan menjadi faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif

yang harus diperhatikan setelah Kesehatan ibu. Menurut (Sudiharto, 2015)

Dukungan Keluarga terutama suami dapat mempengaruhi pemberian ASI eksklusif

kepada bayi. Keluarga memberikan dukungan kepada ibu untuk memberikan ASI

eksklusif selama 6 bulan. Hal ini didukung dengan hasil penelitian Wahyuni

tentang gambaran dukungan suami dalam keberhasilan pemberian ASI eksklusif di

Puskesmas Turi Sleman tahun 2017, Menyimpulkan bahwa ibu yang mendapat

dukungan dari suami mempunyai kecendrungan untuk memberikan ASI eksklusif

dua kali lebih banyak dibanding ibu yang kurang mendapatkan dukungan dari

suaminya.
Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif selanjutnya adalah

rasa nyaman. Setelah ibu melahirkan, Ibu akan mengalami rasa tidak nyaman

diseluruh tubuh, Stres dan khawatir tidak bisa mencukupi kebutuhan ASI untuk

buah hatinya. Hal ini akan menghambat sekresi hormon oksitosin. Pada dasarnya

setelah melahirkan tidak semua ibu mampu secara langsung untuk mengeluarkan

ASI karna ASI diproduksi melalui mekanisme kompleks antara rangsangan saraf,

mekanik serta hormon-hormon termaksud oksitosin (Nora, dkk 2018).

Hormon oksitosin adalah hormon yang berperan dalam pengeluaran ASI.

Apabila sekresi hormon oksitosin terhambat dapat menyebabkan pengeluaran ASI

menjadi tidak lancar. Pengeluaran ASI yang tidak lancar dapat menimbulkan

membengkakan pada payudara, jika tidak segera diatasi akan berdampak lebih

lanjut yaitu dapat menyebabkan mastitis dan infeksi. Beberapa hal yang dapat

dilakukan untuk menginduksi hormon oksitosin dan prolactin yaitu dengan cara

memeras ASI, Melakukan perawatan payudara, Inisiasi Menyusui Dini (IMD),

Frekuensi dan Lama fase menyusui dan yang terakhir bisa dengan melakukan

pemijatan oksitosin (Ummah, 2014).

Pijat Oksitosin adalah pijat disepanjang tulang belakang (vertebre) sampai

tulang costae kelima atau keenam. Pijat ini berfungsi untuk meningkatkan hormon

oksitosin yang dapat merelaksasikan tubuh ibu sehingga ASi pun keluar dengan

sendirinya. Pijat ini merupakan salahn satu terapi yang efektif untuk mengurangi

ketidaknyamanan fisik serta memperbaiki mood. Dengan melalui pemijatan pada

tulang belakang akan merangsang medulla oblogata langsung mengirim pesan ke

hipotalamus untuk mengeluarkan hormon oksitosin. Hormon ini akan menyebabkan

otot-otot halus dikelenjar payudara mengkerut sehingga ASI akan keluar (Roesli,

2012).
Dengan pijat oksitosin ini juga akan merileksasi ketegangan dan

menghilangkan stres. Pijat oksitosin efektif dilakukan 2 kali sehari pada hari

pertama dan kedua postpartum karna pada kedua hari tersebut ASI belom

terproduksi cukup banyak. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan

Setiowati (2017), Tentang hubungan pijat oksitosin dengan kelancaran produksi

ASI pada ibu postpartum fisiologis pada hari kedua dan ketiga, menyatakan ibu

postpartum setelah diberikan pijat oksitosin mempunyai produksi ASI yang lancar.

Selain melancarkan produksi ASI pijat ini juga dapat mengurangi bengkak,

mengurangi sumbatan ASI dan dapat mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan

bayi sedang sakit (Mardiyaningsih, 2012).

Hasil penelitian Dyah, dkk (2019) dapat disimpulkan bahwa pijat oksitosin

berpeluang untuk meningkatkan produksi ASI. Dimana pijat oksitosin ini bisa

dilakukan oleh suami ataupun keluarga untuk meningkatkan produksi ASI pada ibu

nifas. Hasil peneltian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Emy Suryani

tahun 2016 tentang pengaruh pijat oksitosin terhadap pengeluaran ASI ibu

postpartum di BPM wilayah Kabupaten Klaten. Dimana produksi ASI dipengaruhi

oleh kombinasi teknik Marmet dan pijat oksitosin yang dilakukan kepada ibu

postpartum. Peneliti menyimpulkan bahwa ibu yang melakukan teknik kombinasi

dengan cara tersebut memiliki produksi ASI yang lebih baik.

Berdasarkan Hasil wawancara pada tanggal 5 Februari 2023 kepada Bidan

di Klinik Pratama Khairunissa Kabupaten Muaro Jambi, Dimana dari hasil

wawancara untuk pasien yang bersalin setiap bulannya sebanyak 9 sampai 15 orang

dan diketahui bahwa pijat oksitosin belom pernah dilakukan oleh bidan pada setiap

kunjungan nifas. Memang sudah dilakukan konseling tentang manfaat pijat

oksitosin namun tidak diberikan demonstrasi secara langsung kepada Ibu, Suami

maupun Keluarga. Untuk data bulan Februari 2023, Ada 7 dari 9 orang ibu nifas

yang tidak mengerti apa itu manfaat pijat oksitosin dan ada 2 ibu nifas yang
mengetahui pijat oksitosin namum belum pernah dipraktekkan pada masa nifasnya.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti sangat tertarik untuk Menyusun

karya tulis ilmiah dengan judul “Hubungan Pijat Oksitosin Pada Ibu Nifas Dalam

Meningkatkan Produksi ASI Di Klinik Pratama Khairunissa Kabupaten Muaro

Jambi Tahun 2023”

1.2 Rumusan Masalah

Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah

tersebut maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu “Hubungan

Pijat Oksitosin Pada Ibu Nifas Dalam Meningkatkan Produksi ASI Di Klinik Pratama

Khairunissa Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2023 “

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Menganalisis Hubungan Pijat Oksitosin Pada Ibu Nifas Dalam Meningkatkan

Produksi ASI Di Klinik Pratama Khairunissa Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2023

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui hubungan pijat oksitosin pada ibu nifas dalam

meningkatkan produksi ASI berdasarkan umur di Klinik Pratama

Khairunissa Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2023

2. Untuk mengetahui hubungan pijat oksitosin pada ibu nifas dalam

meningkatkan produksi ASI berdasarkan pendidikan di Pratama

Khairunissa Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2023

3. Untuk mengetahui hubungan pijat oksitosin pada ibu nifas dalam

meningkatkan produksi ASI berdasarkan pekerjaan di Pratama Khairunissa

Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2023

4. Untuk mengetahui hubungan pijat oksitosin pada ibu nifas dalam

meningkatkan produksi ASI berdasarkan paritas di Klinik Pratama

Khairunissa Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2023


5. Untuk mengetahui hubungan pijat oksitosinpada ibu nifas dalam

meningkatkan produksi ASI di Pratama Khairunissa Kabupaten Muaro

Jambi Tahun 2023

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Sebagai bahan kajian dan referensi terhadap materi Manfaat Pijat Oksitosin dalam

Meningkatkan Produksi ASI.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Institusi Pendidikan

Memperkuat teori yang sudah ada dan mendukung adanya penelitian yang

sudah ada, Khususnya dibidang kebidanan dalam asuhan pada ibu post partum

dalam meningkatkan produksi ASI melalui pijit oksitosin.

2. Bagi Penulis

Memperoleh atau pun mendapatkan ilmu pengalaman dalam

mengimplementasikan pijat oksitosin pada asuhan kebidanan pada ibu nifas.

3. Bagi intansi kesehatan/ klinik.

Menambah ilmu pengetahuan dalam asuhan kebidanan pada ibu post partum

dalam meningkatkan produksi ASI melalui pijat oksitoin

4. Bagi Ibu Nifas.

Menambah ilmu pengetahuan dan kemampuan Ibu dalam

meningkatkan produksi ASI melalui pijit oksitosin.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Masa Nifas

2.1.1 Pengertian Masa Nifas

Masa nifas atau post partum disebut puerperium yang berasal dari bahasa

latin yaitu dari kata “puer” yang artinya bayi dan “parous” berarti melahirkan.

Masa nifas (puerperium) merupakan masa setelah kelahiran plasenta dan berakhir

pada waktu alat-alat kandungan pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa

nifas berlangsung selama 6 minggu (42 hari) (Yuliana & Bawon, 2020).

2.2.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas

Tujuan dari pemberian asuhan kebidanan pada masa nifas adalah sebagai

berikut :

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.

2. Mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu

maupun bayinya.

3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,

KB, cara dan manfaat menyusui, imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari.

4. Memberikan pelayanan KB.

5. Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu, serta memungkinkan ibu untuk

mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga dan budaya khusus.

6. Imunisasi ibu terhadap tetanus.

7. Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makan anak

serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu dan anak.

8. Mempercepat involusi alat kandungan.

9. Melancarkan fungsi gastrointestisinal atau perkemihan.

10. Melancarkan pengeluaran lochea.


11. Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi hati

dan pengeluaran sisa metabolisme. (Dewi, 2020)

2.2.3 Tahapan Masa Nifas

Dalam masa Nifas nifas terdapat tiga periode, yaitu :

1. Immediate Postpartum

Periode ini merupakan masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24

jam pertama. Periode ini dikenal sebagai masa pemulihan dimana ibu

diperbolehkan untuk melakukan aktivitas ringan seperti berdiri dan berjalan. Pada

ini cenderung terjadi beberapa masalah, seperti perdarahan karena atonia uteri

Bidan harus melakukan observasi terhadap kontraksi uterus, pengeluaran lokhea,

tekanan darah, dan suhu secara berkala dan teratur.

2. Early Postpartum (Puerperium Dini)

Pada periode ini merupakan masa pemulihan dari organ-organ reproduksi

selama kurang lebih enam minggu. Pada periode ini bidan memastikan involusi

uterus dalam keadaan normal, tidak ada demam, tidak terdapat perdarahan, lokhea

tidak berbau busuk, ibu cukup memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan, dan dapat

menyusui bayi dengan baik.

3. Late Postpartum (Remote Puerperium).

Pada periode ini merupakan waktu yang diperlukan untuk kembali pulih dan

sehat total terutama bila selama hamil dan persalinan ibu mengalami komplikasi.

Pada periode ini bidan tetap mengontrol keadaan ibu, melakukan perawatan,

pemeriksaan sehari hari, dan memberikan konseling KB (Tonasih & Vianty, 2019).
2.3 Proses Laktasi dan Menyusui

2.3.1 Anatomi dan Fisiologi Payudara

Payudara wanita disebut juga glandula mammaria, merupakan suatu alat

reproduksi tambahan. Setiap payudara terletak pada setiap sisi sternum dan meluas

setinggi antara costa kedua dan keenam. Ukuran payudara berbeda untuk setiap

individu, juga bergantung pada stadium perkembangan dan umur (Puspita & Dwi,

2014).

Payudara (mammae) adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit, diatas otot

dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia

mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat

hamil 600 gram, dan pada saat menyusui 800 gram. Pada terdapat dua bagian utama

yaitu:

1. Struktur Makroskopis

a. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar

b. Areola, yaitu bagian yang kehitaman ditengah yang merupakan daerah

lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan mengalami pigmentasi.

c. Papilla atau puting yaitu bagian yang menonjol di puncak areola payudara.

Gambar 2.1 Bentuk Payudara


2.3.2 Pengertian Laktasi dan Menyusui

Laktasi adalah suatu seni yang harus dipelajari dalam pemberian ASI untuk

keberhasilan laktasi tidak diperlukan alat-alat khusus dan biaya yang mahal karena

yang diperlukan hanyalah kesabaran, waktu, pengetahuan tentang menyusui dan

dukungan dari lingkungan terutama suami. Menurut Kemenkes RI, Menyusui

adalah cara alami untuk memberikan asupan gizi, imunitas dan memelihara

emosional secara optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi. Tidak ada

susu formula yang dapat menyamai ASI baik dalam hal kandungan nutrisi, faktor

pertumbuhan, hormon, dan terutama imunitas. Karena imunitas bayi hanya bisa

didapatkan dari ASI (Erniyati, 2020).

2.3.3 Reflek Produksi dan Pengeluaran ASI

Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian yaitu produksi ASI

(prolactin) dan pengeluaran ASI (oksitoksin).

1. Produksi ASI

Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu dan

berakhir ketika muai menstruasi. Hormone yang berperan adalah hormone estrogen

dan progesteron yang membantu maturasi alveoli. Sedangkan hormone prolactin

berfungsi untuk produksi ASI.

Selama kehamilan hormone prolactin dari plasenta meningkat tetapi ASI

belum keluar karena pengaruh hormone estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen

dan progesteron akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan,

sehingga terjadi sekresi ASI. Pada proses laktasi terdapat dua reflek yang berperan

yaitu refleks prolactin dan refleks aliran yang timbul akibat perangsangan puting

susu dikarenakan isapan bayi.


a. Refleks prolactin

Akhir kehamilan hormone prolactin memegang peranan untuk membuat

kolostrum, tetapi jumlah kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolactin

dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih tinggi. Pasca persalinan, yaitu

saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum, maka estrogen dan

progesteron juga berkurang.hisapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang

payudara, karena ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor

mekanik.

Rangsangan ini dilanjutkan ke hipatalamus melalui medulla spinalis

hipotalamus dan akan menekan pengeluaran faktor penghambat sekresi prolactin

dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemicu sekresi prolactin. Faktor

pemicu sekresi prolactin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar

prolactin. Hormone ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat

air susu.

Kadar prolactin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah

melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat anak tersebut tidak aka nada

peningkatan prolactin walau ada hisapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap

berlangsung (Tonasih & Vianty, 2020)

b. Refleks aliran (let down refleks)

Bersamaan dengan pembentukan prolactin oleh hipofise anterior,

rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior

(neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitoksin. Melalui aliran darah,

hormone ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel

akan memeras air susu yang telah terbuat, keluar dari alveoli dan masuk ke system

duktus dan selanjutnya mengalir melalui duktus lactiferous masuk ke mulut bayi.

Faktor-faktor yang meningkatkan reflek let down adalah melihat bayi,

mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi.


Faktor-faktor yang menghambat reflek let down adalah stress, seperti: keadaan

bingung/pikiran kacau, takut, dan cemas (Tonasih & Vianty, 2020).

2.3.4 Mekanisme Menyusui

1. Refleks Mencari (Rooting reflex)

Payudara yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut, bayi akan

menoleh kearah sentuhan. ini menyebabkan putting susu yang menempel diikuti

dengan membuka mulut dan kemudian berusaha menangkap putting susu (Puspita

& Dwi, 2014)

2. Refleks Menghisap (Sucking reflex)

Teknik menyusui yang baik adalah seluruh areola payudara sedapat

mungkin semuanya masuk ke dalam mulut bayi (Puspita & Dwi, 2014). Dengan

demikian, sinus laktiferus yang berada dibawah areola, tertekan anatar gusim lidah

dan palatum hingga ASI keluar (Tonasih & Vianty, 2020)

3. Refleks Menelan (Swallowing reflex)

Pada saat air susu keluar dari putting susu, akan disusul dengan gerakan

menghisap yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga pengeluaran air susu

akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme masuk ke lambung (Puspita &

Dwi, 2014).

2.4. Pijat Oksitosin

2.4.1 Pengertian Pijat Oksitosin

Menurut Ummah (2014), pijat oksitosin adalah pijat relaksasi untuk

merangsang hormon oksitosin. Pijat yang lakukan disepanjang tulang vertebre

sampai tulang costae kelima atau keenam. Pijat oksitosin merupakan salah satu

solusi untuk mengatasi ketidak lancaran produksi ASI. Menurut Depkes RI (2007

dalam Setiowatii, 2017), pijat okitosin dilakukan dengan cara memijat pada daerah

punggung sepanjang kedua sisi tulang belakang sehingga diharapkan ibu akan

merasakan rileks dan kelelahan setelah melahirkan akan hilang.


2.4.2 Mekanisme Pijat Oksitosin

Pijat oksitosin adalah pijat yang dilakukan disepanjang tulang belakang

(vertebre) sampai costae ke lima atau keenam (Ummah, 2014). Melalui pemijatan

pada tulang belakang, neurotransmitter akan merangsang medulla oblongata

langsung mengirim pesan ke hipotalamus untuk mengeluarkan oksitosin. Dengan

pijat oksitosin ini juga akan merileksasi ketegangan dan menghilangkan stress serta

meningkatkan rasa nyaman (Perinasia, 2007 dalam Wulandari, 2014).

Saat ibu merasa nyaman atau rileks, tubuh akan mudah melepaskan hormon

oksitosin. Hormon oksitosin diproduksi oleh kelenjar hipofisi posterior. Setelah di

produksi oksitosin akan memasuki darah kemudian merangsang sel-sel meopitel

yang mengelilingi alveolus mammae dan duktus laktiferus. Kontraksi sel-sel

meopitel mendorong ASI keluar dari alveolus mammae melalui duktus laktiferus

menuju ke sinus laktiferus dan disana ASI akan disimpan. Pada saat bayi menghisap

puting susu, ASI yang tersimpan di sinus laktiferus akan tertekan keluar kemulut

bayi (Widyasih, 2013).

2.4.3 Manfaat Pijat Oksitosin

Pijat oksitosin mempunyai beberapa manfaat yang sangat membantu bagi

ibu setelah persalinan. Seperti yang dijelaskan oleh Mulyani(2009, dalam

Wulandari, 2014) :

1. pijat oksitosin dapat mengurangi ketidaknyamanan fisik serta memperbaiki

mood.

2. Pijat yang dilakukan disepanjang tulang belakang ini juga dapat

merileksasikan ketegangan pada punggung dan menghilangkan stres

sehingga dapat memperlancar pengeluaran ASI.

3. Sedangkan menurut Depkes RI (2007, dalam Wijayanti, 2014), pijat

oksitosin dapat mengurangi bengkak, mengurangi sumbatan ASI dan


mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit

4. Meredakan depresi ibu pasca melahirkan karena merasa dirawat dan

dikembalikan secara emosional setelah terjadinya perubahan tingkat

hormon secara drastis selama hamil.

2.4.4 Indikasi Pijat Oksitosin

Indikasi pijat oksitosin adalah ibu hamil trimester ketiga (36 Minggu

keatas), ibu dalam proses persalinan, ibu post partum dan ibu dengan gangguan

menyusui.

2.4.5 Pelaksanaan Tindakan Pijat Oksitosin

Pijat oksitosin dilakukan dua kali sehari, setiap pagi dan sore. Pijat ini

dilakukan selama 15 sampai 20 menit (Sari, 2015). Pijat ini tidak harus selalu

dilakukan oleh petugas kesehatan. Pijat oksitosin dapat dilakukan oleh suami atau

keluarga yang sudah dilatih. Keberadaan suami atau keluarga selain membantu

memijat pada ibu, juga memberikan suport atau dukungan secara psikologis,

membangkitkan rasa percaya diri ibu serta mengurangi cemas. Sehingga membantu

merangsang pengeluaran hormon oksitosin.

Langkah-langkah pijat oksitosin adalah sebagai berikut:

1. Sebelum mulai dipijat ibu sebaiknya dalam keadaan telanjang dada dan

menyiapkan cangkir yang diletakkan di depan payudara untuk

menampung ASI yang mungkin menetes keluar saat pemijatan dilakukan.

2. Jika mau ibu juga bisa melakukan kompres hangat dan pijat payudara

terlebih dahulu.

3. Mintalah bantuan pada orang lain untuk memijat lebih baik jika dibantu

oleh suami.

4. Ada 2 posisi yang bisa dilakukan, yang pertama ibu bisa telungkup

dimeja atau posisi ibu telungkup pada sandaran kursi.


Gambar 2.2 Posisi Pijat Oksitosin

5. Kemudian carilah tulang yang paling menonjol pada tengkuk atau leher

bagian belakang atau disebut cervical vertebrae.

6. Dari titik tonjolan tulang tadi turun kebawah kurang lebih 2 cm disitulah

posisi jari diletakkan untuk memijat.

7. Memijat bisa menggunakan jempol tangan kiri dan kanan atau punggung

telunjuk kiri dan kanan.

Gambar2.3 Teknik pijat oksitosin (Sumber: Vaikoh,2017)

8. Untuk ibu yang gemuk bisa dengan cara posisi tangan dikepal lalu

gunakan tulang-tulang disekitar punggung tangan.

9. Mulailah pemijatan dengan gerakan memutar perlahan-lahan lurus kearah

bawah sampai batas garis bra, dapat juga diteruskan sampai ke pinggang.

10. Pijat oksitosin bisa dilakukan kapan pun ibu mau dengan durasi 3-5

menit. Lebih disarankan dilakukan sebelum menyusui atau memerah ASI

(Rahayu, 2016).

Menurut (Suherni dkk,2012 dalam Nahdiah,2015) Cara

melaksanakan pijat oksitosin,yaitu:

1. Meminta bantuan orang lain untuk memijat punggung ibu.


2. Membantu ibu membuka pakaian bagian atas.

3. Ibu duduk dengan santai dan nyaman, melipat kedua lengan diatas sebuah

meja didepannya, kemudian meletakkan kepala diatas lengan tersebut.

Sehingga kedua payudara menggantung.

4. Penolong menggenggamkan tangan / mengepalkan jari-jari tangan kecuali

ibu jari, lalu memijat punggung ibu sejajar tulang belakang membentuk

lingkaran kecil dengan kedua ibu jari.

5. Pijatan dilakukan dari leher di kedua sisi tulang belakang kanan dan kiri

bersamaan sampai kearah tulang belikat, selama 2-3 menit.

Tanda-Tanda Refleks Oksitosin Aktif

Menurut Rahayu, 2016 tanda refleks oksitosin aktif yaitu:

1. Adanya sensasi sakit seperti diperas atau menggelenyar didalam payudara

sebelum atau selama menyusui bayinya.

2. ASI mengalir dari payudaranya saat dia memikirkan bayinya atau

mendengar bayi nya manangis.

3. ASI menetes dari payudaranya yang lain, Ketika bayi menyusu.

4. ASI mengalir dari payudaranya dalam semburan halus jika bayi

melespaskan payudara saat menyusu.

5. Adanya nyeri yang berasal dari kontraksi Rahim, Kadang diiringi dengan

keluarnya darah lochea selama menyusui dihari-hari pertama.

6. Isapan lambat dan tegukan oleh si bayi, Menunujukan ASI magalir dan

ditelan si bayi.

7. Ibu merasa haus.


2.1 Kerangka Teori

Perubahan
Fisiologis dan Nyeri Punggung
Psikologis Ibu Hamil

Gangguan Kualitas Tidur Terapi Farmakologis

Terapi non
Farmakologis
Senam Yoga

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

2.1 Kerangka teori


2.2 Kerangka konsep

Kerangka konsep merupakan abstraksi dari suatu realita agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar

variabel, baik yang diteliti maupun yang tidak diteliti (Nursalam, 2018).

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN

Pijat oksitosin pada ibu nifas Meningkatkan produksi ASI

2.2 Kerangka konsep

2.3 Hipotesis

1. Ada pengaruh pemberian senam yoga terhadap intensitas nyeri punggung ibu

hamil di Klinik Bidan Sartika Manurung Medan Johor Kota Medan tahun 2023

2. pengaruh pemberian senam yoga terhadap kualitas tidur ibu hamil di Klinik

Bidan Sartika Manurung Medan Johor Kota Medan tahun 2023


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan

rancangan peneltian dengan desain Quasi Ekspresimental dengan menggunakan

rancangan post test only control grup(Notoatmojo,2016). Yang bertujuan untuk

menyelidiki kemungkinan saling berhubungan sebab akibat dengan cara memberi

intervensi (Perlakuan) pada satu kelompok atau lebih. Penelitian ini dilakukan

untuk mengetahui ada/tidaknya hubungan pijat oksitosin pada ibu nifas dalam

meningkatkan produksi ASI di Klinik Pratama Khairunissa Kabupaten Muaro

Jambi Tahun 2023.

Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1.1 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Klinik Pratama Khairunissa Kabupaten Muaro

Jambi Tahun 2023

3.1.2 Waktu penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Mei 2023.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas di Klinik Pratama

Khairunissa Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2023

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut

prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya(Nurdin & Hartati, 2019).

Sampel pada penelitian ini adalah ibu nifas 0 - 42 hari di Klinik Pratama Khairunissa

Kabupaten Muaro Jambi dengan menggunakan teknik pengambilan sampel pada


penelitian ini mengunakan total sampling yaitu teknik pengambilan sampel dimana

jumlah sampel sama dengan populasi yang diteliti sebanyak 25 responden.

3.3 Variabel dan Defenisi Operasional

3.3.1 Variabel independen dan dependen

1. Variabel independen

Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen/terikat. Pada

penelitian ini variabel independen yaitu pijat oksitosin

2. Variabel dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat dari

adanya variabel bebas. Pada penelitian ini yang menjadi variabel dependen

yaitu Produksi ASI pada ibu nifas

3.5 Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah mendefenisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati yang memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena. Mendefenisikan variabel secara operasional adalah menggambarkan

atau mendeskripsikan variabel penelitian sedemikian rupa, sehingga variabel

tersebut bersifat spesifik (tidak berinterpretasi ganda) dan terukur (Nurdin &

Hartati, 2019).
Tabel 3.1 Defenisi Operasional Hubungan pijat okstosin pada Ibu Nifas dalam
Meningkatkan Produksi ASI di Klinik Pratama Khairunissa Kabupaten Muaro
Jambi Tahun 2023

Variabel Defenisi Indikator Alat Ukur Skala Kategori

Hubungan Manfaat Pijat Pengetahuan Kuesioner Ordinal 1. Baik


pijat Oksitosin responden dengan 14 (76%-
okstosin ialah dapat meliputi : pernyataan 100%
mengurangi -Pengertian )
pada Ibu
ketidaknyam pijat 2. Cuku
Nifas dalam anan fisik oksitosin p
Meningkatk serta -Manfaat (56%-
an Produksi memperbaiki pijat 75%)
ASI di mood. pijat oksittosin 3. Kuran
Klinik oksitosin juga -Fungsi pijat g
Pratama dapat oksitosin (<56
mengurangi - %).
Khairunissa
bengkak, Cara/Langka
Kabupaten mengurangi h-langkah (Zulmiye
Muaro sumbatan melakukan tri,
Jambi ASI dan tindakan pijat Safarudd
Tahun 2023 mempertahan oksitosin in, &
kan produksi Nurhastu
ASI ketika ti, 2020)
ibu dan bayi
sakit.

Umur Lama hidup Kartu Tanda ceklis Interval 1. ≤ 20


ibu yang Penduduk tahun
diukur dari (KTP), Akta 2. 21-35
lahir sampai Lahir. tahun
ulang tahun 3. ≥ 36
yang terakhir. tahun

Pendidikan Jenjang Pernyataan ceklis Ordinal 1. Tidak


sekolah responden sekol
formal tentang ah
terakhir yang Ijazah 2. SD
ditamatkan pendidikan 3. SMP
oleh ibu terakhir 4. SMA
nifas. 5. Pergu
ruan
Tingg
i

Pekerjaan Aktivitas ibu Buruh, ceklis Nomina 1. Tidak


sehari-hari pedagang, l Beker
untuk PNS, ja
memenuhi TNI/PORLI, 2. Buruh
kebutuhan Pensiunan, 3. Petani
rumah Wiraswasta, /
tangga. Tidak pedag
Bekerja. ang
4. Pega
wai
swast
a
5. PNS

Paritas Jumlah anak -Primipara Ceklis Ordinal 1.Primip


yang hidup -Multipara ara
atau jumlah - melahirk
kehamilan yg Grandemultip an 1 kali
menghasilakn ara 2.
janin yang Multipar
mampu hidup a pernah
melahirk
an 2-4
kali
3.
Grandem
ultipara
pernah
melahirk
an > 5

3.6 Instrumen Penelitian

Penelitian ini membutuhkan instrumen penelitian guna mengumpulkan data

responden. Dalam menyusun reliable penelitian, peneliti hendaknya memahami metode

dan jenis instrument yang digunakan, apakah akan menggunakan angket, daftar periksa,

lembar observasi, atau instrument lainnya. Instrumen atau alat ukur yang digunakan

peneliti dalam membuat penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner.

Kuesioner yang digunakan bersifat pernyataan, dimana dalam pernyataan tersebut

disediakan jawaban ‟Ya‟atau ‟Tidak‟. Jika responden bisa menjawab dengan benar maka

dapat nilai = 1 jika salah dapat nilai = 0. Jumlah kuesioner yang disediakan berjumlah 14

pernyataan. Rumusan yang digunakan untuk mengukur presentasi dari jawaban yang di

dapat dari kuesioner menurut (Zulmiyetri, Safaruddin, & Nurhastuti, 2020) yaitu:

Jumlah nilai yang benar

Presentase = x 100

Jumlah Soal
(Zulmiyetri, Safaruddin, & Nurhastuti, 2020) membuat kategori Hasil penelitian

dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu : Baik (76%-100%), Cukup (56%-75%), dan

Kurang (<56%). Maka untuk menentukan Hasil Ukur pengetahuan:

Interval Ukur Pengetahuan Sebagai berikut :

1. Baik : 76 – 100 % (11 – 14 Pernyataan)

2. Cukup : 56 – 75 % (7– 10 Pernyataan)

3. Kurang: ≤ 56 % (0- 6 Pernyataan)

3.7 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

3.7.1 Pengambilan Data

Pada dasarnya, penelitian ini merupakan proses penarikan dari data yang telah

dikumpulkan. Tanpa adanya data maka hasil penelitian tidak akan terwujuddan penelitian

tidak akan berjalan dengan baik. Maka data dalam penelitian ini adalah Data primer data

yang diperoleh langsung dinformasikan pada saat melakukan penyebaran kuesioner. Data

ini akan menggambarkan Pengetahuan Ibu nifas tentang manfaat pijat oksitosin dalam

meningkatkan produksi asi di Klinik Pratama Khairunissa Kabupaten Muaro Jambi Tahun

2023.

3.7.2 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data yang

dilakukan dalam penelitian. Metode pengumpulan data terdiri atas wawancara, observasi,

dokumen, focus group discussion, pemeriksaan fisik, dan kuesioner atau angket (Hidayat,

A Aziz Halimul. 2014).

Dalam penelitian ini, pengumpulan data yang digunakan peneliti yaitu :

1. Informed Consent

Informed Consent di berikan kepada ibu untuk menyatakan ketersediaan ibu


nifas untuk mengisi kuesioner yang telah kita bagikan kepada ribu nifas usia 0-42 hari.

engan menggunakan kuesioner. Kuesioner akan diberikan kepada ibu nifas secara

langsung maupun tidak langsung (daring) yang mempunyai formulir informed consent

disertai dengan data diri responden. Dalam proses pengumpulan data, terdapat berbagai

metode yang lazim digunakan adalah:

2. Kuesioner

Kuesioner akan bagikan setelah ibu nifas mengisi informed consent, Isi dari

kuesioner terdapat identitas ibu nifas dan beberapa pernyataan untuk mengetahui

pengetahuan ibu nifas tentang manfaat pijat oksitosin dalam meningkatkan produksi

ASI.

3. Wawancara

Setelah dibagikan informed consent dan juga kuesioner, peneliti melakukan

wawancara kepada ibu nifas mengenai manfaat pijat oksitosin.

3.7.3 Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data menurut Hidayat, A Aziz Halimul. 2014) :

1. Tahap Persiapan
ini dilakukan dalam rangka mempersiapkan data yang telah didapatkan di

lapangan untuk di olah lebih lanjut. Pengecekan kembali data merupakan langkah

awal dalam tahap persiapan. Setelah dilakukan pengecekan ulang, selanjutnya

menyusun data-data dengan rapi sehingga dapat memudahkan peneliti untuk

memilih data yang akan digunakan.

2. Editing
Langkah ini dilakukan untuk memilahkan serta memisahkan mana data

yang dianggap relavan dengan masalah penelitian yang sedang dilakukan atau tidak

relevan. Tujuan lain dari editing yaitu untuk menghilangkan kemungkinan

kesalahan-kesalahan yang terdapat pada administratif di lapangan serta bersifat

evaluasi dan koreksi.


3. Coding
Langkah ini dilakukan setelah tahap editing. Coding lebih bersifat

mengklasifikasikan jawaban dari para responden yang telah diambil maupun

informasi yang didapatkan berdasarkan berbagai kategori untuk dilakukannya

proses analisis.

4. Skoring
Skoring merupakan langkah dalam proses penentuan skor atas setiap

jawaban dari setiap responden yang dijadikan sampel dari penelitian serta

dilakukan dengan membuat beberapa klasifikasi yang cocok tergantung terhadap

pemahaman dari responden.

5. Tabulasi Data
Tabulasi data merupakan langkah yang dilakukan setelah tahap editing serta

coding. Tabulasi data dilakukan dengan melakukan penyusunan data dan analisis

data ke dalam bentuk Tabel dengan kategori yang telah ditentukan. Skala Likert

merupakan salah sati metode analisis data yang digunakan dalam melakukan

tabulasi data.

6. Interpretasi Data
Langkah ini dilakukan dalam rangka mendeskripsikan data yang telah

diperoleh yang telah melalui beberapa tahap seperti tahap editing, coding, scoring

untuk pada akhirnya di tabulasikan serta di analisis untuk memberikan gambaran

terhadap data atau informasi yang didapat dari para responden yang dijadikan

sampel penelitian. Data-data yang telah dikumpulkan oleh peneliti, maka langkah

selanjutnya yaitu dianalisis. Pengolahan data yang dimaksudkan yaitu mengubah

data yang bersifat mentah menjadi data yang lebih halus sehingga mudah

dipahami oleh pembaca.


3.8 Etika Penelitian

Etika penelitian merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian,

mengingat penelitian kebidanan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi

etika penelitian harus diperhatikan. Masalah etika yang harus diperhatikan antara

lain adalah sebagai berikut:

1. Sukarela

Penelitian harus bersifat sukarela dan tidak ada unsur paksaan atau tekanan

secara langsung maupun tidak langsung dari peneliti kepada calon responden atau

sampel yang akan diteliti.

2. Informed Consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti denga

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent

tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar

persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek

mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek

bersedia, mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak

bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien.

3. Tanpa Nama (Anonim)

Masalah etika kebidanan merupakan masalah yang memberikan jaminan

dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar atau alat ukur dan hanya menuliskan

kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

4. Kerahasiaan (Confidentiality)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah- masalah lainnya.

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti,

hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil(Hidayat,A Aziz
Halimul.2014).
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini Y, (2012). Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Rihama.

Astuti, R. P., Rusmil, K., Parmadi, W., Mose, J. C., Sulaeman, J., et al. 2015, Pengaruh Pijat
Oksitosin dan Memerah ASI terhadap Produksi ASI pada Ibu Postpartum dengan Seksio
Sesarea, Jurnal Pendidikan dan Pelayanan Kebidanan Indonesia, Vol 2 No 1 hal 1-
7Bahiyatun. 2019. Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta : EGC

Bahiyatun. 2019. Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta : EGC

Dian EN. 2017. Metode SPEOS (Stimulasi Pijat Endorphin, Oksitosin dan Sugestif) Dapat
Meningkatkan Produksi ASI

Elis, A., Maryam, A., Sakona, Y., & Kasmawati. (2019). Analisis Hubungan Pengetahuan ibu
Nifas Dengan Tanda-Tanda Bahaya Masa Nifas di Rumah Sakit Umum daerah Labuang Baji
Makassar. Jurnal Ilmiah Media Bidan, 4(2), 67–71.

Eva W, Elvika Shanti. 2017. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Metode
Memperlancar Pengeluaran Air Susu Ibu (ASI).

Hidayat, A Aziz Halimul. 2014. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta :
Salemba Medika

Husnaria.2012.Hubungan Pendidikan Dan Pekerjaan Ibu Dengan Pemberian Asi Ekslusif Di


Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Propinsi Sulawesi Tenggara.

Ibrahim, S. S., Suciawati, A., & Indrayani, T. (2021). Pengaruh Edukasi Pijat Oksitosin Terhadap
Pengetahuan Ibu Postpartum Di Klinik Ikhwan Sentul Kabupaten Bogor Tahun 2021. 4(1),
7–13. https://doi.org/10.30994/jqwh.v4i1.102

Khasanah, N. A. & Sulistyawati W. 2017, Buku Ajar Nifas dan Menyusui, CV Kekata Group,
Surakarta

Kusmiwiyati, A., Triningsih, R. W., Malang, P. K., Kunci, K., Tinggi, P., Uteri, F., Lochea, P., &
Normal, P. (2018). HUBUNGAN PIJAT OKSITOSIN DENGAN PENURUNAN TFU DAN
PENGELUARAN LOCHEA PADA IBU POSTPARTUM NORMAL. X(2).

Laila.C. Saadah ,2019, Gambaran Pengetahuan Ibu Postpartun tentang Pijat Oksitosin di
Puskesmas Bergas, Jawa Tengah.

Lowdermilk, D. L., Perry, S. E., Cashion, K. 2013, Keperawatan Maternitas Edisi 8, Salemba
Medika, IndonesiaMardiyaningsih. 2012. Efektifitas Kombinasi Teknik Marmet dan Pijat
Oksitosin terhadap Produksi ASI Ibu Postpartum Di Rumah Sakit Wilayah Jawa Tengah.
Tesis. Universitas

Marmi. (2012). Panduan lengkap manajemen laktasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Nora,R., Juhrotun N,. Riska A. 2018. Peningkatan Pengetahuan Ibu Nifas tentang Pijat Oksitosin di
Pesurungan Lor Kota Tegal.
http://ejournal.poltektegal.ac.id/index.php/abdimas/article/view/960

Notoatmodjo, 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta

Nugroho, eko. 2018.prinsip-prinsip menyusun kuesioner. Malang : UB Press.

Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika


Puspitasari 2016, Hubungan Inisiasi Menyusui Dini dengan Kelancaran Pengeluaran ASI pada Ibu
Post Partum di Puskesmas Patrang Kabupaten Jember

Qiftiyah, M., & Ulya, K. (2018). Studi Diskriptif Tentang Mobilisasi Dini Terhadap Pengeluaran
Lochea Pada Ibu Nifas Hari Ke-4. Jurnal Kebidanan, 10(1), 6.

Roesli, Utami. 2012. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Puspa Swara

Rahayu, R Yuliani., & Sudarmiati, S. (2016). Pengetahuan ibu primipara tentang faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi produksi ASI

Rahayu, Anik. 2016. Panduan Praktikum Keperawatan Maternitas. Yogyakarta : Deepublish

Sari dkk. 2014. Asuhan Kebidanan Masa Nifas ( Postnatal Care). Jakarta : Trans Info Media.

Setiowati, W. 2017, Hubungan Pijat Oksitosin dengan Kelancaran Produksi ASI pada Ibu Post
Partum Fisiologis Hari Ke 2-3, Jurnal Darul Azhar, Vol 3 No 1

Selby.S. Ibrahim, Anni S., Triana. I,2021, Pengaruh Edukasi Pijat Oksitosin Terhadap Pengetahuan
Ibu Postpartum di Klinik Ikhwan Sentul Kabupaten Bogor.

Suherni, S., dkk. 2012. Perawatan Masa Nifas. Cetakan kelima. Yogyakarta : Fitramaya

Sudiharto, K. I. & Wahyu, P. 2015, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Nuha Medika,
Yogyakarta.

Susanti, D. R., & Yuliasari, T. R. (2019). Tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang pijat oksitosin
untuk memperlancar produksi asi. Jurnal Ilmu Kebidanan, 6, 31–37.

Ummah, F. (2014). Pijat Oksitosin Untuk Mempercepat Pengeluaran ASI Pada Ibu Pasca Salin
Normal Di Dusun Sono Desa Ketanen Kecamatan Panceng Gresik. Stikes Muhammadiyah
Lamongan.

Vaikoh, E. (2017). Pijat Oksitosin Dengan Relaksasi Murotall Al-Qur'an Untuk Memperlancar
Produksi ASI Ibu Nifas Ny. S Umur 29 Tahun Di BPM Ida Ayu Astiti. Artikel Ilmiah.

Wahyuni, E. 2017, Dukungan Suami, dalam Keberhasilan Pemberian ASI Ekslusif Di Puskesmas
Turi Sleman Yogyakarta

Yusuf, N. (2019). Pengetahuan Dan Sikap Ibu Post Partum Normal Tentang Tehnik Menyusui
Yang Benar Di Klinik Sunggal. Jurnal Maternitas Kebidanan, 4(2), 114.
https://doi.org/10.34012/jumkep.v4i2.735

Zulmiyetri, dkk. 2020. Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta : Kencana


LAMPIRAN 1.1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


Kepada Yth,
Calon responden penelitian
Di tempat :

Dengan hormat,
Dengan perantaraan surat ini saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Lilik Setiyowati
NIM : 022019011
Alamat : Jl. Besar Delitua No. 77 Deli Tua Timur Kecamatan Deli Tua

Adalah benar mahasiswa Program Studi S1 Kebidanan di Institut Kesehatan Deli


Husada Deli Tua yang bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Pijat
Oksitosin pada Ibu Nifas dalam Meningkatkan Produksi ASI di Klinik Pratama
Khairunissa Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2023”. Tujuan penelitian ini adalah untuk
memperoleh data atau informasi tentang hubungan pijat oksitosin pada Ibu Nifas dalam
Meningkatkan Produksi ASI di Klinik Pratama Khairunissa Kabupaten Muaro Jambi
Tahun 2023
Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti tidak akan menimbulkan kerugian
terhadap calon responden, segala informasi yang diberikan oleh responden kepada peneliti
akan dijaga kerahasiannya, dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian semata.
Peneliti sangat mengharapkan kesediaan individu untuk menjadi responden dalam
penelitian ini tanpa adanya ancaman dan paksaaan.
Apabila saudara/i bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini, peneliti
memohon kesediaan responden untuk menandatangani surat persetujuan menjadi
responden dan bersedia untuk memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti guna
pelaksanaan penelitian. Atas segala perhatian dan kerjasama dari seluruh pihak saya
mengucapkan banyak terima kasih.

Hormat saya,

(Lilik Setiyowati)
LAMPIRAN 1.2

INFORMED CONSENT
(Persetujuan Menjadi Partisipan)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Menyatakan bahwa saya telah mendapatkan penjelasan secara rinci dan telah

mengerti mengenai penelitian yang akan dilakukan oleh dengan Judul Hubungan Pijat

Oksitosin pada Ibu Nifas dalam Meningkatkan Produksi ASI di Klinik Pratama

Khairunissa Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2023 Saya berharap jawaban yang saya

berikan dijaga kerahasiannya, Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebener -

benarnya tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Muaro Jambi, ………………..2023

Peneliti Responden

(Lilik Setiyowati) ( )
LAMPIRAN 1.3
LEMBAR KUISIONER PENELITIAN
Hubungan Pijat Oksitosin pada Ibu Nifas dalam Meningkatkan Produksi ASI di
Klinik Pratama Khairunissa Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2023

PETUNJUK: Kode responden:

1. Isilah identitas anda dibawah ini


2. Berilah tanda CENTANG (√) pada kotak yang telah disediakan sesuai dengan
jawaban anda

DATA DEMOGRAFI

Identitas Respondon

Petunjuk yang diisi sesuai

Nama Lengkap :

Umur :

Pendidikan :

Tidak sekolah

SD

SMP

SMA

Perguruan Tinggi

Pekerjaan :

Tidak bekerja

Petani/Pedagang

Buruh

Pegawai Swasta

PNS/ PORLI

Paritas (Jumlah anak yang hidup) :

Primipara (Anak pertama)


Multipara (Anak kedua sampai ke empat)

Grandemultipara (Anak kelima sampai seterusnya)

Pertanyaan yang berhubungan dengan Pijat Oksitosin pada Ibu Nifas dalam

Meningkatkan Produksi ASI di Klinik Pratama Khairunissa Kabupaten Muaro Jambi

Tahun 2023

Petunjuk:

1. Dengan tidak mengurangi rasa hormat mohon bantuan dan kesedian dari ibu untuk

menjawab seluruh pertanyaan yang ada.

2. Berilah tanda centang (√) pada kolom Ya atau Tidak pada pilihan jawaban yang paling

tepat sesuai dengan pendapat ibu.

3. Pertanyaan yang tersedia mengenai pengetahuan ibu mengenai manfaat pijat oksitosin.

4. Setelah angket ini diisi mohon dikembalikan.

Pertanyaan:

No Pernyataan Jawaban
Ya Tidak
1. pijat oksitosin adalah pijat relaksasi untuk merangsang
hormon kebahagian.
2. Pijat oksitosin yang dilakukan sepanjang tulang belakang
dapat merelaksasikan ketegangan pada punggung.
3. Kegiatan seperti pijat oksitosin berguna untuk
merileksasikan seluruh badan.
4. Dengan melakukan pijat oksitosin dapat mengurangi
ketidaknyamanan fisik.
5. Memperbaiki mood dan menghilangkan stres merupakan
salah satu manfaat pijat oksitosin.
6. Kegiatan seperti pijat oksitosin dapat memperlancar
pengeluaran ASI.
7. Pijat oksitosin dapat mengurangi pembengkakan pada
tubuh ibu nifas
8. Manfaat lain dari pijat oksitosin ialah dapat mengurangi
sumbatan ASI.
9. Pijat oksitosin juga dapat mempertahankan produksi ASI
ketika ibu dan bayi sakit.
10. Pijat oksitosin ini dilakukan selama 15 sampai 20 menit.
11. Pijat ini tidak harus selalu dilakukan oleh petugas
kesehatan. Pijat oksitosin dapat dilakukan oleh suami atau
keluarga yang sudah dilatih
12. Keberadaan suami atau keluarga selain membantu
memijat pada ibu, juga memberikan suport atau dukungan
secara psikologis, membangkitkan rasa percaya diri ibu
serta mengurangi cemas. Sehingga membantu
merangsang pengeluaran hormon oksitosin.
13. Ada 2 posisi yang bisa dilakukan pada saat melakukan
pijat oksitosin, yang pertama ibu bisa berdiri dan yang
kedua ibu bisa kayang.
14. Sebelum mulai dipijat ibu sebaiknya dalam keadaan
telanjang dada dan menyiapkan cangkir yang diletakkan
di depan payudara untuk menampung ASI yang mungkin
menetes keluar saat pemijatan dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai