Anda di halaman 1dari 39

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP LAMA

PERSALINAN KALA I DI PUSKESMAS


KLAKAHKABUPATEN LUMAJANG

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh:
Ana Imro’atus Sajidah
NIM : 15201.03.22050

PROGRAM STUDI S-1 KEBIDANAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2023
PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP LAMA
PERSALINAN KALA I DI PUSKESMAS
KLAKAHKABUPATEN LUMAJANG

PROPOSAL SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Kebidanan

Oleh:
Ana Imro’atus Sajidah
NIM : 15201.03.22050

PROGRAM STUDI S-1 KEBIDANAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2023

i
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses persalinan ditandai dengan adanya kontraksi uterus, dimana

kontraksi uterus saat persalinan ini menimbulkan nyeri akibat terjadi kekurangan

oksigen atau hipoksia dari otot rahim, peregangan serviks, peregangan dari

ganglia saraf plexus frakenhauster yang berdekatan dengan serviks dan vagina,

penekanan pada tuba, ovarium dan peritoneum, peregangan pada ligamentum

penyangga uterus, serta distensi otot-otot dasar panggul serta perineum (Aprilia,

2011). Persalinan juga merupakan hal fisiologis yang dialami oleh setiap orang,

akan tetapi dapat pula berubah menjadi patologis. Salah satu persalinan patologis

adalah terjadinya partus lama.

Partus lama merupakan salah satu dari beberapa penyebab kematian ibu dan

janin. Partus lama akan menyebabkan ibu kehabisan tenaga, dehidrasi, infeksi

bahkan akan menimbulkan perdarahan yang dapat menyebabkan kematian ibu.

Sementara itu pada janin akan menjadi fetal distress, infeksi, cedera dan asfiksia

yang dapat menimbulkan kematian bayi (Jamir dkk., 2021).

Prevalensi kejadian partus lama di Indonesia masih menjadi penyebab

utama kematian ibu. Angka kejadian persalinan lama Indonesia 9 % dari

keseluruhan angka kematian dan 3%-5% dari proses kelahiran. Kejadian

persalinan lama sebanyak 1.565 kasus (60%) dari 2607 persalinan (Kemenkes,

2021).
2

Saat ini kesakitan dan kematian ibu dan anak masih menjadi masalah

kesehatan. Di Indonesia angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi

(AKB) masih tinggi yaitu angka kematian ibu 228/100.000 kelahiran hidup dan

angka kematian bayi 34/100.000 kelahiran hidup.

Saat ini telah berkembang pelayanan kebidanan secara holistik care dengan

pendekatan natural terapi. Salah satunya adalah pelatihan tentang pijat oksitosin

pada ibu bersalin. Pijat oksitosin adalah tekanan jari-jari atau telunjuk yang kuat

pada titik-titik tertentu atau tekanan alami tubuh untuk menginduksi atau

melancarkan persalinan, tepat di daerah yang menyimpan sebagian besar energi.

Metode ini bekerja karena menekan titik tertentu pada tubuh yang dapat

meningkatkan aliran darah dan merangsang rahim serta menyebabkan kontraksi

sehingga memudahkan proses melahirkan. Pijat oksitosin ini bisa bermanfaat

secara maksimal untuk menginduksi persalinan, hanya bila saat serviks sudah

matang dan tubuh siap untuk melahirkan (Jamir et al., 2021).

Ibu bersalin dilakukan pijat oksitosin dengan harapan dapat mengurangi

risiko terjadinya partus lama, komplikasi dan perdarahan serta membantu menjaga

suplai oksigen pada bayi selama proses persalinan (Jamir et al., 2021). Oksitosin

sendiri merupakan suatu hormon yang dapat memperbanyak masuknya ion

kalsium ke dalam intra sel. Dengan dikeluarkannya hormon oksitosin akan

memperkuat ikatan aktin dan myosin sehingga kontraksi uterus akan semakin

kuat, dalam hal ini sesuai dengan teori pijat oksitosin yang dilakukan pada ibu

inpartu dapat meningkatkan kontraksi uterus (Jamilah dkk., 2014). Penelitian

Qonitun dan Qiftiyah (2021) menyatakan terdapat pengaruh pijat oksitosin

terhadap frekuensi his dan durasi his pada ibu inpartu di BPM ASRI Tuban
3

(Qonitun & Qiftiyah, 2021). Didukung penelitian jamir dkk (2021) menyatakan

ada pengaruh pijat oksitosin terhadap lama kala I fase aktif pada ibu bersalin di

Puskesmas Balangnipa Kabupaten Sinjai tahun 2019 (Jamir et al., 2021).

Begitu pula penelitian Dahliyani dan Mutoharoh (2019) mengenai

penerapan akupesure untuk mencegah kala 1 pada primipara menunjukan hasil

yang signifikan untuk mencegah kala 1 lama pada primipara. Hal ini dibuktikan

dari kelima responden tidak ada yang mengalami kala 1 lama. Sebagain besar

kontraksi ibu inpartu mengalami peningkatan. Rata-rata peningkatan kontraksi

sesudah dilakukan pemijatan pada titik terhadap ibu inpartu kala I fase aktif

adalah skor kontraksi minimal 4 kali dalam 10 menit dan maksimal 5 kali dalam

10 menit. Ada percepatan pembukaan serviks pada ibu inpartu primipara kala 1

fase aktif (Dahliyani & Mutoharoh, 2019).

Berdasarkan permasalahan diatas penulis tertarik untuk menganalisis

“Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Lama Persalinan Kala I Di Puskesmas

KlakahKabupaten Lumajang”.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh pijat oksitosin terhadap lama persalinan kala I di

Puskesmas Klakah Kabupaten Lumajang?

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pijat oksitosin

terhadap lama persalinan kala I di Puskesmas Klakah Kabupaten Lumajang.


4

1.3.2 Tujuan khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi penerapan pijat oksitosin pada persalinan kala I di

Puskesmas Klakah Kabupaten Lumajang;

2. Mengidentifikasi perbedaan lama persalinan kala I pada ibu

melahirkan yang dilakukan pijat oksitosin dengan yang tidak

dilakukan pijat oksitosin; dan

3. Menganalisis pengaruh pijat oksitosin terhadap lama persalinan kala I

di Puskesmas Klakah Kabupaten Lumajang

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat bagi:

1.4.1 Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan ilmu kebidanan dengan

penerapan pijat oksitosin pada persalinan kala I di Puskesmas Klakah

Kabupaten Lumajang

1.4.2 Profesi Kebidanan

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan motivasi pada bidan

dalam memberikan asuhan kebidanan berupa pijat oksitosin pada ibu

dengan persalinan kala I di Puskesmas Klakah Kabupaten Lumajang

1.4.3 Lahan Penelitian

Penelitian ini dapat dijadikan landasan atau konstruksi teoritis dalam

membuat naskah kebijakan terkait pijat oksitosin pada ibu dengan

persalinan kala I di Puskesmas KlakahKabupaten Lumajang


5

1.4.4 Responden

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran pada keluarga

dan responden terkait pijat oksitosin pada ibu dengan persalinan kala I di

Puskesmas KlakahKabupaten Lumajang.

1.4.5 Peneliti

Penelitian diharapkan dapat dijadikan salah satu referensi pada

peneliti selanjutnya sebagai penunjang data penelitian.


6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pijat Oksitosin

2.1.1 Pengertian Pijat Oksitosin

Pijat atau Massage merupakan salah satu intervensi atau penatalaksanaan

non farmakologis untuk mengurangi ketidaknyaman ibu bersalin dan

membantu ibu bersalin menjadi rileks (Turlina & Eka Ratnasari, 2016).

Relaksasi ini bertujuan menurunkan kadar epinefrin dan non epinefrin dalam

darah sehingga adanya keseimbangan (equilibrium) (Boediman & Desnawati,

2019). Selain itu pemijatan pada bagian punggung dapat merangsang

pengeluaran hormon endorphin yang berfungsi sebagai ejektor dan rasa rileks

dapat menimbulkan ketenangan (Azizah, Widyawati, & Anggraini, 2011;

Pratimi, Ernawati, & Saudia, 2020). Selain itu hormon ini dapat mengurangi

ketegangan otot, dalam penelitian ini pemijatan dilakukan pada tulang belakang

yang merupakan daerah yang mudah terjadi penegangan otot ketika kelelahan

sehingga pemijatan ini dapat meningkatkan produksi ASI (Khonsary, 2017).

Oksitosin sendiri merupakan suatu hormon yang dapat memperbanyak

masuknya ion kalsium ke dalam intra sel. Dengan dikeluarkannya hormon

oksitosin akan memperkuat ikatan aktin dan myosin sehingga kontraksi uterus

akan semakin kuat, dalam hal ini sesuai dengan teori pijat oksitosin yang

dilakukan pada ibu inpartu dapat meningkatkan kontraksi uterus (Jamilah, Ari

Suwondo, Sri Wahyuni, 2014).


7

2.2 Konsep Persalinan Normal

2.2.1 Pengertian

Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks, serta

janin turun ke jalan lahir. Sedangkan kelahiran adalah proses dimana janin

dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. Dengan demikian bisa

dikatakan bahwa persalinan (labor) adalah rangkaian peristiwa mulai dari

kenceng-kenceng teratur sampai dikeluarkannya produk konsepsi (seperti

janin, plasenta, ketuban, dan cairan ketuban) dari uterus ke dunia luar

melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau dengan

kekuatan sendiri (Fitriahadi dan Utami, 2019).

Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang

dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar yang terjadi pada

kehamilan yang cukup bulan (37–42 minggu) dengan ditandai adanya

kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya penipisan, dilatasi serviks,

dan mendorong janin keluar melalui jalan lahir dengan presentase belakang

kepala tanpa alat atau bantuan (lahir spontan) serta tidak ada komplikasi

pada ibu dan janin (Eka Puspita, 2014).

Persalinan dikatakan normal apabila prosesnya terjadi pada kehamilan

cukup bulan (usia 37- 42 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (JNPK-

KR, 2017). Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan

menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir

dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum dapat dikatakan inpartu

apabila kontraksi uterus tidak menyebabkan perubahan serviks (JNPK-KR,

2014).
8

2.2.2 Faktor penyebab mulainya persalinan

Menurut Fitriahadi dan Utami (2019), faktor penyebab terjadinya

persalinan sebagai berikut:

1. Hormon-Hormon yang dominan dalam persalinan

a. Estrogen

Estrogen berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas otot

rahim dan memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti

rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, dan rangsangan

mekanis.

b. Penurunan Progesteron

Progesteron berfungsi untuk menurunkan sensitivitas otot

rahim, menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar seperti

oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanik, dan

menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.

Pada kehamilan, kedua hormon tersebut berada dalam

keadaan yang seimbang sehingga kehamilan dapat dipertahankan.

Perubahan keseimbangan kedua hormon tersebut menyebabkan

oksitosin yang dikeluarkan oleh hipose parst posterior dapat

menimbulkan kontraksi dalam bentuk Braxton Hicks.

2. Teori keregangan

Pada teori keregangan ini ditunjukkan dari otot-otot rahim yang

mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah

melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan


9

dapat dimulai. Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi

tegang mengakibatkan iskemia otot-otot uterus atau rahim. Hal

tersebut menjadi pemicu dalam mengganggu sirkulasi uteroplasenter

sehingga plasenta mengalami degenerasi.

3. Teori penurunan progresteron

Proses penuaan plasenta terjadi pada usia kehamilan 28 minggu,

yang mana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah

mengalami penyempitan dan buntu. Villi koriales juga akan

mengalami perubahan-perubahan dan produksi progesteron

mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap

oksitosin. Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai

tingkat penurunan progesteron tertentu.

4. Teori oksitosin internal

Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipose parst posterior.

Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah

sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi braxton hicks.

Menurunnya konsentrasi progesteron akibat menuanya usia

kehamilan, maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga

persalinan dimulai.

5. Teori prostaglandin

Konsentrasi prostaglandin akan meningkat sejak umur kehamilan

15 minggu, yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin

pada saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga


10

dapat terjadi persalinan. Prostaglandin dianggap sebagai pemicu

terjadinya persalinan.

6. Teori hipotalamus pituitari dan glandula suprarenalis

Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus sering

terjadi keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus.

Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas janin,

induksi persalinan. Sementara Glandula suprerenal merupakan pemicu

terjadinya persalinan.

7. Teori berkurangnyua nutrisi

Berkurangnya nutrisi pada janin dikemukanan oleh Hippokrates

untuk pertama kalinya. Apabila nutrisi pada janin berkurang, maka

konsepsi akan segera dikeluarkan.

8. Faktor lain

Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus frankenhauser yang

terletak di belakang serviks. Apabiila ganglion ini tertekan, maka akan

terjadi kontraksi uterus.

2.2.3 Tanda dan Gejala Persalinan

Menurut Fitriahadi dan Utami (2019) dan Kurniaarum (2016), tanda

dan gejala persalinan sudah dekat terjadinya persalinan sebagai berikut:

a. Lightening : beberapa minggu sebelum persalinan, bumil akan

merasakan lebih enteng, sesak berkurang, jalan sedikit lebih sukar,

nyeri pada area anggota tubuh bagian bawah.

b. Pollikasuria : Pada akhir bulan ke-IX, ketika diperiksa calon ibu

akan mengalami epigastrium kendor, fundus uterilebih rendah dari


11

pada kedudukannya dan kepala janin sudah mulai masuk ke dalam

pintu atas panggul (PAP). Hal ini menyebabkan kandung kemih

tertekan sehingga merangsang ibu untuk sering kencing atau yang

disebut Pollakisuria.

c. False labor : tiga atau empat minggu sebelum persalinan, calon ibu

akan mengalami his pendahuluan yang sebetulnya hanya merupakan

peningkatan dari kontraksi Braxton Hicks. His permulaan memiliki

sifat seperti nyeri a terasa di perut bagian bawah, tidak teratur,

lamanya his pendek, tidak bertambah kuat dengan majunya waktu

dan bila dibawa jalan malah sering berkurang, tidak berpengaruh

pada pendataran atau pembukaan cervix. Timbulnya his ini dipicu

oleh perubahan keseimbangan kadar estrogen dan progesteron serta

memberikan rangsangan oksitosin. Semakin tua usia kehamilan,

maka pengeluaran estrogen dan progesteron makin berkurang,

akibatnya oksitosin dapat menimbulkan kontraksi yang lebih sering

sebagai his palsu;

d. Perubahan cervix: Pada akhir bulan ke-9 atau minggu ke 36. Cerviks

akan menjadi lebih lembut, dan beberapa menunjukkan telah terjadi

pembukaan dan penipisan. Pada ibu yang multipara sudah terjadi

pembukaan 2 cm namun pada primipara sebagian besar masih dalam

keadaan tertutup. Perubahan serviks dapat memastikan adanya

persalinan, jika serviks secara progresif menipis dan membuka

e. Energy Sport : Sebagian ibu akan mengalami peningkatan energi

sekitar 24-28 jam sebelum persalinan dimulai. Namun beberapa hari


12

sebelumnya ibu akan merasa kelelahan fisik karena usia kehamilan

yang tua.

f. Gastrointestinal Upsets: Sebagian ibu akan mengalami tanda-tanda

seperti diare, obstipasi, mual dan muntah karena efek penurunan

hormon terhadap sistem pencernaan.

g. Bloody Show atau lendir yang disertai darah dari jalan lahir: Dengan

adanya pendataran dan pembukaan pada serviks, maka lendir disertai

darah dari canalis cervicalis akan keluar. Perdarahan yang sedikit

ini, disebabkan karena adanya pelepasan selaput janin pada segmen

bawah rahim sampai beberapa capillair darah terputus.

h. Premature Rupture of Membrane : merupakan keadaan keluarnya

cairan banyak dari jalan lahir. Hal ini terjadi akibat ketuban pecah

atau selaput janin robek. Ketuban biasanya pecah jika pembukaan

lengkap atau hampir lengkap. Persalinan diharapkan akan mulai

dalam 24 jam setelah air ketuban keluar.

2.2.4 Tahapan Persalinan

Pada tahap kala I atau kala pembukaan serviks membuka (0 sampai 10

cm). Kala II atau kala pengeluaran. Kala III atau kala urie, plasenta terlepas

dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV yaitu lahirnya plasenta sampai 2

jam kemudian. Menurut Fitriahadi dan Utami (2019) Proses Persalinan

terbagi menjadi 4 tahap diantaranya:

a. Kala I :

Persalinan Kala I merupakan kala pembukaan yang berlangsung

diantara pembukaan 0-10 cm (pembukaan lengkap). Pada permulaan his,


13

kala I begitu kuat sehingga ibu mampu berjalan-jalan. Seringkali pada

kala I terjadi partus, apabila ibu mengalami his dan pengeluaran lendir

yang bersemu darah (bloody show). Kejadian ini terjadi sekitar 2-4 kali

dalam 10 menit dengan lama 40 detik Sementara proses kala I

berlangsung kurang lebih 18-24 jam, yang terbagi menjadi 2 fase

diantaranya :

- Fase laten (8 jam) yaitu pembukaan serviks 0-3 cm

- Fase aktif (7 jam) dari pembukaan serviks 3-10 cm. Fase aktif terbagi

menjadi 3 fase diantaranya:

• Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 menjadi 4 cm

• Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan 4 cm

menjadi 9 cm

• Fase deselerasi : dari waktu 2 jam pembukaan9 cm menjadi 10

cm.

b. Kala II (Pengeluaran) :

Kala II ditandai pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Pada

kala ini his menjadi lebih kuat dan cepat kurang lebih 2-3 menit sekali.

c. Kala III (Pelepasan Uri)

Kala III ditandai sejak setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta,

yang berlangsung ≤30 menit. Setelah bayi lahir, uterus teraba keras

dengan fundus uteri agak diatas pusat. Beberapa menit kemudian uterus

berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya.

d. Kala IV (Observasi)
14

Kala IV dimulai sejak lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post

partum. Observasi yang harus kala IV yaitu:

3 Tingkat kesadaran ibu

4 Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan

5 Kontraksi uterus

6 Terjadinya perdarahan Perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya

tidak melebihi 500 cc

7 Tinggi fundus uteri

8 Kandung kemih

Primigravida Multigravida
Kala I : 12,5 jam Kala I : 7 Jam 20
Menit
Kala II : 80 menit Kala II : 30 menit
Kala III : 10 menit Kala III : 10 menit
Persalinan : 14 jam Persalinan : 8 jam

2.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses persalinan diantaranya

menurut Fitriahadi dan Utami (2019):

1. Passage (Jalan Lahir)

Jalan lahir yaitu panggul ibu, yang terdiri dari bagian tulang padat, dasar

panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Adapun bidang-bidang

hodge yang merupakan bidang semu sebagai pedoman untuk menentukan

kemajuan persalinan diantaranya seberapa jauh penurunan kepala melalui

pemeriksaan vagina toucher (VT), berikut bidang hodge:

- Hodge I : Bidang yang setinggi dengan Pintu Atas Panggul (PAP)


15

- Hodge II : Bidang setinggi pinggir bawah symfisis pubis berhimpit

dengan PAP (Hodge I)

- Hodge III : Bidang setinggi spina ischiadika berhimpit dengan PAP

(Hodge I)

- Hodge IV : Bidang setinggi ujung os soccygis berhimpit dengan PAP

(Hodge I) sacrum, sedangkan ujung segitiga depan arkus pubis.

Gambar 1.1. Bidang Hodge

2. Passenger (Janin dan Plasenta)

Passenger atau yang biasa disebut janin bergerak sepanjang jalan lahir

akibat interaksi dari beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin, presentasi,

letak, sikap dan posisi janin. Karena plasenta juga harus melewati jalan lahir

dan dianggap juga sebagai bagian dari pasenger yang menyertai janin.

Namun plasenta jarang menjadi faktor penghambat dalam proses persalinan

normal.

a. Presentasi Janin

Presentasi janin merupakan bagian janin yang paling awal

memasuki PAP dan terus melalui jalan lahir saat persalinan mencapai

aterm. Bagian ini yang pertama kali teraba oleh jari pemeriksa saat

melakukan pemeriksaan dalam. Faktor-faktor yang menentukan bagian


16

presentasi adalah letak janin, sikap janin, dan ekstensi atau fleksi kepala

janin.

3. Letak Janin Letak

Hubungan antara sumbu punggung janin dan punggung ibu. Ada dua

macam letak yaitu 1) memanjang atau vertikal (sumbu panjang janin paralel

dengan sumbu panjang ibu), Letak memanjang dapat berupa presentasi

kepala atau presentasi sacrum (sungsang); 2) melintang atau horizontal

(sumbu panjang janin membentuk sudut terhadap sumbu panjang ibu).

4. Sikap Janin

Janin mempunyai postur yang khas (sikap) saat berada dalam rahim.

5. Posisi Janin

Posisi adalah hubungan antara bagian presentasi (oksiput, sacrum,

mentum / dagu, sinsiput / puncak kepala yang defleksi / menengadah)

terhadap empat kuadran panggul ibu. Yaitu posisi oksipito Anterior Kanan

(OAKa). Oksipito tranversa kanan (OTKa), oksipito posterior kanan

(OPKa), oksipito posterior kiri (OPKi), oksipito tranversa kiri (OTKi),

oksipito anterior kiri (OAKi).

6. Kekuatan

Kemampuan ibu melakukan kontraksi involunter (kekuatan primer,

menandai dimulainya persalinan) dan volunter (kekuatan sekunder untuk

memperbesar kekuatan kontraksi involunter, usaha ini terjadi ketika serviks

berdilatasi ) secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari

uterus.

7. Posisi Ibu
17

Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan.

Posisi tegak dapat mempengaruhi hilangnya rasa letih, memberi rasa

nyaman, dan memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak terdiri dari berdiri,

berjalan, duduk, jongkok. Posisi tegak memungkinkan gaya gravitasi yang

membantu penurunan janin.

8. Psikologis

Calon ibu akan mengalami perasaan cemas saat proses persalinan.

2.2.6 Patofisiologi

Proses persalinan merupakan suatu peristiwa yang fisiologis dengan

melibatkan beberapa perubahan-perubahan yang menunjang persalinan.

Proses persalinan dimulai saat adanya perubahan kadar hormon yaitu pada

trimester terakhir kehamilan, kadar estrogen meningkat dan kadar

progesteron menurun. Sehingga hal ini dapat menyebabkan adanya

peregangan uterus dari janin dan volume cairan ketuban, penarikan

progesteron hingga dominasi estrogen, peningkatan sensitivitas oksitosin,

dan peningkatan pelepasan prostaglandin (Palmer dan Coats, 2017).

Perubahan diatas dapat menyebabkan peningkatan jumlah

persimpangan celah miometrium. Jumlah reseptor oksitosin di dalam rahim

meningkat pada akhir kehamilan yang menciptakan peningkatan kepekaan

terhadap oksitosin. Estrogen, yang kadarnya juga meningkatkan kepekaan

miometrium terhadap oksitosin. Dengan meningkatnya kadar oksitosin

dalam darah ibu bersamaan dengan peningkatan kadar kortisol janin yang

mensintesis prostaglandin, kontraksi uterus dimulai (Palmer dan Coats,

2017).
18

Sementara oksitosin juga membantu merangsang sintesis

prostaglandin melalui reseptor di desidua. Prostaglandin menyebabkan

kontraksi uterus, pelunakan serviks, induksi gap junction (protein yang

menghubungkan membran sel dan memfasilitasi koordinasi kontraksi uterus

serta peregangan miometrium), dan sensitisasi miometrium, sehingga

menyebabkan pelebaran serviks progresif (pembukaan atau pembesaran os

serviks eksterna). Kontraksi uterus memiliki dua fungsi utama yaitu

melebarkan serviks dan mendorong janin melewati jalan lahir (palmer dan

coats, 2017 ; ricci, 2017).

Kala I merupakan kala yang mana dimulai kontraksi uterus secara

teratur dan diakhiri dengan pelebaran serviks lengkap (10 cm). Kala I ini

dibagi menjadi fase laten dengan pembukaan serviks (< 4cm) dan fase aktif

dengan pembukaan serviks (4-10 cm). Fase laten pada primipara

berlangsung hampir 20 jam, sementara pada multipara sekitar 10 hingga 12

jam. Selaput ketuban dapat pecah secara spontan pada bagian awal hingga

pertengahan kala I persalinan. Jika pecah, proses persalinan biasanya

dipercepat karena bagian presentasi mampu memberikan tekanan ke serviks

selama kontraksi (Kurniarum, 2016).

Sedangkan fase aktif yaitu fase pelebaran serviks paling cepat yang

berlangsung sekitar 5 jam pada primipara dan 2 jam pada ibu yang pernah

melahirkan sebelumnya. Rata-rata dilatasi serviks 1,2 cm / jam untuk

primipara dan 1,5 cm / jam untuk multipara, penurunan janin sedang

berlangsung, wanita menjadi fokus pada persalinan dan mungkin


19

membutuhkan lebih banyak bantuan untuk mengatasi meningkatnya

intensitas kontraksi uterus (Palmer dan Coats, 2017).

Kala II adalah pembukaan serviks lengkap 10cm diakhiri dengan lahir

bayi. Ciri-ciri persalinan kala ii adalah kontraksi uterus terjadi setiap 2

sampai 3 menit dan berlangsung selama 60 sampai 80 detik, keluar darah

dan merasakan adanya dorongan untuk mengejan. Durasi kala ini bervariasi,

dengan rata-rata durasi, 30 hingga 90 menit untuk primipara dan 15 hingga

30 menit untuk multipara sehingga terjadi turunnya janin ke bawah melalui

panggul sedikit demi sedikit selama kontraksi (Palmer dan Coats, 2017).

Kala III ditandai sejak setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta,

yang berlangsung ≤30 menit. Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan

fundus uteri agak diatas pusat. Beberapa menit kemudian uterus

berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Selanjutnya

kala IV dimulai sejak lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum.

Observasi yang harus kala IV yaitu: tingkat kesadaran ibu, pemeriksaan

tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan, kontraksi uterus,

terjadinya perdarahan Perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya

tidak melebihi 500 cc, tinggi fundus uteri, dan kandung kemih (Kurniarum,

2016).

2.3 Tanda dan Bahaya Persalinan Kala I

Berikut Tanda bahaya pada kala I antara lain:

1) Tekanan darah >140/90 mmhg rujuk ibu dengan membaringkan ibu miring ke

kiri sambil diinfus dengan larutan D5%;

2) Temperature >380C, beri minum banyak beri antibiotik dan rujuk ;


20

3) DJJ <100 atau >160x/m posisi ibu miring kiri beri oksigen, rehidrasi, bila

membaik diteruskan dengan pantauan partograf, bila tidak membaik rujuk;

4) Kontraksi <2.10’ berlangsung <40”, atur ambulance, perubahan posisi tidur,

kosongkan kandung kemih, stimulasi putting susu, memberi nutrisi, jika

partograf melebihi garis waspada rujuk;

5) Serviks, melewati garis waspada beri hidrasi, rujuk;

6) Cairan amnion bercampur mekoniom/darah/berbau, beri hidrasi antibiotik

posisi tidur miring kiri, rujuk; dan

7) Urine, volume sedikit dan kental beri minum banyak.

2.4 Hubungan Pijat Oksitosin terhadap Lama Kala I Persalinan

Pada masa kehamilan terjadi keseimbangan kadar hormon estrogen dan

progesteron, sehingga kehamilan dapat dipertahankan sampai aterm. Namun

menginjak persalinan terjadi perubahan keseimbangan kedua hormon tersebut

sehingga menyebabkan hipofisis pars posterior mengeluarkan hormone oksitosin

yang dapat dapat mengubah sensitivitas otot rahim dan menimbulkan kontraksi

dalam bentuk Braxton Hicks. (Fitriahadi dan Utami, 2019).

Di akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga oxitocin

bertambah dan meningkatkan aktivitas otot-otot rahim yang memicu terjadinya

kontraksi sehingga terdapat tanda-tanda persalinan(Kurniarum, 2016).

Penelitian Jamir dkk (2021) menunjukkan ada pengaruh pijat oksitosin

terhadap lama kala I fase aktif pada ibu bersalin. Pijat oksitosin yang dilakukan

bisa meningkatkan kadar oksitosin karena pada saat pemijatan kerja saraf

parasimpatis meningkat untuk menyampaikan ke otak bagian belakang untuk

mengeluarkan oksitosin (Jamir et al., 2021).


21

Pengaruh pemijatan juga dibahas oleh Young et al yang menyatakan bahwa

pemijatan akan meningkatkan kadar hormon oksitosin. Pijat oksitosin adalah

suatu tindakan pemijatan otot tulang belakang mulai dari cervical 7 sampai

scapula yang akan mempercepat kerja saraf parasimpatis untuk menyampaikan

perintah ke otak bagian belakang sehingga oksitosin keluar (Young dkk, 2011).

Kontraksi uterus terjadi karena adanya rangsangan pada otot polos uterus

dan penurunan hormon progesteron yang menyebabkan keluarnya hormon

oksitosin(Utami, 2019). Stimulus yang memicu sebagian besar kontraksi otot

polos adalah adanya peningkatan ion kalsium intra sel. Peningkatan ini dapat

ditimbulkan pada jenis otot polos yang berbeda oleh perangsangan saraf pada

serabut otot polos, stimulasi hormon, regangan serabut, atau bahkan perubahan

pada lingkungan kimiawi serabut.(Kristanti, 2014)..


22

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA

3.1 Kerangka Konseptual


Lama Persalinan Pijat Oksitosin
Persalinan Kala 1

Rangkaian peristiwa mulai


dari kenceng-kenceng - Fase laten (8 jam) yaitu Salah satu intervensi atau
teratur sampai pembukaan serviks 0-3 cm penatalaksanaan non farmakologis
dikeluarkannya produk - Fase aktif (7 jam) dari untuk mengurangi ketidaknyaman
konsepsi (seperti janin, pembukaan serviks 3-10 ibu bersalin dan membantu ibu
plasenta, ketuban, dan cm. Fase aktif terbagi bersalin menjadi rileks
cairan ketuban) dari uterus menjadi 3 fase
ke dunia luar melalui jalan diantaranya:
lahir atau melalui jalan • Fase akselerasi :
lain, dengan bantuan atau dalam waktu 2 jam
dengan kekuatan sendiri. pembukaan 3 menjadi 4
cm
• Fase dilatasi
maksimal : dalam waktu 2
jam pembukaan 4 cm
menjadi 9 cm
• Fase deselerasi : dari
waktu 2 jam pembukaan9
cm menjadi 10 cm.

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Pengaruh Pijat Oksitosin terhadap Lama
Persalinan Kala I di Puskesmas Klakah Kabupaten Lumajang

Keterangan :

= diteliti = tidak diteliti

Berdasarkan gambar 3.1 Lama persalinan kala I dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor diantaranya perlakuan terhadap pijaat oksitosin yang

memperngaruhi kejadian lama persalinan kala I


23

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitan adalalah jawaban penelitan yang sifatnya sementara dan

akan dibuktikan dengan penelitian (Nursalam, 2015). Hipotesis pada penelitian ini

adalah terdapat

H1 : Ada pengaruh pijat oksitosin terhadap lama persalinan kala I di Puskesmas

Klakah Kabupaten Lumajang


24

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan menggunakan

pendekatan cross sectional. Studi cross sectional adalah studi pengukuran

terhadap variabel pengaruh dan variabel terpengaruh yang dilakukan pada titik

waktu yang sama (Nursalam, 2016). Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk

mengetahui pengaruh pijat oksitosin terhadap lama persalinan Kala I di

Puskesmas KlakahKabupaten Lumajang

4.2 Kerangka Kerja

Pengaruh pijat oksitosin terhadap lama persalinan kala I di Puskesmas Klakah Kabupaten
Lumajang Tahun 2023

Populasi : semua ibu partus dengan persalinan kala I di Puskesmas Klakah Kabupaten Lumajang
Tahun 2023 sebanyak 30 responden

Sampel : sebagian ibu partus dengan persalinan kala I di Puskesmas Klakah Kabupaten Lumajang
Tahun 2023 sebanyak 15 responden dilakukan pijat oksitosin dan 15 responden tidak dilakukan
pijat oksitosin

Pengambilan sampel menggunakan total sampling

Pengambilan data dengan lembar observasi dan SOP pijat oksitosin

Pengolahan data editing, coding, entry data, cleaning

Analisa data menggunakan uji chi square

Kesimpulan : Ha diterima jika terdapat pengaruh pijat oksitosin terhadap lama persalinan kala
I di Puskesmas Klakah Kabupaten Lumajang Tahun 2023

4.3 Gambar 4.1 Kerangka Konsep Penelitian Pengaruh Pijat Oksitosin terhadap
Lama Persalinan Kala I di Puskesmas Klakah Kabupaten Lumajang
25

Populasi, Sampel, Kriteria Sampel, dan Teknik Sampling

4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu partus dengan

persalinan kala I di Puskesmas Klakah Kabupaten Lumajang Tahun 2023.

sebanyak 30 responden. Jumlah populasi yang ditemukan sebanyak 30 ibu

partus

4.3.2 Sampel

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu partus dengan

persalinan kala I di Puskesmas Klakah Kabupaten Lumajang Tahun 2023

sebanyak sebanyak 15 responden dilakukan pijat oksitosin dan 15 responden

tidak dilakukan pijat oksitosin.

4.3.3 Kriteria Sampel

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi merupakan karakteristik atau persyaratan yang

harus dipenuhi oleh populasi yang ada untuk diambil menjadi sampel

(Nursalam, 2016). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Ibu partus di Puskesmas Klakah Kabupaten Lumajang;

b. Ibu partus kala I di Puskesmas Klakah yang dilakukan pijat

oksitosin;

c. Ibu partus kala I di Puskesmas Klakah Kabupaten Lumajang; dan

d. Ibu partus kala I tanpa penyulit di Puskesmas Klakah Kabupaten

Lumajang.
26

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan karakteristik atau persyaratan yang

tidak memenuhi kriteria inklusi sehingga datanya tidak dapat digunakan

dalam penelitian sebagai responden (Nursalam, 2016). Kriteria eksklusi

dalam penelitian ini adalah :

a. Ibu partus di Puskesmas Klakah Kabupaten Lumajang yang menolak

menjadi responden.

4.3.4 Teknik Sampling

Teknik sampling pada penelitian ini adalah total sampling, yaitu teknik

sampling yang membuat semua calon responden yang memenuhi kriteria

inklusi dimasukkan kedalam penelitian.

4.4 Variabel Penelitian

4.4.1 Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel

dependen. Variabel ini juga disebut sebagai variabel perlakuan atau variabel

terikat. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pijat oksitosin.

4.4.2 Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dapat dipengaruhi oleh variabel

independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah lama persalinan

kala I.
27

4.5 Definisi Operasional

Tabel 4.1 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Indikator Alat Ukur Skala Kategori Skor


Operasional
1. Independen Intervensi non - Refleksi Oksitosin SOP Pijat - - Tidak Ada Skala
Pijat Oksitosin farmakologis untuk - Rasa Nyaman Oksitosin
mengurangi - Rileks
ketidaknyaman ibu
bersalin dan
membantu ibu
bersalin menjadi
rileks serta dapat
mempercepat
proses pembukaan

2. Dependen Waktu yang - Fase laten (8 jam) Lembar Nominal - Normal - Normal =1
Lama dibutuhkan untuk yaitu pembukaan Observasi - Tidak - Tidak Normal = 0
persalinan kala pembukaan serviks 0-3 cm Normal
Kala I yang berlangsung - Fase aktif (7 jam)
diantara dari pembukaan
pembukaan 0-10 serviks 3-10 cm.
cm (pembukaan
lengkap).
28

4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.6.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Puskesmas Klakah Kabupaten

Lumajang.

4.6.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2023. Waktu penelitian

dihitung sejak dari pembuatan proposal hingga penyusunan laporan

pada Bulan April 2023 hingga Bulan Juni 2023.

4.7 Prosedur Pengumpulan Data

Adapun tahapan yang dialalui oleh peneliti diantaranya:

1. Pembuatan proposal penelitian

2. Peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada bidang

akademik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hafshawaty Pesantren Zainul

Hasan Probolinggo, Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang, dan

Puskesmas Klakah Kabupaten Lumajang,

3. Menjelaskan maksud, tujuan, dan prosedur penelitian kepada pihak

terkait tersebut.

4. Setelah mendapat surat izin untuk melaksanakan pendataan jumlah

populasi penelitian.

5. Peneliti menentukan jumlah sampel dengan menggunakan kriteria inklusi

dan eksklusi responden sebagai acuan pertimbanagan penentuan sampel.

6. Peneliti menjelaskan tentang maksud dan tujuan penelitian,

7. Menanyakan kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian,


29

8. Memberikan informed consent yang akan ditandatangani oleh responden

apabila responden menyetujui untuk berpartisipasi dalam kegiatan

penelitian,

9. Menginformasikan proses penelitian kepada responden,

10. Menginformasikan waktu yang dibutuhkan untuk pemijatan oksitosin.

11. Peneliti melaksanakan pengolahan dan analisis data primer dan sekunder

setelah pengambilan data selesai dilaksanakan.

4.8 Alat Ukur yang Digunakan

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar

observasi. Lembar observasi berisi tentang pijat oksitosin dengan lama

persalinan kala I.

4.9 Pengumpulan Data dan Analisa Data

4.9.1 Pengolahan Data

1. Editing

Proses editing dilakukan oleh peneliti dengan memeriksa

kelengkapan setiap item penilaian pada lembar obsevasi dengan

tujuan meneliti kembali data yang telah terkumpul agar memenuhi

syarat.

2. Coding

Klarifikasi dilakukan dengan pemberian kode berbentuk angka

pada tiap jawaban. Pada penelitian ini terdiri atas beberapa data yaitu

karakteristik responden, sikap dan perilaku ibu.

Pemberian coding pada penelitian ini adalah sebagai berikut.


30

a. Karakteristik responden

• Usia :

< 20 tahun = 1,

20-35 tahun = 2,

>35 tahun = 3,

• Pendidikan :

Tidak sekolah = 1,

SD/sederajat = 2,

SLTP/sederajat = 3,

SLTA/sederajat = 4,

Diploma/Sarjana atau lebih tinggi = 5,

• Paritas :

Primipara = 1,

Multipara = 2,

Grandemultipara = 3,

b. Lama Persalinan Kala 1

Tidak Normal =1

Normal =2

3. Entry Data

Peneliti menggunakan program analisis komputer dalam

memasukkan data hasil penelitian dan program yang digunakan

adalah SPSS 20.


31

4. Cleaning

Cleaning dilaksanakan oleh peneliti dengan memeriksa

kembali data yang telah dientry ke dalam SPSS sehingga

kebenaran dan ketepatan analisis data dapat diketahui.

4.9.2 Rencana Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan pada data karakteristik responden

yaitu pendidikan dan pekerjaan menggunakan nilai persentase.

Sedangkan data numerik karakteristik responden yaitu usia

menggunakan mean, median, dan modus.

2. Analisis Bivariat

Untuk mengetahui ada pengaruh atau tidak antara variabel

bebas dengan variabel terikat maka digunakan analisis bivariat yaitu

dengan uji korelatif menggunakan uji Mann-Whitney. Taraf

kesalahan (α) yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,05,

sehingga apabila nilai p value diketahui ≤0,05 maka Ha diterima.

4.10 Etika Penelitian

Etika penelitian dibagi menjadi empat, yaitu sebagai berikut.

1. Informed Consent

Informed Consent (lembar persetujuan) akan diberikan kepada

responden sebelum dilakukan penelitian yang bertujuan sebagai bukti


32

peneliti bahwa responden menyetujui untuk berpartisipasi menjadi

responden dalam penelitian ini. Pada lembar informed consent,

responden berhak untuk menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian

yang dilakukan oleh peneliti (Notoadmodjo, 2017). Peneliti akan

memberikan lembar informed consent terlebih dahulu sebelum dilakukan

penelitian, dalam memberikan lembar persetujuan tersebut peneliti juga

menjelaskan manfaat serta tujuan dari penelitian yang akan dilaksanakan.

Dalam hal ini peneliti tidak memaksa responden untuk ikut serta dalam

penelitian, dan untuk responden yang bersedia akan diminta untuk

menandatangani lembar informed consent.

2. Kerahasiaan (Confidentially)

Penelitian ini memberikan hak kepada semua responden yang

berpartisipasi untuk memberikan nama inisial selama penelitian

dilaksanakan (Notoadmodjo, 2017). Dalam penelitian ini, peneliti akan

menjaga kerahasiaan dari setiap responden yang berpartisipasi dalam

penelitian dan tidak memberikan informasi terkait responden kepada

pihak luar diluar dari kepentingan dan tujuan dari dilakukannya

penelitian.

3. Keadilan (Justice)

Penelitian yang dilaksanakan tidak mebeda-bedakan responden

dalam proses penelitian. Prinsip keadilan menjamin kepada subyek yang

akan diteliti mendapatkan perlakuan yang sama dan keuntungan yang

sama tanpa mebeda-bedakan (Notoadmodjo, 2017). Penelitian ini


33

memperlakukan responden dengan adil dalam memberikan prosedur

penelitian serta subyek penelitian peneliti terbuka dalam menyampaikan

informasi yang sesuai dengan keadaan.

4. Asas Kemanusiaan (Beneficience)

Penelitian yang dilaksanakan harus memiliki manfaat bagi

masyarakat umum dan peneliti harus dapat meminimalkan kemungkinan

buruk yang akan terjadi saat dilakuka penelitian (Notoadmodjo, 2017).

Peneliti sebelum melakukan penelitian akan menjelaskan manfaat dan

tujuan dilakukan penelitian.


34

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, Y; Richmont, B, Gentle Bitrh Melahirkan Nyaman Tanpa Rasa Sakit.


Jakarta : Gramedia, 2011
Ardhiyanti, Y., Susanti, S., Studi, P., Sekolah, K., Ilmu, T., Hang, K., &
Pekanbaru, T. (2016). Faktor Ibu yang Berhubungan dengan Kejadian
Persalinan Lama di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Factors of The
Mother Related to Obstructed Labour Case at RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru. Jurnal Kesehatan Komunitas, 3(2), 83–87.
Azizah, I. N., Widyawati, M. N., & Anggraini, N. N. (2011). Pengaruh Endorphin
Massage Terhadap Intensitas Nyeri Kala I Persalinan Normal Ibu Primipara
di BPS S dan B Demak Tahun 2011. Kebidanan.
Boediman, L. M., & Desnawati, S. (2019). The Relationship between Parenting
Style and Children’s Emotional Development among Indonesian
Population. Jurnal Ilmiah Psikologi MIND SET.
Dahliyani, D., & Mutoharoh, S. (2019). Penerapan Akupresure LI4 untuk
Mencegah Kala 1 Lama pada Primipara. 197–202.
Evi Soviyati. (2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Lama Persalinan
di RSUD ’45 Kuningan Jawa Barat Tahun 2015. Jurnal Bidan “Midwife
Journal,” 2(1), 33–43.
Jamilah, Ari Suwondo, Sri Wahyuni, S. (2014). Efektivitas Kombinasi Pijat
Oksitosin Tehnik Effleurage dan Aromaterapi Rose terhadap Kadar
Prolaktin Post Partum Normal di Puskesmas Dawe Kudus Tahun 2013.
Jurnal Ilmiah Bidan, 5(1), 97–110.
http://ojs.stikesbhamadaslawi.ac.id/index.php/jik/article/view/92
Jamir, A. F., Mega, U., & Palopo, B. (2021). Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap
Lama Puskesmas Balangnipa Kabupaten Sinjai. 366–371.
http://prosiding.rcipublisher.org/index.php/prosiding/article/view/162/116
Kristanti, R. A. (2014). Pengaruh Oksitosin Terhadap Kontraksi Otot Polos
Uterus. El–Hayah, 5(1), 17. https://doi.org/10.18860/elha.v5i1.3036
Kurniarum, A. (2016). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir (1st
ed.). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Lathifah, N. S., & Iqmy, L. O. (2018). Pengaruh L14 terhadap Peningkatan
Kontraksi pada Kala I Persalinan. Jurnal Kesehatan, 9(3), 433.
https://doi.org/10.26630/jk.v9i3.1028
Lee, Y. H., Park, B. N. R., & Kim, S. H. (2011). The effects of heat and massage
application on autonomic nervous system. Yonsei Medical Journal, 52(6),
982–989. https://doi.org/10.3349/ymj.2011.52.6.982
Morhenn, V., Beavin, L. E., & Zak, P. J. (2012). Massage increases oxytocin and
reduces adrenocorticotropin hormone in humans. Alternative Therapies in
Health and Medicine, 18(6), 11–18.
Qonitun, U., & Qiftiyah, M. (2021). Pengaruh pijat oksitosin terhadap frekuensi
His, durasi His pada ibu inpartu di BPM ASRI Tuban. Jurnal Kebidanan,
10(1), 75. https://doi.org/10.26714/jk.10.1.2021.75-82 Jurnal Ilmiah
35

Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 12 No 2, April 2022, Hal


279 – 286 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Sadiyah, N., & Melaniani, S. (2014). Pengaruh Faktor Reproduksi Ibu dan
Anemia Terhadap Lama Persalinan Kala I Fase Aktif. Jurnal Biometrika
Dan Kependudukan, 3(2), 136–142.
Tajmiati, A., Astuti, E. W., & Suryani, E. (2016). Konsep Kebidanan dan
Etikolegal Dalam Praktik Kebidanan. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Utami, F. (2019). Buku Ajar Asuhan Persalinan & Managemen Nyeri Persalinan.
In Universitas Aisyiyiah Yogyakarta.
Turlina, L., & Eka Ratnasari, N. V. (2016). Pengaruh Kompres Dingin Terhadap
Penurunan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Di Bps Ny. Mujiyati
Kabupaten Lamongan. Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan Aisyiyah.
Pratimi, B. M. A., Ernawati, E., & Saudia, B. E. P. (2020). Pengaruh Masase
Endorphin Terhadap Peningkatan Produksi Asi Pada Ibu Post Partum Di
Wilayah Kerja Puskesmas Bagu. Jurnal Midwifery Update (MU).
Khonsary, S. (2017). Guyton and Hall: Textbook of Medical Physiology. Surgical
Neurology International.
36

LAMPIRAN SOP (Standar Operasional Prosedur) Pijat Oksitosin

Pengertian Merangsang hormon oksitosin melalui pijatan di bagian punggung


Tujuan Untuk merangsang refleks oksitosin
Manfaat 12. Merangsang pelelpasan hormon oksitosin
13. Mempercepat persalinan
14. Memberikan rasa nyaman dan rileks pada ibu
Alat – alat 1. Kursi dan meja
yang 2. Dua buah handuk besar bersih
digunakan 3. Dua buah washlap
4. Air hangat dan air dingin dalam baskom
5. Minyak zaitun atau minyak kelapa
Prosedur Fase Orientasi
1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
3. Menanyakan kesiapan dan kontrak waktu
Fase Kerja
1. Mencuci tangan
2. Meminta ibu untuk melelpaskan pakaian bagian atas
3. Memposisikan ibu duduk di kursi dan membungkuk dengan
memeluk bantal atau dapat menopang diatas lengan pada meja
4. Memasang handuk diatas pangkuan ibu, biarkan payudara bebas
tanpa bra
5. Melumuri telapak tangan dengan minyak
6. Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan
menggunakan dua kepalan tangan dan ibu jari menunjuk ke arah
depan
7. Menekan kedua ibu jari pada kedua sisi tulang belakang dengan
memebentuk gerakan memutar kecil
8. Pada saat bersamaan, pijat kedua sisi tulang belakang kearah
bawah leher dari leher kearah tulang belikat selama 3-5 menit
9. Mengulangi pemijatan hingga 3 kali
10. Memebersihkan punggung ibu dengan washlap air hangat
11. Merapikan pasien dan alat.
Fase Terminasi
1. Evaluasi respon pasien
2. Mencuci tangan
3. Dokumentasi
37

LEMBAR OBSERVASI

A. Responden yang di Pijat Oksitosin

Inisial Lama Persalinan


No Keterangan
Responden Fase Laten Fase Aktif

B. Responden yang di tidak Pijat Oksitosin

Inisial Lama Persalinan


No Keterangan
Responden Fase Laten Fase Aktif

Anda mungkin juga menyukai