Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI


PADA IBU POSTPARTUM

Disusun sebagai acuan untuk melaksanakan penelitian

Disusun Oleh :
Ervina Ratna Dilla
15130088

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asi adalah cairan kehidupan terbaik yang sangat dibutuhkan oleh bayi.

ASI mengandung berbagai zat yang penting untuk tumbuh kembang bayi dan

sesuai dengan kebutuhannya. Meski demikian, tidak semua ibu mau menyusui

bayinya karena berbagai alasan, sebagi contoh : takut gemuk, sibuk, payudara

kendor, dan sebagainya. Pada lain pihak, ada juga ibu yang ingin menyusui

bayinya, tetapi mengalami kendala. Biasanya ASI tidak mau keluar atau

produksinya kurang lancar. ( Dewi,dkk, 2013).

Menurut World Health Organization (WHO) (2010), di negara-negara

maju seperti Amerika terjadi penurunan ibu yang memberikan ASI dari 71%

menjadi 30%. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, pemberian ASI terus

mengalami penurunan karena semakin banyaknya ibu yang bekerja di luar

rumah. Kondisi ini diperburuk dengan kondisi tempat kerja yang tidak

memungkinkan ibu membawa bayi serta tidak tersedianya ruangan khusus

untuk ibu memarah ASI nya. Hal ini menjadikan WHO merekomendasikan

kepada seluruh perusahaan yang mempekerjakan wanita untuk menyediakan

tempat bagi ibu untuk memerah ASI nya (Aminah, 2011)

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan pada Pekan ASI tahun 2013

cakupan ASI di Indonesia jauh dari target tahun 2012 80% dan mengalami
penurunan dari 61,5% tahun 2011 menjadi 61,1% tahun 2012. Pemberian ASI

hari pertama akan menyelamatkan 16% kematian neonatal dan menyusu dini

1 jam pertama akan menyelamatkan 22% kematian balitan pertahun.

ASI di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2012 sebesar 48%,

menurun jika dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 49,9%. Cakupan

tertinggi berada di Kabupaten Sleman sebesar 6.233 bayi dan untuk cakupan

terendah berada di Kota Yogyakartara 1.323 bayi (Azizah, dkk, 2017).

Tidak semua ibu postpartum langsung mengeluarkan ASI karena

pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara

rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon yang berpengaruh

terhadap pengeluaran oksitosin. Pengeluaran hormon oksitosin selain

dipengaruhi oleh reseptor yang terletak pada sistem duktus, bila duktus

melebar atau menjadi lunak maka secara reflektoris dikeluarkan oksitosin oleh

hipofise yang berperan untuk memeras air susu dari alveoli, oleh karena itu

perlu adanya upaya mengeluarkan ASI untuk ibu postpartum.

Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena

timbulnya beberapa masalah, baik masalah pada ibu maupun pada bayi. Pada

sebagian ibu yang tidak paham masalah ini, kegagalan meyusui sering

dianggap masalah pada anak saja. Masalah dari ibu yang timbul selama

menyusu dapat dimulai sejak sebelum persalinan (periode antenatal), pada

masa pasca persalinan dini, dan masa pasca persalinan lanjut, sehingga bayi

sering menjadi “bingung putting” atau sering menangis, yang


diinterprestasikan oleh ibu dan keluarga bahwa ASI tidak tepat untuk bayinya.

Masalah menyusui dapat pula diakibatkan keadaan yang khusus. Selain itu,

ibu sering sekali mengeluhkan bayinya sering menangis, “menolak” menyusu,

dan sebagainya yang sering diartikan bahwa ASI tidak cukup, atau ASI tidak

enak, tidak baik, atau apa pun pendapatnya sehingga sering menyebabkan

diambilnya keputusan untuk menghentikan menyusui ( Dewi, dkk, 2013).

Pengeluaran ASI dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu produksi dan

pengeluaran. Produksi ASI dipengaruhi oleh hormon prolaktin sedangkan

pengeluaran dipengaruhi oleh hormon oksitosin. Hormon oksitosin akan

keluar melalui rangsangan ke puting susu melalui isapan mulut bayi atau

melalui pijatan pada tulang belakang ibu bayi, dengan dilakukan pijatan pada

tulang belakang ibu akan merasa tenang, rileks, meningkatkan ambang rasa

nyeri dan mencintaai bayinya, sehingga dengan begitu hormon oksitosin

keluar dan ASI pun cepat keluar, bila ASI berlebih sampai keluar ,memancar,

sebelum menyusui sebaiknya ASI dikeluarkan dulu untuk menghindari bayi

terdesak Asih, Yusari (2016).

Dari beberapa faktor yang dapat meningkatkan produksi ASI makan

adanya beberapa altrnatif atau tindakan dalam meningkatkan Produksi ASI

salah satunya dengan pijat Oksitosin, dimana pijat oksitosin ini tindakn atau

intervensi untuk merangsang hipofisis anterior dan posterior. Cara untuk

mengetahui jumlaah produksi ASI pada ibu postpartum yaitu dengan cara

ditampung dengan menggunakan botol susu atau gelas ukur, ASI yang
ditampung yaitu ASI sebelum dan sesudah pemijatan. Dimana payudara

dikosongkan terlebih dahulu 2 jam sebelum pemijatan, kemudian ASI diperah

dan ditampung dan dilakukan pemijatan 15-20 menit, setelah dipijat kemudian

di perah dan ditampung kembali 2 jam setelah pemijatan Kiftia Mariatul

(2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Rusdiati (2013) yang meneliti tentang

pengaruh pijat oksitosin pada ibu nifas terhadap pengeluaran ASI di

Kabupaten Jember mendapatkan bahwa ada pengaruh pijat oksitosin terhadap

pengeluaran ASI pada ibu nifas. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata

pengeluaran ASI pada ibu nifas yang tidak dilakukan pijat oksitosin sebesar

4,61 menit dan rata-rata pengeluaran ASI pada ibu nifas yang dilakukan pijat

oksitosin sebesar 11,78 menit. Hal ini juga ditunjukkan oleh hasil penelitian

Siti Nur Endah (2011) dengan judul pengaruh pijat oksitosin terhadap

pengeluaran kolostrum pada ibu postpartum di ruang kebidanan Rumah Sakit

Muhammadiyah Bandung menunjukkan waktu pengeluaran kolostrum

kelompok perlakuan rata-rata 5,8 jam sedangkan lama waktu kelompok

kontrol 5,89 jam.

Penelitian yang dilakukan oleh Albertina (2015) dengan judul

Hubungan pijat oksitosin dengan kelancaran Produksi asi pada ibu post

partum Seksio sesarea hari ke 2 – 3. Berdasarkan hasil penelitian dari 48

responden sebagian besar dipijat sesuai prosedur sebanyak 35 responden

(72,9%) dimana 24 responden (50%)


Produksi ASI lancar dan 11 responden (22,9) produksi ASI tidak

lancar. Sedangkan 13 responden (27,1%) yang dipijat tidak sesuai prosedur

sebanyak 2 responden (4,2%) yang produksi ASI lancar dan 11 responden

(22,9%) produksi ASI tidak lancar. Menurut analisis peneliti, kurangnya

produksi ASI dapat disebabkan oleh kurangnya rangsangan hormone prolaktin

dan oksitosin yang sangat berperan dalam kelancaran produksi ASI. Faktor

lain yang mempengaruhi produksi ASI seperti isapan bayi yang tidak

sempurna atau puting susu ibu yang sangat kecil akan membuat produksi

hormone oksitosin dan hormon prolaktin terus menurun dan ASI akan

terhenti. Selain itu produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu

yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai

bentuk ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak

akan terjadi produksi ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik harus dalam

keadaan tenang. Faktor umur juga akan mempengaruhi produksi ASI karena

semakin tua umur seseoraang akan mempengaruhi produksi hormon prolactin

dan oksitosin ibu menyusui. Salah satu terapi komplementer yang dapat

dilakukan untuk meningkatkan produksi ASI ibu adalah pijat oksitosin.

Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang

(vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenam dan merupakan usaha untuk

merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan Pijatan ini

berfungsi untuk meningkatkan hormone oksitosin yang dapat menenangkan

ibu,sehingga ASI pun otomatis keluar (Delima, dkk, 2016).


Pijat oksitosin bisa dilakukan kapanpun ibu mau dengan durasi 3-5

menit, lebih disarankan dilakukan sebelum menyusui atau memerah ASI.

Sehingga untuk mendapatkan jumlah ASI yang optimal dan baik, sebaiknya

pijat oksitosin dilakukan setiap hari dengan durasi 3-5 menit. Peneliti

melakukan kunjungan rumah selama 3 hari berturut-turut untuk melakukan

pijat oksitosin dan pada hari ke-4 peneliti menanyakan kembali mengenai

produksi ASI ibu setelah dilakukan pijat oksitosin (Delima, dkk, 2016).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “ Pengaruh pijat Oksitosin terhadap produksi

ASI pada ibu postpartum”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pemberian pijat oksitosin terhadap produksi ASI

pada ibu postpartum.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui produksi ASI pada ibu postpartum sebelum pijat

oksitosin

b. Diketahui produksi ASI pada ibu postpartum sesudah pijat

oksitosin
c. Diketahui perbedaan produksi ASI sebelum dan sesudah pijat

oksitosin

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman dalam

hal metode penelitian dan menjadi referensi sehingga dapat menambah

wawasan.

2. Manfaat Praktis

a. Responden

Penelitian ini diharapkan ibu postpartum dibantu dengan

keluarga dapat menerapkan pijat oksitosin di rumah dan dapat

memberitahukan ke masyarakat sehingga menambah pengetahuan

masyarakat tentang pijat oksitosin.

b. Institusi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan untuk

meningkatkan pengetahuan dan pengalaman bagi mahasiswa dan

sebagai referensi baru di perpustakaan.

c. Peneliti lain

Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bagi

penelitian selanjutnya, sehingga dapat mengembangkan


pengetahuan terkait pemberian pijat oksitosin terhadap produksi

ASI pada ibu postpartum.

E. Keaslian Penelitian

Peneliti ini didasari oleh penelitian sebelumnya terkait pengaruh pijat

oksitosin terhadap produksi ASI ibu postpartum.

Adapun penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

1. Delima, Arny, Rosya (2016), “ Pengaruh Pijat Oksitosin terhadap

peningkatan produksi ASI ibu menyusui di Puskesmas Plus

Mandiangin Bukittinggi”. Variabel bebas yang digunakan adalah Pijat

Oksitosin dan variabel terikatnya adalah Produksi ASI. Populasi

penelitian ini adalah ibu menyusui di Puskesmas Plus Mandiangin

Bukittinggi. Besar sampel adalah 21 orang yang berada di Puskesmas

Plus Mandiangin Bukittinggi. Desain penelitian yang digunakan

adalah Quashi eksperiment tanpa kelompok kontrol dengan

menggunakan pendekatan one group pretest-postest design. Tujuan

penelitian ini untuk melihat pengaruh pijat oksitosin untk

meningkatkan produksi susu ibu menyusui di Puskesmas Plus

Mandiangin Bukittinggi. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa

ada efek pijat oksitosi untuk meningkatkan Produksi ASI ibu

menyusui di Puskesmas Plus Mandiangin Bukittinggi dengan p-value

0,000. Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa ada efek pijat


oksitosin untuk meningkatkan produksi susu ibu menyusui di

Puskesmas Plus Mandiangin Bukittinggi.

Persamaan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan Pijat

Oksitosin sebagai variabel bebas dan Produksi ASI variabel terikat.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah

metode yang digunakan Quashi eksperiment menggunakan kelompok

kontrol dengan menggunakan pendekatan one group pretest-postest

design sedangkan penelitian tersebut tidak menggunakan kelompok

kontrol.

2. Azizah, Yulinda (2017), “Pengaruh pijat oksitosin terhadap

pengeluaran asi pada ibu postpartum di BPM Pipin Heriyanti

Yogyakarta”. Variabel bebas yang digunakan adalah Pijat Oksitosin

dan variabel terikatnya adalah Produksi ASI. Metode pengambilan

analisis yang digunakan adalah Test-T siswa dan dilakukan secara

eksperimental dengan rancangan acak lengkap menggunakan post test

dengan kelompok kontrol. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis

hubungan antara pijat oksitosin pada primipara postrpartum terhadap

waktu dan volume ASI di BPM Pipin Heriyanti Yogyakarta. Hasil

penelitian ini menunjukkan peningkatan yang signifikan pijat oksitosin

secara signifikan meningkatkan volume ASI (p 0,0000) dan ASI

mempercepata pembelanjaan (0,012) dibandingkan dengan kelompok

kontrol. Berdasarkan hasil tersebut pijat oksitosin adalah salah satu


alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan keberhasilan

Produksi ASI pada ibu postpartum.

Persamaan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan Pijat

Oksitosin sebagai variabel bebas dan Peningkatan Produksi ASI

variabel terikat. Penelitian ini dilakukan secara eksperimen dengan

menggunakan post test dengan kelompok kontrol (post test only

control group design). Penelitian ini dilakukan pada ibu postpartum.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah

metode yang digunakan Quashi eksperiment menggunakan kelompok

kontrol dengan menggunakan pendekatan one group pretest-postest

design sedangkan penelitian tersebut secara eksperimen dengan

menggunakan post test dengan kelompok kontrol (post test only

control group design).

3. Kiftia (2015) , “ Pengaruh Terapi Pijat Oksitosin terhadap Produksi

ASI pada Ibu Postpartum di Puskesmas Darussalam”. Variabel bebas

yang digunakan adalah Pijat Oksitosin dan variabel terikatnya adalah

Produksi ASI. Populasi penelitian ini adalah pada ibu postpartum.

Besar sampel yang digunakan adalah 18 orang. Metode pengambilan

sampel menggunakan purposive sampling. Tujuan penelitian untuk

menstimulasi saraf pusat pada hipofisisposterior dan anterior sehingga

dapat meningkatkan produksi ASI khususnya pada ibu postpartum dan

memberikan kenyamanan dan rileksasi setelah persalinan. Hasil


hipotesa penelitian P value 0,0001 < 0.05, yang menunjukkan adanya

perbedaan signifikan nilai rata-rata sebelum dan setelah dilakukan

terapi pijat oksitosin,. Berdasarkan hasil tersebut dinyatakan bahwa

terapi pijat oksitosin ini efektif digunakan pada ibu postpartum hari ke

4-10 paska persalinan.

Persamaan penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan

variabel bebas yaitu pijat oksitosin dan variabel terikat menggunakan

produksi ASI dan dilakukan pada ibu postpartum hari ke 4-10 paska

persalinan, Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan

dilakukan adalah metode yang digunakan Quashi eksperiment

menggunakan kelompok kontrol dengan menggunakan pendekatan

one group pretest-postest design dengan yang diteliti tersebut quasi

ekperimen dengan pre test and post test without control group design.

Anda mungkin juga menyukai